Komang Wahyu Dwi Suspriyawan NPM :
|
|
- Yandi Sanjaya
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MUTU PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) MENURUT PERSEPSI PASIEN GIGI DAN MULUT (Identifikasi Dilakukan di Puskesmas Wilayah Kabupaten Gianyar, Bali) Komang Wahyu Dwi Suspriyawan NPM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014 i
2 MUTU PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) MENURUT PERSEPSI PASIEN GIGI DAN MULUT (Identifikasi Dilakukan di Puskesmas Wilayah Kabupaten Gianyar, Bali) Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Oleh : Komang Wahyu Dwi Suspriyawan NPM : Menyetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II G. A. Yohanna Lily, drg., M.Kes., AAK I Putu Indra Prihanjana, drg., M.Kes NIK : NIK : ii
3 Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul : MUTU PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) MENURUT PERSEPSI PASIEN GIGI DAN MULUT (Identifikasi Dilakukan di Puskesmas Wilayah Kabupaten Gianyar, Bali) yang telah dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 26 Februari Atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan. Denpasar, 26 Februari 2014 Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua, G. A. Yohanna Lily, drg., M.Kes., AAK NIK : Anggota : Tanda tangan 1. I Putu Indra Prihanjana, drg., M.Kes 1.. NIK I Nyoman Panji Triadnya P, drg., M.Kes 2... NIK Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID NIP iii
4 MUTU PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) MENURUT PERSEPSI PASIEN GIGI DAN MULUT (Identifikasi Dilakukan di Puskesmas Wilayah Kabupaten Gianyar, Bali) Abstrak Mutu pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan itu sendiri. Sekitar 72,12% dari penduduk Bali belum memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, yang senantiasa akan bermasalah ketika mereka jatuh sakit. Di Bali, dikenal adanya Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang merupakan jaminan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakat Bali. Penyedia jasa pelayanan kesehatan tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. Langkah pertama untuk mengatasi kesenjangan antara persepsi konsumen (pasien) dan persepsi penyedia jasa pelayanan kesehatan (puskesmas) adalah mengidentifikasi dan mengenal kebutuhan pasien, serta faktor apa saja yang berpengaruh terhadap persepsi mutu pelayanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana mutu pelayanan JKBM, yang ditinjau dari persepsi pasien. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian melalui survei secara deskriptif. Variabel yang diukur adalah mutu pelayanan JKBM menurut persepsi pasien. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner open and close question. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui tendensi sentral dari suatu data berupa mean, median, modus, serta simpangan baku. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai mutu pelayanan berada pada range interval kelas keempat yang bernilai baik. Kesimpulan penelitian ini adalah mutu pelayanan program JKBM di puskesmas wilayah Kabupaten Gianyar adalah baik menurut persepsi pasien. Kata kunci : mutu pelayanan, Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), persepsi iv
5 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Persetujuan Pembimbing.... Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan.... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi vii ix x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Pengertian JKBM Tujuan JKBM Sasaran JKBM Landasan Hukum Tata Laksana Kepesertaan Tata Laksana Pelayanan Kesehatan JKBM Manfaat yang Diperoleh Peserta JKBM Persepsi Pengertian Persepsi Tahap-tahap dalam Persepsi Selektivitas Persepsi Mutu Pelayanan Pengertian Mutu Pelayanan dan Batasannya Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan Kerangka Konseptual BAB III HIPOTESIS BAB IV METODE PENELITIAN v
6 4.1 Jenis Penelitian Variabel Penelitian Definisi Operasional Subyek Penelitian Tempat dan Waktu Instrumen Alat dan Bahan Jalannya Penelitian Analisis Data BAB V HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Analisis Data Statistik BAB VI PEMBAHASAN BAB VII KESIMPULAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 53 vi
7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Penyebaran puskesmas di Kabupaten Gianyar Tabel 4.2 Kategori pengelompokan jawaban persepsi pasien 36 Tabel 4.3 Kriteria dan kategori penilaian mutu pelayanan Tabel 5.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin 40 Tabel 5.2 Karakteristik sampel berdasarkan usia Tabel 5.3 Karakteristik sampel berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 5.4 Karakteristik sampel berdasarkan status sipil Tabel 5.5 Karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan vii
8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Hubungan antara persepsi konsumen dengan keputusan membeli Gambar 2.2 Subproses dalam persepsi Gambar 2.3 Faktor-faktor yang menentukan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan.. 20 Gambar 2.4 Gambaran kerangka konseptual nilai mutu pelayanan JKBM ditinjau dari persepsi pasien. 27 Gambar 4.1 Alur penentuan sampel 34 viii
9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gianyar merupakan salah satu dari sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, terletak antara 08 o o Lintang Selatan 115 o o Bujur Timur. Berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar disebelah Barat, Kabupaten Bangli di sebelah Utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung disebelah Timur serta selat Badung dan Samudra Indonesia disebelah Selatan. Ketersedian sarana kesehatan di Kabupaten Gianyar sampai dengan akhir tahun 2011 meliputi rumah sakit pemerintah ada 1 buah, rumah sakit swasta ada 3 buah. puskesmas 13 unit, tersebar di seluruh kecamatan, dan puskesmas pembantu pemerintah ada 65 unit (BPS. Kabupaten Gianyar, 2011). Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke delapan yang dikeluhkan masyarakat Indonesia setelah infeksi paru, demam tanpa sebab, penyakit kulit, diare, gangguan refraksi, dispepsia dan hipertensi menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2009), serta menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam pengobatan (The World Oral Health Report, 2003). Kesehatan merupakan hak asasi, sehingga setiap masyarakat berhak memperoleh pelayanan kesehatan secara adil, merata dan bermutu yang dapat dijangkau. Mutu pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan itu sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, karena ruang lingkup pelayanan kesehatan menyangkut kepentingan masyarakat, maka peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan 1
10 2 cukup besar. Pelayanan yang bermutu dapat meningkatkan kepuasan pada pelanggan serta memenuhi kebutuhan dan tuntutannya. Sifat pelayanan kesehatan yang diharapkan adalah padat modal, padat teknologi, sekaligus padat karya sehingga tercapai tingkat kepuasan pasien. Di Negara-negara berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan dan proses pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, mempengaruhi kualitas pendidikan dan status kesehatan. Kemiskinan secara nyata mempengaruhi aksesibilitas pelayanan kesehatan, khususnya menyangkut biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal. Terlebih lagi dengan sistem pembayaran yang ditanggung sendiri oleh masyarakat (out of pocket), kebanyakan masyarakat tidak sanggup membayar (Pedoman JKBM, 2012). Sekitar 72,12% dari penduduk Bali belum memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, yang senantiasa akan bermasalah ketika mereka jatuh sakit. Di Bali, dikenal adanya Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang merupakan jaminan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakat Bali. Program JKBM dimulai pada tanggal 1 Januari JKBM tentunya harus dilakukan secara bertahap, dari tempat pelayanan kesehatan terdepan atau terkecil (puskesmas), kemudian dilanjutkan ke rumah sakit daerah dan rumah sakit umum pusat (Pedoman JKBM, 2010). Pengaruh globalisasi ada di setiap aspek kehidupan, tidak terkecuali kesehatan, maka hal di bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif menjadi sasaran utama demi pencapaian suatu kepuasan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Kotler, 1997) mengidentifikasi adanya kesenjangan antara persepsi konsumen dan persepsi
11 3 penyedia jasa pelayanan kesehatan (puskesmas) yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa yang berkualitas. Penyedia jasa pelayanan kesehatan tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. Puskesmas berfikir bahwa pasien menginginkan tempat yang lebih baik, tetapi pasien lebih mementingkan daya tanggap perawat dan proses pelayanan. Langkah pertama untuk mengatasi kesenjangan antara persepsi konsumen (pasien) dan persepsi penyedia jasa pelayanan kesehatan (puskesmas) adalah mengidentifikasi dan mengenal kebutuhan pasien serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap persepsi mutu pelayanan kesehatan. Dengan mengenal hal tersebut maka akan memberikan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai cara pasien mempersepsikan mutu pelayanan sehingga penyedia pelayanan kesehatan akhirnya dapat memahami dan mengetahui cara yang dilakukan untuk memuaskan pasiennya (Supranto, 1997). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diambil adalah Apakah mutu pelayanan JKBM dapat diterima bila ditinjau dari persepsi pasien? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui mutu pelayanan JKBM yang ditinjau dari persepsi pasien
12 4 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang didapatkan setelah penelitian ini selesai dilakukan antara lain : Bagi puskesmas adalah untuk memberi masukan kepada manajemen puskesmas tentang karakteristik pasien gigi dan mulut pengguna JKBM dan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan JKBM yang telah dirasakan dan diterimanya Memberikan informasi tentang mutu pelayanan puskesmas khususnya bagi jalur pengguna JKBM Bagi penulis adalah untuk menambah pengalaman tentang mutu pelayanan yang diberikan puskesmas bagi pengguna JKBM Bagi Akademik adalah dapat menambah pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat khususnya pada pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu puskesmas.
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Pengertian JKBM JKBM adalah program jaminan kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan. Pada hakekatnya, pelayanan kesehatan masyarakat Bali merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten atau kotamadya (Pedoman JKBM, 2010) Tujuan JKBM JKBM mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan umum JKBM adalah meningkatkannya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat Bali, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Tujuan khususnya yaitu meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapat pelayanann kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Bali, terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel (Pedoman JKBM, 2010) Sasaran JKBM Sasaran program adalah penduduk Bali yang sudah terdaftar dan memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Bali dan anggota keluarganya. memiliki kartu keluarga dan surat keterangan belum memiliki jaminan 5
14 6 kesehatan atau dengan kartu JKBM, yang jumlahnya diperkirakan jiwa (Pedoman JKBM, 2010) Landasan Hukum JKBM Pelaksanaan program JKBM berdasarkan pada Undang-undang Dasar 1945 (amandemen), pasal 28 H dan pasal 34, Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 5, serta pasal 13, pasal 14, dan pasal 20, Undang-undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pasal 2, pasal, 5, pasal 18, pasal 19, pasal 22, pasal 23, pasal 24, PP No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten atau kota, pada sub bidang pembiayaan kesehatan tugas pemerintah daerah di Tingkat Provinsi (Pedoman JKBM, 2010) Tata Laksana Kepesertaan Adapun ketentuan umum tata laksana kepesertaan JKBM yaitu peserta JKBM adalah setiap penduduk yang sudah terdaftar dan memiliki KTP Bali dan anggota keluarganya, memiliki kartu keluarga dan surat keterangan belum memiliki jaminan kesehatan atau dengan identitas kartu peserta JKBM yang telah terdaftar; Berdasarkan pendataan di masing-masing banjar pada kabupaten atau kota, bupati atau walikota menetapkan jumlah peserta JKBM; Penetapan peserta JKBM perlu dilakukan updating data secara berkala terkait dengan terjadinya mutasi peserta yang meninggal, lahir, pindah alamat, dan perubahaan status dan lain-lain; Pemberlakuan mutasi tersebut menjadi sah setelah adanya addendum surat keputusan bupati atau walikota; Bagi kabupaten atau kota yang telah menetapkan peserta JKBM lengkap dengan nama dan alamat agar segera mengirim daftar tersebut dalam dokumen
15 7 elektronik berupa soft copy dan hard copy setiap tahun pada triwulan IV kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Tim Pengelola JKBM, rumah sakit dan puskesmas setempat, dinas kesehatan provinsi atau pengelola JKBM provinsi; Pada masa transisi selama 3 (tiga) bulan (Januari, Februari, dan Maret 2009) pemerintah daerah kabupaten atau kota yang telah menetapkan jumlah nama peserta JKBM namun belum memiliki KTP Bali, maka identitas peserta dengan menggunakan surat keterangan sebagai penduduk Bali dan tidak memiliki jaminan kesehatan dari kepala desa atau lurah. Selanjutnya menggunakan KTP Bali, selama proses penerbitan dan distribusi, kartu JKBM belum selesai, peserta dapat menggunakan KTP Bali; Pencetakan dan penggandaan blanko kartu peserta menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten atau kota setempat; Bayi yang dilahirkan dari keluarga peserta JKBM, langsung menjadi peserta baru dengan pembuatan kartu diusulkan setelah dilaporkan melalui mekanisme pendataan diatas. Sebaliknya, bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang haknya sebagai kepemilikan kartu peserta JKBM; Bila terjadi kehilangan kartu JKBM, peserta tetap dapat memperoleh pelayanan kesehatan, dilakukan dengan menunjukkan KTP Bali dan pengecekan data base kepesertaan; Bagi peserta yang pindah domisili, minimal antar kabupaten/kota, hak kepesertaannya masih dimiliki dengan melaporkan kepada tim pengelola JKBM kabupaten atau kota daerah asal dan daerah yang dituju (Pedoman JKBM, 2010). Administrasi kepesertaan antara lain kepesertaan bagi penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan dilakukan oleh kelian banjar dengan
16 8 menyerahkan kelengkapan KTP Bali, KK, dan surat keterangan tidak memiliki jaminan kesehatan, yang selanjutnya dilaporkan ke kepala desa, rekapan jumlah peserta dari desa diserahkan ke tingkat kecamatan; Pada tingkat kecamatan, data tersebut akan direkap dan dilaporkan ke Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) kabupaten atau kota yang ditugaskan dalam pendataan peserta JKBM di kabupaten atau kota, untuk segera ditetapkan dengan surat keputusan bupati atau walikota sebagai peserta program JKBM (Pedoman JKBM, 2010) Tata Laksana Pelayanan Kesehatan JKBM Ketentuan umum tata laksana pelayanan kesehtan antara lain setiap peserta JKBM berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) dan rawat inap tingkat pertama (RITP), pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjut (RJTL), rawat inap tingkat lanjut (RITL) dan pelayanan gawat darurat yang tersedia; Manfaat yang diberikan kepada peserta JKBM adalah pelayanan kesehatan yang menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medis; Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan mekanisme rujukan; Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di puskesmas dan jaringannya; Pelayanan tingkat lanjutan (rawat jalan dan rawat inap) berdasarkan rujukan diberikan di rumah sakit kabupaten atau kota, RS Jiwa, dan RS Indra, dan sebagai pusat rujukan provinsi adalah Rumah Sakit Sanglah Denpasar dengan kesediaan fasilitas medis yang lebih lengkap dibandingkan dengan rumah sakit umum daerah yang ada di provinsi; Rumah
17 9 sakit yang telah melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah antar kabupaten atau kota di provinsi Bali dari RS tipe C, sebelum dirujuk ke RS pusat rujukan provinsi sebaiknya dirujuk ke RS tipe B (RS Sanjiwani,RS Singaraja, Badan RS Tabanan, RS Wangaya) kecuali kasus-kasus khusus kesehatan jiwa dan indra ke RS Jiwa dan RS Indra, yang dapat diklaimkan melalui dana bantuan sosial yang ada di rumah sakit yang bersangkutan. Pemerintah provinsi Bali dalam hal ini Gubernur Bali, membuat perjanjian kerjasama dalam bentuk Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dengan rumah sakit daearah kabupaten atau kota dan puskesmas sebagai penerima hibah yang meliputi berbagai aspek pengaturan sesuai dengan Pergub tentang pedoman penyelenggaraan JKBM; Pada kasus gawat darurat, semua Pemberi Pelayanan Kesehtan (PPK) yang berada di wilayah provinsi Bali wajib memberikan pelayanan walaupun tidak atau belum memiliki perjannjian kerjasama. Selanjutnya, PPK tersebut segera merujuk ke rumah sakit asal pasien, untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut; Untuk mendapatkan pelayanan, status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal dengan menunjukkan KTP Bali, dicocokkan dengan data base peserta (Masyarakat yang terdaftar sebagai peserta JKBM dalam SK bupati atau walikota); Pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta oleh PPK harus dilakukan secara efisien dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu; Pemberian pelayanan obat di puskesmas beserta jaringannya dan di rumah sakit; Pelayanan kesehatan RJTL di rumah sakit, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit, yang menyangkut tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya
18 10 dilakukan secara terpadu, sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut jenis paket dan tarif pelayanan peserta JKBM, sehingga dokter berkewajiban untuk segera menegakkan diagnosa, sebagai dasar pengajuan klaim; Jika dalam proses pelayanan memerlukan pelayanan khusus dengan diagnosa penyakit atau prosedur yang belum tercantum dalam paket tarif sebagaimana butir no.12, maka direktur rumah sakit memberi keputusan tertulis untuk sahnya penggunaan pelayanan tersebut, setelah mendengarkan pertimbangan dan saran dari komite medik RS yang tarifnya sesuai dengan jenis paket dan tarif pelayanan peserta JKBM. Pada kasus-kasus dengan diagnosa sederhana, dokter yang memeriksa harus mencantumkan nama jelas; Pada kasus dengan diagnosa yang kompleks harus dicantumkan nama dokter yang memeriksa, dengan diketahui oleh Komite Medik Rumah Sakit; Untuk pemeriksaan atau pelayanan dengan menggunakan alat canggih (CT Scan dan MRT), dokter yang menangani harus mencantumkan namanya dengan jelas dan menandatangani lembar pemeriksaan atau pelayanan, serta mendapat persetujuan dari komite medik; Verifikasi pelayanan di puskesmas (RJTP, RITP, persalinan dan pengiriman specimen serta transportasi) dilaksanakan oleh verifikator independen yang ditempatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan ditetapkan oleh Gubernur; Verifikasi pelayanan di rumah sakit dilakukan oleh pelaksana verifikasi independen yang ditempatkan di Rumah Sakit dan ditetapkan oleh Gubernur Bali; Sepanjang pelayanan sesuai dengan paket jaminan JKBM, tidak kena iuran biaya, apabila sejak awal menginginkan perawatan diatas
19 11 kelas III, maka segala pembiayaan pelayanan kesehatan tidak dijamin dalam program pelayanan kesehatan ini; Dalam hal ini, bila terjadi sengketa terhadap hasil penilaian di RS, maka dilakukan langkah penyelesaian dengan meminta pertimbangan kepada Tim AD-Hoc yang terdiri dari beberapa anggota yaitu Dinas Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesai (IDI) Wilayah, Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA), dan MAB (Medical Advisor Board) dan kepurtusannya bersifat final (Pedoman JKBM, 2010). Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta JKBM adalah pelayanan kesehatan dasar, yaitu peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar (non emergency) wajib berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya, dan apabila terjadi pada hari libur atau diluar jam dinas ternyata puskesmas sudah tutup, maka pelayanan kesehatan dasar dapat dilakukan di puskesmas perawatan atau poliklinik umum RSUD asal pasien dan diklaimkan pada puskesmas perawatan atau RS asal pasien. Pelayanan kesehatan dapat diperoleh dengan cara peserta harus menunjukkan KTP; Pelayanan kesehatan tingkat lanjut yaitu apabila peserta JKBM memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL, dirujuk dari Puskesmas dan jaringannya ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut dengan disertai surat rujukan dan identitas kepesertaan JKBM yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali dalam keadaan emergency (Pedoman JKBM, 2010).
20 Manfaat yang Diperoleh Peserta JKBM Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat bersifat komprehensif sesuai dengan indikasi medis, kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif tersebut meliputi pelayanan di Puskesmas dan di Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya: RJTP, dilaksanakan pada puskesmas dan jaringannya baik dalam maupun luar gedung, yang meliputi pelayanan: konsultasi medik, pemeriksaan fisik, dan penyuluhan kesehatan. Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin), tindakan medis kecil, pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut dan tambal. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, menyusui, bayi, dan balita. Pelayanan KB dan penanganan efek samping (IUD, Pil,dan Kondom) disediakan oleh BKKBN, pemberian obat; RITP dilaksanakan pada puskesmas perawatan meliputi pelayanan akomodasi rawat inap, konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan, laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin), tindakan medis kecil, pemberian obat dan persalinan normal dan dengan penyulit (PONED), pelayanan gawat darurat. Persalinan normal yang dilakukan di puskesmas non perawatan atau bidan di desa atau polides atau di rumah pasien atau praktek bidan swasta; Pelayanan gawat darurat (emergency). Pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di rumah sakit umum meliputi: RJTL, dilaksanakan pada puskesmas yang menyediakan pelayanan spesialistik, poliklinik, spesialistik rumah sakit pemerintah yang
21 13 merupakan jejaring JKBM meliputi: konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan, rehabilitasi medik, penunjang diagnostik tindakan medis kecil dan sedang, pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjut, pelayanan KB, serta pemberian obat yang mengacu pada formularium obat dari Jamkesmas tahun 2008, pelayanan darah, pemerikasaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulit; RITL, dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III pada rumah sakit pemerintah meliputi: konsultasi medis, pemeriksaan fisik, penunjang diagnostik, tindakan medis operasi sedang dan besar, pelayanan rehabilitasi medis, perawatan intensif, pelayanan darah, pemberian obat, persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit; Pelayanan gawat darurat (emergency). Pelayanan yang dibatasi (limitation) seperti: kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan lensa koreksi minimal +1 atau -1dengan nilai maksimal sejumlah Rp ,- berdasarkan resep dokter, Intra Okular Lens (IOL) diberi penggantian sesuai resep dari dokter spesialis mata, dengan nilai maksimal adalah Rp ,-. Untuk operasi katarak SICS, maksimal Rp ,-. Untuk operasi katarak dengan metode Phaeco dan bola mata palsu, penggantian maksimal Rp ,-. Pelayanan penunjang diagnostik canggih, terapi haemodialisa diberikan maksimal sebanyak 6 kali untuk kasus baru; Pelayanan yang tidak dijamin (exclusion) seperti: pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan, bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika, general check up, dan lain sebagainya (Pedoman JKBM, 2010).
22 Persepsi Pengertian Persepsi Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi pembeli adalah persepsi. Persepsi dinyatakan sebagai proses menafsir sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi merupakan penafsiran realitas masing-masing orang memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda (Chriswardani, 1999). Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang tidak disadari, dimana kita dapat mempengaruhi tindakan kita. Dalam mempelajari persepsi ini kita dapat membaginya menjadi dua bagian besar, yaitu proses sensasi (sensation) yang menyangkut proses sensoris dan proses persepsi yang menyangkut interpretasi kita terhadap objek yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan (Notoatmojo, 2005). Faida (1998) menyatakan persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Selanjutnya Faida menegaskan mutu harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen. Hal ini berarti bahwa citra mutu yang baik, bukannya menurut persepsi penyedia jasa, melainkan menurut persepsi konsumen. Konsumenlah yang menilkmati jasa perusahaan, karena itu merekalah yang
23 15 seharusnya menentukan mutunya. Persepsi konsumen terhadap mutu pelayanan jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa. Persepsi akan berpengaruh pada perilaku konsumen yang akhirnya berperngaruh pada keputusan membeli. Menurut Kotler (1994), Persepsi yang positif akan mendorong pasien untuk mempercayakan kesehatannya pada pemberi layanan kesehatan. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan akan menetukan perilaku pasien di dalam keputusan membeli produk jasa layanan kesehatan. Persepsi konsumen akan membentuk proses pengambilan keputusan, proses ini diawali dengan mengenali adanya kebutuhan dari diri konsumen itu sendiri. Setelah konsumen mengenali kebutuhannya, konsumen akan mencari informasi mengenai produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya, dari proses ini akan muncul identifikasi alternatif pilihan untuk menentukan produk atau jasa yang akan digunakan. Dalam tahap identifikasi ini konsumen cenderung mencari dan menerima informasi data akan kebutuhannya dari produk atau jasa yang paling berkualitas. Selanjutnya akan muncul tahap evaluasi alternatif, dimana setiap konsumen normalnya pasti akan berusaha mencari kepuasan. Sehingga dalam mengevaluasi alternatif yang didapat dari hasil pencarian informasi, konsumen akan lebih memperhatikan produk yang dapat memberikan keuntungan dari apa yang dicari atau diharapkan oleh konsumen. Dalam memutuskan untuk membeli atau tidak membeli, akan ada dua faktor yang mempengaruhi. Pertama, attitudes of other, yaitu perilaku seseorang terhadap suatu merek yang mempengaruhi pertimbangan konsumen
24 16 dalam memilih suatu merek. Kedua, unanticipated situational factors, yaitu meliputi kelengkapan suatu produk di dalam pasar. Persepsi Konsumen Proses pengambilan keputusan Adanya kebutuhan Identifikasi Alternatif Evaluasi Alternatif Keputusan membeli Gambar 2.1 Hubungan antara persepsi konsumen dengan keputusan membeli (Kotler, 1994) Tahap dalam persepsi Persepsi meliputi empat tahap proses informasi yaitu: Tahap perhatian yang selektif, yaitu adanya proses untuk memahami sesuatu, baik dari rangsangan lingkungan sekitar ataupun ingatan yang selektif; Tahap pengkodean dan penyederhanaan, informasi yang disimpan tidak dalam bentuk asli, melainkan dalam bentuk tafsiran; Tahap penyimpanan dan mengingat. Pada tahap ini terdapat proses penyimpanan ingatan dalam jangka waktu yang panjang, dan tersusun dalam ruang-ruang yang berisikan kategori informasi berupa peristiwa semantic dan orang-orang disekitarnya; Tanggapan (feedback), pada tahap ini, orang mendapatkan kembali informasi dari ingatan ketika akan membuat keputusan yang didasarkan pada proses
25 17 penarikan, penafsiran, dan perpaduan antara informasi kategori yang disimpan dalam ingatan jangka panjang atau memperoleh kembali penilaian pada ringkasan yang telah dibuat (Kreitner dan Kinicki, 2003). Menurut Miftah Thoha (2003) terdapat beberapa subproses dalam persepsi ini dan yang dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang kompleks dan interaktif. Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Subproses tersebut antara lain: a) Stimulus atau situasi yang hadir Subproses yang pertama adalah stimulus atau situasi yang hadir. Awal terjadinya persepsi dimulai ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau suatu stimulus. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh. b) Registrasi Dalam masa registrasi suatu gejala yang tampak ialah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini seseorang mendengar atau melihat informasi terkirim kepadanya. Mulailah ia mendaftar semua informasi yang terdengar atau terlihat padanya. c) Interpretasi Setelah terdaftarnya semua informasi yang sampai kepada seseorang, subproses berikut yang bekerja ialah interpretasi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemauan Masyarakat Mengikuti Perubahan Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Paada kemauan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA Oleh : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali
PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA 2010 Oleh : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali IDENTITAS PESERTA JKBM Masa transisi (Januari Maret 2010) KTP Bali Kartu KK untuk peserta umur dibawah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
Menimbang Mengingat : : BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2009
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciWALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN KOTA BAGI MASYARAKAT KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG POLA TARIF PELAYANAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2009
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.1.1. Definisi Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN DI RSU NEGARA DAN RSUP SANGLAH DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU
- 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Kesehatan Nasional 2.1.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
Lebih terperinciBAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)
BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN) 3.1 Pelayanan Kesehatan Untuk Maskin di Indonesia Pelayanan publik yang disediakan oleh negara mencakup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN DI RSU NEGARA DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciS A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH (JAMKESMASDA) KABUPATEN SITUBONDO PROGRAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 52 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN DANA PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciNOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PROGRAM MULTIGUNA BIDANG KESEHATAN KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG,
=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PROGRAM MULTIGUNA BIDANG KESEHATAN KOTA TANGERANG WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Peranan pemerintah memang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, pesatnya teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan pasien memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan hubungan yang baik dan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG BESARAN BIAYA DAN PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya seminimal
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAERAH KOTA JAMBI MELALUI SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif. Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga Negara
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012
WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN, DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PUSKESMAS DAN JAJARANNYA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) 2.1.1 Tata Laksana Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan yang diberikan pemerintah kepada
Lebih terperinciPROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAERAH KOTA JAMBI MELALUI SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU PADA RUMAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen utama dalam meningkatkan derajat kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) dalam Permenkes RI No 269/Menkes/Per/III/2008
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN
PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada era globalisasi berkembang sebagai industri padat karya, padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan Sumber Daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN DENGAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DI RUMAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PELAYANAN KARAWANG SEHAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PELAYANAN KARAWANG SEHAT TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI
WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat melakukan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Berdasarkan bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka (Notoatmodjo,
Lebih terperinci: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI MEKANISME SURAT PERNYATAAN MISKIN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.44,2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. KESEHATAN. Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG BESARAN BIAYA DAN PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM)
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2014 No.39,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul; Petunjuk pelaksanaan, Peraturan Daerah,Kabupaten Bantul, sistem, jaminan kesehatan,daerah BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciBUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 9 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 32 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009
BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI
TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI Oleh : MUTTI ATUN HAFSAH K 100 050 213 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 27 TAHUN 2009 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA ASKES PADA PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 12.1 TAHUN 2010 TENTANG PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN PURWOREJO
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 12.1 TAHUN 2010 TENTANG PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan. Kondisi masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu pelayanan di rumah sakit. Kepuasan yang tinggi akan menunjukkan keberhasilan rumah sakit dalam
Lebih terperinciEVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI
EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI Oleh PRATIWI K 100060070 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit lembaga yang berfungsi
Lebih terperinci