BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Music Engagement untuk Meregulasi Emosi 1. Defenisi Music engagement untuk meregulasi emosi adalah keterlibatan individu dengan musik yang bertujuan untuk mengelola dan mengarahkan kondisi emosi (Rickard dan Chin, 2012; Gross, 2000). Music engagement untuk meregulasi emosi merupakan hubungan antara individu dengan suatu aktifitas bermusik yang merefleksikan keterlibatan seseorang dengan musik untuk dapat mengelola dan mengatur kondisi emosinya (Russell, Ainley & Frydenberg, 2005; Reeve, 2004). Regulasi emosi adalah kemampuan mengendalikan kondisi emosi (Gross, 2007); mengenal, mengevaluasi dan membatasi respon emosi (Thompson, 2000); menyatakan regulasi emosi adalah suatu kemampuan menerima, mempertahankan dan mengendalikan instensitas dan lamanya emosi yang dirasakan (Gottman dalam Wilson, 1999). Rickard dan Chin (2012) mengemukakan bahwa music engagement ditunjukkan dengan adanya aktifitas yang dilakukan dengan menggunakan musik dan juga sikap individu terhadap musik. Aktifitas yang dilakukan dengan menggunakan music yakni aktifitas bermusik melalui proses productive dan proses receptive. 8

2 Sedangkan sikap terhadap musik merupakan penilaian individu terhadap fungsi yang dirasakan dari penggunaan musik dan pertimbangan penggunaan musik untuk meregulasi emosi, dan motivasi mendengarkan musik dari luar diri maupun dalam diri individu. 2. Aspek-aspek music engagement untuk meregulasi emosi Adapun aspek music engagement untuk meregulasi dalam Rickard dan Chin (2012) antara lain sebagai berikut : a. Aktifitas bermusik Terdapat dua aktifitas bermusik yang didasarkan pada proses bermusik, yaitu : 1) Proses productive, merupakan aktifitas menghasilkan, memainkan dan menampilkan permainan musik. Kemampuan memproduksi musik dipengaruhi oleh hasil latihan memainkan musik secara teratur, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal dalam jangka waktu yang lama. 2) Proses receptive, merupakan proses menerima informasi dari musik yang dilakukan dengan mendengarkan musik, menikmati musik, dan membuat arti dari suatu lagu. Receptive membutuhkan kemampuan menginterpretasi informasi suara (audio) yang berpengaruh pada pemaknaan dan keyakinan seseorang terhadap musik yang didengarkan (Elliot, 1995). Kedua aktifitas bermusik baik memproduksi maupun mendengarkan musik dapat dilakukan untuk meregulasi emosi. Menurut Elliiot (1995) proses receptive 9

3 lebih memungkinkan seseorang menerima informasi dari musik bukan hanya sekedar merasakan emosi dari musik yang didengar, namun juga untuk mendapatkan pesan melalui emosi yang dirasakan dari musik tersebut. North, dkk (2000) dalam penelitiannya mendapati bahwa aktifitas mendengarkan musik merupakan cara yang lebih efektif untuk meregulasi emosi. Rickard dan Chin (2012) juga menyatakan bahwa aktifitas mendengarkan musik efektif meningkatkan afek positif dan menurunkan afek negatif. Sehingga dalam penelitian ini proses yang dilakukan untuk meregulasi emosi adalah aktifitas mendengarkan musik (receptive). b. Fungsi penggunaan musik Secara umum, terdapat beberapa fungsi penggunaan musik dalam kehidupan sehari-hari manusia, yaitu : 1) Fungsi kognitif, menurut Chamorro-Premuzic dan Furnham (2007) musik berfungsi untuk memenuhi kebutuhan intelektual, sebagai media mempelajari suatu pengetahuan, dan juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Pemenuhan kebutuhan intelektual yang dimaksud adalah seperti menganalisis komposisi musik yang kompleks dan menganalisa struktur musik. Musik juga dapat membantu manusia dalam proses berpikir (Schafer, 2013). Selain itu musik juga berfungsi untuk mengasah kemampuan verbal (Chin dan Rickard, 2010). 10

4 2) Fungsi afektif, merupakan fungsi penggunaan musik untuk mengelola afek, baik untuk meningkatkan afek positif maupun menurunkan afek negatif (North, dkk., 2000); meningkatkan pengalaman emosional dan spiritual (Gabrielson, 2010); mengontrol kondisi mood, dan juga meningkat self awareness yang dapat membantu mengelola perasaan (Schafer, 2013). Sloboda (2001) mengungkapkan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Selain itu musik juga digunakan untuk tujuan relaksasi (Chamorro dan Furnham, 2007). 3) Fungsi sosial, digunakan sebagai media komunikasi sosial (Chin dan Rickard, 2012); dan sebagai indentitas diri dalam kelompok maupun antar kelompok (North, dkk., 2000). Selain itu musik juga berfungsi untuk menghilangkan rasa kesepian dalam diri seseorang; menciptakan suatu interaksi sosial pada individu-individu, bahkan dapat membentuk suatu ikatan dalam kelompok sosial ketika individu-individu yang berkumpul memiliki selera musik yang sama (North dan Hargreaves, 2007). 4) Fungsi Fisik, berfungsi untuk sistem motorik manusia (Freeman dalam Chin, 2012). Musik digunakan untuk mengekspresikan diri melalui gerakan tubuh seperti tarian dan senam. Musik juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan rasa bosan atau lelah pada saat melakukan latihan fisik (Potteiger, dkk., dalam Chin, 2012). Selain itu musik juga saat ini 11

5 digunakan sebagai alat terapi, seperti treatment untuk gangguan motorik seperti neurodegenerative disorders dan stroke (Pacchetti, 2000). Fungsi penggunaan musik yang terlibat dalam proses meregulasi emosi adalah kombinasi fungsi afektif dan fungsi kognitif. Proses meregulasi emosi melibatkan kemampuan kognitif dalam menilai dan merespon situasi atau peristiwa yang sedang dihadapi individu yang mempengaruhi kondisi emosinya (Gross, 1998). Menurutnya terdapat dua strategi regulasi emosi, yaitu (1) reappraisal, yang merupakan strategi regulasi emosi yang dilakukan dengan mengubah cara berpikir seseorang menjadi lebih positif dalam menafsirkan atau menginterpretasi suatu peristiwa yang menimbulkan emosi. (2) suppression, yang merupakan cara mengelola respon emosi dengan menghambat ekspresi emosi berlebihan yang meliputi ekspresi wajah, nada suara dan perilaku. Strategi ini efektif untuk menghambat respon emosi yang berlebihan, namun tidak dapat membantu mengurangi emosi yang dirasakan. Penelitian Rickard dan Chin (2012) mendapati bahwa music engagement untuk meregulasi emosi berkorelasi kuat dengan strategi regulasi emosi Reapprasial. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk dapat mengarahkan atau mengontrol kondisi emosinya, individu melakukan strategi meningkatkan pemikiran positif dan menilai ulang situasi atau kondisi yang mempengaruhi emosi melalui musik yang didengarkan. Penelitiannya juga menyatakan bahwa individu yang sangat terlibat dengan aktifitas mendengarkan musik untuk 12

6 meregulasi emosinya mengindikasikan kemungkinan individu tersebut dapat mengarahkan kondisi emosinya pada kondisi yang diinginkan dan dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya. c. Motivasi penggunaan musik Music engagement untuk meregulasi emosi didorong oleh adanya keinginan menggunakan musik untuk mengelola kondisi emosi dari faktor intrinsik dan ekstrinsik (Sloboda, 2005). Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri individu. Dorongan ini muncul dari pengalaman yang menyenangkan dengan musik, sehingga hal ini dapat membentuk keterlibatan individu dengan musik untuk meregulasi emosinya yang didorong oleh komitmen personal yang mendalam dengan musik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang muncul dari luar diri individu. Keterlibatan individu dengan musik didorong oleh karena adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. 3. Musik Engagement Style-I: Cognitive And Emotional Regulation Music Engagement Style-I: Cognitive and Emotional Regulation (MES-I: CER) merupakan salah satu jenis music engagement dalam The Music Use (MUSE) oleh Chin dan Rickard (2012). The MUSE didasarkan pada pengukuran engagement individu dalam aktifitas bermusik yang diukur dengan berdasarkan aspek-aspek antara lain fungsi musik (fungsi kognitif, fungsi afektif, fungsi sosial, dan fungsi 13

7 fisik), proses bermusik (productive dan receptive), motivasi menggunakan musik (ekstrinsik dan intrinsik). Penelitiannya mendapatkan lima jenis music engagement, antara lain (1) jenis cognitive and emotional regulation merefleksikan seseorang yang terlibat dengan musik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya dan juga mengelola emosinya pada kondisi emosi yang diinginkan. (2) Engaged Production menggambarkan seseorang yang terlibat dengan musik bertujuan untuk menghasilkan musik, melakukan improvisasi musik, menampilkan keahlian bermusik, serta melakukan evaluasi diri mengenai kualitas musik yang dihasilkan. (3) Social Connection merefleksikan seseorang membentuk engagement dengan musik dengan tujuan untuk mencari kelompok sosial dan untuk berbaur dengan kehidupan sekitarnya. (4) Physical practice menggambarkan keterlibatan seseorang dengan musik untuk melakukan latihan fisik, dan juga untuk menjaga kesehatan tubuh, (5) dance menggambarkan seseorang terlibat dengan musik untuk melakukan aktifitas fisik berupa kesenian seperti seni tari. Dalam Music Engagement Style-I: Cognitive and Emotional Regulation (MES-I: CER), fungsi penggunaan musik melibatkan dua fungsi penggunaan musik, yaitu fungsi kognitif dan fungsi afektif. MES-I: CER ditunjukkan dengan adanya aktifitas bermusik yang dilakukan untuk meregulasi emosi, dan didorong oleh adanya motivasi (ekstrinsik dan intrinsik) dalam menggunakan musik untuk meregulasi emosi. 14

8 Rickard dan Chin (2012) juga mengukur hubungan antara music engagement dengan Emotional Regulation Questionnaire (ERQ; Gross dan John, 2003) untuk melihat validitas MES-I: CER dalam mengukur penggunaan musik untuk meregulasi emosi. ERQ memuat dua strategi meregulasi emosi, yaitu melakukan penilaian terhadap suatu informasi atau situasi yang mempengaruhi kondisi emosi (Reappraisal, ERQ-R) dan menutupi atau menyembunyikan ekspresi emosi (Suppression, ERQ-S). Hasil dari pengukuran tersebut didapatkan MES-I: CER memiliki korelasi yang sangat kuat dengan ERQ-R, dan berkorelasi negatif dengan ERQ-S. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi music engagement dalam meregulasi emosi a. Usia Individu yang berada dalam masa perkembangan dewasa muda menghadapi situasi dan peristiwa yang lebih kompleks seperti membentuk keluarga baru, membuat keputusan mengenai karir, menjadi individu yang mandiri (Kail & Cavanaugh, 2010). Hal ini mendorong dewasa muda lebih aktif dalam menemukan strategi untuk mengelola emosi pada situasi yang sedang dihadapinya. Vitulić and Prosen (2015) mengungkapkan bahwa orang dewasa yang lebih sering menyeleksi dan memodifikasi situasi yang mempengaruhi emosinya mencoba untuk menyembunyikan respon emosi yang akan muncul (suppression). Namun supression tidak efisien dan membentuk ketidaksuaian 15

9 antara pengalaman internal dengan ekspresi yang muncul. Hal ini berkorelasi negatif terhadap well being dan juga fungsi sosialnya. Roni (2014) juga dalam penelitiannya mendapati individu dewasa awal yang menggunakan strategi suppression berpengaruh terhadap distress psikologis yang tinggi. Bhawana (2002) dalam penelitiannya mendapati bahwa orang dewasa kadang mengarahkan perhatiannya dari situasi mempengaruhi emosinya pada hal-hal lain dengan menggunakan strategi Reappraisal. Ia mengungkapkan bahwa dewasa awal lebih mampu melakukan Reappraisal terhadap situasi yang sedang dihadapinya dibandingkan individu yang berada di masa perkembangan yang lain. Rickard dan Chin (2012) menyatakan bahwa Reappraisal berkorelasi positif dengan penggunaan musik untuk meregulasi emosi. Hal ini menunjukkan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu melakukan penilai seseorang terhadap situasi yang mempengaruhi emosinya, dengan tujuan mengarahkan kondisi emosinya ke arah yang lebih diinginkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang menggunakan atau mendengarkan musik tidak memiliki perbedaan yang signifikan jika ditinjau dari usia. Namun penelitian oleh Roni (2014) mendapati bahwa variabel yang menonjol yang membedakan individu dalam menggunakan musik adalah yang berkaitan dengan referensi musik yang digunakan. Ia mendapati bahwa individu yang dalam masa perkembangan dewasa akhir 16

10 lebih memilih untuk mendengarkan lagu senang ketika sedang dalam kondisi bad mood dibandingkan individu dalam usia dewasa awal. b. Jenis kelamin Terdapat beberapa penelitian yang mendapati bahwa ada perbedaan lakilaki dan perempuan dalam hal meregulasi emosi. Dalam meregulasi emosi, laki-laki tetap mempertahankan kondisi emosi yang muncul ketika menghadapi situasi yang sama, sedangkan perempuan lebih sering membuat penilaian ulang terhadap suatu situasi dengan cara yang positif (Folkman dan Lazarus, 1987). Selain itu McRae (2008) juga mendapati bahwa perempuan juga lebih berkeinginan untuk mencoba berdamai dengan situasi yang mempengaruhi emosinya dibandingkan pria. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama dapat meregulasi emosinya dengan menggunakan musik. Namun penelitian Bhawana (2011) mendapati bahwa perempuan lebih banyak melakukan strategi meregulasi emosi tertentu dibandingkan laki-laki. Helena (2014) menambahkan dengan temuan bahwa perempuan mencoba untuk mempengaruhi emosinya dengan melakukan aktifitas fisik, mencari dukungan sosial dan bahkan menggunakan makanan untuk meregulasi emosinya dibandingkan pria. c. Pengalaman bermusik Pengalaman atau latar belakang individu juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan individu dengan musik. Orang yang 17

11 mampu melakukan proses produksi musik merupakan individu yang mampu mencipta, memimpin, atau menampilkan alat musik; pencipta atau pemain musik, atau yang disebut sebagai musisi (KBBI). Sedangkan yang tidak mampu memproduksi musik dapa dikatakan sebagai non-musisi. Selain itu, pengalaman seseorang dalam mempelajari musik juga dapat berpengaruh. penelitian oleh Dana L. Strait dan Nina Kraus (2014) menemukan bahwa terdapat bukti biologis dari oberservasi perilaku yang mengindikasikan bahwa pengalaman latihan musik dapat meningkat kemampuan mempersepsikan emosi yang disampaikan dari musik khususnya melalui vocal, dan juga meningkatkan peran subcortical dalam mengenali emosi yang disampaikan dalam aktifitas mendengarkan lagu. Sehingga hal ini dapat memunculkan perbedaan penggunaan musik pada setiap individu. Akan tetapi di sisi lain, Krumhansl (1995) menyatakan bahwa individu dengan tingkat pendidikan musik yang beragam dapat membuat penilaian yang sama terhadap suatu melodi dari musik. Penelitian lain oleh Bigand & Poulin-Charronnat (2006). menunjukkan bahwa individu yang tidak memiliki pengalaman pelatihan musik formal mampun membedakan bagian dan struktur musik (seperti tekanan, dan relaksasi dalam rangkaian melodi dan harmoni) dengan cara yang sama dibandingkan individu dengan latihan musik. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian terhadap musik tidak terpengaruh oleh pengalaman musik atau latihan musik. 18

12 Chamoro-Premuzic and Furnham (2007) juga mengungkapkan bahwa individu yang memiliki pengalaman aktifitas bermusik productive memiliki kemungkinan lebih terlibat dengan musik untuk fungsi analytical, yang lebih fokus pada struktur musik. Hasil ini berkaitan dengan kemampuan individu dalam meregulasi emosinya dengan cara menilai ulang suatu peristiwa yang dihadapi melalui musik yang didengarkan. Beberapa peneliti mengungkapkan pandangan yang berbeda mengenai pengaruh penggunaan musik yang berkaitan dengan emosi individu. Hasil penelitian Helena (2014) mendapati bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah menggunakan strategi suppression dan zat untuk menyesuaikan emosinya dibandingkan yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. d. Persepsi bermusik Dalam proses resepsi musik, seseorang membutuhkan interpretasi dan konstruksi informasi dari pendengarannya, dan hal ini yang mempengaruhi pengertian individu dan beliefs yang terbentuk pada individu (Elliot 1995). Dalam aktifitas mendengarkan musik, persepsi diri (bagaimana individu mengidentifikasi diri dalam aktifitas yang bermusik) yang dilakukan dapat mempengaruhi individu dalam menginterpretasi dan mengkontruksi informasi dari musik. Hal ini mempengaruhi keterlibatan individu dengan musik dalam meregulasi emosinya. 19

13 B. Dinamika Music Engagement untuk Meregulasi Emosi Music engagement untuk meregulasi emosi adalah keterlibatan individu dengan musik yang bertujuan untuk mengelola dan mengarahkan kondisi emosi (Rickard dan Chin, 2012; Gross, 2000). Keterlibatan dengan musik untuk meregulasi emosi merefleksikan hubungan antara individu dengan suatu aktifitas bermusik yang bertujuan untuk mengendalikan kondisi emosi; mengenal, mengevaluasi dan membatasi respon emosi; menyatakan regulasi emosi adalah suatu kemampuan menerima, mempertahankan dan mengendalikan instensitas dan lamanya emosi yang dirasakan (Gottman dalam Wilson, 1999; Gross, 2007; Thompson, 2000; Russell, Ainley & Frydenberg, 2005; Reeve, 2004). Rickard dan Chin (2012) mengemukakan bahwa music engagement seseorang dapat dilihat dari perilaku yang muncul berupa aktifitas yang bermusik melalui proses menghasilkan musik (productive) dan mendengarkan music (receptive). Proses productive dilakukan oleh orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan alat musik; pencipta atau pemain musik, atau yang disebut sebagai musisi (KBBI), sedangkan receptive dapat dilakukan oleh semua individu baik musisi maupun non-musisi. Akan tetapi saat ini aktifitas mendengarkan musik merupakan aktifitas yang paling populer digunakan untuk meregulasi emosi. Hal ini dikarenakan bahwa aktifitas mendengarkan musik merupakan cara yang efektif dilakukan 20

14 untuk meregulasi emosi (North, dkk, 2000); dan meningkatkan afek positif dan menurunkan afek negatif (Rickard dan Chin, 2012). Proses receptive merupakan aktifitas menerima informasi dari musik yang dilakukan dengan mendengarkan musik, menikmati musik, dan membuat arti dari suatu lagu. Receptive membutuhkan kemampuan menginterpretasi informasi suara (audio) yang berpengaruh pada pemaknaan dan keyakinan seseorang terhadap musik yang didengarkan (Elliot, 1995). Menurut Elliiot (1995) proses mendengarkan musik lebih memungkinkan seseorang menerima informasi dari musik bukan hanya sekedar merasakan emosi dari musik yang didengar, namun juga untuk mendapatkan pesan melalui emosi yang dirasakan dari musik tersebut. Selain dari aktifitas bermusik yang dilakukan, music engagement juga merefleksikan sikap individu terhadap musik (Rickard dan Chin, 2012), yaitu penilaian individu terhadap fungsi penggunaan musik dan pertimbangan penggunaan musik berdasarkan motivasi dari luar diri maupun dalam diri individu. Fungsi penggunaan musik untuk meregulasi emosi melibatkan kombinasi fungsi kognitif dan afektif dalam menilai dan merespon situasi atau peristiwa yang sedang dihadapi individu yang mempengaruhi kondisi emosinya (Gross, 1998). Fungsi kognitif menurut Chamorro-Premuzic dan Furnham (2007) untuk memenuhi kebutuhan intelektual, media mempelajari suatu pengetahuan, dan juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Fungsi afektif berfungsi untuk mengelola afek, baik untuk meningkatkan afek positif maupun menurunkan afek negatif (North, dkk., 2000); meningkatkan pengalaman emosional dan spiritual 21

15 (Gabrielson, 2010); mengontrol kondisi mood, dan juga meningkat self awareness yang dapat membantu mengelola perasaan (Schafer, 2013). Sloboda (2001) mengungkapkan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Selain itu musik juga digunakan untuk tujuan relaksasi (Chamorro dan Furnham, 2007). Adanya kombinasi fungsi afektif dan fungsi kognitif dalam meregulasi emosi menunjukkan bahwa music engagement untuk meregulasi emosi berkorelasi kuat dengan strategi regulasi emosi Reapprasial (Rickard dan Chin, 2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang meregulasi emosi melalui musik melakukan strategi meningkatkan pemikiran positif dan menilai ulang situasi atau kondisi yang mempengaruhi emosi melalui musik yang didengarkan, untuk dapat mengarahkan atau mengontrol kondisi emosinya. Rickard dan Chin (2012) juga menyatakan bahwa individu yang sangat terlibat dengan aktifitas mendengarkan musik untuk meregulasi emosinya mengindikasikan kemungkinan individu tersebut dapat mengarahkan kondisi emosinya pada kondisi yang diinginkan dan dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya Menurut Sloboda (2005) music engagement untuk meregulasi emosi didorong oleh adanya keinginan menggunakan musik dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri individu. Dorongan ini muncul dari pengalaman yang menyenangkan dengan musik, sehingga dapat membentuk komitmen personal yang mendalam dengan 22

16 musik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang muncul dari luar diri individu. Biasanya motivasi muncul karena dipengaruhi oleh dorongan untuk mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Meregulasi emosi menggunakan musik merupakan salah satu strategi yang populer dilakukan saat ini, termasuk dari kalangan usia tertentu. Strategi untuk meregulasi emosi dipengaruhi oleh tugas masa perkembangan individu. Pada individu dewasa muda, situasi yang dihadapi adalah situasi yang lebih kompleks seperti membentuk keluarga baru, membuat keputusan mengenai karir, menjadi individu yang mandiri (Kail & Cavanaugh, 2010), sehingga hal ini mendorong individu dewasa awal lebih aktif dalam menemukan strategi untuk mengelola emosi pada situasi yang sedang dihadapinya. Penelitian Bhawana (2014) mendapati bahwa perempuan lebih banyak melakukan strategi meregulasi emosi tertentu dibandingkan laki-laki. Helena (2015) menambahkan dengan temuan bahwa perempuan mencoba untuk mempengaruhi emosinya dengan melakukan aktifitas fisik, mencari dukungan sosial dan bahkan menggunakan makanan untuk meregulasi emosinya dibandingkan pria. Dengan kata lain, perempuan dapat meregulasi emosinya dengan cara mendengarkan musik, namun berpotensi juga menemukan cara lain untuk mengelola kondisi emosinya. Selain itu, pengalaman seseorang dalam kegiatan musik juga dapat mempengaruhi proses regulasi emosinya dengan menggunakan musik. Hasil 23

17 penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang berstatus sebagai musisi dan yang pernah mempelajai musik dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk membantu menilai ulang situasi yang mempengaruhi kondisi emosinya. Gross dan John (2003) mengungkapkan bahwa individu yang mampu melakukan strategi regulasi emosi dapat meningkatkan fungsi interpersonal dan juga meningkatkan wellbeing. Sejalan dengan hasil tersebut, Groarke (2015) juga dalam penelitiannya menemukan bahwa mendengarkan musik juga berfungsi untuk meningkatkan wellbeing. Dengan kata lain dengan music engagement untuk meregulasi emosi dapat pula berpengaruh terhadap kesehatan mental individu. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa music engagement untuk meregulasi emosi, yang menggambarkan keterlibatan individu dengan musik untuk mengelola kondisi emosi seseorang sudah sering dilakukan dalam kehidupan masyarakat kini baik pada laki-laki/perempuan, usia dewasa awal, dan berbagai latar belakang dan pengalaman bermusik. Keterlibatan untuk meregulasi emosi ini juga dapat bermanfaat bagi kesehatan mental individu yang berkaitan dengan kondisi emosinya. Sehingga penggunaan musik untuk meregulasi emosi perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana gambaran keterlibatan individuindividu yang mendengarkan musik untuk mengelola emosinya. 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah karya seni yang dapat dinikmati melalui indera pendengaran. Musik terbentuk dari perpaduan unsur suara atau bunyi, irama dan harmoni yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Musik juga memberi ketenangan ketika seseorang sedang mengalami permasalahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta diskusi tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Regulasi Emosi 2.1.1 Definisi Regulasi Emosi Regulasi emosi mempunyai beberapa definisi dari para ahli. Menurut Shaffer, (2005), regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara sistematis yang hasilnya berguna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia kerja maupun industri, salah satu hal utama dan penting yang dituntut agar tetap mampu bersaing adalah menjaga produktivitas tetap tinggi. Secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola interaksi komunikasi. Salah satu pola interaksi komunikasi adalah komunikasi interpersonal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Musik adalah seni, hiburan, dan aktivitas manusia yang melibatkan suara-suara yang teratur [KLE07]. Istilah musik juga digunakan untuk mengacu pada permainan musik,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Paduan Suara Choir atau paduan suara oleh M. Soeharto dijelaskan sebagai kesatuan sejumlah penyanyi dari beberapa jenis suara berbeda di bawah pimpinan seorang dirigen. 1 Suara

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang disebut dengan musik. Perkembangan perilaku musik dalam kenyataannya semakin

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi 2.1.1 Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk membentuk karakteristik-karakteristik tertentu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang bidang kajiannya sangat luas, yang terfokus pada peningkatan kualitas gerak insani (human movement), tetapi secara

Lebih terperinci

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Selain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 166 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab lima memuat simpulan penelitian dan rekomendasi yang dapat diberikan peneliti berdasar temuan di lapangan. Simpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang cerdas yang membentuk kemandirian dan kreatifitas dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia 76 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam rangka menjawab perumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan 175 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Gerak dan irama dalam bentuk lagu dapat digunakan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN SITI LATIFATU NAILI RISLINA; ROSA IMANI KHAN Program Studi PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial dituntut untuk dapat berinteraksi dan senantiasa berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB 1 Tinjauan Pustaka

BAB 1 Tinjauan Pustaka BAB 1 Tinjauan Pustaka 2.1. Materialisme 2.1.1. Definisi Belk (1985) mendefinisikan materialisme sebagai bagian dari ciri kepribadian yang dimiliki setiap orang. Di kemudian hari, Richins dan Dawson memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Musik dewasa ini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Pada beberapa refrensi, musik dianggap sebagai penyeimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri. Musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-Being Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SENI MUSIK NON KLASIK

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SENI MUSIK NON KLASIK KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SENI MUSIK NON KLASIK No (IPK) I.1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach

ABSTRAK Pearson Alpha Cronbach ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Self-Regulation Akademik pada siswa kelas 10 SMA X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama berabad-abad, manusia telah menikmati musik. Penemuan berbagai artifak di berbagai belahan dunia mengindikasikan bahwa manusia telah menikmati musik sejak zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirasakan dan dikembangkan manusia sejak zaman purbakala.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirasakan dan dikembangkan manusia sejak zaman purbakala. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, sangat banyak definisi yang menjelaskan tentang pengertian musik, namun pada dasarnya musik merupakan kumpulan beberapa bunyi yang tersusun sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Work-Life Balance Work-Life Balance didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan mereka, memenuhi komitmen keluarga, serta tangung jawab kerja dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan diprioritaskan bagi seluruh umat manusia karena pendidikan merupakan ilmu sepanjang hayat. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. Selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu

Lebih terperinci

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan pemain keyboard pada beberapa band, cukup mengesankan. Mereka mempunyai kemampuan memadai, mulai dari kecepatan jari, penguasaan chord dan memilih sound

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan mutlak yang dilakukan seluruh umat manusia selama mereka masih hidup di dunia, karena manusia sebagai makhluk sosial perlu saling melakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian di Sekolah Dasar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama merupakan pembelajaran dasar yang memberikan satu kontribusi nyata dalam membangun karakter bangsa melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki lembaga pendidikan. Melalui menulis anak dapat menyampaikan isi hatinya, gagasan ataupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga aspek, yakni aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapan maupun aspek penalarannya mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. terapan maupun aspek penalarannya mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis dan kritis. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar membentuk manusia menuju kedewasaannya, baik secara mental, intelektual maupun emosional. Pendidikan juga sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar seseorang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan komunikasi. Komunikasi juga merupakan bentuk penyampaian pesan dari seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapakan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik merupakan media hiburan yang sangat efektif. Secara umum, musik merupakan kegiatan kesenian

Lebih terperinci

BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD?

BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD? BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD? disajikan dalam Workshop dan Seminar Pembelajaran lagu anak-anak Edukatif untuk PAUD/TK/SD Diah Uswatun Nurhayati PUSAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

melodi dan keharmonisan dari nada dan suara yang disusun '). Seni

melodi dan keharmonisan dari nada dan suara yang disusun '). Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1. BATAM MUSIC CENTER Dengan penekanan pada: Pembentukan citra bangunan yang atraktif sebagai konsep dasar landmark kota Batam 1.1.1. PENGERTIAN JUDUL MUSIC Apabila diartikan, musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan seni yang menghasilkan suara terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan seni yang menghasilkan suara terampil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan seni yang menghasilkan suara terampil dan menyenangkan, untuk menggabungkan rangkaian musik dengan baik bahkan mempesona sehingga bunyi merdu

Lebih terperinci

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR. Mendengarkan penjelasan guru tentang macammacam

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR. Mendengarkan penjelasan guru tentang macammacam 1 Nama Sekolah : V (lima) / 1 (Ganjil) : 1. Mengapresiasi karya seni musik. HASIL MATERI POKOK 1.1. Mengidentifikasi berbagai ragam. 1.2. Menjelaskan makna sejenis. dengan iringan di depan penonton. 1.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Dalam arti sederhana pendidikan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau acuan cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai cara yang memungkinkan bunyi, irama, dan musik meningkatkan

Lebih terperinci

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa 2.1 Perkembangan anak sekolah dasar Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. 7 Permulaan masa pertengahan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran anak usia belajar. Pembelajaran merupakan proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. Pendidikan di alam bebas memberikan pengaruh yang besar kepada para siswa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. Pendidikan di alam bebas memberikan pengaruh yang besar kepada para siswa 212 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Pendidikan di alam bebas memberikan pengaruh yang besar kepada para siswa untuk mendapatkan pengalaman, dan merenungkannya. Kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN Nama : Eka Fitri Nuraeni NPM : 12512404 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, S.Psi., M.Si Latar

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU Disusun Oleh: Nama : Suci Melati Puspitasari NPM : 16510707 Pembimbing : Henny Regina Salve M.Psi, Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

UPAYA PENGENALAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI KELOMPOK B MELALUI BERNYANYI DI RA ULUMUL QUR AN MEDAN

UPAYA PENGENALAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI KELOMPOK B MELALUI BERNYANYI DI RA ULUMUL QUR AN MEDAN UPAYA PENGENALAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI KELOMPOK B MELALUI BERNYANYI DI RA ULUMUL QUR AN MEDAN Noni Marlina 1) dan Faqih Hakim Hasibuan 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci