DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

Transkripsi

1 PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI Eni Setyowati Alumni Fakultas Hukum UNIBA Surakarta ABSTRAK Latar belakang penulisan ini yakni dalam Pelaksanaaan sewa menyewa tanah pertanian di daerah pedesaan umumnya terjadi atas dasar adanya rasa saling percaya dan kejujuran antara penyewa dan pemberi sewa serta perjanjian sewa menyewa yang dilakukan berdasar pada hukum adat dan kebiasaan masyarakat setempat, serta dilakukan di depan kepala adat atau kepala desa, ini tentu saja berbeda dengan pengaturan formal pelaksanaan perjanjian hak sewa tanah pertanian yang harus dilakukan di depan pemerintah setempat, serendah-rendahnya camat yang juga memperkuat kesaksian tentang adanya perjanjian tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode pendekatan yang yuridis empiris. Pendekatan yuridis dimaksudkan bahwa penelitian ditinjau dari peraturan- peraturan yang merupakan data sekunder. Lokasi penelitian di Kantor Desa Karangduren, Sawit, Boyolali. Jenis data yang dipergunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui wawancara dan penelitian kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif Hasil penelitian dan analisa data dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: 1) Pelaksanaaan sewa menyewa tanah pertanian di Desa Karangduren, Sawit Boyolali, umumnya terjadi atas dasar adanya rasa saling percaya dan kejujuran antara penyewa dan pemberi sewa serta perjanjian sewa menyewa yang dilakukan berdasar pada hukum adat dan kebiasaan masyarakat setempat. 2) Terjadinya kesepakatan atau akad sewa menyewa tanah pertanian tersebut adalah telah memenuhi persyaratan dalam membuat perjanjian ialah bahwa kedua pihak, penyewa atau yang menyewakan tanah pertanian sepakat mengikatkan diri, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai obyek dalam perjanjian sewa menyewa yaitu tanah sawah/pertanian yang ditanami padi atau yang lainnya, dan adanya sebab yang halal atau tidak dilarang. Permasalahan yang timbul, diantaranya adalah : 1) Faktor yang timbul dari pihak yang menyewakan : a) Pemilik tanah meminta uang sewa kepada penyewa sebelum waktunya. b) Para pemilik tanah meminta kembali tanah miliknya sebelum masa persewaan habis. 2) Kemudian faktor yang timbul dari pihak penyewa, yakni : a) Penyewa merubah/ menghilangkan parit yang ada di sawah tersebut. b) Uang bayaran(uang sewa) tidak sama dengan yang ada diperjanjian yang telah disepakati, dan c) Terjadinya Peralihan penyewa tanpa memberitahukan pihak yang menyewakan (pemilik tanah pertanian tersebut). Kata Kunci : Perjanjian, Sewa-menyewa, tanah pertanian. Website 539

2 PENDAHULUAN Tanah adalah merupakan salah satu sumber kehidupan manusia dan merupakan aset negara yang sangat pentingsejumlah hak yang berhubungan dengan tanah telah diatur dalam UUPA.Salah satu hak atas tanah yang bersifat sementara adalah hak sewa tanah pertanian yang diatur dalam pasal 53(ayat 1) UUPA,dimana hak tersebut harus dihapus dalam waktu tertentu/ singkat.hak tersebut bersifat sementara karena dianggap tidak sesuai dengan asas hukum tanah nasional yang salah satu asas pentingnya bahwa dalam bidang pertanian tidak ada pemerasan dan harus dikerjakan/diusahakan secara aktif oleh yang mempunyai tanah, akan tetapi masih terjadinya penumpukan luas pemilikan lahan pada satu pihak tertentu akibatnya ada masyarakat/pihak lain yang tidak memiliki tanah samasekali sehingga salah satu alternatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yaitu dengan cara menyewa dari pihak lain yang tidak mampu untuk mengerjakan sendiri tanah pertaniannya.pelaksanaan sewa menyewa tanah pertanian disatu sisi menolong pemilik tanah yang tidak mampu mengerjakan sendiri tanahnya secara aktif dan juga pemilik tanah memperoleh uang sewa sedangkan disisi lain penyewa dapat menguasai tanah yang telah disewanya dengan ditanami dalam jangka waktu tertentu dapat memetik hasil pertaniannya. Perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di Desa Karangduren Kecamatan Sawit Kabupatem Boyolali terjadi atas dasar rasa saling percaya dan kejujuran para pihak. Berlakunya hukum adat dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah pertanian ini sepanjang dan sebelum ada pengaturannya dalam UUPA serta peraturan tertulis lainnya Desa Karangduren Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali merupakan desa dengan wilayah 98,4 Ha dimana 68,3 Ha adalah merupakan lahan pertanian.dengan luas lahan pertanian tersebut di Desa Karanagduren kecamatan Sawit kabupaten Boyolali petani merupakan salah satu mata pencaharian penduduknya dengan jumlah 150 petani. Dari jumlah tersebut ada 5 petani sebagai pihak penyewa dan 5 petani sebagai pihak yang menyewakan tanahnya. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa Karangduren Kecamatan Sawit kabupaten Boyolali? 2. Apakah Permasalahan yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa Karangduren Kecamatan sawit Kabupaten Boyolali? METODEPENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis empiris karena membahas suatu permasalahan berdasarkan aturan-aturan hokum yang berlaku kemudian dihubungkan dengan fakta yang ada di lapangan berdasarkan wawancara pada bulan Juni sampai dengan bulan juli 2016 dengan petani penyewa dan yang menyewakan tanah pertanian di Desa Karangduren Kecamatan sawit Kabupaten Boyolali.Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif analitis yaitu yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta tingkah laku yang nyata,yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Ronny Hanitijo Soemitro,1999,hal 93).Data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh Website 540

3 dari obyek penelitian berupa wawancara dengan petani penyewa dan yang menyewakan tanah pertanian didesa Karangduren kecamatan sawit kabupaten Boyolali yang dilakukan pada bulan juni sampai dengan juli 2016.Adapun data sekundernya adalah dari bahan hokum primer yaitu KUHPerdata,Peraturan Pemerintah no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah, Undang-undang no 5 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria(UUPA) dan naskah perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa karangduren kecamatan Sawit kabupaten Boyolali dan bahan hokum sekundernya dari buku-buku,dokumen-dokumen,kliping,majalah-majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan obyek penelitian.teknik analisis data yang dipergunakan yaitu secara kualitatif dimana data yang diperoleh dipilih dan disusun secara sistematis kemudian dianalisis untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk mengambarkan pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa Karangduren kecamatan sawit Kabupaten Boyolali. LANDASANTEORI /TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hak milik menurut pasal 20 (ayat 1) UUPA adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dimiliki orang atas tanah dengan memberi kewenangan untuk menggunakannya bagi segala macam keperluan selain waktu yang tidak terbatas,sepanjang tidak ada larangan untuk itu. Pengertian Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih. Asas-asas perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata yaitu : 1. Asas konsensualisme,perjanjian itu lahir saat tercapainya kata sepakat antara para pihak Sehingga tidak diperlukan lagi bentuk formalitas lain maka perjanjian yang bebas 2. Asas kekuatan mengikat, sesuai dengan pasal 1338(ayat 1) KUHPerdata bahwa berlaku Sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. 3. Asas kebebasan berkontrak,bahwa system hokum perjanjian adalah terbuka yaitu Para pihak boleh mengadakan perjanjian apa saja meskipun belum diatur didalam KUHPerdata,tetapi menurut pasal 1337 KUHPerdata kebebasan yang ada sifatnya Tidak mutlak melainkan ada batasannya yaitu tidak dilarang oleh undang-undang,tidak Bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. 4. Asas itikad baik,perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Syarat sahnya suatu perjanjian terdapat dalam pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata yaitu: 1. Sepakat mereka yang telah mengikatkan diri,didalam melakukan suatu perjanjian artinya apa yang dikehendaki oleh salah satu pihak juga merupakan kehendak dari pihak lainnya. Website 541

4 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian,pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hokum apabila ia sudah dewasa artinya telah mencapai usia 21 Tahun atau sudah menikah meskipun umurnya belum 21 tahun(pasal 330 KUHPerdata) 3. Mengenai suatu hal tertentu, merupakan pokok perjanjian,suatu Prestasi yang harus dipenuhi dalam suatu perjanjian dan merupakan objek dari Perjanjian dan apa yang menjadi objek perjanjian haruslah disebutkan dalam Secara jelas. 4. Suatu sebab yang halal,tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan Ketertiban umum. Sewa Menyewa menurut pasal 1548 KUHPerdata adalah suatu perjanjian antara pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya disebut pemberi sewa untuk kenikmatan suatu barang selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tertentu belakangan itu disanggupi pembayarannya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat merupakan dasar filosofis terbentuknya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No.5/ UUPA berdasar pada hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara (Pasal 3 dan 5 UUPA). Tanah merupakan aset negara yang sangat penting. Sejumlah hak-hak yang berhubungan dengan tanah telah diatur dalam UUPA. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 (3) menegaskan ; Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 memuat ketentuan pokok mengenai hak sewa untuk tanah pertanian diatur dalam Pasal 53 UUPA sebagai suatu hak yang bersifat sementara yang akan dihapus dalam waktu yang singkat, karena dianggap bertentangan dengan asas yang termuat dalam Pasal 10 UUPA (tanah harus dikerjakan atau diusahakan sendiri secara aktif oleh yang mempunyai) serta dianggap mengandung unsur pemerasan. Pasal 53 UUPA Ayat (1) menyatakan "Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 Ayat (1) huruf h, ialah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur guna membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan Undang-undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya di dalam waktu yang singkat.dasar hukum berlakunya hak sewa tanah pertanian adalah Pasal 14 UUPA yang mengatur tentang penggunaan tanah secara efisien dan khususnyan untuk melaksanakan program pemerintah guna mencukupi "sandang pangan" rakyat, maka perlu diadakan perencanaan (planning) dalam pemakaian tanah-tanah pertanian. Hak sewa tanah pengaturannya juga dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) (KUHPerdata), tentang sewa menyewa diatur dalam Pasal , dan khusus tentang hak sewa tanah diatur dalam Pasal KUHPerdata. Namun pasal-pasal dalam KUHPerdata yang mengatur soal tanah Website 542

5 tersebut sejak mulai berlakunya UUPA harus kita anggap tidak berlaku lagi terhadap sewa menyewa tanah, dengan mengingat konsiderans dari UUPA yang dengan tegas mencabut peraturan-peraturan, antara lain Buku II KUHPerdata yakni sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Walaupun undang-undang sewa menyewa tanah belum ada, pihak yang bersangkutan dapat memberlakukan ketentuan yang termuat dalam KUHPerdata mengenai sewa menyewa tanah yang mereka adakan sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian. Hak sewa tanah pertanian dinyatakan bersifat sementara sehubungan dengan Pasal 10 ayat (1) UUPA yang menghendaki bahwa setiap orang atau badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan untuk mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan. Sebab masih banyak kemungkinan orang-orang yang mempunyai hak atas tanah pertanian menyuruh orang lain uuntuk mengerjakan tanahnya, sehingga praktek-praktek pemerasan dalam hal ini bisa saja terjadi. Dalam penjelasan Pasal 10 UUPA dinyatakan bahwa mengusahakan sendiri bisa pula dengan cara menyewakannya kepada orang lain bila pemilik tidak bisa mengerjakan atau mengolahnya sendiri. Praktek pemerasan dalam sewa tanah pertanian bisa saja terjadi secara tidak sengaja seperti bila petani (sebagai pemberi sewa) menyewakan tanahnya karena memerlukan sejumlah uang untuk suatu keperluan mendesak, namun setelah menyewakan tanahnya petani tersebut malah kemudian tidak memiliki tanah lagi untuk digarap karena telah disewakan kepada pihak lain. Akibatnya bisa terjadi petani tersebut kemudian bekerja sebagai buruh upahan di tanahnya sendiri yang telah disewakan pada orang lain itu. Pendistribusian tanah yang tidak merata akibat tidak tuntasnya program landreform mengakibatkan terjadinya penguasaan tanah yang sangat luas oleh satu pihak dan dipihak lain ada masyarakat yang ingin mengolah namun tidak memiliki tanah. Pemilik tanah yang luas kerap tidak dapat mengusahakan atau mengerjakan sendiri tanah pertaniannya, akibatnya tanah menjadi tidak produktif dan terlantar sehingga tak jarang kita masih menemui tanah-tanah kosong yang tak tergarap Maka alternative pemecahan yang ditempuh adalah dengan menyewakan tanah itu kepada pihak lain. Unsur pemerasan dalam sewa menyewa ini tidak akan ada bila telah tercapai kesepakatan antara para pihak, sebab pelaksanaan sewa menyewa ini disatu sisi menolong pihak pemilik tanah yang tak dapat mengusahakan sendiri tanahnya secara aktif untuk tetap memproduktifkan lahannya dan juga akan memperoleh uang sewa atau hasil pertanian, kemudian bagi penyewapun akan dapat menguasai tanah atau lahan yang telah disewanya untuk digarap atau ditanami dengan tanaman jangka panjang atau jangka pendek, disesuaikan dengan jangka waktu sewa menyewa tanah pertanian yang telah disepakati. Hasil wawancara penulis pada tanggal 13 juli dengan bapak Lagiman Praptodiharjo bahwa alasan menyewakan tanahnya karena beliau sudah tua dan sudah tidak mampu mengerjakan sawahnya sehingga agar sawahnya tetap menjadi sumber kehidupannya maka disewakannya tanah tersebut kepada bapak Saugi. Website 543

6 Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Desa Karangduren, Sawit Boyolali. bahwa masyarakat dalam melaksanakan praktek sewa-menyewa tanah pertanian tidak menggunakan peraturan atau Undang-undang yang berlaku yakni tidak menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), tetapi masih menggunakan hukum adat atau hanya kesepakatan saja. Petani di desa Karangduren Kecamatan Sawit kabupaten Boyolali yang melakukan perjanjian sewa menyewa tanah pertanian yaitu: 1. Ibu Niti Harjono sebagai pihak yang menyewakan tanah pertaniannya seluas 6000m2 kepada Bapak Yuli selama 2 tahun dengan harga sewa yang disepakati Rp ,. Pembayaran uang sewa sesuai kesepakatan dilakukan dimuka sebagian sedangkan pelunasannya dilakukan satu bulan kemudian,perjanjian sewa menyewanya yaitu secara lisan. 2. Bapak Lagiman Praptodiharjo sebagai pihak yang menyewakan tanah pertaniannya seluas 2905m2 kepada Bapak Saugi jangka waktu 3 tahun dengan harga sewa yang disepakati Rp ,.Pembayaran uang sewanya sesuai kesepakatan dibayar dimuka, perjanjian sewa menyewanya dilakukan secara tertulis /akta dibawah tangan. 3. Ibu Titik Joesprijanti sebagai pihak yang menyewakan tanah pertaniannya seluas 3057m2 kepada Bapak Diyono dalam jangka waktu 1 harga dengan harga sewa Rp Pembayaran uang sewanya dibayar dimuka, perjanjian sewa menyewanya secara tertulis/akta dibawah tangan. 4. Bapak Hermanto sebagai pihak yang menyewakan tanah pertaniannya seluas 3500m2 kepada Bapak Sutjiman dalam jangka waktu 4 tahun dengan harga sewa Rp Pembayarn uang sewanya sesuai kesepakatan dilakukan dimuka sebagian sedangkan pelunasan dilakukan satu bulan kemudian, perjanjian sewa menyewanya secara lisan 5. Bapak Jaka Margana sebagai pihak yang menyewakan tanah pertaniannya seluas 2000m2 kepada Ibu Nanik Rosmagawati dalam jangka waktu 2 tahun dengan harga sewa Rp ,- perjanjian sewa menyewanya secara tertulis/ akta dibawah tangan. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah pertanian yang terjadi di desa Karangduren kecamatan Sawit kabupaten Boyolali didasarkan atas kejujuran dan rasa saling percaya antara pihak penyewa dan pihak yang menyewakan dengan menggunakan akta dibawah tangan atau secara lisan saja. Dari pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah di desa Karangduren kecamatan Sawit kabupaten Boyolali telah memenuhi syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam 1320 KUHPerdata yaitu : 1. Sepakat mereka yang telah mengikatkan diri Dalam hal ini para penyewa dan yang menyewakan tanah pertanian di desa Karangduren kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali telah sepakat untuk melakukan perjanjian tanpa adanya unsur penipuan,kekhilafan atau hal-hal yang bersifat memaksa. 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian Website 544

7 Pihak penyewa dan yang menyewakan tanah pertanian di desa Karangduren Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali telah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hokum dalam hal ini perjanjian sewa menyewa tanah pertanian karena para penyewa dan yang menyewakan tanah pertanian telah dewasa karena usianya telah mencapai 21 tahun keatas. 3. Mengenai suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian suatu prestasi yang harus dipenuhi dalam suatu perjanjian dan tanah pertanian yang merupakan obyek dari sewa menyewa tanah pertanian ini yang ada di desa Karangduren kecamatan sawit Kabupaten boyolali. 4. Suatu sebab yang halal Suatu sebab yang halal bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau mendorong orang untuk membuat perjanjian,melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri yang mengambarkan tujuan yang akan dicapai.perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa Karangduren Kecamatan Sawit kabupaten Boyolali tidak bertentangan dengan Undang-undang,kesusilaan dan ketertiban umum. Permasalahan yang timbul dalam perjanjian sewa menyewa tanah pertanian di desa Karangduren Kecamatan sawit Kabupaten Boyolali Permasalahan yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor yang timbul dari pihak yang menyewakan: 1) Pemilik tanah (yang menyewakan) meminta uang sewa kepada penyewa sebelum waktunya tiba ( tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakatinya). 2) Pemilik tanah (yang menyewakan) meminta kembali tanah miliknya sebelum masa persewaan hab Faktor yang timbul dari pihak penyewa 1) Penyewa merubah / menghilangkan parit yang ada di sawah tersebut, sehingga batas tanah tidak jelas. 2) Uang sewa tidak sama dengan yang ada diperjanjian yang telah disepakati (jumlahnya masih kurang) dengan alasan sisa pembayarannya akan dibayar satu kemudian. 3) Terjadinya Peralihan penyewa tanpa memberitahukan pihak yang menyewakan (pemilik tanah pertanian tersebut). KESIMPULAN Kesimpulan ini disusun yang merupakan jawaban atas permasalahanpermasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu : 1. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Pertanian di Desa Karangduren Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Pelaksanaaan sewa menyewa tanah pertanian di Desa Karangduren, Kecamatan Sawit kabupaten Boyolali, umumnya terjadi atas dasar adanya rasa saling percaya dan kejujuran antara penyewa dan pemberi sewa serta perjanjian sewa menyewa yang dilakukan berdasar pada hukum adat dan kebiasaan masyarakat setempat.terjadinya kesepakatan atau akad sewa Website 545

8 menyewa tanah pertanian tersebut adalah telah memenuhi persyaratan dalam membuat perjanjian ialah bahwa kedua pihak, penyewa atau yang menyewakan tanah pertanian sepakat mengikatkan diri, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai obyek dalam perjanjian sewa menyewa yaitu tanah sawah/pertanian yang ditanami padi atau yang lainnya, dan adanya sebab yang halal atau tidak dilarang. 2. Permasalahan yang timbul dalam Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Pertanian di Desa Karangduren Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Masalah yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor yang timbul dari pihak yang menyewakan yaitu : 1) Pemilik tanah (yang menyewakan) meminta uang sewa kepada penyewa sebelum waktunya ( tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakatinya). 2) Pemilik tanah (yang menyewakan) meminta kembali tanah miliknya sebelum masa persewaan habis. Faktor yang timbul dari pihak penyewa 1) Penyewa merubah / menghilangkan parit yang ada di tanah pertanian tersebut, sehingga batas tanah tidak jelas. 2) Uang sewa tidak sama dengan yang ada diperjanjian yang telah disepakati (jumlahnya masih kurang) dengan alasan sisa pembayarannya akan dibayar satu kemudian. 3) Terjadinya Peralihan penyewa tanpa memberitahukan pihak yang menyewakan (pemilik tanah pertanian tersebut). Saran Dalam kesempatan ini penulis akan mengemukakan saran saran sebagai berikut : 1.Hendaknya pihak yang menyewakan tanah pertanian dan pihak penyewa yang mengadakan perjanjian perlu memahami syarat-syarat dalam membuat perjanjian tersebut; Mengingat kekuatan hukum perjanjian sewa menyewa tanah pertanian dengan menggunakan akta di bawah tangan dan secara lisan yang berdasar dari itikad baik para pihak, maka hendaknya para pihak benarbenar melaksanakan isi perjanjian tersebut berdasarkan prinsip itikad baik; 2.Jika terjadi perselisihan dalam perjanjian sewa menyewa tanah sawah atau tanah pertanian tersebut dengan menggunakan akta di bawah tangan dan secara lisan, maka hendaknya para pihak berupaya menyelesaikan masalah sesuai norma-norma yang berlaku di masyakat tempat mereka tinggal, agar tidak terjadi permusuhan yang akan mengakibatkan keretakan hubungan kekeluargaan diantara mereka; 3. Hendaknya perjanjian sewa menyewa tanah pertanian dilakukan dihadapan pejabat berwenang / Notaris dengan akta otentik sehingga suatu saat apabila terjadi sengketa maka akta otentik dapat menjadi bukti yang kuat di muka pengadilan. Website 546

9 DAFTAR PUSTAKA Ronny Hanitijo Soemitro,(1999), Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, Undang-Undang No.5 Tahun1960, Tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Semarang,Aneka Ilmu Website 547