BAB I PENDAHULUAN. mengontrol perilaku masyarakat. Hal tersebut dimulai dengan seruan hak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mengontrol perilaku masyarakat. Hal tersebut dimulai dengan seruan hak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Media dapat digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi, mengatur, dan mengontrol perilaku masyarakat. Hal tersebut dimulai dengan seruan hak kebebasan pers pada tahun 1789, sehingga terdapat lebih banyak berita untuk dilaporkan. Kejadian ini kemudian memunculkan masa pencerahan di Prancis, yaitu berupa gerakan pendidikan untuk berpikir rasional dan kritis. Media pada saat itu dijadikan sebagai alat propaganda sehingga peran media menjadi penting untuk dipertimbangkan dan akhirnya memicu terjadinya revolusi Prancis (Brigss dan Burke, 2006: 119, 121). Sebagaimana dalam pergerakan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, maka keterlibatan rakyat dalam Revolusi Prancis tahun 1789 sekaligus merupakan sebab dan akibat dari keterlibatan media. Revolusi itu berdampak baik bagi pers, karena ada banyak berita yang menggairahkan untuk dilaporkan, dan juga pembaca tak kan pernah kekurangan pasokan berita.tukang masak wanita yang mengaku pada tahun 1791dan membaca empat surat-kabar (lihat hlm. 75) bukan merupakan hal luar biasa di masa itu. Sebaliknya, pers juga berdampak baik bagi Revolusi. Perkembangan zaman menuntut media untuk menyampaikan wacana tersebut dengan cepat sehingga muncul media baru yang disebut media online. Munculnya media baru tersebut tidak membuat media lama ditinggalkan, hanya saja perannya menjadi lebih kecil di masyarakat (Brigss dan Burke, 2006: 6). Ia juga harus berfokus pada perubahan dengan merugikan kesinambungan, sekalipun dari waktu ke waktu para pembaca harus diingatkan bahwa, ketika media baru diperkenalkan, maka media yang lama tidak ditinggalkan begitu saja, tetapi hidup bersama dan saling berinteraksi dengan media pendatang baru. 1

2 Koran online adalah situs berita dalam jaringan dan saat ini memegang peran yang lebih besar di masyarakat karena menyuguhkan berita yang terbaru dengan akses yang lebih cepat dan mudah daripada koran cetak. Selain itu koran online dapat menampilkan suara, animasi, grafik, foto, video dan teks secara bersamaan. 1 Menurut Rupert Murdoch, CEO perusahaan berita, menyatakan, orang-orang muda (generasi mendatang yang paham dengan teknologi) cenderung memilih web sebagai media berita mereka. Hal ini diperkuat dengan sebuah penelitian di Amerika menyebutkan bahwa mereka yang berusia antara tahun lebih memilih portal internet sebagai tujuan favorit untuk mendapatkan berita. Hal tersebut dikarenakan mereka dapat memilih berita yang sesuai dengan keingian mereka secara berkelanjutan dan cepat (Allan, 2006: 3). Rather, in marked contrast, young people prefer news on demand or, to put it another way, they want control over their media, instead of being controlled by it. Sebaliknya, jika dibandingkan, orang-orang muda lebih memilih berita on demand dengan kata lain, mereka ingin mengontrol media mereka, bukannya dikendalikan media tersebut. Media online juga menjadi salah satu alternatif warga Prancis untuk mencari berita yang diinginkan. Berdasarkan survei yang dimuat pada blog milik WAN-IFRA (World Association of Newspapers and News Publishers-IFRA) pada tanggal 5 September 2013, situs web Le Figaro (LF) telah diakses oleh 13 juta penduduk Prancis setiap bulannya. 2 Pada bulan Januari 2010, situs web Le Monde (LM) telah diakses lebih dari lima juta dua ratus ribu orang. 3 Sedangkan berdasarkan survei OJD (Office de Justification de la Diffusion) pada bulan Juni 1 (akses pada tanggal 30 Oktober 2013 pukul 16:13) 2 (akses pada tanggal 22 Oktober 2013 pukul 15:53) 3 (akses pada tanggal 26 Februari 2014 pukul 19 :58) 2

3 2013, disebutkan bahwa situs web Libération (LIB) diakses oleh kurang lebih 4 juta pengunjung tetap setiap harinya. 4 Selain digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi, mengatur dan mengontrol masyarakat, media juga dimanfaatkan sebagai alat komunikasi untuk berdemokrasi karena media digunakan sebagai perantara bagi pembuat berita kepada publik, seperti yang dikatakan Wolton (2000: 10, 103): La communication est au coeur de la modernité, c est-à-dire inseparable de ce lent mouvement d émancipation de l individu et de la naissance de la démocratie. Komunikasi adalah jantung modernitas, karena tidak bisa dipisahkan dari gerakan emansipasi individu dan lahirnya demokrasi (2007: 3). Si tout ce qui diffuse de l information n est pas de la comunicatin,on doit pouvoir répondre à la question : qu es-ce qu un média? On l a vu dans les deux chapitres précédents, pour qu il y ait une communication de type médiatique, il faut un lien entre l émetteur, le message et le récepteur, c est-à-dire une représentation de qui dit quoi, à qui, par quel message, avec quelle intentionnalité, et au travers de quelle réception, pour rependre les catégories classiques de H. Lasswell. Qui dit communication dit prise en compte de l émetteur, du message et du récepteur. Jika segala hal yang disebarluaskan oleh informasi bukanlah komunikasi, maka kita harus bisa menjawab pertanyaan berikut: apa itu sebuah media? Kita telah melihat dalam dua bab sebelumnya bahwa agar ada sebuah komunikasi melalui media diperlukan kaitan atau hubungan antara pengirim, pesan dan penerima yaitu gambaran (representasi) tentang siapa berkata apa, kepada siapa, dengan pesan apa, dengan maksud apa, dan dengan penerimaan bagaimana- jika kita hendak kembali pada kategori-kategori klasik menurut H. Lasswell. Dialah yang mengatakan bahwa komunikasi mestilah melibatkan pengirim, pesan, dan penerima (2007: 143). Tidak hanya media sebagai alat untuk mempengaruhi dan alat komunikasi, tetapi bahasa juga dijadikan sebagai alat komunikasi, menurut Wijana (2006: v) bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting bagi manusia. Berbicara bahasa sebagai alat komunikasi akan terkait erat dengan sosiolinguistik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi di dalam masyarakat. 4 (akses pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 14 :54) 3

4 Dengan dijadikannya bahasa sebagai alat komunikasi yang paling utama dan berkaitan dengan unsur eksternal, maka tidak menutup kemungkinan jika bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan versi masing-masing kelompok masyarakat tertentu (Thomas dan Wareing, 2007: 79): Bahasa yang digunakan oleh media untuk mewakili kelompok sosial dan politik tertentu dan untuk memaparkan kejadian-kejadian yang dianggap pantas untuk dimuat atau ditayangkan akan cenderung untuk digunakan dalam masyarakat sebagai cara untuk membicarakan kelompok atau kejadian itu. Hal ini mendorong lahirnya bahasa pro dan bahasa kontra, seperti yang dikemukakan oleh Artha (2002: 73): Munculnya kelompok pro dan kelompok kontra dalam wacana demokrasi, juga mendorong lahirnya bahasa pro dan bahasa kontra. Hal ini menjadi sesuatu yang terjadi sebagai konsekuensi politis. Bahasa pro dan bahasa kontra timbul karena adanya sebuah ideologi yang berbeda dari masing-masing kelompok tersebut. Wartawan menjadikan wacana dan media sebagai alat untuk menyampaikan ideologi mereka. Untuk memecahkan penafsiran bentukan wacana akibat perbedaan ideologi masing-masing media, Mulyana (2008: 193) menyarankan analisis bingkai sebagai salah satu cara yang tepat. Maka seorang mahasiswa misalnya dapat melakukan analisis framing mengenai ideologi dan keberpihakan yang subtil dibalik berita-berita seputar demonstrasi mahasiswa atau buruh di Indonesia, atau kasus WTC (World Trade Center) yang terkenal itu, atau bahkan dibalik acara-acara infotainment yang telah mewabah dalam beberapa tahun terakhir ini. Wacana terkini yang banyak diberitakan oleh media Prancis adalah mengenai pengesahan undang-undang pernikahan sejenis. Dalam menyikapi pemberitaan tersebut, muncul kelompok pro dan kelompok kontra yang berusaha mempertahankan ideologi masing-masing kelompok di media. Kemunculan 4

5 kelompok pro dan kontra dari isu tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti, terutama dari segi konstruksi wacana media. Contoh wacana yang dapat mencerminkan bahasa dari kelompok pro dan kontra, terdapat pada data yang digunakan dalam penelitian ini. Data tersebut diambil dari koran online LM, LF, dan LIB adalah sebagai berikut: (1) Pour les quelque manifestants selon la police, pour les organisateurs rassemblés dimanche 5 mai sur la pelouse devant la place Vauban, dans le 7 e arrondissement de Paris, c'était un entre-deux délicat à négocier. Il s agissait pour les opposants à la loi Taubira, définitivement adoptée par le Parlement fin avril et qui ouvre le mariage et l adoption aux couples homosexuels, d entretenir la flamme jusqu à la grande manifestation nationale du 26 mai. Et ce en pleines vacances scolaires. (LM, 5 Mai 2013) Bagi para demonstran menurut polisi, bagi para penyelenggaraberkumpul pada hari minggu tanggal 5 Mei di lapangan rumput depan La place Vauban, di kawasan tujuh di kota Paris, adalah salah satu dari dua perbincangan yang sulit. Bagi para penentang hukum Taubira, yang akhirnya disetujui oleh Parlemen pada akhir April dan yang membuka pernikahan dan adopsi untuk pasangan homoseksual, untuk menjaga kobaran semangat sampai demonstrasi nasional yang besar pada tanggal 26 Mei. Ini ditengah liburan sekolah. (2) Environ personnes, selon la police, se sont rassemblées dimanche à Paris pour réclamer le retrait de la loi ouvrant le mariage aux homosexuels, à l'appel du collectif "La manif pour tous" qui organisait d'autres manifestations en province. La loi Taubira a été définitivement adoptée par le Parlement fin avril mais les parlementaires de droite ont saisi le Conseil constitutionnel qui a un mois pour se prononcer. D ici là, les opposants à la loi ouvrant mariage et l adoption aux couples homosexuels continuent de faire pression et ont appelé à une nouvelle manifestation le 26 mai. (LF, 5 Mai 2013) Sekitar orang, menurut polisi, berkumpul pada hari minggu di Paris untuk meminta penarikan undang-undang yang membuka pernikahan sejenis, atas seruan bersama demonstrasi untuk semua yang telah menyelenggarakan demonstrasidemonstrasi lainnya di provinsi. Hukum Taubira akhirnya disahkan oleh Parlemen pada akhir April tetapi para anggota parlemen sayap kanan memanfaatkan Dewan Konstitusi yang memiliki satu bulan untuk memutuskan. Sampai saat ini, para penentang undangundang yang membuka pernikahan dan adopsi untuk pasangan sejenis terus melakukan perlobian dan menyerukan berdemonstrasi pada tanggal 26 Mei. (3) Les opposants au mariage pour tous manifestent un peu partout en France, mais ils sont peu nombreux, sauf à Rennes. Les opposants au «mariage pour tous» se sont rassemblés dans plusieurs villes de France dimanche, une répétition avant la grande manifestation nationale du 26 mai pour obtenir le retrait de la loi ouvrant le mariage aux homosexuels. (LIB, 5 Mai 2013) Para penentang pernikahan untuk semua berdemonstrasi di beberapa tempat sekaligus di waktu yang sama di Prancis, tetapi jumlah mereka tidak banyak kecuali di Rennes. Para penentang pernikahan untuk semua berkumpul di beberapa kota di Prancis pada hari minggu, sebuah pengulangan sebelum demonstrasi besar nasional tanggal 26 Mei untuk memperoleh penarikan undang-undang yang membuka pernikahan sejenis. 5

6 Pada data (1) penggunaan kata les quelque manifestants para demonstran dibentuk sebagai subyek karena diikuti dengan kata kerja rassemblés berkumpul. Gambaran yang berusaha dibangun disini adalah adanya kebimbangan yang sedang dihadapi oleh para demonstran, hal tersebut dapat dilihat dari kata c'était un entre-deux délicat à négocier adalah salah satu dari dua perbincangan yang sulit. Tujuan dari berkumpulnya demonstran tersebut terdapat pada frasa d entretenir la flamme jusqu à la grande manifestation nationale untuk menjaga kobaran semangat sampai demonstrasi nasional yang besar. Gambaran yang dibangun disini adalah demonstran tersebut hanya ingin membuat mereka tetap bersemangat sampai demonstrasi nasional berlangsung. Hal ini dikarenakan penggunaan frasa entretenir la flamme yang bersinonim dengan entretenir un feu menjaga api (agar tetap semangat) (Arifin dan Soemargono, 2007: 368). Fokus pada data (2) adalah environ personnes sekitar orang yang dibentuk sebagai subyek karena diikuti dengan kata kerja se sont rassemblées berkumpul. Tujuan dari berkumpulnya orang tersebut dapat dilihat dari frasa pour réclamer le retrait de la loi untuk meminta penarikan undang-undang. Gambaran yang dibangun disini adalah orang tersebut berusaha secara halus dengan menggunakan cara yang positif agar undangundang ditarik kembali. Hal ini dikarenakan penggunaan kata réclamer yang berdasarkan kamus Perancis-Indonesia sepadan dengan meminta dengan sangat (sesuatu yang sangat diperlukan), (meminta apa yang menjadi haknya) 6

7 menuntut, meminta, memerlukan, dan menuntut, memprotes (Arifin dan Soemargono, 2007: 879). Fokus pada data (3) adalah les opposants para penentang yang dibentuk sebagai subyek karena diikuti kata kerja se sont rassemblées berkumpul. Tujuan dari berkumpulnya para penentang dituliskan dengan frasa pour obtenir le retrait de la loi untuk memperoleh penarikan undang-undang. Gambaran yang berusaha dibangun disini adalah para penentang berusaha dengan keras agar undangundang ditarik kembali. Hal ini dikarenakan penggunaan kata obtenir yang berdasarkan kamus Prancis-Indonesia berpadanan dengan memperoleh, mendapat(kan), beroleh dan mencapai, dapat memperoleh, mendapatkan (Arifin dan Soemargono, 2007: 708). Berdasarkan penjelasan dari contoh di atas, (1) dan (2) memiliki fokus yang sama yakni orang sedangkan pada (3) yang menjadi fokus adalah para penentang. Pengunaan istilah orang dan para penentang merujuk pada satu subyek yang sama. Perbedaan penggunaan istilah untuk merujuk satu subyek yang sama pada wacana (1), (2) dan (3) dapat mencerminkan adanya sebuah perbedaan ideologi yang dimiliki para wartawan. Perbedaan ideologi masing-masing wartawan dapat membuat adanya perbedaan bentuk bingkai dari media satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu setiap media akan menampilkan wacana yang berbeda-beda mengenai sebuah berita. 7

8 1.2 PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah bagaimana LM, LF, dan LIB membangun wacana pemberitaan tentang isu pernikahan sejenis di Prancis? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya yakni untuk mengetahui konstruksi wacana dalam pemberitaan isu pernikahan sejenis pada koran online LM, LF, dan LIB. 1.4 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa penelitian yang telah menggunakan objek material LM dan LF, antara lain Michael Atkins (2002) dengan sebuah tesis yang berjudul Reflections of Revolution: Le Figaro, Le Monde and Public Opinion in France During The Algerian Conflict ( ). Tesis ini meneliti tentang pemberitaan LM dan LF terhadap konflik Algeria dengan menggunakan analisis isi teknik coding. 5 Puji Lestari (2007) dengan judul skripsi Kekhasan Ragam Bahasa Jurnalistik dan Fungsi Bahasa dalam Penulisan Berita Surat Kabar Le Monde. 5 (akses pada tanggal 16 Februari 2014 pukul 16 :09) 8

9 Skripsi ini meneliti tentang fungsi bahasa yang ada di dalam ragam bahasa jurnalistik dalam bahasa Prancis serta ciri-ciri khusus yang menjadi karakteristik dalam penulisan berita di dalam media online LM. Peneliti menggunakan pendekatan analisis wacana dan gaya bahasa untuk menganalisis gaya penulisan berita dalam media massa berbahasa Prancis. Skripsi mengenai perdebatan dalam media mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) pernikahan sejenis belum pernah dilakukan sebelumnya. Sedangkan penelitian mengenai pandangan pernikahan sejenis oleh seorang tokoh masyarakat sudah pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitianpenelitian tersebut ditulis oleh Abdul Haq Shawqi (2009) dengan judul skripsi Kawin Sesama Jenis dalam Pandangan Siti Musdah Mulia. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana hukum islam memandang perkawinan sesama jenis dan apa landasan pemikiran Mulia sehingga memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Analisis yang digunakan penelitian ini berinstrumen induktif dan imperatif, yaitu menafsirkan menurut pada kebenaran objektif. 6 Fatchurrochman (2010) dengan judul skripsi Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Sesama Jenis (Studi Kritis Pemikiran M. Kholidul Adib Ach. dalam Buku Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Kaum Homo Seksual ). Skripsi ini meneliti tentang bagaimana tinjuan hukum islam terhadap pemikiran M. Kholidul Adib Ach. dan apa landasan pemikiran 6 (akses pada tanggal 7 Desember 2013 pukul 09:05) 9

10 Adib tentang perkawinan sesama jenis. Analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitik yang fokus pada dasar hukum islam dan aspek psikologis, sosiologis dan historis. 7. Penelitian dengan analisis bingkai sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Varia Virdania Virdaus (2011) dengan sebuah tesis yang berjudul Analisis Wacana Berita dengan Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Tesis ini meneliti tentang bagaimana majalah TIME memberitakan intervensi militer Pakistan terhadap pemerintahnya. Peneliti tersebut menggunakan pendekatan analisis wacana Teun A. van Dijk dengan menggunakan metode analisis bingkai model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari hasil pengamatan penulis dan ditinjau berdasarkan tinjuan pustaka diatas, masalah isu pernikahan sejenis dalam koran online LM, LF, dan LIB belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian wacana dengan menggunakan metode analisis bingkai model Robert M. Entman (1991) juga masih jarang dilakukan. 7 (akses pada tanggal 7 Desember 2013 pukul 09:00) 10

11 1.5 LANDASAN TEORI Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori komunikasi. Teori komunikasi digunakan sebagai pendukung proses analisis penelitian ini karena menurut Darma (2009: 49) wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang luas Sosiolinguistik Menurut Wijana (2006: 7) sosiolinguistik adalah salah satu cabang linguistik yang memandang kedudukan bahasa dengan penggunanya di dalam masyarakat sebagai masyarakat sosial karena ketika manusia berbahasa secara tidak langsung dipengaruhi oleh konteks sosial disekitarnya. Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi disekitarnya. Ketika manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi maka wacana yang dihasilkan tidak akan terlepas dari unsur eksternal (situasi dan kondisi) di sekitarnya. Menurut Heller (Schiffin et al., 2001: 250) istilah wacana menjadi penting dalam praktik linguistik yang berhubungan dengan kerangka ideologi dan bahasa yang digunakan untuk merefleksikannya. However, the notion of discourse has become increasingly important to this endeavor, as it has become clear that the specifics of linguistic practices are linked to more broadly shared, and ideologically framed, ways of using language. 11

12 Namun, ide wacana menjadi semakin penting untuk upaya ini, karena menjadi jelas secara spesifik praktik linguistik terkait lebih luas dan secara ideologi dibingkai, cara menggunakan bahasa. Meneliti komunikasi yang terjadi di dalam media, tidak akan terlepas dari bagaimana cara media menceritakan suatu peristiwa. Apabila komunikasi di dalam media dianalisis dengan menggunakan ilmu linguistik, maka peneliti akan membutuhkan tiga level analisis linguistik. Ketiga level linguistik tersebut yakni representasi bahasa, representasi identitas dan representasi peristiwa. Representasi bahasa digunakan untuk mengetahui cara media menceritakan suatu peristiwa. Representasi bahasa menganalisis penggunaan bahasa dari tiap-tiap media. Level dari penggunaan bahasa dalam bercerita ini disebut sebagai representasi bahasa (lihat bab 2) dan kita sekarang akan membahas tentang beberapa struktur linguistik yang bisa mempengaruhi bagaimana cara melaporkan / merepresentasikan kejadian yang bisa menimbulkan berbagai versi dan pandangan yang berbeda dari satu kejadian yang sama. (Thomas dan Wareing, 2007: 82) Representasi identitas dapat digunakan untuk mengetahui cara media merujuk identitas yang terdapat dalam wacana. Sementara artikel di Guardian menggunakan kata-kata dari seorang pria di jalan yang tidak disebutkan identitasnya serta seorang konsumen di Norman Inn yang memberikan representasi yang berbeda, yaitu yang hanya mendeskripsikan ledakan itu tanpa menunjuk pada siapa pun sebagai pelakunya. Efek keseluruhan dari pilihan-pilihan linguistik dari ke dua koran ini adalah perbedaan pada fokus kejadian, di mana Daily Telegraph lebih menonjolkan pada pertarungan antarfaksi yang terjadi di Irlandia Utara dengan fokus pada gerakan Republikan dan IRA. Perbedaan fokus ini mencerminkan perbedaan perspektif politik antara kedua koran ini. (Thomas dan Wareing, 2007: 90) Representasi peristiwa digunakan untuk mengetahui cara media menceritakan suatu kejadian secara logis. Sebuah kecenderungan tertentu dalam merepresentasikan orang, situasi, dan kejadian dengan cara-cara yang mudah ditebak dan selalu sama akan membuat pilihan-pilihan linguistik yang digunakan dalam representasi itu menjadi mapan dalam sebuah budaya, yaitu menjadi representasi yang umum digunakan untuk membicarakan atau menulis tentang orang atau kejadian. (Thomas dan Wareing, 2007: 91) 12

13 1.5.2 Teori Komunikasi Komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan politik, karena komunikasi membawa wacana-wacana politik yang akhirnya menyebabkan lahirnya sebuah demokrasi. Komunikasi politik merupakan cerminan dari ruang publik. Komunikasi politik berbeda dengan komunikasi publik yang merupakan tempat bagi para pelaku politik untuk bertukar wacana yang berbeda. C est pourquoi, j ai donné en 1989 une définition restrictive de la communication politique l espace où s échangent les discours contradictoires des trois acteurs qui ont la légimité des s exprimer publiquement sur la politique et qui sont les hommes politiques, les journalistes, et l opinion publique du travers des sondages. (Wolton, 1995: 107) Oleh karena itu pada tahun 1989, saya memberikan definisi yang membatasi komunikasi politik tempat dimana saling bertukarnya wacana-wacana yang berlawanan dari tiga tokoh yang mempunyai hak untuk berbicara secara terbuka tentang politik dan mereka adalah tokoh-tokoh politik, para wartawan, dan opini publik melalui survei. Komunikasi politik menggunakan media sebagai sarana untuk menyebarkan wacana politik. Penggunaan media internet sebagai alat komunikasi tidak berbeda dengan menggunakan media-media yang lain tetapi yang paling penting adalah pesan yang disampaikan. Saat ini sudah bukan lagi saatnya untuk memperdebatkan media mana yang paling efektif untuk menyampaikan pesan kepada publik karena media-media tersebut saling melengkapi kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi. Media baru menurut Wolton adalah media yang terhubung oleh jaringan: Pour nouveaux médias, on désigne généralement les médias issus du rapprochement entre les techniques de l informatique, des télécommunications et de l audiovisuel (2000: 229). Yang kita maksud dengan media-media baru adalah media yang lahir dari gabungan teknik informatika, telekomunikasi dan audiovisual (2007: 343). Komunikasi pada dasarnya menyangkut masalah interaksi manusia yang menyangkut tiga logika, yaitu logika pengirim, pesan dan penerima. Hal ini 13

14 menyebabkan adanya perubahan penerimaan tentang ketiga logika tersebut. Komunikasi kebanyakan dianggap sebagai alat pemasaran politik yang menjadikannya sebagai suatu objek yang tidak netral karena komunikasi politik merupakan salah satu elemen dari demokrasi massa. Komunikasi dijadikan alat untuk bagi kalangan profesional yang mengerti bagaimana menggiring masyarakat tetapi masyarakat sudah membentengi diri dengan pemikiran kritis. Pemikiran kritis ini menurut Wolton telah diasah warga Prancis sejak empat abad yang lalu, yakni sejak abad ke-17 hingga abad ke-20. La revendication de la liberté de communiquer est évidemment le fruit de la longue bataille, commoncé à la Renaissance pour la liberté de conscience, de pensée, d expression, puis à partir des XVII e et XVIII e siècles pour la liberté de la librairie et de la presse. Au XIX e siècle, on la retrouve pour la liberté d association, de manifestation et de participation politique. Au XX e siècle, elle est directement liée à l avènement de la démocratie de masse, avec le suffrage universel et l information pour tous (2000: 38). Tuntutan terhadap kebebasan komunikasi jelas merupakan hasil dari perjuangan panjang yang telah dimulai sejak masa Renaisans, demi kebebasan kesadaran, pemikiran dan ekspresi, dan kemudian mulai abad ke-17 dan ke-18 demi kebebasan buku dan pers. Sedangkan pada abad ke-19 kita memperoleh kebebasan untuk berkumpul, melakukan unjuk rasa dan berpartisipasi di bidang politik. Pada abad ke-20 kebebasan itu terkait langsung dengan naiknya demokrasi massa lewat pemilihan umum dan hak mendapatkan informasi bagi semua orang (2007: 44). Untuk mengkritisi praktik-praktik wacana di dalam media massa, Mulyana (2008: 14) mengatakan bahwa metode analisis bingkai merupakan salah satu cara yang cocok untuk melihat konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan suatu berita dan ideologinya. Kita membutuhkan paradigma alternatif (interpretif) yang lebih kritis untuk melihat realitas lain di balik wacana media massa. Salah satunya adalah analisis framing yang cocok digunakan untuk melihat konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antara berita (atau wacana, tema, topik) dan ideologi, yakni proses atau mekanisme menengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah, dan meruntuhkan ideologi. Hal tersebut didukung pula dengan pernyataan Sobur (2012: 162) yang mengatakan bahwa analisis bingkai digunakan untuk menganalisis cara pembuat 14

15 wacana membuat suatu fakta agar pembaca tidak sadar bahwa ia telah digiring menuju persepsi yang sama dengan ideologi pembuat wacana tersebut. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Salah satu model analisis bingkai yang ada saat ini adalah model Robert M. Entman. Entman (1991: 7) mengatakan, menganalis bingkai dalam berita lebih mudah dilakukan dengan mencermati hubungan pengulangan, penempatan, katakata dan gambar yang merupakan unsur-unsur dari bingkai berita. But through repetition, placement, and reinforcing association with each other, the words and images that comprise the frame render one basic interpretation more readily discernible, comprehensible, and memorable than others. Melalui pengulangan, penempatan, dan memperkuat hubungan dengan satu sama lain, kata-kata dan gambar yang terdiri dari frame membuat satu penafsiran dasar lebih mudah dilihat, dipahami, dan mudah diingat daripada yang lain. Hal ini didukung pula oleh Qodari dalam Sobur (2012: 172) yang menggambarkan skema bingkai model Entman sebagai berikut. 15

16 1.6 METODE PENELITIAN 1. Tahapan penyediaan data dilakukan dengan menggunakan teknik simak dengan metode pencatatan dari sumber data. Data yang diambil berkaitan dengan judul penelitian yang hanya dimuat dalam situs berita dan Terdapat 6 data yang digunakan di dalam penelitian ini, dengan mempertimbangkan waktu sebelum dan setelah adanya undang-undang pernikahan sejenis yang disahkan di Prancis pada tanggal 17 Mei Tahapan metode analisis data dilakukan dengan metode analisis bingkai model Robert M. Entman (1991), yakni casual interpretation, treatment recommendation, problem identification dan moral evaluation. Pada tahapan moral evaluation, data tersebut di bedah melalui representasi bahasa, representasi peristiwa dan representasi identitas untuk membantu memperdalam proses analisis dalam penelitian ini. 3. Tahapan akhir penelitian ini adalah pemaparan hasil analisis yang berupa laporan penelitian. 8 (akses pada tanggal 23 Oktober 2013 pukul 8:11) 16

17 1.7 SISTEMATIKA PENYAJIAN Pada BAB I peneliti akan membahas mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. Pada BAB II peneliti akan memaparkan pembahasan data. BAB III akan disajikan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa dari abad ke abad. Tulisan awal tentang wanita dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013

LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON Maret 1 April 2013 LAPORAN PROMOSI TEI KE 28 DI FOIRE DE LYON 2013 22 Maret 1 April 2013 Pameran Foire de Lyon merupakan pameran nomor tiga terbesar untuk pameran-pameran sejenis yang di adakan di setiap kota di Prancis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.  dan  dengan mengamati teks online BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini, objek penelitian dilakukan terhadap dua media yaitu www.tempo.co dan www.suara-islam.com dengan mengamati teks online pemberitaaan RUU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijabarkan tentang jenis metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, baik itu media massa cetak, elektronik, atau baru-baru ini media massa online (internet) telah menjadi salah satu konsumsi wajib bagi masyarakat. Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan pengarang sebagai penghasil imajinasi dan kreativitas sastra secara individual dan pembaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Di dalam sebuah pemberitaan terdapat sebuah proses yang mengandung

BAB III KESIMPULAN. Di dalam sebuah pemberitaan terdapat sebuah proses yang mengandung BAB III KESIMPULAN Di dalam sebuah pemberitaan terdapat sebuah proses yang mengandung nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan individu maupun kelompok. Proses pemberitaan ini lah yang akan memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan. menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah lama terjadi dan menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat. Menurut data Komnas Perlindungan Anak dalam artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya

Lebih terperinci