BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Yandi Hendra Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpindahan barang yang cepat dan tepat adalah tujuan yang ingin dicapai sebuah kegiatan distribusi. Daskin et al (2003) berpendapat bahwa perpindahan yang efektif dengan alokasi sumber daya yang tepat menjadi tantangan besar bagi perusahaan. Salah satu indikator untuk melihat keefektifan dan efisiensi perpindahan barang adalah dari total biaya distribusinya. Total biaya distribusi berpengaruh pada seberapa besar keuntungan yang didapatkan perusahaan. Komponen yang terlibat dalam kegiatan distribusi harus menjadi pertimbangan. Distribusi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang dari level tertinggi ke level yang berada dibawahnya secara kontinyu. Jaringan distribusi akan berhubungan dengan jaringan rantai pasok. Jaringan rantai pasok yang baik tidak lepas dari kualitas lokasi yang digunakan setiap levelnya. Merancang jaringan rantai pasok adalah menentukan keputusan terkait lokasi, kapasitas operasional dan jumlah jaringan yang terlibat dalam rantai pasok. Menurut Wang (2009) keputusan lokasi menjadi hal kritis dan kompleks pada level strategis untuk mencapai rantai pasok yang efisien. Kesalahan dalam menentukan jumlah dan lokasi distribusi akan berdampak pada kebijakan jangka panjang perusahaan yang berhubungan dengan biaya. Keputusan jaringan rantai pasok akan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya, karakteristik produk, dan kondisi pasar yang fluktuatif. Penentuan lokasi salah satu hal sulit bagi sebuah perusahaan untuk mencapai rantai pasok yang efisien (Daskin et al, 2003). Menentukan lokasi berarti menentukan kapasitas lokasi dengan faktor penentuan laju dan kuantitas produksi. Lokasi distribusi yang kurang optimal akan berdampak pada pengeluaran biaya perusahaan yang meningkat (Wang, 2009). Jaringan rantai pasok yang efektif dan efisien menjadi kebutuhan sistem distribusi barang termasuk sistem distribusi uang. Uang menjadi komponen penting dalam setiap transaksi tunai. Keberadaan uang menjadi salah satu indikator 1
2 2 kestabilan perekonomian sebuah negara. Salah satu aspek yang dibutuhkan untuk meningkatkan dan menjaga pertumbuhan ekonomi adalah keberadaan uang berkualitas dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, dan tepat waktu. Ketersediaan uang dalam jumlah, waktu, lokasi, dan kualitas yang tepat menjadi tanggung jawab pihak yang berwenang dalam pengedaran uang. Alat pembayaran yang berlaku di Indonesia terdiri dari tunai berupa uang Rupiah dan alat pembayaran non-tunai seperti kartu kredit, ATM, dan cek. Uang kartal, alat pembayaran tunai sah di Indonesia, meningkat pada 2 tahun terakhir disaat perekonomian Indonesia mengalami perlambatan. Hal ini menunjukan bahwa uang kartal masih menjadi pilihan masyarakat dalam kegiatan perekonomian selain penggunaan alat pembayaran non-tunai (Bank Indonesia, 2015b). Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya pertumbuhan uang yang diedarkan (UYD) sebesar 11,09 % di tahun 2015 (Bank Indonesia, 2015b). Kebutuhan uang Rupiah berkualitas harus terpenuhi dengan tepat melalui jaringan distribusi uang yang berkualitas. Kim et al (2013) mengungkapkan bahwa seiring dengan meningkatnya teknologi-teknologi terintegrasi untuk sistem pembayaran, sirkulasi kas global tetap meningkat dari waktu ke waktu. Dalam pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, sebuah bank membutuhkan keputusan yang tepat untuk kegiatan rantai pasoknya. Biaya yang terlibat didalamnya seperti biaya penyimpanan, perhitungan (didalamnya termasuk pengelompokan pecahan uang), pengesahan uang, pengiriman, dan keamanan menjadi kompleks seiring dengan peningkatan permintaan uang kas. Bank Indonesia, sebuah lembaga independen negara, sebagai otoritas moneter di Indonesia bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Kestabilan nilai mata uang Rupiah ditinjau berdasarkan dua aspek yaitu, terhadap barang dan jasa (indikator: inflasi) dan terhadap nilai mata uang negara lain (indikator: nilai tukar dengan mata uang negara lain). Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia menetapkan tiga pilar utama yang merupakan tiga bidang tugas utama. Pilar pertama adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Pilar kedua adalah menjaga stabilitas sistem keuangan terhadap ekonomi
3 3 dalam negeri maupun ekonomi dunia. Pilar ketiga adalah kewenangan untuk mengatur dan berkewajiban menjaga kelancaran sistem pembayaran (Bank Indonesia, 2014c). Fungsi yang muncul dari pilar ketiga adalah Bank Indonesia bertindak sebagai koordinator dan pengelola pengedaran uang di Indonesia. Luasnya wilayah Indonesia dan persebaran penduduk yang tidak merata menjadi tantangan besar untuk menciptakan strategi yang tepat dalam pendistribusian uang. Hal ini dilakukan untuk memastikan seluruh wilayah Indonesia dapat dijangkau dengan kriteria jarak 150 km. Kebijakan Bank Indonesia dari pilar ketiga terkait pengelolaan ruang Rupiah yaitu ketersediaan uang berkualitas dan terpercaya, distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima. Uang tunai Rupiah di Indonesia diedarkan oleh Bank Indonesia melalui kantor perwakilannya di setiap daerah. Tanggung jawab Bank Indonesia terkait pengelolaan uang terdiri dari beberapa aktivitas yaitu, pengadaan uang, pendistribusian uang, dan penarikan uang. Pada aktivitas pendistribusian uang Bank Indonesia membagi wilayah distribusinya menjadi enam kelompok besar yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali Nusa Tenggara (Balnustra) dan Sulawesi Maluku Papua (Sulampua). Setiap kelompok memiliki jaringan distribusi dalam berbagai bentuk diantaranya, Kantor Depo Kas (Cash Distribution Office/CDO), Kantor Kas (Cash Office/CO), dan Kas Titipan (Cash Custody/CC) (Bank Indonesia, 2014c). CDO adalah jaringan distribusi Bank Indonesia berupa kantor perwakilan Bank Indonesia di beberapa daerah yang berfungsi melayani permintaan uang layak edar masyarakat dan bank di sekitarnya. Selain itu CDO juga berfungsi sebagai kantor depo/transit kebutuhan uang kantor perwakilan BI yang menjadi wilayah kerjanya dan kemudian mendistribusikannya ke setiap kantor perwakilan wilayah kerjanya. Saat ini Bank Indonesia memiliki 11 CDO. Sebagian besar CDO berada di kotakota besar dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. CO adalah jaringan distribusi Bank Indonesia berupa kantor perwakilan Bank Indonesia di setiap provinsi di Indonesia.
4 4 CO berfungsi melayani permintaan uang layak edar masyarakat dan bank di sekitarnya. Untuk daerah-daerah terpencil, Bank Indonesia menggunakan strategi jaringan distribusi kas titipan/cash custody. Kas titipan merupakan bentuk kerjasama Bank Indonesia dengan bank pemerintah atau bank swasta pada beberapa daerah. Kas titipan/cc memiliki fungsi yang sama dengan CDO dan CO namun statusnya sebagai pihak ketiga. Ketiga bentuk jaringan distribusi memiliki fungsi utama yaitu melayani kebutuhan uang tunai Rupiah masyarakat dan bank di sekitarnya. Bank Indonesia berupaya terus meningkatkan jangkauannya dengan rencana pengembangan jaringan distribusi uang. Selain untuk memastikan kebutuhan uang masyarakat dapat terpenuhi, pengembangan jaringan distribusi uang juga berfungsi untuk menjaga kedaulatan NKRI yaitu, dengan mamastikan penggunaan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga pelayanan kebutuhan uang tunai masyarakat Bank Indonesia melalui ketersediaan uang tunai dalam jumlah, waktu, dan pecahan yang tepat dapat tercapai. Saat ini Bank Indonesia memiliki 2 CDO, 11 CO, dan 7 CC untuk melayani permintaan uang tunai masyarakat di Pulau Sumatra. Berdasarkan Tabel lokasi jaringan distribusi uang BI di Pulau Sumatra dapat menjangkau 57,59% kota/kabupaten. Hal ini dapat diartikan bahwa dari 158 kota/kabupaten yang terdapat di Pulau Sumatra hanya 91 kota/kabupaten yang dapat terjangkau sesuai kriteria jarak yang ditetapkan Bank Indonesia. Kriteria sebuah kota/kabupaten dapat terjangkau apabila jarak tempuh dari jaringan distribusi terdekatnya kurang dari 150 km.
5 5 Tabel 1.1. Existing coverage jaringan distribusi uang BI di Pulau Sumatra Coverage Jaringan Distribusi Bentuk Kota/Kab. (Unit) Penduduk (Orang) Bank (Unit) ATM (Unit) Bengkulu Kota CO Muara Bungo CCL Jambi Kota CO Pangkal Pinang Kota CO Batam Kota CO Tanjung Pinang Kota CCL Bandar Lampung Kota CO Prabumulih Kota CCL Banda Aceh Kota CO Lhokseumawe Kota CO Pekanbaru Kota CO Padang Kota CO Palembang Kota CDO Lubuk Linggau Kota CCL Medan Kota CDO Pematang Siantar Kota CO Sibolga Kota CO Padang Sidimpuan Kota CCL Gunung Sitoli Kota CCL Rantau Prapat CCL Jumlah Total COVERAGE 57,59% 64,63% 80,08% 81,70% Bank Indonesia ingin memastikan bahwa seluruh kota/kabupaten di Pulau Sumatra memiliki jarak tempuh 150 km dari jaringan distribusi BI sehingga dapat dikatakan mencapai 100% coverage di Pulau Sumatra. Bank Indonesia membutuhkan pengadaan jaringan distribusi baru di beberapa kota/kabupaten untuk mencapai tujuan tersebut. Jaringan distribusi yang dikembangkan memiliki tugas melayani kebutuhan uang tunai masyarakat dan bank di sekitarnya. Saat ini sebagian besar wilayah yang berlum dapat dijangkau jaringan distribusi uang BI existing berada di wilayah terluar Indonesia. Kebutuhan uang layak edar yang terpenuhi dengan baik melalui pendistribusian uang yang tepat diharapkan mampu memberikan pengaruh positif pada kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia. Selain sebagai distribution channel,
6 6 jaringan distribusi uang BI juga akan berperan untuk melakukan penarikan dan penukaran uang. Dengan penentuan lokasi jaringan distribusi yang tepat berdampak pada kemudahan akses dari dan ke masyarakat. Informasi jumlah dan lokasi jaringan distribusi uang untuk mencapai 100% coverage Pulau Sumatra dengan mempertimbangkan jarak tempuh 150 km dari dan ke setiap kota/kabupaten menjadi ketentuan dalam rencana pengembangan jaringan distribusi. Pengembangan jaringan distiribusi uang adalah upaya mencapai 100% coverage di Pulau Sumatra oleh Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar di masyarakat yang lebih baik. Pada penelitian ini berbagai batasan rencana pengembangan jaringan distribusi uang dipertimbangkan untuk menentukan jumlah dan lokasi jaringan distribusi untuk mencapai 100% coverage Pulau Sumatra Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas belum tercapainya 100% coverage Pulau Sumatra oleh jaringan distribusi uang Bank Indonesia saat ini membutuhkan evaluasi terkait kebutuhan jumlah jaringan distribusi uang BI untuk mencapai coverage 100% berdasarkan kriteria jarak tempuh maksimal yang ditetapkan BI dan lokasi-lokasinya. Selain itu alternatif solusi lain terkait jaringan distribusi uang Bank Indonesia di Pulau Sumatra sebagai informasi tambahan yang dapat menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam rencana pengembangan jaringan distribusi uang. Sehingga rencana pengembangan jaringan distribusi uang sesuai dengan target dan tujuan Bank Indonesia bersamaan dengan penggunaan sumber daya yang tepat Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, 1. Setiap daerah akan dipasok oleh satu jenis jaringan distribusi-distributor (utama/pihak ketiga) yang ada pada provinsi dimana daerah tersebut berada;
7 7 2. Jaringan distribusi-distributor baru (utama/pihak ketiga) dapat dibuka untuk memasok daerahnya sendiri dengan ketentuan tidak ada existing jaringan distribusi-distributor (utama/pihak ketiga) terdekat yang dapat menjangkau; 3. Lokasi jaringan distribusi baru mempunyai calon mitra kerja sama dengan kapasitas khazanah yang cukup untuk memenuhi permintaan uang layak edar (ULE) masyarakat sekitarnya; 4. Jarak tempuh dari satu kota/kabupaten ke kota/kabupaten lainnya diukur berdasarkan panjang jalur yang ditempuh ke masing-masing pusat pemerintahan kota/kabupaten tersebut. Hal-hal yang menjadi batasan dalam penyusunan dokumen penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini fokus pada jaringan distribusi uang di Pulau Sumatra; 2. Solusi yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk kondisi saat ini atau tidak mempertimbangkan kemungkinan munculnya daerah-daerah pemekaran dimasa yang akan datang; 3. Data jumlah penduduk, jumlah bank, dan jumlah ATM didapatkan dari Bank Indonesia Pusat Jakarta; 4. Klasifikasi daerah calon jaringan distribusi baru ditetapkan oleh Bank Indonesia Pusat Jakarta Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang jaringan distribusi uang Bank Indonesia untuk mencapai 100% coverage di Pulau Sumatra adalah : 1. Menentukan jumlah jaringan distribusi uang BI untuk mencapai 100% coverage Pulau Sumatra dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, bank, dan ATM setiap provinsi di Pulau Sumatra; 2. Menentukan jumlah jaringan distribusi uang Bank Indonesia untuk mencapai coverage optimal di Pulau Sumatra dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, bank, dan ATM setiap provinsi di Pulau Sumatra;
8 8 3. Menentukan lokasi optimal jaringan distribusi uang BI untuk mencapai 100% coverage Pulau Sumatra dengan mempertimbangkan nilai keterjangkauan paling besar; 4. Menentukan lokasi optimal jaringan distribusi uang BI untuk mencapai coverage optimal Pulau Sumatra dengan mempertimbangkan nilai keterjangkauan paling besar Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada Bank Indonesia terkait jumlah dan lokasi jaringan distribusi uang yang dibutuhkan untuk mencapai 100% coverage Pulau Sumatra. Selain itu informasi jumlah dan lokasi jaringan distribusi uang Pulau Sumatra yang optimal dengan mempertimbangkan nilai penambahan setiap jaringan distribusi diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mendapatkan penambahan jaringan distribusi yang optimal. Jumlah dan lokasi yang optimal dapat meningkatkan coverage daerah dan kemudahan dalam pelayanan kebutuhan uang layak edar (ULE) masyarakat. Hal ini sebagai upaya untuk mencapai dan menjaga kestabilan nilai Rupiah yang menjadi tujuan Bank Indonesia.
Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 14/02/21/Th.X, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK (BATAM DAN TANJUNGPINANG) JANUARI 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinci-2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Rep
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244, 2015 PERHUBUNGAN. Pembangunan. Jalan Tol. Sumatera. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciKODE KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK NO UNIT KANTOR KODE 1.
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 161/KMK.01/2007 TENTANG KODE KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK KODE KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN KANTOR PELAYANAN
Lebih terperinciTingkat Deflasi Kota Lubuklinggau sebesar 0,20 Persen
BPS Kota Lubuklinggau No. 08/08/1674/Th.XVIII, 02 Agustus Tingkat Deflasi Kota Lubuklinggau sebesar 0,20 Persen Kota Lubuklinggu pada Bulan Mengalami deflasi sebesar 0,20 persen, Inflasi tahun kalender
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciNo. 15/ 8/DPbS Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 15/ 8/DPbS Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM
ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM (dalam ribuan rupiah) RUPIAH MURNI NO. SATUAN KERJA NON PENDAMPING PNBP PINJAMAN
Lebih terperinciNOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENYELENGGARA SELEKSI CALON DAN PENILAIAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 36 TAHUN 2015
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciBKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KARIMUN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KARIMUN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN KARIMUN BULAN MEI SEBESAR 0,71 PERSEN No.05/VI/16, 1 Juni Pada Bulan Mei di Kabupaten Karimun terjadi inflasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral atau Lembaga Negara yang independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI, AGUSTUS 2017
No. 52/09/17/Th.XIX, 4 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI, AGUSTUS Pada bulan Agustus, Kota Bengkulu mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NAMA DAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK NO. N A M A KODE KANWIL/KPP KANWIL DJP NANGGROE ACEH 010
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR 58/KMK.03 /2002 TENTANG PERUBAHAN DAN PEMBERIAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK NAMA DAN KODE KANTOR PELAYANAN PAJAK KANWIL DJP NANGGROE ACEH 010
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciJUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI
2013, No.1161 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau secara umum, kas merupakan uang kartal yang tersedia bagi suatu usaha yang terdiri atas uang kertas dan uang logam, yang merupakan alat pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi keadaan perekonomian di suatu negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu periode tertentu,
Lebih terperinciTabel Statistik. Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit (Persen per Tahun) Tabel Statistik
Tabel Statistik Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit (Persen per Tahun) Periode Suku Bunga Pasar Uang Antarbank Tingkat Diskonto SBI 1 Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.40/08/17/Th.XIX, 01 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Inflasi Sebesar (0,13 persen) Inflasi tahun kalender (kumulatif)
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG PENETAPAN TARGET DAN STRATEGI PENCAPAIAN RASIO KEPATUHAN WAJIB
Lebih terperinciTingkat Inflasi Kota Lubuklinggau 0,33
BPS Kota Lubuklinggau No.06/06/1674/Th.XVIII, 02 Juni 2016 Tingkat Inflasi Kota Lubuklinggau 0,33 Kota Lubuklinggau pada bulan Mei 2016 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen. Laju inflasi kumulatif tahun
Lebih terperinciPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat () Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN JANUARI 2016 INFLASI 1,12 PERSEN
No. 28 / 02 / 940 /Th. IV, Februari 206 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN JANUARI 206 INFLASI,2 PERSEN Bulan Januari 206 Kabupaten Merauke mengalami inflasi,2 persen, dengan Indeks Harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Konsumsi ikan segar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prasarana Perkeretaapian Berdasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012, Bab 1, Pasal 1 pengertian Prasarana Perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001
Lebih terperinciIndeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),
Umum Banda Aceh 216,59 246,43 278,90 295,67 112,07 139,01 172,41 190,86 109,37 115,47 119,06 124,90 127,19 Lhokseumawe 217,73 242,90 273,06 295,55 111,38 124,28 143,10 154,71 108,33 116,24 121,61 130,52
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem informasi. Informasi merupakan bagian integral dari proses yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketersediaan informasi bisnis tepat waktu, akurat dan mencukupi adalah inti dari sistem informasi. Informasi merupakan bagian integral dari proses yang membuat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2014 KEMENAG. Biaya. Ibadah Haji Reguler. Pembayaran. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.21.3592 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 05018/SK/KBPOM TAHUN 2001 TENTANG
Lebih terperinciJUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA No BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 80/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,32 PERSEN Pada September 2016,
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Gabungan 2 Kota No. 68/10/21/Th. XII, 2 Oktober BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU Perkembangan /Inflasi Gabungan 2 Kota September
Lebih terperinciDAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017
LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-06/PJ/2017 Tanggal : 16 Maret 2017 NO DAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017 URAIAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No.21/05/16/Th.XIX, 02 Mei Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Deflasi Sebesar (-0,08 persen) Inflasi tahun kalender (kumulatif)
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 DAFTAR SAMPEL No Kota Populasi Kriteria Sampel 1. Kota Banda Aceh Sampel 1 2. Kota Sabang 3. Kota Lhokseumawe Sampel 2 4. Kota Langsa 5. Kota Subulussalam Sampel 3 6. Kota Binjai Sampel 4 7.
Lebih terperinciTINGKAT INFLASI KOTA LUBUKLINGGAU 1,41 BULAN DESEMBER 2015
BPS Kota Lubuklinggau No.01/01/1674/Th.XVIII, 04 Januari 2016 TINGKAT INFLASI KOTA LUBUKLINGGAU 1,41 BULAN DESEMBER Berdasarkan pemantauan harga selama bulan November pada 82 kota di Indonesia, menunjukkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN ENTERI PENDIDIKAN BLIK INDONESI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 1 TAHUN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.01/01/16/Th.XIX, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Inflasi Sebesar (0,67 persen) Inflasi kumulatif tahun dan/atau
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG
o I REPUBLIK PRESIDEN INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 100 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN TOL DI SUMATERA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
-1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No.31/06/16/Th.XIX, 02 Juni Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Sebesar (0,64 persen) tahun kalender (kumulatif) Kota Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembayaran yang baru dilahirkan pada tahun 1995 sudah merupakan hal yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pembayaran dewasa ini memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai urat nadi perekonomian suatu negara.kegiatan perekonomian kita sehari-hari tidak pernah
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 72/09/21/Th. XI, 1 September 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,28 PERSEN Pada Agustus 2016, gabungan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.13/03/16/Th.XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Inflasi Sebesar (0,09 persen) Inflasi tahun kalender kumulatif
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.06/02/16/Th.XIX, 01 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan 2017 Mengalami Inflasi Sebesar (0,53 persen) Inflasi tahun kalender
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 2015 INFLASI 1,01 PERSEN
No. 23 / / 940 /Th. II, 2 November 205 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN OKTOBER 205 INFLASI,0 PERSEN Bulan Oktober 205 Kabupaten Merauke mengalami inflasi,0 persen, dengan Indeks Harga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No.35/07/16/Th.XIX, 03 Juli Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Sebesar (0,86 persen) tahun kalender (kumulatif) Kota Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.17/04/17/Th.XIX, 03 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Deflasi Sebesar (-0,10 persen) Sementara inflasi tahun kalender
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciInflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan
Kajian Komoditi Pemicu Inflasi dan Program Unggulan Penanggulangan Inflasi di Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: Komoditi Pemicu Inflasi Kota Jambi Bappeda Kota Jambi,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.48/09/17/Th.XIX, 04 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang Pada Bulan Mengalami Deflasi Sebesar (-0,20 persen) Inflasi tahun kalender (kumulatif)
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 Jakarta, Maret 2016 DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.59/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Laju inflasi kumulatif tahun sebesar 2,41 persen. Sementara laju inflasi year on year ( Oktober
Lebih terperinciYth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di tempat.
-1- Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEMBUKAAN
Lebih terperinciDalam rangka pengembangan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tahun 2015, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
~ OOai Iskandar A I NIP 19600124{981121002 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL GEDUNG SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA IlLANTAI 9 SELATAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 05/02/91 Th. XI, 01 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada 2017 terjadi inflasi sebesar 0,67 persen dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.06/02/16/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang pada bulan 2016 mengalami inflasi sebesar 0,32 persen. Laju inflasi kumulatif
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN APRIL 2016 0,45 PERSEN Kota Tarakan pada bulan April 2016 mengalami Inflasi sebesar
Lebih terperinciPerkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Perkotaan Provinsi Sumatera Selatan November 2017
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Perkotaan Provinsi Sumatera Selatan 2017 No.64/12/16 Th.XIX, 4 Desember 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.22/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 36/08/91 Th. XI, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada 2017 terjadi inflasi sebesar 0,52 persen dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor moneter. Sektor moneter melalui kebijakan moneter digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.
No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciSTATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.36/07/16/Th.XVII, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Kota Palembang pada bulan Juni 2015 mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Laju inflasi kumulatif
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 44/09/91 Th. XI, 04 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada terjadi deflasi sebesar -0,62 persen dengan Indeks
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 34/07/91 Th. IX, 01 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada 2015 terjadi Inflasi sebesar 1,71 persen dengan Indeks
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciNo Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb
LAMPIRAN 1 JADWAL PENELITIAN No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb 1. Pengajuan proposal skripsi 2. Bimbingan proposal skripsi 3. Seminar proposal skripsi 4. Bimbingan dan penulisan skripsi 5. Penyelesaian skripsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
No. 01/01/91 Th. XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada 2016 terjadi Inflasi sebesar 0,63 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,72. Dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 18/04/91 Th. X, 01 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT Pada 2016 terjadi deflasi sebesar -0,07 persen dengan Indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang tidak terlepas dari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6188/KPTS-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN PROGRAM PKP2TRANS
KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN 2015 2019 PROGRAM PKP2TRANS Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi SASARAN PEMBANGUNAN SESUAI RPJMN 2015-2019
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 DEFLASI 0,50 PERSEN
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 22/03/21/Th.X, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI GABUNGAN 2 KOTA IHK DI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 DEFLASI 0,50 PERSEN Pada Februari 2015, dari gabungan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata kerja. Panitia urusan piutang negara.
No.337, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata kerja. Panitia urusan piutang negara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/PMK.06/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN NomorSE- 2./PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Papua Barat No. 53/11/91 Th. XI, 01 November BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN DESEMBER 2014 INFLASI 4,53 PERSEN
No. 2 / 0 / 940 /Th. II, 02 Januari 205 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BULAN DESEMBER 204 INFLASI 4,53 PERSEN Bulan Desember 204 Kota Merauke mengalami inflasi 4,53 persen, dengan Indeks Harga
Lebih terperinci