PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA TESIS"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh Joko Purwanto S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Alinsyirah: 5-6) v

6 PERSEMBAHAN Tesis ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa mendoakanku. 2. Istriku, Yuni Susilowati, dan anakku, Faiza Abidatu Tsabita, yang paling saya cintai dan sayangi. 3. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa mendoakan dan menyemangatiku. 4. Rekan-rekanku yang selalu memberiku semangat. 5. Seluruh sahabat dan handai taulan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih karena atas kehendak- Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Penyusunan tesis ini adalah salah satu persyaratan untuk mencapai derajat magister pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian tesis ini. 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS sekaligus pembimbing I yang telah memberikan izin dan dukungan serta motivasi yang membangun dalam penyusunan tesis ini. 3. Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta motivasi yang luar biasa dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini. 4. Sivitas akademik Program Pascasarjana UNS atas pelayanan dan bimbingan yang tulus selama berjuang menimba ilmu, sehingga dapat menyelesaikan studi. 5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang selalu saling memberikan motivasi dalam perjuangan selama di kampus tercinta. 6. Keluarga besar saya yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan studi ini. vii

8 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas buku dan pembelajaran bahasa Indonesia. Surakarta, Desember 2012 Penulis viii

9 DAFTAR ISI JUDUL... PENGESAHAN PEMBIMBING... PENGESAHAN PENGUJI TESIS... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv v vi vii xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Teori Hakikat Pendidikan Multikultural a. Multikulturalisme ix

10 b. Pendidikan Multikultural c. Pendekatan Pendidikan Multikultural Hakikat Buku Pelajaran a. Pengertian Buku Pelajaran b. Penyusunan Buku Pelajaran c. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Buku Pelajaran d. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Berperspektif Pendidikan Multikultural e. Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia B. Penelitian Relevan C. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data F. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Buku dengan judul Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VIII karya Ratna Purwaningtyastuti. 59 x

11 2. Buku berjudul Seribu Pena Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karya Tim Abdi Guru Buku berjudul Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karya E. Kosasih dan Restuti Murwaningrum Buku berjudul Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII Karya Nurhadi, Dawud, dan Yuni Pratiwi Buku dengan judul Bahasa dan Sastra Indonesia karya Suharma, dkk B. Pembahasan Hasil Penelitian Muatan Pendidikan Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP Kelas VIII Kualitas Muatan Pendidikan Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP Kelas VIII BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen Buku Lampiran 2: Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen Buku Lampiran 3: Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen Buku Lampiran 4: Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen Buku Lampiran 5: Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen Buku Lampiran 6: Transkrip Hasil Wawancara Lampiran 7: Foto Sampul Buku-buku Pelajaran Bahasa Indonesia Non-BSE yang Diteliti Lampiran 8: Angket Rekapitulasi Data Buku Non-BSE Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII di Surakarta xii

13 Joko Purwanto. S Pendidikan Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Non-BSE untuk Siswa SMP di Surakarta. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.; II: Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M.Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini memilik tujuan: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse untuk tingkat SMP, dan (2) mendeskripsikan dan menjelaskan kualitas muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Indonesia non- BSE untuk tingkat SMP di Kota Surakarta dan informan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis konten, angket, dan wawancara mendalam. Uji validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi teori dan sumber, sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse yang dianalisis belum sepenuhnya memuat dimensi-dimensi pendidikan multikultural. Hal ini terbukti dari dari lima dimensi yang seharusnya ada hanya ada tiga dimensi yang dimunculkan, yakni dimensi integrasi materi, pengurangan prasangka, penguatan budaya sekolah dan struktur sosial. Sedangkan dua dimensi yang lain, yakni dimensi konstruksi pengetahuan dan dimensi penyesuaian metode pembelajaran tidak ditemukan dalam lima buku pelajaran tersebut. Bahkan ada satu buku pelajaran yang tidak memuat keseluruhan dimensi multikultural. (2) kualitas muatan pendidikan multikultural dalam lima buku pelajaran tersebut masih sangat kurang memadai. Hal ini karena belum semua dimensi multikultural terintegrasi dalam buku-buku pelajaran tersebut. Kata kunci: pendidikan multikultural, buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse xiii

14 Joko Purwanto. S Education Multicultural In Indonesian Textbook non-bse For Student SMP at Surakarta. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.; II: Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M. Hum. Indonesian Language Education Study Program, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. ABSTRACT This watchfulness has aim: (1) describe and explaination education load multicultural in Indonesian textbook non-bse for level SMP, and (2) describe and expalin education load quality multicultural in Indonesian textbook non-bse level SMP. The method of the research is qualitative descriptive. Data source in this watchfulness Indonesian textbook non-bse for level SMP at city Surakarta and informant. Data collecting technique uses analysis technique content, questionnaire, and interview deepens. Data validity test is done with technique triangulatings theory and source, while data analysis uses analysis technique interactive. Based on watchfulness result inferential that: (1) education load multicultural in Indonesian textbook non-bse that analyzed not yet thoroughly hold education dimensions multicultural. This matter proved from from five dimensions should there there's only three dimensions that showed, that is matter integration dimension, prejudice reduction, school culture reinforcement and social structure. While two other dimensions, that is erudition construction dimension and dimension settings study method is not found in five textbook. May even exist one textbook doesn't hold overall dimension multicultural. (2) education load quality multicultural in five textbook still very less memadai. This matter is because not yet all dimensions multicultural integration in lesson books. Keyword: education multicultural, Indonesian textbook non-bse xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan berbagai letak geografis serta kondisi sosial budaya yang beragam sangatlah memberikan gambaran yang begitu jelas bahwa Indonesia adalah sebagai negara multikultural. Bagaimana tidak? Indonesia adalah sebuah negara dengan ribuan pulau dengan jumlah penduduk yang lebih dari dua ratus juta jiwa dan menggunakan lebih dari tujuh ratusan bahasa daerah yang berbeda-beda. Masyarakatnya pun memeluk berbagai agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, serta berbagai aliran kepercayaan lainnya. Hal tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas tentang keragaman yang ada di Indonesia. Namun, keragaman tersebut seringkali menimbulkan masalah yang sangat hebat. Sering terjadi konflik antarsuku, golongan, bahkan antaragama yang sampai menimbulkan pertumpahan darah dan korban jiwa di antara mereka. Kerusuhan di Sampit, Ambon, Poso, dan Papua adalah beberapa contoh konflik yang terjadi antarberbagai suku dan agama yang ada di Indonesia. Hal itu adalah masalah yang dihadapi bangsa Indonesia yang harus segera dicarikan solusinya. Kemajemukan atau keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia tersebut bisa diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Keberagaman itu, di satu sisi, merupakan khazanah yang pantas disyukuri dan dipelihara karena jika bisa dikelola dengan baik akan dapat memunculkan berbagai inspirasi dan kekuatan 1

16 2 dalam upaya pembangunan bangsa. Keberagaman itu pula akan mampu mendinamisasikan kita sebagai sebuah bangsa. Di sisi lain, keberagaman itu dapat pula merupakan titik pangkal terjadinya friksi yang dapat memicu konflik (Sarwiji Suwandi, 2008: 1). Selain permasalahan tersebut, dunia pendidikan di Indonesia saat ini pun dihadapkan pada berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Menurunnya kualitas pendidikan, rendahnya kualitas lulusan, rendahnya daya serap lulusan pada dunia kerja, adanya kenakalan pelajar, semua itu merupakan cerminan masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Berbagai permasalahan tersebut juga tidak mudah untuk diselesaikan. Hal yang tak kalah penting selain yang berkaitan dengan permasalahan di atas dan tentu menjadi sebuah tantangan besar bagi dunia pendidikan Indonesia adalah masih adanya konflik dan kekerasan yang seringkali terjadi di masyarakat, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Dengan berbagai macam alasan, sesama pelajar justru terlibat tawuran. Dengan mengatasnamakan individu maupun kelompok, mereka saling ejek, saling serang dan bahkan saling membunuh. Bahkan sampai saat ini, hal-hal semacam itu masih sering terjadi di kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Masalah-masalah tersebut mengindikasikan bahwa harus segera ada perbaikan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Perbaikan dalam dunia pendidikan diperlukan karena pemecahan masalah dalam kekerasan belumlah cukup jika hanya mengandalkan peran dari aparat penegak hukum saja. Dunia pendidikan pun mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan solusi terhadap berbagai konflik tersebut. Terbangunnya

17 3 konsep kesadaran akan pentingnya toleransi, saling menghargai, dan kedamaian bisa diwujudkan melalui dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia harus mengarahkan kepada para peserta didiknya agar mau dan mampu menerima serta memahami berbagai perbedaan suku, budaya, dan agama yang berbeda. Jika tidak demikian, tentu akan menimbulkan berbagai macam benturan antarsuku, budaya, dan agama yang berbeda tersebut sehingga akan berujung pada perpecahan bangsa. Merunut pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Bab III pasal 4 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional harus diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Berdasar pada undang-undang tersebut, sudah seyogyanya bila pendidikan yang dilaksanakan harus mampu membentuk karakter para peserta didik untuk mempunyai jiwa yang humanis, demokratis, dan tidak diskriminatif. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk menerapkan pembelajaran yang akan mampu membantu mencapai tujuan-tujuan mulia tersebut. Penerapan bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan, yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan tata nilai, menumbuhkan persahabatan di antara siswa yang beragam suku, ras, agama, dan mengembangkan sikap saling memahami. Oleh sebab itu, menurut Sitti Mania (2010: 78-79), pendidikan multikultural adalah jawaban atas beberapa problematika kemajemukan itu.

18 4 Pendidikan multikultural merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan. Pendidikan multikultural tidak sekadar merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, kesatuan, berbangsa dan bernegara, tetapi memberikan pemahaman tersendiri terhadap rasa kebangsaan sendiri. Pendidikan multikultural bisa berguna untuk merespon fenomena konflik etnis, sosial, budaya yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat multikultural. Pendidikan multikultural, menurut Yaqin (2005: 5), merupakan salah satu alternatif melalui konsep pendidikan dan penerapan strategi yang didasarkan pada pemanfaatan berbagai keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa, seperti keragaman budaya, status sosial, agama, etnis, bahasa, umur, status sosial, gender, dan lain-lain. Mansouri dan Trembath (2005: 516) memberikan penegasan bahwa penerapan pendidikan multikultural juga diperlukan untuk menggabungkan dinamika sosialpolitik di luar batas faktor sekolah dan keluarga agar bisa berlangsung lebih dinamis. Dengan penerapan pendidikan multikultural, diharapkan akan mampu membantu para peserta didik mengerti, memahami, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, status sosial, etnis, budaya dan sebagainya. Melalui penanaman konsep multikulturalisme ini diharapkan akan menjadi sarana pelatihan dan penyadaran bagi para peserta didik untuk menerima dan menghargai perbedaan serta bisa hidup bersama secara damai. Selain itu, agar para peserta didik mempunyai rasa kepekaan yang tinggi dalam menghadapi, menyikapi, dan mencari solusi berbagai gejala serta masalah sosial yang bersifat multikultural. Adanya perbedaan budaya dan sulitnya penyesuaian diri terhadap berbagai budaya

19 5 yang berbeda tentu akan mempersulit proses pembelajaran. Hal senada dinyatakan oleh Novera (2004: 475) bahwa penyesuaian diri adalah kontributor yang signifikan untuk keberhasilan akademis mahasiswa internasional yang berbeda budaya, dan perbedaan budaya dapat menyebabkan masalah penyesuaian diri. Pada jenjang pendidikan, dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas, tidak akan bisa dilepaskan dari penggunaan buku pelajaran. Buku pelajaran dapat menjadi pegangan guru dan siswa sebagai referensi utama ataupun menjadi buku pendamping dalam proses belajar mengajar di sekolah. Di dalam kegiatan belajar, siswa tidak sebatas mencermati apa-apa saja yang diterangkan oleh guru. Siswa membutuhkan referensi atau acuan untuk menggali ilmu agar pemahaman siswa lebih luas sehingga kemampuannya dapat lebih dioptimalkan. Dengan adanya buku pelajaran tersebut, siswa dituntun untuk berlatih, berpraktik, atau mencobakan teori-teori yang sudah dipelajari dari buku tersebut. Oleh karena itu, guru harus secara cerdas menentukan buku pelajaran apa yang akan digunakan di dalam pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan muatan materi yang ada di dalamnya. Karena pada saat guru mampu secara tepat menentukan buku pelajaran terbaik, hal tersebut akan berpengaruh besar di dalam proses pembelajaran siswa. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia tentu juga tidak akan terlepas dari adanya penggunaan buku pelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini, konsep maupun praktik pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam buku pelajaran atau materi ajar mata pelajaran bahasa Indonesia, baik dalam materi kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pengintegrasian materi

20 6 tentu saja dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan pemanfaatan semua unsur sosial dan budaya dilingkungan sekitar peserta didik sebagai salah satu sumber belajar. Menurut James A. Banks (2010: 23), pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan: (1) content integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam pelajaran; (2) the knowledge contruction process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran; (3) an equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pembelajaran dengan kondisi siswa; (4) prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pembelajaran mereka, kemudian melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif. (5) empowering school culture and social structure, yakni mengonstruksi kultur sekolah dan struktur sosial. Kelima dimensi tersebut hendaknya ada dalam buku pelajaran, dalam hal ini adalah buku pelajaran bahasa Indonesia. Buku pelajaran yang baik harus mampu memberikan pemahaman yang mendasar dan menyeluruh mengenai kenyataan keanekaragaman masyarakat dan kebudayaan. Karena muatan budaya yang beragam akan membantu peserta didik untuk menerima dan menghargai keragaman budaya yang ada. Untuk itu, aspek multikultural harus ada dan terintegrasikan dalam buku pelajaran. Nilai-nilai multikultural dalam buku pelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar dapat

21 7 terefleksikan dalam aspek-aspek pembelajaran, baik tersirat maupun tersurat. Nilai-nilai multikultural bisa diimplementasikan ke dalam pilihan materi pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis terhadap buku-buku pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Apakah nilai-nilai atau muatan pendidikan multikultural sudah tercakup atau terintegrasikan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, buku pelajaran yang dianalisis adalah buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse (non-buku Sekolah Elektronik) untuk siswa SMP kelas VIII. Hal ini didasarkan pada realita yang ada di sekolah, yakni masih banyak sekolah-sekolah yang menggunakan buku pelajaran bahasa Indonesia non- BSE. Padahal pemerintah, melalui Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sudah menerbitkan BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk mendukung proses pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP? 2. Bagaimana kualitas muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP?

22 8 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan: 1. muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non- BSE tingkat SMP. 2. kualitas muatan pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-bse tingkat SMP. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini memberikan pemahaman tentang konsep dan aplikasi pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama kelas VIII. 2. Manfaat Praktis a. Untuk guru Dapat digunakan sebagai acuan bagi para guru dalam memilih dan menyiapkan materi ajar yang benar-benar sesuai dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan pendidikan multikultural. b. Untuk Penyusun Buku Pelajaran Bagi penyusun buku pelajaran, seperti penulis buku ajar, penerbit, guru dan pusat perbukuan, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan buku-buku pelajaran berperspektif pendidikan multikultural. Hal ini agar para siswa memiliki pemahaman

23 9 dan penghargaan terhadap berbagai keanekaragaman, seperti suku, etnis, bahasa, budaya, dan agama. c. Untuk Pusat Perbukuan Dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Pusat Perbukuan dalam menerbitkan buku pelajaran bahasa Indonesia yang memuat aspek atau nilai-nilai pendidikan multikultural.

24 BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Teori 1. Hakikat Pendidikan Multikultural a. Multikulturalisme Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan, adalah negara yang terdiri dari berbagai macam sukubangsa. Adanya sukubangsa yang berbeda-beda tentu saja akan menampakkan adanya berbagai budaya yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, suatu negara atau bangsa yang mempunyai masyarakat dengan budaya yang beragam, negara atau bangsa tersebut adalah negara yang bersifat multikultur. Dalam suatu masyarakat yang multikultur, kemungkinan besar akan dapat menimbulkan suatu permasalahan jika masyarakat yang bersifat multikultur tersebut tidak ditangani dengan baik. Permasalahan yang timbul bisa berasal dari berbagai macam aspek, seperti sosial, hukum, pendidikan, ekonomi, suku, bahasa, budaya, dan lain-lain. Hal ini dipertegas oleh Baidhawy (2005: 26) yang menyatakan bahwa satu pelajaran berharga dari evolusi kebudayaan adalah bahwa realitas multikultural secara langsung dipengaruhi oleh pola pikir manusia sendiri. Satu pelajaran berharga dari sejarah masa lalu dan kini adalah bahwa bangsa besar yang kedodoran di hamparan kepulauan nusantara ini telah terkunci dalam pola pikir egosentris, pola pikir monolog yang membuat kita menderita 10

25 11 dan mengalami kegagalan terbesar dalam mengelola pluralitas dan multikulturalis karena kealpaan-kealpaan yang dibuatnya sendiri. Kita merasakan betapa pedihnya kekerasan dan kehancuran relasi antara sesama atas nama etnik, budaya, politik, ideologi dan bahkan agama. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk saling memahami keberagaman kultur maupun pemahaman tentang apa itu multikulturalisme. Untuk memahami pengertian multikulturalisme, perlu dipahami terlebih dahulu tentang kata kultur. Banyak pakar yang telah mengemukakan atau mendefinisikan makna kata kultur. Meskipun memang mungkin tidak akan pernah ada kata sepakat mengenai makna dari kata kultur. Demikian halnya yang dinyatakan oleh Tilaar (2005: 59) bahwa studi kultural memang berkenaan dengan seluruh kehidupan manusia. Berbicara mengenai makna kultur, L. H. Morgan (dalam Yaqin, 2011: 27) mengartikan kultur sebagai sebuah budaya yang universal bagi manusia dalam berbagai macam tingkatan yang dianut oleh seluruh anggota masyarakat. Julian Steward dan Leslie White mengemukakan bahwa kultur adalah sebuah cara bagi manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan membuat hidupnya terjamin (dalam Yaqin, 2005: 28). Dengan luasnya cakupan makna kultur, perlu pula dipahami terlebih dahulu karakteristikkarakteristik kultur. Conrad P. Kottak (dalam Yaqin, 2005: 6-9) menyatakan karakterkarakter khusus kultur. Pertama, kultur adalah sesuatu yang general dan spesifik sekaligus. General artinya setiap manusia di dunia ini mempunyai

26 12 kultur, dan spesifik berarti setiap kultur pada kelompok masyarakat adalah bervariasi antara satu dan lainnya, bergantung pada kelompok masyarakat mana kultur itu berada. Kedua, kultur adalah sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini, ada tiga macam pembelajaran: (1) pembelajaran individu secara situasional, (2) pembelajaran situasi secara sosial, dan (3) pembelajaran kultural, yaitu suatu kemampuan unik pada manusia dalam membangun kapasitasnya. Ketiga, kultur adalah sebuah simbol, baik berbentuk verbal maupun nonverbal (linguistik dan nonlinguistik). Keempat, kultur dapat membentuk dan melengkapi sesuatu yang alami. Secara alamiah, manusia harus makan untuk mendapatkan energi, kemudian kultur mengajarkan manusia untuk makan apa, kapan, dan bagaimana. Kelima, kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama yang menjadi atribut bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat. Keenam, kultur adalah sebuah model. Artinya, kultur bukan kumpulan adat istiadat dan kepercayaan yang tidak ada artinya sama sekali. Kultur adalah sesuatu yang disatukan dan sistem-sistem yang tersusun dengan jelas. Adat istiadat, institusi, kepercayaan, dan nilai-nilai kait-mengait. Ketujuh, kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif. Kultur merupakan sebuah proses bagi sebuah populasi untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya sehingga semua anggotanya melakukan usaha maksimal untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Berdasarkan uraian tentang karakter-karakter khusus kultur di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur merupakan ciri-ciri tingkah laku manusia

27 13 yang dipelajari, bersifat sangat khusus, dan tidak diturunkan secara genetis. Artinya, kultur dapat dimaknai sebagai sebuah cara dalam bertingkah-laku dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya dan masing-masing kultur memiliki keunikan tersendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kultur yang satu lebih baik dari kultur yang lain. Oleh sebab itu, sangatlah jelas bahwa sebenarnya kultur bukanlah sesuatu yang tunggal, melainkan sesuatu yang jamak. Dengan kata lain, kultur adalah sesuatu yang multikultural. Ada banyak sekali kultur yang ada di dunia ini. Sebab itulah, setiap individu hendaknya memiliki sikap dan perilaku yang arif dan bijaksana terhadap keberadaan berbagai macam kultur dan tidak menggunakan sudut pandang kulturnya sendiri dalam menilai kultur yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini karena masing-masing kultur memiliki karakteristik tersendiri. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikembangkan pemaknaan dan pemahaman terhadap konsep multikulturalisme. Multikulturalisme adalah sebuah paham tentang kultur yang beragam. Dalam keragaman kultur ini meniscayakan adanya pemahaman, saling pengertian, toleransi, dan sejenisnya, agar tercipta suatu kehidupan yang damai dan sejahtera serta terhindar dari konflik berkepanjangan (Ngainun Naim & Achmad Sauqi, 2011: 125). Senada dengan pendapat Naim tersebut, Pareh (2008: 15) menyatakan bahwa multikulturalisme merupakan pandangan mengenai keanekaragaman atau perbedaan yang dilekatkan secara kultural. Sementara itu, Tilaar (2005: 306) menyatakan bahwa multikulturalisme

28 14 adalah suatu pandangan yang multietnis di dalam kehidupan modern. Pandangan ini mengakui adanya jenis-jenis budaya, dan karena itu sifatnya antirasisme, kesamaan budaya, partisipasi, dialog, dan berdiferensiasi. Tidak ada budaya yang murni, semuanya bersifat hibrida. Pendapat senada disampaikan oleh Lawrence Blum (Ujan, dkk., 2011: 14) bahwa multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis lain. Multikulturalisme meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri. Abdullah (dalam Ngainun Naim & Achmad Sauqi, 2011: 125) mengungkapkan bahwa multikulturalisme adalah sebuah paham yang menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Dengan kata lain, penekanan utama multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya. Multikulturalisme bermaksud menciptakan suatu konteks sosiopolitis yang memungkinkan individu dapat mengembangkan kesehatan jati diri dan secara timbalbalik mengembangkan sikap-sikap antarkelompok yang positif (Berry dalam Markhamah, 2003: 22). Pemahaman seseorang akan adanya budaya yang beragam tentu akan mampu menjadikan kehidupan ini lebih

29 15 harmonis dan dinamis. Dengan demikian, akan tercipta suasana kerukunan antarsesama suku, ras, etnis, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Berpijak pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa multikulturalisme adalah sebuah pemahaman, penghargaan dan penghormatan terhadap adanya keragaman budaya yang ada dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. b. Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural menjadi sebuah hal yang didengungdengungkan dalam pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini. Hal ini seiring dengan semakin maraknya konflik yang terjadi di masyarakat. Konflik itu terjadi bukan hanya sesama suku, melainkan juga sudah melibatkan antarsuku yang tentu mempunyai kultur yang berbeda-beda. Sebagai contoh adanya konflik yang terjadi di Ambon dan Poso serta konflik yang terjadi di Sampang, Madura. Sebuah hal yang memang tidak bisa dihindari bahwa masyarakat Indonesia selain beragam dari segi etnis, suku, bahasa dan agama, juga majemuk dari segi budaya. Sering terjadinya pergesekan maupun pertentangan atas nama suku, etnis, bahkan agama yang terjadi beberapa tahun belakangan ini seharusnya memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada setiap individu tentang pentingnya pendidikan multikultural. Dalam konsep-konsep yang telah disepakati, baik dalam undang-undang, peraturan perundangan, dan lain sebagainya, memang sudah ada pengakuan tentang adanya berbagai

30 16 keragaman, baik etnis, suku, budaya, bahasa, bahkan agama. Namun, dalam praktik nyata di lapangan, hal itu hanyalah omong kosong belaka. Betapa tidak? Adanya konflik dan kekerasan yang mengatasnamakan antarsuku, etnis, bahkan agama masih saja sering terjadi. Hal itu menjadi bukti bahwa adanya undang-undang serta peraturan-peraturan lainnya belumlah cukup untuk mengarahkan masyarakat memahami dan menghormati adanya keberagaman. Lahirnya sebuah ide tentang sangat perlunya diterapkan pendidikan multikultural tidak bisa dilepaskan dari adanya kondisi dan situasi penindasan yang terjadi pada kultur minoritas di Amerika Serikat saat itu. Tentu saja pihak yang melakukan penindasan adalah pihak yang memiliki kultur dominan. Saat itu, di Amerika Serikat, masyarakatnya adalah masyarakat multikultural yang memiliki banyak kultur yang beragam namun memiliki satu kultur yang sangat dominan. Dalam bukunya, Zamroni (2011: 141), menyatakan kultur dominan tersebut dengan kultur kelompok WMCA, yaitu kultur orang kulit putih (White), kultur lelaki (Male), kultur pemeluk Kristen Protestan (Christian), dan kultur orang-orang yang datang dari Eropa Barat (Anglo Saxon). Kultur kelompok lain, seperti kultur Eropa non-anglo Saxon, kelompok Yahudi dan kelompok Greek (Yunani), kelompok lain dari Eropa, kelompok orang Asia, kelompok orang Amerika Latin dan kelompok orang Afrika yang disebut Negro atau black people, merupakan kelompok kultur minoritas.

31 17 Penindasan yang dilakukan oleh kultur dominan atas kultur minoritas juga terjadi pada penindasan sosial ekonomi. Warga dari kelompok minoritas sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Selain itu, terdapat pula kebijakan diskriminatif yang sangat mencolok antara kaum lelaki dan kaum wanita. Para wanita yang bekerja mendapatkan gaji yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok laki-laki, padahal pekerjaan yang dilakukan sama. Dengan adanya diskriminasi ini lahirlah gerakan women equal right movement yang kemudian mengilhami gerakan kesetaraan berdasarkan jenis kelamin yang dikenal sekarang ini. Penindasan dan diskriminasi dalam bidang sosiokultural juga terjadi, yaitu dengan adanya pemisahan antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam. Hal ini terjadi dalam berbagai layanan kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Tidak cukup sampai di situ, diskriminasi dalam bidang pendidikan pun juga terjadi. Kelompok kultur dominan akan dengan sangat mudah dan lancar dalam mendapatkan layanan pendidikan, bahkan mereka pasti dijamin keberhasilannya dalam pendidikan. Berbeda halnya dengan kelompok yang datang dari kaum kultur minoritas. Berdasarkan gambaran di atas, jelaslah bahwa pendidikan multikultural memiliki suatu tanggung jawab yang besar, yaitu menyatukan bangsa yang terdiri dari berbagai macam budaya dan menyiapkan bangsa untuk siap menghadapi arus budaya luar di era globalisasi. Jika kedua tanggung jawab besar itu dapat dicapai, kemungkinan perpecahan bangsa dan munculnya konflik dapat dihindarkan. Konflik-konflik kedaerahan sering terjadi karena

32 18 tidak adanya pemahaman tentang masyarakat yang multikultur. Oleh karena itu, salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mencegah atau meminimalkan konflik tersebut adalah penerapan dan pengembangan pendidikan multikultural. Hal ini perlu dilakukan agar setiap individu, termasuk para siswa, memiliki penghargaan yang baik terhadap berbagai perbedaan dan keragaman yang ada. Pentingnya penerapan pendidikan multikultural, khususnya di sekolah, didasarkan pada adanya lima pertimbangan tentang kenyataan yang terjadi di lapangan, yakni: keragaman budaya, ketidakmampuan hidup secara harmoni, tuntutan untuk menguasai/memahami bahasa lain, kesetaraan dalam memperoleh kesempatan pendidikan, dan proses pengembangan citra diri yang positif (Cardinas, 1975: 23). Pendapat yang dikemukakan oleh Cardinas di atas, diperkuat lagi oleh pendapat yang dikemukakan oleh Gollnick (1983: 15) yang mengemukakan bahwa urgensi penerapan pendidikan multikultural didasarkan pada beberapa asumsi, yakni: keragaman budaya merupakan inti dari masyarakat sekarang ini, adanya interaksi antarbudaya yang beragam, perlunya keadilan dan kesempatan yang sama bagi semua warga negara, pendidikan memberikan fungsi yang penting terhadap sikap dan nilai bagi kelangsungan masyarakat yang demokratis, guru dan praktisi pendidikan dapat memberikan peran dalam mewujudkan lingkungan yang mendukung pendidikan multikultural. Zamroni (2011: 140) menyatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu bentuk reformasi pendidikan yang bertujuan untuk

33 19 memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa tanpa memandang latar belakangnya sehingga semua siswa dapat meningkatkan kemampuan secara optimal sesuai dengan ketertarikan, minat, dan bakat yang dimiliki. Hal senada juga disampaikan Teguh Sarosa (2009: 25) yang menjelaskan bahwa pendidikan multikultural membantu siswa mengerti, menerima, dan menghargai orang lain dengan latar belakang suku, budaya, nilai, pemikiran, dan tingkah laku yang berbeda. Untuk itu, siswa perlu diajak melihat nilai budaya, lingkungan, dan individu lain sehingga mengerti secara mendalam dan akhirnya dapat menghargainya. Pengertian pendidikan multikultural menurut Ainurrafiq Dawam (dalam Ngainun Naim & Achmad Sauqi, 2011: 50) menjelaskan bahwa pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran agama. Dengan demikian, pendidikan multikultural menghendaki adanya penghormatan dan penghargaan terhadap setiap individu yang memiliki latar budaya yang berbeda-beda. Pendapat yang semakna dikemukakan oleh Banks (2002: 14) yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah cara memandang realitas dan cara berpikir tentang adanya keberagaman kelompok, etnis, ras, dan budaya. Suatu konsep pendidikan yang memberikan kesempatan secara adil kepada semua peserta didik dengan tanpa memandang adanya perbedaan etnik, ras, agama, kelas sosial, dan karakteristik kultural mereka. Singkatnya, pendidikan multikultural seharusnya mencakup semua aspek dalam

34 20 pendidikan seperti: kurikulum, pendidik, materi, metode, dan lain-lain. Semua peserta didik harus memperoleh hak dan perlakuan yang sama di sekolah meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Pendapat yang dikemukakan oleh Banks di atas diperkuat oleh Baker (dalam yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan gerakan reformasi yang didesain untuk mengubah lingkungan pendidikan secara menyeluruh sehingga peserta didik yang berasal dari kelompok ras dan etnik yang beragam memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas. Senada dengan Banks dan Baker, Hidalgo (dalam RAL%20EDUCATION.pdf) mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural adalah pembelajaran yang bebas dari seksisme, rasisme, dan segala bentuk dominasi sosial serta intoleran lainnya. Pendapat yang semakna juga disampaikan oleh Okada (dalam yang memberikan pengertian bahwa pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang membantu para peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mengenal, menerima, menghargai, dan merayakan keragaman kultural. Senada dengan pendapat Okada adalah pendapat yang disampaikan oleh Wilson (dalam yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural sebagai pendidikan yang

35 21 didesain berdasarkan pembangunan konsensus, penghargaan, dan penguatan pluralisme kultural ke dalam masyarakat yang rasial. Menurut Abdullah Aly (2011: 109), definisi Wilson dan Okada memiliki kesamaan. Hal ini karena kedua pengertian tersebut sama-sama menyatakan serta menggarisbawahi bahwa pendidikan multikultural menekankan pada pentingnya penghormatan dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, meskipun memiliki perbedaan latar belakang budaya, etnis, ras, dan agama. Dengan demikian akan tercipta kehidupan manusia yang aman, harmonis, dan nyaman. Nieto (dalam Zamroni, 2011: 144) juga mengungkapkan hal yang semakna bahwa pendidikan multikultural sebagai suatu bentuk pendidikan yang bertumpu pada keadilan sosial, kesetaraan pendidikan dan suatu dedikasi guna memberikan pengalaman pembelajaran di mana seluruh siswa dapat mencapai perkembangan secara optimal. Sejalan dengan pemikiran di atas, Hilda Hernandez (dalam Choirul Mahfud, 2011: 176) mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural adalah perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi dalam proses pendidikan. Pendidikan multikultural merupakan upaya yang dapat digunakan untuk mengelola suatu masyarakat majemuk dengan berbagai dinamika sosial yang ada dengan cara-cara yang baik. Tujuannya, menciptakan hubungan lebih

36 22 harmonis di antara berbagai individu dalam masyarakat. Melalui pendidikan multikutural, siswa yang datang dari berbagai golongan dibimbing untuk saling mengenal cara hidup mereka, adat-istiadat, kebiasaan, memahami aspirasi-aspirasi mereka, serta untuk mengakui dan menghormati bahwa tiap golongan memiliki hak untuk menyatakan diri menurut cara masing-masing. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang didasarkan pada kesetaraan dan keadilan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan, serta mengakui, menerima, menghargai, dan menghormati adanya keragaman dan perbedaan budaya yang dimiliki oleh masing-masing individu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan multikultural adalah sebuah gerakan yang menjamin terciptanya lingkungan pendidikan yang setara bagi para siswa, maka pendidikan multikultural memiliki prinsip-prinsip yang harus diketahui sebagaimana yang dijelaskan oleh Zamroni (2011: 147) berikut ini. Pertama, pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada. Kedua, pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: level kelas, yakni pembelajaran dan level sekolah, yakni kelembagaan, antara keduanya tidak bisa dipisahkan, tetapi justru harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif.

37 23 Ketiga, pendidikan multikultural menekankan pada perlunya analisis kritis terhadap sistem kekuasaan untuk dapat dilakukannya reformasi komprehensif dalam pendidikan. Keempat, berdasarkan analisis kritis ini, tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat yang dimiliki siswa. Kelima, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, tanpa memandang latar belakangnya. Lebih lanjut Zamroni (2011: 152) menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai pada diri siswa melalui proses pendidikan multikultural ini, yakni: 1) Siswa memiliki critical thinking yang kuat sehingga bisa mengkaji materi yang disampaikan secara kritis dan konstruktif. 2) Siswa memiliki kesadaran atas sifat curiga atas pihak lain yang dimiliki, dan mengkaji mengapa dan dari mana sifat curiga itu muncul, serta terus mengkaji bagaimana cara menghilangkan sifat curiga tersebut. 3) Siswa memahami setiap ilmu bagaikan pisau bermata dua, ada sisi baik dan sisi buruk. Semua tergantung pada yang memiliki ilmu tersebut. 4) Siswa memiliki keterampilan untuk memanfaatkan dan mengimplementasikan ilmu yang dikuasai. 5) Siswa bersifat sebagai a learning person, terus belajar sepanjang hayat masih dikandung badan.

38 24 6) Siswa memiliki cita-cita untuk menempati posisi sebagaimana ilmu yang dipelajari. Namun, juga menyadari bahwa posisi tersebut harus dicapai dengan kerja keras. 7) Siswa memahami keterkaitan apa yang dipelajari dengan kondisi dan persoalan yang dihadapi bangsa. Mughni (dalam Choirul Mahfud, 2011: xiii) menyatakan bahwa setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan bila akan mewujudkan pendidikan multikultural yang mampu memberikan ruang kebebasan bagi semua kebudayaan untuk berekspresi. Pertama adalah dialog. Pendidikan multikultural tidak akan mungkin berlangsung tanpa dialog. Dalam pendidikan multikultural, setiap peradaban dan kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari kebudayaan yang lain. Dengan adanya dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan serta saling memahami dan menghargai. Kedua adalah toleransi. Toleransi adalah sikap mau menerima bahwa orang lain, budaya orang lain berbeda dengan kita atau budaya kita. Dialog dan toleransi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bila dialog itu bentuknya, toleransi adalah isinya. Toleransi tidak hanya diperlukan pada tataran konseptual, tetapi juga dalam tataran teknis operasional. Inilah yang sejak lama terabaikan dalam sistem pendidikan kita. Selama ini yang dititikberatkan hanya pengayaan pengetahuan dan keterampilan tetapi sering

39 25 mengabaikan penghargaan atas nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa. Oleh sebab itu, hadirnya pendidikan multikultural adalah sebuah keniscayaan bagi dunia pendidikan. Kembali pada konsep pendidikan multikultural, Banks (2010: 23) menjelaskan adanya lima dimensi dalam implementasi pendidikan multikultural, yakni: conten integration, knowledge construction, equity pedagogy, prejudice reduction, empowering school culture and social structure. Penjelasannya sebagai berikut: Conten integration, berkaitan dengan sejauh mana upaya guru untuk menghadirkan aspek kultur dari berbagai kultur yang ada ke ruang-ruang kelas seperti: pakaian, tarian, kebiasaan, dan sebagainya. Presentasi masalah ini akan mengembangkan kesadaran pada diri siswa akan kultur milik kelompok lain. The knowledge process, pembelajaran memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami dan merekonstruksi berbagai kultur yang ada. Prejudice reduction, sebagai upaya agar para siswa menghargai adanya berbagai kultur dengan segala perbedaan yang menyertainya. Selain itu, siswa juga bisa memiliki sifat positif atas perbedaan tersebut. Equity pedagogy, kesetaraan akan muncul apabila guru sudah mulai memodifikasi perilaku pembelajaran mereka disesuaikan dengan kondisi para siswa yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda sehingga memberikan harapan bahwa semua siswa tanpa melihat latar belakang yang dimilikinya akan dapat mencapai hasil sebagaimana yang telah direncanakan.

40 26 Pada tahap ini, para guru sudah mengembangkan pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mengarah pada student centered, pembelajaran di kelas yang bertumpu pada diri siswa sebagai seorang individu. Empowering school culture and social structure, merupakan tahap dilakukannya penguatan, baik kultur sekolah maupun struktur sosial. Hal ini diperlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah. c. Pendekatan Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural, khususnya di Indonesia, tentu akan menghadapi berbagai tantangan yang sangat besar. Hal ini karena Indonesia memang memiliki sekian banyak kultur yang berbeda. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan multikultural agar benar-benar mampu mencapai sasaran yang diinginkan. Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan dalam proses pendidikan multikultural. Choirul Mahfud (2011: ) mengemukakan lima pendekatan dalam proses pendidikan multikultural, yaitu: Pertama, pendidikan multikultural menolak pandangan yang menyamakan pendidikan dengan persekolahan atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan juga bermaksud

41 27 membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung jawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan semata-mata berada di tangan mereka melainkan tanggung jawab semua pihak. Kedua, pendidikan menolak pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnis. Hal ini dikarenakan seringnya para pendidik, mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient. Oleh karena individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam berbagai dialek atau bahasa, dan berbagai pemahaman mengenai situasi-situasi di mana setiap pemahaman tersebut berbeda, maka individu-individu memiliki berbagai tingkat kompetensi dalam sejumlah kebudayaan. Dalam konteks ini, pendidikan multikultural akan melenyapkan kecenderungan memandang individu secara stereotip menurut identitas etnik mereka. Malah akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak-didik dari berbagai kelompok etnik. Ketiga, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi seseorang pada suatu waktu ditentukan oleh situasinya. Dalam melaksanakan pendidikan multikultural ini mesti dikembangkan prinsip solidaritas. Yakni kesiapan untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas menuntut untuk melupakan upaya-upaya penguatan identitas melainkan berjuang demi dan bersama yang lain. Dengan berlaku demikian, kehidupan multikultural yang

42 28 dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan segera terwujud. Keempat, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh situasi dan kondisi secara proporsional. Kelima, kemungkinan bahwa pendidikan (baik formal maupun nonformal) meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan nonpribumi. Sementara itu, Banks (dalam Zamroni, 2011: 155) mengemukakan empat tahap pendekatan dalam implementasi pendidikan multikultural. Keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, pendekatan membawa masuk ke sekolah elemen kultur masyarakat, seperti peringatan hari-hari besar, kebiasaan dan ritual kultural, makan, pakaian, dan lain sebagainya. Kedua, pendekatan menambah isi dan materi pembelajaran tanpa mengubah struktur kurikulum-keilmuan. Ketiga, pendekatan transformatif, dengan mengubah struktur kurikulum-keilmuan agar siswa dapat mengkaji materi dan kondisi masyarakat dari berbagai perspektif kultural. Keempat, pendekatan aksi, siswa membuat keputusan dan mengambil tindakan berkaitan dengan masalah personal, sosial kemasyarakatan.

43 29 Paparan di atas hendaknya mampu memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik agar menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima, dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, dan nilai kepribadian. Melalui penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi media pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda. Paradigma pendidikan multikultur mengisyaratkan bahwa individu siswa belajar bersama dengan individu lain dalam suasana saling menghormati, saling toleransi dan saling memahami. Guru harus belajar agar mampu menerapkan strategi pembelajaran dalam pergaulan sosial dengan para siswa yang memiliki berbagai sifat yang beragam itu dalam suasana belajar yang sangat menyenangkan, sehingga mereka akan saling belajar segisegi positif dari temannya. Salah satu tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah berbagai pendekatan belajar mengajar, mengubah konseptualisasi dan organisasinya sehingga setiap individu dari berbagai kultur memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar dalam lembaga pendidikan. Kesempatan yang sama itu bukan semata-mata memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26) PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA Joko Purwanto, Sarwiji Suwandi, Nugraheni Eko Wardhani Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Multikulturalisme Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ABSTRAK PENDAHULUAN. Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Kata Kunci : pendidikan, multikultural

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ABSTRAK PENDAHULUAN. Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Kata Kunci : pendidikan, multikultural PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Pendidikan multikultural merupakan pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan 338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi menghilangkan jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini menjadikan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap perumusan masalah penelitian yang diajukan. Kesimpulan yang didapatkan, adalah: Pertama,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Pendidikan Nasional secara yuridis terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 13 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TESIS Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan

Lebih terperinci

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI Pendidikan Multikultural (1) Oleh : Efrin Baka Abstrak Indonesia adalah satu di antara negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL

PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL https://books.google.co.id/books?id=eputmtnts6gc&pg=pa107&lpg=pa107&dq=pendidikan+agama+berwa wasan+multikultural&source=bl&ots=d-glkxskg&sig=7zgc93a_bttqjg5ofdljodxttb8&hl=en&sa=x&redir_esc=y#v=onepage&q=pendidikan%20agama%

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan budaya dan perubahan demografis, memberi implikasi pada semakin pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena akan berusaha mengungkap atau mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gegar budaya atau biasa dikenal dengan culture shock sering kali dialami oleh individu ketika mereka memasuki budaya baru. Ketika memasuki budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki masa globalisasi dan meningkatnya perkembangan teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik secara ekonomi, politik, sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pendidikan bukanlah hal asing lagi saat ini, Nanang Fatah dalam bukunya mengutip pernyataan Driyarkara yang menyatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang

BAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang BAB II LANDASAN TEORI A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement Menurut National Research Council dan Institute of Medicine (2004), dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa

Lebih terperinci

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar D. Antropologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah teritorial sangat luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI Oleh: Agus Yuliyanto K1210003 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS HASIL OBSERVASI PADA SISWA KELAS VII-C DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; OPENING REMARKS by: H.E. Dr. Marzuki Alie Speaker of the Indonesian House of Representatives Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; Yang kami hormati, Para Delegasi

Lebih terperinci

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA SURAKARTA. (Studi tentang Sensitivitas Gender Tenaga Pendidik di SMP Negeri 1.

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA SURAKARTA. (Studi tentang Sensitivitas Gender Tenaga Pendidik di SMP Negeri 1. PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA SURAKARTA (Studi tentang Sensitivitas Gender Tenaga Pendidik di SMP Negeri 1 Surakarta) Oleh : ETIK KUSUMAWATI D0112031 Oleh : ETIK KUSUMAWATI D0112031

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH

PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH orientasi baru dalam pedagogi MENERAPKAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH Uwes A. Chaeruman Ruslan Pasari S3 Prodi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Univeristas Negeri Jakarta Pertanyaan kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat PENDIDIKAN MULTIKULTURAL a. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci