BAB II KAJIAN TEORITIS. apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS. apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara."

Transkripsi

1 10 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. orang atau anak tunarungu dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya. Andreas Dwidjosumarto ( 1990 ) dalam Somantri. S ( 2006: 93 ) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua katagori yaitu tuli ( deaf ) dan kurang dengar ( low of hearing ). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan/ maupun tampak menggunakan alat bantu dengar ( hearing aids ). Selain itu Mufti Salim ( 1984 ) Dalam Somantri. S ( 2006 : 93 ) menyimpulkan bahwa: Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya

2 11 baik sebagian atau seluruhnya yang berdampak pada kemampuan berkomunikasi, dan gangguan tersebut berada pada tingkatan-tingkatan tertentu sesuai tingkat kerusakan yang dialami oleh organ pendengaran tersebut. 2. Dampak Ketunarunguan Ketunarunguan dapat memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak tunarungu, tetapi sebagian dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi bahasa dan bicara, akademis, emosi dan social. a. Karakteristik dalam aspek bahasa dan bicara Sebagai akibat dari gangguan atau ketidak mampuan pendengarannya anak tunarungu ( terutama yang mengalami ketulian sejak lahir ) mengalami hambatan dalam perkembangan bicara dan bahasanya. Hal tersebut terjadi karena ada kaitan yang erat antara pendengaran dengan kemampuan berbicara dan berbahasa. Kemampuan berbicara diperoleh melalui proses meniru bunyi-bunyi bahasa yang didengar. Sedangkan anak tunarungu tidak memperoleh bunyi-bunyi yang dapat ditirunya sehingga tidak mengikuti tahapan perkembangan bicara secara normal atau kemampuan bicaranya tidak terbentuk. Akibatnya mengalami hambatan didalam berbicara untuk berkomunikasi. Bicara merupakan luncuran bahasa nyaitu kata-kata secara lisan yang dimengerti oleh kelompoknya (komunikan) tertentu, artinya kata-kata Indonesia

3 12 yang diucapkan dapat dimengerti oleh kelompoknya yang mengerti bahasa Indonesia dan atas persetujuan bersama, begitu pula bahasa daerah lainnya didunia ini. Bicara menekankan kepada kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam mengekpresikan pikiran, perasaan, ideide dengan memanfaatkan nafas melalui alat bicara, otot-otot serta syaraf-syaraf yang terkait secara teratur maka jadilah luncuran kata-kata atau bicara. Bicara adalah tingkahlaku individual manusia dalam melakukan komunikasi dengan pikiran dan perasaan yang mengekperesikan melalui alat ucap dengan membentuk kata-kata sesuai dengan aturan sistem bunyi bahasa.secara lebih luas bicara adalah perbuatan manusia dalam kehidupannya sehari-hari yang bukan saja hanya sekedar mengucapkan kata-kata belaka akan tetapi mengkomunikasikannya cara yang lebih luas. Dalam mengucapkan pembicaraan yang dapat dimengerti terkait dengan ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat, juga lagu kalimat yang tepat sesuai dengan dengan maksudnya. Dalam kesempatan yang dikondisikan maka bagi anak tunarungu hal bicara merupakan suatu keharusan untuk dapat diperoleh dan sesegera mungkin, oleh karena akan merupakan pengembangan atau peningkatan kemampuan berbahasanya. Dalam proses pembelajaran hendaknya diupayakan betul untuk terjadi interaksi komunikasi bahasa antara anak tunarungu sebagai siswa belajar dan guru sebagai pengajar.

4 13 Bicara bagi siapapun termasuk anak tunarungu bukan merupakan suatu hal yang kebetulan atau spontanitas namun harus dipelajari atau dilatih dan dikondisikan untuk mengarah kepada hal yang biasa harus dilakukan. Sebagai upaya menghindari kekakuan alat bicaranya maka sejak dini anak tinarungu dibiasakan untuk meniru bahasa secara verbal dengan tujuan agar alat bicaranya terlati dalam mempola bunyi bahasa sesuai aturan sehingga luncuran ucapannya benar dan dapat dimengerti oleh orang lain. Sebagai akibat tidak atau kurang mendengar rangsang bunyi yang disebut bunyi bahasa melalui alat pendengarannya berdampak pada perolehan bunyi bahasa itu sendiri yang kurang jelas bisa ditangkapnya, sehingga anak tunarungu sulit untuk dapat mengucapkan atau meniru bunyi itu. Peniruan bunyi bahasa sangat ketergantungan dan ditopang oleh fungsi indra visualnya. Dengan sendirinya kemungkinan basar setiap fonem atau huruf dalam kata-kata tidak jelas dapat ditangkapnya, sehingga sering terjadi kesalahankesalahan seperti : 1) Dalam membentuk huruf tidak utuh. 2) Sering tertukar huruf. 3) Sering menambah atau mengurangi huruf. 4) Sering kata-katanya terpatah-patah, dan 5) Kata-kata bicara tidak berirama ( menoton=datar)

5 14 Van Uden (1971) dalam Sadjaah,E. (2003:14) menyatakan bahwa: Tunarungu selain gangguan pendengarannya juga tuna bahasa. Selanjutnya Greg Leigh (1994) dalam Sadjaah,E.(2003:14) menguatkan bahwa: ketidak mampuan anak tuli dalam berbahasa tidak saja dalam menkomunikasikannya secara lisan (bicara) juga disertai kesulitan dalam memahami lambang dan aturan bahasa, jadi sangat komplek sekal. b. Karakteristik dalam aspek Akademis Umumnya anak tunarungu yang tidak disertai kelainan lain, mempunyai intelegensi yang normal, namun sering ditemui prestasi akademik mereka lebih rendah dibandingkan dengan anak yang mendengar seusianya. Menurut Lanny Bunawan ( 1982 ) dalam buku Wardani,I.G.A.K, Hernawati.T, Astati ( 2002 : 5.18 ) menyatakan bahwa: ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu menampakkan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar seusianya. Untuk memahami hal tersebut harus memahami bahwa pengembangan potensi kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa, sedangkan dampak yang nyata dari tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa. c. Karakteristik dalam aspek Sosial Emosional Ketunarunguan dapat menyebabkan perasaan terasing dari pergaulan seharihari. Pada umumnya keluarga yang mempunyai anak tunarungu mengalami

6 15 banyak kesulitan untuk melibatkan anak tersebut dalam keadaan dan kajadian sehari-hari agar ia tahu dan mengerti apa yang terjadi dilingkungannya. Disamping itu, kekurang pahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan segala sesuatu itu negatif atau salah. Keadaan seperti itu menyebabkan anak tunarungu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. 2. Sifat egosentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri,serta tindakannya lebih terpusat pada aku/ego sehingga kalau ada keinginan, harus selalu terpenuhi. 3. Perasaan takut ( khawatir ) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri. 4. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu. 5. Memiliki sipat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tampak banyak nuansa. 6. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan /keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.

7 16 3. Klasifikasi Tunarungu Menurut Moores ( 1981 : 6 ) dalam buku pengantar pendidikan luar biasa menguraikan tentang klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut: a. Tunarungu ringan ( mild hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara db. Ia sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis. Apabila didalam kelas ada anak yang mengalami tunarungu ringan, hendaknya ditempatkan paling depan agar lebih mudah menangkap suara guru. siswa yang sejak lahir mengalami ketunarunguan ringan mengalami sedikit hambatan dalam perkembangan biacaranya sehingga ia memerlukan terapi bicara. b. Tunarungu sedang ( moderate hearing loss ) Siswa yang mengalami tunarungu sedang mengalami kehilangan pendengaran antara db. Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan ( face to face ), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu serta terapi bicara. c. Tunarungu agak berat ( moderately severe hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan pendengaran antara db. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada siswa tersebut perlu

8 17 diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. d. Tunarungu berat ( sever hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan pendengran antara db sehingga ia hanya dapat mendengar suara-suara yang karas dari jarak dekat.siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. e. Tunarungu berat sekali ( profoun hearing loss ) Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 91 db. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarnnya ( vibration )dari pada melalui suara. Ia juga lebih mengandalkan penglihatannya dari pada pendengarannya dalam berkomunikasi, yaitu melalui penggunaan bahasa isyarat dan membaca ujaran. B. Media Kartu Gambar sebagai Proses Pembelajaran 1. Pengertian Media Kartu Gambar Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru. Interaksi dalam pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik, apabila dibantu dengan media ( alat bantu ). Melalui media dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi persepsi yang sama antara siswa dan guru.

9 18 Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah perantara/pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Menurut Heinich dan kawankawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4 ) mengemukakan bahwa: istilah medium sebagai pelantara yang mengantar imformasi antara sumber dan penerima.jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang dipryeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Media dalam pengertian yang lebi spesifik juga sering diartikan sebagai alat bantu atau peraga. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Sehingga media bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. 2. Bentuk Media Kartu Gambar Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, kartu gambar berupa objek yang dilengkapi dengan kartu kata yang menerangkan objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam kotak berdasarkan kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar nama binatang, nama

10 19 buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama alat-alat untuk mandi, perlengkapan pakaian dan nama peralatan makan. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu gambar. Media kartu gambar dapat digolongkan pada jenis media visual, karena pada dasarnya media kartu gambar merupakan media yang biasanya dibubuhi gambar namun dalam bentuk kecil, sehingga mudah diamati, dipegang dan dipindahkan oleh anak. Levie & Levie ( 1975 ) dalam Arsyad ( 2007:9 ) yang membaca kembali hasil penelitian tentang belajar melalui stimulis gambar dan stimulis kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa: stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingta, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Kartu sebagai salah satu media gambar yang termasuk kedalam media visual, sangat penting bagi anak tunarungu dalam proses belajar mengajar. Media ini menjadi penting karena anak tunarungu sangat mengandalkan visualnya ketika belajar. Melalui potensi pengamatan visualnya, anak tunarungu belajar memahami lingkungannya termasuk memahami berbagai hal yang bersifat abstrak. Tampilan media kartu gambar yang merupakan media pembelajaran yang berbasis visual dapat membantu anak tunarungu dalam memahami konsep pelajaran terutama dalam hal kosa kata.

11 20 Manfaat media kartu gambar bagi anak tunarungu adalah: a. Menperbesar perhatian siswa, pada saat berlangsung pembelajaran banyak hal yang dapat mengganggu perhatian atau konsentrasi siswa, dengan melalui kartu gambar perhatian siswa berfokus pada kartu gambar atau dengan kata lain siswa lebih fokus perhatiannya pada materi pelajaran. b. Memperjelas perhatian yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Gambar dapat mewakili makna tertentu, terutama makna yang bersifat abstrak. c. Memberikan tampilan yang sifatnya kongkrit. Gambar pada kartu dapat memberikan penjelasan kongkrit mengenai suatu pesan yang ingin disampaikan. d. Membangkitkan minat dan kesenangan pada anak serta memberikan variasi dalam belajar. Anak akan lebih tertarik untuk belajar mengucapkan dengan bahasa verbal. e. Jalannya pelajaran tidak membosankan, tidak menoton segala indra anak dapat diaktifkan, sehingga kelemahan dalam salah satu indra tunarungu dapat diimbangi dengan kekuatan indra lainnya. Hamalik (1986) dalam Arsysd (2007:15) mengemukakan bahwa: pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 3. Fungsi Media Kartu Gambar Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga

12 21 pembelajaran dapat terjadi, selain fungsi umum tersebut secara khusus media gambar berfungsi untuk menarik perhatian dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar, meningkatkan proses dan hasil belajar. Media gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Media yang digunakan dalam proses belajar mengajar bermanfaat untuk meningkatkan kualiatas pembelajaran dalam fungsi-fungsi atensi, afeksi, kognitif, dan kompensatoris ( Arsyad, 2007 : 17 ). fungsi atensi adalah menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembejaran yang berkaitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. sering kali pada awal pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa sehingga siswa tidak memperhatikan. Media gambar dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Oleh karena itu kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. Fungsi efektif yaitu dapat terlihat dari tingkat kenyamanan siswa ketika belajar( atau membaca) teks yang bergambar.gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

13 22 Fungsi kognitif yaitu media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual melancarkan untuk memahami atau mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gamba. Fungsi kompensatoris adalah media pelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dapat membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor daridalam dan luar diri siswa, terutama saran dan prasarana yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang berkenaan dengan memanfaatkan media kartu gambar dalam proses belajar siswa antara lain: a) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, c) metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, d) siswa dapat aktif belajar dikelas. Sudjana & Rivai 1992 ( Arsyad 2007 : 24 ). Berdasarkan uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari penggunaaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

14 23 a. Media kartu gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media kartu gambar dapat meningkat dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. c. Media kartu gambar dapat mengatasi keterbatsan indra, ruang, dan waktu. d. Media kartu gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa dengan belajar aktif dikelas. Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, dengan kata lain communication picture berupa kartu gambar objek yang dilengkapi dengan kartu kata yang menerangkan objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam kotak berdasarkan kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar nama binatang, nama buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama alat-alat untuk mandi, nama anggota tubuh, perlengkapan pakaian dan nama peralatan makan. C. Konsep Dasar kosa kata 1. Pengertian Kosa Kata Kosa Kata menurut kamus bahasa Indonesia ( 2001: 597 ) sama dengan perbendaharaan kata, dalam bahasa inggrisnya disebut Vocabulary. Bahasa adalah alat berpikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, saling menyampaikan ide atau gagasan, menyampaikan konsep dan perasaan,

15 24 termasuk didalamnya kemampuan unuk mngetahui makna kata dan aturan atau kaidah bahasa serta penerapannya. Kemampuan berkomunikasi seseorang ditunjang oleh pengenalan dan penguasaan kosa kata. Kekurang pahaman berkomunikasi pada awalnya disebabkan kurangnya perbendaharaan kosa kata yang mengakibatkan ketidak pahaman akan sesuatu pengalaman. Dengan demikian pengenalan kosa kata merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat awal berkomunikasi, tidak terkecuali anak tunarungu, hanya dalam mempelajari kosa kata mereka perlu pendekatan dan teknik yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak, agar kemampuan berbahasa anak dapat optimal, yang secara tidak langsung membawa efek terhadap pengembangan kosakata dalam kehidupan. Kosa kata perlu diajarkan pada anak tunarungu karena kekurangan dalam pendengarannya akan mempengaruhi kemampuan berbahasanya, sedangkan kemampuan berbahasa tadi ditunjang oleh perbendaharaan kosakatanya. Alternatif yang dipilih oleh peneliti untuk mengenalkan kosakata pada anak tunarungu adalah dengan menggunakan media gambar. Dengan alternatif tersebut diharapkan pengenalan kosakata anak tunarungu dapat berhasil. Bila kita sadari bahwa kosakata merupakan penyalur gagasan atau ide, perasaan, kemauan, pesan maupun sikap, maka kualitas maupun kuantitas harus kita pertimbangkan. Kita harus harus menyadari bahwa semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula ide ataupun gagasan yang dikuasainya yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak

16 25 gagasan atau mereka yang luas penguasaan kosakatanya dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar, pengenalan kosakata sangat diperlukan bagi para siswa, baik anak normal maupun anak tunarungu. Hal tersebut penting untuk menambah perbendaharaan kosakata yang nantinya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan bermakna. Anak tunaungu mengalami hambatan dalam pendengarannya sehingga salah satunya berakibat pada pekembangan bahasa dalam hal ini pengenalan kosakata. Menurut Keraf ( 1985 : 6)dalam ( c chapter2.pdf. ) perbendaharaan kata /kosa kata adalah daftar katakata yang kita ketahui artinya bila mendengar kembali walupun jarang atau tidak pernah digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan sendiri. Kosa kata suatu bahasa adalah suatu keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Nurgiantoro ( 1995 : 211 ) dalam Djaelani ( 2009:15 ) menyatakan bahwa: kosa kata atau perbendaharaan kata atau kata saja juga dileksikan adalah kekayaan katayang dimiliki oloeh suatu bahasa. Selain itu, kosa kata juga dapat diartikan sebagai semua kata yang terdapat dalam suatu kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis. Berdasarkan pendapat para ahli diatas kosa kata memiliki pengertian yang cukup luas tidak hanya terbatas pada perbendaharaan kata, tetapi meliputi kata-

17 26 kata yang dikuasai seseorang. Kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa, kata kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan yang disusun dalam kamus secara alpabetes dengan disertai penjelasan secara singkat dan peraktis. 1. Jenis jenis Kosa Kata Tarigan H.G ( 1983 : 3 ) dalam bukunya pengajaran kosakata mengemukakan tentang jenis-jenis kosa kata dasar a. Istilah keakraban misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, menantu. b. Nama-nama bagian tubuh misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, tangan, jari,ada, perut, pinggang. c. Kata ganti misalnya: ( diri dan petunjuk ) misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka,ini, itu, sini, situ, sana. d. Kata bilangan pokok misalnya : satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh, sebelas seratus, seribu, sejuta. e. Kata kerja pokok misalnya : makan, minum, tidur, berbicara, melihat, mengambil, berjalan, bekerja. f. Kata keadaan pokok misalnya : suka, duka, senang, sedih, gembira, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat besar, kecil. 3. Tujuan Pembelajaran Kosakata Kosa kata menurut perkembangannya selalu bertambah dari waktu kewaktu sesuai dengan kemajuan jaman. Sudah seharusnya setiap orang mengetahui katakata baru. Tujuan pembelajaran kosa kata adalah terampil berbahasa. Terampil

18 27 disini artinya terampil berkomunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut Keraf ( Yulianti : 2008: 12 ) ( Mengutarakan pendapatnya. untuk mudah berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain setiap orang perlu memperluas kosa katanya, perlu mengetahui sebanyak-banyaknya, perbandaharaan kata dalam bahasa. Komunikasi akan berjalan dengan baik kalau orang/para komunikannya mengetahui kosa kata dengan baik pula. 4. Fungsi Kosa Kata Dalam Komunikasi Anak tunarungu adalah individu yang mengalami kelainan dalam pendengarannya, sehingga memiliki kemiskinan akan bahasa. Tingkat kosa kata merupakan indek dari kemampuan intelegensi. Dengan demikian kualitas dan kuantitas kosa kata seseorang merupakan indikator kualitas dan bobot kemampuan intelegensi. Kosa kata yang baik mencerminkan alam pikiran yang baik dan sebaliknya. karena itu penguasaan kosa kata yangt memadai turut menentukan keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Setiap kata merupakan satu konsep, maka perkembangan kosa kata adalah perkembangan konseptual atau perkembangan pengertian. Dengan kata lain, setiap pememahaman kosa kata baru kedalam pengalaman mempu meningkatkan tarap kehidupan, intelegensi, perkembangan konseptual, proses berpikir kritis, dan memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak tunarungu, peningkatan jumlah kosa kata berarti meningkatkan kemampuan bicara dan intelegensi.

19 28 Kosa kata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang akan mengalami hambatan jika tidak menguasai sejumlah kosa kata. Penguasaan kosa kata merupakan aspek yang paling menentukan akan keterampilan berbahasa seseorang, jika seseorang menguasai banyak kosa kata,maka ia akan menikmati kemudahan dalam menyampaikan pikirannya. D. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian yang berjudul, Peningkatan Pebendaharaan Kosa Kata Dasar pada Anak Tunagrahita sedang dengan Media Kartu Gambar. Oleh Nita Lutfiyah ( 2008 ) Dengan penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang ada tidaknya peningkatan kemampuan anak tunagrahita sedang dalam perbendaharaan kosa kata dasar. Dengan menggunakan media kartu gambar, kosa kata dapat tersampaikan melalui visual dan anak dapat mengungkapkan secara verbal serta lebih mudah dipahami. Asumsi ini didasarkan pada kekurangan mereka dalam bahasa. Subyek anak tunagrahita sedang, berusia 10 tahun dan minimnya kosa kata yang dimiliki anak, sehingga anak hanya berkomunikasi secara non verbal. Dengan demikian yang menjadi target behavior adalah meningkatkan perbendaharaan kosa kata dasar pada anak tunagrahita sedang. Target behavior diukur secara kuantitatif. Metoda penelitian menggunakan Single Subject Research ( SSR ) dengan prosedur desain A-B-A. 2. Penelitian yang berjudul, Penggunaan Media Compic Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata pada Anak Tunarungu. Oleh Djaelani ( 2008) anak tunarungu pada dasarnya tidak berbeda dengan anak-anak

20 29 pada umumnya mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk mencapai itu modal utama dibutuhkan pemahaman sejumlah kosa kata, bahkan disetiap jenjang pendidikan dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pemehaman tentang kosa kata. Permasalahannya pembelajaran kosa kata di SLB YKS I Majalaya belum ditemukan media yang sesuai dengan potensi dan karakteristik anak. Dengan kata lain masih menggunakan media yang tidak didasarkan hasil penelitian dengan seting keles / sekolah. Akibatnya prestasi hasil belajar belum menunjukkan hasil yang optimal. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya menemukan media pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang disandang anak. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, dengan disain Single Subject Research ( SSR ) datany berupa skor kondisi treatment yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan presentase. 3. Penelitian yang berjudul, Penggunaan Media Kartu Kata Untuk Meningkatkan Kemampuan Kosa Kata Anak Tunarungu kelas D2 di SLB-B. Perwari Kabupaten Kuningan. Oleh Ia Hety Rochayati ( 2009) Pengambilan masalah ini dilatar belakangi oleh kenyataan dimana anak tunarungu sering sekali mengalami kesulitan dalam penguasaan kosa kata terutama anak yang masih duduk dikelas rrendah, oleh karena itu perlu alat bantu atau media secara tepat

21 30 dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan penguasaan kosa kata melalui menyebutkan dan menuujukkan. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu dalam menyebutkan dan menunjukkan kosa kata sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan dengan media kartu kata dan mengenai efektifitas penggunaan media kartu kata pada anak tunarungu. Penelitian ini menggunakan metode Single Subject Research. Pengukuran peningkatan kemampuan menyebutkan dan menunjukkan kosa kata menggunakan media kartu kata dengan menggunakan pengukuran presentase. 4. Penelitian yang berjudul, Peranan Media Flashcards dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata Anak Tunarungu. Oleh Siswanti ( 2006 ) anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk mencapai itu modaliatas utama untuk terampil berbicara dibutuhkan pemehaman sejumlah kosa kata. Bahkan disetiap jenjang pendidikan anak tunarungu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pemahaman kosa kata. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya untuk menemukan salah satu pemecahan masalah diatas yaitu menemukan media pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang dihadapi anak.

22 31 E. Kerangka Berpikir Salah satu media yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu media gambar. Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Media gambar dianggap penting sebab dapat memberikan penggambaran visual yang kongkrit tentang masalah yang digambarkan. Media yang digunakan adalah media kartu gambar dimana penyajian materi yang diberikan keanak tunagrahita sedang berupa gambar dari kosa kata dasar dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan berbagai aspek diantaranya mengembangkan daya ingat, melatih kemandirian dan meningkatkan kosa kata tentunya. Menurut Sadiman ( 1990 : 16 ) dalam Nita Lutfiyah (2008:16 ) media gambar juga berfungsi sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalisme 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra 3. Mengatasi sifat pasif siswa sehingga dapat berguna untuk menimbulkan gairah belajar 4. Memberikan perangsangan serta menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada guru dan siswa. Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan memahami kosa kata pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan kondisi anak tunarungu tersebut.anak tunarungu sebagai insan visual, untuk itu media pengajaran yang lebih mengutamakan fungsi indra penglihatan. Media gambar merupakan salah satu media yang cukup

23 32 menarik bagi anak tunarungu. Dengan penampilan obyek-obyek gambar yang sederhana tetapi dapat memudahkan dalam meningkatkan kemampuan memahami kosa kata. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Spedel dan Troy ( Sutawijaya A,1998: 5 ) dalam Djaelani ( 2009:3 ) menyatakan bahwa: pengajaran hendaknya dimulai dari hal yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan dan berpikir hendaknya tidak dipisahkan dari pengalaman visual. Sistem visual merupakan pusat berpikir seseorang sekaligus cara belajarnya. Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan kemampuan kosa kata pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak tunarungu yang dapat lebih mengoptimalkan organ visualnya. Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual, untuk itu media pengajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media pengajaran yang lebih banyak memfungsikan indra penglihatannya. Media kartu gambar merupakan salah satu media yang cukup menarik sehingga anak dengan mudah mengenali kata yang diberikan dan sesuai dengan gambar yang diperlihatkan dan menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai kemampuan menguasaan kosa kata anak yang diajarkan dengan menggunakan media kartu gambar dengan menyebutkan dan menunjukkan kosa kata dapat meningkatkan dari yang dimiliki anak sebelumnya hal ini berarti bahwa media kartu kata berpengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan kosa kata.

24 33 Dalam kamus linguistik (Kridalaksana 1982: 98) dalam Djaelani ( 2009: 15 ) disebutkan bahwa: kosa kata merupakan komponen bahasa yang memuat imformasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa, kekeyaan kata yang dimiliki seseorang pembicara, penulis atau suatu bahasa dan daftar kata yang disusun seperti kamus dengan penjelasan yang singkat dan peraktis. Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual untuk itu media pemgajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media pengajaran yang lebih memfungsikan indra penglihatan. Flahscards merupakan salah satu media yang cukup menarik, sisi yang satu menampilkan gambar obyek dan sisi yang lain menampilkan kata yang menerangkan obyek sehingga memudahkan anak dalam meningkatkan kemampuan memahami kosa kata.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Untuk dapat berhubungan dan saling memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1 DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berhitung harus dimiliki oleh setiap orang karena keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), terampil berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran sehingga memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto (Studi Eksperimen) Resume Tesis Oleh : M.Saiful Bahri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa bertahan hidup secara sendiri. Fungsi dari manusia sebagai makhluk sosial yaitu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa tunarungu adalah salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pendengaran, sehingga untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran dan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat anak memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu keterampilan yang hendaknya dikuasai seorang anak adalah keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh pendidikan sangat dirasakan penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Suyanto (2007: 05), ilmu pengetahuan merupakan sarana yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi berguna bagi diri sendiri maupun orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan.

Lebih terperinci

Pemahaman Tema Keluarga pada Anak Tunarungu

Pemahaman Tema Keluarga pada Anak Tunarungu Penggunaan Media Gambar dalam Meningkatkan Pemahaman Tema Keluarga pada Anak Tunarungu Ratnaningsih SLB Kasih Ibu Kabupaten Bandung ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Melalui bahasa anak akan mampu mengembangkan pergaulan (social skill) dengan orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PEMBELAJARAN MEMBACA 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Membaca Pembelajaran itu adanya dua hal yaitu adanya aktivitas individual siswa dan adanya lingkungan yang dikondisikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam suatu bangsa. Karena maju tidaknya suatu bangsa bergantung pada kualitas pendidikan yang mereka miliki. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu

Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Riset» Pengembangan Komunikasi Verbal* Deis Septiani, Neni, Musjafak Pengembangan Komunikasi Verbal pada Anak Tunarungu Deis Septiani, Neni Meiyani, Musjafak Assjari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mata kuliah : Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Dosen Pengampu : Tabah Subekti, M.Pd Nama Kelompok : 1. Dodo Prastyoko 2. Anggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara Inggris untuk berkomunikasi serta bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa Internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapat pendidikan yang sama merupakan hak setiap individu yang menempati suatu negara tanpa terkecuali pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah kata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep Sudut a. Pengertian Pemahaman Dalam uraian ini penulis akan mengulas pengertian pemahaman dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai disekolah. Menurut hasil penelitian seorang ahli pada surat kabar Kompas dikatakan bahwa 46 % anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* Abstrak Selama ini, pembelajaran apresiasi puisi sering menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PENDIDIKAN

FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PENDIDIKAN FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PENDIDIKAN Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Salah satu fungsi utama media pendidikan adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, danlingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

02. Konsep Dasar Media

02. Konsep Dasar Media 02. Konsep Dasar Media Standar Kompetensi Memahami dan membuat salah satu media pembelajaran biologi untuk sekolah menengah Kompentesi dasar menjelaskan tentang konsep dasar media, pembelajaran, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ika Kustika, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ika Kustika, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya bahasa memiliki peran sentral dalam semua aspek perkembangan, baik dalam aspek perkembangan intelektual, sosial maupun emosional. Menurut Nida (dalam

Lebih terperinci

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu kelas 3 SLB Negeri Binjai Oleh: Pendahuluan Anak berkebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) 17 KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif 1. Pengertian Menulis Pada dasarnya menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

Lebih terperinci

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. 7 II.KAJIAN PUSTAKA A. Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak usia ini memiliki karakteristik

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin ABSTRAK Media dalam pengertian umum merupakan sarana komunikasi. Sedangkan dalam pendidikan media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan pendidikan sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal 31 ayat

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR 8 BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, maka dalam penelitian ini difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada pembelajaran jenjang sekolah dasar, membaca menjadi salah satu hal yang wajib dikuasai oleh siswa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 99 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti BAB II KAJIAN TEORITIS A. KONSEP DASAR ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti kekurangan atau ketidakmampuan dan rungu berarti

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

KONSEP DASAR KOMUNIKASI KONSEP DASAR KOMUNIKASI Komunikasi adalah kebutuhan dasar manusia untuk saling berinteraksi. Melalui komunikasi kita dapat memperoleh kepuasan psikologis seperti terpenuhinya perasaan cinta, perhatian

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan pada Siswa Tunarungu Kelas V SDLB Tira Haemi Ramadhani dan Iding Tarsidi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Siswa Pada Materi Lambang Bilangan Dengan Menggunakan Kartu Bilangan di Kelas I SDN 2 Kabalutan

Peningkatan Kemampuan Siswa Pada Materi Lambang Bilangan Dengan Menggunakan Kartu Bilangan di Kelas I SDN 2 Kabalutan Peningkatan Kemampuan Siswa Pada Materi Lambang Bilangan Dengan Menggunakan Kartu Bilangan di Kelas I SDN 2 Kabalutan Indah, Akina, dan Anggaini Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd.

BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd. BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Membaca 2.1.1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR Arrofa Acesta *Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kuningan arrofa.acesta@uniku.ac.id Abstrak Media pembelajaran yang dikemas dengan

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak berkelainan pendengaran atau tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan atau kerusakan pada satu atau lebih organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan langkah atau cara yang dilakukan peneliti dengan maksud untuk memperoleh data. Menurut Sugiyono (2009:3), Metode

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau) Oleh : ROMLAH NPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan bahasa dan bicara anak yang paling intensif terletak pada lima tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci