PELAKSANAAN PRAPERADILAN DI PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH THE APPLYING OF PREJUSTICE PROCESS AT THE FIRST INSTANCE COURT OF BANDA ACEH.
|
|
- Agus Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012), pp PELAKSANAAN PRAPERADILAN DI PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH THE APPLYING OF PREJUSTICE PROCESS AT THE FIRST INSTANCE COURT OF BANDA ACEH Oleh: Mahfud *) ABSTRACT Article 1 point 10 of the Indonesian Crininal Procedure states that the First Instance Court has an authority to check and decide regardong the validity of the arrest, detention, investigation stop and prosecution stop and remedy or rehabilitation for some one which the case stopped in the level of investigation and prosecution. However, in the hjurisdiction of the court the process of pretrials are dismissed by the court. This research aims at identifying the process and the reason for bringging it by the defendants. Keywords: Prejustice Process, Instance Court. A. PENDAHULUAN Sistem peradilan pidana merupakan salah satu sarana dalam penanggulangan kejahatan dengan tujuan untuk : a. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan. b. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana. c. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya. 1 Peradilan pidana dilakukan melalui prosedur yang diikat oleh aturan-aturan ketat tentang pembuktian yang mencakup semua batas-batas konstitusional dan berakhir pada proses pemeriksaan di pengadilan. 2 Dalam hal pemeriksaan perkara pidana umumnya berlangsung lama, berbelit-belit dan rumit, tidak sederhana seperti disebutkan aturan-aturan normatif/formal (KUHAP). 3 Pasal 1 butir 10 KUHAP menentukan bahwa : Praperadilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini tentang: *) Mahfud,S.H.,LL.M. adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 1 R. Abdussalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007, hlm. 3 2 Anthon F. Susanto, Wajah Peradilan Kita, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm.1 3 Ibid. ISSN:
2 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud (1) Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; (2) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; (3) Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Pasal 77 KUHAP menentukan bahwa : Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang : a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Berdasarkan ketentuan tersebut, terdakwa yang mengalami tindakan penangkapan dan penahanan secara tidak sah dapat mengajukan upaya praperadilan untuk menghentikan dilakukannya penyidikan dan penahanan. Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Banda Aceh pihak tersangka yang mengalami tindakan sewenang-wenang dari aparat penyidik maupun penuntut enggan untuk mengajukan pra peradilan, karena pra peradilan yang diajukan tidak pernah dipenuhi oleh hakim. Hal ini sebagaimana diketahui dari data Tahun 2009 sampai dengan 2011 hanya terdapat 3 kasus penetapan pra peradilan masingmasing yang kesemuanya ditolak oleh hakim. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakan pelaksanaan praperadilan di wilayah hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh? 2. Apakah alasan hakim tidak memenuhi permohonan praperadilan oleh tersangka? 264
3 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). B. TINJAUAN PUSTAKA 1) Upaya Pra Peradilan dan Hubungannya dengan Penyidikan dan Penuntut Umum Praperadilan adalah lembaga baru yang lahir bersamaan dengan kelahiran KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981). Praperadilan bukan lembaga peradilan yang mandiri atau berdiri sendiri terlepas dari pengadilan negeri, karena dari rumusan Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP dapat diketahui bahwa praperadilan hanyalah wewenang tambahan yang diberikan kepada pengadilan negeri (hanya kepada pengadilan negeri). 4 Pengadilan Negeri sebagai peradilan umum merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi pencari keadilan mempunyai tugas dan wewenang memeriksa, memutus atau mengadili dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata ditingkat pertama (Pasal 2 jo Pasal 50 UU No. 2 Tahun 1986). Praperadilan dalam perwujutannya tetap satu dan berada pada Pengadilan Negeri baik organisatoris maupun administratif, personal, material, dan finansial berada dalam tubuh Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Praperadilan ini tunduk dan berada di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Kedudukannya pun berada dan bersatu dengan pengadilan Negeri setempat. Di Indonesia, lembaga praperadilan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 butir 10 Undang-undang No. 8 Tahun 1981, menyatakan bahwa : Praperadilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini tentang: (1) Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; (2) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; (3) Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. Berdasarkan Pasal 77 KUHAP menentukan bahwa : 4 HMA KUFFAL, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang, 2008, hlm
4 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang: (1) Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; (2) Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan. Berdasarkan Pasal 78 KUHAP yang berbunyi: (1) Yang melaksanakan wewenang Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 adalah praperadilan; (2) Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri dan dibantu oleh seorang panitera. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa praperadilan dibentuk sebagai sarana pengontrol tindakan aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya agar tidak bertindak sewenang-wenang. Dengan adanya praperadilan, aparat penegak hukum dalam melakukan upaya paksa terhadap seorang tersangka tetap berdasarkan undangundang dan tidak bertentangan dengan hukum. 5 Hal inilah yang membedakan KUHAP dengan masa berlakunya HIR, di mana pada waktu itu tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik terhadap seorang tidak terawasi dan tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan tindakan sewenang-wenang dari aparat penyidik. Untuk itu dibentuk lembaga praperadilan yang berwenang melakukan koreksi, penilaian, dan pengawasan terhadap tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik. Ketentuan tersebut di atas pada pokoknya tujuan dasar dari praperadilan adalah satu cerminan pelaksanaan dari asas presumption of innocent (praduga tidak bersalah) sehingga tiap orang yang diajukan sebagai terdakwa telah melalui proses awal yang wajar dan mendapat perlindungan harkat dan martabat manusianya. 6 Lembaga praperadilan merupakan alat uji apakah seseorang itu telah melalui proses awal penangkapan dan penahanan oleh aparatur penyidik secara sah menurut undang-undang atau satu penahanan dan atau penangkapan yang mengandung cacat. 5 Nyoman Serikat Putra Jaya,, Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice system), Bahan Kuliah, Program Megister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2006, hlm
5 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Subyek hukum praperadilan adalah setiap orang yang dirugikan. Objek praperadilan dalam hal untuk sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya yaitu untuk menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran melalui sarana pengawasan secara horizontal. 7 Fungsi dan peranan peradilan di dalam KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981) merupakan ikon pembaharuan hukum acara pidana model Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR) yang diberlakukan sejak tahun HIR harus dapat memperoleh pengakuan dari tersangka mengenai peristiwa yang melibatkan dirinya, dimana pengakuan tersangka merupakan salah satu alat bukti utama dari alat bukti lainnya sehingga terbukti sering terjadi perlakuan sewenang-wenang dan penyalahgunaan wewenang pemeriksaan dalam beberapa kasus tindak pidana. 8 Lembaga peradilan diharapkan menjadi tempat bagi masyarakat mendapatkan keadilan dan menaruh harapan. Namun, realitanya jauh dari harapan. Justru, pengadilan dianggap sebagai tempat yang berperan penting menjauhkan masyarakat dari keadilan. Harapan akan memperoleh kebenaran dan keadilanpun pupus ketika ditemukan adanya permainan sistematis yang diperankan oleh segerombolan orang yang bernama mafia peradilan. Oleh karena itu, untuk memperoleh lembaga peradilan yang baik, diperlukan pendekatan terpadu (integrated justice system) dan kemandirian Mahkamah Agung sebagai peradilan 1 (satu) atap, juga mesti memperhatikan nilai-nilai yang diinginkan oleh masyarakat, seperti nilai ketuhanan, keadilan, kebersamaan, kedamaian, ketertiban, 6 O.C. Kaligis, dkk, Praperadilan Dalam Kenyataan: Studi Kasus Dan Kenyataan, Djambatan, Jakarta, 1997, hlm X. 7 Irma Hermawati, Sekilas tentang praperadilan, diakses tanggal 20 April
6 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud kemodernan, musyawarah, perlindungan hak asasi dan sebagainya. Sehingga lembaga peradilan tersebut dapat sesuai dengan cita hukum bangsa Indonesia. 9 Realitas yang demikian dapat dilihat antara lain terhadap tiga orang dokter yang mempraperadilankan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) terkait penahanan ketiganya atas tuduhan dugaan korupsi pengadaan alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Adapun yang mendasari sah tidaknya penahanan ketiganya yaitu Pertama, bahwa tidak didasari bukti yang cukup karena Kejaksaan melakukan penahanan tanggal 16 November 2009, Sedangkan pihak kejaksaan baru mendapatkan bukti yang cukup untuk dijadikan dasar penahanan tanggal 2 Desember 2009 sesuai berita acara penyitaan tanggal 2 Desember Kedua, bahwa selain penahanan dinilai tidak sah, juga penyitaan pada tanggal 2 Desember 2009 yang dilakukan Kejaksaan merupakan pelanggaran terhadap KUHAP, Sebab termohon mengajukan persetujuan penyitaan kepada ketua PN Kabanjahe tanggal 24 November 2009 sebelum penyitaan dilakukan. 10 Lembaga praperadilan walaupun berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan upaya paksa, namun fungsi pengawasan lembaga yang diberikan undangundang ini tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena adanya hambatan-hambatan yang muncul karena maksud dan tujuan pemberlakuan praperadilan itu tidak tercapai dengan baik dan benar, sehingga hak-hak tersangka untuk memperoleh perlindungan hukum masih terabaikan. Adapun hambatan yang timbul seperti bolakbaliknya perkara pidana dari penyidik Polri ke Jaksa sehingga hak tersangka untuk memperoleh kepastian hukum terabaikan; bahkan perkara pidana dilatarbelakangi oleh kepentingan pribadi/kelompok/politik. 8 Romli Atmasasmita, Seminar Nasional: Analisis Atas RUU KUHAP 2009, Peradilan Semu USU, Tanggal 02 Maret Ediwarman, Pidato Ilmiah: Kritik Tajam Terhadap Dunia Hukum Kita, Kisaran, Tanggal 4 Februari 2006, halaman
7 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Masyarakat yang mengajukan praperadilan atas sah tidaknya suatu penahanan atau penangkapan, penghentian penyidikan atau penuntutan oleh aparat penegak hukum jarang sekali menang atau bahkan sampai ke pengadilan sehingga menyebabkan tidak adanya kepastian hukum terhadap masyarakat pencari keadilan. Praperadilan berdasarkan penjelasan di atas, hanyalah menguji dan menilai tentang kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitasi. Praperadilan merupakan tiruan dari Rechter Commisaris di Negeri Belanda. 11 Lembaga Rechter Commisaris (hakim yang memimpin pemeriksaan pendahuluan), muncul sebagai wujud dari peran serta keaktifan Hakim, yang di Eropa Tengah memberikan peranan Rechter Commisaris suatu posisi yang mempunyai kewenangan untuk menangani upaya paksa (dwang middelen), penahanan, penyitaan, penggeledahan badan, rumah, pemeriksaan surat-surat. 12 sebagai berikut: Dasar terwujudnya praperadilan menurut Pedoman Pelaksanaan KUHAP adalah Mengingat bahwa demi kepentingan pemeriksaan perkara diperlukan adanya pengurangan-pengurangan dari hak-hak asasi tersangka, namun bagaimanapun hendaknya selalu berdasar ketentuan yang diatur dalam undang-undang, maka untuk kepentingan pengawasan terhadap perlindungan hak-hak asasi tersangka atau terdakwa diadakan suatu lembaga yang dimanakan praperadilan. 13 Praperadilan merupakan bagian dari pengadilan negeri yang melakukan fungsi pengawasan terutama dalam hal dilakukan upaya paksa terhadap tersangka oleh penyidik atau penuntut umum. Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan bagaimana seorang aparat penegak hukum melaksanakan wewenang yang ada padanya 10 Tiga Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Alkes RSU Kabanjahe Praperadilankan Kejatisu di PN Medan, Sinar Indonesia Baru, Rabu, 20 Januari 2010, hlm Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2002, hlm Oemar Seno Adji, Hukum Hakim Pidana, Erlangga, Jakarta, 1990, hlm
8 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, sehingga aparat penegak hukum tidak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Sementara itu, bagi tersangka, atau keluarganya sebagai akibat dari tindakan meyimpang yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya, ia berhak mendapat ganti kerugian dan rehabilitasi. 14 2) Para Pihak yang Dapat Mengajukan Upaya Pra Peradilan Pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan praperadilan adalah: a) Tersangka, keluarganya, atau kuasanya Berdasarkan ketentuan Pasal 79 KUHAP, pihak Tersangka, keluarganya, atau kuasanya (orang yang diberi kuasa oleh tersangka) berhak mengajukan permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan. b) Penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan Pasal 80 KUHAP memberikan hak kepada penuntut umum dan pihak ketiga yang berkepentingan untuk mengajukan pemeriksaan kepada praperadilan mengenai sah atau tidaknya penghentian penyidikan yang dilakukan oleh penyidik. 15 c) Penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan Penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan, berdasarkan Pasal 80 KUHAP dapat mengajukan permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penghentian penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum. penuntut umum. d) Tersangka, ahli warisnya atau kuasanya 13 Departemen Kehakiman, Keputusan Menteri Kehakiman tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Kepmen Kehakiman No. M TH Ratna Nurul Alfiah, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya, Akademika Presindo, Jakarta, 1986, hlm Ibid,. hlm
9 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pasal 95 ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa tersangka, ahli warisnya atau kuasanya dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian kepada praperadilan atas alasan: 1) Penangkapan atau penahanan tidak sah; 2) Penggeladahan atau penyitaan tanpa alasan yang sah; 3) Karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. e) Tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan Berdasarkan ketentuan Pasal 95 ayat (2) KUHAP, tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian dan rehabilitasi karena sahnya penghentian penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum. f) Tersangka Pasal 97 ayat (3) KUHAP memberikan hak kepada tersangka untuk mengajukan rehabilitasi kepada praperadilan atas alasan sebagai berikut: 1) Penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang; 2) Kekeliruan mengenai orang atau badan hukum yang diterapkan yang perkaranya tidak diteruskan ke pengadilan. C. PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Praperadilan di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh Adanya perlakuan atau tindakan penyidik dalam upaya penyelidikan dan penyidikan disertai penangkapan khususnya terhadap tersangka yang harus dilakukan penangkapan dan penahanan dapat saja dilakukan tanpa tatacara yang tidak sah. Oleh karena itu, tersangka dapat mengajukan upaya tuntutan melalui lembaga praperadilan. Upaya praperadilan ini dapat dilakukan tersangka yang 271
10 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud mengalami tindakan penangkapan dan penahanan secara tidak sah yaitu dengan mengajukan upaya praperadilan untuk menghentikan dilakukannya penyidikan dan penahanan. 16 Namun demikian berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terhadap upaya praperadilan yang dilakukan oleh tersangka baik yang dilakukan sendiri atau melalui penasehat hukumnya jarang yang mendapat putusan sesuai dengan yang dikehendaki terdakwa, yaitu seperti dihentikan penyidikan atau ditangguhkan penahanan. Hal ini disebabkan pihak pihak penyidik dapat memanfaatkan celah hukum yang ada untuk melakukan bantahan atau tuntutan praperadilan ditolak pengadilan. 17 Pendapat ini juga dibenarkan oleh Salmiati yang dalam proses peradilan pidana terhadap dirinya telah mengalami tindakan yang melanggar hukum, dimana ia ditangkap dan disekap 3 orang yang berpakaian preman, pada salah satu ruangan di Kantor Legiun Veteran Blok Bengkel Kota Sigli. Padahal tindakan penahanan dan penyekapan yang dilakukan tanpa menunjukkan Surat Penangkapan dan Penahanan/Penyekapan yang dilakukan pihak penyidik ini telah melanggar ketentuan undang-undang yang berlaku. 18 Kondisi seperti ini terjadi hampir pada semua perkara pra peradilan yang diajukan baik oleh tersangka secara perorangan maupun yang dilakukan oleh atau melalui penasehat hukumnya. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun penegakan hukum atau law enforcement yang merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam usaha pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku baik yang bersifat penindakan maupun pencegahan mencakup keseluruhan kegiatan baik teknis maupun administratif yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum, sehingga 16 Mukhzan, Kasi Pidum dan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Banda Aceh, Wawancara Tanggal 13 Maret Zuhri Hasibuan, Penasehat hukum/advokad di Banda Aceh, Wawancara tanggal 19 dan 20 Maret
11 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). dapat melahirkan suasana aman, damai dan tertib demi pemantapan kepastian hukum dalam masyarakat. Namun dalam pelaksanaan tidak sebagaimana yang diharapkan seperti halnya di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh diketahui bahwa dalam periode Tahun 2009 sampai dengan 2011 hanya terdapat 3 kasus penetapan pra peradilan masing-masing yang kesemuanya ditolak oleh hakim. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel berikut : TABEL JUMLAH PENETAPAN PRA PERADILAN PADA PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH TAHUN Nomor Tahun Jumlah Pemohon Penetapan Penetapan No.1/Pid.Pra/2009/ PN BNA Jumlah 3 No.1/Pid.Pra/2011/ PN BNA No.2/Pra.Pid/2011/ PN BNA Wahidin Bin Abu Bakar Dra Salmiati Bin M. Saman Boy Hermansyah Sumber : Pengadilan Negeri Banda Aceh, Februari 2012 Permohonan tidak dapat diterima karena Pengadilan tidak wenang mengadili Permohonan ditolak karena penangkapan dan penahanan yang dilakukan sah Permohonan ditolak karena penyitaan yang dilakukan sah Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam hal pelaksanaan upaya pra peradilan di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh dalam tiga tahun terakhir hanya ada tiga kasus penetapan pengadilan tentang upaya pra peradilan dan tidak ada yang dipenuhi oleh hakim. Kondisi ini tentunya menyebabkan minimnya tersangka memanfaatkan lembaga pra peradilan sebagai salah satu bentuk upaya hukum untuk melindungi kepentingan tersangka dalam proses peradilan pidana. Berdasarkan hasil 18 Salmiati, Pelaku tindak pidana, Wawancara tanggal 20 Maret
12 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud penelitian khususnya dari penelaahan pada tiga penetapan praperadilan oleh hakim di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh yang seluruhnya menolak atau permohonan dinyatakan ditolak. Pada dasarnya apabila dilihat dari alasan diajukannya pra peradilan oleh pemohon pra peradilan dapat diketahui bahwa pemohon pra peradilan dalam proses penangkapan dan penahanan yang dialami tersangka telah melanggar hak-hak tersangka dan juga hak asasi manusia. Hasil penelaahan pada ketiga penetapan tersebut diketahui pengajuan permohonan pra peradilan dilakukan dengan alasan sebagai berikut. 1) Penangkapan tersangka oleh penyidik tanpa alasan yang jelas dan tanpa surat perintah 2) Penahanan dan penyekapan tanpa alasan dan pemanggilan terlebih dahulu 3) Penetapan tersangka tidak sesuai dengan ketentuan hukum Acara pidana 2. Alasan Hakim Tidak Memenuhi Permohonan Praperadilan Oleh Tersangka Hasil penelaahan yang dilakukan terhadap ketiga permohonan praperadilan yang telah memperoleh penetapan hakim tersebut seluruhnya menolak atau permohonan dinyatakan gugur. Keadaan ini menunjukkan belum adanya perlindungan hukum tersangka yang semula yang mengalami tindakan penangkapan dan penahanan secara tidak sah dan melanggar hak asasi manusia sehingga ketentuan mengenai praperadilan belum bermanfaat bagi tersangka atau terdakwa suatu tindak pidana. Ramli Husein juga membenarkan bahwa apabila dilihat dari penetapan hakim yang kesemuanya menolak permohonan praperadilan yang diajukan tersangka, terlihat bahwa hakim yang memeriksa perkara sama sekali tidak mempertimbangkan kondisi tersangka yang telah mendapat perlakuan yang 274
13 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). melanggar hukum dari penegak hukum bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Hal ini menggambarkan perlindungan hukum bagi tersangka yang mengalami tindakan penangkapan dan penahanan secara tidak sah dan melanggar hak asasi manusia belum berjalan sebagaimana yang dikehendaki dalam ketentuan KUHAP maupun UU Kekuasaan Kehakiman. 19 Adapun mengenai pertimbangan hakim dalam penetapan permohonan praperadilan pada keempat kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh dapat dilihat pada uraian berikut. 1. Permohonan tidak dapat diterima karena Pengadilan tidak wenang Mengadili Mengenai alasan ini dapat dilihat pada uraian penetapan Nomor 01/Pid.Pra/2009/PN. BNA. Terhadap permohonan yang diajukan oleh Wahidin Bin Abu Bakar yang dikuasakan kepada kuasa hukumnya atas karena tersangka ditangkap tanpa surat perintah penangkapan Permohonan ditolak karena penangkapan dan penahanan yang dilakukan sah Adanya alasan penolakan permohonan pra peradilan ini ditunjukkan dalam penetapan Nomor 01/Pid.Pra/2011/PN.BNA yang diajukan oleh Salmiati Binti Muhammad Saman yang diwakili oleh kuasa hukumnya M. Zuhri Hasibuan sebagai penasehat hukumnya. 3. Permohonan ditolak karena penyitaan yang dilakukan sah Alasan penolakan ini dapat ditelaah dari Penetapan No. 02/Pra.Pid/2011/PN.BNA yang diajukan oleh Boy Hermansyah, Warga Taman Setiabudi Indah Kelurahan Asam Kumbang Medan Selayang, Kota Medan karena pemohon sebagai pihak yang dirugikan oleh tindakan para termohon yang Ramli Husein, Penasehat hukum/advokad di Banda Aceh, Wawancara tanggal 19 Maret 275
14 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud yang menetapkan sebagai tersangka dan melakukan penyitaan tidak sesuai dengan proses dan/atau prosedur serta mekanisme hukum acara pidana di Negara Republik Indonesia. 21 D. PENUTUP 1) Kesimpulan a. Pelaksanaan praperadilan di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh dilakukan oleh pelaku tindak pidana maupun oleh kuasa hukumnya. Adapun faktor penyebab pengajuan praperadilan adalah dengan alasan penangkapan tersangka oleh penyidik tanpa alasan yang jelas dan tanpa surat perintah, penahanan dan penyekapan tanpa alasan dan pemanggilan terlebih dahulu dan penetapan tersangka tidak sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana. b. Alasan hakim tidak memenuhi permohonan praperadilan oleh tersangka adalah karena permohonan tidak dapat diterima karena pengadilan tidak wenang mengadili, permohonan ditolak karena penangkapan dan penahanan yang dilakukan sah dan permohonan ditolak karena penyitaan yang dilakukan sah. 2) Saran a. Kepada hakim yang memeriksa dan mengadili permohonan praperadilan agar dapat memberikan penetapan yang sesuai dengan asas praduga tak bersalah, kebenaran baik dari alasan hukum maupun alasan faktual, jadi tidak terbatas pada pengujian secara formil belaka. 20 Abu Hanifah, Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Tanggal 23 Maret Abu Hanifah, Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Tanggal 23 Maret
15 Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). b. Kepada aparat penegak hukum agar sebelum melakukan upaya paksa pada tahap penyelidikan, penyidikan agar dapat melengkapi persyaratan guna menghindari terjadinya praperadilan dari masyarakat sehingga pihak penyidikan dan penuntut dapat lebih profesional. DAFTAR PUSTAKA Abdussalam, R. dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta. Andi Hamzah, 2002, Hukum Acara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika. Anthon F. Susanto, 2004, Wajah Peradilan Kita, Refika Aditama, Bandung. Ediwarman, Pidato Ilmiah: Kritik Tajam Terhadap Dunia Hukum Kita, Kisaran, Tanggal 4 Februari HMA KUFFAL, 2008, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Malang. UMM Press, Irma Hermawati, Sekilas tentang praperadilan, diakses tanggal 20 April Kaligis, O.C., dkk, 1997, Praperadilan Dalam Kenyataan: Studi Kasus Dan Kenyataan, Djambatan, Jakarta. Kuffal, HMA, 2008, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang. Nyoman Serikat Putra Jaya, Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice system), Bahan Kuliah, Program Megister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, Ratna Nurul Alfiah, 1986, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya, Akademika Presindo, Jakarta. Romli Atmasasmita, 1982, Strategi Pembinaan Pelanggaran Hukum dalam Konteks Penegakan Hukum di Indonesia, Alumni, Bandung , Seminar Nasional: Analisis Atas RUU KUHAP 2009, Peradilan Semu USU, Tanggal 02 Maret Tiga Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Alkes RSU Kabanjahe Praperadilankan Kejatisu di PN Medan, Sinar Indonesia Baru, Rabu, 20 Januari
16 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Pelaksanaan Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh Mahfud Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 278
BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia
BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan pidana di Indonesia pada hakekatnya merupakan suatu sistem, hal ini dikarenakan dalam proses peradilan pidana di Indonesia terdiri dari tahapan-tahapan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. 1 Istilah praperadilan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Praperadilan 2.1.1 Pengertian Praperadilan : Secara harfiah pengertian praperadilan dalam KUHAP memiliki arti yang berbeda, Pra memilik arti mendahului dan praperadilan sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di Indonesia dalam kehidupan penegakan hukum. Praperadilan bukan lembaga pengadilan yang berdiri sendiri.
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:
TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D 101 10 308 Pembimbing: 1. Dr. Abdul Wahid, SH., MH 2. Kamal., SH.,MH ABSTRAK Karya ilmiah ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Negara Hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum. Persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakta hukum dalam suatu perkara tindak pidana adalah bagian proses penegakan hukum pidana yang tidak dapat diketegorikan mudah dan sederhana. Para penegak hukum
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUUXIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan I. PEMOHON Muhamad Zainal Arifin Kuasa Hukum Heru Setiawan, Novi Kristianingsih, dan Rosantika Permatasari
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Analisis Yuridis Putusan Hakim Praperadilan Mengenai Penetapan Status Tersangka Menurut Pasal 77 Kuhap Jo Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-VIII/2014 tentang Perluasan
Lebih terperinciMANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu
MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang
Lebih terperinciJURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN
JURNAL TUNTUTAN GANTI KERUGIAN AKIBAT TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MELALUI PROSES PRAPERADILAN Diajukan Oleh: HENDRA WAGE SIANIPAR NPM : 100510247 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum
Lebih terperinciKEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)
KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA) Oleh : Ni Made Ira Sukmaningsih Tjok Istri Putra Astiti Bagian Hukum Acara Fakultas
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUUXIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan I. PEMOHON Muhamad Zainal Arifin Kuasa Hukum Heru Setiawan, Novi Kristianingsih, dan Rosantika Permatasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para profesional hukum, seperti hakim, jaksa, advokat dan para yuris yang bekerja di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari macam-macam sudut. Para profesional hukum, seperti hakim, jaksa, advokat dan para yuris yang bekerja di pemerintahan,
Lebih terperinciAnalisis Yuridis Kedudukan Hakim Pemeriksa Pendahuluan Sebagai Upaya Pembaharuan Lembaga Praperadilan Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia
1 Analisis Yuridis Kedudukan Hakim Pemeriksa Pendahuluan Sebagai Upaya Pembaharuan Lembaga Praperadilan Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Devi Kartika Sari, Dr. Prija Djatmika, S.H.,M.S., Faizin
Lebih terperinciV. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra
90 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim
Lebih terperinciBAB II PRAPERADILAN DITINJAU MENURUT KUHAP JO PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 21/PUU-XII/2014
BAB II PRAPERADILAN DITINJAU MENURUT KUHAP JO PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 21/PUU-XII/2014 A. Praperadilan Ditinjau Dari KUHAP Kebebasan dan kemerdekaan adalah suatu hak istimewa dan harus dipertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penegak hukum yang diberi tugas dan wewenang melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai Pasal 30 ayat 1(d)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan tugas sehari-hari dikehidupan masyarakat, aparat penegak hukum (Polisi, Jaksa dan Hakim) tidak terlepas dari kemungkinan melakukan perbuatan
Lebih terperinci1. Pendahuluan. Serat Acitya Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang ISSN : , Vol. 4 No. 3, 2015
KAJIAN TENTANG PRAPERADILAN DALAM HUKUM PIDANA S. Wulandari, SH.MHum.MKn sriwulan_@yahoo.co.id Program Studi Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Abstrak Eksistensi dan kehadiran praperadilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urgensi Praperadilan Praperadilan yang dimaksudkan di sini dalam pengertian teknis hukum berbeda dengan pemahaman umum yang seakan-akan itu berarti belum peradilan (pra:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praperadilan merupakan lembaga yang lahir untuk mengadakan tindakan pengawasan terhadap aparat penegak hukum agar dalam melaksanakan kewenangannya tidak menyalahgunakan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah memeriksa dan memutus permohonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) tidak berdasar kekuasaan belaka (machstaat), seperti yang dicantumkan dalam pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan
Lebih terperinciTinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan 1 Ahmad Bustomi, 2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Hal ini berarti bahwa Republik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana 1. Hakim dan Kewajibannya Hakim dapat diartikan sebagai orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau mahkamah.
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA Hukum formal atau hukum acara adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ditinjau dari hal-hal yang baru dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditinjau dari hal-hal yang baru dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), tergambar jelas bahwa KUHAP sangat menjunjung tinggi hakhak asasi manusia terutama
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan
78 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan tuntutan ganti kerugian akibat tidak sahnya penangkapan dan penahanan melalui proses praperadilan, maka dapat
Lebih terperinciGANTI RUGI ATAS KESALAHAN PENANGKAPAN, PENAHANAN PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh: David Simbawa 2
GANTI RUGI ATAS KESALAHAN PENANGKAPAN, PENAHANAN PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh: David Simbawa 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi alasan ganti kerugian
Lebih terperinciRINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN
RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN Diajukan oleh: JEMIS A.G BANGUN NPM : 100510287 Program Studi Program Kekhususan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajuan permohonan perkara praperadilan tentang tidak sahnya penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam sidang praperadilan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga negara bersama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI PRAPERADILAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA
BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI PRAPERADILAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA 1. Latar Belakang Terbentuknya Praperadilan Dalam KUHAP Kebebasan dan kemerdekaan adalah suatu hak istimewa dan harus dipertahankan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. Sebagai Negara hukum
BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. Sebagai Negara hukum Indonesia mempunyai kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hukum pidana yang tergolong sebagai hukum publik berfungsi untuk melindungi kepentingan orang banyak dan menjaga ketertiban umum dari tindakan tindakan warga
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS PRAPERADILAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN DENGAN ALASAN POLRES SUKOHARJO TIDAK MENERIMA. LAPORAN DARI PEMOHON (No.03/Pid/Pra/2008/PN.
ANALISIS YURIDIS PRAPERADILAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN DENGAN ALASAN POLRES SUKOHARJO TIDAK MENERIMA LAPORAN DARI PEMOHON (No.03/Pid/Pra/2008/PN.Skh) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan I. PEMOHON 1. Damian Agatha Yuvens 2. Rangga Sujud Widigda 3. Anbar Jayadi 4. Luthfi Sahputra 5. Ryand, selanjutnya disebut Para Pemohon.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hukum acara pidana merupakan perangkat hukum pidana yang mengatur tata cara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum acara pidana merupakan perangkat hukum pidana yang mengatur tata cara penegakan hukum pidana materiil, artinya apabila terjadi pelanggaran hukum pidana materiil,
Lebih terperinciPRAPERADILAN SEBAGAI KEWENANGAN TAMBAHAN PENGADILAN NEGERI PRETRIAL COURT AS ADDITIONAL POWERS
PRAPERADILAN SEBAGAI KEWENANGAN TAMBAHAN PENGADILAN NEGERI PRETRIAL COURT AS ADDITIONAL POWERS Tri Wahyu Widiastuti Endang Yuliana S Fakultas Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK Wewenang Pengadilan Negeri dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tersebut, khususnya mengenai kepentingan anak tentunya hal ini perlu diatur oleh
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Perlindungan Anak Sebuah Masyarakat yang di dalamnya memiliki individu yang mempunyai kepentingan yang tidak hanya sama tetapi dapat bertentangan, untuk itu diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjamin perlindungan hak azasi manusia dan agar para aparat penegak hukum menjalankan tugasnya secara konsekuen, maka KUHAP membentuk suatu lembaga baru yang
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus
KAJIAN HUKUM TERHADAP PROSEDUR PENANGKAPAN OLEH PENYIDIK MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1981 1 Oleh: Dormauli Lumban Gaol 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah prosedur
Lebih terperinciNILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1
NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1 Abstrak: Nilai yang diperjuangkan oleh hukum, tidaklah semata-mata nilai kepastian hukum dan nilai kemanfaatan bagi masyarakat, tetapi juga
Lebih terperinciJAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta
JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP Oleh : LBH Jakarta 1. PENGANTAR Selama lebih dari tigapuluh tahun, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau KUHAP diundangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan Undang-undang Dasar 1945 membawa perubahan yang sangat mendasar ke dalam kehidupan negara hukum Indonesia, di antaranya adanya pengakuan hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum diserahkan kepada aparat penegak hukum yang meliputi: kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. PENYITAAN SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN 1 Oleh: Arif Salasa 2
PENYITAAN SEBAGAI OBJEK PRAPERADILAN 1 Oleh: Arif Salasa 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang praperadilan menurut hukum acara pidana dan bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang bersifat tidak tertulis, merupakan pedoman bagi setiap individu tentang bagaimana selayaknya berbuat
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006 I. PEMOHON : MAYOR JENDERAL (PURN) H. SUWARNA ABDUL FATAH bertindak selaku perorangan atas
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI PERANAN DAN FUNGSI PRAPERADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
JURNAL SKRIPSI PERANAN DAN FUNGSI PRAPERADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA Disusun oleh: ABI HIKMORO NPM : 09 05 10212 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian
Lebih terperinciGUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN
GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN SEBAGAI UPAYA PAKSA DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA 1 Oleh : Hartati S. Nusi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana alasan penangkapan
Lebih terperinciPraperadilan Sebagai Upaya Hukum Bagi Tersangka
Praperadilan Sebagai Upaya Hukum Bagi Tersangka Tumian Lian Daya Purba Faculty Of Law, Cenderawasih University Jl. Kamp Wolker, Waena, Jayapura, 99358, Papua Indonesia Tel./Fax : +62-967-585470 E-mail:
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUndang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana
Undang Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang : Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal : 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA) Sumber : LN 1981/76;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1989), hal.1. Presindo, 1986), hal.1. Universitas Indonesia. Lembaga hakim..., Ervan Saropie, FHUI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan hukum. Ungkapan ini pertama kali dicetuskan oleh Cicero sebagai ubi cocietas ibi ius dalam bahasa Latin, yang berarti dimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat bermacam-macam definisi Hukum, menurut P.Moedikdo arti Hukum dapat ditunjukkan pada cara-cara
Lebih terperinci1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara
1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana 2. PRAPERADILAN ADALAH (Ps 1 (10)) wewenang pengadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu realita, bahwa proses sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, tidak dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam masyarakat. Proses
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan I. PEMOHON Raja Bonaran Situmeang Kuasa Hukum Dr. Teguh Samudera, SH., MH.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari sebuah kebudayaan yang didasarkan pada pikiran, akal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Hukum dibuat untuk ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat.hukum merupakan produk dari sebuah kebudayaan yang didasarkan pada pikiran, akal budi, kearifan dan keadilan.
Lebih terperinciHukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1
Hukum Acara Pidana Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1 Topik Landasan Hukum Asas Hukum Acara Peradilan Pidana Kewenangan Pengadilan Pemeriksaan Pembuktian Putusan Pengadilan
Lebih terperinci9/13/2012 8:29 AM Ngurah Suwarnatha 1
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA Sebagaimana hukum pidana materiii, hukum pidana formil atau hukum acara pidana juga memiliki asasasas yang menurut Mark Constanzo dengan asas-asas yang abstrak sifatnya terhadap
Lebih terperinciLATAR BELAKANG MASALAH
LATAR BELAKANG MASALAH Tindak pidana korupsi di Indonesia saat ini tidak semakin berkurang, walaupun usaha untuk mengurangi sudah dilakukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk menekan tindak pidana korupsi
Lebih terperinciBAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti
BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA 1. Wewenang Jaksa menurut KUHAP Terlepas dari apakah kedudukan dan fungsi Kejaksaan Republik Indonesia diatur secara eksplisit atau implisit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa Republik Indonesia ialah negara hukum yang demokratis berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang
BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK TERSANGKA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 Perubahan Ketiga. Menurut Penjelasan Umum Undang- Undang
Lebih terperinciPENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak
PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D 101 10 523 Abstrak Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bukti Permulaan yang Cukup Istilah kesalahan ( schuld) adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertian harfiah:fout. Kesalahan dalam hukum pidana berhubungan dengan pertanggungjawaban,
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SALAH TANGKAP DARI SUDUT PANDANG KUHAP 1 Oleh : Hatlyinsyanna Seroy 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana Pengaturan Kitab Undang-Undang
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal: 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1981 (8/1981) Tanggal: 31 DESEMBER 1981 (JAKARTA) Sumber: LN 1981/76; TLN NO. 3209 Tentang: HUKUM ACARA PIDANA Indeks: KEHAKIMAN.
Lebih terperinciBAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam
BAB V ANALISIS A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam Perkara No. 97/PID.PRAP/PN.JKT.SEL Setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014, maka penetapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pembaharuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana tersangka dari tingkat pendahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang merupakan Negara hukum yang tertuang pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut paham nomokrasi bahkan semenjak negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Paham nomokrasi adalah sebuah paham yang menempatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penahanan Tersangka Penahanan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 21 KUHAP adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PRAPERADILAN DALAM PROSES HUKUM PERKARA PIDANA
BAB II PENGATURAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG PRAPERADILAN DALAM PROSES HUKUM PERKARA PIDANA A. Sejarah Pengaturan Praperadilan Lembaga praperadilan lahir dari inspirasi yang bersumber dari adanya hak
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hukum tertulis yang berlaku di Indonesia mendapat pengaruh dari hukum Barat, khususnya hukum Belanda. 1 Pada tanggal 1 Mei 1848 di negeri Belanda berlaku perundang-undangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar
15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Polri Melaksanakan tugas penegak hukum dapat terjadi Polisi melaksanakan pelanggaran HAM yang sebenarnya harus ditegakkan. Selama pelaksanaan tugas penegakan
Lebih terperinciPERMOHONAN PRAPERADILAN ATAS PENUNDAAN PELAKSANAAN PENETAPAN HAKIM DALAM PERKARA KESAKSIAN PALSU Desita Sari S.H dan Hesti Setyowaty
PERMOHONAN PRAPERADILAN ATAS PENUNDAAN PELAKSANAAN PENETAPAN HAKIM DALAM PERKARA KESAKSIAN PALSU Desita Sari S.H dan Hesti Setyowaty Demi kepentingan pemeriksaan suatu tindak pidana, undang-undang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tanggal 31 Desember 1981, Bangsa Indonesia telah memiliki Undangundang Hukum Acara Pidana karya bangsa sendiri, yaitu dengan diundangkannya Undang-Undang
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENANGGUHAN PENAHANAN DENGAN JAMINAN ORANG BERDASARKAN PASAL 31 KUHAP 1 Oleh : Nurul Auliani 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui siapa pejabat yang
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan I. PEMOHON 1. Ricky Kurnia Margono, S.H., M.H. 2. David Surya, S.H., M.H. 3. H. Adidharma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia terdapat ketentuan yang menegaskan bahwa Setiap orang berhak
Lebih terperinciMEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN
MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia oleh bangsa ini sudah mulai dilaksanakan sejak Indonesia merdeka. Pembaharuan hukum pidana yang diterapkan dan hendak dilaksanakan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 16/PUU-X/2012 Tentang KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 16/PUU-X/2012 Tentang KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI I. Pemohon 1. Iwan Budi Santoso S.H. 2. Muhamad Zainal Arifin S.H. 3. Ardion
Lebih terperinciBAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak
BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Tidak pidana korupsi di Indonesia saat ini menjadi kejahatan
Lebih terperincidengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia
Lebih terperinciJURIDICAL ANALYSIS PREPROSECUTION MATTER ABOUT DEMAND FOR REHABILITATION TO ILLEGAL ARREST AND RESTRAINT (Verdict Number : 01/Pid.PRA/2002/PN.
SKRIPSI ANALISIS YURIDIS PERKARA PRAPERADILAN TENTANG PERMINTAAN REHABILITASI TERHADAP TIDAK SAHNYA PENANGKAPAN DAN PENAHANAN (Putusan Nomor : 01/Pid.PRA/2002/PN.Spg) JURIDICAL ANALYSIS PREPROSECUTION
Lebih terperinciFungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak
Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh : Iman Hidayat, SH.MH Abstrak Fungsi penegakan hukum dalam rangka menjamin keamanan, ketertiban dan HAM. Dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan manusia. Salah satu unsur yang menyebabkan adanya perubahan dan perkembangan hukum adalah adanya ilmu pengetahuan,
Lebih terperinci