BAB II LANDASAN TEORI. Dalam proses pengajaran, unsur belajar memegang peranan yang penting atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Dalam proses pengajaran, unsur belajar memegang peranan yang penting atau"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Belajar Dalam proses pengajaran, unsur belajar memegang peranan yang penting atau vital. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru untuk memahami sebaikbaiknya tentang proses belajar tersebut. Dengan demikian, seorang guru hendaknya mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian dari istilah belajar itu sendiri, sehingga seorang guru dapat melaksanakan proses pengajaran secara baik dan profesional. Pertama-tama kita akan melihat terlebih dahulu mengenai pengertianpengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Sudjana dan Arifin (1987:17) mengemukakan bahwa: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuannya, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Selanjutnya, Sumadi dalam Yusuf dkk (1993:4) mengemukakan bahwa: a) Belajar itu membawa perubahan (perubahan perilaku baik akal, maupun potensial, b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, c) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Kemudian Witherington dalam Yusuf dkk (1993:4) mengartikan Belajar sebagai suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan-penguasaan pola respon

2 8 atau tingkah laku yang mungkin berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan atau pemahaman. Piaget dalam Dahar (1996:19 mengemukakan bahwa: Belajar merupakan proses perubahan struktur kognitif lama menjadi struktur kognitif baru melalui asimilasi dan akomodasi. Selain pengertian dari para ahli, terdapat pula pengertian belajar dari beberapa pendapat, diantaranya Rusyani (1994:8) menyatakan bahwa: Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Proses disini dalam arti adanya hubungan interaksi antara individu dengan suatu sikap, nilai atau kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungannya dengan dunianya sehingga individu itu berubah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengetahui dan mengingat fakta, melainkan mampu mengembangkan kemampuan peserta diklat untuk berperan dalam proses belajar yang dilaksanakan didalam kelas. Setelah kita mengetahui mengenai pengertian-pengertian dari istilah belajar, maka seorang guru dapat menentukan teori belajar yang digunakan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana secara baik dan profesional. Menurut Syah (1996:103), Teori belajar adalah pandangan yang amat mendasar, sistematis dan menyeluruh tentang proses bagaimana manusia, khususnya anak didik berhubungan dengan lingkungannya. Secara pragmatis teori belajar dapat

3 9 dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dibawah ini akan dijelaskan secara sepintas beberapa teori belajar. 1. Teori Koneksionisme Teori koneksionisme adalah teori yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike ( ). Teori ini mempunyai doktrin pokok, yaitu hubungan antara hubungan antara stimulus dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan pengadaan dan dorongan untuk berbuat. Itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut S-R Bond Theory dan S-R Psychology of Learning. Disamping itu teori ini juga terkenal dengan sebutan Trial and Error Learning. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Muhibbin Syah, 1996:103). 2. Teori Psikologi Kognitif Teori psikologi kognitif adalah bagian dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah), meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap perostiwa belajar peserta diklat (Muhibbin Syah, 1996:109).

4 10 3. Teori Organisme atau Gestalt mengenai belajar Belajar menurut teori bukanlah menghafal fakta-fakta akan tetapi dengan menghadapi masalah-masalah atau problema yang dipecahkan dengan menggunakan The Method of Intelligence. Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur ini berada dalam keseluruhan menurut struktur dan saling berinternalisasi satu sama lain (Hamalik, 1996:46). 4. Teori Belajar Kondisioning Teori belajar classical condisioning merupakan teori belajar kategori Stimulus-Respons (S-RO tipe S). Esensi berlakunya classical condisioning adalah dua stimulus yang berpasangan. Satu stimulus dinamakan conditioned stimulus (CS), stimulus ini dinamakan stimulus netral sebab kecuali untuk menjaga respon yang pertama kali diberikan dalam beberapa saat, tidak menghasilkan respon khusus. Stimulus lain adalah unconditioned stimulus (US) yang menghasilkan respon yang sifatmya reflek. Hasil daripada pasangan stimulus ini adalah dimulainya respon yang sama yaitu respon yang tidak berkondisi (Sudjana, 1990:66). B. Konsep Mengajar Para ahli psikologi pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda-beda rumusannya. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan titik pandang terhadap makna atau hakikat mengajar. Rumusan mengajar dikemukakan

5 11 Sudjana (1990:7) bahwa: Mengajar adalah membimbing, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada pada peserta diklat sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan peserta diklat untuk melakukan kegiatan belajar. Sementara itu, Hamalik (1991:1) menyatakan bahwa: Mengajar adalah usaha pemberian bimbingan kepada peserta diklat untuk belajar. Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Burthon (Rusyan, dkk, 1994:26), bahwa Mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta diklat agar terjadi proses belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, mengajar diartikan sebagai kegiatan guru untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar, serta membimbing peserta diklat untuk melakukan belajar secara aktif. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta diklat karena penyampaian pengetahuan hanya merupakan satu aspek saja dari tujuan pendidikan, sedangkan yang menjadi tujuan pendidikan adalah pembentukan seluruh pribadi peserta diklat. Mengajar juga dapat dikatakan sebagai perbuatan yang kompleks yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Nasution (2000:5) merangkum hal-hal yang penting berhubungan dengan pengertian mengajar sebagai berikut: 1. Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Bahwa anak dapat berenang dengan berenang sendiri, jika melakukan kegiatan itu sendiri, setiap orang dapat menerima dan memahaminya. Tak masuk diakal bahwa seseorang akan dapat belajar berenang hanya dengan membaca buku Learning by doing, demikian anjuran Dewey. 2. Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar.

6 12 Berkat pengalaman itulah anak-anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lain-lain. 3. Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi keduanya saling mengisi dan saling terkait serta berkelanjutan. Hal ini sejaland engan pendapat Sudjana (1987:17) bahwa: Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru sebagai pemimpin belajar. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar adalah proses komunikasi antara guru dengan peserta diklat dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta diklat setelah melakukan kegiatan belajar. C. Metode Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 652), metode dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, atau dapat diartikan juga cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode pemelajaran merupakan salah satu Mata Diklat, yang harus dikuasai oleh guru apabila proses belajar mengajar yang dilakukan ingin berjalan dengan baik. Metode pemelajaran juga diartikan sebagai suatu cara yang terstruktur yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemilihan metode pemelajaran yang

7 13 tepat akan sangat membantu tingkat ketercapaian tujuan pemelajaran yang telah ditetapkan Ada beberapa metode pemelajaran yang bisa digunakan oleh guru, untuk menunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Beberapa diantaranya adalah: 1. Model Pembelajaran Konvensional Model Pembelajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta diklat pada saat berlangsungnya pengajaran menurut Nana Sudjana (1989). Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar peserta diklat sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan peserta diklat berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau peserta diklat yang banyak aktif dengan guru. Oleh karenanya metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar mengajar. Model Pembelajaran konvensional diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan dengan cara ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dengan langkah sebagai berikut: a. Orientasi. b. Mengkonformasikan dan memunculkan gagasan konsep pemahaman peserta diklat.

8 14 c. Perumusan dan penjelasan konsep. d. Penerapan konsep dan evaluasi. 2. Metode Ceramah Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini, yakni: a. Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut: 1) Tujuan yang hendak dicapai. 2) Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumbernya yang tersedia. 3) Alat, fasilitas, waktu yang tersedia. 4) Jumlah murid beserta taraf kemampuannya. 5) Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara. 6) Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu. 7) Situasi pada waktu itu. b. Langkah-langkah menggunakan metode ceramah. Pada umumnya tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni: persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, dan kesimpulan. Langkah metode ceramah yang diharapkan adalah sebagai berikut:

9 15 1) Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar tang baik ebelum mengajar dimulai. 2) Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah. 3) Tahap asosiasi (komparasi), artinya memberikan kesempatan kepada peserta diklat untu menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan atau disediakan waktu untuk tanya jawab dan diskusi. 4) Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah, umumnya peserta diklat mencatat bahan yang telah diceramahkan. 5) Tahap aplikasi atau evaluasi. Tahap terakhir ini, diadakan penilaian terhadap pemahaman peserta diklat mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi bisa dalam bentuk tulisan, tugas dan lain-lain. Perlu diperhatikan, bahwa ceramah akan berhasil baik bila didukung atau dibantu oleh metode-metode yang lain, misalnya tanya jawab, latihan dan lain-lain. Metode ceramah ini wajar digunakan apabila: 1) Ingin mengajarkan topik baru, 2) Tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta diklat. 3) Menghadapi sejumlah peserta diklat yang cukup banyak.

10 16 3. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta diklat. Guru bertanya peserta diklat menjawab, atau peserta diklat bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan peserta diklat. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain: a. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain: 1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh peserta diklat. 2) Untuk merangsang peserta diklat berfikir. 3) Memberi kesempatan pada peserta diklat untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. b. Jenis pertanyaan. Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. 1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada peserta diklat. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, dimana, berapa dan yang sejenisnya.

11 17 2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa dan bagaimana. c. Teknik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawan, sangat bergantung kepada teknik guru dalam mengajukan pertanyaan. Hal pokok yang harus diperhatikan antara lain: 1) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keraguan pada peserta diklat. 2) Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk peserta diklat untuk menjawabnya. 3) Beri kesempatan atau waktu pada peserta diklat untuk memikirkannya. 4) Hargailah pendapat atau pertanyaan dari peserta diklat. 5) Distribusi atau pemberian pertanyaan harus merata. 4. Metode Latihan (Drill) Metode drill merupakan salah satu metode pengajaran yang bertujuan memelihara pengetahuan akan materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dengan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit berupa penyediaan latihan-latihan soal untuk menguji kemampuan penampilan peserta diklat melalui kecepatan menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Asumsi yang

12 18 harus dipenuhi oleh metode drill ini adalah prosedur, kaidah atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan sebelumnya (Arsyad, 2004:97). Banyak orang yang percaya bahwa drill digunakan terbatas pada arithmantic dan spelling, tetapi tujuan drill adalah penyediaan latihan-latihan yang dapat diaplikasikan pada semua tipe pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Alessi (1985:135), bahwa: Drills may be applied to simple paired-associated learning, such as spelling of foreign word translation: to verbal information, such as definition, historical facts, or scientific concepts and principles: to simple problem solving, such as aritmetic facts: and to complexs solving, such as problems in the physical and social sciences. Drill dapat diaplikasikan pada belajar asosiasi sederhana (seperti: mengeja atau menerjemahkan bahasa asing), belajar informasi verbal (seperti: definisi, fakta sejarah, konsep ilmiah dan prinsip-prinsip), pemecahan masalah sederhana (seperti: fakta aritmatik) dan pemecahan masalah kompleks (seperti: masalah-masalah dalam ilmu fisika dan sosial). Keuntungan Metode Drill : Pemberian informasi mengenai kemajuan peserta diklat ketika peserta diklat selesai mengerjakan soal-soal yang ditampilkan oleh metode drill dapat menarik perhatian dan meningkatkan minat peserta diklat untuk menyelesaikan program secara cepat. Berbagai kelebihan maupun keuntungan dari latihan banyakk dikemukakan oleh para ahli. Bahri dalam Nuraeni (2004:15) mengemukakan bahwa:

13 19 Metode latihan merupakan suatu cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik. Selain itu juga, metoda ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan dan kesempatan dan keterampilan. Sedangkan Arif (1986:73) mengemukakan bahwa latihan adalah suatu upaya untuk mengembangkan keterampilan dengan meminta mengerjakan secara berulangulang, sehingga terjadi mekanistik dan pembiasaan. Selain itu Sinamora (1995:287) mengemukakan bahwa latihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman atau perubahan sikap seorang individu. Dengan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat memperkuat memori tentang materi pembelajaran yang terdahulu dan kesiapan untuk menerima materi yang selanjutnya akan diberikan. Melalui latihan dapat mendorong para peserta didik untuk belajar melalui langkah-langkah melihat, mendengar, berbuat dan memeriksa proses dan hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2001:157), bahwa: Latihan perlu dijalankan sehingga peserta diklat mudah lupa segala yang dipelajarinya, sehingga menjamin tercapainya memori yang kuat terhadap konsep dan teorema yang telah dipelajari dan menghadirkan penguatan yang dapat menimbulkan respon benar. Setelah dilakukan latihan diharapkan munculnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta adanya perubahan sikap peserta diklat. Dengan demikian dapat disimpulkan, latihan adalah serangkaian proses belajar mengajar yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta sikap peserta diklat

14 20 sehingga terjadi mekanistik dan pembiasan yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. E. Prestasi Belajar Hasil belajar peserta diklat dapat dilihat dari prestasi yang diraih, prestasi peserta diklat merupakan kecakapan nyata peserta diklat setelah menempuh kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Dalam perjalanannya, peserta diklat menerima materi yang telah disesuaikan ke dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi berbagai kecakapan. Baik itu berupa kecakapan afektif, kognitif maupun psikomotor. Engkoswara (1981: 2) berpendapat bahwa, Prestasi belajar dapat berupa penguasaan, penggunaan dan penilaian tentang sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan dengan berbagai disiplin ilmu. Sementara itu Sudjana (1983: 12) mengemukakan bahwa: Prestasi belajar merupakan suatu perilaku hasil belajar yang dihubungkan dengan standar kesempurnaan (standard of excellence), jadi dalam prestasi terkandung suatu pertimbangan, tentang kesempurnaan itu bersifat relatif berdasarkan individu sendiri maupun norma kelompok. Sedangkan menurut Syamsudin (1981: 44) mengemukakan sebagai berikut: Kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha atau belajar pemahaman (cognitive), keterampilan (psychomotor) dan sikap-sikapnya (attitudes) dengan menggunakan alat ukur (instrument of measure) yang disebut test prestasi. Prestasi belajar merupakan perpaduan antara keberhasilan mengajar guru dan keberhasilan belajar peserta diklat. Dalam hal ini, adanya keterkaitan yang utuh antara guru sebagai pengajar dan peserta diklat sebagai subjek ajar. Setelah prestasi

15 21 diraih peserta diklat, maka prestasi ini merupakan suatu kecakapan yang nyata yang dapat langsung didemonstrasikan dan diuji. Adapun prestasi, indikatornya berupa nilai dan nilai ini didapat setelah dilakukan serangkaian ujian (test). Dalam buku yang diterjemahkan oleh Hendrawati (1987: 24-25), seorang ahli; Machr berpendapat bahwa prestasi belajar memiliki karakteristik tertentu. Berikut di bawah ini karakteristik-karakteristik prestasi belajar: Prestasi belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diukur (measurable). Untuk mengukur perubahan tingkah laku tersebut dapat digunakan test prestasi belajar (achievement). Prestasi menunjukkan kepada individu sebagai sebab (causal agent) artinya individu sebagai pelakunya. Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik didasarkan atas kriteria yang diterapkan menurut standar maupun yang ditetapkan oleh kelompoknya. Prestasi belajar menunjuk kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Dari paparan para ahli di atas, dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kecakapan yang diperoleh peserta diklat setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi belajar ini meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun prestasi peserta diklat merupakan hasil dari proses belajar yang kebenarannya telah diuji melalui serangkaian test. Sehingga kecakapan ini (prestasi) merupakan sesuatu yang dapat diukur (measurable).

16 22 Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta didik adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Berikut ini adalah tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi : Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengetahuan 1. Dapat menunjukkan; 2. Dapat membandingkan; 3. Dapat menghubungkan. 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis; 3. Observasi. 2. Ingatan 3. Pemahaman 4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat menyebutkan; 2. Dapat menunjukkan; kembali. 1. Dapat menjelaskan; 2. Dapat mendefiniskan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh; 2. Dapat menggunakan secara tepat. 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis; 3. Observasi. 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis. 1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 5. Analisis (Pemeriksaan Pemilihan teliti) dan secara 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan/ memilah-milah 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 6. Sintesa 1. Dapat menjabarkan 2. Dapat menyimpulkan 1. Tes tertulis; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. Tes tertulis;

17 23 2. Sambutan 3. Apresiasi (Sikap menghargai) 4. Internalisasi (Pendalaman) 5. Karakterisasi (Penghayatan) C. Ranah Karsa (Psikomotrik) 1. Keterampilan bergerak dan bertindak 2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal menerima; 2. Menunjukkan sikap menolak; 1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat; 2. Kesediaan memanfaatkan. 1. Menganggap penting dan bermanfaat; 2. Menganggap indah dan harmonis; 3. Mengagumi. 1. Mengakui dan meyakini; 2. Mengingkari. 1. Melembagakan atau meniadakan; 2. Menjelmakan dalam perilaku dan pribadi sehari-hari 1. Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. 1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan; 2. Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani. 2. Tes skala sikap; 3. Observasi. 1. Tes skala sikap; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 1. Tes skala penilaian sikap; 2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 1. Tes skala sikap; 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan tugas proyektif (yang menyatakan ramalan atau perkiraan). 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif; 2. Observasi. 1. Observasi; 2. Tes tindakan. 1. Tes lisan; 2. Observasi; 3. Tes tindakan. Sumber: Syah (2004 : 214)

18 24 F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar peserta diklat merupakan kecakapan nyata yang langsung dapat didemonstrasikan dan dapat diukur. Kecakapan ini tidak dapat diraih jika tidak ada usaha yang keras daris peserta diklat dalam belajar. Dalam perjalanannya, banyak faktor yang dapat menunjang bahkan menghambat peserta diklat dalam meraih prestasi belajar. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Dahlan (1983: 3) adalah sebagai berikut: Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta diklat, yaitu: (1) faktor peserta diklat, (2) faktor guru dan pembimbing studi, (3) faktor interaksi guru-peserta diklat, (4) faktor jenis kelamin, (5) faktor pendorong dari luar. Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta diklat menurut Oemar Hamalik (1975: 139) adalah sebagai berikut: Faktor yang bersumber dari diri peserta diklat Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat Suharsimi Arikunto (1993: 21) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi minat dan kebiasaan belajar.

19 25 Faktor yang berasal dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik. G. Anggapan Dasar Anggapan dasar pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Nilai-nilai atau skor-skor yang dicapai siswa merupakan refleksi (pencerminan) dari hasil belajar melalui pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini. 2. Seluruh siswa yang mendapat perlakuan penelitian telah memiliki pengetahuan prasyarat untuk mempelajari mata diklat dalam penelitian ini dilihat dari nila-nilai yang diperoleh siswa pada mata diklat prasyarat. 3. Kelas kontrol dan kelas eksperimen mendapatkan perlakuan yang sama dalam proses pembelajarannya, kecuali pada metode pembelajaran yang digunakan.

20 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Quantum Teaching

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Quantum Teaching BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Quantum Teaching 1. Pengertian Quantum Teaching Abudin Nata (2002: 35), menjelaskan bahwa Quantum Teaching merangkaikan apa yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar. PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING START WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII-6 SMP NEGERI 30 PEKANBARU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ernidalisma Guru Matematika

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sepanjang kehidupan manusia dari mulai tangisan pertama ketika baru

BAB II LANDASAN TEORI. Sepanjang kehidupan manusia dari mulai tangisan pertama ketika baru BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Sepanjang kehidupan manusia dari mulai tangisan pertama ketika baru lahir sampai hembusan nafas penutup umur merupakan rangkaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat di pengaruhi oleh mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk pembinaan, pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Prestasi Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Prestasi Belajar BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar pada dasarnya berasal dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi belajar sendiri mempunyai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pembelajaran, juga terkait dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pembelajaran, juga terkait dengan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pembelajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 2002:82 ) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

resensi buku psikologi pendidikan

resensi buku psikologi pendidikan resensi buku psikologi pendidikan Resensi Buku oleh: charles Judul Buku Pengarang Penerbit : Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru : Muhibbin Syah : Remaja Rosdakarya (Bandung) Tahun Terbit : 2008

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Olahairullah Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Siswa 1. Pengertian aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Menurut Sardiman (2001), yang dimaksud aktifitas belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar untuk mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sosiologi a. Pengertian Sosiologi Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Munifah (2010) tentang Penerapan Model Reciprocal Teaching Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Selain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Fisika juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgen untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolok ukur kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari A. Metode Diskusi BAB II KAJIAN PUSTAKA Metode (method). Secara harafiah berarti cara. metode atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati. Secara umum metode atau

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BUKU PAKET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD Abay Rostika 1

PENGARUH PENGGUNAAN BUKU PAKET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SD Abay Rostika 1 MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Volume 2, No. Pengaruh 1, April 2016: Penggunaan Page 55-64 Buku Paket Terhadap Hasil Belajar Siswa SD ISSN: 2443-1435 PENGARUH PENGGUNAAN BUKU PAKET TERHADAP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN CATATAN PERBAIKAN PADA LATIHAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA Ade Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email:

Lebih terperinci

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh : RIRIK NIANGKASAWATI NIM K. 4303053 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci