Bunuh Diri dan Sekolah yang Subsisten. Ditulis oleh Wiji Suprayogi Senin, 01 Juni :46

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bunuh Diri dan Sekolah yang Subsisten. Ditulis oleh Wiji Suprayogi Senin, 01 Juni :46"

Transkripsi

1 Anak sekolah bunuh diri menjadi berita hangat di media beberapa hari ini. Banyak orang terkejut dan bertanya-tanya mengapa hal itu terjadi. Berbagai analisa dikemukakan untuk menjawab pertanyaan itu, ada yang menganggap masalah keluarga saja, ada yang menilai kondisi psikologis masyarakat kita memang sakit, ada pula yang menilai kejadian itu terjadi karena pemerintah tidak menyediakan dana yang memadai untuk pendidikan. Saya mencoba melihat dari sisi lain. Tentu saja tulisan saya ini bukanlah sebuah kesimpulan tetapi sebuah opini yang bisa saja keliru dan perlu disempurnakan lebih lanjut. Ada masa di mana manusia hidup secara subsisten. Artinya, kehidupan masyarakat bertani atau berburu yang hasilnya dikonsumsi sendiri atau dipertukarkan secara kecil-kecilan dengan konsumsi lain. Mereka membangun rumah untuk ditinggali sendiri. Pokoknya, bekerja untuk menghasilkan sesuatu bukan sebagai komoditas yang dijual di pasar, disetorkan kepada majikan, dipersembahkan kepada penjajah atau pemeras, kegiatan ekonomi subsisten bersifat mandiri tapi statis. Orang hanya berkarya, bekerja sebatas kebutuhan yang bersifat sesaat (Heryanto, Ariel, dalam Ecstasy gaya Hidup, Mizan, Bandung, 1977). Dalam kehidupan seperti ini berbagai kegiatan mulai dari seni, pendidikan, cinta, sex, agama, maupun kegiatan sehari-hari lainnya hanya dinikmati sendiri oleh kelompok yang bersangkutan. Pembagian kerja mulai ada tetapi tidak begitu rumit dan kompleks. Dalam perkembangan berikutnya muncullah di dalam masyarakat pranata politik yang lebih kompleks bernama kerajaan. Pola kehidupan pun berubah. Pola produksi dan pola konsumsi masyarakat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Yang tadinya produksi dan konsumsi hanya untuk diri sendiri dalam zaman ini mulai dikenal perdagangan, upeti, dan profesionalitas. Orang mulai mengenal sistem pemerintahan, upeti, alat tukar barang, peraturan, dan waktu luang. Pada masa ini kehidupan menjadi lebih rumit dengan aturan-aturan dan juga sistem masyarakat yang bertingkat-tingkat. Yang menjadi acuan jelas kerajaan. Soal, seni, pendidikan, sex, agama, maupun kegiatan sehari-hari lainny a yang dianggap profesional, adiluhung dan baik adalah yang berasal dari kerajaan. Di dalam kerajaan segalanya terpenuhi dan mitos-mitos dibangun dan dikembangkan melalui agama serta seni yang katanya adiluhung untuk mepertahankan kekuasan dan kekuatan kerajaan. Pendek kata di dalam kerajaan berhasil diciptakan yang dinilai benar dan adiluhung karena basis materialnya memang memadai. Ada yang mendanai dan disubsidi penuh dari kerajaan. 1 / 6

2 Lalu ada masa dalam perjalanan bangsa kita bernama masa penjajahan. Kolonialisme menghancurkan berbagai pranata kerajaan yang ada dan memunculkan pranata lain yang setipe tetapi dengan basis material dan produksi yang berbeda. Di sini mulai dikenal apa yang namanya modernitas dan kapitalisme. Kehidupan ekonomi bukan melulu hanya untuk diri sendiri atau dipersembahkan kepada raja tetapi mulai diperdagangkan dan mulai dikenal sistem perekonomian yang lebih kompleks. Tetapi masyarakat kita dalam beberapa hal masih dipertahankan dalam kondisi subsisten atau dalam kondisi seperti ketika berbagai kerajaan berjaya dengan segala macam mitosnya supaya pihak kolonial tetap berkuasa. Pengenalan berbagai macam ideologi dan pendidikan mulai ada di zaman kolonial ini. Pembagian tugas, pembedaan-pembedaan, pola hidup masyarakat, pola jaringan, pola interaksi jelas mengalami perkembangan dan menuju tingkatan yang lebih rumit. Pengenalan kepada teknologi dan berbagai keuntungan yang didapat dari teknologi makin meninggalkan pola hidup subsisten dan kerajaan. Tetapi perlu diingat juga bahwa ada banyak kelompok masyarakat yang dalam usahanya bertahan hidup justru kembali kepada pola hidup subsisten. Salah satu contohnya adalah pola pengerjaan sawah. Sebuah sawah yang luasnya tak seberapa dikeroyok begitu banyak orang yang mencari nafkah dan menggantungkan hidup dari sawah dan si empunya sawah. Tidak kurang tidak lebih. Dalam dua abad ini, bersamaan dengan tata masyarakat kerajaan yang memudar serta kolonialisme yang berkembang dan kemudian kian makin habis memudar juga, muncullah tata kehidupan yang lebih berorientasi kepada kapitalisme. Sebuah pola kehidupan yang berorientasi kepada para pemilik modal. Kedudukan bangsawan dikudeta oleh kaum pedagang dengan senjata teknologi dan uang. Legitimasi istana yang bersemboyan kawula gusti kini diinjak-injak oleh semangat individualisme, hak asasi, dan kemanusiaan borjuis. Mitos dan agama digeser sekularisme dan rasionalitas. Tata sosial kerajaan digantikan nasionalisme. Segala hal diperjual belikan dengan uang, termasuk tenaga kerja, harga diri, kerja sama, kesetiaan, keadilan, kebenaran, etika dan seni (Her yanto, Ariel, dalam Ecstasy gaya Hidup, Mizan, Bandung, 1977). Dalam kondisi seperti ini jelas siapa yang empunya kapital dan menguasai basis material yang tidak hanya uang yang lebih berkuasa dan menentukan banyak hal. Termasuk menentukan pilihan baju seperti apa yang kita pakai. Tetapi di bangsa kita keadaan itu bercampur baur pula dengan hegemoni kekuasaan politik berupa rezim yang menindas selama puluhan tahun di zaman Orde Baru, ketika semua menjadi diseragamkan dan bahkan juara membaca puisi serta puisi terbaik yang menurut saya karya seni paling subyektif pun ditentukan oleh negara atau aparatnya. Sejarah sosial yang saya coba rangkum secara acak itu jadi kalau keliru mohon dibetulkan tentu saja meninggalkan dan menanamkan berbagai pola pikir dan pola hidup serta perubahan-perubahan. Di zaman ini ketika kapitalisme berkuasa hampir tidak mungkin hidup di 2 / 6

3 kota besar hanya bermodal sepetak sawah untuk diri sendiri tanpa ada usaha kreatif untuk memperkaya nilai dan fungsi sawah tersebut sehingga menjadi komoditas yang bisa diperdagangkan. Semuanya diukur dengan seberapa banyak kita memiliki modal dan seberapa kreatif kita menciptakan komoditas untuk dikonsumsi. Semuanya menjadi komoditas termasuk agama, sex, etika, dan kehidupan pribadi. Pada akhirnya harga diri dan siapa kita lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita konsumsi karena konsumsi kita menentukan juga seberapa kapital yang kita miliki. Intinya kita mengalami perubahan yang begitu besar selama bertahun-tahun itu dan menuntut pula strategi yang lain dalam setiap zamannya. Sekolah seharusnya juga mengalami berbagai macam perubahan itu. Ketika kehidupan subsisten berlangsung mungkin belum perlu ada sekolah. Semuanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Ketika pranata makin rumit sekolah dalam bentuknya yang sesuai zaman muncul dan diperlukan untuk belajar berbagai hal. Tetapi ketika kerajaan berkuasa maka mereka yang dekat kepada kekuasaan yang memperoleh akses itu untuk mendukung berdirinya kerajaan. Ketika kapital mulai berkuasa dan ideologi-ideologi mulai bermunculan dan sistem itu membutuhkan pekerja-pekerjanya sekolah semestinya juga muncul dengan mengikuti langgam ini. Saya tidak bilang sekolah dibentuk dan berkembang mengikuti perkembangan itu tanpa ada dialog dan tanpa ada sisi kemerdekaannya sama sekali. Hanya saja mau tidak mau memang berbagai perkembangan zaman itu mempengaruhi apa yang namanya sekolah. Hal ini tergantung dari mana pula kita melihat definisi sekolah tersebut. Saya lebih berbicara pada pengaruh perubahan zaman. Bukankah memang benar bahwa sekolah mau tidak mau pasti menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada? Di zaman kerajaan sekolah adalah milik mereka yang bangsawan saja, di zaman kolonial sekolah diadakan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja administrasi pemerintahan kolonial. Memang pada zaman di mana modernitas muncul sekolah atau pendidikan menjadi hak tiap orang. Seharusnya siapa pun sekolah tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sekarang pun mereka yang bersekolah adalah mereka yang memiliki modal. Uraian seorang teman guru di bawah ini mungkin bisa menggambarkan keadaan sekolah kita dari zaman ke zaman. Menurut dia, yang tinggal di Kulon Progo, umurnya sekitar 70 tahun, dulu ketika zaman penjajahan sekolah itu sulit dan hanya menjadi milik 3 / 6

4 para bangsawan atau mereka yang menjadi pegawai pemerintahan. Nantinya kalau sekolah pasti menjadi pegawai pemerintah Belanda dan hidupnya lumayan terjamin. Menjadi priyayi. Trus ketika zaman kemerdekaan dan Orde Baru awal sekolah memang menjadi sarana juga untuk menjadi pegawai negeri atau pegawai di beberapa instansi yang dalam pandangan Guru tadi keren dan bonafid. Sekolah di masa itu katanya disubsidi terus oleh negara walau dikorupsi juga di sana-sini. Atau kalau tidak oleh negara disubsidi penuh dari lembaga donor asing. Guru-guru sebenarnya menurut dia tinggal mengerjakan tugas sesuai aturan dan nanti akan dengan otomatis naik pangkat dan gajinya makin besar. Jadi walaupun gajinya kecil guru-guru tersebut sebenarnya lumayan terjamin kehidupannya. Semua peralatan sekolah juga disubsidi oleh negara. Ketergantungan kepada negara dan donor asing dengan demikian menjadi besar sekali. Saya tidak tahu apakah ini pembodohan atau memang harus begitu kejadiannya karena hegemoni negara menjadi amat besar. Bahkan para mahasiswa harus dinormalkan kehidupan kampusnya supaya mereka belajar dengan baik dan benar. Sekarang kata Guru ini, sekolah mahal dan tidak menjamin dapat pekerjaan. Jika dihubungkan dengan perkembangan tata kehidupan masyarakat dan perkembangan kapitalisme yang menuntut persaingan, modal, dan kreatifitas membangun komoditas. Sekolah sepertinya malah dibangun untuk menjadi kebalikkannya. Tidak didukung untuk berkembang menjadi sekolah yang mandiri tetapi dihegemoni kalau salah bahasanya dibenarkan ya sedemikian rupa sehingga menjadi seragam dan tidak kreatif sama sekali. Kasus begitu banyak sekolah swasta hancur ketika donasi dari negara yang lebih maju berhenti adalah salah satu kasusnya. Sekolah tidak mempunyai kemampuan bersaing untuk mencari dana sendiri dan meningkatkan profesionalitasnya. Bagi saya sekolah di banyak tempat di Indonesia masih hidup dalam era subsisten hanya untuk menghidupi diri sendiri. Tidak kurang tidak lebih dan statis. Hegemoni dan subsidi yang berlebihan tanpa disertai kreatifitas mematikan nalar-nalar kreatifitas dan ide untuk membuka jalan bagi berkembangnya sekolah-sekolah yang sekarang banyak yang kolaps dan runtuh gedung-gedungnya. Semuanya mengeluh tidak ada biaya untuk memperbaiki. Di lain pihak para pemegang kapital yang memiliki pabrik yang sebenarnya konsumen terbesar dari produk sekolah maaf jadi ekonomi banget tidak ikut serta mendukung secara penuh institusi sekolah ini. Mereka berjalan sendiri dan gembira menikmati produk dari sekolahan ini sambil terus berkoar-koar bahwa mutu pendidikan makin jelek dan mereka menerima masukan dari pendidikan yang kurang berkualitas. Setahu saya dalam dunia kapitalisme ada moral dan etika untuk mengembalikan berbagai keuntungan kepada masyarakat dan itu nantinya akan kembali lagi kepada mereka dalam bentuk yang lain lagi berupa tenaga trampil atau dukungan bagi setiap usaha mereka sehingga sistem ini berjalan. Tapi sepertinya para pemilik kapital itu lebih suka mencari keuntungan sendiri dengan resiko sekecil mungkin sehingga 4 / 6

5 melengganglah mereka sendiri sendiri seolah tidak berhubungan sama sekali. Permasalahannya adalah, negera terlalu berkuasa, negara miskin, sekolah menjadi subsisten sampai ke elemen-elemennya yang paling dasar. Di sebuah kabupaten saya menjumpai semua guru memfotokopi rencana mengajar yang disusun oleh kelompok mereka sehingga semuanya seragam tanpa kreatifitas sama sekali. Sudah hanya berhenti di situ. Permasalahan lain, para pemilik kapital tidak begitu konsen dengan dunia yang sebenarnya menghidupi mereka itu. Di sini saya melihat kalau semua perkembangan tata masyarakat itu tidak berjalan beriringan tapi menuju ke arah yang berlawanan satu dengan yang lainnya. Dunia makin maju eh sekolah malah tetep bertahan dengan pola subsisten. Jadi kalau gedung runtuh ya sudah tidak ada usaha untuk mencari dana atau mengusahakan dana. Ya sudah nanti nunggu bantuan dari pemerintah. Sekolah swasta lebih parah lagi karena bisa jadi mereka tidak dapat bantuan sama sekali. Di sisi lain kehidupan para guru juga subisten sekali. Saya menjumpai guru-guru yang mengajar disebuah sekolah swasta yang tidak digaji selama hampir tiga bulan, mereka memang mengeluh tapi jawabannya ketika ditanya kenapa tidak berusaha? Ya sudah itu sudah nasib toh di rumah untuk makan masih ada dan masih bisa. Yang penting dapur tetap ngebul dan status guru tetap terjaga. Bukankah ini sebuah gaya hidup subsisten dan gaya hidup priyayi yang memuja status? Pihak Yayasan yang mengelola sekolah itu sama saja, tidak ada ide sama sekali untuk menggali dana atau alternatif pendidikan lain. Lebih baik memikirkan diri sendiri untuk hidup. Tapi dengan cara subsisten tadi. Apa adanya sajalah. Bukankah ini tidak sejalan dengan kehidupan kapitalisme yang menguasai kita sekarang ini? Sungguh saya tidak ingin mengajak sekolah hanya melulu memikirkan uang. Tetapi kalau sekolah tetap subsisten seperti itu dan tidak ada kreatifitas sama sekali kita akan terlindas persaingan. Dengan Vietnam saja kita kalah sekarang ini. Sialnya saat ini masih ada saja mereka yang terbuai romantisme kalau segala sesuatu lebih baik di zaman dahulu. Semua terpenuhi dan semua berjalan dengan normal. Normal yang bagaimana wong pembodohan kok. Bagi saya mungkin sebuah dosa ketika sekolah justru tidak berhasil mengantisipasi kemajuan zaman karena hanya akan menghasilkan siswa yang juga tidak akan bisa hidup dan tersingkir dilindas zaman dan akhirnya bunuh diri. Sungguh tragis lagi bahwa semua itu masih ditambah kebiasaan korupsi untuk memenuhi gaya hidup subsisten itu tadi. Kita perlu meningkatkan mutu pendidikan dan itu sebuah keharusan yang harus dijalankan oleh berbagai pihak secara bersinergi. 5 / 6

6 Lalu apa hubungannya dengan bunuh diri? Bukankah jelas bahwa kita semua sedang melaksanakan bunuh diri masal jika semua berjalan sendiri sendiri bertolak belakang dan tidak saling mendukung. Kita sebentar lagi hanya akan menjadi penonton dan konsumen tak berdaya dan terjajah lagi dan sialnya bisa jadi identitas bangsa kita tidak ada lagi. Bagaimana mau menciptakan identitas bila sisetm pendidikan kacau dan masayarakatnya justru tidak menjadi makin pandai? Bagaimana pabrik-pabrik dapat berjalan dengan baik jika masukan dari dunia pendidikan pensuplai tenaga kerja terbesar berkualitas kampungan, bodoh termasuk saya ini, dan tidak trendy sama sekali? Kalau sudah begitu dari mana kita hidup? Bukankah itu juga berpengaruh pada pemasukan negara? Sementara negara juga tidak memiliki tenaga yang baik dan profesional karena menerima pewagai yang kurang baik dari sekolahan. Nah kalau dihubungkan dengan bunuh diri anak-anak sekolah belakangan ini. Bagi saya semuanya jadi kelihatan wajar. Dalam sekolah yang subsisten apa yang bisa diharapkan selain siswa yang tidak dapat berpikir kreatif dan mudah putus asa? Ya sudah semuanya jadi kelihatan buntu. Melihat anak tidak bisa membayar sekolah guru pun biasanya marah-marah karena kepepet tidak punya uang. Tidak ada usaha untuk mencari celah-celah pendanaan yang lain. Masyarakat menuntut juga kalau sekolah harus menghasilkan siswa yang pandai dan mereka stress karena harus membayar tinggi. Seperti saya bilang dunia usaha ongkang ongkang menerima masukan dari dunia pendidikan tanpa memikirkan sekolah megap-megap bertahan hidup. Bukankah ini stress tingkat tinggi. Bagi anak yang terbiasa dikondisikan dalam suasana subsisten sementara di rumah mereka stress karena keluarga yang kurang dan di luar dunia kapitalisme menuntut mereka trendy dan wangi serta bisa mengkonsumsi banyak hal, pasti ada anak yang tidak tahan dan akhirnya bunuh diri. Malu Bo! Cuman tragisnya bukan malu karena tidak mampu otaknya tapi bener-bener malu kepepet dan tidak tahu jalan keluar. Adakah ini juga bagian dari budaya kemiskinan? Mungkin bunuh diri itu walaupun anaknya tidak sadar memang bagian dari pilihan untuk melawan subsistensi itu sendiri. Perlu revolusi besar-besaran dan juga sinergi banyak pihak untuk memperbaiki semua ini. Bagi saya ini adalah panggilan untuk melayani agar bunuh diri masal tidak berlangsung terus menerus. Bagaimana pun sekolah adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat yang menjadi salah satu penyangga berdirinya negara kita ini. Mari kita mengerjakan semuanya seperti kita mengerjakannya untuk Tuhan. Anda merasa ini panggilan atau tidak? Selamat berjuang Tuhan memberkati. 6 / 6

Belajar Miskin. Ditulis oleh Wiji Suprayogi Senin, 01 Juni :45

Belajar Miskin. Ditulis oleh Wiji Suprayogi Senin, 01 Juni :45 Oscar Lewis, seorang antropolog, mengungkapkan bahwa masalah kemiskinan bukanlah masalah ekonomi, bukan pula masalah ketergantungan antar negara atau masalah pertentangan kelas. Memang hal-hal tadi dapat

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. I. Nasionalisme TKI dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park

BAB IV ANALISA DATA. I. Nasionalisme TKI dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Peneliti I. Nasionalisme TKI dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park Nasionalisme TKI dalam film Minggu Pagi di Victoria Park ini muncul berdasarkan penggunaan tanda. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan laki-laki hanya saja terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki laki dan perempuan

Lebih terperinci

Permasalahan utama bagi saya justru datang dari perlakuan orang tua dan masyarakat di mana anak itu tinggal.

Permasalahan utama bagi saya justru datang dari perlakuan orang tua dan masyarakat di mana anak itu tinggal. Dua minggu yang lalu, saya menjumpai sebuah kisah yang lumayan rumit. Saya menghadapi keluarga yang anaknya tiba-tiba stress dan tidak mau sekolah. Ternyata penyebabnya adalah permasalahan cinta. Rupanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau

Lebih terperinci

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Surat Kepercayaan Gelanggang SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami

Lebih terperinci

MAHASISWA SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMBELA MERAH PUTIH. Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda

MAHASISWA SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMBELA MERAH PUTIH. Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda MAHASISWA SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMBELA MERAH PUTIH Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda Sejarah Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran pemuda sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI

KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI KARYA TULIS ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PELAKSANAAN NILAI PANCASILA PADA ERA REFORMASI Oleh : 1. Fauzi R. I. Karo-Karo (13071010) 2. Vicky Zulfikar Adhi Putra (13071019) 3. Nevi Yuliana

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA KORUPSI

TUGAS AKHIR PANCASILA KORUPSI TUGAS AKHIR PANCASILA KORUPSI ERICH ZULKIFLI 11.02.7991 A D III MANAJEMEN INFORMATIKA Khalis Purwanto.MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 DAFTAR ISI BAB I 1. ABSTRAK 2. Latar Belakang Masalah 3. Rumusan

Lebih terperinci

Kami manusia terpelajar...

Kami manusia terpelajar... RESEP DOKTER Buku ini kontroversial, karena isinya benar adanya. Buku ini radikal, tidak seberapa, karena kenyataan yang ada jauh lebih radikal dibanding konten di buku ini. Buku ini mengandung konten

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Kemunculan karya sastra Indonesia yang mengulas tentang kolonialisme dalam khazanah sastra Indonesia diprediksi sudah ada pada masa sastra Melayu Rendah yang identik dengan bacaan-bacaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siang itu sekitar pukul 11.00 di saat anak-anak seusianya sibuk belajar dan bermain di sekolah, Sarminto (13) warga Dukuh Bono, Desa Jiwan, Kecamatan Karang nongko

Lebih terperinci

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th. Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang Roma 8:31-39 Pdt. Andi Halim, S.Th. Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan dalam BAB I akan dibahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 6 SD Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI SUATU PERBANDINGAN DAN APLIKASI SISTEM EKONOMI INDONESIA DEFINISI SISTEM EKONOMI

SISTEM EKONOMI SUATU PERBANDINGAN DAN APLIKASI SISTEM EKONOMI INDONESIA DEFINISI SISTEM EKONOMI SISTEM EKONOMI SUATU PERBANDINGAN DAN APLIKASI SISTEM EKONOMI INDONESIA DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM DEFINISI SISTEM EKONOMI Gregory Grossman (1984) : Sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur

Lebih terperinci

Ditulis oleh AdminMaI.Com Sabtu, 26 November :43 - Pemutakhiran Terakhir Selasa, 13 Desember :01

Ditulis oleh AdminMaI.Com Sabtu, 26 November :43 - Pemutakhiran Terakhir Selasa, 13 Desember :01 NASIB KAUM TANI Oleh: A. Ponta, Aktivis Tani, Tinggal di Bandung Bagi kaum sosialis ilmiah, perjuangan untuk mewujudkan sosialisme, mengandung pengertian bahwa terjadinya transformasi kepemilikan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

Indonesia di Tangan Kaum Muda

Indonesia di Tangan Kaum Muda Mimbar Mahasiswa Indonesia di Tangan Kaum Muda Aiman Nabilah Rahmadita - detiknews https://news.detik.com/kolom/d-3940969/indonesia-di-tangan-kaum-muda Rabu 28 Maret 2018, 12:20 WIB Ilustrasi: Mindra Purnomo

Lebih terperinci

Kampanye Paling Efektif Saat Ini. Oleh : Ari Suseno

Kampanye Paling Efektif Saat Ini. Oleh : Ari Suseno Kampanye Paling Efektif Saat Ini Oleh : Ari Suseno Saat ini semua partai politik dan tokoh yang akan mencalonkan diri sebagai presiden negeri ini sedang dipusingkan dengan upaya-upaya politik mereka untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil 117 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Kowani sebagai federasi merupakan persatuan dari beberapa organisasi perempuan yang

Lebih terperinci

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN MAKNA NASIONALISME DALAM PEMIMPIN. Disusun oleh: Alvi Muhayat Syah

MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN MAKNA NASIONALISME DALAM PEMIMPIN. Disusun oleh: Alvi Muhayat Syah MAKALAH KAJIAN KEISLAMAN DAN KEINDONESIAAN MAKNA NASIONALISME DALAM PEMIMPIN Disusun oleh: Alvi Muhayat Syah 1506749552 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan 8 Hemat Energi Bertelepon dan bermain drama hampir sama. Dalam dua kegiatan tersebut terdapat percakapan. Tahukah kamu bagaimana berbicara di telepon? Apa pula yang dinamakan drama itu? Belajar Apa di

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita. tidak lagi mempertahankan paradigma lama, yaitu teacher

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita. tidak lagi mempertahankan paradigma lama, yaitu teacher BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak lagi mempertahankan paradigma lama, yaitu teacher center (guru memberikan pengetahuan kepada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU

Lebih terperinci

ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008

ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008 ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

Kelas Bisnis Online Fahmi Hakim

Kelas Bisnis Online Fahmi Hakim Jurus Ratusan Juta Perbulan 100 Juta Perbulan, apakah mungkin? Apakah menurut anda itu sulit? Ataukah menurut anda itu mudah? Jawaban ada di keyakinan anda sepenuhnya. Jika anda yakin bahwa 100 Juta itu

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Talk Show dan Kompetisi Debat UNTIRTA 2010 Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.

Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini. Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini. Mungkin hanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menentang kedatangan Presiden Barack Obama

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI KELOMPOK J NAMA : MELANY MUSTIKA DEWI NIM : 11.12.6098 JURUSAN : S1 - SI MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA DOSEN : JUNAIDI M,Hum STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki sistem dan visi pendidikan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki sistem dan visi pendidikan yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran penting dalam keberhasilan suatu bangsa. Setiap bangsa memiliki sistem dan visi pendidikan yang berbeda-beda. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia karena pendidikan dan kehidupan manusia selalu berjalan bersama.

Lebih terperinci

MATERI 7 GLOBALISASI DAN JATI DIRI BANGSA

MATERI 7 GLOBALISASI DAN JATI DIRI BANGSA MATERI 7 GLOBALISASI DAN JATI DIRI BANGSA 1. Globalisasi dan Jati Diri Bangsa Apabila kita berbicara mengenai perubahan suatu bangsa secara tidak langsung kita berbicara mengenai globalisasi dan modernisasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Pada bulan Agustus kita sebagai warga Negara Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Negara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik BAB VI KESIMPULAN Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah historiografi komunitas yang terhempas dalam panggung sejarah kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah*

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah* Nomor 15, Januari - 2008 Redaksi: Edi Cahyono, Maxim Napitupulu, Maulana Mahendra, Muhammad Husni Thamrin, Hemasari Dharmabumi Diterbitkan oleh: Yayasan Penebar penebar e-news terbit sebagai media pertukaran

Lebih terperinci

Lomba Esai Generasi Milenial 2017

Lomba Esai Generasi Milenial 2017 JUDUL ESAI CINTA MULA - MULA Lomba Esai Generasi Milenial 2017 Tantangan dan Peluang Generasi Abad 21 Disusun oleh: Eatting Ice Cream Surakarta Tahun 2017 Kenapa ada begitu banyak orang memandang rendah

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada dua komunitas yaitu komunitas Suku Bajo Mola, dan Suku Bajo Mantigola, menunjukkan telah terjadi perubahan sosial, sebagai

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia?

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Tugas Individu Manajemen strategik pendidikan Nama :Apri Eka Budiyono Nim : 2016081005 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Paradigma pendidikan yang sudah di tuliskan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 9. Tanggapan Responden Terhadap Mengenai Diperbolehkan. Memberikan Ide Baru Tanggapan Responden Tentang Manajer Mendukung

DAFTAR TABEL. 9. Tanggapan Responden Terhadap Mengenai Diperbolehkan. Memberikan Ide Baru Tanggapan Responden Tentang Manajer Mendukung DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin.......55 2. Identitas Responden Menurut Umur.......56 3. Identitas Responden Menurut Latar Belakang Pendidikan...... 57 4. Identitas

Lebih terperinci

SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR

SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR MEMBANGUN MASYARAKAT MANDIRI YANG BERAKHLAK BAIK MELALUI MEMBANGUN EKONOMI BERDASARKAN SIKAP SEBAGAI KARYAWAN ALLAH SARANA MENUJU INDONESIA ADIL & MAKMUR LANDASAN BERFIKIR SERI : PERTAMA Antono Basuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

Munculnya Sebuah Keluarga

Munculnya Sebuah Keluarga Munculnya Sebuah Keluarga Berbicara tentang cinta tidak pernah akan habis. Hal ini merupakan itrah manusia, tinggal kadarnya saja perlu kita ketahui lebih mendalam. Maka untuk itu marilah kita bersama-sama

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Kelas/Semester : X1/2 Standar : 2. Menganalisis Perkembangan bangsa sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah KRISIS ASISTEN RUMAH TANGGA Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah tangga atau saya lebih suka menyebutnya asisten rumah tangga (ART) bisa betah bekerja? Dua tahun terakhir semenjak saya membuka usaha

Lebih terperinci

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. DASAR PRESENTASI PERSIAPAN Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. Persiapan Dasar Persiapan yang baik bisa dimulai dengan menganalisis tiga faktor di bawah ini: - pada acara apa kita

Lebih terperinci

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut? BAB I 1.Latar Belakang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,negara Indonesia tetap berpegang

Lebih terperinci

Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Yakobus yang menuliskan kitab ini adalah saudara Tuhan Yesus, bukan rasul Yakobus. Yakobus juga adalah saudara Yudas, penulis

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR FILSAFAT PANCASILA

TUGAS AKHIR FILSAFAT PANCASILA TUGAS AKHIR FILSAFAT PANCASILA NAMA : LADOSENTA P.A NIM : 11.11.5203 KELOMPOK : E PROGRAM STUDI & JURUSAN : SI-TI-08 DOSEN : DR.ABIDARIN ROSYIDI, M.M.A Assalamu alaikum Warohmatullahiwabarokathu, Saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah merupakan kekayaan budaya nasional sejak dahulu kala. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam rempah-rempah yang disediakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan perubahan bentuk kehidupan menjadi kehidupan yang kompleks karena setiap anggota

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi

Lebih terperinci

Tahun ini memang jadi tahun yang kemrungsung bagi para calon wakil wakyat itu. Ya, maaf,..

Tahun ini memang jadi tahun yang kemrungsung bagi para calon wakil wakyat itu. Ya, maaf,.. Tahun ini memang jadi tahun yang kemrungsung bagi para calon wakil wakyat itu. Ya, maaf,.. kalo aku harus ngrasani semua. Tapi ya memang begitu itu kenyataannya. Tiba-tiba orang itu berubah. Tidak yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20 KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Pada saat ini kondisi kaum perempuan di negeri ini memang telah mengalami perbaikan di bandingkan dengan masa-masa dahulu. Kita dapat melihat bagaimana

Lebih terperinci

KATA-KATA BIJAK 2 TOKOH INDONESIA. A. Kata-kata Bijak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

KATA-KATA BIJAK 2 TOKOH INDONESIA. A. Kata-kata Bijak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) KATA-KATA BIJAK 2 TOKOH INDONESIA A. Kata-kata Bijak (Gus Dur) 1. "Betapa banyak hal-hal tragis/ menyedihkan terjadi karena kita tidak dapat membedakan antara mengetahui dan mengerti akan perjalanan hidup."

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi komunikasi massa memberikan konstitusi yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat menarik perhatian

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci