MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA)"

Transkripsi

1 Nomor : 93/MADYA/V/2010 Hal : Undangan Lamp. : 1 Berkas MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA) Kepada Yth. Rekan Pelestari Warisan Budaya dan LSM/ Ormas Di Tempat Dengan hormat, Dalam rangka memperingati Hari Purbakala yang jatuh pada tanggal 14 Juni 2010, kami mengadakan acara Malam Refleksi hari Warisan Budaya: Dongeng Pelestarian Budaya di Negeri Kaya Budaya yang harapannya ini dapat dimaknai juga sebagai Hari Warisan Budaya. Untuk itu, kami bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Sdr./i hadir dalam kegiatan tersebut yang akan dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Senin,14 Juni 2010 Pukul : Wib Tempat : ndalem Nototarunan, Gunung Ketur PA II/ 127 Pakualaman Yogyakarta (Belakang RS Puri Nirmala) Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan hadir dalam kegiatan tersebut, tentu menjadi alat untuk dikampanyekan ke masyarakat lainnya. Terima kasih. Salam Budaya...!!! Yogyakarta, 8 Juni 2010 Hormat Kami, Masyarakat Advokasi Warisan Budaya Jhohannes Marbun Koordinator

2 Term of Refference MALAM REFLEKSI PERINGATAN HARI PURBAKALA 14 JUNI SEBAGAI HARI WARISAN BUDAYA DI INDONESIA Dongeng Pelestarian Warisan Budaya di Negeri Kaya Budaya A. Latar Belakang Perjalanan tentang pelestarian warisan budaya sudah dimulai sejak akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu sudah berpikir tentang perlunya upaya penyelamatan warisan dan benda cagar budaya dengan membentuk lembaga pada tahun 1913 dengan nama Oudheidkundige Dienst in Nederlansch-Indie yang dipimpin oleh N.J. Krom. Bahkan, pada masa kepemimpinan F.D.K. Bosch (tahun ), Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie mengeluarkan Undang-Undang tentang penanganan peninggalan purbakala, yaitu Monumenten Ordonantie Staatsblad 1931 No.238. Dengan adanya undang-undang tersebut, pengawasan dan perlindungan peninggalan purbakala, mempunyai kepastian hukum. Kini, sudah 97 tahun berlalu, Namun penanganan terhadap warisan budaya yang memiliki sejarah budaya dan ilmu pengetahuan tetap saja tertinggal jauh di belakang bahkan mengalami kemunduran. Perusakan, pencurian, dan pemalsuan benda warisan budaya masih saja terjadi di seluruh daerah di Indonesia, tanpa adanya proses hukum bagi pelaku-pelaku kejahatan dalam bidang warisan budaya. Banyak kasus dibiarkan menguap begitu saja. Trowulan merupakan salah satu dari sekian banyak kasus yang menguap, yang sampai saat ini tidak ada tindakan hukum terhadap kasus tersebut. Tentu saja, kasus Trowulan bukanlah kasus terakhir. Sepanjang tahun 2009 sampai tahun 2010 terdapat banyak persoalan dalam pengelolaan warisan budaya. Sebut saja beberapa di antaranya: Penjualan rumah Joglo Kotagede yang hampir terjadi setiap bulan bermula karena kejadian gempa bumi tahun 2006, dimana pemilik tidak memiliki kemampuan secara ekonomi untuk memperbaikinya. Bangunan Cagar Budaya yang rusak akibat gempa bumi ini juga terjadi di beberapa tempat lain seperti Wilayah Keraton, seperti Bangsal Traju Mas, Taman Sari, dan beberapa ndalem yang ada, wilayah Pakualaman, seperti Puro Pakualaman, ndalem Nototarunan, dan beberapa ndalem lainnya. Pemberian dana rehabilitasi dan rekonstruksi tidaklah memadai untuk perbaikan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut. Penemuan Candi UII yang rencana pengelolaannya akan berada di dalam perpustakaan UII, pencurian dua patung dari Candi Plaosan Lor, namun kemudian yang ditemukan oleh Polda Jawa Tengah sekitar 34 item jenis BCB. Pada tahun 2010, bahkan disuguhi dengan aksi mutilasi terhadap bangunan tua eks Kodim Salatiga (Jawa Tengah). Belum usai kasus Salatiga, Pemerintah Kota Pangkal Pinang

3 menghancurkan gedung seni pertunjukan dan bioskop tertua di Indonesia yaiu Bioskop Banteng HEBE persis di awal tahun 2010 hanya untuk memuluskan mega proyek Bangka Trade Centre (BTC) meskipun tanpa seijin pemilik dan tidak disertai AMDAL, bahkan sudah mendapat penolakan dari institusi Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI karena bangunan tersebut sudah dikaji dan layak sebagai Benda Cagar Budaya. Kasus tersebut bukanlah kasus terakhir di Pangkal Pinang, pada bulan Februari bangunan tua berikut yaitu eks bioskop Garuda dan eks bioskop Surya juga mengalami nasib yang sama, yaitu dihancurkan (genosida) hanya untuk membangun gedung pertemuan. Apa peran Pemerintah Pusat dalam hal ini? Diam saja. Belum usai penanganan kasus di atas, muncul tragedi berdarah demi mempertahankan kuburan kuno makam mbah Priok, Koja Jakarta Utara dengan korban meninggal 3 orang. Kejadian ini tidak terlepas dari peran pemerintah daerah (baca: Satpol PP). Pada saat yang bersamaan muncul kasus penggusuran kampung tua Cina Benteng, Tangerang Banten. Di daerah lain juga terjadi, mutilasi terhadap eks penjara Kalisosok Surabaya yang sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui Perda no. 11/ 2005 tentang Bangunan Cagar Budaya di kota Surabaya. Kasus salah urus warisan budaya tidak hanya terjadi pada warisan budaya yang ada di darat saja, tetapi juga yang berada di perairan, yaitu warisan budaya bawah air BMKT. Kasus BMKT ini meliputi manajemen pengelolaannya, jual-beli (baca: lelang) warisan budaya bawah air yang dilegalkan oleh pemerintah, dan kegiatan survei dan pengangkatan yang melibatkan mafia perampok internasional Michael Hatcher. Sekali lagi, pemerintah pusat (baca: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI) seakan sengaja melakukan pembiaran, jikalau tidak bisa dikatakan tidak berdaya mengelola. dimana pemerintah tetap saja tidak bisa mengatasinya. Dan kasus yang terakhir di Yogyakarta adalah Bangunan dan kawasan Cagar Budaya DR. YAP, persisnya bangunan sisi barat rumah sakit yang sebelumnya lebih dikenal dengan Yayasan Mardi Wuto mendapat gugatan oleh pemiliknya, karena Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI salah menentukan batas-batas wilayah ketika bermaksud membangun pusat perbelanjaan YAP SQUARE. Menentukan batas wilayah bukan berarti menganulir suatu bangunan sebagai cagar budaya bukan? Tetapi itulah yang terjadi surat sakti Direktur Purbakala Kemenbudpar RI digunakan sebagai legitimasi penghancuran perpustakaan Braille Mardi Wuto maupun bangunan lainnya pada awal Mei 2010 hanya demi membangun pusat perbelanjaan sebagai bagian dari alat untuk meningkatkan komsumtivisme masyarakat. Terlepas ada beberapa keterbatasan dalam UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, tetapi sebenarnya UU tersebut sangatlah tegas bagi upaya-upaya pelestarian Warisan Budaya, yang menjadi persoalan utama adalah ketiadaan visi pemerintah dalam upaya pelestarian warisan budaya bangsa. Untuk itu, Malam Refleksi Pengelolaan Warisan Budaya merupakan suatu keharusan untuk dilakukan demi melihat lebih jauh upaya yang sudah dilakukan mengelola warisan budaya yang ada. Momentum ini akan dilaksanakan bersamaan dengan

4 peringatan Hari Purbakala yang dilakukan tanggal 14 Juni setiap tahunnya. Sekaligus sebagai media kampanye untuk memaknai Hari Purbakala sebagai HARI WARISAN BUDAYA. B. Tujuan Kegiatan Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah: 1. Melakukan refleksi perjalanan pengelolaan warisan budaya bangsa 2. Memaparkan secara reflektif permasalahan permasalahan pengelolaan warisan budaya dalam satu tahun perjalanan (Juni 2009 Juni 2010) 3. Memaparkan upaya advokasi yang pernah dilakukan terhadap kasus-kasus warisan budaya dan perkembangannya. 4. Memasyarakatkan pemahaman Hari Purbakala sebagai Hari Warisan Budaya kepada masyarakat awam. C. Sasaran Peserta Peserta dari kegiatan ini adalah: 1. Komunitas/ lembaga pelestari warisan budaya di Yogyakarta. 2. Dunia Akademik (Mahasiswa, guru, dan dosen) 3. LSM/ Ormas yang berkaitan. 4. Instansi pemerintah daerah terkait maupun unit teknis Depbudpar RI di daerah 5. Masyarakat Pakualaman dan umum 6. Media Massa D. Target Kegiatan Adapun target kegiatan bagi peserta yang mengikuti kegiatan ini, yaitu: 1. Peserta memahami permasalahan, tantangan, dan peluang dalam pengelolaan warisan budaya di Indonesia; 2. Peserta dapat memberikan urun rembug pemikiran tentang solusi pengelolaan warisan budaya yang lebih baik ke depan; 3. Peserta sadar arti penting pelestarian warisan budaya dapat terlibat aktif pada upaya perlindungan warisan budaya. 4. Hari Purbakala dipahami juga sebagai hari Warisan Budaya/ Kebudayaan sebagai media perjuangan bersama seluruh bangsa ini. E. Jadwal dan Materi Acara Hari, Tanggal : Senin, 14 Juni 2010 Pukul : 19:00 21:30 Wib Tempat : ndalem Nototarunan, Gunung Ketur PA II/ 127, Pakualaman Yogyakarta.

5 WAKTU KEGIATAN PELAKSANA 18:00 19:00 Kedatangan dan registrasi peserta Penerima tamu 19:00 19:10 Pembukaan oleh Pelaksana Kegiatan MC: Pedro dan Lisa 19:10 19:20 Musik Pembuka Komunitas Prambanan (Pj. Rhony Simatupang) 19:20 19:40 MADYA dan Indonesia (Pengenalan dan Latar Belakang Terbentuknya MADYA) Oleh Joe Marbun/ Pengurus lain 19:40 19:50 Pantomim Pj. Ima 19:50 20:10 Monolog penghancuran cagar Oleh Anton Prasetyo budaya, - Penghancuran (genosida) gedung bioskop tertua Bioskop Banteng, eks gedung bioskop Surya, dan eks gedung bioskop Garuda di Pangkal Pinang Bangka Belitung - Mutilasi gedung eks Kodim Salatiga - Mutilasi penjara Kalisosok Surabaya - Sengketa makam mbah Priok Koja, Jakarta Utara - Penggusuran China Benteng Tangerang - Penghancuran Bale Mardi Wuto Yogyakarta 20:10 20:20 Musik (tentatif) Pj. Rhony Simatupang 20:20 20:40 Monolog Candi: Penemuan Candi Oleh Ima UII - Yogyakarta dan Pencurian Patung di Candi Plaosan Jawa Tengah 20:40 20:50 Musik (tentatif) Pj. Rhony Simatupang 20:50 21:10 Monolog Jual Beli Warisan Oleh: Joe Marbun/ Budi Budaya: di daratan (jual-beli warisan budaya Kotagede, Ndalem Nototarunan, dll) dan di Perairan Indonesia (Mafia harta karun dan jual beli BMKT) 21:10 21:20 Pembacaan Pernyataan Sikap Oleh MC 21:20 21:25 Musik Penutup Oleh Rhony Simatupang Penutup dan pulang Oleh MC

6 F. Pengorganisasian Kegiatan dilaksanakan oleh Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) dan masyarakat di Sekitar Pakualaman secara partisipatif dibawah tanggungjawab Koordinator MADYA, dengan tim kerja sebagai berikut: Ketua Sekretaris Bendahara Anggota : Pedro Indharto : Bravo Timothy : Ima Achyar : - Anton Prasetyo - Ade (Arkeologi UGM 09) - Drajad Budi - Alvein Damardhanto - Sukendro G. Penganggaran Adapun anggaran yang dibutuhkan dalam acara ini merupakan harga minimal untuk terselenggaranya acara tersebut. Hal ini dapat ditutupi dari donasi yang diberikan baik dalam bentuk cash dan atau barang/jasa. H. Penutup. Demikian rancangan kegiatan ini kami susun sebagai acuan bersama dalam memahami dan melaksanakan kegiatan tersebut. Kami mengharapkan dukungan dan kerjasama dari berbagai stakeholder dalam mewujudkan acara tersebut sehingga kesadaran akan pengelolaan warisan budaya semakin meningkat, berjalan baik, dan efektif. Sekian dan terimakasih. Salam Budaya!!! Yogyakarta, 8 Juni 2010 Pengurus Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) Jhohannes Marbun Koordinator

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan

BAB V PENUTUP. bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Permasalahan yang ditimbulkan dari perkembangan kota adalah banyaknya bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan ekonomi maupun modernisasi.

Lebih terperinci

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya Oleh: Jajang Agus Sonjaya, M.Hum. (Dosen Arkeologi FIB UGM dan Staf Peneliti Sosial Budaya PSAP UGM) Tanggal 19 Februari 2005 Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentu memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM

LAPORAN KEGIATAN PPM LAPORAN KEGIATAN PPM PEMBERDAYAAN GURU-GURU SEJARAH MGMP BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH Oleh: Danar Widiyanta, M.Hum. V. Indah

Lebih terperinci

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk 11 Salah satu warisan lembaga ini adalah Museum Sono Budoyo di dekat Kraton Yogyakarta. 8 Tahun 1900, benda-benda warisan budaya Indonesia dipamerkan dalam Pameran Kolonial Internasional di Paris dan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cagar budaya merupakan kekayaan budaya yang penting demi memupuk kesadaran jati diri bangsa dan mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

S E M I N A R N A S I O N A L CARUT MARUT PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA

S E M I N A R N A S I O N A L CARUT MARUT PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA 13.06 2009 S E M I N A R N A S I O N A L CARUT MARUT PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA Dalam Rangka Memperingati Hari Purbakala ~Pengelolaan Warisan Kebudayaan Terintegrasi~ Oleh: Haris Shantanu Gedung

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 15, JAKARTA 10110 TELEPON (021) 3842638,3805563, FAKSIMILE (021) 3805562, 3805559 SITUS : www.menegpp.go.id

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Peran Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pelestarian Cagar Budaya Tahun 2015

BAB III PEMBAHASAN. A. Peran Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pelestarian Cagar Budaya Tahun 2015 BAB III PEMBAHASAN A. Peran Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Pelestarian Cagar Budaya Tahun 2015 Dinas Kebudayaan DIY sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam melaksanakan perannya

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.70/UM.001/MP/2016 TENTANG PENETAPAN OBYEK VITAL NASIONAL DI SEKTOR PARIWISATA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM.70/UM.001/MP/2016 TENTANG PENETAPAN OBYEK VITAL NASIONAL DI SEKTOR PARIWISATA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.70/UM.001/MP/2016 TENTANG PENETAPAN OBYEK DI SEKTOR PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan orang untuk berwisata telah menggerakan kegiatan ekonomi di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara atau daerah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah, baik yang berupa bangunan (candi, keraton, benteng pertahanan), maupun benda lain seperti kitab

Lebih terperinci

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 Rafki Imani Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia E-mail: rafimani17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp: Kepada Yth Wali Kota Semarang di tempat Perihal: Informasi mengenai kajian cagar budaya bangunan kuno Pasar Peterongan Semarang oleh BPCB Jateng Dengan hormat, Bersama surat ini kami menginformasikan bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat besar, baik dari sisi jumlah penduduk, luas wilayah, sumber daya alam (SDA), hingga seni budaya dan adat istiadatnya. 1 Seiring

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin perubahan di bidang keuangan negara. Perbaikan-perbaikan dalam peraturan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan sejumlah bangunan antara lain; Alun alun Utara, Pagelaran, Sitihinggil Utara, Cepuri, Keputren, Keputran,

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah lama diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGARBUDAYA Muhammad Ramli

PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGARBUDAYA Muhammad Ramli PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGARBUDAYA Muhammad Ramli APAKAH ARKEOLOGI Arkeologi terkait dengan identifiaksi atas jejak fisik manusia yang ditinggalakan oleh kehidupan masalampau ARKEOLOGI MARITIM Arkeologi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB MEDIA MONITORING PELUNCURAN AGENDA AKSI DEKADE III GERAKAN PUSAKA INDONESIA KANTOR MENKO KESRA RI JAKARTA, 23 DESEMBER 2013 (1) Sosial & Budaya Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas

Lebih terperinci

PROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA

PROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA PROPOSAL MALAM SAVE LBH JAKARTA I. LATAR BELAKANG Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta berdiri sejak tahun 1970 sebagai jawaban atas gagasan yang disampaikan pada Kongres Persatuan Advokat Indonesia (Peradin)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA. KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA Nomor : / 85 / / 2009 TENTANG TIM PENGAWASAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA SURABAYA. KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA Nomor : / 85 / / 2009 TENTANG TIM PENGAWASAN CAGAR BUDAYA WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA Nomor : 188.45 / 85 / 436.1.2 / 2009 TENTANG TIM PENGAWASAN CAGAR BUDAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga kelestarian bangunan dan/atau lingkungan

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER Senin, 5 September 2016

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER Senin, 5 September 2016 BUPATI KEBUMEN SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum wr. wb. Senin, 5 September 2016 Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yth. Wakil

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa kawasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu

Lebih terperinci

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018

RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3

Lebih terperinci

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp: Kepada Yth -Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Semarang -Pimpinan dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang di tempat Perihal: Pendaftaran cagar budaya, permohonan kajian cagar budaya,

Lebih terperinci

Program LAYANAN KEBUDAYAAN

Program LAYANAN KEBUDAYAAN Program LAYANAN KEBUDAYAAN Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Latar Belakang Para pakar berpendapat bahwa untuk membangun manusia yang berkarakter diperlukan pembangunan bidang kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013 KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013 Perubahan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Menjadi Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Lokasi dan Waktu. Deskripsi/Kronologi. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) sektor aneka industri PT. Perkebunan Limbah Bakti

Lokasi dan Waktu. Deskripsi/Kronologi. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) sektor aneka industri PT. Perkebunan Limbah Bakti Dokumentasi Bentuk Kebebasan Berserikat Berkumpul di Berbagai Daerah Sebagai Dampak Pelaksanaan Permendagri No. 33 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan di Lingkungan Kementerian

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala Oleh Junus Satrio Atmodjo Mengapa Kita Harus Mempertahankan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan. - 458 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. Yth. Pimpinan dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia; Yth. Pimpinan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN DAN PENGHAPUSAN WARISAN BUDAYA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Kota Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Keraton Yogyakarta yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756. Berdirinya Keraton

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keberadaan Cagar Budaya di

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa candi-candi

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 358,000,000.00 00 00 1

Lebih terperinci

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012)

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012) DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Keistimewaan DIY; 2. Perdais Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan dalam urusan Keistimewaan DIY sebagaimana telah diubah dengan Perdais Nomor 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iwan Sholahudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iwan Sholahudin, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena kekerasan anak di Indonesia akhir-akhir inisudah sangat memprihatinkan sehingga harus dipandang serius karena merupakan gejala sosial negatif yang

Lebih terperinci

Awal Penyebaran Pembentukan Lembaga (28 Oktober 1964) Awal Kepemimpinan (1965)

Awal Penyebaran Pembentukan Lembaga (28 Oktober 1964) Awal Kepemimpinan (1965) Sumber: https://nsi.or.id/id/tentang-nsi/organisasi/sejarah-perkembangan Awal Penyebaran 1950 Agama Buddha Niciren Syosyu muncul dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1950 dimana saat itu ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah tidak banyak digunakan lagi pada bangunan-bangunan baru sangat. menunjang kelangkaan bangunan bersejarah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah tidak banyak digunakan lagi pada bangunan-bangunan baru sangat. menunjang kelangkaan bangunan bersejarah tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bangunan bersejarah merupakan bangunan yang memiliki nilai dan makna yang penting bagi sejarah, namun juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan ada kalanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta 32 BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA FORUM DAS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE (SAMPAI DENGAN APRIL 2017)

LAPORAN KINERJA FORUM DAS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE (SAMPAI DENGAN APRIL 2017) LAPORAN KINERJA FORUM DAS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE 2016 2021 (SAMPAI DENGAN APRIL 2017) PANGKALPINANG, APRIL 2017 Laporan Kinerja Forum DAS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Periode

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa warisan budaya Bali merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN

BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN 7.1. Manajemen Kota Pusaka Dalam melaksanakan pengelolaan kota pusaka, saat ini dilakukan secara sinergis dan bekerjasama antara berbagai stakeholder, baik

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 381 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 381 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 381 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PEMBINA KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015 Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mengoptimalkan

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN PIHAK KETIGA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08 / HUK / 2009 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN PENGELOLAAN GUDANG DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN SOSIAL RI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Perlindungan hukum adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SERAH TERIMA ARSIP STATIS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI KEPADA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 3 FEBRUARI 2016 Yang terhormat Ketua

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA JABATAN PELAKSANA PADA JABATAN ADMINISTRASI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI - 346 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM

Lebih terperinci

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN KLASIFIKASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

Kita membuat pedoman perizinan, format perizinan, ataukah sistem perizinan?

Kita membuat pedoman perizinan, format perizinan, ataukah sistem perizinan? Perizinan Cagar Budaya (Undang Undang--Undang Nomor 11 Tahun 2010) Kita membuat pedoman perizinan, format perizinan, ataukah sistem perizinan? Ada terdapat 16 pasal yang berhubungan dengan perizinan cagar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. sebagai kota pariwisata ini dilakukan di Jogja Gallery. Sebuah galeri seni yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. sebagai kota pariwisata ini dilakukan di Jogja Gallery. Sebuah galeri seni yang BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Penelitian manajemen Public Relations untuk membentuk citra Yogyakarta sebagai kota pariwisata ini dilakukan di Jogja Gallery. Sebuah galeri seni yang terletak di

Lebih terperinci