HALAMAN JUDUL UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HALAMAN JUDUL UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER SKRIPSI"

Transkripsi

1 HALAMAN JUDUL UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Disusun oleh YOSEF CAFASSO AMARA SEKAR PRABHADHANU NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 TITTLE PAGE WORK METHOD OF VERTIKAL AXIS WIND TURBINE TYPE OF WePOWER FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requerment to obtain Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering Written By YOSEF CAFASSO AMARA SEKAR PRABHADHANU Student Number : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016 ii

3 HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER Disusun oleh YOSEF CAFASSO AMARA SEKAR PRABHADHANU NIM: Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi Doddy Purwadianto, S.T., M.T. iii

4 HALAMAN PENGESAHAN UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER Dipersiapkan dan disusun oleh: NAMA : YOSEF CAFASSO AMARA SEKAR PRABHADHANU NIM : Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Pada tanggal 27 Januari 2016 Susunan Dewan Penguji Posisi Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Ir. P. K. Purwadi, M.T.. Sekretaris Budi Setyahandana, S.T., M.T.. Anggota Doddy Purwadianto, S.T., M.T.... Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Yogyakarta, 27 Januari 2016 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Dekan, Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si, M.Sc. iv

5 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, 10 November 2015 Penulis, Yosef Cafasso Amara Sekar Prabhadhanu v

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : Nama : Yosef Cafasso Amara Sekar Prabhadhanu NIM : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya bersedia memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah yang berjudul : Unjuk Kerja Kincir Angin Model WePOWER Beserta perangkat yang diperlukan. Demikian saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, dan mengelolanya di internet atau mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 10 November 2015 Yang menyatakan, Yosef Cafasso Amara Sekar Prabhadhanu vi

7 INTISARI Pada penelitian ini kincir angin yang digunakan adalah kincir angin dengan menggunakan poros vertikal, dengan mengadopsi model kincir angin WePOWER dengan jumlah bilahnya 4 buah, berbahan pipa PVC 8 inch. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui unjuk kerja dan karakterisiknya. Seperti : Pa (daya angin/p-in), Pe (daya elektrik/p-out), Koefisien Daya (Cp), serta Tsr (tip-speed ratio) dari kincir angin. Penelitian ini memiliki variasi, dengan sudut kemiringan pada bilah kincir. Setiap set kincir, masing masing menggunakan kemiringan bilah 25º, 30º, dan 35º. Dan pada setiap set kincir angin ini juga menggunakan variasi potongan bilah kincir yang berbeda. Yaitu dengan sudut lengkung : 100º, 135º, dan 165º. Pada saat pengujian di dalam Wind Tunnel digunakan setting kecepatan angin 7 m/s, 6,5 m/s, dan 6 m/s setiap delapan kali pengambilan datanya. Sebagai peralatan pendukung, digunakan 7 lampu dengan rangkaian paralel, setiap lampu berkapasitas 5 watt. Telah berhasil dibuat kincir angin dari bahan PVC ukuran 8 inchi dengan tiga variasi pemotongan bilah dengan sudut 100, 130, dan 165 dengan variasi letak posisi sudunya 25, 30, dan 35 dalam model kincir yang sama. Kincir angin dengan sudut potong 100 menghasilkan daya elektrik maksimal 1,33 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,298 pada (tsr) 0,291. Kincir dengan sudut potong 130 menghasilkan daya elektrik 1,60 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,359 pada (tsr) 0,321. Kincir dengan sudut potong 165 menghasilkan daya kincir 1,39 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,313 pada (tsr) 0,346. Kata Kunci : Kincir angin poros vertikal, WePOWER, VAWT, karakteristik kincir angin, tip-speed ratio, Coefisien Power. vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kemurahan hati yang dilimpahkan-nya sehingga saya mampu menyusun Skripsi, dan studi dengan hasil yang cukup. Dengan Judul Skripsi Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Vertikal Model WePOWER." Penyusunan Skripsi ini tentuberat, namun dengan jerih payah serta bantuan, bimbingan, dan saran yang membangun dari berbagai pihak, saya mampu menyelesaikanya. Dengan kerendahan hati, saya menyampaikan terima kasih kepada : 1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma. 3. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. 4. Hadrianus Edy Suharyo dan Paulina Maria Srimaryati, selaku orang tua saya, kedua saudara saya Prabhadamar dan Prabhadatu yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga terselesaikan skripsi ini. 5. Tan Dina Septiana sebagai kekasih dan sahabat istimewa saya yang bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dan memberikan saran-saran yang membangun bagi saya. viii

9 6. Rekan saya Andreas Paulus yang turut serta membantu dalam proses pengerjaan alat dan pengambilan data. 7. Seluruh dosen beserta Staff Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. 8. Teman-teman Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga dengan naskah Skripsi yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat bagi penerapan teknologi tepat guna bagi masa depan yang lebih baik serta menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa maupunn pembaca lainya dalam menciptakan inovasi dibidang teknologi terbarukan. Ketidaksempurnaan naskah ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus belajar. Saya mohon maaf apabila terdapat informasi yang tidak lengkap dalam naskah ini. Yogyakarta, 10 November 2015 Penulis, ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITTLE PAGE... ii HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...iii HALAMAN PENGESAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v INTISARI... vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI... x BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 BAB II... 9 DASAR TEORI Konsep Terbentuknya Angin Faktor Pendukung Proses Terjadinya Angin... 9 Faktor faktor yang menjadi pendukung proses terjadinya angin meliputi: Kincir Angin Turbin Angin Sumbu Vertikal Turbin Angin Sumbu Horizontal Rumus Perhitungan Energi Angin Perhitungan Torsi x

11 2.3.3 Daya Kincir Angin Daya Listrik yang Dihasilkan Tip Speed Ratio Koefisien Daya Kincir Angin BAB III METODE PENELITIAN Persiapan Perakitan Alat Daftar Bahan dan Peralatan pada Penelitian Variabel Penelitian Variabel yang Diukur Parameter yang Dihitung Langkah Penelitian BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengambilan Data Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir Proses Pengolahan Data Perhitungan daya yang tersedia dalam angin Perhitungan Daya Listrik yang Dihasilkan Perhitungan Tip Speed Ratio (TSR) Perhitungan Koefisien Daya (Cp) Hasil dan Pembahasan xi

12 4.3.1 Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir Grafik Hasil Perhitungan Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami, seperti cahaya matahari, angin, hujan, arus pasang surut, dan panas bumi, yang terbarui atau secara alami dapat muncul kembali setelah dipergunakan. Ketika dibandingkan dengan proses produksi energinya, terdapat perbedaan mendasar antara energi terbarukan dengan bahan bakar fosil. Proses produksi bahan bakar fosil sulit dan membutuhkan proses dengan peralatan, proses fisik dan kimia yang rumit. Di lain hal, energi alternatif dapat diproduksi dengan peralatan dasar dan proses alam yang sangat mendasar. Telah dicetuskan pada 13 Desember 1957 oleh Perdana Mentri Indonesia Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, deklarasi mengenai perbatasan laut Indonesia dan laut sekitar, diantara dan didalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Indonesia sendiri manganut prinsip-prinsip negara kapulauan sehingga laut-laut antar pulau pun merupakan wilayah milik NKRI. Selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang wilayah Perairan Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari pulau. Indonesia terletak pada koordinat 6 LU LS dan dari 95 BB BT. Wilayah Indonesia terbentang mill diantara Samudra Hindia -dan Samudra Pasifik. Luas Daratan Indonesia Mencapai km 2 1

14 sedangkan luas perairannya mencapai km 2. Secara keseluruhan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang didunia yakni km yang merupakan 14% dari garis pantai dunia. Dengan garis pantai km Indonesia memiliki kecepatan angin rata-rata 3 hingga 5 m/s. Mengacu pada data Kementrian ESDM, total potensi energi angin di Indonesia diperkirakan mencapai 9GW. Hal ini merupakan potensi besar jika dimanfaatkan untuk memanen energi guna ketahanan energi nasional. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan General Electric (GE) pada Juni tahun 2013 lalu menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi, sekaligus sebagai konsumen energi terbesar di kawasan ASEAN. Selama 10 tahun ke depan, permintaan akan energi di Indonesia diproyeksikan akan meningkat 7% per tahunnya. Berdasarkan catatan, Indonesia menggunakan bahan bakar fosil sebesar hampir 70% dari total energi primer, dan 84% dari total bahan bakar pembangkit listrik. (Sumber: ) Gambar 1 : Peta potensi angin di Indonesia (Sumber: A Compendium of Wind Energi Maps, Asia-Pasific) 2

15 Tabel 1. Data angin yang telah dihimpun oleh Pusat Meteorologi dan Geofisika tentang daerah yamg mempunyai kecepatan angin rata-rata 3.5 m/s atau lebih. No Nama Daerah Kecepatan Rata-rata angin (m/s) Masa Bertiup Angin, 4.0 m/s (%) 1 Blang Bintang 3,50 42,6 2 Tanjung Pinang 3,75 62,5 3 Tanjung Pandang 4,35 75,0 4 Pondok Betung 3,70 25,0 5 Margahayu 4,30 90,0 6 Rendole/Pati 5,30 84,8 7 Semarang 3,90 51,3 8 Iswahyudi 5,15 95,5 9 Kalianget 4,15 65,6 10 Denpasar 4,03 59,5 11 Pasir Panjang 4,95 66,7 12 Kupang/Penfui 5,75 78,6 13 Waingapu 3,65 32,7 Sumber : Pusat Meteorologi dan Geofisika, 2000 Jika di Indonesia masih sangat tergantung pada penggunaan energi fosil maka akan mengalami krisis energi yang mana hal ini juga akan berdampak bagi perekonomian masyarakat Indonesia. Maka diperlukan 3

16 optimalisasi pemanfatan energi alternatif yang terbarukan dengan kemudahan instalasi, perawatan dan biaya yang relatif kecil. Pertumbuhan ekonomi, dengan perkembangan jumlah penduduk yang memiliki beragam kebutuhan akan berdampak pada kebutuhan energi listrik. Meningkatnya kebetuhan akan energi listrik dikarenakan adanya perkembangan teknologi yang terus meningkat dan banyaknya konsumen dari peralatan elektronik. Di Indonesia memiliki potensi angin yang cukup untuk perkembangan energi alternatif. Dengan menggunakan kincir angin sebagai alat pengkonversi energi angin menjadi energi listrik ataupun mekanik dapat menjadi solusi untuk pengganti energi fosil. Untuk instalasi yang mudah dan memiliki efektivitas kinerja, serta biaya perawatan yang relatif murah tentu bergantung pada desain kincir tersebut. Maka kincir ngin harus memiliki desain yang baik dan sudah melalui tahap uji yang memenuhi kriteria penelitian sebelum proses produksi untuk menekan biaya pembuatanya. Model kincir angin yang akan diteliti adalah kincir angin poros vertikal model WePOWER dengan jumlah sudu 4. Berbahan papan triplek dan sudu dari pipa PVC dengan potongan dan kemiringan yang berfariasi. Dalam pengujian kincir angin model WePOWER ini menggunakan variasi, 3 macam potongan bilah kincir dari 100, 135, dan 165 dengan tata letak bilah kincir yang bervariasi 25, 30, dan 35. 4

17 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian alat ini adalah sebagai berikut. 1. Pemanfaatan energi angin yang relatif murah dan mudah dalam aplikasinya. 2. Penggunaan kincir angin model WePOWER dapat diaplikasikan dengan kecepatan angin yang rendah. 3. Guna mendapatkan efisiensi maksimal diperlukan kincir angin proros vertikal, sebagai alat konversi energi angin menjadi energi mekanis atau listrik. 4. Guna memenuhi kebutuhan energi alternatif yang memenuhi persyaratan ramah lingkungan. 5. Perancangan kincir angin yang memiliki torsi besar dan dapat tetap berfungsi dalam kecepatang angin rendah. 6. Membuat dan menguji kemampuan kincir angin model WePOWER untuk mengetahui unjuk kerja alat ini, agar dapat mengetahui kekurangan dalam kinerjanya. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dijelaskan pada poin-poin dibawah ini. 1. Membuat kincir angin model WePOWER dengan diameter 45 cm, varian besar sudutnya 25,30, dan 35 dengan penempatan posisi sudu yang berbeda terhadap arah datangnya angin. 5

18 2. Memperoleh data karakteristik dari kincir angin menurut koefisien daya kincir (Cp) dengan tip speed ratio (tsr). 3. Mengetahui besarnya daya terbaik yang dihasilkan kincir angin poros vertikal model WePOWER terbuat dari bahan triplek dengan tebal 6mm dengan diameter kincir 45 cm. Sudunya menggunakan potongan pipa PVC 8 inch dipotong dengan variasi 100, 135, dan Mengetahui besarnya daya yang dihasilkan oleh kincir, koefisien daya dan pengaruh dari pemasangan sudu dengan kemiringan 25, 30, dan Batasan Penelitian Pada skripsi ini akan diteliti kincir angin model WePOWER dengan jumlah sudu 4 namun menggunakan 3 jenis sudut potong yang berbeda. Dipilihnya kincir angin model WePOWER ini dikarenakan penulis ingin mengetahui keluaran daya maksimal dari model ini, melalui posisi sudut yang berbeda dengan proses pembebanan dengan menggunakan lampu. Agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa mengalami kesulitan, diberikan beberapa batasan masalah sebagai berikut: Sebagai informasi tentang unjuk kerja kincir angin poros vertikal model We- Power yang berbahan triplek dan pipa PVC. 1. Penelitian ini dibatasi pada perhitungan daya, dan koefisien daya kincir yang dihasilkan dari variasi ukuran sudu, diameter kincir 45 cm, 6

19 kecepatan angin, dan penempatan posisi sudu dengan 3 arah yang berbeda terhadap arah datangnya angin. 2. Penelitian kincir angin poros vertikal model WePOWER terbuat dari bahan triplek dengan tebal 6mm dengan diameter kincir 45cm. Sudunya menggunakan potongan pipa PVC 8 inch dipotong dengan variasi sudut 100, 135, dan 165. Kemudian menggunakan variasi kemiringan 25, 30, Pembebanan menggunakan motor sepeda listrik yang dihubungkan langsung ke lampu. Jumlah lampu yang digunakan ada 7 buah. 4. Data yang diambil meliputi : kecepatan angin, putaran poros kincir, dan beban daya lampu. 5. Penelitian dilakukan pada terowongan angin di Lab Konversi Energi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diberikan penulis kepada masyarakat adalah sebagai berikut. 1. Sebagai informasi tentang unjuk kerja kincir angin sumbu vertikal model WePOWER berdasarkan varian yang telah diuji. 2. Memberikan dukungan pada perkembangan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan. 3. Sebagai sarana menerapkan ilmu pengetahuan dan teori yang didapat selama di universitas. 7

20 4. Menjadi referensi pustaka bagi peneliti-peneliti lain yang hendak meneliti dan mengembangkan pada bidang energi angin menggunakan alat konversi energi kincir angin poros vertikal. 8

21 BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Terbentuknya Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang bertekanan rendah atau daerah yang memiliki temperatur rendah ke daerah bertemperatur tinggi. Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena wilayah yang terpapar sinar matahari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dibandingkan daerah lain dan disekitarnya. Sehingga, menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin dapat juga ditimbulkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara disekitarnya untuk bergerak ke tempat lain. Telah dipahami bahwa udara yang bergerak / angin memiliki energi kinetik. Oleh karena itu, kincir atau turbin angin digunakan sebagai alat konversi energi angin. Tenaga angin menunjuk kepada pengumpulan energi yang berguna dari angin Faktor Pendukung Proses Terjadinya Angin Faktor faktor yang menjadi pendukung proses terjadinya angin meliputi: a) Gradien Barometris, yaitu bilangan yang memnunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111km. Semakin besar gradien barometrisnya, maka akan semakin kencang tiupan anginnya. b) Lokasi kecepatan angin dekat dengan garis katulistiwa lebih kenccang dibanding dengan yang jauh dari garis katulistiwa. 9

22 c) Tinggi lokasi, semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gesek yang menghambat laju udara. Untuk dapat memanfaatkan energi angin tersebut perlu diketahui kriterianya dari berbagai macam jenis angin sebagai berikut : a. Angin Pasat Angin pasat adalah angin yang bergerak dari daerah maksimum (daerah sedang) menuju daerah minimum (khatulistiwa) secara terus menerus. Hal ini terjadi karena penyinaran matahari di daerah khatulistiwa yang tinggi sepanjang tahun sehingga tekanan udaranya minimum. Sebaliknya, di daerah sedang hingga kutub, penyinaran matahari tidak sepanjang tahun sehingga tekanan udaranya maksimum. Gambar : 2.1 Gambaran Pola Aliran Angin Global ( Sumber : 10

23 Gambar : 2.2 Skema angin pasat. (Sumber: 8tbm=isch&prmd ) b. Angin Muson Angin muson atau angin musim adalah angin yang bergerak terusmenerus selama setengah tahun ke arah yang sama dan setengah tahun berikutnya berganti arah, yaitu bergerak dari arah yang berlawanan dengan arah sebelumnya. Angin musim terjadi sebagai akibat dari gerakan semu tahunan matahari yang memengaruhi tekanan udara. Pada bulan Oktober-Maret, matahari berada di sebelah selatan belahan bumi (Australia) dan pada April-September matahari berada di sebelah utara belahan bumi (Asia). Bila matahari sedang berada di belahan selatan bumi maka tekanan udaranya rendah, sedangkan di belahan utara bumi, tekanan udaranya 11

24 tinggi sehingga terjadilah gerakan massa udara dari Asia ke Australia yang disebut angin musim barat. Gambar 2.3 (a) Angin Muson Barat, (b) Angin Muson Timur. Jika matahari di belahan Australia (selatan bumi) maka jenis anginnya disebut angin musim barat dan bila matahari di belahan Asia (utara bumi) maka jenis anginnya disebut angin musim timur. Kedua angin musim ini sangat memengaruhi pola angin di Indonesia. c. Angin Lokal Angin lokal adalah gerakan udara atau angin yang terjadi / bertiup secara lokal di muka bumi, seperti angin fohn, angin siklon, angin darat dan angin laut, serta angin lembah dan angin gunung. 12

25 d. Angin Fohn Angin fohn atau angin terjun adalah angin yang pada awalnya banyak membawa hujan pada lereng pegunungan ketika angin itu mendaki atau naik mengikuti lereng pegunungan. Setelah mencapai puncak pegunungan, angin tersebut menuruni lereng di seberangnya. Pada saat itu, angin tidak mengandung uap air atau kering yang kemudian menyebabkan naiknya suhu udara, setiap turun 100m udara naik 1 C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan dapat merusak. Gambar 2.4 (Sirkulasi angin fohn). e. Angin Siklon Jika di suatu tempat terdapat tekanan minimum dikelilingi oleh tekanan maksimum, terjadilah angin yang memusat sambil berputar. 13

26 Gambar 2.5 Siklus Angin Siklon Angin ini disebut angin taifun atau angin siklon tropik. Angin taifun atau siklon tropik banyak terjadi di atas laut pada daerah sekitar lintang 10º LU ke utara dan 10ºLS ke selatan. Indonesia terletak di daerah lintang kecil sehingga Indonesia bebas dari pengaruh buruk siklon tropik. f. Angin Darat dan Angin Laut Pada malam hari, energi panas yang diserap permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan (udara dingin). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses pelepasan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebapkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik ke lautan sehingga terjadi aliran udara dari darat ke laut. Itulah yang disebut angin darat (the land breeze). Sedangkan angin laut (the sea breeze) terjadi ketika pada menjelang sore hari, daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan daripada di laut. Mengakibatkan udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat. 14

27 Gambar 2.6 (Sirkulasi angin darat terjadi pada malam hari.) Gambar 2.7 Sirkulasi angin laut terjadi pada siang hari. ( Sumber : ) g. Angin Lembah dan Angin Gunung Tidak jauh berbeda dengan angin darat dan angin laut, pada siang hari berembus angin lembah, yaitu angin yang berembus dari lembah ke puncak pegunungan. Sebaliknya, pada malam hari berembus angin gunung, yaitu angin yang berembus dari puncak ke lembah. 15

28 Gambar 2.8 valley and mountain breeze. (Sumber : dan Pada malam hari, daratan tinggi puncak gunung / diatas lereng gunung menjadi dingin secara cepat akibat dari kehilangan radiasi matahari. Maka, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah. Disebut juga arus Katabatik (catabatik flows). Sedangkan Angin Lembah terjadi pada siang hari, lereng gunug mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang diterima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara diatas lereng 16

29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gunung. Karena itu udara lereng guunung menjadi labil dan cenderung naik ke lereng gunung. Hal ini disebut juga arus Anabatik (anabatic flows). 2.2 Kincir Angin Kincir angin / turbin angin merupakan sebuah alat pengkonversi dari energi gerak (kinetik) kedalam energi listrik. Putaran pada poros ini kemudian dapat digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat. Pada awalnya kincir angin dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani melakukan penggilingan padi, gandum, juga keperluan irigasi, dll. Kincir angin terdahulu dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa juga Amerika yang lebih dikenal dengan nama Windmill. Melalui perkembangan ilmu dan teknologi, kini angin menjadi energi terbarukan dan kincir angin lebih banyak dipakai untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dengan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Dan banyak negara termasuk di Indonesia sendiri melakukan pengembangan dalam teknologi angin. Walaupun hingga saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional seperti : PLTD, PLTU, PLTN, dan lain-lain. Perhitungan daya yang mampu dihasilkan untuk sebuah turbin angin dengan diameter sudu adalah : dimana adalah kerapatan angin pada waktu tertentu dan adalah kecepatan angin tertentu. Pada umumnya daya efektif yang dapat dipanen dari sebuah turbin angin sebesar 20% hingga 30%. 17

30 Prinsip dasar kerja turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari pergerakan rotor yang memutar motor / generator yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Namun, diperlukan berbagai macam sub-sistem yang dapat meningkatkan keamanan dan efisiensi dari turbin angin tersebut. Desain turbin angin yang ada saat ini terbagi menjadi dua macam berdasarkan posisi sumbunya, dibedakan menjadi turbin angin sumbu horizontal (TASH) dan turbin angin sumbu vertikal (TASV). Dalam penelitian ini akan mengamati karakteristik dan mengembangkan turbin angin sumbu vertikal Turbin Angin Sumbu Vertikal Turbin angin jenis ini mampu menerima angin dari segala arah, selain itu mampu bekerja pada angin berkecepatan rendah. Turbin ini memiliki efisiensi yang kecil dibandingkan turbin angin sumbu horizontal. Ada berbagai jenis TASV yang sering digunakan diantaranya adalah Tipe Savonius, Darrieus, dan tipe H- Rotor. 18

31 a. Turbin Angin Savonius Tipe Savonius diciptakan oleh seorang insinyur Finlandia yaitu, Sigurd Johanes Savonius pada tahun Kincir angin ini merupakan model yang paling sederhana dan menjadi versi besar dari anemometer. Kincir angin Savonius dapat berputar karena adanya gaya dorong angin, sehingga putaran rotorpun tidak akan melebihi kecepatan angin. Meskipun daya koefisien untuk turbin angin bervariasi antara 30% sampai 45%, menurut banyak peneliti untuk model Savonius biasanya tidak lebih dari 25%. Jenis turbin ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah dan biasanya digunakan pada kecepatan angin yang berbeda. (Sumber : ) Dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan 2.10 adalah kutipan skema laju aliran fluida / angin pada inci angin model Savonius yang digambar oleh SJ Savonius pada tahun

32 Gambar 2.9 Aliran fluida / angin pada Savonius (by Savonius) Gambar 2.10 Aliran fluida / angin pada Savonius (by Savonius) 20

33 Gambar 2.11 Profile of shapes Alt Rich Savonius was experimenting (by savonius) Gambar 2.12 Varian of rotor with wich Savonius was experimenting (by savonius) b. Turbin Angin Darrieus Tipe Darrieus diciptakan oleh seorang insinyur Perancis yaitu, George Jeans Maria Darrieus yang dipatenkan pada tahun Beliau memiliki 2 bentuk turbin yang digunakan diantaranya adalah Eggbeater / Curved Bladed dan Straightbladed TASV. Sketsa dari kedua variasi konsep Darrieus ditunjukan pada gambar dibawah. 21

34 Gambar 2.13 Darrieus Eggbeater / Curved Bladed. Gambar 2.14 Straightbladed / H-rotor concept. Kincir angin Darreius TASV memiliki bilah sudu yang dirancang dengan posisi yang sejajar / simetris yang diatur relatif terhadap poros. 22

35 Dalam posisi ini cukup efektif pada saat menangkap angin dari berbagai arah. Berbeda dengan model milik Savonius, kincir Darrieus Eggbeater / Curved Bladed bergerak dengan memanfaatkan gaya angkat / drag lift yang terjadi saat angin bertiup. Bilah sudu turbin bergerak berputar mengelilingi sumbu. c. Turbin Angin H-rotor Tipe H-rotor ditunjukan pada gambar 2.14 di atas, dikembangkan di Inggris melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 1970 hingga 1980an. Diuraikan bahwa mekanisme yang digunakan pada bentuk bilah lurus (straight-bladed) Darrieus TASV tidak diperlukan, ternyata ditemukan efek hambatan yang dihasilkan dari sebuah pisau bilah akan membatasi kecepatan aliran angin. Olehkarena itu, H-rotor akan mengatur semua kecepatan angin untuk dapat mencapti kecepatan putaran optimalnya. Gambar 2.15 Darrieus Cruve Bladed in Magdalena Island, Columbia. 23

36 d. Turbin Angin WePOWER / WePOWER Eco Turbin angin jenis ini merupakan salah satu dari 7 turbin angin terbaik dunia. Turbin angin ini merupakan perkembangan dari teknologi paling baru di abad ini. Turbin jenis ini menggunakan sistem yang minim polusi, penyeimbang energy yang sangat baik, tidak menimbulkan suara bising, ramah lingkungan, pemaasangan yang mudah, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat terlihat oleh burung, sehingga tidak menggangu dari kinerja turbin ini, dan mampu bekerja dengan baik pada kecepatan angin yang rendah. Pembuatnya mengklaim bahwa WePOWER akan sangat efektif bila diletakan dilahan pertanian, perumahan, dan atap gedung. Turbin ini telah dipublikasikan oleh WePOWER Eco Corp. sejak tahun Gambar 2.16 Vertical Axis Wind Turbine WePOWER 24

37 2.2.2 Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin angin dengan sumbu horizontal terbagi menjadi beberapa macam. Yaitu: a. Turbin Angin Propeller Turbin angin jenis ini memiliki poros rotaor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin yang sederhana, sedangkan turbin angin yang berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digabungkan dengan sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah putaran kincir yang pelan dapat berputar menjadi lebih cepat. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi dibelakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Setiap bilahnya dibuat kaku agar tidak melengkung atau terdorong kearah menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan bilah-bilah itu diberi jarak ruang tertentu dengan menara dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi mengakibatkan kerusakan pada struktur menara, dan realibilitas begitu penting, maka sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki masalah turbulensi, mesin downwind (mengikuti arah angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin dan disaat angin berhembus kencang, bilah-bilahnya dapat ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan angin dan dengan begitu dapat mengurangi resistensi angin dari bilah-bilah tersebut. 25

38 Gambar 2.17 Turbin angin propeller. Enercon E66 (kiri) dan Aerostar Wind Turbine (kanan). b. Dutch Windmill Dutch Windmill atau windmolen berasal dari negara Netherland, salah- satunya berada di desa Kinderdijk, Rotterdam. Kincir angin ini dibangun pada tahun Kincir angin Kinderdijk ini memiliki fungsi yang sama dengan (c) Cretan Sail Windmill, German. Yaitu berfungsi sebagai mekanisme penggilingan bijih gandum guna memproduksi tepung gandum. Namun, kincir angin kinderdijk memiliki fungsi utama sebagai mekanisme manajemen air. 26

39 c. Cretan Sail Gambar 2.18 Dutch windmolen, Kinderdijk 1740 (Sumber: (Sumber: Cretan Sail Windmill dibangun antara tahun Model ini merupakan model yang unik dan indah. Hampir seluruh komponennya berbahan kayu. Nama lain kincir ini adalah Jib Windmill karena memiliki layar segitiga yang terbuat dari kain kanvas. Awal ditemukannya pada abad ke 7 di daerah Mediterania merupakan kincir tradisional. 27

40 Gambar 2.19 Cretan Sail Windmil, German (Sumber: ) d. American Windmill American windmill awalnya merupakan kincir angin yang dirancang untuk memompa air tanah. Kincir angin model ini dibangun oleh Daniel Halladay di tahun Untuk model yang lebih besar, mekanisme kincir ini digunakan untuk membantu kebutuhan kerja seperti : Menggiling dan memecah benih padi/ gandum, juga menggergaji balok-balok kayu. Namun, penggunaan kincir ini lebih banyak sebagai pompa air kemudian air disimpan kedalam bejana besar (tankhouse) yang terletakn disisi kincir tersebut. Pada abad ke 19 28

41 bahan dasar besi mulai digunakan untuk menggantikan konstruksi sebelumnya yang berbahan kayu untuk bilah pisaunya (sudu). Gambar 2.20 American Windmill 29

42 2.3 Rumus Perhitungan Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Udara ini memiliki massa (m) dan kecepatan (v). Hal ini menunjukkan bahwa angin merupakan energi kinetik ( ). (1) yang dalam hal ini: : energi kinetik (Joule) m : massa udara (kg) v : kecepatan angin (m/s) Sedangkan daya adalah energi per satuan waktu, maka dari persamaan (1) dapat dituliskan : (2) yang dalam hal ini: : daya angin (watt) : massa udara yang mengalir dalam waktu tertentu (kg/s) Dimana : m = (3) 30

43 yang dalam hal ini : : massa jenis udara (kg/ ), besar massa jenis udara = 1,2 kg/ A : luas penampang melintang arus angin yang ditangkap oleh kincir ( ) Dengan menggunakan persamaan (3), maka daya angin ( ) dapat dirumuskan menjadi :, disederhanakan menjadi : (4) Bila diasumsikan besarnya massa jenis udara ( ) adalah 1,2 kg/, maka dari persamaan (4) dapat disederhanakan menjadi : (5) Perhitungan Torsi Torsi merupakan perkalian vektor antara jarak sumbu putar dengan gaya yang bekerja pada titik yang berjarak dari sumbu pusat. Yang dapat dirumuskan sebagai berikut. T = r.f (6) yang dalam hal ini : T : torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (Nm) F : gaya pada poros akibat puntiran (N) 31

44 r : jarak lengan ke poros (m) Daya Kincir Angin Daya kincir angin adalah daya yang dihasilkan oleh kincir angin karena adanya kerja yang dilakukan oleh sudu dengan cara mengkonversi energi kinetik menjadi energi listrik. Daya kincir angin berbeda dengan daya angin, sebab daya kincir angin dipengaruhi oleh koevisien daya angin. sebagai berikut. Perhitungan daya pada gerak melingkar pada umumnya dapat dituliskan = (7) yang dalam hal ini: : daya yang dihasilkan kincir (watt) T : torsi dinamis (Nm) : kecepatan sudut (rad/s) Jika pada kincir angin besarnya daya kecepatan sudut ( ) dirumuskan sebagai : (8) = kecepatan sudut = n (rpm) 32

45 = rad/s = Maka besarnya daya kincir berdasarkan persamaan (7) dapat dinyatakan dengan : (9) yang dalam hal ini : : daya poros kincir angin (Watt) T : torsi dinamis (Nm) n : putaran poros setiap menit (rpm) Dengan asumsi besarnya efisiensi generator ( ) adalah 0,8 sebagaimana telah disepakati, maka dari persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi: (10) Daya Listrik yang Dihasilkan 33

46 Diasumsikan ( ) efisiensi generator adalah 0,8 sebagaimana telah disepakati. Besarnya daya listrik yang dihasilkan generator dapat dinyatakan dengan: (11) yang dalam hal ini: : daya listrik yang dihasilkan (Watt) : Arus listrik (Ampere) V : Tegangan (Volt) Tip Speed Ratio Tip speed ratio (tsr) merupakan perbandingan antara kecepatan linear pada ujung sudu kincir angin dengan kecepatan angin sebelum melewati sudu kincir. Besarnya tsr dapat dirumuskan sebagi berikut: (12) yang dalam hal ini : : diameter kincir (m) : putaran poros kincir tiap menit (rpm) : kecepatan angin (m/s) 34

47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Koefisien Daya Kincir Angin Daerah sapuan oleh kincir angin / swept area dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : Gambar 2.20 Perhitungan daerah sapuan angin / swept area. Maka digunakan rumus : A : swept area / daerah sapuan angin. W : width / lebar (cm) H : height / tinggi (cm) Koefisien daya (Cp) merupakan perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir ( ) dengan daya yang disediakan oleh angin ( ). Pada kenyataanya tidak dari 100% energi dapat diubah oleh sudu-sudu kincir menjadi gerak putar poros. Sehingga, perbandingan tersebut dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : 35

48 (13) yang dalam hal ini : : koefisien daya (%) : daya yang dihasilkan oleh kincir (watt) : daya yang dihasilkan oleh angin (watt) Penyelesaian lain untuk kasus ini, digunakan rumus berikut : (14) yang dalam hal ini : : koefisien daya (%) : daya yang dihasilkan oleh kincir (watt) : daya yang dihasilkan oleh angin (watt) : efisiensi generator 0,8 Melalui penelitian yang dilakukan oleh Albert Betz, koefisien daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh kincir angin sebesar 59,3% (Sumber: Wind Energi System by Dr. Gary L. Johnson). Angka ini disebut dengan Betz Limit. Teori ini mengklaim bahwa tidak mungkin desain suatu kincir jenis apapun, untuk mencapai angka efisiensi yang melebihi pada kisaran angka 59,3%. Karena desain 36

49 kincir terbaik pun tidak akan mampu menyerap seluruh energi kinetik yang tersedia pada aliran angin. WePOWER Gambar 2.16 Grafik hubungan koefisiensi daya dan tip speed rasio maksimal dari beberapa jenis kincir. (Sumber: Wind Energi System, by Dr. Gary L. Johnson) 37

50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Perakitan Alat Dalam perakitan kincir angin sumbu vertikal model WePOWER ini, diperlukan beberapa persiapan. Persiapan yang dibutuhkan antara lain adalah persiapan bahan-bahan yang akan digunakan, persiapan pendukung perakitan alat, dan persiapan alat penguji benda kerja itu sendiri. Persiapan bahan-bahan yang akan digunakan meliputi penentuan material dasar, membuat gambar rancangan tiap bagiannya, pembelian material yang dibutuhkan, dan menentukan jadwal perakitan. 3.2 Daftar Bahan dan Peralatan pada Penelitian Untuk bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kincir model WePOWER terdiri dari : 1. Pembatas Sudu Berbahan dasar triplek dengan ukuran diameter 45cm, memiliki ketebalan 6 mm, dan bebentuk lingkaran. Berjumlah 2 buah, untuk sisi atas dan bawah. Berfungsi sebagai alas dan atap kincir sekaligus penentu luas kincir angin. 2. Sudu/ Bilah Kincir Seperti pada umumnya, bilah berfungsi sebagai penangkap aliran angin yang datang melintasi kincir. Bahan yang digunakan 38

51 terbuat dari PVC 8 inci dipotong bervariasi dengan sudut 100, 135, dan 165. Panjang bilah 60cm kemudian ke-empat ujungnya dipasang pegangan dari alumunium sebagai penghubung pada alas dan atap kincir. 3. Handle Shaft Merupakan bagian yang berfungsi sebagai poros utama yang memiliki komponen pengunci yang menghubungkan sisi atas dan bawah terhadap poros. 4. Shok Merupakan komponen tambahan sebagai penghubung handle shaft terhadap bantalan. 5. Berring / bantalan Berfungsi sebagai bantalan dan dudukan komponen keseluruhan dari kincir angin dan poros agar mampu berputar dengan baik. 39

52 Sedangkan alat pendukung guna melakukan pengujian benda kerja dalam pengambilan data, meliputi : 1. Wind Tunnel / Lorong Simulasi Angin Sarana untuk mensimulasikan kecepatan angin yang akan mempengaruhi kerja kincir angin. 2. Fan Blower 40

53 Sebagai bagian pendukung dari lorong simulasi yang bekerja menghisap angin kemudian akan masuk kedalam lorong dan menggerakan kincir. 3. Anemometer Berfungsi untuk memonitor laju kecepatan angin yang masuk kedalam lorong simulasi. 41

54 4. Tachometer Berfungsi untuk mengetahui laju putaran pada poros sebagai data yang dibutuhkan. 5. Rangkaian Beban Lampu Rangkaian lampu sesuai gambar hanya digunakan 7 buah sebagai variasi pembebanan dalam pengujian kincir. 1 beban lampu = 10 watt. 42

55 6. Motor lisrik Mekanisme motor listrik sesuai pada gambar sebagai pembangkit listrik dan dihubungkan pada rangkaian lampu yang nantinya sebagai penghambat / mekanisme pengereman pada putaran kincir. 7. Multimeter Berfungsi untuk mengetahui nilai tegangan dan nilai arus listrik. 43

56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3.3 Variabel Penelitian 1. Variasi ukuran potong bilah kincir adalah : 100, 135, dan Variasi kemiringan sudut pada bilah kincir adalah : 25, 30, dan Variasi kecepatan angin yang diujikan adalah : 7m/s, 6,5m/s, dan 6m/s. 3.4 Variabel yang Diukur Variabel diukur mengacu pada tujuan dari penelitian ini, yaitu : Kecepatan angin (v) 2. Putaran kincir / poros (n) 3. Hambatan (A) 4. Tegangan listrik (V) Parameter yang Dihitung Parameter yang dihitung untuk mengetahui karakterisik kincir angin adalah : 1. Daya angin ( ) 2. Daya kincir ( 3. Koefisien daya ( 4. Tip speed ratio (tsr) ) ) Langkah pertama dalam pengambilan data penelitian adalah memposisikan kincir angin sesuai pada gambar dibawah. Sambungkan paoros kincir angin pada bantalan dan generator dengan shok sebagai penghubung tambahan kedalam wind tunnel. 44

57 Gambar 3.1 Pemasangan kincir kedalam Win Tunnel. 3.6 Langkah Penelitian Pengambilan data dilakukan secara bersamaan dan untuk melihat karakteristik kincir angin ini meliputi beberapa tahapan yang perlu dilakukan, sebagai berikut. 1. Rangkaian lampu paralel disiapkan dan pastikan lampu tidak ada yang rusak/ mati. 2. Hubungkan kabel dari generator ke dalam rangkaian lampu, kemudian pasang multimeter sebagai alat untuk mengetahui nilai arus dan tegangan. 3. Pasang dan posisikan anemometer seperti pada gambar 3.2 untuk mmastikan kecepatan angin yang masuk kedalam wind tunnel. 45

58 Gambar 3.2 Pengaturan dan pemasangan anemometer 4. Saklar pada rangkaian lampu diposisikan pada posisi off semua terlebihdahulu, pengujian dilakukan hingga seluruh variasi yang diujikan. 5. Lakukan pengecekan ulang yang meliputi semua instalasi kincir angin hingga sambungan kabel dan rangkaian lampu. 6. Jika semua sudah benar, blower dinyalakan untuk mulai mensimulasikan aliran angin yang masuk kedalam wind tunnel. 7. Atur laju kecepatan angin dengan cara memberikan jarak yang berbeda antara wind tunnel dengan blower untuk memperoleh variasi angin; 7m/s, 6,5m/s, dan 6m/s. 8. Apabila kecepatan angin sudah sesuai, maka pengukuran kecepatan putar pada poros dengan memasang tachometer. 46

59 9. Bersamaan dengan itu, nyalakan lampu satu per satu setelah pencatatan kecepatan putaran poros, nilai arus dan tegangan. Dari lampu 1 hingga Ulang langkah ini hingga selesai, untuk setiap variasinya. 47

60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Data Pengambilan data percobaan Kincir Angin WePOWER ini dilakukan pengelompokan dengan variasi kemiringan bilah kincir terhadap arah putar kincir angin. Kemiringan bilah dikondisikan mulai dari 25, 30, dan 35. Masing-masing kemiringan bilah kincir angin ini diuji coba dengan 3 variasi kecepatan angin yang berbeda. Mulai dari kecepatan angin 7m/s, 6,5m/s, dan 6m/s. Dari pergesran posisi blower ini didapat nilai rata-rata penurunan kecepatan angin sebesar 0,5m/s. Pembebanan pada kincir angin diatur dengan menyalakan satu per satu dari ketujuh lampu yang digunakan. 1 buah lampu = 10 watt. Namun, dalam perhitungan yang digunakan untuk mencari adalah hasil perkalian nilai arus dan nilai tegangan. Data pembebanan diambil setiap perubahan kecepatan angin dan variasi kemiringan bilah terhadap arah putar kincir angin, serta pergantian variasi potongan bilah kincir angin Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir. Tabel 4.1 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. Pembebanan v angin N No. Jumlah Lampu I (ampere) V (volt) m/s Rpm 1 0 5, , ,1 5, , ,2 4, , Pengujian 1

61 Tabel 4.1 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. (Lanjutan). No. Pembebanan v angin N I (ampere) V (volt) m/s Rpm Jumlah Lampu Pengujian 4 0,3 4, , ,36 3, , ,42 3, , ,48 3, , ,51 2, , ,85 6,5 10, ,09 3,81 6,5 105, ,16 3,2 6,5 103, ,22 2,63 6,5 90, ,28 2,52 6,5 89, ,33 2,31 6,5 81, ,37 2,20 6,5 80, ,41 1,93 6,5 72, , , ,07 2, , ,15 2, , ,21 2, , ,27 2, , ,32 2, , ,35 1, , ,37 1, ,

62 Tabel 4.2 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Jumlah Lampu Pengujian 1 0 4, , ,09 4, , ,18 3, , ,25 3, , ,32 3, , ,36 2, , ,43 2, , ,47 2, , ,55 6,5 11, ,08 3,52 6,5 10, ,15 2,89 6,5 10, ,22 2,67 6,5 91, ,28 2,46 6,5 89, ,34 2,32 6,5 83, ,39 2,18 6,5 81, ,42 1,68 6,5 75, , , ,07 2, , ,12 1, , ,17 1, , ,24 1, , ,26 1, , ,29 1, , ,32 1, ,

63 Tabel 4.3 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Jumlah Lampu Pengujian 1 0 2, , ,05 1, , ,09 1, , ,12 0, , ,14 0, , ,17 0, , ,18 0, , ,2 0, , ,92 6,5 51, ,04 0,88 6,5 48, ,05 0,68 6,5 46, ,08 0,54 6,5 44, ,09 0,48 6,5 42, ,11 0,38 6,5 40, ,12 0,34 6,5 37, ,13 0,33 6,5 36, , , ,02 0, , ,03 0, , ,04 0, , ,05 0, , ,06 0, , ,07 0, , ,08 0, ,

64 4.1.2 Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir. Tabel 4.4 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Jumlah Lampu 1 0 5, , ,1 4, , ,2 4, , ,28 3, , ,37 3, , ,49 3, , ,49 2, , ,52 2, , ,51 6, ,1 4,22 6,5 115, ,2 3,96 6,5 111, ,28 3,52 6,5 108, ,37 3,21 6,5 101, ,46 2,71 6,5 91, ,49 2,41 6,5 90, ,52 2,34 6,5 89, , , ,08 3, , ,15 2, , ,23 2, , ,28 2, , ,31 1, , ,35 1, , ,42 1, ,21 7 Pengujian

65 Tabel 4.5 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Jumlah Lampu Pengujian 1 0 4, , ,1 4, , ,2 4, , ,28 3, , ,35 3, , ,42 3, , ,48 3, , ,56 2, , ,65 6,5 121, ,09 4,39 6,5 118, ,18 4,15 6,5 107, ,25 3,32 6,5 100, ,31 2,78 6,5 92, ,37 2,55 6,5 90, ,45 2,41 6,5 90, ,51 2,39 6,5 84, , , ,09 3, , ,15 2, , ,22 2, , ,27 2, , ,32 2, , ,37 1, , ,39 0, ,

66 Tabel 4.6 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Jumlah Lampu Pengujian 1 0 4, , ,1 3, , ,19 3, , ,26 3, , ,33 3, , ,38 2, , ,45 2, , ,55 2, , ,38 6,5 100, ,08 3,24 6,5 96, ,15 2,78 6,5 91, ,23 2,65 6,5 85, ,27 2,23 6,5 78, ,31 1,96 6,5 76, ,36 1,83 6,5 73, ,46 1,68 6,5 71, , , ,07 2, , , , ,18 1, , ,22 1, , ,27 1, , ,28 1,2 6 57, ,32 0, ,

67 4.1.3 Data Penelitian Kincir Angin Dengan Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir. Tabel 4.7 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Beban Lampu Pengujian 1 0 4, , ,10 4, , ,19 3, , ,27 3, , ,33 3, , ,40 2, , ,47 2, , ,53 2, , ,93 6,5 115, ,09 3,71 6,5 107, ,17 3,25 6,5 100, ,22 2,60 6,5 85, ,29 2,45 6,5 83, ,33 2,34 6,5 80, ,40 1,98 6,5 78, ,45 1,68 6,5 73, , , ,07 2, , ,14 2, , ,18 1, , ,21 1, , ,25 1, , ,29 0, , ,31 0, ,

68 Tabel 4.8 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Beban Lampu Pengujian 1 0 4, , ,10 4, , ,19 3, , ,25 3, , ,33 3, , ,41 3, , ,49 2, , ,57 2, , ,30 6,5 123, ,09 3,91 6,5 119, ,19 3,70 6,5 106, ,25 3,08 6,5 100, ,30 2,65 6,5 90, ,35 2,40 6,5 86, ,40 2,25 6,5 83, ,49 1,90 6,5 75, , , ,08 3, , ,15 2, , ,22 2, , ,28 2, , ,34 2, , ,40 2, , ,46 1, ,

69 Tabel 4.9 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. Pembebanan v angin n I (ampere) V (volt) m/s rpm Beban Lampu Pengujian 1 0 2, , ,06 2, , ,13 2, , ,18 2, , ,23 1, , ,32 1, , ,34 1, , ,41 1, , ,92 6,5 99, ,07 2,80 6,5 89, ,15 2,74 6,5 87, ,21 2,45 6,5 86, ,27 2,29 6,5 85, ,33 2,19 6,5 76, ,36 1,89 6,5 74, ,38 1,45 6,5 67, , , ,07 2, , ,13 2, , ,17 1, , ,21 1, , ,25 1, , ,27 0, , ,30 0, ,

70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4.2 Proses Pengolahan Data Dalam pengolahan data hasil pengujian kincir angin dua sudu ini menggunakan sampel data pada variasi kemiringan bilah kincir 30 terhadap arah putaran kincir angin dengan potongan bilah kincir 100, pada tabel 4.8 pada baris ke delapan pada saat ke tujuh beban lampu dinyalakan dengan = 7 m/s. Perhitungan daya yang tersedia dalam angin Kincir angin yang diuji memiliki lebar 45cm dan tinggi 60cm, sehingga luasan frontal kincir ini dapat ditentukan sebesar : Kecepatan angin yang terjadi pada kondisi ini adalah 7m/s, maka dengan persamaan (5) daya yang tersedia pada angin dapat ditentukan. watt Perhitungan Daya Listrik yang Dihasilkan Perhitungan daya listrik mengacu pada persamaan (11) yang telah dibahas pada sub bab 2.3.3, dimana kecepatan angin yang terjadi pada kondisi ini adalah 7m/s. Maka, dengan persamaan (11) daya yang dihasilkan dapat ditentukan. yang dalam hal ini: 58

71 : daya listrik yang dihasilkan (Watt) : Arus listrik (Ampere) V : Tegangan (Volt) Berdasarkan data yang diperoleh, nilai (I) sebesar 0,57 A dengan nilai tegangan (V) sebesar 2,41. Maka, besar nilai ( ) daya listrik : 0,57 2,41 watt Perhitungan Tip Speed Ratio (TSR) Perhitungan (tsr) mengacu pada persamaan (12) yang telah dibahas pada sub bab 2.3.4, dimana kecepatan angin yang terjadi pada kondisi ini adalah 7m/s. Maka, dengan persamaan (12) daya yang dihasilkan dapat ditentukan. yang dalam hal ini: : jari-jari kincir (m) : putaran poros kincir tiap menit (rpm) : kecepatan angin (m/s) : 22/7 atau 3,14 59

72 Berdasarkan data yang diperoleh, nilai (n) sebesar 94,20 rpm pada kecepatan angin (v) sebesar 7 m/s. Sedangkan nilai (r) jari-jari kincir sebesar 22,5 cm. Maka, besar nilai tip speed ratio yaitu : Perhitungan Koefisien Daya (Cp) Berdasarkan data yang diperoleh, nilai ( )sebesar 7,887 watt dan )sebesar 555,66 watt dengan efisiensi generator 0,8. Maka besar koefisien daya yaitu: 444,528 = 0,309 % 4.3 Hasil dan Pembahasan Keseluruhan data yang diperoleh dalam pengujian kincir angin model WePOWER dengan jumlah sudu 4 berbahan PVC 8 inch dan dengan variasinya diolah dalam tabel dengan persamaan menurut perhitungan yang sesuai untuk 60

73 mengetahui daya yang dihasilkan kincir angin, daya listrik dengan asumsi nilai efisiensi generator 0,8. Kemudian tip speed ratio, dan koefisien daya kincir yang diperlukan Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.1, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 25 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.10). Hasil perhitungan pada tabel (4.10) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.10 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin Tsr I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu Uji 1 0 5,25 555, ,20 0, ,1 5,21 555,66 0, ,60 0,433 0, ,2 4,66 555,66 0, ,40 0,422 0, ,3 4,55 555,66 1, ,20 0,411 0, ,38 3,76 555,66 1, ,60 0,406 0, ,42 3,46 555,66 1, ,20 0,388 0, ,48 3,32 555,66 1, ,80 0,363 0, ,51 2,73 555,66 1, ,70 0,346 0, ,85 444,89 0 6,5 109,90 0, ,09 3,81 444,89 0,3429 6,5 105,90 0,384 0, ,16 3,20 444,89 0,512 6,5 103,10 0,374 0, ,22 2,63 444,89 0,5786 6,5 90,76 0,329 0, ,28 2,52 444,89 0,7056 6,5 89,85 0,326 0, ,33 2,31 444,89 0,7623 6,5 81,54 0,295 0, ,37 2,20 444,89 0,814 6,5 80,60 0,292 0, ,41 1,93 444,89 0,7913 6,5 72,56 0,263 0, ,01 349, ,80 0, ,07 2,97 349,92 0, ,32 0,366 0, ,15 2,88 349,92 0, ,98 0,361 0, ,21 2,42 349,92 0, ,74 0,352 0, ,27 2,36 349,92 0, ,18 0,338 0,

74 22 0,32 2,11 349,92 0, ,45 0,304 0, ,35 1,84 349,92 0, ,12 0,287 0, ,37 1,69 349,92 0, ,15 0,275 0,223 7 b. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.2, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 30 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.11). Hasil perhitungan pada tabel (4.11) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.11 Diperoleh data hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin Tsr I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 1 0 4,25 555, ,10 0, ,09 4,23 555,66 0, ,30 0,418 0, ,18 3,83 555,66 0, ,60 0,399 0, ,25 3,34 555,66 0, ,80 0,379 0, ,32 3,28 555,66 1, ,03 0,323 0, ,36 2,52 555,66 0, ,19 0,317 0, ,43 2,48 555,66 1, ,07 0,310 0, ,47 2,24 555,66 1, ,45 0,277 0, ,55 444,89 0 6,5 114,20 0, ,08 3,52 444,89 0,2816 6,5 106,30 0,385 0, ,15 2,89 444,89 0,4335 6,5 102,70 0,372 0, ,22 2,67 444,89 0,5874 6,5 91,05 0,330 0, ,28 2,46 444,89 0,6888 6,5 89,48 0,324 0, ,34 2,32 444,89 0,7888 6,5 83,87 0,304 0, ,39 2,18 444,89 0,8502 6,5 81,96 0,297 0, ,42 1,68 444,89 0,7056 6,5 75,62 0,274 0, ,12 349, ,08 0, ,07 2,11 349,92 0, ,47 0,324 0, ,12 1,95 349,92 0, ,90 0,302 0, ,17 1,69 349,92 0, ,69 0,285 0, ,24 1,62 349,92 0, ,56 0,277 0, ,26 1,53 349,92 0, ,32 0,272 0, ,29 1,43 349,92 0, ,42 0,261 0, ,32 1,21 349,92 0, ,18 0,248 0,138 7 Uji

75 c. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.3, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 35 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.12). Hasil perhitungan pada tabel (4.12) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.12 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 1 0 2,10 555, ,12 0, ,05 1,68 555,66 0, ,24 0,213 0, ,09 1,36 555,66 0, ,18 0,112 0, ,12 0,97 555,66 0, ,19 0,172 0, ,14 0,86 555,66 0, ,31 0,169 0, ,17 0,77 555,66 0, ,42 0,163 0, ,18 0,54 555,66 0, ,27 0,146 0, ,2 0,44 555,66 0, ,29 0,136 0, ,92 444,89 0 6,5 51,32 0, ,04 0,88 444,89 0,0352 6,5 48,63 0,176 0, ,05 0,68 444,89 0,034 6,5 46,31 0,168 0, ,08 0,54 444,89 0,0432 6,5 44,12 0,160 0, ,09 0,48 444,89 0,0432 6,5 42,57 0,154 0, ,11 0,38 444,89 0,0418 6,5 40,91 0,148 0, ,12 0,34 444,89 0,0408 6,5 37,77 0,137 0, ,13 0,33 444,89 0,0429 6,5 36,21 0,131 0, ,62 349, ,12 0, ,02 0,56 349,92 0, ,28 0,158 0, ,03 0,48 349,92 0, ,82 0,137 0, ,04 0,27 349,92 0, ,31 0,123 0, ,05 0,29 349,92 0, ,04 0,110 0, ,06 0,23 349,92 0, ,16 0,107 0, ,07 0,24 349,92 0, ,28 0,103 0, ,08 0,13 349,92 0, ,04 0,102 0,004 7 Uji

76 4.3.2 Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.4, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 25 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.13). Hasil perhitungan pada tabel (4.13) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.13 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin Tsr I V Pa Pl m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 1 0 5,1 555, ,12 0, ,1 4,8 555,66 0, ,23 0,458 0, ,2 4,3 555,66 0, ,31 0,428 0, ,28 3,75 555,66 1, ,52 0,392 0, ,37 3,49 555,66 1, ,43 0,361 0, ,49 3,44 555,66 1, ,64 0,359 0, ,49 2,67 555,66 1, ,33 0,338 0, ,52 2,48 555,66 1, ,26 0,331 0, ,51 444,89 0 6,5 117,21 0, ,1 4,22 444,89 0,42 6,5 115,52 0,419 0, ,2 3,96 444,89 0,79 6,5 111,74 0,405 0, ,28 3,52 444,89 0,99 6,5 108,62 0,394 0, ,37 3,21 444,89 1,19 6,5 101,44 0,368 0, ,46 2,71 444,89 1,25 6,5 91,81 0,333 0, ,49 2,41 444,89 1,18 6,5 90,91 0,329 0, ,52 2,34 444,89 1,22 6,5 89,18 0,323 0, ,41 349, ,12 0, ,08 3,29 349,92 0, ,31 0,378 0, ,15 2,58 349,92 0, ,48 0,336 0, ,23 2,36 349,92 0, ,15 0,330 0, ,28 2,32 349,92 0, ,34 0,323 0,232 4 Uji

77 No. Tabel 4.13 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. (Lanjutan). Pembebanan I (ampere) V (volt) Pa (watt) Daya Pl (watt) v n Cp angin Tsr m/s rpm % 22 0,31 1,75 349,92 0, ,33 0,296 0, ,35 1,42 349,92 0, ,10 0,275 0, ,42 1,34 349,92 0, ,21 0,252 0,201 7 Lampu Uji 3 b. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.5, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 30 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.14). Hasil perhitungan pada tabel (4.14) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.14 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pl m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 1 0 4,62 555, ,21 0, ,1 4,58 555,66 0, ,40 0,479 0, ,2 4,28 555,66 0, ,40 0,469 0, ,28 3,75 555,66 1, ,21 0,411 0, ,35 3,56 555,66 1, ,40 0,375 0, ,42 3,24 555,66 1, ,50 0,352 0, ,48 3,07 555,66 1, ,57 0,332 0, ,56 2,85 555,66 1, ,43 0,321 0, ,65 444,89 0 6,5 121,05 0, ,09 4,39 444,89 0,40 6,5 118,20 0,428 0, ,18 4,15 444,89 0,75 6,5 107,90 0,391 0, ,25 3,32 444,89 0,83 6,5 100,70 0,365 0, ,31 2,78 444,89 0,86 6,5 92,04 0,333 0, ,37 2,55 444,89 0,94 6,5 90,21 0,327 0, ,45 2,41 444,89 1,08 6,5 90,15 0,327 0, Uji

78 Tabel 4.14 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. (Lanjutan). Pembebanan Daya v angin n Cp No. I Pa Pl tsr Lampu Uji V (volt) m/s rpm % (ampere) (watt) (watt) 16 0,51 2,39 444,89 1,22 6,5 84,26 0,305 0, ,04 349, ,83 0, ,09 3,01 349,92 0, ,79 0,368 0, ,15 2,82 349,92 0, ,18 0,358 0, ,22 2,55 349,92 0, ,48 0,339 0, ,27 2,35 349,92 0, ,46 0,324 0, ,32 2,15 349,92 0, ,75 0,313 0, ,37 1,92 349,92 0, ,49 0,292 0, ,39 0,39 349,92 0, ,89 0,255 0, c. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.6, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 30 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.15). Hasil perhitungan pada tabel (4.15) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.15 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pl m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 1 0 4,02 555, ,70 0, ,1 3,92 555,66 0, ,80 0,420 0, ,19 3,85 555,66 0, ,90 0,387 0, ,26 3,38 555,66 0, ,90 0,366 0, ,33 3,05 555,66 1, ,80 0,356 0, ,38 2,82 555,66 1, ,10 0,327 0, ,45 2,45 555,66 1, ,65 0,302 0, ,55 2,34 555,66 1, ,18 0,290 0, ,38 444,89 0 6,5 100,12 0, ,08 3,24 444,89 0,26 6,5 96,82 0,351 0, ,15 2,78 444,89 0,42 6,5 91,26 0,331 0, ,23 2,65 444,89 0,61 6,5 85,14 0,308 0, ,27 2,23 444,89 0,60 6,5 78,51 0,284 0, Uji 1 2

79 Tabel 4.15 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. (Lanjutan). No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pl m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu Uji 14 0,31 1,96 444,89 0,61 6,5 76,11 0,276 0, ,36 1,83 444,89 0,66 6,5 73,20 0,265 0, ,46 1,68 444,89 0,77 6,5 71,86 0,260 0, ,62 349, ,21 0, ,07 2,41 349,92 0, ,79 0,329 0, ,13 2,05 349,92 0, ,29 0,296 0, ,18 1,84 349,92 0, ,90 0,290 0, ,22 1,54 349,92 0, ,48 0,253 0, ,27 1,36 349,92 0, ,21 0,244 0, ,28 1,2 349,92 0, ,94 0,227 0, ,32 0,79 349,92 0, ,60 0,218 0, Tabel Hasil Perhitungan Pada Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 Dengan Potongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.7, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 25 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.16). Hasil perhitungan pada tabel (4.16) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. Tabel 4.16 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah. v Pembebanan Daya n Cp angin No. tsr Lampu Uji I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) 1 0 4,62 555, ,20 0, ,10 4,40 555,66 0, ,40 0, , ,19 3,90 555,66 0, ,60 0, , ,27 3,60 555,66 0, ,80 0, ,

80 Tabel 4.16 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 25, dengan jumlah bilah 4 buah.(lanjutan) No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu 5 0,33 3,30 555,66 1, ,10 0, , ,40 2,94 555,66 1, ,37 0, , ,47 2,70 555,66 1, ,35 0, , ,53 2,50 555,66 1, ,43 0, , ,93 444,89 0 6,5 115,70 0, ,09 3,71 444,89 0,33 6,5 107,10 0, , ,17 3,25 444,89 0,55 6,5 100,70 0, , ,22 2,60 444,89 0,57 6,5 85,64 0, , ,29 2,45 444,89 0,71 6,5 83,15 0, , ,33 2,34 444,89 0,77 6,5 80,90 0, , ,40 1,98 444,89 0,79 6,5 78,67 0, , ,45 1,68 444,89 0,76 6,5 73,46 0, , ,84 349, ,10 0, ,07 2,61 349,92 0, ,17 0, , ,14 2,25 349,92 0, ,20 0, , ,18 1,93 349,92 0, ,65 0, , ,21 1,70 349,92 0, ,31 0, , ,25 1,30 349,92 0, ,16 0, , ,29 0,28 349,92 0, ,27 0, , ,31 0,31 349,92 0, ,68 0, ,034 7 Uji b. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.8, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 30 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.17). Hasil perhitungan pada tabel (4.17) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. 68

81 No. Tabel 4.17 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 30, dengan jumlah bilah 4 buah. Pembebanan I (ampere) V (volt) Pa (watt) Daya Pe (watt) v n Cp angin tsr m/s rpm % 1 0 4,42 555, ,40 0, ,10 4,30 555,66 0, ,30 0,411 0, ,19 3,99 555,66 0, ,80 0,390 0, ,25 3,35 555,66 0, ,90 0,373 0, ,33 3,21 555,66 1, ,30 0,371 0, ,41 3,12 555,66 1, ,73 0,336 0, ,49 2,90 555,66 1, ,28 0,321 0, ,57 2,41 555,66 1, ,20 0,317 0, ,30 444,89 0 6,5 123,70 0, ,09 3,91 444,89 0,35 6,5 119,10 0,432 0, ,19 3,70 444,89 0,70 6,5 106,60 0,386 0, ,25 3,08 444,89 0,77 6,5 100,70 0,365 0, ,30 2,65 444,89 0,80 6,5 90,81 0,329 0, ,35 2,40 444,89 0,84 6,5 86,44 0,313 0, ,40 2,25 444,89 0,90 6,5 83,27 0,302 0, ,49 1,90 444,89 0,93 6,5 75,71 0,274 0, ,22 349, ,80 0, ,08 3,15 349,92 0, ,63 0,375 0, ,15 2,84 349,92 0, ,09 0,369 0, ,22 2,65 349,92 0, ,13 0,354 0, ,28 2,50 349,92 0, ,31 0,331 0, ,34 2,18 349,92 0, ,60 0,312 0, ,40 2,10 349,92 0, ,53 0,304 0, ,46 1,70 349,92 0, ,38 0,292 0,279 7 Lampu Uji c. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari Tabel 4.9, hasil perhitungan dengan variasi kemiringan bilah 35 terhadap arah putar angin dapat dilihat dari tabel (4.18). Hasil perhitungan pada tabel (4.18) berdasarkan variasi kecepatan angin yang dipengaruhi posisi blower yang mensimulasi kecepatan angin dalam proses pengujian. 69

82 Tabel 4.18 Hasil pengujian kincir pada posisi kemiringan bilah 35, dengan jumlah bilah 4 buah. No. v Pembebanan Daya n Cp angin tsr I V Pa Pe m/s rpm % (ampere) (volt) (watt) (watt) Lampu Uji 1 0 2,42 555, ,50 0, ,06 2,29 555,66 0, ,20 0,398 0, ,13 2,24 555,66 0, ,30 0,388 0, ,18 2,04 555,66 0, ,50 0,382 0, ,23 1,99 555,66 0, ,40 0,351 0, ,32 1,93 555,66 0, ,20 0,347 0, ,34 1,91 555,66 0, ,13 0,334 0, ,41 1,71 555,66 0, ,03 0,330 0, ,92 444,89 0 6,5 99,12 0, ,07 2,80 444,89 0,20 6,5 89,84 0,325 0, ,15 2,74 444,89 0,41 6,5 87,69 0,318 0, ,21 2,45 444,89 0,51 6,5 86,07 0,312 0, ,27 2,29 444,89 0,62 6,5 85,67 0,310 0, ,33 2,19 444,89 0,72 6,5 76,90 0,279 0, ,36 1,89 444,89 0,68 6,5 74,11 0,269 0, ,38 1,45 444,89 0,55 6,5 67,08 0,243 0, ,51 349, ,08 0, ,07 2,38 349,92 0, ,26 0,295 0, ,13 2,02 349,92 0, ,47 0,292 0, ,17 1,66 349,92 0, ,99 0,259 0, ,21 1,54 349,92 0, ,46 0,245 0, ,25 1,31 349,92 0, ,74 0,223 0, ,27 0,93 349,92 0, ,53 0,214 0, ,30 0,69 349,92 0, ,86 0,180 0,

83 CP (Power Coefficient) 4.4 Grafik Hasil Perhitungan Dari hasil penelitian dan perhitungan, maka dapat dibuat grafik hubungan antara putaran poros (rpm) dengan daya angin, daya listrik dengan putaran poros (rpm) serta Cp dengan tip speed ratio Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 165 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Data pada grafik hubungan Cp dan tip speed ratio berikut diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.10), Tabel (4.11), Tabel (4.12) tip speed ratio v angin = 7 m/s v angin = 6,5 m/s v angin = 6m/s Gambar 4.1 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan antara Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.10 ). 71

84 Cp ( Power Coefficient ) Cp ( Power Coefficient ) v = 7 m/s v = 6,5 m/s v = 6m/s tip speed ratio Gambar 4.2 Kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan antara Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.11 ) v = 7 m/s v = 6,5 m/s v = 6 m/s tip speed ratio Gambar 4.3 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan antara Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.12 ). 72

85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Berikut adalah grafik hubungan kecepatan putar poros (rpm) dengan daya yang dihasilkan ( ) yang diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.10), Tabel (4.11), Tabel (4.12) Pe (Daya Elektrik) Pa = 555,66 watt 0.8 Pa = 444,66 watt 0.6 Pa = 349,92 watt putaran poros (rpm) Gambar 4.4 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan antara rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.10 ). 1.2 Daya elektrik (watt) v = 7m/s 0.6 v = 6,5m/s 0.4 v = 6m/s Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.5 Kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan antara rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.11 ). 73

86 Daya elektrik (watt) v = 7m/s v = 6,5m/s v = 6m/s Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.6 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan antara rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.12 ). 74

87 Cp ( Power Coefficient ) Cp (Power Coefficient Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 130 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Data pada grafik hubungan Cp dan tip speed ratio berikut diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.13), Tabel (4.14), Tabel (4.15) v = 7m/s v = 6,5m/s v = 6m/s tip speed ratio Gambar 4.7 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.13 ) v = 7m/s v = 6,5m/s v = 6,5m/s tip speed ratio Gambar 4.8 kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.14 ). 75

88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 0 Cp (Power Coefficient v = 7m/s 0 v = 6,5m/s v = 6m/s tip speed ratio) Gambar 4.9 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.15 ). b. Berikut adalah grafik hubungan kecepatan putar poros (rpm) dengan daya yang dihasilkan ( ) yang diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.13), Tabel (4.14), Tabel (4.15) Daya elektrik (watt) v = 7m/s 0.8 v = 6,5m/s 0.6 v = 6m/s Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.10 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.13 ). 76

89 Daya elektrik (watt) Daya elektrik (watt) v = 7m/s v = 6,5m/s v = Putaran Poros per menit (rpm) Gambar 4.11 Kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.14 ) v = 7m/s v = 6,5m/s v = 6m/s Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.12 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pe). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.15 ). 77

90 Cp ( Power Coefficient ) Grafik Untuk Variasi Kemiringan Bilah Kincir 25, 30, dan 35 DenganPotongan Bilah Kincir 100 Terhadap Arah Putar Kincir. a. Data pada grafik hubungan Cp dan tip speed ratio berikut diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.16), Tabel (4.17), Tabel (4.18) v angin = 7 m/s v angin = 6,5 m/s v angin = 6m/s tip speed ratio Gambar 4.13 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.16 ). 78

91 Cp ( Power Coefficient ) Cp ( Power Coefficient ) v angin = 7 m/s v angin = 6,5 m/s v angin = 6m/s tip speed ratio Gambar 4.14 Kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.17 ) v angin = 7 m/s 0.1 v angin = 6,5 m/s v angin = 6m/s tip speed ratio Gambar 4.15 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan Cp dan tip speed ratio. Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.18 ). 79

92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Berikut adalah grafik hubungan kecepatan putar poros (rpm) dengan daya yang dihasilkan ( ) yang diambil berdasarkan hasil perhitungan dan data yang tersedia pada Tabel (4.16), Tabel (4.17), Tabel (4.18) Daya listrik (watt) Pa = 555,66 watt 0.6 Pa = 444,66 watt Pa = 349,92 watt Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.16 Kemiringan Bilah Kincir 25 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pl). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.16 ) Daya listrik [watt] Pa = 555,66 watt 0.8 Pa = 444,66 watt 0.6 Pa = 349,92 watt Putaran poros per menit [rpm] Gambar 4.17 Kemiringan Bilah Kincir 30 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pl). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.17 ). 80

93 Daya elektrik (watt) Pa = 555,66 watt Pa = 444,66 watt Pa = 349,92 watt Putaran poros per menit (rpm) Gambar 4.18 Kemiringan Bilah Kincir 35 ( Grafik hubungan rpm dan daya listrik (Pl). Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.18 ). 81

94 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari pengujian kincir angin dari bahan PVC ukuran 8 inchi dengan tiga variasi sudut posisi bilah kincir dan tiga variasi pemotongan bilah kincir telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Telah berhasil dibuat kincir angin dari bahan PVC ukuran 8 inchi dengan tiga variasi pemotongan bilah dengan sudut 100, 130, dan 165 dengan variasi letak posisi sudunya 25, 30, dan 35 dalam model kincir yang sama. Dan dapat melakukan uji karakteristiknya. (Gambar dilampirkan). 2. Kincir angin dengan sudut potong 100 menghasilkan daya elektrik maksimal 1,33 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,298 pada (tsr) 0,291. Kincir dengan sudut potong 130 menghasilkan daya elektrik 1,60 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,359 pada (tsr) 0,321. Kincir dengan sudut potong 165 menghasilkan daya kincir 1,39 watt pada kecepatan angin 7 m/s dan koefisien daya (C P ) 0,313 pada (tsr) 0, Besar kecilnya sudut potong dan posisi bilah kincir mempengaruhi unjuk kerja kincir angin. Pada kincir angin dengan sudut potong 130 daya elektrik (P e ), koefisien daya (C P) dan tip speed ratio (tsr) yang diperoleh lebih besar dibandingkan kincir angin dengan sudut potong 100 dan

95 5.2 Saran Setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan, untuk itu perlu adanya saran untuk pengembangan lebih lanjut tentang kincir angin antara lain : 1. Untuk lebih meningkatkan unjuk kerja kincir angin perlu dilakukan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan motor listrik DC yang lebih baik. Atau dapat menggunakan generator yang mana akan memaksimalkan hasil dari penelitian. 2. Untuk lebih meningkatkan unjuk kerja kincir angin model WePOWER diperlukan uji coba dilapangan. Untuk mengetahui kinerja kincir sekaligus dapat mengetahui besarnya potensi angin daerah untuk dilakukan pemasangan kincir angin ini. 3. Dibutuhkan ketelitian untuk mencapai kepresisian yang baik. 83

96 DAFTAR PUSTAKA Andika, N.M, Triharyanto, T.Y., Prasetya, O.R. Horisontal Bersudu Banyak. Yogyakarta Kincir Angin Sumbu Daryanto. Y Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. BALAI PPTAGG-UPT-LAGG. Diakses : Tanggal 5 Agustus Johnson, G.L Wind Energi System. Manhattan. Diakses : Tanggal 12 Agustus Johnson, G.L The Search for A New Energi Source. Manhattan. Diakses : Tanggal 12 Agustus Mulyani, Kajian Potensi Angin Indonesia. Central Library Institute Technology Bandung. Diakses : Tanggal 28 Agustus Sastrowijoyo, F Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Wind Turbine di Indonesia. Alamat website: Diakses : Tanggal 28Agustus Sutrisna, F. K Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Alamat website: Diakses : Tanggal 28 Agustus WEPOWERECO Integrator of Clean Energy Solutions. WePOWER Eco Corp. Website: Diakses: Tanggal 27 Februari

97 LAMPIRAN 85

98 LAMPIRAN I GAMBAR BAGIAN KINCIR 1.1 Bilah Kincir WePOWER Gambar 1.1 (3 variasi sudut potong bilah kincir yang digunakan. Bahan PVC 8 inch.) Gambar 1.2 ( Panjang bilah kincir 60cm, semua sama. Bahan PVC 8 inch.) 86

99 1.2 Tutup dan Alas Kincir Gambar 1.3 (Bagian atas dan bawah kincir. Diameter 45cm.) 87

100 60cm 1.3 Kincir Angin WePOWER 45cm Gambar 1.4 (Kincir jadi. Sudut potong bilah 130º) 88

101 2.1 Busur Derajat LAMPIRAN II GAMBAR ALAT UKUR SUDUT BILAH KINCIR WePOWER Gambar 2.1 (Busur derajat: 165º) Gambar 2.2 (Busur derajat: 130º) 89

102 Gambar 2.3 (Busur derajat : 100º) Gambar 2.4 (Busur derajat : 360º) 90

103 LAMPIRAN III SKEMA PENGUJIAN Wind Tunnel Keterangan : 00 : Laju aliran angin. 01 : Poros kincir. 02 : Kincir WePOWER. 03 : Motor listrik. 04 : Blower. 05 : Fan blade. 06 : Rangkaian lampu. 07 : Multimeter. 08 : Anemo meter. 09 : Tacho meter. 91

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER DARI BAHAN PIPA PVC TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh gelar sarjana teknik Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN MAGWIND 5 SUDU

KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN MAGWIND 5 SUDU KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN MAGWIND 5 SUDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Oleh : Prambudi Dangu Nugroho NIM : 085214029

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) Model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Miftahur Rahmat 1,Kaidir 1,Edi Septe S 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN SAVONIUS ENAM TINGKAT DENGAN VARIASI BENTUK SUDU

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN SAVONIUS ENAM TINGKAT DENGAN VARIASI BENTUK SUDU UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN SAVONIUS ENAM TINGKAT DENGAN VARIASI BENTUK SUDU Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin Oleh

Lebih terperinci

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Halim Widya Kusuma 1,*, Rengga Dwi Cahya Hidayat 1, Muh Hamdani 1, 1 1 Teknik Mesin S1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H DISUSUN OLEH : Yos Hefianto Agung Prastyo 41311010005 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KINCIR ANGIN MODEL AMERICAN MULTI-BLADE DELAPAN SUDU DARI BAHAN ALUMINIUM DENGAN TIGA VARIASI PITCH ANGLE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DENGAN LEBAR 11,5 CM DARI BAHAN TRIPLEK SERTA VARIASI LAPISAN PERMUKAAN ALUMINIUM DAN ANYAMAN BAMBU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Optimasi Daya Turbin Angin Savonius dengan Variasi Celah (Farid) OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Ahmad Farid Prodi. Teknik Mesin, Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER DUA SUDU MENGERUCUT BERBAHAN DASAR TRIPLEK DENGAN PERLAKUAN VARIASI LAPISAN PERMUKAAN SUDU BERLAPIS SENG, BERLAPIS ANYAMAN BAMBU DAN TANPA LAPISAN SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum. Strata Satu (S1) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum. Strata Satu (S1) Teknik Mesin TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Strata Satu (S1) Teknik Mesin OLEH : NAMA : GATOT SULISTYO AJI NIM : 2008250008 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L SNTMUT - 1 ISBN: 97--71-- UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L Syamsul Bahri W 1), Taufan Arif Adlie 1), Hamdani ) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Samudra

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DARI BAHAN TRIPLEK DAN ANYAMAN BAMBU BERDIAMETER 80 CENTIMETER TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN VARIASI LAPISAN ALUMINIUM DAN ANYAMAN BAMBU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Novri Tanti, Arnetto Alditihan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Gedung H Fakultas Teknik, Jl.

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN MAGWIND DENGAN VARIASI BENTUK SUDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Oleh : ALEXANDER KINAN PRADANGGA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA MODIFIKASI TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN TIPE-H DENGAN BENTUK AIRFOIL NACA 0015-52 MODIFIKASI Disusun Oleh : FENDI SUTRISNO NIM: D200.06.0103 NIRM : 06.6.106.03030.50103 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah pulau kecil dengan pesona alam yang mengagumkan. Terletak disebelah utara Kota Probolinggo sekitar

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU MENGERUCUT DARI BAHAN DASAR KAYU DENGAN TIGA VARIASI LAPISAN PERMUKAAN SUDU TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS Sefta Risdiara 1), Chalilillah Rangkuti 2) 1 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN : ANGIN

POKOK BAHASAN : ANGIN POKOK BAHASAN : ANGIN ANGIN ANGIN Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN PENGUJIAN BENTUK SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN

RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN PENGUJIAN BENTUK SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Energi Alternatif Berdasarkan UU Republik Indonesia no. 30 tahun 2007, energi alternatif adalah energi yang dapat digunakan sebagai pengganti energi yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 1-6 RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL Daud Patabang Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih sangat kecil, baik yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik ataupun untuk menggerakkan peralatan mekanis seperti

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS 5 PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS Muhammad Irsyad Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung Keywords : Turbin Angin Savonius Sudu Elliptik

Lebih terperinci

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR Slamet Riyadi, Mustaqim, Ahmad Farid Progdi Teknik Mesin Fakultas Universitas Pancasakti Tegal Email: mesinftups@gmail.com ABSTRAK Angin merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. Mei 05; 4-46 ERANANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU Supriyo rogram Studi Teknik Konversi Energi oliteknik Negeri Semarang Jl. rof. H. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam dan tidak akan pernah habis. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara lokasi

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL. WePOWER DENGAN JUMLAH SUDU 6, BERBAHAN PIPA PVC 8 INCI, LUAS FRONTAL (60 x 45) cm² SKRIPSI

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL. WePOWER DENGAN JUMLAH SUDU 6, BERBAHAN PIPA PVC 8 INCI, LUAS FRONTAL (60 x 45) cm² SKRIPSI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL MODEL WePOWER DENGAN JUMLAH SUDU 6, BERBAHAN PIPA PVC 8 INCI, LUAS FRONTAL (60 x 45) cm² SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT ENGARUH ARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIE FALCON TERHADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAASITAS 500 WATT Erwin ratama 1,a,Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk mencari alternatif energi baru yang murah dan mudah didapat untuk mendapatkan tenaga listrik. Tenaga angin merupakan

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

5 HASIL. kecepatan. dan 6 Sudu. dengan 6 sudu WIB, yaitu 15,9. rata-rata yang. sebesar 3,0. dihasilkan. ampere.

5 HASIL. kecepatan. dan 6 Sudu. dengan 6 sudu WIB, yaitu 15,9. rata-rata yang. sebesar 3,0. dihasilkan. ampere. 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Angin pada Turbin Angin dengan 3 Sudu dan 6 Sudu Padaa saat melakukan uji coba turbin dengan 3 sudu maupun dengan 6 sudu terdapat beberapa variabel

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami proses terjadinya angin dan memahami jenis-jenis angin tetap

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER DUA SUDU BERBAHAN DASAR TRIPLEK DENGAN TIGA VARIASI PERMUKAAN SUDU TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 KoE- 71 RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS

Lebih terperinci

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius

Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius Studi Simulasi dan Eksperimental Pengaruh Pemasangan Plat Bersudut Pada Punggung Sudu Terhadap Unjuk Kerja Kincir Angin Savonius Rudi Hariyanto 1,*, Sudjito Soeparman 2, Denny W 2., Mega Nur S 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5

Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1 ; 0,3 dan 0,5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-108 Studi Numerik 2D dan Uji Eksperimen tentang Karakteristik Aliran dan Unjuk Kerja Helical Savonius Blade dengan Variasi Overlap Ratio 0,1

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: TAUFAN APHA

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No.10, Rawamangun, Jakarta Timur *

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta Jl. Pemuda No.10, Rawamangun, Jakarta Timur * Pengujian Prototipe Model Turbin Air Sederhana Dalam Proses Charging 4 Buah Baterai 1.2 Volt Yang Disusun Seri Pada Sistem Pembangkit Listrik Alternatif Tenaga Air Fitrianto Nugroho *, Iwan Sugihartono,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK

PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK Dosen Pengampu : Drs. Purwandari Disusun Oleh : Rizcy Dwi Prastikasari (09421.127) Septya Sri Ekawaty (09421.135) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sudu Sudu adalah baling baling pada turbin angin. Sudu pada turbin angin sendiri biasanya dihubungkan dengan rotor pada turbin angin. Sudu merupakan salah satu bagian dari turbin

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR

Lebih terperinci

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) ISBN 978-979-3541-25-9 Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) M. F. Soetanto, M.Taufan Program Studi Tenik Aeronautika, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik

Lebih terperinci

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Dasar Energi Angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi) Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci