pemahaman tentang penggunaan elpiji yang baik dan aman. Pemerintah telah melakukan berbagai macam sosialisasi penggunaan gas elpiji bagi masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pemahaman tentang penggunaan elpiji yang baik dan aman. Pemerintah telah melakukan berbagai macam sosialisasi penggunaan gas elpiji bagi masyarakat"

Transkripsi

1 TEORI PUBLIC RELATION ANALISIS DAMPAK LEDAKAN GAS LPG 3 KG Oleh : Nama : Harris Syahjohan Nim : Ilmu Komunikasi / PR / V A FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2010 A. Gambaran Kasus Kenaikan harga minyak mentah dunia pada tahun 2008 silam yang menembus angka hingga US$ 100 per barel(1), telah membuat Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk mengkonversi minyak tanah ke gas elpiji. Pemerintah beralasan program ini dimaksudkan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) guna meringankan beban keuangan negara hingga triliun rupiah per tahun. Bagi jangka panjang, program ini lebih menjamin ketersediaan pasokan kebutuhan energy bagi dalam negeri. Keuntungan lainnya dari pemakaian elpiji bagi rumah tangga adalah lebih praktis, efisien, dan lebih bersih. Pada awalnya, Pemerintah menganggarkan dana sekitar 60 triliun rupiah untuk subsidi bahan bakar minyak yaitu, premium, solar, dan minyak tanah. Dari ketiga bahan bakar ini, minyak tanah mendapat porsi paling besar yaitu sekitar 50% dari anggaran. Karena itu harga minyak tanah menjadi paling murah, maka dari itu minyak tanah sering disalahgunakan seperti, diselundupkan, dijual pada industry serta dicampur dengan bahan bakar lain. Program yang mulai diterapkan pada tahun 2007 ini, diimplementasikan dengan membagikan paket tabung elpiji beserta isinya, kompor gas dan accessoriesnya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah. Dalam melaksanakan program ini, setidaknya terdapat tiga pihak yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan program konversi. Ketiga pihak tersebut antara lain : (1) sumber http/international.okezone.com/ 3 Januari Kementrian Negara Koperasi dan UKM. Kementrian ini ditunjuk sebagai penyedia kompor dan accessorisnya (regulator dan selang) serta mendistribusikannya bersama tabung elpiji 3 kg dari Pertamina. 2. PT. Pertamina (Persero) yang bertugas sebagai : Menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung untuk rolling. Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya dan lain-lain. 3. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, ditunjuk untuk melakukan sosialisasi program peralihan penggunaan minyak tanah ke elpiji. Pro dan kontra terhadap kebijakan pemerintah dalam mengkonversi minyak tanah ke elpiji ini terus bergulir dari mulai kebijakan ini digulirkan hingga saat ini. Hal yang mengemuka dari pihak kontra adalah ketidaksiapan pemerintah

2 sebagai regulator dan juga kebanyakan masyarakat yang masih di dominasi lapisan menengah kebawah sebagai pengguna elpiji. Salah satu dampak negative yang dirasakan saat ini adalah banyaknya kasus ledakan tabung elpiji 3 kg. Adapun penyebab dari ledakan tersebut adalah ketidak pahaman masyarakat dalam menggunakan tabung elpiji yang benar, hingga adanya dugaan tabung gas illegal yang tidak sesuai standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) (2),sejak kebijakan ini diberlakukan pada tahun 2007, sedikitnya telah terjadi 97 kasus ledakan tabung gas. (2) sumber 8/10/2010 Mayoritas terjadi pada tabung gas ukuran 3 kg. Dengan jumlah korban tewas puluhan orang dan korban luka lebih dari 100 orang, maka peristiwa ini tidak bias lagi dianggap remeh. Pemerintah harus bertanggung jawab penuh dalam menyediakan tabung gas yang aman dan nyaman bagi masyarakat. B. Analisis Kasus Terhadap Teori Niat pemerintah mendorong masyarakat, khususnya lapisan menengah kebawah untuk menggunakan elpiji dapat kita lihat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat itu sendiri. Minyak tanah sebagai salah satu bahan bakar minyak yang telah lama digunakan oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia telah menjadi suatu kebutuhan yang membudaya. Minyak tanah dengan segala kekurangannya dianggap oleh sebagian masyarakat lapisan menengah kebawah sebagai kebutuhan dasar yang sesuai dengan social ekonomi mereka. Mereka, masyarakat lapisan bawah tidak merasa sulit dengan ketidak praktisan minyak tanah dibandingkan dengan gas elpiji. Mereka juga tidak terlalu memikirkan berapa banyak anggaran yang harus dikeluarkan Negara untuk biaya subsidi minyak tanah. Yang mereka pikirkan hanya adalah suatu bahan bakar yang menurut mereka sesuai dengan kondisi social ekonomi mereka. Persoalan budaya seringkali menjadi batu sandungan ketika Pemerintah atau regulator mengeluarkan suatu kebijakan baru. Kebijakan yang dianggap asing bagi sebagian mereka yang memang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah energy. Keputusan pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah ke gas elpiji pada 2007 silam, telah membawa dampak buruk bagi mereka para korban ledakan tabung gas elpiji 3 kg. Apapun factor dari ledakan tabung tersebut, Pemerintah sebagai regulator dan sebagai pelindung masyarakat harus bertanggung jawab penuh terhadap masalah ini. Masalah yang mengemuka setiap ledakan tabung terjadi adalah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap cara penggunaan tabung itu sendiri hingga dugaan kondisi tabung yang tidak sesuai standar. Pada masalah pertama, seperti kita ketahui bahwa sasaran pemerintah pada kebijakan ini adalah masyarakat lapisan menengah ke bawah yang secara garis besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Diperlukan waktu yang lama untuk merubah

3 pemahaman tentang penggunaan elpiji yang baik dan aman. Pemerintah telah melakukan berbagai macam sosialisasi penggunaan gas elpiji bagi masyarakat baik melalui media cetak, elektronik, hingga menerjunkan langsung tim sosialisasi yang langsung menuju pada masyarakat sasaran. Namun kembali lagi ketika sebuah kebijakan berhadapan dengan sebuah kebiasaan yang membudaya maka diperlukan suatu tekhnik khusus serta waktu yang tidak singkat dalam merubah pandangan mereka terhadap bahan bakar elpiji. Kita ketahui bahwa program konversi minyak tanah ke gas elpiji merupakan program pemerintah yang dilaksanakan dengan melibatkan Pertamina sebagai vendor produsen tabung gas, dan masyarakat tentu yang menjadi sasarang program tersebut. Pada kasus ledakan tabung gas, Pertamina sebagai produsen tabung menjadi tumpuan utama dalam menghadapi berbagai kasus ledakan tabung gas yang terjadi. Pertamina sering dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap dampak negative dari kebijakan konversi. Di dalam pelakasanaan program konversi itu sendiri, setidaknya terdapat tiga subyek utama yang memiliki peran dalam keterkaitan erat pada pelakasanaannya. Pertamina sebagai korporasi, Pemerintah sebagai pencetus program dan pengambil kebijakan, serta masyarkat yang dalam hal ini menjadi sasaran dari program ini. Masing-masing dari subyek ini memiliki perannya masing-masing. Pertanyaannya adalah siapa yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas kerugian yang muncul dilapangan. Pertamina sebagai produsen tabung yang digunakan dalam program ini berkaitan langsung terhadap masalah yang timbul dilapangan. Maka dari itu secara tidak langsung Pertamina turut bertanggung jawab terhadap masalah ini. Namun bukan berarti masalah ini menjadi tanggung jawab penuh oleh Pertamina, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama antara ketiga subyek tadi. Di tinjau dari teori komunikasi kebutuhan terhadap posisi Pertamina saat ini, pengaruh posisi Pertamina sebagai produsen dan penyedia tabung gas yang menjadi pokok permasalahan serta berbagai pemberitaan media terhadap kasus ini, maka Pertamina menjadi pihak paling depan yang dianggap harus bertanggung jawab terhadap akibat masalah ini. Pada teori kausalitas, dimana setiap perbuatan menimbulkan akibat, baik secara langsunng maupun tidak langsung. Namun, tidak semua akibat menimbulkan hukum tertentu atau dengan kata lain tidak semua perbuatan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum bisa ditimbulkan oleh satu perbuatan atau satu delik dan bisa juga ditimbulkan oleh beberapa perbuatan atau serangkaian perbuatan yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk terjadinya suatu akibat. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh serangkaian perbuatan seperti contoh tersebut, menuntut adanya sebab terdekat yang bisa dimintai pertanggung jawabannya. Dalam hukum pidana, tentang hal tersebut memiliki suatu teori yang disebut teori sebab-akibat. Kaitannya dengan Pertamina sebagai korporasi dan produsen tabung elpiji adalah posisi Pertamina sendiri sebagai satu-satunya perusahaan energy minyak dalam negeri yang ditunjuk pemerintah sebagai penyedia pasokan energy

4 sehingga menjadikan Pertamina sebagai korporasi yang berkaitan erat dengan masyarakat sebagai penggunan bahan bakar dan pertamina sebagai penyedia bahan bakar, yang dihubungkan didalam program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Kerugian yang terjadi juga harus dianalisis dengan mempertimbangkan peran masing-masing pihak dalam melaksanakan program ini. Pada kasus ini Pertamina tidak dapat dikenakan tanggung jawab sendiri atas ledakan tabung gas yang terjadi. Sesuai dengan Perpres tentang penyediaan dan pendistribusia elpiji tabung 3 kg, (pasal 11) yaitu, Menteri melakukan pengawasan dan verifikasi terhadap pelaksanaan kegiatan penyediaan dan pendistribusian elpiji 3 kg. Maka dari pasal ini jelas bahwa seluruh proses penyediaan dan pendistribusian tabung elpiji 3 kg oleh Pertamina diawasi langsung oleh Pemerintah. Sehingga ketika terjadi sebuah kesalahan prosedur dilapangan yang menyebabkan terjadinya ledakan tabung, maka pihak pengawas turut serta bertanggung jawab dalam masalah yang terjadi. Pada kasus ledakan tabung gas elpiji, memang posisi Pertamina sebagai produsen tabung gas 3 kg. secara hukum, Pertamina sebagai korporasi tidak dapat dibebani tanggung jawab pidana. Hal ini sesuai dengan system pertanggung jawaban yang dianut oleh KUHP, pasal 59 KUHP yaitu bahwa korporasi tidak dapat dibebani pertanggung jawaban pidana dikarenakan korporasi tidak memiliki kalbu atau niat untuk berbuat jahat, namun yang dapat dikenakan sanksi pidana adalah pengurus dari korporasi itu sendiri yang memiliki kalbu untuk melakukan kejahatan. Pertanggungjawaban pertamina sebagai korporasi dilihat hanya pada saat produksi tabung gas elpiji 3 kg serta pengisiannya. Apakah terdapat kesalahan dalam produksi yang menyebabkan cacat sehingga menyebabkan korban. Secara umum Pertamina hanyalah rekanan pemerintah dalam menjalankan program konversi pada bagian penyediaan tabung elpiji. Sehingga permasalahan yang muncul akibat dari ledakan tabung elpiji 3kg, bukan hanya menjadi tanggung jawab Pertamina selaku produsen tabung tetapi juga menjadi tanggung jawab Pemerintah yang merupakan program Pemerintah. C. Pendapat dan Saran Pada dasarnya Pemerintah memiliki suatu niat dari kebijakan yang dikeluarkannya. Salah satu niat Pemerintah terhadap kebijakan konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat. Serta untuk menjamin ketersediaan energy gas bumi dibanding dengan energy minyak bumi yang semakin menipis. Sebuah kebijakan hendaknya dapat dilihat dari berbagai sisi. Dari sisi Pemerintah, adalah sebagai upaya penghematan energy dan juga pengeluaran subsidi minyak yang memakan biaya yang cukup besar. Sedangkan dari sisi masyarakat adalah perlunya bahan bakar yang aman, mudah digunakan dan terjangkau. Untuk mencapai suatu tujuan yang baik dari kebijakan konversi ini, hendaknya perlu dukungan dari seluruh pihak yang berkait baik Pemerintah, swasta, serta masyarakat sebagai konsumen. Tidak mudah memang untuk melepas sebuah subsidi seperti subsidi minyak. Tak hanya masalah ekonomi semata, namun juga

5 masalah social, budaya hingga politik. Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dari ledakan tabung gas elpiji 3 kg, pemerintah beserta pihak-pihak terkait harus lebih aktif dalam mensosialisasikan penggunaan elpiji yang baik dan benar sehingga aman untuk digunakan. Pemerintah juga harus mengawasi secara ketat peredaran tabung elpiji 3 kg agar tidak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Memang bagi sebagian besar masyarakat, berpindah kebiasaan menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar merupaka sesuatu yang memerlukan perubahan social, budaya dan ekonomi. Karna kita ketahui secara ekonomi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu untuk menyesuaikan dengan apa yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan ini semua merupakan tanggung jawab bersama guna mencapai suatu tujuan bersama. D. Daftar Pustaka DAKAN_TABUNG_GAS_TAK_BISA_DIANGGAP_SEPELE/ gevaluasi-konversi-gas %20Aturan%20Umum%20KUHP.rtf

6 Konversi Energi Berbasis Masyarakat 23 Jun 2010 Opini Suara Karya Oleh Solemanto Secara ekonomis, tak perlu diragukan keberhasilan program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg. Dari 44,6 juta paket konversi yang didistribusikan hingga pertengahan 2010, setidaknya telah menghemat minyak tanah sebanyak 7,584 juta kiloliter (kl) dan pengeluaran negaja hingga Rp 12,29 triliun. Program konversi ini juga mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sekitar Rp per bulan (36 persen) dengan pasokan harga minyak tanah Rp per liter atau Rp per tahun. Masalahnya sekarang, program konversi minyak tanah ke LPG dihadapkan pada berbagai insiden yang menyebabkan jatuhnya korban dan kerugian materi. Insiden ini bisa dipicu oleh aspek teknis, aspek sosial budaya (perubahan kultur), dan masih terbatasnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan LPG.Dari aspek teknis, hingga kini belum ditemukan insiden di berbagai daerah tentang tabung LPG yang meledak. Tentu saja, karena tabung LPG dirancang dengan tekanan 120 bar, sedangkan tekanan LPG yang ada di dalam tabung hanya sekitar 7 hingga 10 bar. Insiden lebih banyak karena kerusakan aksesori mulai dari kebocoran regulator, selang, kompor, sampai karet. Identifikasi penyebab insiden ini sangat penting supaya lebih fokus pada penanganan insiden LPG 3 kg.pertamina-sebagai operator dalam program konversiakan melakukan segala hal yang berkaitan dengan LPG 3 kg yang menjamin kualitas dan pengamanan distribusinya. Mulai dari pengecekan sebelum tabung diisi LPG hingga setelah tabung diisi di stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE). Pertamina juga akan mengecek seluruh tabung dengan menenggelamkan di air supaya kebocoran tabung terdeteksi. Pengecekan tidak memakai random, tapi seluruh tabung dalam program konversi. Masyarakat pengguna kini lega karena Pertamina telah memutuskan untuk menarik seluruh karet [rubber seal) diganti dengan rubber seal yang baru. Karet baru itu nantinya berwarna khusus, berbeda dengan seals yang dijual di pasaran yang tak dijamin kualitasnya.secara sosial dan budaya, konversi membutuhkan sebuah transformasi. Program ini tak sekadar membagikan paket konversi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai baru penggunaan energi secara hemat dan aman, karena LPG termasuk jenis bahan bakar high explosive. Perubahan ini tentu membutuhkan edukasi, mulai dari bagaimana. memperlakukan dan menggunakan LPG secara aman, mendeteksi, hingga menangani bila terjadi kebocoran. Edukasi telah dilakukan, yaitu sosialisasi melalui media. Namun, secara motorik, sosialisasi melalui media harus dilengkapi dengan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat untuk mendidik bagaimana menggunakan LPG 3 kg secara aman. Di sinilah dibutuhkan partisipasi publik, khususnya di tataran akar rumput.adanya prakarsa masyarakat Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara, untuk membentuk Komunitas Pengguna LPG 3 Kg kiranya perlu terus didorong. Partisipasi masyarakat Rawa Badak ini bisa menjadi model untuk membangkitkan

7 partisipasi publik dalam menyosialisasikan penggunaan LPG 3 kg secara langsung oleh masyarakat itu sendiri. Mengawal Program Dalam proses transformasi, program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg membutuhkan dukungan stakeholder yang lebih luas. Program ini harus dikawal bersama oleh semua departemen, institusi, dan masyarakat melalui peran dan tugas masing-masing. Semua perlu bersinergi untuk ikut mengedukasi, mengawasi, dan mengawal masyarakat agar bisa menggunakan LPG 3 kg secara aman. Pertamina, sebagai operator, bertanggungjawab atas pengisian tabung LPG dan distribusinya kepada masyarakat melalui agen. Sementara, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memastikan tabung LPG dan aksesorinya sudah terpasang dengan baik dan tidak bocor. Bila mencium bau khas LPG, mereka tidak diperkenankan menyalakan api, baik api kompor, korek api, maupun listrik. Untuk masyarakat, perlu ditumbuhkan budaya safety. Bila karet selang LPG bocor, harus diganti. Begitu juga dapur penempatan LPG 3 kg. Masyarakat harus mampu memperlakukan LPG secara aman. Misalnya, memberikan lubang ventilasi di dapur serta meletakkan kompor tidak berdekatan dengan tabung.sementara itu, pihak perindustrian bertugas mengawasi pabrikan LPG 3 kg dan memastikan barang-barang tersebut telah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Perindustrian akan menghadapi banyak masalah. Misalnya, hingga kini terdapat 70 pabrikan produksi tabung LPG 3 kg. Jika diasumsikan setiap pabrikan menghasilkan 1 juta tabung per tahun, setiap tahun akan diproduksi 70 juta tabung. Sementara, kebutuhan Pertamina untuk mengganti tabung yang rusak hanya berkisar 10 juta tabung Dari gambaran tersebut, terdapat over supply tabung sebesar 60 juta tabung per tahun. Pemerintah perlu mengawasi over supply tersebut karena tabung LPG 3 kg ada regulasinya. Tidak bisa diperjual belikan secara bebas, tetapi diatur, mulai bahannya, bentuknya, besarnya, sampai standar keselamatannya.kewenangan mengelola tabung ada pada Pertamina karena tabung itu bukan milik masyarakat. Kalau masyarakat membeli tabung, tak perlu memikirkan bagaimana reparasi-nya bila terjadi kerusakan. Selama ini yang mereparasi tabung adalah Pertamina. Di sinilah dibutuhkan peran institusi perdagangan. Mereka bisa melakukan pengawasan terhadap peredaran tabung LPG di pasaran apakah barang-barangyang berkait dengan LPG 3 kg sudah sesuai dengan SNI atau tidak. Bila ada penyimpangan, mereka harus berani melarang dan menghentikannya.diduga, kini banyak barang impor berkait dengan LPG 3 kg.misalnya, ada impor selang karet. Awalnya, izin impor itu untuk peralatan kimia. Namun, di pasar diduga selang tersebut dipotong-potong menjadi selang LPG Terhadap barang seperti itu, pihak perindustrian dan perdagangan memiliki peran penting untuk memastikan apakah barang tersebut sesuai dengan SNI dan sah-tidaknya diperdagangkan di masyarakat. Dirjen Migas ESDM juga harus bertanggung jawab terhadap implementasi aturan siapa yang boleh menggunakan LPG 3 kg, spesifikasi barang gas, maupun aspek pengamanan. Dirjen Migas bisa melarang penjualan LPG 3 kg yang tak sesuai sistem pergudangannya.sementara untuk menjamin terjadinya perubahan budaya dari minyak tanah ke LPG yang aman. Kementerian Sosial, Ke- menterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), serta pemerintah daerah-dalam hal ini pemerintah kabupaten dan kota-turut memikul

8 tanggung jawab. Mereka bisa menjadi ujung tombak untuk menggerakkan seluruh elemen masyarakat dan aparat paling bawah untuk aktif melakukan sosialisasi penggunaan LPG 3 kg secara aman.melalui pendekatan lintas sektoral inilah diharapkan akan mampu mengawal program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg. ***Penulis adalah peneliti dari Elpiji, Mudah, Murah, Ramah Lingkungan HAMPIR tiga tahun program konversi minyak tanah ke elpiji berlangsung. Beragam problem atau kendala mewarnai prosesnya. Bahkan beberapa musibah, meledaknya tabung elpiji 3 kilogram, juga sempat menghambat proses sosialisasi program pemerintah ini. Kendala adalah hal biasa mengingat yang penting adalah solusi penyelesaiannya segera muncul dan bisa mengatasi. Akhirnya, memang pemanfaatan elpiji sebagai bahan bakar konsumen rumah tangga bisa diterapkan. Sementara di sisi lain sosialisasi kepada masyarakat juga masih berlangsung, seiring perluasan wilayah konversi. Jika selama ini ada musibah seperti ledakan tabung gas, pasti hal itu terkait dengan faktor kualitas tabung berikut peralatan pendukungnya. Harus diakui, sebagian besar rumah tangga belum terbiasa memanfaatkan elpiji sebagai bahan bakar, di samping sikap apatis masyarakat terhadap persoalan tata laksana kebijakan program konversi minyak tanah ke elpiji. Kasus atau persoalan musibah menyangkut pemanfaatan elpiji sebagai bahan bakar bagi konsumen rumah tangga, kini berangsur terus berkurang dan jarang terdengar lagi. Kalaupun ada, jumlahnya sangat tidak sebanding dengan tambahan jumlah konsumen baru pengguna elpiji. Keberhasilan Hal itu berkaitan langsung dengan keberhasilan sosialisasi yang dilakukan pihak terkait, sehingga mampu menggaet dan menyadarkan masyarakat awam akan pentingnya elpiji sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan bahan bakar elpiji dibanding minyak tanah, antara lain karena didukung dua hal. Pertama; konsumen yang notabene ibu-ibu rumah tangga makin mengetahui tata cara yang aman dalam menggunakan elpiji. Kontroversi dan musibah karena ledakan tabung yang pernah terjadi, ditambah pengalaman pemanfaatan elpiji sebagai bahan bakar, secara sosial-edukatif terus disikapi konsumen sebagai proses pembelajaran. Sebab dari proses itulah masyarakat akhirnya menguasai penggunaan teknis elpiji, yang memang merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar masyarakat kita, secara aman dan tidak mengkhawatirkan. Faktor pendukung kedua, adalah meningkatnya kualitas kinerja pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam proses tata laksana program konversi minyak tanah

9 ke elpiji di berbagai tempat atau lapangan, serta peran serta masyarakat yang bisa menerima dengan tangan terbuka kehadiran para petugas tadi. Dua faktor pendukung itu secara langsung menjadi motivator bagi terus berlangsungnya program konversi. Maka pemerintah pun akan terus melaksanakan program konversi minyak tanah ke elpiji bagi konsumen rumah tangga, yaitu konsumen yang mempunyai legalitas penduduk, yang menggunakan minyak tanah untuk memasak dalam lingkup rumah tangga dan yang tidak mempunyai kompor gas. Lebih Bersih Kenapa keharusan pemakaian elpiji terus didengung-dengungkan? Tentu karena beragam manfaat yang ada dibanding jika menggunakan minyak tanah. Dilihat dari pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar, misalnya, pembakaran elpiji ternyata lebih bersih dibandingkan minyak tanah. Pembakaran minyak tanah menghasilkan uap hidrokarbon. Bahkan karena terlalu pekatnya, uap dari pembakaran itu bisa dikenali warnanya yang hitam meski halus dan ringan, dan baunya menusuk penciuman. Dampak lain, sisa pembakarannya bisa menempel di dinding ruang pembakaran atau biasanya di ruang dapur. Bukan itu saja, sisa pembakaran juga bisa mengotori benda-benda lain yang ada di sekitarnya. Berbeda dari pembakaran elpiji. Dalam keadaan tidak bocor, gas elpiji tidak mengeluarkan bau, sehingga pemanfaatannya sebagai bahan bakar memiliki risiko kesehatan yang lebih kecil dibandingkan minyak tanah. Dalam keadaan selang pembakarannya terkontrol, elpiji hanya akan habis dimakan api. Pemanfaatan elpiji lebih praktis. Jika kita atau masyarakat menemukan proses pembakaran elpiji yang mengeluarkan bau gas maka hal itu artinya ada selang atau tabung yang bocor. Sebagai tuntutan yang alamiah maka sepatutnyalah konsumen berhati-hati dalam menggunakan elpiji sebagai bahan bakar. Di sinilah pentingnya faktor sosialisasi. Seringkali pemerintah menyerukan, bahwa pada saatnya persediaan minyak tanah akan menipis, bahkan habis, sehingga perlu kesadaran masyarakat untuk hemat memakainya. Dari sisi itu, program konversi minyak tanah ke elpiji bukan saja merupakan alternatif untuk menyiasati krisis bahan bakar minyak tanah melainkan secara ekologis juga diharapkan dalam skala terbatas turut mendukung proses pengurangan deforestasi dan degradasi lingkungan. Kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji dalam skala terbatas dapat mengurangi pemanfaatan kayu bakar yang diambil dari kawasan lingkungan sekitar.

10 Ramah Lingkungan Penegasan dari manfaat penggunaan elpiji sebagai bahan bakar adalah, penggunaan elpiji jauh lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan minyak tanah. Elpiji merupakan senyawa hidrokarbon yang dikenal sebagai butana, propana, isobutana atau campuran butana dengan propana, yang secara umum bersifat bersih, tidak beracun, tidak berwarna, tingkat polusi udara dari gas buang rendah, dan tidak meninggalkan residu apabila menguap, serta tidak menyebabkan karat pada besi dan tabung kemasan. Bandingkan dengan minyak tanah. Kompor tempat memasak terkadang penuh kotoran hitam hasil dari sisa pembakaran. Itu terjadi karena minyak tanah menghasilkan uap hidrokarbon yang sangat pekat. Belum lagi polusi yang ditimbulkan, serta kondisi ruangan yang ikut kotor. Minyak tanah menghasilkan gas hidrokarbon dan gas karsinogenik yang bisa memicu sel penyakit kanker atau penyakit lainnya. Sedangkan pembakaran dengan menggunakan gas elpiji tidak akan meninggalkan sisa pembakaran seperti bahan bakar lain. Ruangan dapur akan terjamin kebersihannya. Kepuasan memasak yang optimal dan cepat bisa diperoleh. Bahan bakar elpiji menjanjikan banyak kemudahan dan kenyamanan dibanding bahan bakar lain. Daya pemanas elpiji mampu menghasilkan 60 persen, artinya memasak dengan elpiji membutuhkan waktu lebih sedikit dibanding dengan bahan bakar lain. Konsumsi pemakaian bahan bakar gas untuk keperluan rumah tangga, menurut perhitungan sekitar gram gas elpiji setiap jamnya. Kelebihan dan segala kemudahan itu akhirnya menyadarkan masyarakat akan penting dan perlunya beralih ke bahan bakar elpiji. Tidak hanya ibu-ibu rumah tangga, masyarakat dari kalangan usaha kecil pun banyak yang beralih menggunakan elpiji. Melihat dampak positif tersebut, tidak ada alasan untuk menghentikan program sosialisasi. Justru sebaliknya program sosialisasi dan konversi itu bisa terus dilakukan, dan masyarakat harus mendukung. Sebab program konversi minyak tanah ke elpiji itu tidak hanya menolong masyarakat dari ancaman kelangkaan minyak tanah, tetapi juga sebagai upaya menyelamatkan lingkungan. Untuk mendukung keberhasilan semua program itu, diperlukan kualitas kinerja para pihak yang bertanggung jawab dalam program konversi. (Doktor Abu Rokhmad, dosen IAIN Walisongo Semarang-12)

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pertamina Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat pada akhir akhir ini menyebabkan semakin dibutuhkannya sumber daya energi, Manusia sangat banyak

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

Tips Mencegah LPG Meledak

Tips Mencegah LPG Meledak Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, masyarakat sudah berbodong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE.

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE. LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU Oleh : Marzolina.SE.MM NIP.19660313199002 2 001 Raden Lestari G.SE.MM NIP.19680613199032002

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI MIGAS

DATA DAN INFORMASI MIGAS DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi saling ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan hubungan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 43 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak tanah merupakan salah satu dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang keberadaannya disubsidi oleh Pemerintah. Setiap tahunnya Pemerintah menganggarkan dana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM PADA TINGKAT PANGKALAN DAN PENGECER DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsidi energi, baik listrik maupun BBM menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah indonesia saat ini telah mencanangkan kepada masyarakat agar mengganti bahan bakar minyak beralih menggunakan bahan bakar gas untuk keperluan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Publik 2.1.1 Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah Keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi dan perasaaan yang mendorongnya untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi memainkan peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Remi (2008)

Lebih terperinci

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*) WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM Oleh: Nirwan Ristiyanto*) Abstrak Melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2014, pemerintah mengambil kebijakan memotong

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor termasuk krisis minyak dunia yang juga melibatkan Indonesia, dalam kasus ini semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain, A. Latar Belakang Setiap tahun pemerintah mengeluarkan dana untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Jumlah subsidi BBM yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), selain cenderung

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG Program pemerintah untuk membebaskan Indonesia dari subsidi BBM pada tahun 2015 terlihat semakin pesimistis. Hal ini diakibatkan ketidakseriusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Indonesia begitu gencarnya mensosialisasikan konversi / penggantian bahan bakar dari minyak tanah ke gas, yakni LPG (elpiji)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya

Lebih terperinci

Kenapa Tabung Elpiji Meledak?

Kenapa Tabung Elpiji Meledak? Kenapa Tabung Elpiji Meledak? Object : Kenapa Tabung Elpiji Meledak-Sekedar pengetahuan untuk dicermati...(kalu nggak bisa jadi Senjata Pemusnah Massal Berbagai Negara) page 1 / 20 page 2 / 20 page 3 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini bisnis dibidang energi merupakan bisnis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam membantu kebutuhan manusia setiap harinya. Pada tahun 2007

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung mengalami peningkatan dari

Lebih terperinci

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007 Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG Agustus 2007 Latar Belakang Perlunya penghematan subsidi yang diberikan kepada minyak tanah, terutama karena harga minyak dunia selalu meningkat. Dampak lainnya:

Lebih terperinci

PT ASURANSI WAHANA TATA. aswata. cerita berbagi. Berbagi Pengalaman, Memberi Solusi #Seri Kenangan Yang Hilang. 2/4/2015 Marketing Retail Dept.

PT ASURANSI WAHANA TATA. aswata. cerita berbagi. Berbagi Pengalaman, Memberi Solusi #Seri Kenangan Yang Hilang. 2/4/2015 Marketing Retail Dept. aswata cerita berbagi Berbagi Pengalaman, Memberi Solusi #Seri Kenangan Yang Hilang Pembawa Cerita Hari ini PT ASURANSI WAHANA TATA Dewi Setiawati Department Head Marketing Retail PT Asuransi Wahana Tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan

I. PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial rakyatnya, terutama yang berkaitan dengan hajat hidup oarng banyak berdasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS/LPG DAN TABUNG LPG 3 KILOGRAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah 84 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Prinsip tanggung jawab yang digunakan tentang tanggung jawab PT Pertamina Persero kepada konsumen yang menjadi korban ledakan Gas adalah tanggung jawab mutlak (strict liability),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional diberbagai lapangan usaha. Perkembangan UMKM & Usaha Besar

BAB I PENDAHULUAN. nasional diberbagai lapangan usaha. Perkembangan UMKM & Usaha Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) salah satu bagian terpenting dalam perekonomian pada suatu negara, bahkan di Indonesia. UMKM dipandang salah satu faktor penyelamat

Lebih terperinci

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami 1 BAB I : PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam pembangunan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun tentunya tidak bisa lepas dari kekurangan. Pendapatan

Lebih terperinci

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman sudah semakin berkembang dan modern. Peradaban manusia juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus berpikir bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk pada usaha di bidang penjualan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN SAFETY BODY COVER (SBC) REGULATOR LPG 3KG BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN SAFETY BODY COVER (SBC) REGULATOR LPG 3KG BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN SAFETY BODY COVER (SBC) REGULATOR LPG 3KG BIDANG KEGIATAN PKM KARSA CIPTA Diusulkan oleh : Arie Fandy L 6105806 / Angkatan 2010 (Ketua Kelompok) Fransiskus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK Oleh : Romi Ariandy Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya energi yang ada di bumi. Gas alam adalah salah satu hasil tambang dalam bentuk gas yang terdiri dari metana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali

BAB I PENDAHULUAN. Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali berkembang dengan cepat, hal ini selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas total ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas total ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah PT Pertamina Persero yang dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bertugas mengelola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Sikap sekelompok orang terhadap orang lain dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis diakibatkan sumber daya alam ini tidak dapat diperbaharui dan juga diakibatkan jumlah penduduk di dunia yang meningkat.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LIQUEFIED PETROLEUM GAS UNTUK KAPAL PERIKANAN BAGI NELAYAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Lia Maryani Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang PENDAHULUAN Ketahanan energi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. Konsumsi bahan bakar minyak dari tahun ke tahun meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi dalam perkembangannya diolah menjadi berbagai macam produk seperti

BAB I PENDAHULUAN. bumi dalam perkembangannya diolah menjadi berbagai macam produk seperti BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi. Sumber energi dapat berasal dari bahan tambang maupun non tambang. Sumber energi yang berupa bahan tambang misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara

BAB I PENDAHULUAN. ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia yang sedang berjalan sekarang ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Hal ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2016 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERAN HUMAS PT.PERTAMINA (PERSERO) BBM RETAIL REGION IV DALAM MENYELESAIKAN KASUS KECELAKAAN GAS ELPIJI 3 KG YANG TERJADI DI WILAYAH JATENG & DIY

PERAN HUMAS PT.PERTAMINA (PERSERO) BBM RETAIL REGION IV DALAM MENYELESAIKAN KASUS KECELAKAAN GAS ELPIJI 3 KG YANG TERJADI DI WILAYAH JATENG & DIY PERAN HUMAS PT.PERTAMINA (PERSERO) BBM RETAIL REGION IV DALAM MENYELESAIKAN KASUS KECELAKAAN GAS ELPIJI 3 KG YANG TERJADI DI WILAYAH JATENG & DIY TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Lebih terperinci

KAJIAN KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS ELPIJI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS ELPIJI DI PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS ELPIJI DI PROVINSI SUMATERA UTARA Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UISU Abstrak Konversi Minyak Tanah ke LPG merupakan program pemerintah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pers menurut Ronald D. Smith adalah

BAB I PENDAHULUAN. pers menurut Ronald D. Smith adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Press release atau yang dalam bahasa Indonesianya disebut sebagai siaran pers menurut Ronald D. Smith adalah a communication format commonly used by organization to

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 29/05/35/Th.XIII, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL INFLASI 0,39 PERSEN Pada bulan April Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Semua

Lebih terperinci