POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI"

Transkripsi

1 POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ABSTRACT NUR AINI. Pattern Activity, Food Consumption, Nutritional Status and Health of Street Children in Bandung. Under direction of ALI KHOMSAN and MIRA DEWI The general objective of this research was to know and analyze the correlation of pattern activity, food consumption, nutritional status and health of street children. The research design was cross sectional study. This research was part of project research Socio-economics and Environmental Factors Contributing to The Health and Nutritional Status of Street Children. Data was collected on February 2009 in Bandung, West Java. Street children was chosen by purposive sampling from eight NGOs in Bandung. Street children criteria were: 1) 5-18 years old 2) boys and girls 3) spend time in the street at least four hours in a day 4) work for a living in the street, commonly work as singers, beggars, shoe-polisher, porters etc. The result showed that most street children activity was singers, spend 4-8 hours in a day and 4-6 days in a week. The average energy and protein adequacy level of street children was light deficit category, iron and vitamin C in low category and vitamin A in sufficient category. Almost street children have normal nutritional and health status and good personal hygiene. There is no correlation between activity and duration of street children with nutrition adequacy level. There is no correlation between personal hygiene and nutritional status with health status. Keyword: Street Children, Nutritional Status, Health Status, Pattern Activity, Food Consumption

3 RINGKASAN NUR AINI. Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan MIRA DEWI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan) 2) mengidentifikasi dan menganalisis pola aktivitas anak jalanan 3) mengidentifikasi dan menganalisis kebiasaan makan anak jalanan 4) mengidentifikasi dan menganalisis higiene personal anak jalanan 5) menganalisis hubungan pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan. Desain penelitian adalah cross sectional study. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari Penelitian Aspek Sosioekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari 2009 di Kota Bandung. Pengambilan anak jalanan dilakukan secara purposive sebanyak 51 anak jalanan dengan kriteria 1) berusia 5-18 tahun, 2) terdiri dari laki-laki dan perempuan, 3) melakukan aktivitas di jalan minimal 4 jam dalam sehari serta 4) memperoleh pendapatan dari bekerja di jalanan seperti mengamen, mengemis, menyemir sepatu, berjualan dan jasa lainnya. Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik (umur dan jenis kelamin), sosial-ekonomi (pendidikan dan pendapatan), kebiasaan makan (frekuensi dan konsumsi pangan) dan status kesehatan. Data selanjutnya diolah menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for Window. Hubungan antar variabel yang berupa data kategorik diuji menggunakan korelasi Spearman sedangkan untuk data berjenis numerik digunakan uji korelasi Pearson. Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) adalah laki-laki dan presentase umur terbesar berada pada kisaran umur 9-12 tahun (45,1%). Presentase anak jalanan yang putus sekolah lebih besar (52,9%) dibandingkan anak jalanan yang masih sekolah (43,2%). Sebagian besar riwayat pendidikan anak jalanan baik yang putus sekolah maupun anak jalanan yang masih sekolah adalah SD/MI. Lebih dari separuh anak jalanan (56,9%) memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp Rp dengan rata-rata pendapatan Rp ±5730,84. Jenis pekerjaan yang banyak dilakukan anak jalanan adalah mengamen (72,5%). Hampir separuh anak jalanan bekerja 4-6 hari dalam seminggu (49%). Sebesar 74,5 persen anak jalanan turun ke jalan selama 4-8 jam per hari dan sebagian besar anak jalanan termasuk kategori children on the street. Kontribusi energi (50,1%), protein (24,9%) dan Fe (31,7%) terbesar anak jalanan berasal dari golongan serealia, umbi, hasil olahannya yaitu beras. Ratarata konsumsi vitamin A terbesar berasal dari sayuran (42,1%) dan rata-rata konsumsi vitamin C terbesar adalah minuman (48,8%) yang berasal dari minuman rasa buah. Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein adalah defisit tingkat ringan (80-89% AKG). Rata-rata tingkat kecukupan Fe dan vitamin C adalah kurang (<70% AKG) sedangkan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A cukup ( 70% AKG). Berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein, sebesar 37,3 persen dan 45,1 persen anak jalanan termasuk ke dalam kategori defisit tingkat

4 berat. Lebih dari separuh anak jalanan memiliki tingkat kecukupan Fe, vitamin A dan C kategori kurang. Sebagian besar anak jalanan memiliki kebiasaan mandi minimal 2 kali sehari, selalu mandi menggunakan sabun, memiliki kebiasaan menggosok gigi minimal 2 kali sehari, selalu menggunakan pasta gigi, sering mengganti baju, terbiasa mencuci tangan menggunakan air bersih, sering mencuci dan menjemur handuk, dan selalu menggunakan alas kaki. Hampir sebagian anak jalanan jarang mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menggunting kuku. Lebih dari separuh anak jalanan jarang keramas dan tidak pernah menggunakan handuk milik sendiri. Lebih dari separuh anak jalanan (52,9%) memiliki skor higiene personal tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan sudah menjaga kebersihan tubuh dan pakaian dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagian besar anak jalanan memiliki status gizi dan kesehatan yang normal. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi anak jalanan dengan tingkat kecukupan gizi. Selain itu, hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status gizi anak jalanan. Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan diare. Hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor higiene personal anak jalanan dengan status kesehatan anak jalanan. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan status kesehatan anak jalanan. Selain itu hasil analisis Spearman juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status kesehatan anak jalanan.

5 POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

6 Judul Skripsi : Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung Nama : Nur aini NIM : I Disetujui : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dr. Mira Dewi, MSi NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, puteri pasangan Bapak Sukandar dan Ibu Saptariah. Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 19 Agustus Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1993 sampai 1999 di SD Teladan Metro Lampung. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis bersekolah di SLTP 1 Negeri Gading Rejo dan terakhir di SLTP Negeri 3 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Bogor pada tahun Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis memilih dan berhasil masuk di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai anggota UKM LISES Gentra Kaheman, anggota Divisi Organoleptik HIMAGITA Periode 2006/2007, Sekretaris I HIMAGIZI periode 2007/2008. Pada tahun 2007, penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang berjudul Pemanfaatan Khasiat Kunyit dan Asam dalam Produk Permen Jelly. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan tahun 2009 penulis melaksanakan Internship Dietetik di RS LANUD Atang Sendjadja Bogor. Selain itu penulis pernah menjadi penerima beasiswa Djarum (Beswan Djarum) periode 2007/2008.

8 PRAKATA Asalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul Pola Aktivitas, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Kesehatan Anak Jalanan di Kota Bandung dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana pada Program Studi Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan dr. Mira Dewi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi 2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar 3. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen penguji skripsi 4. Dr. Ir. Yayuk F Baliwati selaku dosen pembimbing akademik 5. Dra. Rita Patriasih, MSi dosen UPI Bandung yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk ikut serta dalam proyek penelitian anak jalanan 6. Keluarga atas do a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini 7. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan Untuk Fitra Mailendra, terima kasih atas do a dan dukungannya selama ini 9. Adik-adik angkatan 43, staf pengajar dan TU serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Wasamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bogor, Agustus 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v iv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Karakteristik Anak Jalanan... 4 Latar Belakang dan Penyebab Anak Turun ke Jalan... 6 Rumah Singgah... 7 Pola Aktivitas... 8 Konsumsi Pangan... 9 Higiene Personal Infeksi Saluran Pernapasan Atas Diare Penyakit Kulit Folikulitis Skabies Impetigo Tinea Dermatitis Atropik Status Gizi dan Kesehatan KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data DEFINISI OPERASIONAL... 23

10 HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Karakteristik Anak Jalanan Pola Aktivitas Kebiasaan Makan Frekuensi Pangan Konsumsi Pangan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Higiene Personal Hubungan antar Variabel Hubungan Pola Aktivitas dengan Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi Hubungan Higiene Personal dengan Status Kesehatan Hubungan Status Gizi dengan Status Kesehatan KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 51

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Data kesehatan anak jalanan Jenis dan cara pengumpulan data Sebaran anak jalanan berdasarkan alasan turun ke jalan Sebaran ayah dan ibu berdasarkan pekerjaan Sebaran rumah tangga berdasarkan pendapatan keluarga dan pendapatan per kapita Sebaran anak jalanan berdasarkan dukungan, karakteristik dan pendidikan Sebaran anak jalanan berdasarkan pola aktivitas dan pendapatan Sebaran alokasi pendapatan anak jalanan Statistik frekuensi konsumsi serealia, umbi dan olahannya Statistik frekuensi konsumsi daging, ikan, telur Statistik frekuensi konsumsi kacang-kacangan Statistik frekuensi konsumsi sayuran Statistik frekuensi konsumsi buah-buahan Statistik frekuensi konsumsi makanan jajanan Statistik frekuensi konsumsi serba-serbi Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi anak jalanan Statistik rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan Sebaran anak jalanan berdasarkan dan anak jalanan Statistik rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat kecukupan Sebaran anak jalanan berdasarkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral anak jalanan Sebaran higiene personal anak jalanan Sebaran anak jalanan berdasarkan skor penilaian higiene personal... 40

12 23 Sebaran anak jalanan berdasarkan status gizi Sebaran anak jalanan berdasarkan status kesehatan Sebaran anak jalanan berdasarkan status kesehatan dan higiene personal... 43

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran... 18

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Rata-rata konsumsi pangan, energi dan zat gizi anak jalanan Identitas anak jalanan... 54

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh kesehatan yang baik dan pangan yang cukup sehingga terbebas dari kelaparan dan kurang gizi (Soekirman 2000). Sesuai deklarasi tersebut, salah satu kelompok yang perlu diperhatikan dan berhak untuk memperoleh kesehatan yang baik dan pangan yang cukup adalah anak jalanan. Hak anak yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak (UNICEF 1993) yang diratifikasi oleh Republik Indonesia tahun 1990 adalah hak bertahan hidup yaitu hak anak untuk hidup dan memperoleh semua kebutuhan hidup dasar seperti standar hidup yang layak, tempat berlindung atau rumah, nutrisi atau makanan yang bergizi dan akses pada pelayanan kesehatan (Moeliono & Adi 2004). Dalam konvensi hak-hak anak dinyatakan bahwa anak-anak membutuhkan konvensi khusus karena anak-anak di bawah 18 tahun seringkali membutuhkan perhatian khusus dan perlindungan dimana orang dewasa tidak pernah melakukannya. Salah satu alasan adanya pemisahan hak-hak anak dalam konvensi hak asasi manusia adalah karena perkembangan kesehatan anak-anak sangat penting untuk masa depan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat (UNICEF 2008). Semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia, jumlah anak jalanan di kota besar terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemetaan sosial terhadap 12 kota besar di Indonesia yang dilakukan oleh PKPM Universitas Atmajaya pada tahun 1999 (Irwanto et al. 1999) menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan di berbagai kota besar amatlah tinggi. Pemetaan menujukkan ada sekitar anak jalanan di berbagai kota besar: sekitar berada di Jakarta, di Bandung dan di Surabaya (Moeliono 2001). Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bandung, berdasarkan hasil pemantauan LSM 2006, jumlah anak jalanan di Kota Bandung sebanyak orang. Pada akhir 2007, angka ini naik menjadi orang. Diperkirakan di akhir 2008 anak jalanan di Kota Bandung meningkat menjadi orang (Anonim 2008). Peningkatan jumlah anak jalanan akan meningkatkan permasalahan gizi dan kesehatan. Hal ini disebabkan anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori anak-anak dan remaja membutuhkan asupan gizi yang cukup serta kesehatan yang baik untuk mendukung

16 pertumbuhannya. Menurut UNICEF (2008) anak-anak masih tumbuh dan berkembang sehingga anak-anak lebih rentan dibandingkan dewasa terhadap kondisi kehidupan yang buruk seperti kemiskinan, tidak terpenuhinya pelayanan kesehatan, gizi, air bersih, tempat tinggal dan polusi lingkungan. Pengaruh dari penyakit, malnutrisi dan kemiskinan mengancam masa depan anak-anak dan masyarakat tempat mereka tinggal. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak jalanan adalah keadaan kurang gizi karena pola makan yang tidak teratur. Keadaan kurang gizi merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit infeksi, hal ini karena sistem kekebalan tubuh alami yang dimiliki orang melemah. Selain itu status kesehatan anak jalanan yang buruk juga dapat menyebabkan status gizi menjadi buruk (Indriani, Adiningsih & Mahmudiono 2006). Jika status gizi dan kesehatan anak jalanan tidak terpenuhi, dikhawatirkan anak jalanan akan menjadi generasi hilang (lost generation). Menurut Soekirman (2000) krisis ekonomi yang mendera bangsa Indonesia selama ini telah menghasilkan suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi. Apabila tidak diwaspadai dan tidak dilakukan upaya yang cepat dan tepat maka jutaan anak yang kurang gizi itu dapat merupakan suatu generasi yang hilang (lost generation) yaitu suatu generasi dengan daya intelektual yang lebih rendah. Situasi kehidupan di jalanan memang memberikan peluang bagi anak jalanan untuk mencari uang tetapi kehidupan di jalanan juga membahayakan status gizi dan kesehatan anak jalanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak jalanan terutama di kota besar yaitu Bandung. Hal ini disebabkan status gizi baik masa lampau maupun saat ini merupakan faktor kunci kesehatan, fisik, emosional dan perkembangan kognitif anak. Anak jalanan berada pada resiko pengecualian terhadap dampak kesehatan dan malnutrisi yang luas (UNICEF 2008). Tujuan Tujuan umum Untuk mengetahui dan menganalisis pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik anak jalanan (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan)

17 2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola aktivitas anak jalanan 3. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebiasaan makan anak jalanan 4. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis higiene personal anak jalanan 5. Untuk menganalisis hubungan pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi bagi pemerintah atau lembaga sosial Kota Bandung mengenai fenomena anak jalanan di Kota Bandung sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan sosial serta gizi dan kesehatan anak jalanan. Selain itu, penelitian ini berguna dalam memberikan informasi kepada masyarakat bahwa jumlah anak jalanan terus meningkat dengan segala permasalahannya.

18 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Anak Jalanan Anak jalanan adalah anak yang berusia 5 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan dan bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologi (UNICEF 2001). Menurut Moeliono (2001) secara operasional dapat dikatakan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan lebih dari empat jam waktunya di jalanan baik untuk bekerja maupun kegiatan lainnya. Hasil penelitian dan penanganan anak jalanan di beberapa kota besar menunjukkan ada dua kategori anak jalanan yaitu: Pertama, children of the street, tipe ini adalah anak yang hidup dan tinggal di jalanan, tidak berhubungan lagi dengan keluarganya dan di lingkungan anakanak jalanan biasanya disebut gelandangan, gembel, tekyan dan sebagainya. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan yang tetap sehingga banyak diantara mereka terlibat dalam pencurian, kriminalitas dan penggunaan NARKOBA (Narkotik, Alkohol, Obat dan Bahan Adiktif). Kedua, children on the street also called working children. Di Indonesia jenis anak ini disebut pekerja anak di jalan yakni anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalan atau tempat-tempat umum untuk membantu keluarganya. Pada umumnya mereka bekerja untuk memperoleh pendapatan sehingga biasanya mereka relatif tidak banyak menggunakan waktu luang untuk hal lain seperti penggunaan NARKOBA (Moeliono 2001). UNICEF mengkategorikan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yaitu children at risk, children on the street dan children of the street. Children at risk didefinisikan sebagai anak malang dengan faktor risiko tertentu seperti kemiskinan dan putus sekolah yang dapat memicu mereka untuk pergi dari rumah dan menghabiskan sebagian hidup mereka di jalan. Children on the street bekerja di jalan sepanjang hari dan kembali ke rumah pada malam hari. Pekerjaan mereka sebagai tenaga kasar seperti menyemir, menjual permen dan barang lain, mencuci dan menjaga mobil atau membawa barang. Children of the street memiliki kontak yang sangat minimal dengan keluarga serta hidup dan tidur di jalan dengan teman atau yang lebih dewasa. Kategori yang lain adalah

19 abandoned street children yaitu anak jalanan yang tidak berhubungan dengan orangtua lagi (Gilbert et al. 2004). Dari hasil pengolahan data Susenas 2000 diperkirakan jumlah anak terlantar di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 3,06 juta anak dan anak dalam kondisi rawan terlantar diperkirakan berjumlah 10,09 juta anak. Anak jalanan diperkirakan berjumlah anak di 12 kota besar. Sebesar 53,7 persen anak laki-laki dan 46,0 persen anak perempuan putus sekolah yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Mataram, Makasar, Medan, Padang, Palembang dan Lampung (Hamid 2008). Berdasarkan hasil survai tri wulan I di Jakarta, menurut kelompok umur persentase jumlah anak jalanan pada kelompok umur tahun merupakan yang terbesar diikuti oleh kelompok umur tahun, tahun dan 5-9 tahun sedangkan anak jalanan pada kelompok umur balita persentasenya paling kecil (BPS 2001). Pada dua rumah singgah yang berada di Kotamadya Bandung, rentang usia anak jalanan berkisar antara tahun (Sugiharto 2001). Pada semua hasil penelitian ada indikasi ketidakseimbangan gender yang jelas pada anak jalanan yakni persen anak jalanan di Amerika Latin dan Afrika adalah laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki kebebasan dan mampu berdapatasi dengan lingkungan jalanan sejak dini untuk memperoleh uang demi menambah pendapatan keluarga meskipun orangtua khawatir dengan adanya kekerasan, obat-obatan dan kecelakaan. Harapan masyarakat dan keluarga terhadap anak perempuan yaitu lebih baik tinggal di rumah melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak. Perempuan yang tinggal di jalan kebanyakan memiliki masalah serius dalam keluarga dengan banyak masalah mengenai penyalahgunaan fisik dan seksual sebelum meninggalkan rumah (Abdelgalil et al. 2004). Berdasarkan studi yang dilakukan Suhartini (2008) terhadap anak jalanan di Kota Bogor, kebanyakan anak jalanan yang berusia tahun turun ke jalan untuk mencari tambahan uang saku sedangkan pada usia tahun kebanyakan turun ke jalan karena kesulitan ekonomi. Sebagian anak jalanan memperoleh pendapatan Rp per hari. Biasanya penghasilan mereka tidak sama setiap harinya. Rata-rata mereka tidak memiliki target penghasilan setiap harinya. Alokasi pendapatan yang diperoleh beragam, sebagian besar alokasi penghasilan untuk bertahan hidup yaitu diberikan kepada orangtua dan makan sehari-hari.

20 Latar Belakang dan Penyebab Anak Turun ke Jalan Tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak faktor (multifaktor) yang sangat terkait. Pada dasarnya ada tiga faktor utama sebagai penyebab yaitu: kemiskinan, faktor-faktor keluarga dan pengaruh lingkungan. Setiap faktor bisa saling tumpang tindih atau terkait dengan faktor lainnya. Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang buruk dan pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi tekanan yang begitu besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan melarikan diri ke jalan untuk mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari jalanan dan dari rekan-rekan senasibnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak anak jalanan berasal dari keluarga besar (5-10 jiwa) dengan orangtua yang tidak bekerja atau bekerja di sektor informal (pemulung, pedagang, asongan/kaki lima, supir dan sebagainya) berpenghasilan rendah atau juga petani miskin di desa (Moeliono 2001). Ada empat hal yang perlu diperhatikan dari faktor keluarga yang menyebabkan anak di jalan. Pertama, orangtua tunggal yakni wanita sebagai kepala keluarga. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga tanpa ayah. Kedua, pengalaman atau kejadian traumatis dalam keluarga. Orangtua sakit berkepanjangan, keluarga terlibat hutang/kredit, perkelahian dalam rumah tangga, perceraian dan lain-lain menjadikan anak lebih betah tinggal di jalan. Ketiga, penyalahgunaan dan kekerasan terhadap anak. Penelitian DAI-YKAI (1994) menunjukkan bahwa 60 persen dari anak jalanan yang diteliti kabur dari rumah akibat konflik yang dihadapinya di dalam keluarga. Keempat, pandangan terhadap nilai anak. Dari penelitian Atmajaya di tiga kota, terungkap bahwa masih banyak juga orangtua di kota dengan kondisi sosial ekonomi rendah baranggapan bahwa bekerja lebih penting daripada sekolah (Moeliono 2001). Lingkungan juga mempunyai pengaruh kuat atas pola pikir dan perilaku seseorang. Dari penelitian yang dilakukan DAI-YKAI (1994) sebesar 79 persen anak jalanan yang diteliti memperoleh akses menjadi anak jalanan di Jakarta melalui teman atau kerabat yang sudah lebih dahulu berada di Jakarta. Mereka umumnya tertarik pada cerita, pengalaman atau penghasilan rekan-rekan atau kerabatnya yang sudah lebih dahulu berada di Jakarta (Moeliono 2001). Survai yang dilakukan oleh BPS (2001) terhadap keberadaan anak jalanan di Jakarta menyatakan bahwa ada beberapa alasan atau faktor yang

21 menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Alasan tersebut diantaranya sebagian besar dari mereka merupakan korban eksploitasi kerja, kemudian diikuti oleh alasan tidak punya tempat tinggal dan alasan keluarga tidak harmonis. Kebanyakan anak jalanan kembali ke rumah pada malam hari dan mereka turun ke jalan hanya untuk menambah penghasilan mereka sendiri dan keluarga. Pendapatan ini sangat penting untuk keuangan keluarga karena banyak orangtua yang memperoleh uang dari anaknya. Hal ini disebabkan rata-rata pendapatan anak di jalanan lebih besar daripada program beasiswa pemerintah. Beasiswa ini bertujuan untuk mendorong agar anak tetap sekolah namun tidak seperti yang diharapkan orangtua bahwa beasiswa dapat mengganti pendapatan yang diperoleh anaknya (Gurgel et al. 2004). Rumah Singgah Rumah singgah adalah organisasi sosial atau merupakan organisasi intregrasi yang sengaja dibentuk karena tujuan-tujuan yang ingin dicapai yaitu terbinanya anak-anak jalanan. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial rumah singgah adalah tempat penampungan bagi anak jalanan dengan memberikan kemudahan bagi eksistensi mereka dengan memberikan pelayanan dan pembinaan yang bermisi sebagai penyiapan untuk masa depannya (Sugiharto 2001). Tujuan umum rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan anak jalanan menurut Departemen Sosial RI (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial) adalah kebutuhan makan 3 kali sehari, kebutuhan pakaian, kebutuhan kesehatan, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan pendidikan, kasih sayang dari orangtua, uang saku dan citacita atau harapan. Fungsi rumah singgah adalah sebagai tempat pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan, pusat assessment dan rujukan, fasilitator, tempat perlindungan, rumah informasi, kuratif-rehabilitatif, akses terhadap pelayanan dan resosialisasi (Sugiharto 2001). Prinsip rumah singgah disusun sesuai dengan karakteristik pribadi maupun kehidupan anak jalanan untuk memenuhi fungsi dan mendukung strategi. Prinsip rumah singgah adalah:

22 1. semi institusional yaitu anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan 2. pusat kegiatan yaitu rumah singgah merupakan tempat kegiatan, pusat informasi dan akses semua kegiatan yang dilakukan didalam maupun diluar rumah singgah 3. terbuka 24 jam yaitu anak jalanan boleh datang kapan saja 4. hubungan informasi dalam rumah singga bersifat informal seperti perkawanan dan kekeluargaan 5. bermain dan belajar 6. persinggahan dari perjalanan ke rumah atau ke alternatif lain. Rumah singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak (Zulfadli 2004). Pola Aktivitas Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan membentuk pola. Aktifitas remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan sehari hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang ulang (Kartono 1992 dalam Ratnayani 2005). Hasil survai di Jakarta menunjukkan bahwa aktivitas anak jalanan yang paling dominan adalah mengamen, kemudian mengasong dan mengemis yang masing-masing sebesar 54,61 persen, 29,85 persen, dan 6,24 persen. Selain itu, banyak anak jalanan yang sudah tidak sekolah lagi yaitu sebesar 46,89 persen sementara yang masih sekolah dan ingin sekolah tetapi tidak mampu berturut-turut 27,56 persen dan 16,74 persen (BPS 2001). Anak jalanan umumnya bekerja antara 4-18 jam per hari jika melakukan satu atau sejumlah aktivitas dengan rata-rata 11 jam kerja per hari (UNICEF 2001). Dengan jam kerja yang tidak yang menentu, anak jalanan sering ditemui sampai larut malam mengikuti kehidupan kota. Dengan demikian anak jalanan hanya bekerja pada siang sampai sore hari dan tidur pada pagi harinya. Selain itu, aktivitas lain dalam kehidupan anak jalanan adalah mendapatkan tempat aman untuk tidur, tempat untuk istirahat, mendapatkan uang untuk bersenangsenang sedikit dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka (Twikromo 1999 dalam Janaka 2000). Selain melakukan aktivitas dalam mencari nafkah atau dalam pendidikan, di sela waktu istirahatnya sebagian anak jalanan melakukan kegiatan buruk yang

23 seharusnya tidak boleh dilakukan oleh anak-anak. Ada tiga ketegori besar kegiatan negatif yang menyertai kehidupan anak jalanan yaitu merokok, minumminuman keras dan mengkonsumsi narkoba (BPS 2001). Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kelebihan atau kekurangan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, gender, berat badan, iklim, aktivitas fisik (Almatsier 2006). Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi, kedua informasi ini (jenis dan jumlah pangan) merupakan hal yang penting. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Kusharto & Sa adiyah 2006). Frekuensi makan mempengaruhi jumlah asupan makanan bagi individu dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi (Sukandar 2007). Frekuesi makan diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, maupun kali per bulan. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan kondisi ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi yang lebih tinggi (Khomsan et al. 1998). Secara umum tujuan survai konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Berdasarkan jenis data terdapat dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode

24 telepon, metode pendaftaran makanan (food list). Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), dafar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM) (Supariasa et al. 2001). Metode mengingat-ingat (recall method) merupakan salah satu penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu. Metode ini dilakukan dengan cara mencatat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam ukuran rumah tangga setelah itu dikonversikan ke dalam satuan berat. Pada metode ini subjek diminta untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan dalam 24 jam atau sehari yang lalu. Metode ini dapat menaksir asupan gizi pada individu (Gibson 2005). Beberapa cara dilakukan oleh anak tunawisma untuk memperoleh pangan. Cara memperoleh pangan tersebut diantaranya membeli sendiri, diberi oleh orang lain, sumbangan, tempat sampah atau sisa makanan, pangan yang diperoleh dari program darurat dan pangan yang diperoleh dari lainnya (Tarasuk et al. 2005). Higiene personal Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya penyakit pada higiene personal (kesehatan peseorangan) diantaranya sebagai berikut (Widyati & Yuliarsih 2002) : 1. Mandi minimal dua kali sehari untuk mencegah dan menghindari penyakit kulit 2. Menyikat gigi 3. Pakaian yang bersih 4. Olahraga 5. Minuman yang direbus 6. Mencuci tangan sebelum memegang makanan Mencuci tangan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit diare. Sabun dan abu gosok merupakan pembersih dan desinfektan yang menggunakan air dan dapat digunakan untuk membunuh bakteri patogen pada tangan dan peralatan. Waktu yang paling

25 penting dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar, setelah membersihkan anak yang buang air besar dan sebelum makan atau memegang makanan (WHO 2008). Menurut Depkes RI (2000) kejadian diare erat kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti pemeliharaan higiene personal. Begitu juga halnya dengan penyakit kulit dan gigi (Sari 2007). Mandi dan mengganti pakaian secara teratur penting untuk kebersihan dan penampilan seseorang yang baik. Hal ini juga termasuk higiene pencegahan terhadap penyakit seperti skabies, cacing gelang, trakoma, konjungtivitis dan tifus (WHO 2008). Rendahnya higiene personal pada anak jalanan akibat tidur di jalan dan bekerja di lingkungan tidak sehat merupakan alasan mengapa anak jalanan mudah terkena penyakit (UNICEF 2001). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi pernapasan akut merupakan penyebab masalah kesehatan paling umum yang terjadi di dunia. WHO telah memperkirakan bahwa terdapat juta kematian anak di bawah lima tahun dalam setahun dan sepertiganya adalah karena infeksi pernapasan akut. Meskipun penyakit ini belum didefinisikan ke dalam kelompok penyakit, namun infeksi pernapasan akut termasuk di dalamnya batuk influenza, pneumonia, bronkhitis, dan sejumlah penyakit infeksi lainnya. Kebanyakan infeksi pernapasan ditemukan di bagian dunia yang lebih dingin atau di dataran tinggi pada daerah tropis (Webber 2005). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat bersifat akut atau kronik. Istilah ISPA atau Acute Respiratory Infection (ARI) meliputi tiga unsur yaitu: 1. Infeksi yaitu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit 2. Saluran pernapasan yaitu organ mulai dari hidung hingga alveoli. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adenoksa saluran pernapasan (sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura) 3. Infeksi akut yaitu infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menujukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan dalam ISPA. Proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes 2004 dalam Fitriyani 2008).

26 Diare Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi yang lembek sampai encer bahkan dapat berupa air saja yang terjadi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dari sehari). Diare disebabkan oleh kuman yang ada pada kotoran manusia, ditularkan melalui lalat atau air yang tidak bersih, tangan yang tidak bersih dan keracunan makanan. Tanda-tanda diare diantaranya adalah buang air besar encer terus-menerus (lebih dari tiga kali sehari) kadang disertai muntah (muntaber) dan panas, nafsu makan berkurang dan selalu haus serta badan lesu dan lemas (Latifah et al. 2002). Diare ada dua jenis yaitu diare akut dan kronis. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu yang disebabkan oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya sedangkan diare akut adalah diare yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari. Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil daripada anak yang lebih besar. Penyebab prevalensi yang tinggi dari penyakit diare di negara yang sedang berkembang yaitu kontaminasi dari sumber air yang tercemar dan terjadinya defisiensi zat gizi yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (As ad 2002). Diare akut lebih mudah diobati dibandingkan yang kronis. Diare akut akan segera hilang setelah gejala atau penyebabnya teratasi. Sebaliknya pengobatan diare kronis lebih spesifik sebab terlebih dahulu harus menemukan dahulu penyebabnya sebelum dilakukan tindakan pengobatan. Diare akut dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi). Dehidrasi berat sering menimpa bayi, anak-anak maupun orang dewasa (manula). Jika terlambat ditanggulangi dapat berakibat fatal. Sebaliknya diare kronis yang berkepanjangan dapat menyebabkan kekurangan gizi (Uripi 2000). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diare diantaranya menggunakan air bersih dan sehat untuk minum, masak, mencuci makanan dan peralatan makan, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, menggunakan jamban atau kakus sehat ketika buang air besar atau kecil dan membuang tinja bayi atau anak kecil ke dalam lubang jamban (Latifah et al. 2002). Penyakit Kulit Folikulitis Folikulitis adalah infeksi bakteri pada folikel rambut yang menyebabkan formasi bisul-mengumpulkan nanah di bawah lapisan kulit luar. Infeksi dapat di

27 luar atau di dalam. Folikulitis dapat juga menjurus pada pengembangan furunkel (furunkulosis) umumnya dikenal sebagai borok atau radang (karbunkel). Penyebab umum dari folikulitis, borok dan karbunkel adalah bakteri yang disebut stafilokokus aureus. Faktor yang meningkatkan seseorang untuk terkena folikulitis antara lain luka yang terinfeksi, kebersihan yang buruk, pelemahan diabetes, kosmetik yang menyumbat pori, pakaian ketat, friksi, pemakaian bahan kimia dan pengobatan lesi kulit dengan tar atau dengan terapi penghambat, pemakaian steroid (Sitepoe 1996). Skabies Skabies di Indonesia dikenal dengan penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari dan pada kulit didapat vesikula kecil-kecil berisi cairan bening. Kudis ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Telur akan menetas dalam waktu 4-8 hari dan nymphanya menjadi dewasa dalam waktu dua minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-menggaruk kulitnya dan sebagai akibatnya seringkali terjadi infeksi sekunder (Slamet 2006). Skabies didapat terutama di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir skabies adalah manusia; penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang ataupun lewat peralatan seperti pakaian. Hal ini dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya. Oleh karena itu skabies banyak didapat juga sewaktu terjadi peperangan (Slamet 2006). Cara pencegahan skabies diantaranya mandi dengan air bersih dan menggunakan sabun, gunakan cairan anti kudis jika salah satu anggota terserang kudis dan jangan menyentuh penderita, pakaian atau peralatan lain yang digunakan penderita (Latifah et al. 2002). Impetigo Impetigo adalah infeksi kulit bagian luar yang menular, ditandai oleh bidang yang melepuh amat kecil dan pecah kemudian menyerang kulit di bawahnya. Penyakit ini dapat muncul hampir dimana pun tetapi biasanya tampak pada daerah di sekitar hidung dan mulut. Gangguan ini yang biasanya muncul di akhir musim panas atau awal musim gugur, menyebar lebih mudah pada bayi, anak kecil dan orangtua. Faktor-faktor resiko tertentu seperti higiene yang buruk, anemia, kurang gizi, dan iklim hangat dapat meningkatkan kemungkinan berjangkitnya infeksi ini. Impetigo dapat merupakan komplikasi cacar ayam, eksim atau kondisi kulit lain

28 yang ditandai oleh pembukaan lesi. Impetigo disebabkan oleh infeksi bakteri. Tipe-tipe bakteri yang menghasilkan bakteri ini antara lain Stafilokokus aureus dan kadang-kadang kelompok Streptokokus beta hemolitikus A (Sitepoe 1996). Tinea Tinea adalah infeksi jamur yang dapat mempengaruhi kulit kepala (tinea kapitis), tubuh (tinea korporis), kuku (tinea unguium), kaki (tinea pedis), kunci paha (tinea kruris) dan kulit berjambang (tinea barbar). Infeksi tinea disebabkan oleh jamur Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Tranmisi dapat muncul secara langsung melalui kontak dengan lesi yang terinfeksi atau secara tidak langsung melalui kontak dengan benda-benda terkontaminasi seperti sepatu, handuk atau kamar mandi dus (Sitepoe 1996). Dermatitis Atropik Dermatitis atropik adalah penyakit kulit menahun atau kronik yang sangat mengganggu bagi seluruh keluarga karena sulit untuk disembuhkan dan sangat gatal. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia namun banyak dijumpai pada anak-anak. Dapat mengenai bagian pipi, kaki, lengan dan punggung, tungkai bawah, lipatan siku-lutut, tangan, bibir, kelopak mata dan kulit kepala. Gejala dermatitis atropik dapat berupa kulit kering dan bersisik, sensitif dan mudah terangsang, kulit merah dan basah (eksim), penebalan kulit terutama di daerah yang sering mengalami garukan disertai dengan perubahan warna menjadi lebih gelap akibat peningkatan jumlah pigmen kulit serta rentan terhadap perubahan suhu (Boediarja 2002). Status Gizi dan Kesehatan Status gizi adalah salah satu aspek status kesehatan yang dihasilkan dari asupan, penyerapan, dan penggunaan pangan serta terjadinya infeksi, trauma, dan faktor metabolik yang mungkin terjadi karena adanya patologi. Status makanan merupakan salah satu aspek yang mengacu pada konsumsi pangan seseorang, kelompok pangan atau zat gizi. Status makanan dan status gizi tidak sepenuhnya sama karena konsumsi pangan tidak hanya faktor yang temasuk dalam faktor penyebab tetapi asupan makanan diperlukan untuk menjaga kesehatan (Rippe 2001). Pada keluarga yang berlatarbelakang sosial dan ekonomi yang rendah atau miskin umumnya menghadapi masalah kekurangan gizi (disebut gizi kurang). Resiko penyakit yang mengancam mereka adalah penyakit infeksi terutama diare dan infeksi saluran pernapasan atas, rendahnya

29 intelektual dan produktivitas kerja bahkan sebagian berisiko cacat seumur hidup yaitu buta karena kurang vitamin A, cebol, kretin, dan cacat mental karena kurang zat iodium dalam tingkat parah (Soekirman 2000). Terjadinya masalah gizi kurang tidak hanya karena asupan gizi yang kurang karena makanan yang kurang tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi sering diserang diare atau ISPA dan demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Pada anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi (Azwar 2004). Penyebab malnutrisi pada anak jalanan adalah ganda dan berhubungan. Konsumsi makanan busuk, ketidakcukupan asupan zat gizi esensial, kebiasaan makan yang salah, dan sakit yang berulang-ulang menyebabkan malnutrisi (UNICEF 2001). Kurang gizi dihubungkan dengan gangguan kognitif dan fungsi fisiologi serta terjadi peningkatan resiko terhadap penyakit. Selain itu masalah gizi dapat mempengaruhi masalah kesehatan seperti depresi, gangguan penyerapan zat, tuberkulosis, hepatitis B, HIV, penyakit kelamin menular, dan lain-lain yang merupakan prevalensi pada anak-anak tunawisma di Kanada (Tarasuk et al. 2005). Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang dan penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan keadaan kesehatan seseorang (Astawan & Wahyuni 1987 dalam Almasari 2007). Status kesehatan individual diartikan sebagai hasil proses yang digambarkan oleh fungsi produksi kesehatan yang menghubungkan status kesehatan dengan bermacam-macam input kesehatan (pelayanan kesehatan, makanan dan sanitasi lingkungan) (Hardjono 2000). Status kesehatan dapat diukur dengan sebuah indikator kesehatan. Indikator yang dapat digunakan adalah angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya. Morbiditas berhubungan erat dengan faktor lingkungan seperti perumahan, air minum dan kesehatan serta faktor kemiskinan, kekurangan gizi serta pelayanan kesehatan di suatu daerah (Subandriyo 1993 dalam Fitriyani 2008). Status kesehatan merupakan bagian dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Status kesehatan ini dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung diukur melalui pendekatan objektif yaitu pemeriksaan

30 medis oleh tenaga kesehatan sedangkan secara tidak langsung diukur dengan pendekatan subjektif melalui persepsi penduduk tentang kesehatan (BPS 2004 dalam Fitriyani 2008). Pada tahun 2003, dilaporkan penyakit anak jalanan rumah singgah Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung sebagai berikut : Tabel 1 Data kesehatan anak jalanan YMS tahun 2003 No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase 1. Diare 25 orang 34,72 2. Gatal-gatal dan infeksi kulit 19 orang 26,39 3. Sakit gigi 11 orang 15,28 4. Flu, pilek, demam 8 orang 11,11 5. Anemia 3 orang 4,17 6. Cacingan 2 orang 2,78 7. Demam berdarah 1 orang 1,39 8. TBC 1 orang 1,39 9. Kecelakaan 1 orang 1, Typhoid 1 orang 1,39 Total 72 orang 100 Sumber : Lembaga Perlindungan Anak Jabar, 2004 Tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa tiga penyakit dengan angka tertinggi adalah diare, gatal-gatal dan infeksi kulit, serta penyakit gigi (Sari 2007). Anak jalanan selalu memiliki resiko tinggi terkait masalah kesehatan kronis seperti penyakit pernapasan, infestasi parasit, infeksi kulit dan penyalahgunaan obatobatan dan masalah kesehatan terkait paparan penyakit lain. Penyakit akan meningkatkan kebutuhan gizi anak jalanan dan sebaliknya imunitas mereka menjadi lebih rendah sehingga dapat membentuk lingkaran setan. Lingkungan tempat tinggal anak jalanan yang tidak sehat dan kurangya ketersediaan serta penggunaan pelayanan kesehatan juga merupakan faktor penyebab malnutrisi pada anak jalanan (UNICEF 2001).

31 Kerangka Pemikiran Anak jalanan menghabiskan waktu lebih dari 4 jam di jalanan baik untuk bekerja maupun kegiatan lainnya. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa mengamen, mengemis, memulung, menjadi kuli angkut, berjualan dan jasa lainnya. Aktivitas ini biasanya dilakukan setiap hari sehingga menjadi pola aktivitas anak jalanan. Waktu anak jalanan yang banyak dihabiskan di jalan akan menyebabkan kebiasaan makan menjadi tidak teratur. Kebiasaan makan anak jalanan berupa frekuensi makan dan cara anak jalanan memperoleh pangan. Kebiasaan makan anak jalanan yang tidak teratur akan mengakibatkan konsumsi makan menjadi kurang teratur pula. Selain pola aktivitas dan kebiasaan makan, konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan dan tingkat pendidikan. Pendapatan yang diperoleh anak jalanan menentukan jenis, kualitas dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Konsumsi pangan secara langsung mempengaruhi status gizi anak jalanan. Tingkat konsumsi pangan anak jalanan yang rendah baik kualitas maupun kuantitasnya akan menyebabkan status gizi mereka menjadi rendah. Selain status gizi, masalah yang terjadi pada anak jalanan adalah kesehatan. Aktivitas yang banyak dilakukan di jalan menyebabkan anak jalanan kurang memperhatikan kebersihan pribadi seperti mengganti pakaian, mencuci tangan, memotong kuku dsb. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit seperti diare, ISPA dan infeksi kulit. Status gizi dapat mempengaruhi status kesehatan dan sebaliknya. Status gizi yang rendah dapat menyebabkan anak jalanan rentan terhadap penyakit sedangkan status kesehatan yang rendah dapat menyebabkan status gizi yang buruk karena zat gizi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian anak jalanan memerlukan perhatian dan berhak mendapatkan status gizi dan kesehatan yang baik karena anak jalanan merupakan aset sumber daya manusia Bangsa Indonesia.

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG NUR AINI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRACT NUR AINI.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Anak Jalanan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Anak Jalanan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Anak Jalanan Anak jalanan adalah anak yang berusia 5 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, memiliki komunikasi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG POLA AKTIVITAS, KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG (Activity Pattern, Food Consumption, Nutritional and Health Status of Street Children in Bandung) Nur aini 1 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan Menurut Moeliono (2001) tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, hidup atau bekerja di jalanan melainkan ada banyak

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KONDISI LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP SEHAT, DAN STATUS KESEHATAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH DI PTPN VIII PENGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT YULI FITRIYANI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, yaitu memelihara kesehatan yang bermutu (promotif), menjaga kesehatan (preventif),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Warung Anak Sehat (WAS)

TINJAUAN PUSTAKA. Warung Anak Sehat (WAS) TINJAUAN PUSTAKA Warung Anak Sehat (WAS) Warung Anak Sehat merupakan suatu program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap kesehatan anak-anak yang rawan mengalami masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak jalanan merupakan salah satu bagian dari fenomena kehidupan yang menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata keberadaan anak

Lebih terperinci

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66 PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Riane Wulandari¹, Sudewi Yogha², Rita Patriasih²

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan sehat baik secara fisik, mentderajat kesehatan seseorang dipengarual dan spiritual dan sosial sehingga memungkinkan seseorang

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI

KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI KERAGAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN SERTA TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR SOFYA EKA MASTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016 ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tips Sehat Saat Musim Hujan. Ditulis oleh

Tips Sehat Saat Musim Hujan. Ditulis oleh Setelah kita dilanda terik berkepanjangan, kehadiran musim hujan memang menyegarkan. Tetapi hati-hati, ada banyak penyakit yang mengintai di musim ini. Misalnya, keracunan makanan, kolera, flu, batuk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Mata pencaharian dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 30 KETERKAITAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA USIA (1-5 TAHUN) Nurwijayanti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Surya Mitra

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ascariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau cacing gelang merupakan penyakit usus halus yang pada sebagian besar kasus ditandai dengan sedikit gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang telah lama dikenal. Penyakit ini menjadi masalah yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat terutama di negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT 2.1 Pengertian Cuci Tangan Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (2006) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci