BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo. Jumlah penduduk Kota Gorontalo sebesar jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai jiwa/km². Secara geografis wilayah Kota Gorontalo terletak antara utara (LU) dan bujur timur (BT) dengan batas-batas sebagai berikut : Batas utara Batas timur : Kecamatan Bolango utara Kabupaten Bone Bolango : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Batas selatan : Teluk Tomini Batas barat : Kecamatan Telaga dan Batuda a Kabupaten Gorontalo Kota Gorontalo terdiri dari 9 Kecamatan dengan 50 Kelurahan yaitu : 1. Kecamatan Kota Barat : 7 Kelurahan 2. Kecamatan Dungingi : 5 Kelurahan 3. Kecamatan Kota Selatan : 5 Kelurahan 4. Kecamatan Kota Tengah : 6 Kelurahan 5. Kecamatan Kota Timur : 6 Kelurahan 6. Kecamatan Kota Utara : 6 Kelurahan 7. Kecamatan Sipatana : 5 Kelurahan 8. Kecamatan Dumbo Raya : 5 Kelurahan 9. Kecamatan Hulondalangi : 5 Kelurahan 37

2 Berdasarkan hasil observasi awal di Kota Gorontalo terdapat 22 Sekolah Menengah Pertama, dari 22 Sekolah tersebut terdapat 6 Sekolah yang menjual minuman olahan berwarna kuning. Adapun alamat dari 6 Sekolah Menegah Pertama tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Nama Sekolah Menegah Pertama di Kota Gorontalo yang dijadikan Lokasi Penelitian No Nama Sekolah Menegah Pertama Lokasi 1 SMP 1 Kecamatan Kota Selatan 2 SMP 2 Kecamatan Kota Selatan 3 SMP 3 Kecamatan Kota Tengah 4 SMP 6 Kecamatan Kota Selatan 5 SMP 7 Kecamatan Kota Selatan 6 MTS N Kecamatan Kota Utara Sumber : Data Primer 2013 Dilihat dari semua lokasi sekolah yang terletak berseberangan dengan jalan yang menjadi akses utama bagi siswa untuk masuk sekolah dan keluar disaat pulang sekolah menjadikan tempat tersebut strategis untuk para penjaja makanan yang menjajakan makanannya di depan sekolah. Hal ini memungkinkan setelah pulang sekolah dengan berbagai jenis jajanan yang dijual didepan sekolah termasuk minuman olahan menjadi daya tarik siswa untuk membeli. Sehingga para penjaja makanan lebih cenderung memilih Sekolah Menengah Pertama yang ada di perkotaan dibandingkan yang ada di pedesaan. 38

3 Tabel 4.2 Jumlah Sampel di 6 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo No Nama Sekolah Menengah Pertama Jumlah pedagang dan sampel di 6 Sekolah Keterangan Jumlah penjual Jumlah sampel 1 SMP Minuman sirup dan es mambo 2 SMP Minuman sirup 3 SMP Minuman sirup 4 SMP Minuman sirup 5 SMP Minuman sirup 6 MTs N 1 1 Minuman sirup 9 12 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Distribusi penjual berdasarkan umur Penjual minuman olahan sirup yang ditemukan pada setiap lokasi merupakan penjual tetap atau penjual yang telah lama berjualan. Distribusi penjual jajanan minuman olahan di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.3 Disribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur Kelompok umur n % (tahun) , , , , ,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (41,7 %) yang berumur tahun, sebanyak 2 responden (16,7%) yang berumur tahun, sebanyak 4 responden (33,3%) yang berumur tahun dan 1 responden (8,3%) yang berumur tahun. 39

4 4.2.2 Distribusi penjual berdasarkan jenis kelamin Distribusi frekuensi menurut jenis kelamin penjual minuman olahan di Sekolah Menegah Pertama dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 1 8,4 Perempuan 11 91, ,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel 4.3 bahwa hanya 1 orang (8,4%) responden adalah berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 11 orang (91,6%) responden yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah tertinggi responden lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki Distribusi penjual berdasarkan tingkat pengetahuan Distribusi frekuensi menurut pendidikan terakhir responden di Sekolah Menengah Pertama, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Terakhir n % SD 2 16,6 SMP 9 75 SMA 1 8, ,0 Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (75%) yang berpendidikan SMP, 2 orang (16,6%) yang menamatkan pendidikan hingga SD, dan 1 orang (8,4%) yang pendidikan terakhirnya hingga SMA. 40

5 Hasil pemeriksaan Laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kota Manado, pada jajanan minuman olahan yang berwarna kuning di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil identifikasi kualitatif Methanil Yellow pada minuman olahan sirup berwarna kuning di Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo Hasil perbandingan baku methanil yellow dengan hasil sampel Sampel Minuman Keterangan Olahan Hasil Sampel (+) jika ditemukan (-) jika tidak ditemukan 1 Kuning pendar - Memenuhi Syarat 2 Kuning pendar - Memenuhi Syarat 3 Putih pucat - Memenuhi Syarat 4 Kuning pucat - Memenuhi Syarat 5 Putih bening - Memenuhi Syarat 6 Kuning telur - Memenuhi Syarat 7 Orens bening - Memenuhi Syarat 8 Orens bening - Memenuhi Syarat 9 Kuning bening - Memenuhi Syarat 10 Orens bening - Memenuhi Syarat 11 Kuning orens - Memenuhi Syarat 12 Kuning bening - Memenuhi Syarat Sumber : Data Diperoleh Dari Laboratorium BPOM Manado Dilakukan pengujian terhadap sampel minuman olahan sirup berwarna kuning untuk melihat ada atau tidak kandungan pewarna sintetis methanil yellow pada sampel minuman olahan dengan menggunakan metode Ekstraksi. Analisis yang dilakukan dilaboratorium adalah analisis kualitatif yaitu mengidentifikasi pewarna pada pangan sampel minuman yang diuji. Pada tahap pengujian kualitatif dengan metode ekstraksi, sampel minuman dimasukkan ± 30 ml kedalam corong pisah, kemudian menambahkan 6 ml larutan natrium hidroksida 10% b/v dan 60 ml larutan natrium klorida 20%, diekstraksi 2 kali, setiap kali dengan 25 ml amil alcohol. Kumpulkan ekstrak amil alcohol dan diekstraksi sebanyak 2 kali, setiap 41

6 kali ekstraksi dengan 5 ml campuran ammonia-air (1:9) dan setelah itu air cuci dibuang. Pada masing-masing larutan uji dan larutan baku ditambahkan 2 ml HCL pekat untuk mengidentifikasi perubahan warna sebagai penentuan ada tidaknya kandungan pewarna methanil yellow pada sampel uji yang apabila sampel uji berubah warna menjadi ungu maka sampel mengandung methanil yellow. Bahan baku methanil yellow yang dijadikan pembanding mengalami perubahan warna ungu, ini mengindikasikan bahwa sampel yang akan diuji jika terjadi perubahan warna menjadi ungu maka sampel tersebut positif mengandung methanil yellow. Setelah diuji Didapatkan hasil negative (-) pada semua sampel. Ini dikarenakan hasil yang di dapat menunjukkan perbedaan warna pada sampel hasil uji dengan warna baku pembanding methanil yellow seperti pada tabel 4.5, Sehingga dapat diartikan keseluruhan sampel yang diuji tidak ditemukan pewarna terlarang methanil yellow. Perubahan warna ungu yang menjadi dasar dari hasil pengujian zat pewarna sintetis methanil yellow, bahwa lebih tinggi kadar zat pewarna yang digunakan maka akan semakin berwarna ungu hasil yang didapatkan. Perubahan warna ini merupakan hasil dari pelarutan zat yang ditambahkan dalam mengidentifikasi zat pewarna sehingga menghasilkan warna ungu yang menjadi penentuan dalam hasil pengujian (Astuti, 2012). 4.3 Pembahasan Karakteristik responden Pengambilan sampel di 6 Sekolah dengan jumlah 12 sampel selama 1 hari, dalam pengambilan sampel ada beberapa penjual yang tidak bersedia, 42

7 penyebabnya penjual tidak ingin sampel minuman yang dijualnya untuk diperiksa. Dengan alasan penjual tersebut, lebih diduga adanya zat pewarna yang digunakannya seperti pewarna sintetis methanil yellow. Dari hasil laboratorium negative (-) maka diduga adanya zat pewarna lain yang digunakan seperti zat pewarna yang dizinkan yaitu sunset yellow yang pernah ditemukan pada makanan jajanan nasi kuning. Dalam wawancara yang dilakukan, beberapa penjual tidak mengetahui Bahan-bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pewarna Methanil yellow dan Rhodamine B. Meskipun banyak informasi mengenai pangan di media televisi dan koran, penjual tetap tidak memahami dikarenakan tingkat pengetahuan serta pendidikan yang hanya Sekolah Menengah Pertama (SMP) membuat beberapa penjual tetap santai dalam menjual meskipun tidak berbekal pengetahuan. Penjual biasanya membeli bahan baku untuk minuman di pasar yang lebih mudah dijangkau dan bahan-bahan yang dijual dipasar tradisional lebih murah dibandingkan pasar modern. Dengan hasil yang didapatkan negative (-) bahwa bahan baku methanil yellow masih jarang didapatkan dipasaran, melihat semua penjual lebih banyak memilih pasar sebagai pusat pembelian kebutuhan. Penjual juga biasanya lebih mencari kemudahan dalam menjual dengan membeli bahanbahan yang memang telah tersedia dipasaran dari pada bahan-bahan yang sulit didapatkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 pedagang yang berbeda, pada dasarnya dengan tingkat pendidikan yang rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimana tingkat pengetahuan mereka masih sangat minim, karena 43

8 umumnya para penjual minuman olahan tidak mengetahui secara spesifik mengenai zat pewarna yang dijual dipasaran seperti Methanil Yellow dan Rhodamin B. Walaupun dari laboratorium hasil yang didapatkan negative (-) hal ini disebabkan karena penjual minuman bukan tidak menggunakan pewarna sintetis methanil yellow, akan tetapi bahan-bahan yang digunakan atau dicampurkan dalam minuman jajanan biasanya didapatkan langsung dipasaran dan tidak menutup kemungkinan adanya zat pewarna lain yang digunakan penjual dalam minuman apabila tersedia bahan bakunya. Pengambilan sampel di 6 Sekolah yaitu sampel sirup dan es mambo yang berwarna kuning. Pada masing-masing Sekolah ada yang menjual lebih dari 1 minuman sirup seperti SMP 1, SMP 2, SMP 3 dan SMP 6. Sampel minuman sirup ini tersaji dalam bentuk cair dan padat dan telah didinginkan dalam kotak pendingin. Sampel dalam bentuk padat seperti es mambo, sebelum di bawa ke Laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sampel padat dicairan terlebih dahulu kemudian dituang dalam botol kaca yang berwarna gelap. Penjual minuman olahan, dapat dilihat pada tabel 4.4 dari beberapa penjual terdapat 1 penjual yang berjenis kelamin laki-laki dan lainnya berjenis kelamin perempuan. Perbedaan pengetahuan antara laki-laki dan perempuan tentang sistem penjualan sangat jauh berbeda, dimana laki-laki lebih santai dan hanya sekedar mengawasi barang-barang yang dijual seperti minuman. Untuk perempuan dalam hal menjual lebih banyak mengawasi dan lebih mengetahui serta bahan-bahan apa saja yang digunakan, seperti perempuan lebih mengetahui 44

9 cara-cara pembuatan serta pencampuran bahan-bahan dalam pembuatan minuman sirup yang akan dijual. Bahan-bahan seperti pewarna dan pengawet paling banyak dijual dipasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern, dilihat dari pasar tradisional merupakan fasilitas umum dan tempat menjual semua bahan-bahan baku makanan dan minuman jajanan yang diperjual belikan secara bebas. Setiap bahan yang dijual tidak semua bisa didapatkan secara langsung dan cepat, banyak pedagang hanya melakukan pemesanan bahan baku apabila ada konsumen yang membutuhkan dalam jumlah besar/banyak. Banyak industri kecil lebih memilih pasar sebagai tempat untuk membeli bahan-bahan baku dibandingkan dengan tempat-tempat yang sulit didapatkan (Supraptini, 2009). Hasil yang negative (-) dari laboratorium sebagaimana penelitian sebelumnya yang dilakukan Sigar dan Yudhistira (2012) di Kota Manado, dari 18 sampel sirup yang diuji tidak teridentifikasi adanya zat pewarna methanil yellow, maka semua sampel dapat dikatakan bebas dari kandungan pewarna sintetis. Dari beberapa penjual terdapat satu penjual yang lebih memikirkan kesehatan, karena minuman yang dikonsumsi kebanyakan oleh anak-anak sekolah, dalam hal ini berdasarkan penelitian dari Jusniar (2009) bahwasannya untuk beberapa penjual dilingkungan sekolah, dalam menjajakan minuman hanya melihat dari segi kesehatannya dan tidak mencari keuntungan melihat jajanan yang dijual lebih banyak dikonsumsi oleh anak sekolah dibandingkan orang dewasa. Rendahnya pengetahuan penjual minuman olahan terhadap zat pewarna sintetis methanil yellow dapat dilihat berdasarkan tingkat usia, dimana rata-rata 45

10 penjual minuman olahan berusia tahun dan tahun dengan jenis kelamin perempuan, bahwa usia yang lebih tinggi pengetahuan yang didapat jauh lebih sedikit dibandingkan yang berusia 30 tahun lebih rendah. Tingkat pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya lebih umum diketahui oleh remaja dari pada orang yang berusia lebih tinggi seperti 40 tahun keatas yang lebih menggunakan cara-cara yang praktis seperti bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memakan biaya relative mahal. Pengelompokkan usia dewasa awal dengan usia tahun lebih memiliki produktivitas tinggi. Usia dewasa memungkinkan mempunyai pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang lebih baik dari pada usai lebih tinggi/tua karena pengalaman dalam memperoleh akses informasi lebih banyak, baik televisi, radio dan majalah/koran maupun media lainnya, namun pada usia lebih tinggi memiliki kemungkinan kekurangan informasi tentang pengetahuan pangan sehingga dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan emosi (Nasution, 2009). Hasil wawancara dengan 9 penjual, kebanyakan penjual yang berusia tinggi tidak mengetahui tentang bahan-bahan pangan seperti pewarna dan pengawet. Beberapa penjual berpendapat bahwa bahan-bahan yang akan dicampurkan dalam minuman olahan yang dibuat seperti sirup A,B,dan C serta pemanis dibeli langsung dipasaran. Penjual biasanya lebih fokus dalam menjual dibandingan mencari tahu informasi mengenai bahan-bahan tambahan pangan. Pewarnanan makanan dan minuman yang biasa dicampurkan kedalam berbagai jenis minuman, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai 46

11 makanan dan minuman olahan yang dibuat oleh industri kecil atau industri rumah tangga. Dengan secara sengaja maupun tidak sengaja lebih banyak digunakan oleh industri besar (Walangadi, 2012). Dalam pengunaan bahan-bahan pewarna oleh industri kecil seperti penjual makanan dan minuman olahan dikantin-kantin sekolah tanpa memikirkan efek negative terhadap konsumen terutama anak sekolah yang sering mengkonsumsi dapat menurunkan tingkat prestasi belajar anak-anak disekolah pada umumnya (Akbari, 2012). Meskipun demikian, penggunaan zat-zat berbahaya sepertinya tak terelakkan dalam pangan makanan dan minuman. Oleh sebab itu, konsumen harus tahu dan mengerti zat apa saja yang masih diperkenankan untuk dikonsumsi atau yang dilarang karena berdampak buruk terhadap kesehatan, serta dapat meningkatkan angka kasus keracunan bahan-bahan kimia berbahaya diindonesia (Arisman,2008). Dilihat dari faktor perilaku, pada dasarnya perilaku masyarakat merupakan suatu kebiasaan yang menunjuk pada tindakan secara otomatis dilakukan penjual pada keadaan tertentu dengan dasar pemikiran yang sangat terbatas. Penjual lebih cenderung menjual jajanan yang lebih banyak dikonsumsi sehingga tidak mendapatkan kesulitan dalam menjual, seperti menggunakan bahan baku yang mudah dijangkau. Pada umumnya penjaja minuman olahan menyadari akan dampak penggunaan zat kimia berbahaya untuk lebih spesifik dalam zat pewarna sintetis seperti methanil yellow penjual masih sangat minim dalam pengetahuan. Dalam penggunaan nya harus ada sifat kehati-hatian saat mengkonsumsi minuman olahan, karena apabila pewarna sintetis mudah didapati dipasaran akan mungkin 47

12 digunakan untuk dicampurkan dalam minuman olahan yang dijajakan dilingkungan sekolah. Maraknya fenomena peredaran bahan kimia berbahaya dapat menjadi masalah bagi keamanan pangan khususnya pangan jajanan anak sekolah. Banyaknya penjual minuman olahan di sekolah-sekolah dengan berbagai jenis warna yang dapat menarik anak-anak untuk membeli, sangat diperlukan tingkat kewaspadaan dalam mengkonsumsi minuman olahan yang berwarna mencolok karena dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan apabila sering dikonsumsi setiap hari. Makanan dan minuman yang paling banyak menjadi penyebab gangguan kesehatan adalah dikantin-kantin kampus dan sekolah (Rahayu, 2002). Efek yang tidak baik dapat mengganggu fungsi kerja dalam tubuh pada anak-anak sekolah yang masih sangat rentan terhadap penyakit lebih utamnya terhadap zatzat berbahaya yang masuk dalam tubuh manusia Hasil uji identifikasi methanil yellow Pengujian laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Manado, maka hasil yang didapatkan pada sampel minuman olahan yang berwarna kuning menunjukkan nilai Negative (-) atau tidak teridentifikasi zat pewarna sintetis Methanil Yellow. Hasilnya sesuai dengan yang dilakukan Akbari (2012) dari 20 sampel yang di uji pada jajanan anak sekolah dasar kencana juga tidak ditemukan mengandung zat methanil yellow. Tidak adanya zat pewarna methanil yellow pada minuman olahan tersebut mungkin dikarenakan bahan baku dari zat pewarna ini sulit untuk didapatkan. Namun, diduga adanya kandungan zat pewarna lainya pada 12 sampel tersebut yang dapat membahayakan bila sering 48

13 mengkonsumsinya, seperti zat pewarna yang diizinkan Sunset yellow yang pernah ditemukan pada makanan nasi kuning di Sekolah Dasar Kota Gorontalo. Dalam hal ini zat pewarna sunset yellow telah dijual dipasaran. Berdasarkan Tingkat pengetahuan yang telah diuraikan pada tabel 4.5 di atas bahwa dilihat dari harga minuman yang dijual relatif murah memungkinkan penjual minuman olahan tersebut menggunakan pewarna jenis lain pada minuman olahannya. Penelitian yang dilakukan Nasution (2009) sebanyak 44,6% penjual Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang menambahkan Bahan Tambahan Pangan ke dalam makanan/minuman yang dijual, dan 61,9% penjual PJAS membeli Bahan Tambahan Pangan (BTP) di warung, dan hampir 70,0% penjual PJAS memakai penyedap rasa. Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan campuran dalam pangan untuk mengubah makanan dan minuman seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan, aroma, pengawet serta untuk mempermudah proses pengolahan. Salah satu Bahan Tambahan Pangan yang sering digunakan pada pangan adalah pewarna, baik pewarna alami maupun buatan. Pewarna sintetis Methanil Yellow umumnya merupakan pewarna sintetis yang dilarang penggunaanya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, karena merupakan pewarna tekstil dan dilarang keras dalam obat, kosmetik, makanan dan minuman. Dampak yang terjadi akibat penggunaan zat pewarna Methanil Yellow dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker dan kandung kemih (Purba, 2009). 49

14 Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pusat pada 195 sekolah di 18 provinsi diantaranya Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, dan Denpasar sebanyak 861 sampel yaitu minuman ringan, es sirup, saos, kerupuk dam makanan gorengan. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa 46 sampel minuman sirup mengandung Amaranth dan 8 sampel minuman sirup dan minuman ringan mengandung methanil yellow. Penelitian secara kualitatif yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Medan, dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Kertas diperoleh hasil bahwa dari 20 sampel yang terdiri dari 10 minuman sirup dan 10 sirup yang diperiksa bahwa semua sampel minuman mengandung pewarna sintetis yang dilarang. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI dibeberapa sekolah dasar di 18 provinsi dengan hasil positive (+) mengandung methanil yellow, pada Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil wawancara telah melakukan pengawasan terhadap pengunaan zat-zat kimia berbahaya seperti pewarna dan pengawet pada tiap terjadi kasus keracunan, saat bulan puasa maupun sebelum terjadi kasus. Hanya saja pada saat pemeriksaan sampel dari BPOM, sampel yang dikumpulkan kebanyakan yang berlabel kadangkala juga sering diuji sampel yang tidak berlabel pada saat bulan puasa dilihat banyaknnya aneka jenis kue dan minuman olahan yang dijual siap saji disetiap tempat. Dengan tidak ditemukan methanil yellow pada minuman olahan sirup di beberapa Sekolah Menegah Pertama Kota Gorontalo dapat diartikan bahwa tingkat pengawasan terhadap Bahan Tambahan Pangan yang dilarang 50

15 penggunannya telah terlaksana dengan baik, dampak dari penggunaan bahanbahan kimia yang berbahaya sangat tidak baik bagi kesehatan terutama penggunaan methanil yellow yang sering dikonsumsi dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit serta dampaknya bagi kesehatan lingkungan yaitu limbah dengan pewarna sintetis dapat mencemari sumber-sumber air warga, baik yang dibuang ke sungai, atau yang dibuang ke tanah karena akan mudah masuk ke sumur. Pewarna methanil yellow yang tidak di dapati atau dengan hasil negative(-) diharapkan dapat bertahan dari tahun 2013 sampai tahun berikut-berikutnya sehingga di Provinsi Gorontalo dapat terbebas dari angka keracunan zat-zat berbahaya dan anak-anak sekolah sebagai generasi penerus bangsa dapat terus berkembang dan berprestasi tanpa ada sentuhan penyakit-penyakit akibat gangguan kesehatan. Penggunan zat pewarna alami lebih menguntungkan dari segi kesehatan dibandingkan dengan buatan. Pewarna alami yang baik digunakaan seperti kunyit untuk warna kuning, caramel untuk warna coklat, klorofi dan daun pandan sebagai pewarna hijau. Dengan digunakan pewarna alami dapat menjamin konsumen/anak-anak sekolahan bebas dalam mengkonsumsi makanan dan minuman olahan. 51

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan mutu, keamanan, dan daya tarik bahan pangan umumnya bergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologisnya. Secara

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN MABAR KECAMATAN MEDAN DELITAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan bahan dasar makanan harus mengandung zat gizi untuk memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Tilango merupakan bagian dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Gorontalo yang memiliki 7 desa yakni desa Dulomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini banyak terjadi perkembangan di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang 29 4.1 Gambaran Umum BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang menyediakan pendidikan mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Taryadi (2007), jajanan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan,

Lebih terperinci

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan atau juga dikenal sebagai street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, dipasar, tempat pemukiman serta lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut WHO yang dimaksudkan makanan adalah semua benda yang termasuk dalam diet manusia sama ada dalam bentuk asal atau sudah diolah. Makanan yang dikonsumsi hendaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut : 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus masyarakatlah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia memerlukan makanan seimbang yaitu karbohidrat, protein, nabati, vitamin dan mineral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar.

Kata Kunci : Pewarna Tambahan Makanan, Sekolah Dasar. IDENTIFIKASI PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI DAN PEWARNA BUATAN PADA MAKANAN JAJANAN NASI KUNING DILINGKUNGAN SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Iwan Setiawan Walangadi Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang di konsumsi,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, merupakan bab dimana memberikan suatu gambaran umum mengapa topik atau judul tersebut diambil dan disajikan dalam karya ilmiah bagian pendahuan menguraikan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, perasa dan pembau. Dunia visual menggunakan indra penglihatan yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya di dalam setiap masakan makanan yang akan dimakan. juga sesuai dengan selera mereka masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga dalam hidup. Seseorang rela melakukan apapun demi menjaga kesehatan tubuhnya. Salah satunya dengan mengkomsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi pengolahan pangan, industri produksi pangan semakin berkembang. Industri skala kecil, sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada setiap orang sejak dari dalam kandungan. Seseorang akan terus menerus tumbuh dan berkembang sesuai dengan berjalannya waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan makanan juga semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan muncul berbagai produk makanan dengan berbagai variasi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan atau street foods adalah jenis makanan yang dijual kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman, serta lokasi yang sejenis. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan dengan jajanan sekolah dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna makanan sudah dikenal rakyat Indonesia sejak lama. Masakanmasakan Jawa tradisional seperti opor ayam kunyit untuk menghasilkan warna kuning atau oranye, juga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran : Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TENTANG MAKANAN JAJANAN ANAK YANG MENGANDUNG PEMANIS SINTETIS PADA TK AL UMMI DI DESA CEUMPEDAK KECAMATAN TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik diolah maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar makanan tersebut harus mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Kebutuhan akan barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan-minuman bagi konsumsi manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan sebuah bangsa dalam memajukan pembangunan di segala bidang adalah salah satu wujud dari tercapainya bangsa yang maju dan mandiri. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup manusia akan meningkat jika kualitas pangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa kriteria yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak dan jajanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Anak-anak pada umumnya akan membeli aneka jajan terutama saat mereka sedang istirahat di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan merupakan kebutuhan pokok didalam kehidupan makhluk hidup. Karena dengan adanya makanan makhluk hidup dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rhodamine B adalah zat pewarna yang tersedia di pasar untuk industri tekstil. Zat ini sering disalah gunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik di berbagai negara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Seperti getuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang dalam proses pembuatannya telah dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia tersebut beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi menyebabkan aktivitas masyarakat meningkat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anak usia Sekolah Dasar merupakan kelompok usia yang mempunyai aktivitas yang cukup tinggi, baik dalam keadaan belajar maupun di saat istirahat. Untuk mendapatkan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk mie merupakan salah satu makanan ringan yang paling banyak diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah saat dimakan, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

RINGKASAN Herlina Gita Astuti. RINGKASAN Herlina Gita Astuti. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Pemanis Buatan Siklamat pada Selai Tidak Berlabel yang Dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya Tahun 2015. Program Studi D-III Farmasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia. Hal ini karena kasus tersebut banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan makanan sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitasnya. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar gemar sekali jajan dan pada umumnya anak sekolah sudah dapat menentukan makanan apa yang mereka sukai dan mana yang tidak. Bahkan tidak jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatankegiatan kesehatan keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis.tetapi, sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian makanan merupakan hal yang paling penting, bahkan lebih penting daripada rasa makanan. Penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Berdasarkan PP no.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pangan dapat di kategorikan : PANGAN SEGAR Pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : KUESIONER SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah : 4. Nama Kepala Sekolah : 5. Status Sekolah : Negeri / Swasta * 6. Status Akreditasi Sekolah : 7. Jumlah Murid Seluruh Kelas : Laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km 2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa. Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari keseluruhan penjual

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

ARTIKEL IDENTIFIKASI SAKARIN PADA MINUMAN JAJANAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SD DI WILAYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

ARTIKEL IDENTIFIKASI SAKARIN PADA MINUMAN JAJANAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SD DI WILAYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Simki-Techsain Vol. 02 No. 07 Tahun 2018 ISSN : 2599-3011 ARTIKEL IDENTIFIKASI SAKARIN PADA MINUMAN JAJANAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SD DI WILAYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Oleh: DWI ARINI 13.1.01.06.0015

Lebih terperinci

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS 1 GAMBARAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN DAN MORBIDITAS DIARE DI SD N BANMATI 03 KECAMATAN SUKOHAR RJO KABUPATEN SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Menyelesaikann Pendidikann

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA Sholihatil Hidayati Akademi Analis Farmasi Al-Islam Yogyakarta ABSTRAK Rhodamin B merupakan zat warna sintetis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sangat beragam jenisnya dan berkembang pesat di Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam tubuh yaitu berkisar antara 10-20%.

Lebih terperinci

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *)

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA Oleh Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) *) Alumni program sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Variabel independen Variabel Dependen Perilaku siswa-siswi Pengetahuan Sikap Tindakan Makanan dan Minuman yang mengandung Bahan Tambahan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1 ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA. ARTIKEL PENGABDIAN SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA Rabiatul Adawiyah 1, Umar Saifuddin 2 dan Rezqi Handayani 1 1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap produksi yang beredar dipasaran. Untuk menjamin keamanan pangan olahan, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PADA MINUMAN ES SIRUP YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN KEBUN JERUK KECAMATAN KEBUN JERUK JAKARTA BARAT

KEAMANAN PANGAN PADA MINUMAN ES SIRUP YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN KEBUN JERUK KECAMATAN KEBUN JERUK JAKARTA BARAT KEAMANAN PANGAN PADA MINUMAN ES SIRUP YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN KEBUN JERUK KECAMATAN KEBUN JERUK JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci