BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA"

Transkripsi

1 BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA A. SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW I. Tujuan dan Manfaat Penerapan INSW Tujuan utama dilakukannya penerapan Sistem Single Window (SW) ini pada dasarnya menyangkut dua aspek, yaitu : 1) Tujuan pertama untuk melakukan percepatan atas penyelesaian proses ekspor-impor, serta peningkatan efektifitas dan kinerja penanganan atas lalu-lintas barang ekspor-impor. 2) Tujuan kedua terkait dengan upaya meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam seluruh kegiatan penanganan atas lalu-lintas barang ekspor dan impor, terutama terkait dengan proses customs release and clearance of cargoes. Dengan demikian penerapan Sistem INSW ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi Pemerintah maupun bagi Pengguna Jasa (Masyarakat Usaha). Bagi pihak pemerintah, Penerapan Sistem INSW diharapkan akan dapat:

2 1) Memfasilitasi percepatan proses penyelesaian kegiatan customs release and clearance of cargoes dalam rangka mewujudkan sistem ASW sebagai instrumen perwujudan ASEAN Economic Community (AEC); 2) Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman, dan memberikan kepastian usaha; 3) Menciptakan manajemen resiko yang lebih baik; 4) Menghilangkan redundansi dan duplikasi data; 5) Meningkatkan validitas dan akurasi data; 6) Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor; 7) Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman yang mungkin timbul karena lalu-lintas barang ekspor-impor; 8) Mengoptimalkan penerimaan negara. bagi Masyarakat Usaha, diharapkan akan dapat : 1) Memberikan kepastian biaya dan waktu pelayanan; 2) Meningkatkan daya saing; 3) Memperluas akses pasar dan sumber-sumber faktor produksi; 4) Mengefektifkan dan mengefisienkan pemanfaatan sumber daya ; 5) Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan ;

3 6) Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam seluruh kegiatan pelayanan eksporimpor; II. Pengembangan Sistem INSW Visi, misi dan strategi dalam pembangunan, pengembangan dan penerapan Sistem NSW di Indonesia, perlu dirumuskan dari awal guna memperjelas arah dan kebijakan dalam pelaksanaan tugas yang diperlukan untuk mewujudkan penerapan Sistem NSW di Indonesia. Visi pengembangan Indonesia NSW adalah terwujudnya lingkungan Nasional Single Window di Indonesia, yaitu layanan tunggal elektronik untuk memfasilitasi pengajuan informasi standar guna menyelesaikan semua pemenuhan persyaratan dan ketentuan, serta semua kegiatan yang terkait dengan kelancaran arus barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Sedangkan, Misi pengembangan sistem NSW di Indonesia adalah mewujudkan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi dalam penanganan atas lalu lintas barang ekspor dan impor. III. Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem INSW Pembangunan sistem INSW merupakan suatu proses dengan skala besar dan kompleksitas yang sangat tinggi. Sehingga memerlukan upaya besar untuk melakukan serangkaian kegiatan secara paralel dalam waktu yang sangat terbatas. Namun demikian, dalam pelaksanaan nya tetap harus mengikuti standar dalam siklus proses pengembangan sistem (System-Development), sehingga

4 memudahkan kontrol dan penilaian atas capaian kegiatan dalam pembangunan Sistem NSW. Strategi pembangunan dan pengembangan sistem NSW di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan mendasarkan pada skala prioritas kebutuhan sistem di lapangan, dan tingkat resiko serta peluang keberhasilan, dengan salah satu ukuran tidak terganggunya sistem operasional yang sudah ada dengan adanya perubahan mendasar melalui penerapan Portal INSW. Pada setiap tahapan implementasi sistem NSW, setelah selesainya tahapan Technical Development dalam pembangunan Sistemnya, untuk dapat mulai dilakukan tahapan implementasi harus melalui beberapa uji coba dan test sytem, dimulai dengan masih menggunakan Dummy-data sampai akhirnya ditetapkan untuk menggunakan real-data. Hal utama yang menjadi beban berat pekerjaan teknis pembangunan sistem NSW adalah load pekerjaan yang sangat besar. Dimana pada setiap tahapan harus diselesaikan beberapa pekerjaan pembangunan sistem yang berbeda secara simultan. Namun demikian, penyelesaian pekerjaan tetap mendasarkan pada skala prioritas sesuai dengan kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan oleh Tim Persiapan NSW. Hingga saat ini sistem NSW sudah diterapkan pada 5 pelabuhan utama di Indonesia, yaitu Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Tanjung Emas Semarang, Belawan Medan, dan Bandara Soekarno Hatta Jakarta Tim Persiapan National Single Window (NSW) Republik Indonesia, Penerapan Sistem National Single Window Menuju Otomasi Sistem Pelayanan yang Terintegrasi Untuk Mewujudkan Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor, diunduh pada 21 Mei Op. Cit.

5 Strategi yang telah dilaksanakan Pemerintah dan Tim Persiapan NSW dalam mewujudkan visi dan misi pengembangan Sistem NSW di Indonesia antara lain : 1. Melakukan kolaborasi sistem dari seluruh entitas (Instansi Pemerintah, Institusi lainnya dan Swasta) sebagai upaya percepatan penyelesaian proses ekspor-impor. 2. Komitmen bersama untuk melakukan koordinasi dalam memadukan dan menyelaraskan proses bisnis antar entitas, guna meningkatkan kinerja dan efektivitas layanan yang terkait dengan ekspor-impor. 3. Menyempurnakan dan melengkapi perangkat hukum serta kelengkapan persyaratan legal lainnya, guna mendukung terwujudnya visi Indonesia NSW. 4. Meningkatkan kapasitas dan integritas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendukung penerapan prinsip-prinsip Good-Governance dalam pelayanan ekspor-impor. Dalam pengembangan dan pengoperasian sistem NSW, diharapkan berpatokan kepada prinsip-prinsip di bawah ini: 1. Minimalisasi beban anggaran dari Pemerintah; 2. Beban kepada Pengguna Jasa, harus memperhatikan kemampuan mereka; 3. Proteksi atas data dan informasi; 4. Transparan dalam proses; 5. Terukur (measurable); 6. Dapat dipertanggung-jawabkan (accountable and auditable);

6 7. Efektif dan Efisien; 8. Berkelanjutan; 9. Fleksibel. 57 prioritas kebutuhan sistem di lapangan, dan tingkat risiko serta peluang keberhasilan, dengan salah satu ukuran tidak terganggunya sistem operasional yang sudah ada dengan ini menunjukkan adanya perubahan mendasar melalui penerapan Portal INSW. B. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PENERAPAN SISTEM INSW Penerapan sistem NSW di Indonesia yang dilakukan secara bertahap, selain harus mempertimbangkan kondisi riil yang dihadapi di lapangan dan beberapa keterbatasan yang ada, juga harus senantiasa memperhatikan dan mendasarkan pada jadwal dan kesepakatan dalam penerapan sistem ASW di tingkat regional ASEAN, sehingga penetapan jadwal, roadmap maupun rincian tahapan yang telah ditetapkan, seringkali harus diubah dan disesuaikan. Perubahan dan penyesuaian yang telah beberapa kali dilakukan, tidak selalu dilakukan dengan memundurkan jadwal penerapan. Ada beberapa kondisi yang malahan menuntut adanya beberapa percepatan dalam pelaksanaan technical development, seperti pembangunan prototype awal portal ASW. Namun demikian, yang paling penting bahwa setiap perubahan tersebut akan selalu diputuskan bersama oleh seluruh entitas, baik di tingkat nasional (bersama seluruh GA), maupun di tingkat regional (bersama tim NSW negara anggota ASEAN lainnya). 57 Ibid

7 Secara umum, gambaran awal dari setiap tahapan dalam rangka penerapan sistem NSW di Indonesia dapat diilustrasikan sebagai berikut: 1) Tahapan uji coba awal Sistem NSW; 2) Implementasi Tahap Kesatu; 3) Implementasi Tahap Kedua; 4) Implementasi Tahap Ketiga; 5) Implementasi Tahap Nasional; 6) Penggabungan ke Sistem ASW (ASEAN Single Window). 58 Tim persiapan NSW telah berhasil melakukan uji coba sistem, dengan melakukan tahapan Uji coba awal Sistem NSW di Tanjung Priok pada tanggal 19 Nopember 2007, sebagai langkah awal untuk mulai menerapkan sistem NSW secara bertahap di seluruh Indonesia. Lebih lanjut, pada tanggal 17 Desember 2007, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan dan Tim Persiapan NSW Indonesia secara resmi melakukan peresmian Implementasi Tahap Kesatu Sistem NSW di Indonesia dan sekaligus melakukan peluncuran Official Website dan Portal Indonesia NSW sebagai gerbang utama sistem layanan publik yang terintegrasi secara elektronik, yang menyediakan fasilitas untuk pelayanan seluruh kegiatan yang terkait dengan ekspor dan impor. 59 Gambaran umum pelaksanaan implementasi tahap kesatu sistem NSW di Indonesia, dapat diilustrasikan sebagai berikut: a) Waktu pelaksanaan: peresmian tahapan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2007 dan akan berlangsung sampai dengan Ibid Ibid

8 dilakukannya Implementasi Tahap Kedua Sistem NSW pada awal bulan April 2008; b) GA perizinan yang dilibatkan: GA yang dilibatkan adalah Kantor Pelayanan Utama (KPU) DJBC Tanjung Priok, dan 4 GA Perizinan (Badan POM, Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Badan Karantina Pertanian dan Pusat Karantina Ikan); c) Pelaku usaha yang dilibatkan: pelaku usaha yang ditetapkan sebagai pengguna sistem adalah seluruh IJP (sebanyak 100 Perusahaan IJP); d) Sistem yang di uji cobakan: 1. Pengiriman data perizinan secara elektronik melalui webservice dari inhouse-system 4 GA (sistem InaTrade, e- BPOM, Sikawan, Sipusra, Sister Karoline) ke Portal NSW dan dari Portal NSW meneruskan ke inhouse-system KPU Tanjung Priok (SAP-Impor); 2. Proses otomasi validasi, filtering dan analyzing point di Portal NSW untuk mengecek dokumen PIB dan dokumen perizinan; 3. Pemrosesan perizinan elektronik pada customs-clearance (SAP-Impor) dan pengiriman respons elektronik melalui Portal NSW Ibid

9 Setelah itu, pada tanggal 11 Agustus 2008 Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan NSW meresmikan peluncuran implementasi tahap kedua Sistem NSW di Semarang, Jawa Tengah. 61 Pada peluncuran implementasi tahap kesatu jumlah instansi yang bergabung dalam Sistem NSW hanya 5 (lima) instansi terkait perizinan atau Government Agencies (GA). Kelima instansi yang telah tergabung tersebut sejak Desember 2007 selain Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai adalah Departemen Perdagangan (Ditjen Perdagangan Luar Negeri), Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (Karantina Ikan), dan Departemen Pertanian (Karantina Tumbuhan dan Karantina Hewan). Sedangkan pada tahap kedua ini jumlah instansi yang terlibat telah bertambah menjadi 15 GA dengan menggandeng 10 GA baru yaitu Departemen Kesehatan, Departemen ESDM, Departemen Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian (Pusat Perizinan dan Investasi), Ditjen Pos dan Telekomunikasi, Badan Pengawasan Tenaga Nuklir, Departemen Perhubungan dan Kepolisian Republik Indonesia. Meskipun pada implementasi tahap kedua ini pelayanan sistem NSW masih terbatas untuk melayani importir, namun jumlah perusahaan yang dilayani secara bertahap terus ditingkatkan. Jika pada implementasi tahap kesatu sistem NSW hanya melayani Importir Jalur Prioritas (IJP) sebanyak 88 perusahaan, maka pada tahapan yang kedua importir yang dilayani oleh sistem NSW telah diperluas, sehingga menjangkau importir Mitra Utama (MITA) Prioritas sebanyak 97 perusahaan (dari 102 MITA Prioritas) dan MITA Non-Prioritas sebanyak Peluncuran Implementasi Tahap Kedua Sistem National Single Window, diunduh pada 19 Agustus 2010.

10 perusahaan. Dengan demikian semua dokumen PIB (Pemberitahuan Impor Barang) yang dikirimkan oleh MITA Prioritas dan MITA Non-Prioritas telah menggunakan fasilitas di portal INSW. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bertindak sebagai koordinator pembangunan dan pengembangan NSW dan Tim persiapan NSW telah melakukan langkah-langkah untuk mengintegrasikan berbagai pelayanan dari setiap instansi ke dalam sistem portal INSW. Dalam portal NSW telah di upload database Lartas (ketentuan larangan dan pembatasan impor) secara real time dilengkapi dengan buku pintar untuk memudahkan pelaku usaha mengetahui kebijakan pengimporan barang ke Indonesia. Instansi terkait seperti Departemen Perhubungan telah membangun sistem pelayanan kepelabuhan secara online yaitu inaportnet dan persiapan pembangunan sistem NSW untuk Airport. Sementara Departemen Perdagangan telah mendorong dan mengarahkan jajarannya dalam membangun dan menerapkan inatrade dan mengintegrasikannya ke dalam portal INSW sehingga pelayanan perizinan ekspor dan impor dapat dilakukan secara online melalui portal INSW. Demikian halnya yang dilakukan oleh Departemen Pertanian, melalui Badan Karantina Pertanian membangun Sistem Pelayanan Karantina Hewan secara online melalui Sistem Pelayanan Online Karantina Hewan (Sikawan) dan Sistem Pelayanan Online Karantina Tumbuhan (Sipusra). Hal sama juga dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan yang bersama jajarannya telah berhasil membangun Sistem Terpadu Pelayanan Karantina Ikan Online (Sister

11 Karoline), termasuk juga yang dilakukan BPOM yang telah membangun dan mengembangkan sistem pelayanan e-bpom dan mengintegrasikannya ke dalam sistem portal INSW. 62 Peluncuran implementasi tahap III sistem NSW dilakukan oleh Menteri Keuangan di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Selasa tanggal 23 Desember Penyelenggaraan peluncuran implementasi tahap ketiga ini dilakukan setelah Tim Persiapan NSW melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan implementasi tahap pertama dan kedua yang hasilnya menyimpulkan bahwa secara teknis penerapan sistem NSW pada tahap pertama dan tahap kedua sudah berjalan sesuai target yang direncanakan. Bahkan untuk pelabuhan Tanjung Emas sudah diterapkan secara penuh untuk seluruh importir dan PPJK. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya ditetapkan ruang lingkup untuk implementasi tahap ketiga penerapan sistem NSW yang diluncurkan pada akhir Desember 2008, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan Sistem NSW untuk Pelayanan Perizinan Impor (NSW Impor): a) Penerapan sistem NSW impor secara mandatory terhadap seluruh importir dan seluruh PPJK di Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Emas (Semarang). b) Uji coba sistem NSW impor untuk melayani importir dan PPJK tertentu di Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), Pelabuhan Belawan (Medan) dan Bandara Soekarno Hatta (Cengkareng) atas perizinan 62 Implementasi Tahap II NSW, diunduh pada 19 Agustus Bapeten Tergabung Dalam Indonesia National Single Window, diunduh pada 19 Agustus 2010.

12 impor dari 5 instansi pemerintah (GA) yang sudah terlebih dahulu bergabung pada implementasi tahap kedua sejak Agustus Pelaksanaan Uji coba Teknis Penerapan Sistem NSW-Ekspor untuk beberapa eksportir tertentu secara terbatas di Pelabuhan Tanjung Priok. 3. Pelaksanaan Uji coba Integrasi Lanjutan Penerapan Sistem NSW Kepelabuhanan untuk beberapa importir tertentu di Pelabuhan Tanjung Priok. 4. Pelaksanaan Uji coba Integrasi Awal Penerapan Sistem NSW Kebandarudaraan untuk beberapa importir tertentu di Bandara Soekarno Hatta. Berkaitan dengan fitur website INSW, dilaporkan bahwa pada implementasi tahap ketiga ini dilakukan penambahan beberapa fitur, antara lain: (1) Fitur Realisasi Perizinan Impor (Utilization Report), yaitu fasilitas yang dapat digunakan untuk mengetahui realisasi penggunaan dari perizinan impor yang telah diterbitkan oleh masing-masing GA, (2) Fitur Pengecekan Konfirmasi Pembayaran dari Bank, yaitu fasilitas untuk melakukan pengecekan atas pembayaran Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor, (3) Fitur Penjelasan Reject Dokumen PIB, yaitu untuk memberikan informasi mengenai penyebab terjadinya reject, (4) Fitur Akses Informasi Nomor/Tanggal/Pos BC1.1, (5) Fitur Browsing Data Manifes untuk GA. Selain itu, juga dilakukan penyempurnaan Fitur Track & Trace dan Penyempurnaan Fasilitas e-service Lartas. Selanjutnya, untuk melayani keluhan dan pertanyaan pengguna sistem, telah disiapkan sistem layanan Call Center atau

13 Help Desk yang memungkinkan Pengguna Jasa untuk mendapatkan solusi segera atas berbagai permasalahan dalam pengoperasian Portal INSW. Dengan telah dilakukannya peluncuran implementasi tahap ketiga sistem NSW di Indonesia, maka penerapan sistem NSW telah memasuki tahapan yang paling penting, yaitu memberlakukan sistem ini secara mandatory terhadap seluruh importir dan PPJK yang melakukan kegiatan importasi barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Mengingat bahwa kegiatan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok mencakup sekitar 70% (tujuh puluh persen) dari total kegiatan impor nasional, maka pemberlakuan secara mandatory sistem NSW impor di Tanjung Priok dapat mewakili hampir semua kondisi dan variasi permasalahan dan hambatan dalam pengoperasian suatu sistem baru. Dengan demikian, maka apabila sistem NSW telah berhasil diterapkan secara mandatory di Tanjung Priok, maka secara matematis penerapan di pelabuhan lain akan lebih lancar karena masalah yang dihadapi tidak sebesar dan sekompleks permasalahan di Tanjung Priok. 64 Setelah itu pada tanggal 29 Juli 2009, Menteri Keuangan meresmikan peluncuran implementasi tahap keempat sistem NSW di Surabaya. Implementasi tahap keempat sistem NSW yang diluncurkan meliputi hal-hal sebagai berikut 65 : a. Penerapan Sistem NSW Impor secara mandatory: 64 Peluncuran Implementasi Tahap Ketiga Sistem National Single Window, diunduh pada 19 Agustus Peluncuran Implementasi Tahap Keempat Sistem National Single Window, diunduh pada 19 Agustus 2010.

14 1. Dimulainya penerapan sistem NSW-impor secara mandatory di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, sehingga pelayanan kepada seluruh importir dan seluruh PPJK wajib menggunakan Sistem NSW; 2. Penyempurnaan fitur yang mendasarkan pada perubahan/ penyempurnaan regulasi, antara lain meliputi pengecualian perizinan, dan pengeluaran sebagian; 3. Penambahan/pengembangan fitur baru, seperti mobile e-service; 4. Pemberlakuan Database Lartas Impor yang baru, yang merupakan hasil harmonisasi dari semua GA yang sudah mengoperasikan sistem NSW. b. Penerapan Awal Sistem NSW-Export 1. Penerapan awal sistem NSW ekspor yang dilakukan secara terbatas bagi eksportir tertentu yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 15 perusahaan importir terbesar yang melakukan aktifitas ekspor di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya; 2. Otomasi proses penelitian perizinan ekspor; 3. Penggunaan Database Lartas Ekspor yang baru; 4. Fitur dan fasilitas untuk mendukung transparansi, seperti pencarian dokumen, e-service lartas export. c. Perubahan tata laksana ekspor dan impor yang disesuaikan dengan Peraturan baru Dirjen Bea Cukai, antara lain meliputi hal-hal berikut: 1. Perubahan Tata Laksana Kepabeanan Impor;

15 2. Perubahan Tata Laksana kepabeanan Ekspor; 3. Pengaturan kewenangan penetapan oleh pejabat BC, terutama terkait dengan masalah keberatan dan banding. d. Penyesuaian prosedur pelayanan dalam sistem NSW dengan menggunakan Sistem Komputer Pelayanan Impor (SKP Impor) 1. Penyempurnaan Database Lartas Impor sebagai referensi dalam perizinan kepabeanan; 2. Pemberlakuan Full Paperless System untuk MITA Prioritas dan MITA Non-Prioritas; 3. Pemberlakuan sistem penjaluran yang baru, menjadi 5 jalur pelayanan, yaitu MITA Prioritas, MITA Non-Prioritas, Hijau, Kuning dan Merah; 4. Pengakuan keabsahan dokumen perizinan dari GA yang dicetak melalui portal INSW. e. Penyesuaian prosedur pelayanan dalam sistem NSW dengan menggunakan Sistem Komputer Pelayanan Ekspor (SKP Ekspor) yang baru, antara lain meliputi: 1. Penggunaan Database Lartas yang baru; 2. Penambahan proses validasi dan otomasi penelitian dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB); 3. Penyempurnaan Sistem Perubahan/Update Data PEB;

16 4. Perubahan konsep output Surat Pemberitahuan Ekspor yang semula dalam bentuk Persetujuan Ekspor (PE) menjadi Nota Pelayanan Ekspor (NPE); 5. Otomasi sistem pelayanan konsolidasi ekspor; 6. Otomasi proses rekonsiliasi data PEB dengan data outward manifest. Terdapat beberapa hal yang memerlukan komitmen konkrit bagi semua jajaran instansi NSW, yaitu: memberikan kepastian usaha bagi pengguna jasa dan sustainability sistem NSW, seperti: adanya Standard Operational Procedure (SOP), Service Level Arrangement (SLA), help desk, Model Operasi termasuk status kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), Fee Structure, dan legal backup nya. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Tim Persiapan NSW sebelum diluncurkannya sistem INSW ini secara resmi menyebutkan bahwa pelaksanaan seluruh tahapan implementasi sistem NSW sudah berjalan sesuai target yang direncanakan. Namun demikian terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut: 1) Dilihat dari aspek teknis, pelaksanaan penerapan sistem NSW impor di Jakarta dan Semarang sudah berjalan sesuai dengan rencana, dan di pelabuhan tersebut sudah diterapkan secara penuh bagi seluruh importir dan PPJK; 2) Tambahan 3 GA (Depkes, Ditjen Postel dan Bappeten) yang mulai bergabung pada implementasi tahap ketiga, saat ini sudah

17 menerapkan NSW secara online dengan menggunakan Web- Service. Sementara itu, 6 GA lainnya yang direncanakan bergabung dalam tahun 2009 saat ini masih belum siap, sehingga belum diikutsertakan dalam pelaksanaan implementasi tahap keempat; 3) Sistem NSW ekspor yang sudah mulai diuji coba sejak awal Juli 2009 di Tanjung Perak dan sudah dapat diterapkan secara terbatas untuk melayani 15 Importir perusahaan terbesar di Surabaya; 4) Dari aspek legal, terdapat sejumlah peraturan pelaksanaan yang diperlukan untuk mendukung pengoperasian sistem NSW secara nasional dan mandatory, antara lain ketentuan formal terkait SLA dan SOP oleh masing masing GA. Dalam kaitan ini seluruh GA yang bergabung dalam sistem NSW sudah menyiapkan dokumen SLA dan SOP dan sebagian besar sudah ditetapkan dalam bentuk peraturan pelaksanaan oleh masing masing pejabat yang berwenang; 5) Dari aspek kelembagaan, Tim Persiapan NSW saat ini sedang menyiapkan model kelembagaan yang akan diusulkan untuk ditetapkan sebagai model lembaga pengelola sistem NSW yang bersifat permanen; 6) Dari aspek kepuasan pengguna jasa, Tim Persiapan NSW secara reguler (sekali dalam setiap bulan) mengadakan pertemuan dengan para pengguna jasa. Pertemuan reguler tersebut dipandang cukup efektif dalam mengindentifikasi dan menyelesaikan sejumlah

18 permasalahan yang menghambat pengoperasian sistem NSW di lapangan; 7) Dari aspek kesiapan SDM, dilaporkan bahwa beberapa GA masih menghadapi masalah terkait keterbatasan kapasitas SDM, baik keterbatasan jumlah maupun kualifikasinya. Masalah ini perlu mendapat prioritas perhatian dan penanganan oleh para pimpinan instansi terkait, terutama dampak mutasi jabatan terhadap keberlanjutan kinerja Tim. 66 Pada awalnya target implementasi tahap nasional INSW sudah harus diselesaikan mulai April 2009 (sistem NSW-impor) dan paling lambat pada akhir Juni 2009 (sistem NSW-ekspor, seaport dan airport) sehingga pada awal Juli 2009 seluruh komponen sistem pada portal INSW sudah diterapkan secara mandatory di 5 pelabuhan utama di Indonesia. Akan tetapi, pada 9 Desember 2009 pemerintah baru memberi pernyataan siap meluncurkan NSW tahap kelima pada pekan ketiga Januari Pada tahap kelima ini layanan terintegrasi kegiatan impor akan diterapkan penuh di lima pelabuhan utama, yakni di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Pelabuhan Belawan Medan, dan Bandara Soekarno Hatta. Adapun untuk layanan eskpor, integrasi layanan baru akan diterapkan di Pelabuhan Tanjung Perak Ibid 67 National Single Window Atap Tahap 5 Diluncurkan Tahun Depan, diunduh pada 19 September 2010.

19 Tahapan terakhir yang akan dicapai oleh INSW adalah tahap penggabungan ke sistem ASW. Target waktu untuk melakukan penggabungan ke dalam portal ASW (joint to ASW) dilakukan setelah selesainya tahapan implementasi tahap nasional. C. PENGATURAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DALAM KAITANNYA TERHADAP PELAKSANAAN PERDAGANGAN DAN KEPABEANAN DI INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HUKUM PARA PELAKU PERDAGANGAN EKSPOR DAN IMPOR. I. Pengaturan INSW Dalam Kaitannya Terhadap Pelaksanaan Perdagangan Dan Kepabeanan Di Indonesia Untuk menguraikan keterkaitan pengaturan INSW terhadap pelaksanaan perdagangan dan kepabeanan di Indonesia, terlebih dahulu perlu diidentifikasi peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan INSW yaitu : 1) Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor; 2) Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 dilanjutkan Inpres No. 6 Tahun 2007 dan Inpres No. 5 Tahun 2008 berkaitan dengan Peningkatan Investasi & Fokus Program Ekonomi;

20 3) Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 tanggal 26 Pebruari 2008 (Perpres No. 10/2008): Penggunaan Sistem Elektronik dalam rangka INSW; 4) Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 22/M.Ekon/03/2006 jo. KEP-19/M.EKON/04/2008 tentang Pembentukan Tim Persiapan NSW, yang ditindak-lanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan NSW. Selain itu perlu pula mengkaji undang-undang yang mendasarinya, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), UU Kepabeanan, UU tentang Pengesahan Persetujuan Pendirian WTO, UU tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, UU tentang Pangan, dan UU tentang Keuangan. Perlu dicermati terlebih dahulu bahwa Perpres No. 10/2008 merupakan dasar hukum sementara untuk sahnya transaksi elektronik karena saat itu akan segera diluncurkan Tahapan Pertama INSW sedangkan UU ITE pada saat itu juga masih berupa RUU yang sedang dibahas oleh pemerintah dan DPR. Pada saat UU ITE sudah diundangkan maka yang dipakai adalah UU ITE, sedangkan Perpres No. 10/2008 dapat dianggap sebagai peraturan pelaksanaan dari UU ITE. Dalam pertimbangan Perpres No. 10/2008 secara garis besar menyebutkan bahwa dasar dari pembentukannya adalah: a. Untuk meningkatkan daya saing nasional dan memfasilitasi perdagangan dalam rangka menghadapi persaingan global, diperlukan upaya untuk mendorong kelancaran dan kecepatan arus

21 barang ekspor dan/atau impor serta mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan efisiensi waktu dan biaya dalam proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang (customs release and clearance of cargoes); b. Untuk melaksanakan komitmen Indonesia dalam Agreement to Establish and Implement the ASEAN Single Window 68 perlu dibangun sistem Nasional Single Window yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Dengan diundangkannya Perpres No. 10/2008 tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah (dalam hal ini Presiden selaku memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar 69 telah menyadari arti penting INSW bagi perdagangan (ekspor dan/atau impor) terutama dalam proses kepabeanan dan perizinan (menggunakan sistem elektronik (INSW) dalam penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor). Tak lama diundangkanlah UU ITE yang merupakan dasar hukum bagi sahnya transaksi elektronik yang mana Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5 ayat (1) UU ITE). Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang INSW menekankan bahwa perdagangan dan perekonomian nasional adalah dalam rangka 68 Article 2 Agreement to Established and Implement The ASEAN Single Window Menyebutkan bahwa tujuan dari Pembangunan dan Pengimplementasian ASW adalah To provide a legal and technical framework to establish and implement the ASW and NSWs as regional commitments towards the establishment of an ASEAN Economic Community 69 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1)

22 meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contohnya adalah UU tentang Pengesahan Persetujuan Pendirian WTO menyebutkan dalam konsiderannya bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi, diperlukan upaya-upaya untuk antara lain terus meningkatkan, memperluas, memantapkan dan mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun jasa, termasuk aspek investasi dan hak atas kekayaan intelektual yang berkaitan dengan perdagangan, serta meningkatkan kemampuan daya saing terutama dalam perdagangan internasional. Konsideran UU Kepabeanan menyebutkan bahwa dalam upaya untuk selalu menjaga agar pelaksanaan pembangunan nasional menghasilkan perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional, khususnya di bidang perekonomian, termasuk bentuk-bentuk dan praktek penyelenggaraan kegiatan perdagangan internasional seperti yang diamanatkan dalam garis-garis besar daripada haluan Negara dan lebih dapat diciptakan kepastian hukum dan kemudahan administrasi berkaitan dengan aspek kepabeanan bagi bentuk-bentuk dan praktek penyelenggaraan kegiatan perdagangan internasional yang terus berkembang serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi, diperlukan langkah-langkah pembaruan. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas tentu memerlukan banyak pembaruan, dan INSW merupakan salah satu bagian dari pembaharuan tersebut. Bila melihat pada pengertian INSW yaitu sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information), pemrosesan data dan

23 informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision-making for custom release and clearance of cargoes), maka terlihat bahwa sistem tersebut melibatkan bukan hanya satu instansi pemerintah tapi beberapa instansi pemerintah yang berkepentingan mengurus penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor. Dalam portal INSW disebutkan bahwa beberapa instansi pemerintah yang tergabung dalam INSW adalah : 1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 2) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 3) Departemen Perdagangan; 4) Badan Pengawas Obat dan Makanan; 5) Departemen Kelautan dan Perikanan c.q. Pusat Karantina Ikan; 6) Departemen Pertanian c.q. Badan Karantina Pertanian; 7) Departemen Perhubungan; 8) Departemen Kehutanan; 9) Departemen Kesehatan; 10) Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi; 11) Departemen Perindustrian; 12) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; 13) Kementerian Negara Lingkungan Hidup; 14) Kepolisian Negara Republik Indonesia; 15) Badan Pengawas tenaga Nuklir;

24 16) Departemen Pertanian cq Pusat Perizinan dan Investasi. Hal ini tentu cukup kompleks dan signifikan sehingga diperlukan pengaturan yang rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan perdagangan internasional (kegiatan ekspor dan/atau impor). Lebih jauh lagi, perlu dicermati dasaran hukum dari pelaksanaan INSW yaitu 70 : 1. Pasal 5A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan: (1) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dapat disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data elektronik. (2) Penetapan kantor pabean tempat penyampaian pemberitahuan pabean dalam bentuk data elektronik dilakukan oleh Menteri. (3) Data elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat bukti yang sah menurut Undang-Undang ini. (4) Ketentuan mengenai tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri. 2. Pasal 1 angka 1 dan angka 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE): (1) Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), Presentasi Umum INSW, http : // diunduh pada 17 Oktober tahun

25 telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. (2) Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Pasal 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 : Undang-undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. Pasal 5 UU Nomor 11 Tahun 2008 : (1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. (2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. (3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini. (4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

26 a. surat yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta. 3. Pasal 2 Perpres Nomor 10 Tahun tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka INSW: (1) Peraturan Presiden ini dimaksudkan untuk mengatur penggunaan sistem elektronik dalam penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor dalam kerangka INSW. (2) Tujuan pengaturan: a. Memberikan kepastian hukum dalam rangka penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang dilaksanakan melalui sistem elektronik berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor. b. Melindungi penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor dari penyalahgunaan sistem. c. Memberikan pedoman bagi pembangunan dan penerapan sistem INSW. Berbicara menganai transaksi secara elektronik, tidak terlepas dari konsep perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1313 KUH Perdata 71 Sebelum UU ITE di undangkan, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 merupakan dasar hukum sementara bagi pelaksanaan INSW karena diperlukan dasar hukum bagi pelancaran tahap pertama INSW

27 yang menegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku III KUH Perdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan-ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga hanya berfungsi mengatur saja. Sifat terbuka dari KUH Perdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatakan bahwa, syarat sahnya sebuah perjanjian adalah sebagai berikut: 1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian; 2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak dari para pihak yang membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian tidak boleh ada pakasaan, kekhilapan dan penipuan (dwang, dwaling, bedrog). Kecakapan hukum sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian maksudnya bahwa para pihak yang melakukan perjanjian harus telah dewasa yaitu telah berusia 18 tahun atau telah menikah, sehat mentalnya serta diperkenankan oleh undang-undang. Apabila orang yang belum dewasa hendak melakukan sebuah

28 perjanjian, maka dapat diwakili oleh orang tua atau walinya sedangkan orang yang cacat mental dapat diwakili oleh pengampu atau curator-nya 72. Suatu hal tertentu berhubungan dengan objek perjanjian, maksudnya bahwa objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis dan jumlahnya, diperkenankan oleh Undang-undang serta mungkin untuk dilakukan para pihak. Suatu sebab yang halal, berarti perjanjian termaksud harus dilakukan berdasarkan itikad baik. Berdasarkan Pasal 1335 KUH Perdata, suatu perjanjian tanpa sebab tidak mempunyai kekuatan. Sebab dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya sebuah perjanjian 73 Kesepakatan para pihak dan kecakapan para pihak merupakan syarat sahnya perjanjian yang bersifat subjektif. Apabila tidak tepenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan artinya selama dan sepanjang para pihak tidak membatalkan perjanjian, maka perjanjian masih tetap berlaku. Sedangkan suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal merupakan syarat sahnya perjanjian yang bersifat objektif. Apabila tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian. Pada dasarnya suatu perjanjian harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu 74 :. 1. unsur esentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan dalam suatu perjanjian, termasuk perjanjian yang dilakukan jual beli secara elektronik; 72 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 1992), Hlm Ibid, Hlm R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1985), Hlm.20

29 2. unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian; 3. unsur accedentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian, seperti klausula tambahan yang berbunyi barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan. Dalam suatu perjanjian harus diperhatikan pula beberapa macam azas yang dapat diterapkan antara lain: 1. Azas konsensualisme, yaitu azas kesepakatan, dimana suatu perjanjian dianggap ada seketika setelah ada kata sepakat. 2. Azas kepercayaan, yang harus ditanamkan diantara para pihak yang membuat perjanjian. 3. Azas kekuatan mengikat, maksudnya bahwa para pihak yang membuat perjanjian terikat pada seluruh isi perjanjian dan kepatutan yang berlaku. 4. Azas persamaan hukum, yaitu bahwa setiap orang dalam hal ini para pihak mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum. 5. Azas keseimbangan, maksudnya bahwa dalam melaksanakan perjanjian harus ada keseimbangan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan apa yang diperjanjikan. 6. Azas moral adalah sikap moral yang baik harus menjadi motivasi para pihak yang membuat dan melaksanakan perjanjian. 7. Azas kepastian hukum, yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya.

30 8. Azas kepatutan, maksudnya bahwa isi perjanjian tidak hanya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tetapi juga harus sesuai dengan kepatutan, sebagaimana ketentuan Pasal 1339 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undangundang. 9. Azas kebiasaan, maksudnya bahwa perjanjian harus mengikuti kebiasaan yang lazim dilakukan, sesuai dengan isi pasal 1347 KUH Perdata yang berbunyi hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukkan ke dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Hal ini merupakan perwujudan dari unsur naturalia dalam perjanjian. Semua ketentuan perjanjian tersebut diatas dapat diterapkan pula pada perdagangan internasional (ekspor dan/atau impor) yang dilakukan melalui transaksi elektronik, sebagai akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jualbeli tidak hanya dapat dilakukan secara berhadapan langsung antara penjual dengan pembeli, tetapi juga dapat dilakukan secara terpisah antara penjual dan pembeli, sehingga mereka tidak berhadapan langsung, melainkan transaksi dilakukan secara elektronik. Dengan demikian, dalam pengimplementasi INSW

31 dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang mendasarinya merupakan perluasan juga terhadap hukum acara yaitu Buku IV KUH Perdata, HIR/RBg, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengenai alat bukti.selain dari peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas, perlu juga mengamati sistem-sistem, standar dan prosedur perdagangan internasional yang berlaku untuk semua negara. Pelaksanaan INSW didasarkan juga pada informasi yang dibuat oleh Tim Persiapan NSW yang terdapat pada portal INSW ( Kewenangan Tim Persiapan NSW ini berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 tentang Tim Persiapan NSW 75, yaitu: 1. Menetapkan kebijakan dan memberikan arahan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW; 2. Memantau, mengevaluasi dan mengendalikan perkembangan pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam ASW; 3. Melaporkan pelaksanaan tugas dalam rangka pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW, kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Pengarah Tim Persiapan NSW; 75 Lihat point kedua Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor KEP- 19/M.EKON/04/2008

32 4. Melaksanakan kegiatan lain yang diperlukan dalam rangka pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW. Portal INSW tersebut menuliskan bahwa sebagai sebuah official website, informasi yang dipublikasikan didalamnya haruslah lengkap agar pembaca/pengunjung website dapat dengan segera mendapatkan informasi dan data mengenai INSW. Salah satu informasi dan data yang penting diketahui oleh para pihak yang terkait dengan INSW adalah informasi berupa sisdur, user manual atau petunjuk operasional aplikasi-aplikasi dalam sistem NSW. Begitu juga informasi update dan patch aplikasi pendukung sistem NSW. Dipublikasikan data-data referensi yang digunakan dalam sistem NSW di Indonesia yang dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 1. Resource Sistem NSW, berisi resource yang digunakan dalam sistem NSW 2. Direktori Peraturan, berisi peraturan-peraturan berkaitan dengan sistem NSW 3. Sisdur Sistem NSW, berisi sisdur/sop/petunjuk operasional sistem NSW 4. Manual Sistem GA, berisi sisdur/sop/petunjuk operasional masing-masing GA yang tergabung dalam sistem NSW 5. Modul Aplikasi, berisi publikasi data update, patch maupun file baru dari modul aplikasi yang terkait dengan sistem NSW. 6. INSW Download Page, berisi file-file yang tidak masuk dalam kategori di atas tetapi berkaitan dengan sistem NSW. Walaupun petunjuk mengenai informasi dan data dalam pengimplementasian INSW cukup banyak, tapi perlu dicermati bahwa berdasarkan point keenam Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 disebutkan bahwa :

33 Masa tugas Tim Persiapan NSW terhitung terhitung sejak tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan ditetapkannya Pengelola Portal INSW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008, atau selambat-lambatnya pada 31 Desember Yang berarti bahwa masa tugas Tim Persiapan NSW sudah selesai. Perlu dicermati pula bahwa pengaturan yang dilakukan oleh Tim Persiapan NSW tersebut bukanlah undang-undang tapi pengaturan yang dikeluarkan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh keputusan menteri. Seperti telah disebutkan sebelumnya INSW bagian dari ASW yang merupakan upaya pemerintah negara-negara ASEAN untuk menfasilitasi para pelaku usaha perdagangan internasional mengakselerasi pergerakan barangbarang lintas pabean. Penerapan dan pengimplementasian INSW merupakan suatu hal yang kompleks tapi jika berhasil akan mempermudah pembentukan sebuah database yang berguna untuk keperluan analisa serta untuk mendukung penciptaan iklim perdagangan internasional yang kondusif. Pencapaian tersebut tentu bukan hal mudah karena kompleksnya sistem dan banyaknya entitas (GA) yang terlibat sehingga diperlukan pengaturan peraturan perundang-undangan yang rinci (dalam bentuk undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksananya). Banyaknya GA yang terlibat dalam pelaksanaan INSW masih didasarkan pada undang-undang yang berdiri sendirisendiri sehingga dapat menimbulkan salah persepsi jika pelaksanannya di lapangan tanpa ada undang-undang yang secara rinci mengatur mengenai INSW.

34 Oleh karena diperlukan pengaturan yang rinci, maka pengaturan mengenai INSW dalam UU ITE dan Perpres No. 10/2008 tersebut belum mencukupi tapi sudah menjadi awalan yang bagus untuk reformasi di bidang pengurusan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan perdagangan internasional (kegiatan ekspor dan/atau impor). II. Pengaturan Indonesia Nasional Single Window Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Para Pelaku Perdagangan Ekspor-Impor. Dalam rangka pengunaan sistem INSW, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia Nasional Single Window. Bahwa INSW menggunakan sistem elektronik yang dapat mengumpulkan, mempersiapkan, menyimpan, memproses, menganalisis, dan menyebarkan informasi elektronik. Sistem elektronik ini merupakan sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision-making for custom release and clearance of cargoes). Dalam pengimplementasiannya, INSW dilakukan melalui portal INSW yaitu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin

35 keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan / kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang. Bahwa untuk merealisasikan INSW, berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 Tentang Tim Persiapan Nasional Single Window telah dibentuk Tim Persiapan NSW yang melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pembangunan, pengembangan, dan penerapan sistem NSW. Point kedua keputusan menteri koordinator perekonomian tersebut menyebutkan tugas dari Tim Persiapan NSW adalah : 1. Menetapkan kebijakan dan memberikan arahan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem National Single Window (NSW) dan integrasi ke dalam sistem ASEAN Single Window (ASW); 2. Memantau, mengevaluasi dan mengendalikan perkembangan pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam ASW; 3. Melaporkan pelaksanaan tugas dalam rangka pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW, kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Pengarah Tim Persiapan NSW;

36 4. Melaksanakan kegiatan lain yang diperlukan dalam rangka pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW. Dengan kewenangan yang diberikan oleh keputusan menteri koordinator perekonomian tersebut maka Tim Persiapan NSW mengeluarkan informasi dan data yang menjadi acuan bagi para pihak yang terkait dengan INSW (pengguna portal INSW). Salah satu contohnya adalah pada 15 September 2008 Tim Persiapan NSW memberikan informasi dalam rangka mempermudah pengguna (selain instansi-instansi pemerintah (GA)) dan GA mengunakan sistem NSW berupa file-file petunjuk operasi dan user manual penggunaan sistem aplikasi dalam portal INSW. Untuk pengguna (selain instansi pemerintah (GA)) ada 3 (tiga) file yaitu: 1. Petunjuk/tata cara registrasi user pada portal NSW; 2. Petunjuk operasi administrator perusahaan; 3. Petunjuk operasi user perusahaan; dan untuk GA ada 2 (dua) file yaitu: 1. Petunjuk operasi portal NSW untuk GA; 2. Petunjuk penggunaan Web Form untuk GA;, sedangkan 3. Petunjuk operasi pengunaan portal NSW untuk petugas Analizing Point (petugas bea cukai). Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 memberi kewenangan kepada Tim Persiapan NSW untuk mengeluarkan pengaturan terhadap pelaksanaan INSW. Dengan demikian, informasi yang bersifat mengatur yang

37 dikeluarkan oleh Tim Persiapan NSW merupakan hal-hal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak yang terkait dengan INSW demi terciptanya suatu pelaksanaan sistem INSW yang berlandaskan hukum dan sesuai dengan peraturan yang ada di dalamnya.. Pelaksanaan INSW bagi DJBC diatur dalam UU Kepabeanan (UU No. 10/1995) dan Amandemennya (UU No. 17/2006). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat hal-hal baru yang terdapat di UU No. 17/2006, dimana halhal yang baru tersebut menjadi suatu perlindungan hukum terhadap para pelaku perdagangan ekspor-impor, sedangkan terhadap pihak kepabeanan ini menjadi suatu kemajuan dari segi sistem kerja Bea dan Cukai yang lebih baik. Beberapa hal-hal baru yang terdapat di UU No. 17/2006 yaitu 76 : 1) Pengawasan bea keluar atas ekspor barang dengan kriteria tertentu; 2) Pengawasan pengangkutan barang tertentu yang diangkut melalui laut di dalam daerah pabean; 3) Registrasi kepabeanan; 4) Perubahan data dalam pemberitahuan pabean akibat kekhilafan yang nyata; 5) Pengaturan mengenai data elektronik sebagai alat bukti yag sah; 6) Jangka waktu impor sementara; 7) Bea masuk tindak pengamanan (safeguard tariff); 8) Penindakan oleh pejabat bea dan cukai atas barang yang diduga terkait dengan tindakan terorisme dan/atau kejahatan lintas negara; 9) Pemeriksaan jabatan; 76 Ibid

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG PELAKSANAAN UJICOBA IMPLEMENTASI SISTEM NATIONAL SINGLE

Lebih terperinci

National Single Window;

National Single Window; PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Penggunaan. Sistem Elektronik. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG KETENTUAN PELAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN SISTEM ELEKTRONIK MELALUI INATRADE DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 OVERVIEW INSW Bali Concord 2003 menyatakan bahwa Masyarakat Bersama ASEAN memerlukan ASEAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam

Lebih terperinci

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW 3.1 GAMBARAN UMUM Terminologi dari UN/CEFACT, Single Window adalah sebuah sistem yang memungkinkan kalangan perdagangan (traders) cukup menyampaikan informasi kepada satu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW Di awal pembentukannya pada tahun 1967, ASEAN lebih ditujukan

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 HOTEL BUMI SURABAYA, 08 APRIL 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai GAMBARAN UMUM BORDER PROTECTING COMMUNITY

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2016 KEMENDAG. Ekspor dan Impor. Indonesia National Single Window. Perizinan. Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter No.1074. 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. National Single Window. Pengelola Portal Indonesia. Organisasi Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 /PMK.01/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/6/2013 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1722, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pelayanan Perizinan Pertanian secara Elektronik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/TI.120/11/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN

Lebih terperinci

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *) Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa yang dimaksud

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Verifikasi. Legalitas Kayu. Silk. V-Legal. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 18/Menhut-II/2013 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI Entitas Sistem NSW Sistem NSW Portal INSW Sistem di semua Instansi Pelaku Usaha Sistem NSW Negara Lain Instansi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, a. bahwa dalam rangka terwujudnya pelayanan yang cepat, efisien, pasti, responsif,

Lebih terperinci

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR Direktorat Teknis Kepabeanan DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI FUNGSI IMPLEMENTASI DJBC 1 Revenue Collector Mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan Bea

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1323, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Online. Perizinan. Pertanian. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/Permentan/HK.300/11/2013 TENTANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Tertentu. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK

EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK Makalah Nomor: KNSI-26 EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK Ardian Fahmi 1, Lutfi Harris 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jl. MT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERLAKUAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem No.1091, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Tekstil. Produk Tekstil Batik. Motif Batik. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

MASIH BERLAKUKAH STATUS IMPORTIR JALUR PRIORITAS SEIRING DENGAN PENETAPANNYA SEBAGAI IMPORTIR MITRA UTAMA?

MASIH BERLAKUKAH STATUS IMPORTIR JALUR PRIORITAS SEIRING DENGAN PENETAPANNYA SEBAGAI IMPORTIR MITRA UTAMA? MASIH BERLAKUKAH STATUS IMPORTIR JALUR PRIORITAS SEIRING DENGAN PENETAPANNYA SEBAGAI IMPORTIR MITRA UTAMA? Rita Dwi Lindawati Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pendahuluan Seiring munculnya Peraturan

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BAKOHUMAS dan Zat Radioaktif PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR JAKARTA, 11 NOVEMBER 2015 IMPORTASI

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 CROWNE PLAZA HOTEL JAKARTA, 22 MARET 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Akhirnya Rancangan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disetujui DPR menjadi Undang-Undang dua hari lalu. UU ini, dengan

Lebih terperinci

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 4.0 Pelaku Usaha SINGLE SUBMISSION Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN TATA NIAGA IMPOR ALAT KESEHATAN, ALAT KESEHATAN DIAGNOSTIK IN VITRO, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 91 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 91 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 91 TAHUN 2013 TENTANG TIM PERSIAPAN NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, Menimbang.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1300, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

Perdagangan Fakultas Ekonomi UNS)

Perdagangan Fakultas Ekonomi UNS) Kebijakan Penerapan National Single Window menuju Daya Saing Perdagangan Internasional Indonesia Oleh Sarjiyanto masyanto@staff.uns.ac.id (Peer gruop PPKDK Bidang Ekonomi dan Bisnis & Staff Pengajar Diploma

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JALAN JENDERAL A. YANI JAKARTA-13230 KOTAK POS 108 JAKARTA-10002 TELEPON (021) 4890308; FAKSIMILE (021) 4890871; SITUS www.beacukai.go.id

Lebih terperinci

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.4 Pelaku Usaha REGISTRASI Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang No. 21, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ekspor. Produk. Pemurnian. Hasil Pengolahan. Pertambangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP- 68 /BC/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III MITRA UTAMA DAN PEMBENTUKAN TIM PERCEPATAN REFORMASI KEBIJAKAN BIDANG PELAYANAN BEA CUKAI PADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB III MITRA UTAMA DAN PEMBENTUKAN TIM PERCEPATAN REFORMASI KEBIJAKAN BIDANG PELAYANAN BEA CUKAI PADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI 63 BAB III MITRA UTAMA DAN PEMBENTUKAN TIM PERCEPATAN REFORMASI KEBIJAKAN BIDANG PELAYANAN BEA CUKAI PADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI 3.1. Penerapan Authorized Economic Operator di Indonesia. Penerapan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Jakarta, 31 Agustus 2017 - 1 - Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1376, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Telepon Seluler. Handheld. Komputer tablet. Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

REGISTRASI KEPABEANAN

REGISTRASI KEPABEANAN REGISTRASI KEPABEANAN DIREKTORAT TEKNIS KEPABEANAN 07 DESEMBER 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai KEWAJIBAN REGISTRASI KEPABEANAN Dasar Hukum : Pasal 6A ayat (1) UU No. 10/1995 tentang Kepabeanan sebagaimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1211, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Dokumen Pelengkap. Data Elektronik. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.04/2014 TENTANG PENGGUNAAN DOKUMEN PELENGKAP

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW User Manual Version 2.0 Februari 2018 PORTAL INSW Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst No.1552, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Batik. Motif Batik. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-32/BC/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor. No.28,2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PELAYANAN TERPADU PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2018 KEMENDAG. Ekspor Produk Industri Pertambangan sebagai Barang Contoh untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan dan/atau Pemurnian. Pencabutan.

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T No.1568, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Tembakau. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.901, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Garam. anganperaturan MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW)

BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW) 46 BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW) 3.1 Gambaran Umum Jalur Prioritas Pemerintah melalui instansi kepabeanan berupaya melakukan berbagai perbaikan, guna mewujudkan

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN. Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA. Kepada : Yth. Kepala KPU... Di...

KOP PERUSAHAAN. Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA. Kepada : Yth. Kepala KPU... Di... LAMPIRAN I NOMOR : /BC/2007 Nomor & tanggal surat Hal : Permohonan sebagai MITA Kepada : Yth. Kepala KPU... Di... KOP PERUSAHAAN Sehubungan dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor :.../BC/2007

Lebih terperinci

15 Februari apa isi rpm konten

15 Februari apa isi rpm konten 15 Februari 2010 http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/125757/1299704/399/seperti apa isi rpm konten MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017 Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi Indonesia National Single Window Oktober 2017 Latar Belakang Program kerja PP NSW tahun 2017 (Integrasi rekomendasi dan ijin final) Rekomendasi KPK terkait

Lebih terperinci

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.1 September 2017 INTR Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 2 Pengertian Umum... 2 Pengertian Umum INSW... 2 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 2 Memulai

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2012, 2014 KEMENDAG. Ekspor. Industri. Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK

Lebih terperinci

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1011, 2015 KEMENDAG. Ban. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/M-DAG/PER/6/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN DENGAN

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2018, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) No.203, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Pemeriksaan Tata Niaga Impor di Luar Kawasan Pabean. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 05/BC/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-08/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553, 2015 KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK TERTENTU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.712, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Baja Paduan. Impor. Pengaturan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/6/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAJA PADUAN DENGAN

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia No.1212, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Sistem Elektronik. Pertimbangan Teknis. Rekomendasi. Surat Keterangan. Tanda Pendaftaran. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/MENHUT-II/2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PERIZINAN DI BIDANG KEHUTANAN SECARA ONLINE

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/MENHUT-II/2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PERIZINAN DI BIDANG KEHUTANAN SECARA ONLINE PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/MENHUT-II/2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PERIZINAN DI BIDANG KEHUTANAN SECARA ONLINE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI REGISTRASI

Lebih terperinci