KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI OLEH : IRMA ARFIANI NIM JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

2 KEBIJAKAN MENEKAN ANGKA PENGANGGURAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN KERJA DI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KOTA MAGELANG Oleh: Irma Arfiani dan Argo Pambudi, M.Si ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam dan mengetahui gambaran penyelesaian masalah kemasyarakatan mengenai kebijakan menekan angka pengangguran melalui program pelatihan kerja di Disnakertransos Kota Magelang dan mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan maupun faktor penghambat penyelenggaraan program tersebut. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja, sehingga dianggap mengetahui masalah secara mendalam dan dapat dipercaya, antara lain tim pelaksana dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota Magelang, Instruktur Program Pelatihan Kerja tahun 2013, dan Peserta Program Pelatihan Kerja tahun Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebijakan menekan angka pengangguran melalui program pelatihan kerja ini telah berjalan optimal. Peran Disnakertransos Kota Magelang ialah sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana program pelatihan kerja. Terdapat 11 jenis pelatihan kerja dengan jumlah peserta keseluruhan sebanyak 240 orang. Hal-hal terkait tujuan, peserta, materi, metode, media dan manfaat pelatihan telah sesuai standard dan prosedur yang ditetapkan, selain itu output telah benar-benar sampai ke kelompok sasaran. Faktor penghambat dalam penyelenggaraan program yaitu berkaitan dengan ketersediaan waktu, instruktur, dan fasilitas. Faktor-faktor tersebut dapat diselesaikan dengan baik dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Kata kunci: kebijakan, pengangguran, program pelatihan kerja 2

3 A. PENDAHULUAN Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran merupakan masalah yang cukup pelik, bukan hanya menjadi masalah lokal atau regional tetapi juga telah menjadi perhatian internasional. Hal ini terbukti dengan kepedulian ILO dalam mengatasi masalah pengangguran dengan diterbitkannya Konvensi ILO No. 88 dan telah ditindaklanjuti pemerintah dengan meratifikasinya melalui Keppres No. 36 Tahun 2002 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 88 mengenai lembaga pelayanan penempatan tenaga kerja. Sehubungan dengan telah diratifikasinya konvensi tersebut, pemerintah Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pencari kerja maupun pengguna tenaga kerja. Rencana Pembangunan Jangka Panjang menempatkan peningkatan kualitas SDM Indonesia sebagai salah satu fokus Pembangunan Jangka Menengah Peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama yang berkaitan dengan aspek pendidikan dan kompetensinya telah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional dan Undang- Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menentukan bahwa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Kedua Undang-undang tersebut mengamanatkan peningkatan kualitas SDM berbasis kompetensi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Sistem Pelatihan Kerja Nasional ini menggariskan prinsip-prinsip dasar pelatihan berbasis kompetensi. Sistem Pelatihan Kerja Nasional, disusun dan dikembangkan sejalan dengan Rekomendasi International Labor Organization (ILO) No.195 Tahun 2004 Tentang Human Resource Development. Rekomendasi ILO tersebut juga menggariskan pentingnya 3

4 pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi yang bersifat Life long learning. Berdasarkan pengamatan bidang ketenagakerjaan, penyebab pengangguran di Kota Magelang ialah karena adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi tenaga kerja yang diminta perusahaan, jenis jabatan dan lokasi penempatan yang kurang diminati oleh para pencari kerja, serta kompetensi tenaga kerja yang kurang sesuai dangan jabatan yang tersedia. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai salah satu instansi yang memberikan pelayanan publik bidang ketenagakerjaan diharapkan memberikan kemudahan pelayanan informasi, penyediaan fasilitas, serta melaksanakan program-program yang menunjang karier mereka di masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk menekan angka pengangguran ialah melalui penyelenggaraan program pelatihan kerja. Program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang melibatkan masyarakat sebagai sasaran utama yang harus diberdayakan secara maksimal karena program tersebut mulai menunjukkan hasil yang signifikan untuk menekan angka pengangguran di Kota Magelang, terbukti dengan rendahnya TPT Kota Magelang tahun 2012, yaitu sebesar 8,71 persen. Meskipun demikian, penyelenggaraan program tersebut masih kurang optimal. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyelenggaraan program pelatihan kerja tahun 2013 sebagai upaya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam meminimalisir jumlah pengangguran. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Departemen Tenaga Kerja sebagai suatu lembaga pemerintahan yang melakukan pelayanan terhadap tenaga kerja dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai sebagai hasil kerjasama dengan lembaga-lembaga latihan yang ada. (Sendjun Manulang, 1990:31) 4

5 Soerjono Soekanto (1987:221) mengemukakan definisi peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh Siagian (2000: ), pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiatan pembangunan tertentu. Secara lebih jelas, peran tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Stabilisator Peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak berubah menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. b. Innovator Dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. c. Modernisator Melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. d. Pelopor Selaku pelopor, pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara. e. Pelaksana Meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan merupakan tanggungjawab nasional dan bukan menjadi beban pemerintah semata karena berbagai pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak bisa diserahan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. 5

6 2. Kebijakan Publik Secara umum, istilah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misal seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. (Winarno, 2007:16) Kebijaksanaan dalam mengatasi pengangguran ialah memperluas kesempatan bekerja dan hal ini menjadi tugas penguasa. Jika penempatan dalam lapangan pekerjaan ini dilakukan dengan memperhatikan kecakapan mereka yang bersangkutan maka tertolonglah, tidak hanya sebagian besar para pengangguran biasa dan pengangguran musiman tetapi juga apa yang biasanya disebut setengah penganggur (Oemar Hamalik, 1990:50-51) Pengangguran menurut Sadono Sukirno (2006:328), yaitu suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Berikut beberapa jenis pengangguran yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain: a. Pengangguran normal atau friksional Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggure sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut. b. Pengangguran siklikal Kemerosotan permintaan agregat mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, sehingga pengangguran akan bertambah. Pengangguran dengan wujud tersebut dinamakan pengangguran siklikal. c. Penganggurean struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidakcocokan antara struktur pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi. d. Pengangguran teknologi Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya dinamakan pengangguran teknologi. 6

7 e. Pengangguran terbuka Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Jadi, mereka menganggur secara nyata atau separuh waktu. f. Pengangguran tersembunyi Kelebihan tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan ekonomi digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. g. Setengah menganggur Seseorang yang terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Adapula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam mereka jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti itu digolongkan sebagai setengah menganggur. 3. Pendidikan dan Pelatihan Kerja Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud pelaksanaannya, namun ruang lingkupnya yang membedakan karakteristik kedua kegiatan tersebut. Seperti yang dijelaskan Sastrohadiwiryo (2000:199), yaitu: Pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, atau sikap para tenaga kerja sehingga mereka dapat lebih menyesuaikan dengan lingkungan kerja mereka. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir dari seorang tenaga kerja. Sedangkan pelatihan merupakan pendidikan dalam arti yang agak sempit, terutama dengan instruksi, tugas khusus, dan disiplin. Pelatihan merupakan suatu proses aplikasi, terutama terhadap peningkatan kecakapan. Pelatihan kerja yang merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat, dan kemampuannya diselenggarakan oleh lembaga perwakilan pemerintah, swasta, dan perusahaan. Penyelenggaraan pelatihan kerja wajib memenuhi syarat-syarat seperti yang dijelaskan Sastrohadiwiryo (2005:16) sebagai berikut: a. Tersedianya tenaga pelatihan b. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan kerja 7

8 c. Kurikulum d. Akreditasi e. Sarana dan prasarana pelatihan kerja Menurut Hamalik (2005:35-36) dan Gomes (2003: ), pelaksanaan program pelatihan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Tujuan pelatihan Dalam merencanakan pendidikan dan latihan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan tujuan. Adanya tujuan pendidikan dan pelatihan membuat kegiatannya dapat terarah. b. Manfaat pelatihan Setiap pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk individu maupun organisasi. Adanya manfaat bagi individu menjadikan orang termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas sumber dayanya. c. Peserta pelatihan Penetapan peserta erat kaitannya dengan keberhasilan suatu pelatihan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi untuk menentukan peserta agar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan seperti: 1) Persyaratan akademik yang berupa jenjang pendidikan dan keahlian 2) Jabatan 3) Pengalaman kerja 4) Motivasi dan minat terhadap pekerjaannya 5) Tingkat intelektualitas yang diketahui melalui tes seleksi d. Pelatih (instruktur) Pelatih atau instruktur sebagai penyampai materi memegang peranan penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan, maka pelatih yang terpilih harus ahli dan berkualifikasi professional. Syarat pelatih yang dapat digunakan sebagai pertimbangan adalah: 1) Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam spesialisasi tertentu 2) Memiliki kepribadian yang baik 3) Berasal dari dalam lingkungan organisasi itu sendiri e. Waktu pelatihan Lamanya pelatihan berdasarkan pertimbangan berikut: 1) Jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih banyak dan lebih tinggi bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama diperlukan latihan. 8

9 2) Kemampuan belajar para peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan 3) Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. f. Materi atau bahan pelatihan Materi yang diberikan kepada peserta pendidikan dan pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan. g. Fasilitas Fasilitas yang diperlukan dalam pelatihan yang mendukung kegiatan. h. Model atau metode pelatihan Penggunaan metode pelatihan tergantung dari tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat program pelatihan dan tata caranya. i. Media pelatihan Media pelatihan adalah salah satu komponen yang berfungsi sebagai unsur penunjang proses pelatihan, dan mengunggah gairah motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media ini mempertimbangkan tujuan dan materi pelatihan, ketersediaan media itu sendiri, serta kemampuan pelatih untuk menggunakannya. 4. Penelitian yang Relevan a. Penelitian yang dilakukan oleh Hayu Dyah Prawesti (2011) dengan judul Upaya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul dalam Mengatasi pengangguran. b. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurnia Widyastuti (2013) dengan judul Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Institusional di UPT BLK Kabupaten Sleman. 9

10 5. Kerangka Berfikir Tingginya Angka Pengangguran Kebijakan Menekan Angka Pengangguran Program Pelatihan Kerja Ketercapaian Tujuan dan Sasaran Program Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program pelatihan: tujuan, manfaat, peserta, instruktur, waktu, materi, fasilitas, metode, dan media Hambatan dan Upaya Penyelesaian C. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang yaitu dari tanggal 1 Desember 2013 hingga 28 Februari Subyek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja, antara lain tim pelaksana dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kota Magelang, Instruktur Program Pelatihan Kerja tahun 2013, dan Peserta Program Pelatihan Kerja tahun Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. 10

11 D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang terletak di Kota Magelang. Dinas tersebut memiliki peran sebagai penyelenggara urusan Pemerintah Daerah Kota Magelang, khususnya di Bidang Ketenagakerjaan. Seperti yang tercantum pada visi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang yaitu Terwujudnya Pelayanan Ketenagakerjaan, Ketransmigrasian, dan Kesejahteraan Sosial yang mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berusaha mengoptimalkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, salah satunya dengan memberdayakan masyarakat lokal. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang mengadakan sebelas jenis pelatihan kerja pada tahun Program pelatihan kerja tahun 2013 ini menggunakan dana dari APBD untuk TA Pelatihan kerja tersebut adalah pelatihan berbasis masyarakat (Community Based Training) dengan kurikulum pelatihan kerja yang dibuat oleh para instruktur sesuai jenis pelatihan kerja. Berikut beberapa hal yang mendukung kelancaran penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang: a. Tujuan Pelatihan Kerja Pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang pada tahun 2013 memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut: Tujuan a) Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan khususnya bagi pengangguran; 11

12 b) Membangun atau menciptakan usaha baru yang bersifat produktif dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi, serta dibutuhkan oleh masyarakat; c) Melaksanakan kegiatan proses alih pengetahuan dan ketrampilan teknis kepada masyarakat agar mampu mengolah bahan baku / bahan mentah menjadi barang jadi melalui sentuhan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan sumber daya lokal; d) Membentuk kelompok wirausaha baru dengan kegiatan ekonomi produktif berkelanjutan; e) Membuka lapangan kerja baru, serta kesempatan berusaha bagi warga masyarakat perkotaan. Sasaran a) Mendayagunakan tenaga kerja, khususnya pengangguran; b) Kelompok wirausaha yang sudah ada di Kota Magelang; c) Kelompok home industri yang sudah ada di Kota Magelang. b. Peserta Pelatihan Kerja Mengingat meningkatnya animo pendaftar, serta pentingnya kedudukan peserta dalam penyelenggaraan pelatihan kerja, maka dilaksanakan proses rekruitmen yang terdiri dari tahap pendaftaran, seleksi, dan pengumuman penerimaan peserta pelatihan kerja. Terdapat 240 siswa untuk mengisi 11 jenis pelatihan kerja yang dibuka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. c. Materi Pelatihan Kerja Pembagian jam pelajaran pelaksanaan program pelatihan kerja didasarkan pada ketentuan pelaksanaan yaitu 25% teori dan 75% praktek. Kegiatan pelatihan kerja ini mengacu pada kurikulum masing-masing jenis pelatihan kerja yang telah dibuat oleh para instruktur berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat Kota Magelang akan pelatihan kerja dan analisis 12

13 kebutuhan industri/pasar kerja baik di Kota Magelang maupun lingkup nasional. d. Metode Pelatihan Kerja Metode dasar yang digunakan dalam pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang ini adalah pelatihan berbasis masyarakat, dengan hasil dari pelatihan tersebut adalah untuk memberdayakan masyarakat itu sendiri. Demi terwujudnya tujuan tersebut, pembelajaran di kelas lebih banyak digunakan untuk praktek kerja. Metode pembelajaran dengan praktek kerja yaitu instruktur memberikan contoh langsung pada bidang kerja yang tersedia, kemudian mempersilahkan peserta untuk mengikuti langkah-langkah yang diajarkan. Beberapa jenis pelatihan kerja juga didukung dengan adanya program pemagangan. Proses pemagangan tersebut memberikan peluang atau kesempatan pada peserta yang telah lolos mengikuti pelatihan kerja untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama masa pelatihan kerja berlangsung, sehingga dapat menerapkan pada dunia kerja yang sesungguhnya. e. Media Pelatihan Kerja Untuk mendukung peserta menguasai materi baik teori maupun praktek, maka akan disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai jenis pelatihan kerja yang dilaksanakan. Instruktur juga akan memberikan modul sebagai pedoman untuk memudahkan peserta dalam mengikuti materi yang sedang diajarkan. f. Manfaat Pelatihan Kerja Manfaat positif yang diterima berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan kerja ini bermanfaat bagi organisasi juga bagi individu, dalam hal ini ialah para peserta pelatihan kerja tahun 2013 yang telah berhasil mengikuti program pemerintah tersebut dengan baik. 13

14 Selain unsur-unsur yang mendukung pelaksanaan program, terdapat beberapa unsur yang menghambat atau menjadi kendala bagi keberlangsungan program tersebut. Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan program pelatihan kerja menghadapi beberapa hambatan sebagai berikut: a. Waktu Kegiatan pelatihan dilaksanakan enam hari dalam seminggu, libur pada Hari Minggu kecuali pelatihan batik jumputan yang berdasar kesepakatan diliburkan pada Hari Jumat. Waktu istirahat, shalat, dan makan setiap harinya adalah pukul sampai dengan pukul 13.00, sedangkan pada Hari Jumat istirahat dimulai pukul sampai dengan pukul Ratarata jam pelajaran untuk masing-masing jenis pelatihan kerja mencapai tujuh jam pelajaran per hari, dengan hitungan 45 menit untuk satu jam pelajaran. Sehingga, pencapaian pelaksanaan pada setiap minggunya ialah maksimal 42 jam pelajaran. Jam pelajaran tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan peserta akan pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan. b. Instruktur Instruktur berasal dari LPK, Universitas, maupun SMK baik yang berada di wilayah Kota Magelang maupun di luar Kota Magelang. Belum ada syarat pendidikan minimal secara khusus dalam pemilihan instruktur, hanya merupakan penilaian sebagai pengajar yang berkualitas dan berkompeten, dan sering diundang untuk memberikan pelatihan-pelatihan. Keterbatasan instruktur dikarenakan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang belum memiliki BLK sendiri untuk wilayah Kota Magelang, sehingga tidak dapat menyediakan pengajar-pengajar yang direkrut melalui tes CPNSD. Dengan demikian, instruktur juga tidak dapat diajukan untuk mengikuti Diklat Dasar (Dikdas) yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan kompetensi instruktur. 14

15 c. Fasilitas Fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan kerja masih sangat terbatas. Fasilitas yang paling utama dan sampai saat ini belum tersedia ialah gedung atau bangunan tempat pelaksanaan pelatihan kerja. Jumlah peralatan yang tersedia untuk pelatihan kerja tahun 2013 sudah memadai untuk menunjang siswa melaksanakan pelatihan per individu, namun kondisi beberapa peralatan yang tersedia terkadang menjadi kendala dalam kegiatan ini. Terdapat beberapa peralatan yang berkarat atau mengalami kerusakan, namun untuk kegiatan pelatihan kerja tahun berikutnya peralatan yang rusak tersebut akan diganti. 2. Pembahasan Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh Siagian (2000: ), pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah selaku stabilisator, innovator, modernisator, pelopor, dan pelaksana suatu kegiatan pembangunan tertentu. Secara lebih jelas, peran tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Stabilisator Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang berperan sebagai stabilisator dalam program pelatihan kerja, karena bertujuan untuk menekan angka pengangguran sehingga diharapkan mampu mewujudkan perubahan pada kondisi sosial masyarakat, supaya masalah pengangguran tidak menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyarakat. Peran stabilisator tersebut dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah: merencanakan jenis pelatihan kerja dengan menganalisa dan menyeleksi kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja, serta mengajarkan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kerja secara bertahap dan berkesinambungan. 15

16 b. Innovator Dalam memainkan peran selaku innovator, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pencetus program-program baru yang mendukung visi dan misi lembaga pemerintahan. Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan produktivitas tenaga kerja, serta mewujudkan kesejahteraan sosial melalui pencegahan dan pengendalian permasalahan sosial telah mendukung perencanaan program pelatihan kerja yang bertujuan untuk menekan angka pengangguran. Innovasi dilakukan dengan merencanakan metode yang digunakan dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja. c. Modernisator Segala macam bentuk pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Magelang dilatarbelakangi karena pemerintah menginginkan Kota Magelang menjadi kota yang kuat, mandiri, dan diperlakukan baik oleh daerah-daerah lainnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran, sehingga mampu mengolah sumber daya yang dimiliki. Dengan demikian, tenaga kerja dari Kota Magelang mampu bersaing dengan tenaga kerja dari daerah-daerah lainnya untuk mendapatkan posisi di pasar kerja, khususnya yang tersedia di Kota Magelang. d. Pelopor Selaku pelopor, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang menjadi panutan (role model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor yang dimaksud ialah dalam bentuk hal-hal positif yang diajarkan saat program pelatihan kerja berlangsung, seperti memberikan panutan untuk bekerja seproduktif mungkin, berlaku adil dan selalu mengajarkan 16

17 kedisiplinan kerja pada setiap peserta, serta membiasakan peserta untuk peduli terhadap lingkungan. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam menjalankan perannya sebagai pelopor sudah cukup baik. Namun, masyarakat kurang menyadari dan memahami tujuan pelatihan kerja tersebut, sehingga rasa kedisiplinan dan kepedulian yang tertanam pada masing-masing peserta pelatihan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar masih kurang. Sementara itu, masyarakat merupakan komponen pokok dalam penyelenggaraan program, sehingga keberadaannya akan mempengaruhi kelancaran dari pencapaian tujuan program tersebut. e. Pelaksana Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai tim pelaksana dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja bekerjasama dengan pihak swasta karena Kota Magelang belum memiliki UPTD BLK sebagai pelaksana teknis untuk kegiatan latihan kerja. Pihak swasta yang mendukung program pelatihan kerja ini ialah LPK, perusahaan maupun universitas swasta yang terdapat di Kota Magelang. Program pelatihan kerja menggunakan dana dari APBD, Pemerintah Daerah Kota Magelang sebagai penguasa dana dan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai pengelola dana. Dalam penyelenggaraan program pelatihan kerja, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang bertanggungjawab untuk menyediakan seluruh fasilitas yang diperlukan saat kegiatan pelatihan kerja berlangsung. Berdasarkan penelitian, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam menjalankan perannya sebagai pelaksana sudah cukup baik. Secara umum, peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan suatu kebijakan yang dibuat telah sesuai petunjuk teknis dan standar operasional prosedur Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Hanya saja, masih belum 17

18 didukung dengan ketersediaan UPTD BLK sehingga penyelenggaraan kegiatan masih kurang efektif dan efisien. Program pelatihan kerja tahun 2013 di Disnakertransos Kota Magelang merupakan program pelatihan berbasis masyarakat yang dilaksanakan di tingkat daerah. Program ini menggunakan dana APBD. Terdapat 11 jenis pelatihan kerja yaitu: teknisi komputer, teknisi handphone, montir sepeda motor, tata boga, tata rias, bahasa inggris, cenderamata fiber, batik jumputan, batik kayu, bordir, dan menjahit. Jumlah peserta secara keseluruhan terdapat 240 orang, tempat dan waktu pelaksanaan menyesuaikan masing-masing jenis pelatihan kerja. Dalam upaya penyelenggaraan program, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah: a. Tujuan pelatihan Perumusan tujuan telah mampu memenuhi kriteria tujuan pendidikan dan pelatihan yakni peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pencapaian tujuan tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan pelatihan kerja secara maksimal, dengan mendayagunakan seluruh kemampuan instruktur dan fasilitas yang tersedia. b. Peserta pelatihan Pencari kerja adalah sasaran dari program pelatihan kerja, sehingga mampu menentukan ketercapaian tujuan program. Kriteria penentuan peserta telah memenuhi persyaratan melalui tes seleksi. c. Materi pelatihan Materi telah disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Kegiatan praktek memiliki komposisi yang lebih banyak karena diharapkan peserta memperoleh pengalaman atau keterampilan praktis sehingga siap memasuki dunia kerja. 18

19 d. Metode pelatihan Instruktur menggunakan metode pelatihan campuran untuk menciptakan sumber daya yang berkompeten, mengatasi keragaman latar belakang pendidikan dan perbedaan motivasi mengikuti pelatihan kerja. e. Media pelatihan Pelatihan ini menggunakan media benda asli, gambar, papan tulis, dan modul. Peserta menilai baik dari media yang digunakan. f. Manfaat pelatihan Terdapat manfaat positif yang diterima peserta maupun penyelenggara berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, dan pengalaman mengoperasikan mesin maupun peralatan. Perubahan selalu terjadi dan tidak dapat diprediksi, pemerintah pasti menghadapi berbagai hambatan yang mengganggu kelancaran penyelenggaraan kegiatannya. Pelaksanaan program pelatihan kerja untuk menekan angka pengangguran di wilayah Kota Magelang tersebut juga tidak terlepas dari kendala yang harus dihadapi oleh pemerintah sebagai penyelenggara program. Bidang Penta Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dalam melaksanakan program pelatihan kerja menghadapi beberapa hambatan sebagai berikut: a. Waktu Pencapaian target waktu pelaksanaan telah sesuai dengan ketepatan waktu yang ditentukan, namun dengan ketersediaan waktu tersebut peserta belum terpenuhi kebutuhannya secara keseluruhan mengingat kemampuan masingmasing peserta dalam memahami materi juga berbeda satu sama lain. b. Instruktur Belum tersedianya pengajar (instruktur) tetap untuk program pelatihan kerja setiap tahunnya karena wilayah Kota Magelang belum memiliki BLK. Solusi jangka pendek untuk mengatasi kekurangan instruktur tersebut selain dengan mengkaryakan tim pelaksana dari Disnakertransos Kota Magelang 19

20 beserta pengajar dari LPK, Universitas, maupun SMK, juga dengan mengajukan permohonan personel tenaga pengajar dari BLK Kabupaten Magelang. c. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Belum adanya tempat khusus yang digunakan untuk lokasi pelatihan kerja dikarenakan wilayah Kota Magelang belum memiliki BLK sebagai UPT dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang. Untuk mengatasi keterbatasan gedung yang diperlukan tersebut, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang menyewa suatu tempat yang dianggap layak untuk melaksanakan praktek kerja, maupun menyewa ruangan di LPK yang telah ditunjuk. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah Kota Magelang ialah mempertahankan agar tidak adanya gejolak sosial masyarakat (stabilisator), melakukan hal-hal baru yang berkaitan dengan program pelatihan kerja (innovator), mengelola sumber daya yang dimiliki dengan berorientasi pada masa depan (modernisator), menjadi panutan untuk bekerja seproduktif mungkin (pelopor), dan sebagai pelaksana program pelatihan kerja. Penyelenggaraan program pelatihan kerja di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang tahun 2013 cukup optimal. Terdapat 11 jenis pelatihan kerja dengan jumlah peserta keseluruhan 240 orang. Dalam upaya penyelenggaraan program, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah tujuan pelatihan, peserta pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, serta manfaat pelatihan. Hal-hal tersebut telah sesuai standard dan prosedur yang ditetapkan, selain itu output telah benarbenar sampai ke kelompok sasaran yaitu masyarakat Kota Magelang. 20

21 Dalam pelaksanaan program pasti terdapat faktor penghambat yang muncul dan mengganggu berjalannya penyelenggaraan suatu kegiatan. Faktor yang menghambat program pelatihan kerja tersebut diantaranya adalah waktu, instruktur, dan fasilitas. Namun, ketiga hambatan tersebut dapat diselesaikan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. 2. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, untuk memperbaiki penyelenggaraan program pelatihan kerja di Disnakertransos Kota Magelang sebagai upaya dalam menekan angka pengangguran, maka peneliti merekomendasikan beberapa saran: a. Program pelatihan kerja dapat didukung dengan diadakannya program pelatihan keliling atau yang diselenggarakan dengan menggunakan sebuah unit mobil yang berisi alat-alat praktek suatu jenis pelatihan kerja tertentu, dengan tujuan agar sasaran yang akan dijangkau lebih merata. b. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang perlu segera mempersiapkan dan mengusulkan dibentuknya BLK. c. Pemerintah Daerah perlu mempertimbangkan anggaran untuk peminjaman modal usaha bagi para peserta pelatihan. 21

22 DAFTAR PUSTAKA Budi Winarno Kebijakan Publik Teori & Proses. Yogyakarta:Media Pressindo Lexy Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Mathew B. Miles & A. Michael Hubberman Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI Press. Oemar Hamalik Pendidikan Tenaga Kerja Nasional:Kejuruan, Kewiraswastaan dan Manajemen. Bandung:PT Citra Aditya Bakti Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Sadono Sukirno Ekonomi pembangunan: proses, masalah, dan dasar kebijaksanaan. Jakarta:Prenada Media Group Siswanto Sastrohadiwiryo Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrastif dan Operasional. Jakarta:Bumi Aksara Soeharsono Sagir Membangun Manusia Karya:Masalah Ketenagakerjaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Surabaya:Pustaka Sinar Harapan Soerjono Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Persada Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat yang dilaksanakan pada tingkat daerah. Peran Dinas Tenaga Kerja,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat yang dilaksanakan pada tingkat daerah. Peran Dinas Tenaga Kerja, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang merupakan program pelatihan berbasis masyarakat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial. latihan yang ada. (Sendjun Manulang, 1990:31)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial. latihan yang ada. (Sendjun Manulang, 1990:31) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Peran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Departemen Tenaga Kerja sebagai suatu lembaga pemerintahan yang melakukan pelayanan terhadap tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian a. Deskripsi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang Program pelatihan kerja dilaksanakan di Dinas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerja Kabupaten Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Pelaksanaan program ini menggunakan pendekatan bottom up, jadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerja Kabupaten Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Pelaksanaan program ini menggunakan pendekatan bottom up, jadi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan program pelatihan keterampilan institusional, dan kendala yang dihadapi UPT Balai Latihan Kerja Kabupaten Sleman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional.

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan struktur ekonomi dan industri yang tentunya akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PENELITIAN

DOKUMENTASI PENELITIAN LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN JENIS PELATIHAN KERJA FOTO KEGIATAN TEKNISI KOMPUTER TEKNISI HANDPHONE MONTIR SEPEDA MOTOR JENIS PELATIHAN KERJA FOTO KEGIATAN TATA BOGA TATA RIAS BAHASA INGGRIS JENIS PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA 2.1. Pengertian Balai Latihan Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), pengertian dari Balai Latihan Kerja dapat dijabarkan sebagai berikut : Balai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pelaksanaan Program Sebagai dasar pemikiran untuk mengungkap permasalahan yang akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini, maka terlebih dahulu mendefinisikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN MELALUI JOB FAIR DI KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN MELALUI JOB FAIR DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI STRATEGI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN MELALUI JOB FAIR DI KABUPATEN BOYOLALI S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI

SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI UPTD BLK BOYOLALI I. SEJARAH UPTD BLK BOYOLALI Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Boyolali atau disingkat UPTD BLK Boyolali adalah sebuah lembaga pelatihan milik pemerintah Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur.

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. PENINGKATAN KOMPETENSI CALON TENAGA KERJA MELALUI PELATIHAN KERJA PADA BALAI LATIHAN KERJA INSTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN (BLKIP) SURABAYA DINAS TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan lapangan atau kesempatan kerja baru untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu target yang harus dicapai

Lebih terperinci

PERAN DINAS TENAGA KERJA (DISNAKER) DALAM MENGURANGI TINGKAT PENGANGGURAN KOTA SAMARINDA

PERAN DINAS TENAGA KERJA (DISNAKER) DALAM MENGURANGI TINGKAT PENGANGGURAN KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2017, 5 (3): 1243-1256 ISSN 2477-2631(Online), ISSN 2477-2631 (Cetak) ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PERAN DINAS TENAGA KERJA (DISNAKER) DALAM MENGURANGI TINGKAT

Lebih terperinci

PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROFILE UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK TENGAH A. LATAR BELAKANG Setelah digulirkannya otonomi daerah, terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (2005:63), metode deskriptif dengan menggambarkan atau

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN STIE KBP TAHUN 2012-2016 A. VISI Visi Program Studi S1 Manajemen STIE KBP adalah Menjadi Program Studi yang Berkualitas dalam Pengajaran dan Pengetahuan Bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamid Edy Sunandi, Ekonomi Indonesia Dari Sentralisasi Ke Desaentralisasi, UII Press, Yogyakarta, 2006 hal 90.

BAB I PENDAHULUAN. Hamid Edy Sunandi, Ekonomi Indonesia Dari Sentralisasi Ke Desaentralisasi, UII Press, Yogyakarta, 2006 hal 90. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai luas wilayah yang sangat luas, terdapat banyak sumber daya alam dan banyaknya jumlah penduduk usia produktif, maka Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lantai VI Blok A Telepon 52901142 Fax. 52900925 Jakarta Selatan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Tahun Anggaran ini tanpa kendala

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kurikulum program pelatihan pemagangan perhotelan di BLK Yogyakarta:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Lt. VI A. Telp. : 021-52901142 Fax. 021-52900925 Jakarta

Lebih terperinci

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pada Guru SMP Di Lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten) NASKAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi komputer, sangat banyak manusia yang memanfaatkan teknologi untuk penunjang berbagai kebutuhan. Kebutuhan informasi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan hasil penelitian. Adapun uraian hasil dan pembahasan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan hasil penelitian. Adapun uraian hasil dan pembahasan 45 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kinerja Dinas Tenaga Kerja Dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Pencari Kerja (AK/I) Pada bab ini akan di uraikan hasil penelitian yang menyajikan data yang telah diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURSUS MENJAHIT PADA BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE. Nur Ida

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURSUS MENJAHIT PADA BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE. Nur Ida PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURSUS MENJAHIT PADA BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE Nur Ida Universitas Muhammadiyah Parepare nuridapls@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN (Studi Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman Tahun 2016)

ANALISIS STRATEGI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN (Studi Pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman Tahun 2016) A n a l i s i s S t r a t e g i D i n a s T e n a g a.. ( K a r i m o v i c K a u t s a r ) 1 ANALISIS STRATEGI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN (Studi Pada Dinas Tenaga Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Nopandi,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Nopandi,2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan formal yaitu pendidikan kejuruan pada jenjang menegah secara khusus

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program selalu diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program selalu diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program selalu diarahkan untuk mencapai tujuannya. Salah satu faktor kelancaran tujuan suatu lembaga adalah mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, dilakukan di Gugus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI GAMBARAN UMUM Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 9 Tahun 2011, tentang Pembentukan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akhir tahun Pengangguran yang terjadi di Kabupaten Sleman, salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akhir tahun Pengangguran yang terjadi di Kabupaten Sleman, salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Deskripsi Program Tingkat pengangguran di Kabupaten Sleman terus meningkat sampai akhir tahun 2012. Pengangguran yang terjadi di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 TEMA : PENINGKATAN KOMPETENSI CALON TENAGA KERJA DI KEBUMEN MELALUI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI ( PBK ) DI BLK A. Dasar Hukum UPTD Unit Balai Latihan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan Suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka. dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dalam penulisan tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengawasan Ketenagakerjaan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu diantara kebutuhan pokok manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan perubahan pemahaman,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjadi ahli serta dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Alloh SWT, atas berkat taufik dan hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transdmigrasi Kabupaten Garut Tahun 20115-2019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. baik. Perlu diakui bahwa tidak semua manusia dapat tumbuh dan berkembang

BAB V PENUTUP. baik. Perlu diakui bahwa tidak semua manusia dapat tumbuh dan berkembang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dengan demikian, manusia dapat mencapai kemamjuan di berbagai bidang yang pada akhirnya dapat menempatkan seseorang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja membuahkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peranan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencari Kerja

Kata Kunci : Peranan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencari Kerja PERANAN DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MEMBANTU PARA PENCARI KERJA DI KABUPATEN SAROLANGUN DAHMIRI*), MASITA DEWI**) *) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi **)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 2

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehubungan dengan permintaan dunia kerja terhadap tenaga kerja yang terampil dan mempunyai kualitas yang tinggi maka peningkatan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja

Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN Program dan Kegiatan UPTD Balai Latihan Kerja PAPAR A N K E PAL A U P T D B AL A I L AT I H A N K E R J A ( B L K ) D I N AS S O S I AL D AN T E N AG A K E R J A K AB U PAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai wahana penting dalam pembentukan sumber daya manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan. Kesuksesan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb No.1543, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sekolah Tinggi Transportasi Darat. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 150 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan untuk mendukung hak dan kewajiban. Penyandang cacat juga merupakan subyek hukum. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai berikut : Visi, Misi, dan Jumlah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini, penelitiakan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dari uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu Efektivitas

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1895, 2016 KEMENAKER. Pemagangan Dalam Negeri. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan cukup banyak, namun sebagian besar masih memiliki kualitas yang tergolong rendah. Hal ini dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci