BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani"

Transkripsi

1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang berada di Jalan Yos Sudarso No 01, dengan luas 2,7 Ha. Secara administatif Taman Ade Irma Suryani Nasution terletak di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Luas kelurahan Lemahwungkuk adalah 54 Ha yang berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Pekalangan Sebelah Selatan : Kelurahan Pekalipan Sebelah Barat : Kelurahan Jagasatru Sebelah Timur : Laut Jawa Secara astronomis terletak antara 108º34 30 Bujur Timur dan 6º43 37 Lintang Selatan. Adapun peta lokasi Taman Ade Irma Suryani Nasution dapat dilihat pada Gambar 4.1. Lokasi Taman Ade Irma Suryani Nasution dapat dicapai dengan mudah, karena kondisi jalan sudah menggunakan aspal dengan alat transportasi yang memadai. Jarak dari kota Cirebon ke objek wisata tersebut 2 km. Adapun peta administrasi Keluraha Lemahwungkuk dapat dilihat pada Gambar 4.2.

2 39

3 40

4 41 2. Iklim Iklim merupakan rata-rata curah hujan dalam jangka waktu dan meliputi daerah yang luas, sedangkan cuaca itu sendiri pengertiannya lebih khusus dari pada iklim bila dilihat dari segi waktu dan ruang yang lebih terbatas. Informasi mengenai kondisi iklim di suatu tempat berpengaruh terhadap berbagai aktifitas manusia yang dilakukannya sehari-hari. Kondisi iklim di Taman Ade Irma Suryani Nasution berada pada wilayah Kelurahan Lemahwungkuk tidak jauh berbeda dengan iklim di Cirebon yang pada umumnya, yaitu iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 22,4-33,0ºC dengan kelembaban udara berkisar antara 48-93%, kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus. Secara umum suhu bulanan di Laut Jawa menunjukan adanya dua puncak maksimum (sekitar 32,70ºC) dan dua puncak minimum (sekitar 27,50ºC). Puncak maksimum terjadi dalam periode musim peralihan (bulan Mei dan November), sedangkan puncak minimum terjadi bulan bervariasi antara 27,50 ºC sampai 32,70ºC. Sedangkan rata-rata salinitasi bulanan di perairan Laut Jawa berkisar antara 31,50 33,70. Salinitas maksimum pertama (33,70 ) dan kedua (33,30 ) terjadi dalam bulan September dan November, sedangkan salinitas minimum pertama (31,80 ) dan kedua (31,30 ) terjadi masing-masing sekitar bulan Februaridan Mei. Rata-rata curah hujan tahunan di pesisir Lemahwungkuk mm/tahun dengan jumlah hari hujan ±155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di Cirebon termasuk tipe C dengan nilai Q ± 37,5%

5 42 (presentase antara bulan kering dan bulan basah). Musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September. Tipe iklim C memiliki sifat agak basah. Kondisi iklim tersebut dapat memberikan kenyamanan pada wisatawan. 3. Geologi dan Geomorfologi Aspek geologi di Kelurahan Lemahwungkuk berdasarkan peta geologi yaitu formasi dataran alluvial. Aspek geomorfologi pesisir Kelurahan Lemahwungkuk dilihat dari topografi tempatnya merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-2 mdpl dengan kemiringan lereng 0-2 %. Material penyusun morfologi daerah ini yaitu berupa sedimen lepas dengan jenis batuan aluvium. Proses geomorfologi dari daerah ini berupa sedimentasi melalui gerakan masa aliran lumpur (mud flow), jenis sedimen yang dihasilkan berupa lumpur dan pasir dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga wilayah yang mengendapi sedimen cukup luas. 4. Topografi Kenampakan relief permukaan bumi yang berkenaan dengan topografi adalah bentukan bumi seperti dataran rendah, dataran tinggi, gunung, pegunungan, lembah dan sebagainya. Titik telaah topografi terletak pada ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara mdpl dengan variasi kemiringan lerenga antara 0-20%. Berdasarkan pengelompokan ketinggian dan kemiringan lereng, kemiringan daerah pesisir

6 43 Lemahwungkuk sebagai besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2 mdpl, dan presentase kemiringan lereng antara 0-2%. 5. Tanah Kelurahan Lemahwungkuk merupakan daerah dataran rendah yang langsung berbatasan dengan laut jawa, yang sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir. Jenis tanah yang tersebar di Kelurahan Lemahwungkuk yaitu dataran Alluvial kelabu tua. Daerah pesisir Lemahwungkuk bentuk lahannya merupakan dataran alluvial yaitu lempung organik, pasir (endapan sungai dan pantai), dengan kemiringan lereng antara 0-2%, tekstur tanah kasar dengan pasir berlempung. Tanah jenis ini dalam klasifikasi ordo menurut taksonomi tanah USDA 1975 aluvial termasuk kedalam ordo inceptisol. Tanah yang termasuk ordo inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada entisol, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk alluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, ph bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Kata inceptisol berasal dari kata inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horizon kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan tanah ini cukup subur. 6. Hidrologi Air merupakan sumber kehidupan dimanapun manusia berada, oleh karena itu keberadaan air sangat dibutuhkan manusia untuk menunjang kehidupan mereka. Kondisi hidrologi juga sangat berpengaruh pada aktivitas pariwisata karena air merupakan sumber potensi yang sangat penting bagi kehidupan pariwisata.

7 44 Daerah objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di pesisir Lemahwungkuk sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah tersebut. Pesisir Lemahwungkuk merupakan daerah pesisir Utara Laut jawa dimana daerah ini permukaan dan air tanah sebagian mempunyai rasa tawar, asin dan payau. 7. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan sangat erat hubungannya dengan budaya dan kegiatan manusia terhadap sumber daya lahan. Sebagai hasil kebudayaan manusia maka penggunaan lahan sifatnya dinamis sesua dengan perkembangan kehidupan manusia dan budayanya. Berdasarkan peta RBI tahun 1999, pola penggunaan lahan di Kelurahan Lemahwungkuk di dominasi oleh pemukiman. Untuk lebih jelas mengetahui pola penggunaan lahan di Kelurahan Lemahwungkuk dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dalam melengkapi data dalam penelitian di perlukan data yang akurat diantaranya yaitu data monografi dari Kelurahan tentang pola penggunaan lahan yang ada di Kelurahan Lemahwungkuk. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data monografi tahun terakhir yaitu Untuk pola penggunaan lahan tahun 2010 berdasarkan data monografi dari Kelurahan Lemahwungkuk dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Pola Penggunaan Lahan Kelurahan Lemahwungkuk tahun 2010 No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) 1 Pemukiman 51,04 2 Tanah kosong 1,35 3 Tambak 1,59 Sumber: Data Monografi Tahun 2010

8 45

9 46 Berdasarkan data monografi kelurahan Lemahwungkuk didominasi oleh pemukiman yaitu seluas 51,04 Ha, tanah kosong seluas 1,35 Ha dan tambak seluas 1,59 Ha. B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Cirebon tahun 2009, penduduk Kelurahn Lemahwungkuk berjumlah 8476 jiwa. Dari angkaangka tersebut maka besarnya angka kepadatan penduduk di Kelurahan Lemahwungkuk adalah sebagai berikut: Kepadatan Penduduk = Kepadatan penduduk =.. Kepadatan penduduk = jiwa/km² Adapun penggolongan kepadatan penduduk menutur Marsidi (1979: 51) tersebut adalah sebagai berikut: 0-50 jiwa/km² termasuk kriteria tidak padat jiwa/km² termasuk kriteria kurang padat jiwa/km² termasuk kriteria cukup padat >400 jiwa/km² termasuk kriteria sangat padat Berdasarkan perhitungan tersebut, angka kepadatan penduduk di Kelurahan Lemahwungkuk tergolong sangat padat. Jumlah penduduk yang yang sangat besar ini merupakan aset yang baik bagi pengembangan pariwisata, karena jumlah

10 47 penduduk yang banyak dapat didayagunakan dalam mendukung kegiatan pariwisata apalagi jika di tunjang dengan kualitas pendidikan yang tinggi. 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dipergunakan untuk menggambarkan keadaan penduduk di suatu wilayah dan prediksi pertumbuhannya. Komposisi penduduk di Kelurahan Penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan Lemahwungkuk Tahun 2010 No Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio 1 Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Data Potensi Kelurahan Lemahwungkuk, 2010 Berdasarkan data potensi Kelurahan Lemahwungkuk tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa dengan sex ratio 99. Hal ini menunjukan setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki pada tahun Penentuan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin mempunyai peran penting dalam menentukan lapangan pekerjaan di suatu kawasan khususnya pekerjaan yang dapat menunjang kegiatan pariwisata yang akan melibatkan masyarakat di sekitarnya. 3. Kondisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kemajuan pendidikan suatu masyarakat dan kualitas tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk. Melalui pendidikan, penduduk dapat memperoleh kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.

11 48 Begitu juga dalam mengembangkan sektor kepariwisataan diperlukan sumbersumber daya manusia yang mampu mengantarkan sektor ini kearah yang lebih maju, baik sumber daya manusia itu sebagai pengelola maupun sebagai penduduk disekitar objek wisata tersebut. Adapun komposisi penduduk menurut tingkat penddikan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Lemahwungkuk Tahun 2010 No Tingkat Pendidikan Jumlah % 1 Tidak sekolah 73 0,86 2 Belum sekolah ,98 3 Sedang dalam pendidikan dasar ,01 4 Tidak tamat SD 238 2,80 5 Tamat SD ,93 6 Tamat SMP ,72 7 Tamat SMA ,75 8 Tamat Diploma 682 8,04 9 Tamat S ,53 10 Tamat S ,22 11 Tamat S ,12 Jumlah ,00 Sumber: Data Potensi Kelurahan Lemahwungkuk, 2010 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Lemahwungkuk yang terbanyak adalah tamat SD yaitu 21,93% dan tamat SMP yaitu 18,72, sedangkan jumlah terkecil pada tingkat S-2 yaitu 0,12%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan Kelurahan Lemahwungkuk sedang mengalami perkembangan dan akan membantu bagi pengelolaan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang berkelanjutan, karena pariwisata yang berkelanjutan memerlukan sumberdaya manusia yang terampil dan terdidik.

12 49 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Struktur ekonomi dan tingkat ekonomi penduduk dapat dilihat dari tingkat mata pencaharian penduduk. Selain analisis penduduk menurut mata pencaharian dapat pula bermanfaat untuk perencanaan dan pengelolaan objek wisata yang berkelanjutan. Adapun komposisi penduduk mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Lemahwungkuk No Jenis Mata Pencaharian Jumlah % 1 Petani ,57 2 PNS 115 6,44 3 Pengrajin Industri Rumah Tangga 10 0,56 4 Pedagang 45 2,52 5 Peternak 15 0,84 6 Nelayan 118 6,61 7 Montir 108 6,05 8 Dokter Swasta 10 0,56 9 Bidan Swasta 15 0,84 10 Perawat Swasta 25 1,40 11 Pembantu Rumah Tangga 50 2,80 12 TNI 35 1,96 13 POLRI 37 2,07 14 Pensiun PNS 45 2,52 15 Pengusaha 75 4,20 16 Pengacara 20 1,21 17 Notaris 10 0,56 Jumlah Sumber: Data Potensi Kelurahan Lemahwungkuk, 2010 Komposisi penduduk di Kelurahan Lemahwungkuk menunjukan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani sebanyak orang (60,58%). Dengan demikian produk-produk pertanian yang dihasilkan dapat dijadikan oleh-oleh wisatawan, selain itu penduduk yang memiliki mata

13 50 pencaharian sebagai pengrajin dan pedagang juga juga dapat berperan serta dalam kegiatan pariwisata. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengrajin mereka dapat membuat kerajinan-kerajinan yang bisa menjadi ciri khas daerah tersebut sedangkan bagi pedagang mereka bisa memasarkan produk-produk pertanian serta hasil kerajinan tersebut kepada wisatawan. C. Profil Wisatawan yang Datang ke Objek Wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution di Kota Cirebon Wisatawan merupakan komponen terpenting dalam usaha pariwisata. Tanpa adanya wisatawan, maka usaha pariwisata tidak akan dapat dilakukan. Dalam hal ini penulis akan mengungkapkan prifil wisatwan yang berkujung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution. Profil wisatawan dapat diartikan sebagai penggolongan-penggolongan wisatawan berdasarkan karakteristik tertentu. Untuk mengetahui Profil wisatwan, maka dilakukan penyebaran angket pada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Adapun segmentasi wisatawan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Salah satu segmentasi wisatawan disini yaitu menurt jenis kelamin. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel 4.5.

14 51 Tabel 4.5 Jenis Kelamin Wisatawan No Jenis Kelamin F % 1 Laki-laki Perempuan Jumlah Berdasarkan tabel di atas menunjukan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagian besar berjenis perempuan (60%). Hal ini dikarenakan wisatawan perempuan umumnya mendampingi anak-anaknya yang berkujung ke objek wisata untuk menikmati berbagai jenis permainan anakanak. 2. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Wisatawan No Tingkat Pendidikan F % 1 Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Diploma Sarjana 9 18 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, menunjukan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagian besar adalah tamatan SMA (44%), Sarjana (18%), tamat SMP (16%) dan tamat Diploma (12%), sedangkan yang terkecil adalah tamat SD yaitu sebanyak (10%). Hal tersebut merupakan kondisi yang cukup baik dilihat dari tingkat pendidikan, karena tingkat pendidikan akan memberikan penilaian terhadap objek

15 52 wisata serta dapat memberikan gambaran bagi pengelola wisata dalam hal penataan dan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama berkunjung ke daerah objek wisata. 3. Usia wisatawan Usia wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Usia Wisatawan No Usia F % 1 < >40 - Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa usia wisatawan yang paling banyak adalah usia tahun (52%), usia tahun (40%) dan usia yang paling sedikit yaitu usia <20 tahun, yaitu sebanyak (8%). Usia produktif lebih banyak dibandingkan usia muda, hal ini dikarenakan wisatawan yang berkunjung membawa anak-anak mereka untuk berlibur dan menikmati berbagai permainan anak-anak. 4. Mata pencaharian wisatawan Mata pencaharian wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel 4.8.

16 53 Tabel 4.8 Mata Pencaharian Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Pegawia Negri Sipil ABRI/POLRI Karyaan swasta Tukang/buruh Pedagang Pelajar/mahasiswa 2 4 Jumlah Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution adalah karyawan swasta yaitu sebanyak (40%), pedagang (28%), dan yang paling sedikit adalah pelajar/mahasiswa dan ABRI/POLRI yaitu sebanyak (4%). Hal ini sangat baik karena banyaknya wisatawan yang bermatapencaharian tetap, sehingga mereka akan banyak menghabiskan uang mereka untuk berbelanja di objek wisata. 5. Jumlah pendapatan wisataan Jumlah pendapatan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Jumlah Pendapatan Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 <Rp Rp Rp Rp >Rp Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution berpendapatan

17 54 Rp Rp yaitu sebanyak (60%), dan yang paling sedikit adalah < Rp (8%). Ini berkaitan dengan usia wisatawan yang berusia produktif dan banyaknya yang bermatapencaharian tetap. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan fasilitas yang diperlukan wisatawan, dimana harga dari setiap fasilitas yang ada harus sesuai dengan penghasilan wisatawan yang datang. 6. Asal wisatawan Daerah asal wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.10 Daerah Asal Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Kota Cirebon Kabupaten Cirebon Kabupaten Indramayu Kabupaten Majalengka Kabupaten Sumedang Kabupaten Tegal 2 4 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution berasal dari Kota Cirebon sendiri yaitu sebanyak (44%), dan yang paling sedikit adalah berasal dari Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Tegal yaitu sebanyak (4%). Daerah asal wisatawan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana jangkauan keberadaan objek wisata tersebut dalam menarik wisatawan. Untuk menjangkau wisatawan dari daerah yang lebih luas maka promosi harus lebih ditingkatkan untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi.

18 55 7. Lama kunjungan wisatawan Lamanya kunjungan wisatawa yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.11 Lama Kunjungan Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Sehari dan tidak bermalam Sehari dan bermalam Dua sampai tiga hari - - Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution sehari dan tidak bermalam yaitu sebanyak (96%), dan sisanya adalah sehari dan bermalam yaitu sebanyak (4%). Lamanya kunjungan wisatawan ditentukan oleh kenyamanan dan kepuasan wisatawan untuk berlama-lama tinggal di daeah tujuan wisata. Semakin nyaman dan puas dengan pelayanan wisata maka wisatawan akan semakin lama tinggal di daerah tujuan wisata. 8. Intensitas kunjungan wisataan Intensitas kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.12 Intensitas Kunjungan Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Pertama kali Bukan yang pertama kali Jumlah

19 56 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution bukan untuk yang pertama kalinya yaitu sebanyak (84%), dan yang baru pertama kali sebanyak (16%). Hal ini dikarenakan pembangunan objek wisata ini sudah sangat lama dan terkenal jadi sudah banyak wisatawan yang datang berkali-kali ke objek wisata ini. 9. Alat transportasi yang digunakan wisatawan Alat transportasi yang digunakan wisatawan saat berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.13 Jenis Kendaraan Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Tidak menggunakan kendaraan (berjalan kaki) Kendaraan pribadi Kendaraan umum Rombongan/carteran 8 16 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution menggunakan kendaraan pribadi yaitu sebanyak (70%), rombongan/carteran sebanyak (16%), dan menggunakan kendaraan umum sebanyak (14%). Hal ini dikerenakan banyaknya wisatawan yang datang ke objek wisata bersama keluarganya, sehingga wisatawan banyak yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi.

20 Sumber informasi wisatawan Sumber informasi yang diperoleh wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.14 Sumber Informasi Wisatawan No Mata pencaharian F % 1 Teman/saudara Surat kabar Radio Brosur Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution medapatkan informasi dari teman/saudara yaitu sebanyak (60%), brosur (32%) dan yang paling sedikit yaitu dari surat kabar sebanyak (8%). Oleh karena itu kesan yang buruk yang mereka alami di objek wisata ini akan menciptakan cerita yang buruk pula terhadap orang lain. 11. Tujuan wisatawan Tujuan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel Tujuan Wisatawan No Tujuan Wisata F % 1 Berlibur dan bersenang-senang Penelitian/pendidikan Menikmati keindahan alam Menikmati pertunjukan kesenian 6 12 Jumlah

21 58 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tujuan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution yaitu berlibur/bersenang-senang sebanyak (46%), menikmati keindahan alam sebanyak (38%) dan yang paling sedikit yaitu penelitian/pendidikan sebanyak (4%). Banyaknya wisatawan yang mempunyai tujuan berlibur dan bersenangsenang karena mereka menikmati liburan bersama keluarga dan menikmati berbagai permainan anak, sehingga anak-anak akan menjadi senang. Selain itu keindahan alam berupa pesisir dan didukung oleh kondisi angin yang rendah merupakan salah satu daya taik yang membuat wisatawan betah berlama-lama di objek wisata. 12. Rombongan wisatawa Rombongan kedatangan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.16 Rombongan Wisawatan No Besarnya Biaya F % 1 Sendiri Bersama teman Bersama keluarga Jumlah Banyaknya rombongan yang datang ke objek wisata tersebut sebagian besar datang bersama keluarga yaitu sebanyak (62%), wisatawan yang datang bersama teman sebanyak (34%), dan yang datang sendiri hanya (4%). Hal ini dikarenakan Taman Ade Irma Suryani Nasution merupakan taman hiburan anak-anak dan rekreasi keluarga. Sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke objek wisata bersama keluarganya.

22 Besarnya biaya yang dilekuarkan wisatawan Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.17 Besarnya Biaya No Besarnya Biaya F % 1 <Rp Rp Rp Rp Rp >Rp Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar biaya yang dikeluarkan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution yaitu Rp Rp yaitu sebanyak dan Rp Rp sebanyak (4%). Banyaknya wisatawan yang mengeluarkan biaya rendah untuk mencapai objek wisata dikarenakan jangkauan wisataan yang tidak terlalu jauh dari objek wisata. Selain itu harga angkutan umum yang menuju objek wisata pun tidak mahal. 14. Waktu kunjungan wisatawan Waktu kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel 4.18.

23 60 Tabel 4.18 Waktu Kunjungan No Waktu Kunjungan F % 1 Weekend Hari libur keagamaan Hari libur sekolah Hari libur nasional 8 16 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar waktu kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution yaitu pada hari libur sekolah yaitu (48%). Hal ini dikarenakan pada saat libur sekolah anak-anak ingin berkunjung untuk menikmati berbagai fasilitas permainan anak-anak yang disediakan di objek wisata tersebut. Selain bermain, mereka juga ingin melihat berbagai aneka satwa yang terdapat di objek wisata tersebut untuk menambah pengetahuan. 15. Aktifitas yang dapat dilakukani wisatawan Aktifita yang dapat wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.19 Aktifitas wisatawan No Besarnya Biaya F % 1 Bermain Piknik Penelitian/pendidikan Wisata air 8 16 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa aktifitas wisatawan yang berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani Nasution adalah bermain yaitu (54%).

24 61 Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah permainan anak yang tersedia di objek wisata tersebut. D. Pengelolaan Objek Wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution Kawasan Taman Ade Irma Suryani Nasution merupakan satu-satunya tempat hiburan dan rekreasi keluarga dekat pantai kota Cirebon yang menyediakan fasilitas permainan anak-anak, kebun binatang, wisata air, kuliner dan sarana penunjang lainnya. Acara rutin pada tiap hari Minggu berupa hiburan acara musik dengan didukung oleh artis-artis yang terkenal termasuk acara dalam bentuk perlombaan bagi anak-anak sekolah menjelang libur. Dahulu taman ini bernama taman Bhayangkara kemudian menjadi tamam lalu lintas, setelah itu berubah menjadi Traffic Garden Cirebon. Sejak tahun 1966 berubah menjadi Taman Ade Irma Suryani Nasution. Taman Ade Irma Suryani terletak berdampingan dengan Pelabuhan Cirebon dengan lokasi di pinggir laut pantai utara Cirebon. Kawasan ini mempunyai luas 2,7 Ha yang merupakan tanah milik walikota Cirebon. Kawasan wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution ini dikelola oleh POLRI pada tahun 1957, setelah itu pada tahun 1987 diperbaharui oleh walikota Cirebon dan diserahkan pada PT Citraria Indah Loka yang mempunyai waktu hingga tahun Kawasan ini seharusnya bisa dikembangkan baik oleh investor dalam negeri maupun dari luar negeri karena dapat menarik wisatawan baik dari Jawa Tengah maupun dari Jawa Timur. Suatu kawasan wisata akan berkembang jika didukung oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swasta dan penduduk sekitar. Usaha kepariwisataan memiliki

25 62 keterkaitan lintas sektoral. Oleh karena itu pengelolaannya akan berhasil apabila semua pihak baik instansi-instansi pemerintah terkait, masyarakat, pengusaha/swasta dan pengelola pariwisata mampu melakukan kerjasana secara harmonis dan saling menguntungkan. Hal ini sangat terkait dengan usaha peningkatan profesionalitas dari sistem pengelolaan untuk mewujudkan suatu kondisi pariwisata yang kondusif, nyaman dan dapat memuaskan wisatawan yang datang. Pengelolaan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution dikelola oleh pihak swasta. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola, upaya dalam rangka pengembangan pariwisata yang dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas objek wisata, promosi, kerjasama dengan instansilain, dan menigkatkan sumber daya manusia di lingkungan pengelola. Peningkatan kualitas dan kuantitas objek wisata memalui program pembinaan seni budaya dan pelatihan pembuatan cindera mata. Pelaksanaan promosidilakukan dua laki dalam setahun. Bentuk promosi tersebut melalui brosur yang disebarkan kepada para pejalan kaki di pinggir jalan raya. Selain itu menempelkan brosur-brosur tersebut pada papan informasi yang tersedia di pinggir jalan. Sasarannya yaitu wisatawan lokal yang berada di daerah Kota Cirebon sendiri, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Majalengka. Sedangkan stakeholder pada Disporbudpar Kota Cirebon melakukan promosi lima kali dalam setahun, melalui radio lokal, leaflet, katalog dan internet. Promosi tersebut diakui sangat berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan. Event-event wisatapun kadang-

26 63 kadang dilakukan, diantaranya yaitu perlombaan bagi anak-anak sekolah menjelang libur, pertunjukan kesenian khas Cirebon maupun acara musik pantura. E. Peran Masyarakat dalam Mengelola Taman Ade Irma Suryani Nasution Secara Berkelanjutan di Kota Cirebon Dalam pengelolaan wisata akan berdampak terhadap perkembangan dan perekonomian daerah khususnya masyarakat sekitar objek wisata. Dengan demikian adanya kewajiban bagi pengusaha pariwisata alam untuk dapat berperan dalam memanfatkan peluang usaha di bidang wisata guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Peningkatan perekonomian masyarakat pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan sekaligus menduking peningkatan secara umum bagi daerah. Oleh karena itu, disamping melibatkan masyarakat sekitar kawasan dalam pengembangan pariwisata, pemerintah juga harus ikut berperan aktif untuk melakukan pembinaan masyarakat di sekitar objek wisata. Pada dasarnya masyarakat merupakan tuan rumah sekaligus pemain kunci dalam pariwisata karena merekalah yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Berikut adalah beberapa bentu partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution:

27 64 1. Partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan kenyamanan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa banyaknya masyarakat yang secara aktif menjaga keamanan dan kenyamanan disekitar objek wisata dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.20 Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Keamanan dan Kenyamanan di Objek Wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution No Partisipasi menjaga keamanan dan kenyamanan Frekuensi 1 Ya 45 64,25 2 Kadang-kadang 22 31,42 3 Tidak 3 4,28 Jumlah Sumber: hasil penelitian, 2011 Presentase (%) Partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan kenyamanan yang secara aktif di sekitar lokasi objek wisata sebanyak (64,25%), masyarakat yang menjaga keamanan kadang-kadang sebanyak (31,42%) dan masyarakat yang tidak ikut menjaga keamanan sebanyak (4,28%). Mereka berpendapat bahwa keamanan di sekitar objek wisata merupakan tanggung jawab dari pihak pengelola sehingga masyarakat menyerahkan keamanan kepada petugas keamanan yang bertugas di kawasan objek wisata. 2. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan ketertiban Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa banyaknya masyarakat yang secara aktif menjaga menjaga kebersihan dan ketertiban disekitar objek wisata dapat dilihat pada Tabel 4.21.

28 65 Tabel 4.21 Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Kebersihan dan Ketertiban di Objek Wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution No Partisipasi menjaga kebersihan dan ketertiban Frekuensi Presentase (%) 1 Ya 51 72,85 2 Kadang-kadang Tidak 5 7,14 Jumlah Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan ketertiban yang secara aktif di sekitar lokasi objek wisata sebanyak (72,85%), masyarakat yang menjaga keamanan kadang-kadang sebanyak (20%) dan masyarakat yang tidak ikut menjaga keamanan sebanyak (7,14%). Hal ini sangat baik karena masyarakat ikut berpartisipasi dalam menjaga keabersihan dan ketertiban di sekitar objek wisata yang akan berdampak pada kenyamanan wisatawan. 3. Partisipasi masyarakat dalam bentuk kepedulian menjaga lingkungan Partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan objek wisata dalam hal menjaga kebersihan dan ketertiban di lokasi objek wisata dijalankan oleh masyarakat yang bersangkutan. Bentuk peran sertanya adalah dengan cara menyediakan tempat sampah, membersihkan lingkungan disekitar objek wisata dan menanam mangrove. Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat dalam bentuk kepedulian manjaga lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.22.

29 66 Tabel 4.22 Peran Serta Masyarakat dalam Menjaga Lingkungn No Peran serta Frekuensi Presentase (%) 1 Menyediakan tempat sampah 20 28,5 2 Turut membersihkan sampah 43 61,42 3 Menanam mangrove 2 2,85 Jumlah Partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan yang menyediakan tempat sampah di sekitar lokasi objek wisata sebanyak (28,5%), masyarakat yang turut membersihkan sampah sebanyak (61,42%) dan masyarakat yang menanam mangrove sebanyak (2,85%). Hal ini sangat baik karena masyarakat turut berpartisipasi untuk membersihkan sampah di sekitar objek wisata, sehingga lingkungan sekitar objek wisata menjadi bersih dan indah. 4. Partisipasi masyarakat dalam memisahkan sampah Partisipasi masyarakat apakah mereka menisahkan antara sampah organik dengan sampah anorganik. Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakan dalam bentuk kepedulian manjaga lingkungan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.23 Partisipasi Masyarakat dalam Pemisahan Sampah No Partisipasi Frekuensi Presentase (%) 1 Ya 11 15,71 2 Tidak 59 84,28 Jumlah Partisipasi masyarakat yang menjawab memisahkan antara sampah anorganik dengan sampah organik sebanyak (15,71%), sedangkan masyarakat

30 67 yang tidak memisahkan antara sampah organik dan anorganik sebanyak (84,28%). Sebagian masyarakat tidak memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Hal ini dikarenakan tidak disediakannya tempat sampah yang berbeda dan tidak ada aturan untuk memisahkan sampah. 5. Partisipasi masyarakat dalam mendaur ulang sampah Partisipasi masyarakat apakah mereka mendaur ulang sampah-sampah yang berada di sekitar objek wisata atau tidak.berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakan dalam mendaur ulang limbah, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.24 Partisipasi Masyarakat dalam Mendaur Ulang Sampah No Partisipasi Frekuensi Presentase (%) 1 Ya 4 5,71 2 Tidak 66 94,28 Jumlah Partisipasi masyarakat yang menyatakan ya mendaur ulang sampah sebanyak (5,71%) dan masyarakat yang tidak mendaur ulang sampah sebanyak (95,28%). Sebagian besar masyarakat tidak mendaur ulang sampah, mereka hanya mengumpulkan sampah dan membuangnya kemudian dibakar. 6. Partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar objek wisata dalam bentuk pembuangan limbah rumah tangga Partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan disekitar objek wisata dalam bentuk pembuangan limbah rumah tangga. Pembuangan limbah rumah tangga yang langsung ke laut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan sekitar objek wisata dan mengganggu kekestarian ekositem pesisir.

31 68 Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakan dalam bentuk pembuangan limbah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.25 Tempat Pembuangan Limbah Rumah Tangga No Tempat pembuangan limbah Frekuensi Presentase (%) 1 Sungai Laut 45 64,28 3 Selokan 22 31,42 Jumlah Sumber: Hasil penelitia, 2011 Partisipasi masyarakat dalam bentuk pembuangan limbah rumah tangga tidak ada masyarakat yang membung limbah rumah tangga ke sungai, yang membuang ke laut sebanyak (64,28%) dan masyarakat yang membuangnya ke selokan sebanyak (31,42%). Hal ini sangat berbahaya karena dengan pembuangan limbah domestik yang langsung ke laut dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir. Selain itu keadaaan pesisir Kota Cirebon yang dekat dengan objek wisata menjadi tercemar. Diperlukannya perhatian dari pemerintah untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir untuk tidak membuang limbah langsung ke laut, agar ekosistem dan keebrsihan pesisir tetap terjaga. 7. Partisipasi masyarakat dalam menyediakan kebutuhan wisatawan Masryarakat disekitar objek wisata dituntut untuk menyediakan kebutuhan wisatawan agar wisatawan menjadi betah dan nyaman berada lama-lama di objek wisata. Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakan menyediakan kebutuhan wisatawan dapat dilihat pada Tabel 4.26.

32 69 Tabel 4.26 Partisipasi Masyarakat dalam Menyediakan Kebutuhan Wisatawan No Partisipasi masyarakat Frekuensi Presentase (%) 1 Menjual makanan dan minuman 45 64,28 3 Menjual peralatan renang 2 2,85 4 Menyewakan ban/pelampung 1 1,42 5 Menyewakan perahu 19 27,14 6 Menjual mainan anak-anak 3 4,28 Jumlah Partisipasi masyarakat dalam menyediakan kebutuhan wisatawan yang menjual makanan dan minuman sebanyak (64,28%), yang menjual peralatan renang sebanyak (2,85%) dan yang menyewakan ban/pelampung sebanyak (1,42%) dan yang menjual mainan anak-anak sebanyak (4,28%). Sebagian besar masyarakat lokal yang berpartisipasi dalam menyediakan kebutuhan wisatawan yaitu menjual makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan banyaknya wisatawan yang datang untuk piknik bersama keluarga dan ingin menikmati wisata kuliner khas Cirebon. 8. Keuntungan yang Dirasakan dengan Adanya Pengelolaan Objek Wisata Pada dasarnya masyarakat yang mencari nafkah disini sangat bergantung dari banyaknya jumlah kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian keuntungan yang dirasakan dengan adanya pengelolaan objek wisata dapat dilihat pada Tabel 4.27.

33 70 Tabel 4.27 Keuntungan yang Dirasakan dengan Adanya Pengelolaan Objek Wisata No Keuntungan Frekuensi Presentase (%) 1 Jalan semakin baik 12 17,14 2 Pembangunan daerah semakin 7 10 meningkat 3 Terjaganya lingkungan sekitar 8 11,43 4 Meningkatkan pendapatan Meluasnya lapanga kerja 22 31,42 Jumlah Keuntungan yang dirasakan masyarakat dengan adanya pengelolaan objek wisata yang menjawab jalan semakin baik sebanyak (17,14%), yang menjawab pembangunan daerah semakin meningkat sebanyak (10%), yang menjawab terjaganya lingkungan sekitar sebanyak (11,43%), yang menjawab meningkatnya pendapatan sebanyak (30%) dan yang menjawab meluasnya lapangan kerja sebanyak (31,42%). Banyak masyarakat lokal yang mendapatkan keuntungan dengan adanya pembangunan objek wisata tersebut. Mereka berpendapat dengan adanya objek wisata tesebut, mereka dapat mencari lapangan pekerjaan dengan menjual aneka kebutuhan wisatawan di sekitar objek wisata. Selain itu, diakui sebagian masyarakat lokal keuntungan yang dirasakan yaitu dapat meningkatkan pendapatan mereka. 9. Harapan masyarakat dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Masyarakat semuanya berharap pengelola/pemerintah lebih meningkatkan lagi upaya pengelolaan objek wisata dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Harapan yang diinginkan masyarakat kepada

34 71 pengelola/pemerintah dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan diantaranya pengembangan pariwisata, pengawasan pembangunan, lingkungan, ekonomi, sumber daya manusia, dan pelayanan wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian harapan yang diinginkan masyarakat kepada pengelola/pemerintah dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dilihat pada Tabel Tabel 4.28 Harapan yang diinginkan Masyarakat Kepada Pengelola/pemerintah dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan No Harapan Frekuensi Presentase (%) 1 Pengembangan atraksi 40 52,63 2 Pengawasan pembangunan 8 10,53 3 Lingkungan 12 15,79 4 Ekonomi 7 9,21 5 Sumber daya manusia 2 2,63 6 Pelayanan wisatawan 3 3,95 Jumlah Harapan yang diinginkan masyarakat kepada pengelola/pemerintah dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang menjawab dalam hal pengembangan atraksi sebanyak (52,63%), yang menjawab pengawasan pembangunan sebanyak (10,53%), yang menjawab lingkungan sebanyak (15,79%), yang menjawab ekonomi sebanyak (9,21%), yang menjawab sumber daya manusia (2,63%) dan yang menjawab pelayanan wisatawan sebanyak (3,95%). Hal ini dikarenakan atraksi yang ada di Taman Ade Irma Suryani Nasution kurang beragam dan kurangnya perawatan pada fasilitas-fasilitas wisata. Sehingga

35 72 kurang menarik lagi untuk dinikmati dan membuat wiataan menjadi bosan dengan atraksi yang dapat dilakukan. F. Peran Pemerintah dalam Mengelola Taman Ade Irma Suryani Nasution Secara Berkelanjutan di Kota Cirebon Pemerintah disini adalah Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Cirebon yang mengeluarkan berbagai kebijakan strategis dalam bidanng kepariwisataan, melalui desentralisasi dan otonomi daerah. Disporabudpar dituntut berperan aktif, peranannya diperlukan pada fungsi mulai perencanaan, pembinaan dan pengaturan dalam pelaksanaannya, serta pengawasannya. Pengelolaan suatu kawasan wiasata memerlukan sumber daya manusia yang termasuk kedalamnya professional pengelola pariwisata yang memiliki potensi dan professional dalam bidangnya, karena idealnya suatu kawasan pariwisata akan berkembang bila didukung oleh pengelolaan yang baik dan memiliki pendidikan yang baik pula dalam hal ini yang berkaitan dengan bidang kepariwisataan. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Cirebon (Disporbudpar) Kota Cirebon merupakan dinas daerah yang mempunyai kewenangan daerah yang berhubungan dengan pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata. Disporbudpar dipimpin oleh pejabat Eselon II, berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah dan peraturan daerah Kota Cirebon nomor 14 tahun 2008 yang memiliki visi

36 73 Menyejahterakan Masyarakat Kota Cirebon melalui Pemberdayaan Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata. Adapun misi yang dirumuskan oleh disporabudpar adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas SDM di bidang pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata 2. Memberdayakan pemuda melalui pembinaan moral, wawasan kebangsaan, kepemudaan dan profesionalisme untuk membentuk jiwa yang mandiri dan produktif 3. Meningkatkan pembinaan dan fasilitas olahraga untuk menghasilkan olahraga yang berprestasi 4. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan sebagai obyek daya tarik wisata serta memperkokoh jati diri bangsa 5. Mengembangkan potensi pariwisata dan pemasaran produk pariwisata sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisata yang menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan daya beli masyarakat. Tugas pokok Disporbudpar adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang pemuda, olahraga, bidang kebudayaan dan bidang pariwisata berdasarkan kebijakan Walikota dan atau sekertaris daerah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tugas pembantuan yang ditugaskan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah/kota. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Disporbudpar Kota Cirebon mempunyai fungsi sebagai berikut:

37 74 1. Perumusan kebijakan teknis bidang pemuda dan olahraga serta bidang kebudayaan dan bidang pariwisata; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang pemuda dan olahraga serta bidang kebudayaan dan pariwisata; 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pemuda dan olahraga serta bidang kebudayaan dan pariwisata; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai tugas dan fungsinya. Pengelolaan kawasan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution tidak terlepas dari sumber daya manusia pengelola pariwisata Disporbudpar yang professional. Persoalan profesionalisme sumber daya manusia merupakan kendala bagi pelaksanaan otonomi daerah, kreativitas pengelola pariwisata dalam menggali, memelihara dan mengembangkan kawasan pariwisata Taman Ade Irma Suryani Nasution dituntut dalam rangka pengelolaannya. Oleh sebab itu para pengelola pariwisata harus memiliki latar belakang pendidikan yang memadai yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan. Data tingkat pendidikan para pengelola/ pegawai di Disporbudpar bidang kepariwisataan daerah di Kota Cirebon dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.29 Tingkat Pendidikan Pengelola di Disporbudpar Bidang Kepariwisataan Kota Cirebon No Tingkat pendidikan Jumlah Prosentase 1 Lulus SMA 1 12,5 2 D3 3 37,5 3 S1 3 37,5 4 S2 1 12,5 Jumlah Sumber: Disporabudpar Kota Cirebon, 2011

38 75 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa jumlah yang terbanyak adalah lulusan D3 dan S1. Hal ini baik untuk menunjang usaha kepariwisataan. Kreativitas dalam melakukan promosi para pengelola sangat berperan penting dalam mengembangkan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Melalui promosi, wisatawan akan mengetahui informasi tentang keberadaan suatu objek wisata dan akhirnya akan menimbulkan minat bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tersebut. Dengan adanya promosi yang baik, dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan datang, selain itu agar wisatawan lebih lama tinggal dan wisatawan lebih banyak membelanjakan uang mereka di Taman Ade Irma Suryani Nasution serta menarik minat pengusaha dalam menanamkan modal pada sektor pariwisata. Promosi dilakukan lima kali dalam setahun. Bentuk promosi yang dilakukan adalah dengan menyebarkan brosur. Sasarannya adalah Kota Cirebon sendiri, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Tegal. Selain itu memalui radio lokal yaitu RRI Cirebon serta memalui internet lewat blog dengan alamat Diakui pemerintah bahwa promosi dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Biasanya frekwensi kunjungan meningkat pada saat hari libur sekolah. Hal ini dikarenakan atraksi yang dapat dilakukan umumnya untuk anak-anak dan keluarga. Event-event wisata pun kadang-kaang dilakukan yaitu dengan mengadakan perlombaan pada saat liburan sekolah. Jika akan diadakannya event

39 76 wisata biasanya dipromosikan terlebih dahulu. Event wisata sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kunjungan. Bentuk pelestarian yang dilakukan di objek wisata tersebut adalah dengan menyediakan tempat sampah. Dalam pengelolaannya tentu mepertimbangkan kelestarian lingkungan hidup. Masyarakat pun dilibatkan dalam penyediaan sarana kebersihan dan membersihkan lingkungan sekitar objek wisata. Pihak pemerintah pernah melakukan pelatihan kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan sikap kearifan lokal terhadap wiatawan dan jasa guiding. Salah satu usaha yang dilakukan Disporbudpar untuk menark minat berkunjung ke kawasan Taman Ade Irma Suryani Nasution, yaitu dengan cara : 1. Pelaksanaan promosi Nusantara di dalam dan di luar negeri (Pameran dan Karnaval budaya Kemilai Nusantara) 2. Pengembangan jaringan kerjasama Promosi Pariwisata (Promo Wisata Cirebon Night) 3. Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata (pentas seni tradisional pada jambore VW) 4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan (monitoring hiburan dan survey pelanggan) Selain itu Disporbudpar telah membuat desain baru dengan dibuatnya maket tentang penataan kembali objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang lebih menarik. Maket tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4. Kepemilikan lahan yaitu dipegang oleh Walikota Cirebon namun kepemilikan objek wisata diserahkan pada PT Citraria Indah Loka yang

40 77 mempunyai waktu hingga tanggal 14 Mei tahun Maket itu telah dibuat tetapi untuk merealisasikannya harus menunggu masa kontrak pihak swasta habis. Habisnya masa kontrak tersebut pada tahun Setelah masa kontaknya habis kepemilikan objek wisata akan dikembalikan pada pemda. Kegiatan pengusahaan pengelolaan pariwisata di Taman Ade Irma Suryani Nasution akan dilakukan atas dasar peraturan perundangan dan prosedur yang telah ditentukan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Ada beberapa kendala dalam pengelolaan, yaitu diantaranya pengelolaan limbah yang seharusnya diatur oleh Dinas Kebersihan Kota Cirebon tetapi sejauh ini tidak ada pengelolaan limbah yang berdampak pada pencemaran kelestarian lingkungan pesisir di sekitar objek wisata. Selain itu perawatan yang kurang intensif terhadap fasilitas wisata yang terdapat di objek wisata di Taman Ade Irma Suryani Nasution menyebabkan kurangnya tingkat kepuasan wisatawan dan berdampak pada penurunan jumlah kunjungan. Usaha pengelolaan pariwisata di Taman Ade Irma Suryani Nasution dalam pelaksanaan di lapangan merupakan wewenang pengelola objek wisata yang bersangkutan. Pengelola disini adalah pihak swasta yaitu PT Citra Ria Indah Loka. Pihak swasta yang mengelola Taman Ade Irma Suryani Nasution mempunyai masa kontrak selama 25 tahun, terhitung sejak tahun 1987 hingga tanggal 14 Mei tahun 2012.

41 78

42 79 G. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon. Prinsip pengembangan yang perlu diperhatikan adalah pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang memperlihatkan dan melestarikan keserasian, keseimbangan, dan daya dukung lingkungan. Ada beberapa indikator untuk menentukan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. yaitu: 1. Masyarakat a. Partisipasi Partisipasi masyarakat, terutama masyarakat di sekitar lokasi pengembangan wisata dapat memperlancar dan menunjang kegiatan pengusahaa pariwisata supaya berkelanjutan. Partisipasi penduduk dapat berupa ide, materi maupun tenaga. Adapun partisipasi penduduk dalam menyumbangkan ide terhadap perkembangan objek wisata sangat kurang, hal ini terbukti dari kurangnya keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat dalam membicarakan, menghadiri rapat dan pemberian saran atau pendapat untuk meningkatkan perkembangan objek wisata. Partisipasi penduduk dalam bentuk materi untuk perkembangan objek wisata hanya dalam bentuk kesadaran penduduk membayar tiket masuk kepada pengelola objek wisata. dalam hal ini penduduk sekitar objek wisata juga diwajibkan untuk membayar tiket masuk kepada pengelola apabila ingin

43 80 mengunjungi objek wisata, walaupun begitu masih saja ada yang enggan untuk membayar. Kurangnya partisipasi penduduk dalam bentuk materi juga dipengaruhi oleh pendapatan yang mereka peroleh dalam satu bulan masih tergolong rendah. Partisipasi tenaga merupakan partisipasi penduduk dalam hal kesediaan menyumbangkan tenaga dalam kegiatan seperti untuk perbaikan dan menjaga kebersihan. Partisipasi tenaga untuk perbaikan dan menjaga kebersihan tidak terlihat karena tidak adanya kesadaran penduduk akan kepedulian terhadap lingkungan. Terbukti dengan masih banyaknya sampah disekitar objek wisata yang tidak dikelola. Hal tersebut disebabkan oleh kesadaran masyarakat sekitar yang sebagian besar membuang limbah rumah tangga langsung ke laut. b. Kepuasan masyarakat Kepuasan masyarakat lokal berkaitan dengan sistem pengelolaan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang akan berdampak kepada partisipasi masyarakat dan kinerja masyarakal lokal yang bekerja di objek wisata tersebut. Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan pertanyaan pada angket yang ditunjukan pada penduduk lokal, dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.30 Kepuasan penduduk terhadap pengelolaan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution No Kepuasan F % 1 Puas 13 18,57 2 Kurang puas 19 27,14 3 Tidak puas 38 54,28 Jumlah ,00 Sumber: Hasil Penelitian 2011

44 81 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk menyatakan tidak puas terhadap sistem pengelolaan objek wisata yaitu sebanyak (52,63%), menyatakan kurang puas sebanyak (27,63%) dan yang menyatakan puassebanyak (19,74). Hal ini sebagai bukti bahwa pengelolaan objek wisata tersebut kurang maksimal. Jika sebagian besar masyarakat yang menyatakan tidak puas dan tidak berkeinginan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan ataupun pengembangan objek wisata sangat dikhawatirkan keadaan objek wisata tersebut semakin terpuruk. c. Dampak sosial Dampak sosial yang positif akibat pembanguna objek wisata di Taman Ade Irma Suryani Nasution menurut pendapat masyarakat setempat yaitu diantaranya: jalan semakin baik, pembangunan daerah semakin meningkat, meningkatkan pendapatan, dan meluasnya lapangan kerja. Sedangkan dampak negatif akibat pembanguna di objek wisata tersebut menurut masyarakat, yaitu kebersihan yang kurang terjaga dan perusakan kontur alam. Dampak negatif tidak terlalu besar karena jarak lokasi objek wisata dengan pemukiman penduduk cukup jauh, yaitu 1.5 km. d. Kontribusi pariwisata terhadap ekonomi lokal Keberadaan objek wisata harus memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal agar daerah setempat mendapatkan keuntungan dari kegiatan pariwisata. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa keuntungan yang dirasakan

45 82 penduduk dengan adanya pengembangan ojek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.31 Keuntungan yang dirasaan Penduduk No Keuntungan F % 1 Jalan semakin baik 13 18,57 2 Pembangunan daerah semakin meningkat 8 11,42 3 Terjaganya lingkungan sekitar 9 12,85 4 Meningkatnya pendapatan Meluasnya lapangan kerja 19 27,14 Jumlah ,00 Sumber: Hasil Penelitian 2011 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk menyatakan meningkatnya pendapatan dan meluasnya lapangan kerja. Hal ini berarti dengan adanya pengembangan objek wisata dapat memberikan kontribusi ekonomi terhadap penduduk sekitar. 2. Kondisi lingkungan a. Pelindungan lokasi Ukuran spesifik dari perlindungan lokasi adalah daya dukung, dan kemenarikan. a) Daya dukung Ada tiga jenis daya dukung dalam komponen lingkungan, yaitu daya dukung fisik, daya dukung rill dan daya dukung efektif. Daya dukung fisik yang ada di Taman Ade Irma Suryani Nasution menurut rumus WTO pada intensitas pemanfaatan, yaitu mampu menampung 242 wisatawan/km². Daya dukung rill berdasarkan faktor lingkungan, sosial dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan jika sesuai dengan daya dukung fisik, maka dapat menimbuklan permasalahan, baik permasalahan lingkungan maupun sosial. Sedangkan pada

46 83 daya dukung efektif, ternyata belum efektif pemanfaatannya jika kunjungan wisatawan sampai pada 242 jiwa/km² sesuai kemampuan daya dukung fisik, karena keefektifan pemanfaatan fasilitas wisata tidak akan maksimal untuk memenuhi semua wisatawan yang berkunjung. b) Kemenarikan Kemenarikan yang ada di objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yaitu berupa keindahan alam, pertunjukan kesenian daerah, sarana permainan anak dan kebun binatang. b. Ekosistem kritis Ekosistem kritis yang terdapat di lokasi objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yaitu ekosistem mangrove. Jumlah tumbuhan mangrove di sekitar objek wisata hanya terdapat 10 tumbuhan yang sejenis yaitu Avicenia. Padahal ekosistem mangrove sangat bermanfaat bagi pelestarian ekosistem pesisir apalagi dalam bidang pariwisata. Karena hutan mangrove merupakan suatu penyangga antara komunitas daerah dan pesisir (laut), selain itu juga sebagai tempat mencari makan dan berlindung bagi berbagai ikan dan hewan-hewan air lainnya. c. Zonasi Zona pemanfaatan kawasan perairan pantai sangat penting untuk menghindari konflik pemakaian di masa depan agar berkelanjutan. Model pembuatan zona menggunakan konsep biosphere. Dalam konsep biosphere dapat dibagi menjadi empat zona berkaitan dengan aktivitas manusia, yaitu core area,

47 84 buffer area, transition area, dan rehabilitation area. Untuk lebih jelasnya, semua zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.5. a) Core aera Ditandai dengan proteksi yang sangat ketat yang melarang pemakaian tanah untuk tujuan apapun. Dalam kawasan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution tidak terdapat core area. Pada kawasan objek wisata tersebut tidak terdapat proteksi sangat ketat terhadap pemakaian tanah untuk dimanfaatkan. b) Buffer area Kawasan ini dapat dimanfaatkan. Dalam kawasan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution buffer area sangat luas dan mendominasi seluruh kawasan objek wisata. Tujuannya adalah untuk konservasi kawasan dengan pola pemanfaatan tradisional dan unik. c) Transition area Kawasan ini merupakan kawasan yang bisa dimanfaatkan menjadi kawasan ekonomi, tetapi tetap harus diletakan dalam kerangka pemanfaatan kawasan secara lestari. Dalam kawasan objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution, Transition area terdapat dua bagian, seluruhnya tersebar di dalam kawasan objek wisata. Kawasan ini dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Seperti menyediakan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. d) Rehabilitation area Kawasan ini merupakan kawasan yang mengalami kerusakan berat dan perlu mendapatkan penanganan regenerasi. Dalam kawasan objek wisata Taman

48 85

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan pariwisata harus ditinjau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel 1. Desain lokasi Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Ade Irma Suryani Nasution yang berada di Jalan Yos Sudarso No

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa meliputi Desa Bantul, Desa Palbapang, Desa Trirenggo, Desa Sabdodadi, dan Desa

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kondisi Kebun Buah Mangunan 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR PETA... xx DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci