BAB II KAJIAN PUSTAKA. interpersonal (Freudenberger, 1974). Burnout adalah sindrom kelelahan emosional,
|
|
- Liani Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Burnout Istilah burnout pertama kali diciptakan oleh Freudenberger tahun 1974 untuk menggambarkan pekerja sebagai respon terhadap stres kerja yang berhubungan dengan interpersonal (Freudenberger, 1974). Burnout adalah sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi atau sinisnme, dan pengurangan prestasi pribadi. Pada kelelahan emosional menunjukkan perkembangan ke arah negative, sinis terhadap suatu pelayanan dan pekerjaan yang berakibat pada kurangnya prestasi pribadi dan memiliki kecendrungan untuk menilai diri sendiri secara negatif (Acker dan Dorothea, 2009). Aspek yang meliputi burnout atau kelelahan kerja antara lain kelelahan fisik, kelelahan mental, dan emosional, rendahnya penghargaan diri dan terganggunya hubungan individu dengan lingkungan sosial kerja (Prihantoro, 2014). Kelelahan emosional dapat menyebabkan antara lain hilangnya motivasi, frustasi, meningkatkan perasaan negatif dan sikap negatif, mengurangi kinerja pribadi, kesedihan, dan ketidakpuasaan, dan akhirnya berakibat pada frustasi dan kegagalan (Galindo, et al., 2012). Burnout bisa juga disebut hal yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang yang membedakannya dengan depresi yang cenderung berhubungan dengan kehidupan seseorang. Masalah yang berhubungan dengan burnout antara lain penyakit fisik, masalah emosional, ketidakhadiran di tempat kerja, prestasi menurun, dan sikap negatif yang ditunjukkan saat bekerja di mana berakibat pada kualitas perawat pasien (Embriaco, et al., 2007). Salah satu definisi burnout lainnya adalah sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pengurangan prestasi pribadi yang dapat terjadi antara individu yang bekerja dengan orang
2 lain (Maslach, et al., 1996). Kelelahan terjadi sebagai akibat dari tuntutan emosional seseorang. Depersonalisasi mengacu respon sinis, negatif atau terpisah untuk pasien. Pengurangan pretasi pribadi mengacu pada keyakinan bahwa tidak ada lagi yang dapat bekerja secara efektif dengan pasien. Ketika melihat burnout secara umum maka dapat dilihat sebagai keadaan kelelahan di mana menilai sinis tentang pekerjaan seseorang dan meragukan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu (Maslach, et al., 1996). Burish (2006) dan Demerouti et al. (2007) setuju bahwa stres menyebabkan kelelahan dalam layanan manusia juga dapat ditemukan dalam pekerjaan lain. Burish (2006) setuju bahwa burnout tidak terjadi dalam semalam. Itu adalah hasil dari sebuah proses yang berkepanjangan dan lambat yang dapat berlangsung bahkan bertahun-tahun. Menurut Burish (2006) yang pemicu burnout adalah tuntutan pekerja yang berlebihan dan kemampuan pekerja untuk mengumpulkan energi saat memenuhi tuntutan pekerjaan. Perkembangan dari burnout biasanya dimulai pada tahap awal dari kelelahan emosional. Kelelahan emosional yang tinggi menyebabkan penarikan dari pasien dengan pekerja bekerja dan juga dari pekerjaan mereka pada umum (Taris, et al., 2005). Dengan kata lain, kelelahan emosional dapat menyebabkan tahap depersonalisasi dari burnout (Maslach, et al., 2001). Berdasarkan penelitian untuk Demerouti, et al. (2007) perkembangan burnout dibagi menjadi dua. Proses pertama terkait dengan tuntutan pekerjaan yang menyebabkan berhenti dari pekerjaan. Aspekaspek dasar dari proses burnout dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya, ada tahap 1 beban kerja yang tinggi, stres kerja, harapan kerja tinggi (permintaan pekerjaan melebihi sumber pekerjaan dan pekerjaan tidak memenuhi harapan seseorang); tahap 2 kelelahan fisik atau emosional (kelelahan investasi energi yang lebih tinggi dalam rangka melaksanakan semua tugas pekerjaan, susah tidur, kecendrungan untuk sakit kepala dan rasa sakit fisik lainnya dan kelelahan emosional); tahap 3 depersonalisasi (sikap apatis; depresi; kebosanan; sikap negatif terhadap pekerjaan, rekan-rekan,
3 dan pasien; dan mengurangi usaha kerja); dan tahap 4 putus asa (keengganan untuk diri sendiri dan lainnya). Sebagai kondisi klinis atau medis, kelelahan mungkin diberi label sebagai kerja terkait neurasthenia yang dijelaskan dalam International Classification of Disease (ICD-10). ICD-10 mencakup kriteria gejala yaitu keluhan gigih dan tertekan dari perasaan kelelahan dan kelemahan tubuh setelah upaya fisik yang minim, setidaknya dua dari enam gejala berikut nyeri otot dan nyeri, pusing, sakit kepala ketegangan, gangguan tidur, ketidakmampuan untuk bersantai atau lekas marah; pasien tidak mampu untuk pulih dari gejala dengan cara istirahat, relaksasi, atau hiburan; durasi gangguan setidaknya tiga bulan; dan kriteria untuk gangguan yang lebih spesifik tidak berlaku. Burnout juga didefinisikan sebagai gangguan penyesuaian mental dijelaskan di Statisctical Manual of Mental Disorders (DSM IV) yaitu gejala harus mengembangkan dalam waktu 3 bulan dari timbulnya stresor dengan definisi gangguan penyesuaian harus menyelesaikan dalam waktu 6 bulan dari penghentian stresor (Schaufeli & Enzman, 1998). DSM IV membedakan enam subtipe dari gangguan penyesuaian. Hal ini ditandai dengan reaksi maladaptive (keluhan fisik) terhadap stresor psikososial yang tidak diklasifikasikan sebagai salah satu subtipe tertentu dari gangguan penyesuaian. Burnout biasanya bukan merupakan reaksi langsung untuk mengidentifikasi stresor. Itu lebih mungkin akibat dari stres kronis (terus menerus yang terjadi situasi bermasalah) dan berlangsung agak lambat serta biasanya tidak selesai setelah enam bulan Epidemiologi Burnout Pada beberapa penelitian ditemukan ada prevalensi burnout yang tinggi seperti Firth- Cozens telah menemukan bahwa 113 dari perawat di seluruh dunia menunjukkan gejala kelelahan kerja bahkan dari awal karir mereka, sementara tampaknya perawat adalah kelompok berisiko tinggi untuk gangguan jiwa berat (Aristotelis, et al., 2014).
4 Di Singapura, di antara perawat yang bekerja di rumah sakit tersier umum, diperkirakan bahwa 30-50% dari mereka mengalami stres, tetapi tidak ada literatur tentang prevalensi burnout di kalangan perawat di sebuah rumah sakit komunitas (CH) di Singapura (Yulianti dan Dewi, 2015). Pada penelitian Franca, et al. (2011) populasinya terdiri dari 42 perawat; 38 diwawancarai. Dari jumlah tersebut, 76,3% disajikan dengan sindrom burnout. Sebagian besar profesional diklasifikasikan dengan kelelahan yang tinggi emosional (88,9%), depersonalisasi tinggi (100%), dan prestasi pribadi yang rendah (97,4%). Ada juga yang menemukan sekitar 62%, 58%, dan 68% dari perawat wanita memiliki EE tinggi, DP tinggi, dan PA rendah (Matin, et al., 2014). Ditemukan juga di Eropa pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 30% dari perawat yang disurvei melaporkan kelelahan karena aktivitas kerja (Ribeiro, et al., 2014). Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa sekitar 42% dari perawat di Inggris dilaporkan menderita burnout, sedangkan di Yunani sekitar 44% dari perawat melaporkan perasaan tidak puas terhadap hasil kerjanya dan memiliki keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Lebih rendah prevalensi dilaporkan dalam survei di Jerman, yang diperkirakan 4,2% dari populasi pekerja terkena burnout (Ribeiro, et al., 2014). Pada survei yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Indonesia pada tahun 2006 ada sebanyak 50,9% perawat di Indonesia mengalami stres kerja menyatakan keluhan sering pusing, lelah, tidak ada istirahat yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan pekerjaan menyita waktu (Noviandini, 2015) Faktor Resiko Burnout
5 Faktor yang mempengaruhi burnout dibedakan menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Yang terdiri dari faktor intrinsik adalah jenis kelamin, usia, keadaan emosi, intelegensi, kepribadian, dan harga diri. Faktor ekstrinsik adalah lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurang adanya kesempatn untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, dan pekerjaan yang monoton. Dikatakan juga pada penelitian yang lainnya oleh Lorenzo et al. (2010) bahwa perawat mendapat tekanan yang lebih besar dan lebih rentan terkena sindrom burnout yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti hubungan interpersonal, stres karena perawatan, dan faktor antar profesional. Pada penelitian Montero et al. (2011) dikatakan bahwa hubungan yang nyata antara berbagai faktor risiko sosial, faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, anak-anak, dan faktorfaktor risiko pekerjaan seperti jam kerja per minggu, penghasilan bulanan menyebabkan timbulnya sindrom burnout. Dalam sebuah penelitian oleh Rastgari et al. (2010), faktor-faktor seperti upah yang lebih tinggi, kondisi kerja membaik, promosi, dukungan hukum, dan kebijakan organisasi dianggap oleh perawat sebagai faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup. Dalam Gholamnejad & Nikpaima (2009), menyatakan bahwa kurangnya penghargaan, beban kerja yang besar, kurangnya control atas kondisi kerja, dan kurangnya promosi yang dibuat untuk tekanan kerja juga merupakan hal yang paling penting dari perawat. Bahrami et al. (2009) menemukan bahwa frekuensi tertinggi dari stres pada pria adalah peran tanggung jawab dan pada wanita adalah peran ganda dalam kesehariannya atau dualitas peran. Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout antara lain adalah 1. Jenis Kelamin Setiap manusia memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri yang tampak secara fisik. Adanya perbedaan secara anatomis yang digolongkan pada dua jenis yang berbeda yaitu
6 laki-laki dan perempuan (Gunarsa, 1997). Jenis kelamin merupakan kualitas yang menentukan individu yaitu laki-laki atau perempuan yang menyatakan perbedaan secara anatomis dan fisiologis yang menyebabkan perbedaan struktur tingkah dan aktivitas dari laki-laki dan perempuan (Kartono, 1998). Perbedaan jenis kelamin juga dipengaruhi oleh kebudayaan dan norma sosial selain perbedaan fisik dan tingkah laku. Penelitian yang dilakukan oleh Collins (1998) dalam Mochtar et al (2013) menunjukkan bahwa tingkat stres pada wanita memilki kecenderungan tidak ada perbedaan tingkat stres pada pria. Hasil yang berbeda pada penelitian Sarwono dan Purwono (2006) baik pria maupun wanita rentan mengalami stres dibandingkan pria. Adanya sumber stres yang sama yang dialami oleh pria dan wanita yaitu dalam kesehatan dan kesejahteraan, depresi pada pria dan wanita dinyatakan lebih cepat lelah, cemas, dan penyakit psikologis yang ringan (Sirait, 2010). 2. Umur Pada hasil penelitian Noviandini (2015) menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang, semakin rendah kondisi stres yang dialami. Menurut Siboro (2009), hal ini dikarenakan kelompok umur ini termasuk kelompok umur produktif yang stabil dan mantap dalam mengambil keputusan, dan memiliki tanggung jawab untuk bekerja secara sungguh-sungguh. Menurut Ahsan (2009) dalam Purbonani et al. (2014) umur memiliki hubungan dengan perubahan fisik dan mental pada manusia yang berdampak pada stres seiring bertambahnya umur. Penelitian Rahmawati (2010) menyatakan bahwa usia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis ditentukan berdasarkan penghitungan kalender, sehingga tidak dapat dicegah maupun dikurangi. Sedangkan usia biologis merupakan usia yang bergantung pada faktor
7 lingkungan dan nutrisi yang dilihat dari jaringan tubuh seseorang, sehingga usia biologis ini dapat dipengaruhi. Usia dewasa yaitu usia individu antara tahun. usia dewasa dibagi menjadi tiga periode yaitu dewasa awal yaitu usia tahun, dewasa madya usia tahun, dan dewasa akhir dengan usia tahun. adanya perbedaan perkembangan emosi yaitu pada dewasa awal perkembangan emosi tidak stabil, masa dewasa madya mengalami emosi berfluktuasi dikarenakan harus melakukan penyesuaian diri untuk menuju pada masa tua, dan dewasa akhir keadaan emosinya sudah stabil. 3. Tingkat pendidikan Penelitian lain menunjukkan hamper seluruh perawat dengan pendidikan D3 mengalami stres kerja yang disebabkan oleh semakin tingginya pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuannya sehingga lebih mampu mengatasi stres yang terjadi dalam dirinya dibandingkan dengan mereka yang pendidikannya lebih rendah (Ismafiaty, 2011). Hasil yang berbeda pada penelitian Suhendar (2012) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat stres berdasarkan tingkat pendidikan. Menurut Gobel et al. (2013) bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pemilihan pekerjaan menyebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin kuat keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang tinggi. 4. Status pernikahan Penelitian yang dilakukan Martina (2012) memperlihatkan bahwa stres kerja yang moderat lebih banyak dialami oleh perawat yang menikah. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan Suhendar (2012) bahwa proporsi responden yang mengalami stres dengan lebih tinggi pada yang belum menikah dibandingkan dengan yang sudah menikah. 5. Masa kerja
8 Dari penelitian Suhendar (2012) diperoleh hasil semakin bertambah lama kerja responden, semakin ringan tingkat stres kerja yang dialaminya dan begitu juga sebaliknya. Hal yang berbeda didapatkan oleh Russeng et al. (2007) yang menunjukkan semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi, semakin tinggi kepuasan terhadap pekerjan hal tersebut yang menyebabkan kecenderungan untuk stres semakin menurun. Pada penelitian Dimunova dan Nagyova (2012) menunjukkan bahwa masa kerja perawat 1-3 tahun dan 5 tahun atau lebih mengalami burnout yang lebih tinggi. Pada masa kerja 1-3 tahun terjadi peningkatan usaha kerja yang lebih di mana mereka secara antusias melakukan pekerjaannya dan seringkali mengabaikan kesehatan mentaknya. Pada masa kerja setelah 5 tahun berhubungan dengan stres dan menghadapi kematian, sekarat, penderitaan, dan keletihan yang menyebabkan tingginya insiden burnout. 6. Hubungan dengan rekan kerja Dari hasil penelitian Fitri (2013) menyatakan kemampuan yang baik untuk mengungkapkan masalah dan persepsi tentang lingkungan sekitarnya akan membantu pekerja mengatasi tekanan di tempat kerjanya sehingga mencegah stres kerja. Hubungan yang baik antara anggota dari satu kelompok kerja dianggap faktor utama dalam kesehatan organisasi dan individu. 7. Lingkungan kerja Lingkungan kerja di mana perawat bekerja sudah sesuai dengan standar mengingat lingkungan kerja merupakan salah satu sumber stres kerja (Noviandini, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Noviandini (2015) pada saat melakukan penelitian di ruang ICU dapat terlihat ruangan yang tidak bising, fasilitas sudah disediakan dengan baik, letak tata ruang yang rapi, pencahayaan yang baik, dan suhu udara yang sesuai dengan setiap
9 shift. Lingkungan kerja yang kotor dan tidak sehat merupakan sumber pembangkit stres. Kondisi kerja yang buruk mudah menyebabkan pekerja mudah terkena penyakit, mudah stres, konsentrasi menurun, dan menurunnya produktifitas kerja. Hal ini dikaitkan dengan lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang baik sesama pekerja di dalamnya (Nitisemito, 2000). 8. Beban kerja Pada penelitian Hariyono, et al. (2009) menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi pada perawat menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan yang berpengaruh pada kualitas kerja perawat tersebut. Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian Mudayana (2012) yang menunjukkan bahwa beban kerja tidak mempengaruhi pekerja dan pekerja masih bisa bekerja dengan baik selama termotivasi dalam bekerja Gejala Burnout Burnout disebut sebagai gejala yang dapat diidentifikasi dengan beberapa masalah pada tingkat individu, interpersonal, dan organisasi. Sebagian besar peneliti setuju bahwa banyak tandatanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang menderita burnout tetapi biasanya seseorang tidak menunjuukan semua gejala yang ada (Burish, 2006). Schaufeli dan Enzman (1998) menunjukkan 5 jenis tanda-tanda pada tingkat individu yaitu afektif, fisik, kognitif, perilaku, dan motivasi. Tanda afektif terdiri dari depresi, merasa sedih, kelelahan emosional, dan kecemasan. Tanda kognitif terdiri dari kehilangan harapan, merasa tidak berdaya, merasa gagal, rendah diri, merasa bersalah akan sesuatu, ide bunuh diri, dan
10 ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Tanda fisik terdiri dari sakit kepala, mual, pusing, nyeri otot, gangguan tidur, gangguan pencernaan, dan kelelahan yang bersifat kronis. Tanda perilaku yaitu hiperaktif, meninggalkan kegiatan yang bersifat hiburan, dan suka mengeluh. Dalam motivasi ada kehilangan semangat, pengunduran diri, kekecewaan, dan mudah bosan. Maslach et al. (2001) menambhakn bahwa pada tingkat individu yang menjadi perhatian utama adalah kelelahan mental atau emosional, mental, dan perilaku tanda-tanda (bukan fisik) dan efisiensi diri. Selain itu, salah satu yang harus diingat bahwa burnout selalu berkaitan dengan pekerjaan dan memperlihatkan diri sebagai orang normal yang tidak menderita psikopatologi sebelumnya. Schaufeli dan Enzman (1998) menjelaskan juga daftar tentang burnout pada tingkat interpersonal. Schaufeli dan Enzman mengategorikan burnout ke dalam afektif, kognitif, perilaku, dan motivasi. Tanda afektif yaitu iritabilitas, sensitif, dan empati yang berkurang pada pasien. Tanda kognitif yaitu persepsi sinis dan tidak manusiawi kepada pasien, dan sikap pesimis. Pada tanda perilaku ada kecenderungan untuk berperilaku keras, agresif, dan melakukan penarikan diri dari lingkungan. Dalam motivasi ada hilangnya minat dan ketidakpedulian terhadap pasien Diagnosis Burnout Kuesioner burnout paling banyak dipakai adalah Maslach Burnout Inventory (MBI) (Maslach, et al., 1996). Bahkan, MBI meliputi tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pengurangan prestasi pribadi. MBI pertama kali dirancang untuk mengatasi kelelahan dalam bidang pelayanan manusia (MBI-HSS) (Halbesleben & Buckley, 2004). MBI bukan satu-satunya ukuran yang tersedia untuk mengatasi burnout. Alternatif untuk MBI-GS adalah Oldenburg Burnout Inventory mengikuti gagasan tentang burnout. Ini juga
11 mencakup dua dimensi yaitu kelelahan dan ingin berhenti dari pekerjaannya. Pengukuran lainnya dikenal dengan Tedium Scale (Burish, 2006) dan Copenhagen Burnout Inventory (Kristensen, et al., 2005) yang mengikuti deifinisi yang agak berbeda dari burnout. Namun demikian, MBI tetap ukuran yang paling sering digunakan untuk penelitian tentang burnout. Maslach (1996) membagi burnout menjadi 3 dimensi yaitu Kelelahan emosional (EE) yaitu individu yang merasa kosong, kelelahan dan mengurangi kegiatan dalam bekerja. Ini dapat berubah menjadi ketidakpedulian dan kurangnya minat untuk mengurus pasien. Dimensi ini dievaluasi oleh skala yang dimulai dari 0 sampai 30 atau lebih seperti kategori rendah 0-17, menengah 18-29, dan tinggi 30 atau lebih. Depersonalisasi (DP) yaitu reaksi negatif individu terhadap pasien, bersikap tidak sopan, merendahkan, dan menghina pasien. Dimensi ini dievaluasi oleh skala yang dimulai dari 0 sampai 12 atau lebih seperti kategori rendah 0-5, menengah 6-11, dan tinggi 12 atau lebih. Pengurangan prestasi pribadi (PA) yaitu individu merasa gagal, harga dirinya turun, dan depresi. Dimensi ini dievaluasi melalui skala yang dimulai 0 sampai 40 atau lebih. Evaluasi yang diperoleh berbanding terbalik dengan tingkat ketidaknyamanan seperti kategori rendah 40 atau lebih, menengah 34-39, dan tinggi Dari ke tiga bagian tersebut yang dapat dikatakan burnout adalah hasil dari EE 30 atau lebih, DP 12 atau lebih, dan PA 33 atau kurang Intervensi Burnout Cognitive Behavioral Therapy (CBT) banyak digunakan dan diakui sebagai pengobatan untuk masalah kesehatan mental yang berhubungan dengan pekerjaan di Belanda (Keijsers, et al., 2000). Setiap CBT ini terdiri dari modul dasar yang berfokus pada identifikasi
12 masalah dan pada pengurangan gejala (misalnya, meningkatkan mood dan aktivasi). Setelah ini satu atau lebih modul akan dipilih untuk dibahas dengan pasien untuk setiap sesi. Modul ini terdiri dari umumnya 12 sesi yaitu dalam prakteknya 11,4 sesi selama 5,7 bulan. Kerja yang berfokus pada terapi kognitif (W-CBT) terdiri dari perawatan rutin (CBT) ditambah modul yang berfokus pada pekerjaan dan meminta pasien untuk kembali bekerja. Pusat perawatan yang membahas masalah kerja dalam fase awal dan menggunakan kerja dan tempat kerja sebagai mekanisme untuk mencapai tujuan pengobatan seperti aktivasi, struktur waktu, kontak sosial, aktivitas, dan meningkatkan harga diri. Untuk mengintegrasi ide ini ke setiap sesi, W- CBT terdiri dari yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan perencanaan RTW (return to work) tertentu. Intervensi CBT diisi dengan konteks pekerjaan seperti pekerjaan yang berfokus pada psiko-pendidikan yang menantang pemikiran disfungsional. Selain dua komponen yang berhubungan dengan pekerjaan, waktu perawatan yang bisa dihabiskan untuk masalah di luar pekerjaan misalnya masalah perkawinan. Namun, terapis didorong untuk berhubungan dengan permasalahan di luar pekerjaan dengan menanyakan bagaimana pekerjaan bisa membantu untuk mengurangi kekhawatiran masalah perkawinan. Intervensi pekerjaan spesifik yang berhubungan di setiap sesi yaitu pada sesi pertama diberi penjelasan yang berhubungan dengan pekerjaan dan tentang gejala yang diderita pasien sebagai contoh, kerja dapat menawarkan beberapa hal seperti peningkatan harga diri yang bermanfaat untuk membantu anda pulih kembali atau anda tidak akan pulih dari gejala anda hanya dengan duduk di rumah, itu akan membuat keadaan lebih buruk. Dalam sesi ke dua karakteristik pekerjaan diinventarisasi dan dianalisis masalah dari situasi kerjanya. Pada sesi ke tiga, perencana RTW disusun oleh terapis dan pasien seperti
13 kegiatan dan tugas yang akan dilakukan, berapa lama pasien bekerja untuk setiap tugas yang diberikan, dan apakah perlu untuk berubah karakteristik kerjanya. Tuntutan pekerjaan yang seimbang bisa membuat pengalaman untuk belajar sesuatu yang meningkat. Kehadiran karakteristik pekerjaan yang bermanfaat juga diperhitungkan dalam perencaan RTW. Pada sesi ke empat dan berikutnya, RTW dievaluasi dan pasien dirangsang untuk mengambil langkah berikutnya dan meningkatkan keinginan pasien untuk kembali bekerja. Dalam setiap sesi, dibahas juga cara mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien. Ditemukan juga pada tahun 2010 oleh Orly et al. melakukan studi terkontrol secara acak untuk mengevaluasi efektivitas intervensi perilaku kognitif yang terdiri dari 16 pertemuan untuk intervensi kognitif dan mengurangi stress dengan keterampilan perilaku dan ditemukan bahwa CBI secara signifilan menurunkan kadar stres dan kelelahan serta meningkatkan SOC.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi tersebut bahkan sumber tenaga manusia sudah dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki peranan penting sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Keberhasilan suatu rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi atau organisasi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang luas dan menyeluruh, padat pakar dan padat modal. Rumah sakit melaksanakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT
BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan
1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan memiliki pekerjaan yang kompleks dan rentan mengalami kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja adalah keadaan kelelahan fisik, mental dan emosional yang biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan individu, dan untuk mencapai kesuksesan tersebut banyak hal yang harus dilakukan oleh individu, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Kepemimpinan 1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh karyawan dalam memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. menjadi sinis tentang karier mereka. Penjelasan umum tentang. pergaulan dan merasa berprestasi rendah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Burnout A. Burnout Menurut Davis dan Newstrom (1985) pemadaman (burnout) adalah situasi dimana karyawan menderita kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan menarik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang
Lebih terperinciKECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA
KECENDERUNGAN BURNOUT PADA PERAWAT DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN USIA DEWASA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh: SIGIT PRIHANTORO F100070095 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa infertilitas merupakan masalah utama dalam kesehatan kesuburan yang memiliki dimensi fisik, psikologis dan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kesehatankhususnya pada Rumah sakit, perawat merupakan salah satu yang memiliki komponen penting dalam menentukan kualitas baik, buruk nya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai sumber daya manusia yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang pelayanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. Metode pengumpulan data dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciLAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
LAMPIRAN 193 194 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 195 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI d. Kesan umum, meliputi keadaan fisik dan penampilan subyek e. Keadaan emosi, meliputi ekspresi, bahasa tubuh,
Lebih terperinciArifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan barang atau jasa sebagai produknya (Munandar, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem memperoleh masukan mentah dan masukan instrumental. Bahan baku kemudian diolah oleh masukan instrumental dalam sistem dan menghasilkan keluaran. Perusahaan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan karena adaptasi seseorang pada lingkungan. Stres kerja didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan
Lebih terperinciAda sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari
TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap
Lebih terperinciKesehatan memiliki nilai yang sangat penting dalam kehidupan. manusia, sehat bukan hanya sebagai kondisi bebas dari penyakit atau
Kesehatan memiliki nilai yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehat bukan hanya sebagai kondisi bebas dari penyakit atau kelemahan tetapi juga sebagai suatu kondisi fisik, mental dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan
Lebih terperinciPERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA
Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Pengumpulan Data Dalam proses pengambilan data melalui pembagian kuesioner, peneliti menargetkan untuk dapat mengumpulkan data dari para responden dalam waktu satu
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.
Judul : Pengaruh Work-Family Conflict dan Kelelahan Emosional terhadap Intention to Leave Karyawan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan Nama : Putu Aris Praptadi NIM : 1206205036 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya kemajuan di bidang industri sekarang ini, menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan tuntutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
Lebih terperinciKepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa
Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya penyakit di masyarakat, maka pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.
Lebih terperinciData Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga
1 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) dan Provinsi DI Yogyakarta berada sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mempunyai tantangan. Tantangan tersebut didapat dari klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan keperawatan di rumah sakit jiwa memiliki perbedaan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit umum, sehingga membuat perawat menjadi lebih mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam proses kehidupan seorang perempuan. Keadaan ini menimbulkan banyak perubahan drastis baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciMASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA
MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA Euis Sunarti 1 A. Masalah keluarga. Menurut Burgess dan Locke (1960) kesulitan perkawinan merupakan sumber utama masalah hubungan suami istri. Sumber masalah
Lebih terperinciKonsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com
Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com Krisis merupakan suatu titik balik yang memungkinkan individu untuk tumbuh dan berkembang, atau menyebabkan dirinya merasa tidak puas, gagal, dan kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal
Lebih terperinciLAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi
LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah profesi, pekerjaan menjadi perawat mempunyai resiko yang cukup tinggi untuk mengalami stres di rumah sakit. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
Lebih terperinci2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap kesehatannya, semakin tinggi pula tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian motivasi Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan menghadapi stres kerja pada guru (Cherniss, 1980). Lebih lanjut Cherniss (1980) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat
Lebih terperinci