BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan. Kesegaran jasmani menurut Djoko Pekik I, (2000:2) kesegaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan. Kesegaran jasmani menurut Djoko Pekik I, (2000:2) kesegaran"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakikat kesegaran jasmani a. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani menurut Djoko Pekik I, (2000:2) kesegaran jasmani (physical fitness), yakni kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Sedangkan menurut pendapat Rusli Lutan, (2002: 7) kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Kesegaran jasmani menurut Sadoso Sumosardjuno. (1998:19) adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak. Menurut Wahjoedi (2001: 59) kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Sedangkan menurut Nurhasan (2005: 2) pengertian kesegaran jasmani diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas fisik dalam waktu yang 9

2 relative lama, yang dilakukan secara cukup efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan atau mengatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dalam waktu tertentu tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan orang tersebut masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktifitas yang lainnya. Jadi untuk mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yg benar. b. Komponen-komponen kesegaran jasmani Kesegaran jasmani mempunyai komponen-komponen yang dapat mendukung terciptanya kesegaran jasmani yang diinginkan. Mengetahui komponen kesegaran jasmani sangatlah penting, karena dengan mengetahui komponen-komponen kesegaran jasmani dapat menentukan baik buruknya kesegaran jasmani seseorang. Menurut Roji (2004:97) komponen-komponen kebugaran jasmani meliputi hal berikut ini : (a) daya tahan jantung atau peredaran darah dan paru-paru, (b) kemampuan adaptasi biokimia, (c) bentuk tubuh, (d) kekuatan otot, (e) tenaga ledak otot, (f) daya tahan otot, (g) kecepatan, (h) kelincahan, (i) kelentukan, (j) kecepatan reaksi, (k) koordinasi. Mengetahui, mengerti dan memahami komponen kesegaran jasmani sangatlah penting karena komponen-komponen tersebut merupakan tolok ukur baik buruknya tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Tri 10

3 Ani Hastuti dalam Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (2008:67), kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan memiliki empat komponen dasar yaitu : a. Ketahanan jantung dan peredaran darah, hal ini dapat diukur berddasarkan kemampuan melaksanakan tugas berat secara terus menerus dengan mengikutsertakan otot-otot dalam jangka waktu lama dibantu penyediaan oksigen yang cukup bagi otot agar berfungsi sebagai mestinya. b. Kekuatan, diperoleh karena banyaknya kegiatan berlatih, sehingga seseorang dapat memiliki kemampuan maksimal. Selama melakukan latihan seluruh otot diikutsertakan. c. Ketahan bagian otot, otot sanggup melakukan pekerjaan berulang dalam jangka waktu lama. d. Kelentukan tubuh, keadaan ini didapat melalui pemeliharaan dan cara menggerakkan seluruh persendian. Menurut Nurhasan (2005:3) unsur kebugaran jasmani meliputi : a. Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam menempuh jarak dalam waktu secepat mungkin b. Power atau daya adalah hasil gabungan antara kecepatan dan kekuatan c. Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol bagian-bagian dari tubuh untuk mempertahankan suatu gerak yang bermakna d. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan berbagai macam menjadi suatu gerak yang bermakna e. Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan berbagai macam gerak menjadi suatu gerak yang bermakna f. Kecepatan reaksi adalah waktu saat diberikan rangsang sampai terjadinya kontraksi suatu otot. 11

4 Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:4) kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan memiliki 4 komponen dasar, meliputi : a. Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-paru jantung menyuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu jangka lama. b. Kekuatan dan daya tahan otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu yang lama. c. Kelentukan adalah kemampuan persendian bergerak secara leluasa. d. Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase lemak tubuh. Menurut Len Kravitz (2001: 5-7) komponen utama kebugaran dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yang harus diperhatikan ada 5 komponen meliputi : a. Daya tahan kardiorespirasi atau kondisi aerobic adalah kemampuan dari jantung, paru-paru pembuluh darah dan grup otot-otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobic. Mendayung, bersepeda, lompat tali, main sky dan ski lintas alam. Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik. b. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban. Otot-otot 12

5 yang kuat dapat melindungi persendian yang mengelilingi dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktifitas fisik. c. Daya tahan otot adalah kemampuan dari otot-otot kerangaka badan menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal) dalam jangka waktu tertentu. d. Kelenturan adalah daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah di mantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal waktu istirahat. Meningkatkan kelenturan akan memperbaiki penampilan tubuh dan mengurangi kemungkinan cedera. e. Komposisi tubuh adalah prosentasi lemak badan dari berat tanpa lemak dari berat tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital). Menjadi gemuk, biasanya dimulai pada masa kanak-kanak mempunyai pengaruh pada komponen lain dari kebugaran. Menurut Rusli Lutan (2002: 8), komponen kebugaran jasmani ada dua, yaitu terkait dengan kesehatan dan performa. Komponen terkait dengan kesehatan, meliputi; (1) daya tahan aerobik, (2) kekuatan otot, (3) daya tahan otot, dan (4) fleksibilitas. Sedangkan komponen terkait dengan performa, meliputi; (1) koordinasi, (2) keseimbangan, (3) kecepatan, (4) agilitas, (5) power, dan (6) waktu reaksi. Dari pendapat di atas pengertian kesegaran atau kesegaran jasmani dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah yang baik diperoleh tidak hanya dalam waktu singkat, tetapi harus latihan secara teratur dan 13

6 memperhatikan prinsip-prinsip latihan dan takaran latihan. Mengetahui dan memahami konsep kesegaran jasmani sangatlah penting karena komponen tersebut merupakan penentu baik buruknya tingkat kesegaran jasmani seseorang. c. Faktor-faktor yang mampengaruhi kesegaran jasmani Disamping komponen kesegaran jasmani, faktor yang sangat mendukung tingkat kesegaran jasmani adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:6) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang meliputi : (a) makan, (b) istirahat, (c) olahraga. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Karena makan adalah pemasok utama tenaga yang ada dalam tubuh. Kemudian setelah kita melakukan kegiatan yang melelahkan sangat perlu untuk istirahat. Istirahat disini bertujuan untuk mengembalikan tubuh keposisi yang bugar. Sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik. Selain makan dan istirahat olahraga atau aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang penting. Dengan berolahraga kita dapat mendapatkan kesegaran jasmani, asalkan latihan dilaksanakan dengan cara sistematik menggunakan rangsang gerak untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsi tubuh. Badan yang sehat merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh yang bersangkutan baik secara langsung atau tidak langsung. Kesehatan badan merupakan hal yang terpenting bagi manusia tetapi hal yang tidak kalah pentingnya adalah dimilikinya 14

7 kesegaran jasmani yang baik. Kesegaran jasmani yang dapat disebut juga kebugaran jasmani menurut Joko Pekik Irianto (2004: 4) dikemukakan sebagai berikut: Kebugaran digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Kebugaran statis: keadaan seseorang yang bebas dari penyakit dan cacat atau disebut sehat b. Kebugaran dinamis: kemampuan seseirang untuk bekerja secara efisien yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan, berlari, melompat mengangkat. c. Kebugaran motoris: kemampuan seseorang untuk bekerja secara efisien yang menuntut keterampilah khusus. Sedangkan menurut Roji dalam buku Pendidikan Jasmani untuk SMA (2004:97) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah : a. Masalah kesehatan b. Masalah gizi c. Masalah latihan fisik d. Masalah faktor keturunan Kesegaran jasmani yang baik sangat diperlukan oleh setiap orang. Dari komponen-komponen kesegaran jasmani menunjukkan bahwa kesegaran jasmani ternyata memiliki pengertian luas dan kompleks. Untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang memadai perlu perencanaan yang sistematik melalui pola hidup sehat bagi masyarakat. Menurut Joko Pekik Irianto (2004: 7) untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang baik dan memadai diperlukan pemahaman pola hidup yang sehat bagi setiap lapisan masyarakat meliputi makan, istirahat, olahraga 15

8 (intensitas latihan, lama latihan, frekuensi latihan). Bukan hanya itu saja tetapi jika ingin mendapatkan kebugaran yang prima, selain memperhatikan makan sehat berimbang juga dituntut meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat seperti : merokok, minum beralkhohol dan makan berlebihan dan tidak teratur. d. Tes untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani Tes pengukuran kesegaran jasmani dilakukan untuk mengetahui kondisi kesegaran jasmani seseorang. Selain itu, juga untuk menentukan program latihan yang sesuai untuk memelihara atau meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu cara untuk mengukur kesegaran jasmani adalah mengukur besarnya VO2 Maks. Adapun tes untuk mengetahui VO2 Maks yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Lari Multi Tahap (multistage fitness test) menurut Depdiknas (2000:65-67) tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru yang ditunjukan melalui pengukuran ambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake). Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Alat dan peralatan 1) Mesin pemutar kaset 2) Kaset audio atau aba-aba perintah 3) Lintasan yang datar dan tidak licin 4) Meteran ukur 5) Tanda garis 16

9 6) Formulir dan alat tulis untuk mencatat hasil b. Petugas tes 1) Petugas start 2) Pengawas lintasan c. Pelaksanaan: 1) Dari luas lintasan diambil jarak 20 meter dan diberi tanda pada kedua ujungnya. 2) Jarak tiap responden 1-1,5 meter. 3) Peserta yang sudah melakukan pemanasan sebelumnya, disiapkan disalah satu ujungnya. 4) Putar kaset multi stage dan dengarnya petunjuknya dimana kaset akan mengeluarkan sinyalnya: TUT tunggal dengan interval teratur pada setiap tahap. Bunyi tersebut jamak terdengar pada setiap pergantian tahap. 5) Peserta tes berusaha lari sampai ujung berlawanan tepat dengan bunyi TUT dan kembali lagi keujung semula sehingga tepat pada bunyi berikutnya peserta telah sampai pada garis. Demikian seterusnya peserta akan lari bolak-balik 20 meter dengan kecepatan tertentu untuk satu tahap. 6) Setelah menyelesaikan satu tahap peserta harus lari lebih cepat sesuai dengan frekuensi TUT yang semakin cepat pula. 17

10 7) Lari bolak-balik dilakukan sampai peserta tes lelah yang ditunjukan dengan ketidak mampuan mengikuti irama TUT yang telah ditentukan sebanyak tiga kali. 8) Setelah melakukan tes peserta perlu melakukan pendinginan dengan cara berjalan dan meregangkan otot. 9) Pengawas lintasan mencatat kemampuan maksimal peserta yang ditunjukan dengan tahap balikan terakhir. Pencatatan dilakukan dengan formulir pencatatan lari multi tahap. Penilaian tes adalah jumlah terbanyak dari tahap dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh dan dicatat sebagai hasil skor peserta tes. 2. Hakikat tingkat kecerdasan (Intelengensi) a. Pengertian Kecerdasan (Intelengensi) Inteligensi atau sering disebut juga dengan kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap manusia memiliki tingkatan inteligensi yang berbeda-beda. Masyarakat sering menganggap inteligensi sama dengan pintar, cerdas, cepat berfikir, dan semacamnya. Pandangan tersebut tidak salah, namun juga tidak seluruhnya benar. Inteligensi bukan semata-mata terpaku pada kata pintar ataukah cerdas, namun inteligensi merupakan suatu kemampuan yang pasti dimiliki setiap manusia. Menurut Desmita (2010: 53-54) inteligensi adalah suatu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum inteligensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan untuk beradaptasi 18

11 dengan situasi yang baru atau menyesuaikan diri dengan cepat dan mempelajari situasi tersebut. Menurut Agus Sujanto (2004: 66), berpendapat bahwa menurut arah dan hasilnya kecerdasan atau intelegensi ada dua macam yaitu: 1) intelegensi praktis adalah intelegensi untuk dapat mengatasi situasi yang sulit dalam suatu kerja yang berlangsung secara cepat dan tepat. 2) intelegensi teoritis adalah intelegensi untuk memperoleh suatu pemikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat pula. Menurut Andi Yudianto (2007: 1), bahwa kemampuan intelegensi terdiri dari keterampilan, tingkah laku, dan kemampuan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, berfikir abstrak dan mengambil makna dari pengalamanpengalaman. Kemampuan inteligensi seseorang dapat berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai inteligensi ratarata mampu menjadi anak yang pintar dan tingkat inteligensinya berkembang dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, inteligensi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berasal dari luar atau lingkungan dimana anak tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya. b. Fungsi Kecerdaan (Intelegensi) Menurut Syamsu LN (2001: 153), bahwa sejak tahun pertama dari usia anak fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam tingkah lakunya, contohnya dalam tingkah laku motorik dan bicara. Anak yang cerdas menunjukan gerakan-gerakan yang lancar, serasi dan terkoordinasi 19

12 sedangkan anak yang kurang cerdas gerakannya kurang lincah dan tidak terkoodinasi. Anak yang cedas cepat pula perkembangan bahasanya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan (Intelegensi) Ngalim Purwanto (2010: 55-56) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga membedakan taraf intelegensi seseorang dengan orang lain adalah: 1) Pembawaan. Pembawaan adalah suatu sifat-sifat dan cirri-ciri yang dibawa sejak lahir. 2) Kematangan. Kematangan adalah setiap organ dalam tubuh manusia (fisik maupun psikis) mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masingmasing 3) Pembentukan. pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. 4) Minat dan pembawaan yang Khas. minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu. 5) Kebebasan. kebabasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam menyelesaikan masalah. Diungkapkan pula oleh Bayley (1979) yang dikutip Slameto (2010: 131) bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu: 20

13 1) Keturunan Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, menunjukan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang pada tingkat tertentu. 2) Latar belakang sosial ekonomi Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi terhadap taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja. 3) Lingkungan hidup Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai kurang baik bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan dan institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya. 4) Kondisi fisik Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah. 5) Iklim emosi Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan. 21

14 Tabel 1. Tabel Penggolongan Tingkat Kecerdasan KSI KATEGORI GOLONGAN 145- lebih Sangat cerdas sekali A Sangat cerdas B Cerdas C Rata-rata atas / pandai Da Rata-rata bawah / sedang Db Lemah E Sangat lemah F <54 Sangat lemah sekali G Sumber: Lembaga Psikologi Bina Asih Yogyakarta 3. Hakikat Pendidikan Orangtua a. Pengertian pendidikan Pendidikan mempunyai peranan besar dalam membentuk tingkah laku seseorang. Karena salah satu faktor penting dari usaha pendidikan adalah pembinaan watak seseorang, karena watak seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi, biasanya mempunyai intelektual baik, dapat berfikir kritis, dan memberikan prasarat untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ada beberapa macam jenis pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Sedang pengertian pendidikan itu sendiri sangan luas. Secara umum pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang deperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 22

15 Menurut John Dewey (dalam Sumitro dkk, 2005:17) pendidikan adalah rekontruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dan menurut Frederick Mayer (dalam Sumitro dkk, 2005:17) pendidikan adalah proses yang menuntun pencerahan umat manusia. Pendidikan sekolah atau lazim dikenal dengan sebutan pendidikan formal adalah suatu sistem pendidikan yang berjenjang. Yang pendidikan formal dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tiap-tiap jenjang pendidikan tersebut mempunyai tujuan yang sama. Dalam setiap jenjang pendidikan pada diri individu diberikan pendidikan, latihan dan keterampilan yang berbeda untuk tiap-tiap jenjang pendidikan sesuai dengan perkembangan kepribadiannya. Hal ini menunjukkan bahwa sikap kepribadian yang terbentuk adalah berbeda untuk tiap-tiap jenjang pendidikan. Sikap kepribadian yang terbentuk pada lulusan tiap jenjang pendidikan formal tersebut menurut Subandiyah (1983: 5) adalah sebagai berikut: a. Lulusan Sekolah Dasar, sifat kepribadian yang dimiliki adalah statis, monolotis dan cenderung dogmatis. b. Lulusan Sekolah Menengah Tingkat Pertama, sifat kepribadian yang dimiliki adalah sedikit punya inisiatif, kritis, kreatif tetapi cenderung skiptif dan birokratis. 23

16 c. Lulusan Sekolah Menengah Tingkat Atas, sifat kepribadian yang dimiliki adalah kritis, kreatif, rasional, memiliki inisiatif tetapi cenderung otonom. d. Lulusan Perguruan Tinggi, sifat kepribadian yang dimiliki adalah terbuka terhadap kritik, dinamis, kosmopolitis, tidak fanatic dan cenderung bersifat demokratis. Menurut J. Muller ( dalam Siti Rahayu, 1998: 47) pendidikan adalah sumber informasi. Informasi serta pengetahuan terbatas, pada umumnya berkaitan dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang dalam menerima informasi. Perkembangan kognitif, intelektual, serta mental seseorang yang berpendidikan rendah dibatasi oleh keterbatasn informasi serta kemampuan yang dimilikinya. Dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi dengan informasinya yang lebih banyak pada umumnya lebih mampu menentukan sikap yang tepat dibanding dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, oleh karena pendidikan dipandang penting bagi setiap seseorang. b. Pengertian Pendidikan Orang Tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 987), orang tua adalah orang yang dianggap tua, dalam hal ini adalah ayah dan ibu kandung. Pendidikan orang tua tidak bisa diartikan secara kata per kata namun harus diartikan secara keseluruhan. Bila diartikan secara keseluruhan pendidikan orang tua dapat diartikan sebagai banyaknya ilmu dan 24

17 pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua peserta didik di mana pengetahuan tersebut didasarkan pada tingginya jenjang pendidikan formal yang pernah diterima oleh orang tua (ayah dan ibu) selama masih menjadi peserta didik. Pendidikan orang tua juga dapat diartikan sebagai tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik itu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, SMA), maupun pendidikan tinggi (D1, D2, D3, S1, S2, S3). 4. Hakikat Prestasi Belajar a. Pengertian belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) yang dikutip oleh Sugihartono, dkk, mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman. Menurut Sumadi Suryabrata (2007: 232) belajar adalah: 1) aktivitas yang menghasilkan perubahan, 2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapat dari kecakapan, 3) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2010: 89) bahwa dilihat dari sudut ilmu pendidikan, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan- 25

18 kecakapan dan tingkah laku yang baru. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkunganya. b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah penilaian hasil usaha belajar yang ditunjukan dengan symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah diperoleh siswa. (Suratinah, 1987: 15). Menurut Oemar Hamalik (1994: 18) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap suatu mata pelajaran setelah melakukan proses belajar dan dinyatakan dalam nilai test. Winkel (1983 : 150) mengemukakan pendapat bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan pengetahuan, kecakapan/ skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tinggkah laku yang progresif dan adaptif. Sehingga belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Sedangkan prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Jadi yang disebut prestasi belajar yaitu bukti usaha yang dicapai dari perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991 : 787) mendefinisikan prestasi sebagai hasil yang telah dicapai. Sedangkan prestasi 26

19 belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yg diberikan guru. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Menurut Ngalim Purwanto (2010: 102) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 1) Faktor yang pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. 2) Faktor yang di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Diungkapkan pula oleh Sugihartono, dkk (2007: 76) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terbagi menjadi dua, yaitu: a) Jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. b) Psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor yang mempengaruhi dalam belajar meliputi: a) Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c) Masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa. 27

20 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai suatu hasil dari proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Guilbert dalam Soekindjo Notoatmojo (2007: 49), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor materi, lingkungan, instrumental, dan faktor individual. Menurut Depdikbud (1997: 61-64), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antar lain: 1) Faktor dari dalam individu Faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor psikis dan faktor fisik. 2) Faktor dari luar individu Faktor yang datang dari luar individu antara lain faktor alam dan faktor sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Menurut Dimyati Mahmud (2006: 54), hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1) Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, terdapat dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Yang termasuk faktor psikis yaitu kognitif, afektif, psikomotor, campuran, kepribadian. Sedangkan yang termasuk faktor fisik antara lain: indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf-syaraf dan organ-organ tubuh lainnya. Faktor lingkungan dan faktor keturunan juga mempengaruhi. 28

21 2) Faktor yang berasal dari luar diri individu yaitu adanya faktor lingkungan. Menurut Slameto (1991: 54) bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu: faktor internal yang menyakut faktor jasmani, psikologi dan kelelahan, dan faktor eksternal menyangkut faktor keluarga, faktor masyarakat dan sekolah. 5. Kelas Olahraga Kelas olahraga adalah sebuah kelas yang dilaksanakan berbagai kegiatan olahraga dengan tujuan membina dan mengembangkan bakat serta potensi atlet sejak dini dan memberikan kesempatan kepada para pelajar potensial untuk dibina dalam suatu wadah kelas olahraga unggulan untuk mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 25) kelas olahraga merupakan kegiatan ko-kulikuler yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan menyalurkan bakat siswa untuk menjadi atlet potensial di masa yang akan dating. Selain itu kelas olahraga ini juga bertujuan untuk memudahkan sekolah dan para guru untuk dapat berkonsentrasi memberikan pelajaran kepada siswa yang berprestasi di bidang olahraga agar siswa tersebut tidak ketingalan pelajaran akademik di sekolah. Pada dasarnya kurikulum yang digunakan untuk kelas regular dan kelas olahraga sama. Dalam hal ini SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga materi pelajaran yang diperoleh dan diajarkan sama antara kelas regular dan kelas olahraga. Selain mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa dikelas, siswa kelas olahraga juga wajib mengikuti ekstrakulikuler yang dilaksanakan 29

22 sekolah. Yang membedakan kelas olahraga dengan kelas regular adalah kegiatan khusus berupa latihan olahraga yang dilaksanakan pada sore hari kecuali hari jum at dengan materi cabang olahraga yang telah ditemukan oleh sekolah. 6. Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan dan Pendidikan Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Hubungan tingkat kebugaran jasmani dan fungsi kognitif secara implisit, Zervas dan stambuvola (dikutip Dian Adi Sulistyaningtyas 2008: 24) tidak ada satu penelitian yang menunjukan bahwa latihan jasmani dapat menghambat fungsi kognitif misalkan intensitas latihan pada tingkatan rendah atau menengah. Bahkan sebaliknya, beberapa penelitian menunjukan bahwa latihan yang ringan dan menengah memfalitasi fungsi kognitif. Namun demikian, seseorang yang tingkat kebugaran jasmaninya tinggi, bila melakukan latihan jasamani dan mencapai titik pelaksanaan tugas gerak yang tidak lagi dilakukan dengan baik, menjukan penurunan penampilan fungsi berfikir atau kognitifnya. Abernethy, et.al. (dikutip Dian Adi Sulistyaningtyas 2008: 27) menyebutkan aktivitas jasmani tidak hanya berpengaruh pada perasaan pelakunya, tetapi berpengaruh pada bagaimana individu itu berfikir. Aktivitas jasmani yang teratur berhubungan dengan kinerja kognitif. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa aktivitas jasmani atau olahraga yang teratur meningkatkan penampilan tes matematika, tes memori, dan tes IQ dari pada individu yang tidak regular melakukan aktivitas jasmani. 30

23 Pendidikan orang tua tidak dapat diartikan secara kata per kata, namun harus diartikan secara keseluruhan. Bila diartikan secara keseluruhan pendidikan orang tua diartikan sebagai banyaknya ilmu dan pengetahuan serta tingginya tingkat pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh orang tua selama menjadi peserta didik, diantaranya pendidikan dasar (Sekolah Dasar), pendidikan menengah (Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas), maupun pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana bahkan Pasca Sarjana). Jenjang yang ditempuh orang tua akan sangat mempengaruhi sikap, tingkah laku dan keberhasilan anak dalam berprestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Subandiyah (1983: 5), tentang perbedaan sikap dan kepribadian sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuh. Karena prestasi belajar adalah perubahan atau hasil belajar yang mengakibatkan perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, sikap sportivitas, dan kecerdasan emosi. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa, faktor kondisi fisik atau kebugaran jasmani, kecerdasan dan pendidikan orangtua menjadi peranan yang sangat penting dalam memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Dengan mempunyai kebugaran jasmani yang baik, kecerdasan yang tinggi dan jenjang pendidikan orangtua yang tinggi siswa diharapkan dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. 31

24 B. Kerangka Berfikir Kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang relatife lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani sangat dibutuhkan agar aktifitas sehari-hari menjadi lancar, begitu juga dengan aktifitas siswa disekolah untuk mengikuti proses belajar mengajar dapat menerima dengan baik dan selalu dalam keadaan bugar. Selain tingkat kebugaran yang baik faktor kecerdasan juga sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki tingkat kebugaran yang baik dan kecerdasan yang tinggi diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan maka sangat berperan dalam mencapai tingkat kebugaran jasmani siswa menjadi lebih baik lagi. Selain kebugaran yang meningkat diharapkan dengan mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani disekolah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa akan berkembang dengan baik dan mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru di sekolah. Keluarga juga merupakan tempat dalam mendidik anak., karena keluarga memberikan kebutuhan pendidikan bagi siswa. Kemampuan intelektual dan gerak sangat berpengaruh besar dalam kegiatan belajar di sekolah. Dalam upaya tersebut diharapkan prestasi belajar para siswa disekolah meningkat. 32

25 C. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Denny Mahendra Kushendar (2010) dengan judul Hubungan antara Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan dengan Prestasi Belajar siswa kelas VIII di SMP N 1 Kedungreja Cilacap penelitian ini menggunakan metode survey dengan instrument tes pengukuran untuk tes kebugaran jasmani. Populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah 72 anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebugaran jasmani ( dan kecerdasan ( terhadap prestasi belajar (Y), baik secara masing-masing maupun secara bersama-sama. Uji hipotesis hubungan dengan Y ditunjukan dengan nilai r hitung sebesar 0,593> r tabel (0,235), hubungan dan Y ditunjukan dengan nilai r hitung sebesar 0,774 > r tabel (0,235), sedangkan hubungan X1 dan X2 secara bersamasama terhadap Y ditunjukan dengan r hitung sebesar 0,807 > r tabel (0,235) dan F hitung 64,229 > F tabel (3,13). Besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 65,10% dengan rincian variabel kebugaran jasmani memberikan sumbangan efektif sebesar 11,11% variabel kecerdasan memberikan sumbangan efektif sebesar 53,99% sedangkan sisanya sebanyak 34,90% dipengaruhi factor lain. 2. Penelitian Ayu Nurmalitasari (2011) dengan judul Hubungan Tingkat Kesegaran Jasmani dan Tingkat Kecerdasan Intelektual terhadap Prestasi Belajar siswa SMA N 2 Purworejo penelitian ini menggunakan metode tes pengukuran dan dokumentasi hasil tes kecerdasan dan rata-rata nilai raport. Populasi dalam penelitian ini adalah 128 siswa. Hasil penelitian ini 33

26 menyimpulkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan dan negative antara tingkat kesegaran jasmani dengan prestasi belajar siswa. Adanya hubungan ini diperoleh dari hasil perhitungan karena probabilitasnya 0,011<0,05 dan mempunyai arah negative (-) yaitu -0,224. (2) ada hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar siswa SMA N 2 Purworejo, karena probalitasnya 0,000<0,05 dan mempunyai arah yang positif (+) yaitu 0,331. (3) ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani dan tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar. Adanya hubungan ini karena diketahui berdasarkan perhitungan regresi berganda yang menunjukan bahwa angka R square 0,170 atau 17% menunjukan bahwa prestasi belajar yang diukur dengan rata-rata nilai raport dapat dijelaskan oleh variabel tingkat kesegaran jasmani dan tingkat kecerdasan/iq, sedangkan sisanya (100%-17%=83%) dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak termasuk dalam penelitian dan dengan nilai signifikansi 0,000<0,05. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul, (Suharsimi Arikunto, 1987: 62). Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar. 34

27 2. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar. 3. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan prestasi belajar. 4. Ada hubungan yang signifikan hubungan antara kesegaran jasmani, kecerdasan dan pendidikan orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas olahraga. 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia, dimana setiap hari manusia banyak melakukan berbagai aktifitas, baik aktifitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Rusli Lutan (2002: 7), mengatakan bahwa kesegaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Menurut Sadoso Sumodisardjono (1989;9), Kebugaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa meraskan lelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 ) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran Jasmani menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997:4), pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana mencapai salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat butir ketiga yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani. tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani. tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani Menurut Rusli Lutan (2002: 7) bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani. 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani 1. Pengertian Kebugaran Jasmani Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani. Menurut Safrit (1994: 146) ada dua definisi yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efesien tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI 1. Definisi kebugaran jasmani 2. Komponen kebugaran jasmani 3. Permasalahan kebugaran jasmani 4. Kiat/cara mencapai keb. jasmani DEFINISI KEB. JASMANI Kebugaran jasmani (Physical

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SMP MUHAMMADIYAH NGADIROJO ARTIKEL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SMP MUHAMMADIYAH NGADIROJO ARTIKEL SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SMP MUHAMMADIYAH NGADIROJO ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minat belajar Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto ( 2010:83). Minat pada dasarnya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan. manusia memiliki aktivitas fisik yang berbeda, otomatis kebugaran

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan. manusia memiliki aktivitas fisik yang berbeda, otomatis kebugaran BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Kebugaran Jasmani a. Pengertian Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Setiap manusia

Lebih terperinci

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN TES KEBUGARAN JASMANI KARYAWAN DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or. FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari

BAB II KAJIAN TEORI. dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Pengertian Kesegaran Jasmani. Kesegaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan. yang benar (Depdiknas, 2002: 1). Pendapat lain dari Junusul Hairy

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan. yang benar (Depdiknas, 2002: 1). Pendapat lain dari Junusul Hairy BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Pengertian Kebugaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK Tingkat Kebugaran Jasmani (Heige Ma shum Hidaya) 1 TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA 16-19 TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM. 10603141037 ABSTRAK Kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan yang berkualitas mencerminkan peradaban suatu bangsa juga berkualitas. Berdasarkan

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

GUMELAR ABDULLAH RIZAL, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

NARASI MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI JAMAAH HAJI DENGAN LATIHAN BEBAN

NARASI MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI JAMAAH HAJI DENGAN LATIHAN BEBAN NARASI MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI JAMAAH HAJI DENGAN LATIHAN BEBAN DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI DAN PEMBEKALAN BAGI PETUGAS KESEHATAN HAJI TKHI DAN TKHD YANG DISELENGGARAKAN OLEH DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsisten. Dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 204) diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsisten. Dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 204) diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani sebagai komponen secara keseluruhan dari pendidikan telah disadari manfaatnya oleh banyak kalangan. Tetapi mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tehnik penelitian membicarakan alat-alat yang akan digunakan dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. tehnik penelitian membicarakan alat-alat yang akan digunakan dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting

Lebih terperinci

PERAN GURU PENJAS TERHADAP KEBUGARAN (KESEGARAN) JASMANI SISWA

PERAN GURU PENJAS TERHADAP KEBUGARAN (KESEGARAN) JASMANI SISWA PERAN GURU PENJAS TERHADAP KEBUGARAN (KESEGARAN) JASMANI SISWA Muhammad Erfan (Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang) erfanjulianto92@gmail.com Abstrak: Kebugaran jasmani merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan manusia. Olahragawan membutuhkan tingkat kesegaran. jasmani yang tinggi untuk dapat mencapai prestasi setingi-tinginya,

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan manusia. Olahragawan membutuhkan tingkat kesegaran. jasmani yang tinggi untuk dapat mencapai prestasi setingi-tinginya, BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani merupakan modal utama bagi semua kehidupan manusia. Olahragawan membutuhkan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani menurut Wahjoedi (2001:58) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Bucher dalam Yustinus Sukarmin (2004: 1) mengatakan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. Bucher dalam Yustinus Sukarmin (2004: 1) mengatakan bahwa pendidikan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Pendidikan Jasmani Batasan-batasan mengenai pengertian pendidikan jasmani dikemukakan sebagai berikut; Depdikbud (Sugeng Purwanto, 2006: 14) bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tercipta dari proses pendidikan yang baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan segala kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakekat Kemampuan Motorik Kemampuan Motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia,

Lebih terperinci

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2004:2). Sedangkan perbedaan adalah sesuatu yg menjadikan berlainan. berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2004:2). Sedangkan perbedaan adalah sesuatu yg menjadikan berlainan. berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perbedaan Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI (THE PHYSICAL FITNESS) MAHASISWA PENJASKESREK ANGKATAN STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI (THE PHYSICAL FITNESS) MAHASISWA PENJASKESREK ANGKATAN STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH Irfandi dan Zikrurrahmat, Tingkat Kebugaran Jasmani TINGKAT KEBUGARAN JASMANI (THE PHYSICAL FITNESS) MAHASISWA PENJASKESREK ANGKATAN 2016-2017 STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH Irfandi 1 dan Zikrurrahmat

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 FIK UNY Abstrak Dalam rangka menilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di dunia pada saat ini semakin pesat, olahraga sangat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di dunia pada saat ini semakin pesat, olahraga sangat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan olahraga di dunia pada saat ini semakin pesat, olahraga sangat digemari oleh berbagai oleh semua tingkatan usia dan lapisan masyarakat, dimana mereka berolahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI ANAK SD MELALUI LATIHAN KEBUGARAN AEROBIK. Oleh: Banu Setyo Adi Dosen Jurusan PPSD FIP UNY

MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI ANAK SD MELALUI LATIHAN KEBUGARAN AEROBIK. Oleh: Banu Setyo Adi Dosen Jurusan PPSD FIP UNY Abstrak MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI ANAK SD MELALUI LATIHAN KEBUGARAN AEROBIK Oleh: Banu Setyo Adi Dosen Jurusan PPSD FIP UNY Kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugas atau pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah, dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI Deddy Setyawan Priambodo Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta E-mail: Abstrak

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik Umiyatun (0614052) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. terampil. Tujuannya agar segala aktivitas yang dilakukan dapat diselesaikan tanpa

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. terampil. Tujuannya agar segala aktivitas yang dilakukan dapat diselesaikan tanpa 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kebugaran Jasmani Setiap orang pasti mengharapkan agar memiliki tubuh yang sehat dan terampil. Tujuannya agar segala aktivitas

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI Pembimbing 1 : Dr. H. Walidun Husain, M.Si Pembimbing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang digemari masyarakat dan telah berkembang karena dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif adalah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerak merupakan aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari hari. Seseorang dalam kehidupannya selalu bergerak dalam beraktifitas untuk mewujudkan tujuan yang

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu Rizki Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bersepeda merupakan jenis aktivitas yang telah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu hingga sekarang, kegiatan bersepeda dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang berkualitas. Dwi Siswoyo,

Lebih terperinci