BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Publik Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah Keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi dan perasaaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tersebut (Adam,2005:17). Bintoro (1989:207) memberikan pendapat bahwa Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program pembangunan. Bappenas dan Depdagri mendefinisikan partisipasi secara lebih tegas. Bahwa partisipasi adalah sebuah prinsip dimana setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai proses, partisipasi merupakan sebuah metode yang digunakan dalam pembentukan kebijakan dengan melibatkan seluruh stakeholders. Sedangkan secara prinsip, partisipasi adalah pegangan atau bisa juga disebut pedoman yang harus dilaksanakan dalam pembuatan kebijakan oleh karena adanya sebuah hak dan kewajiban. Hak di sisi masyarakat dan kewajiban di sisi pembentuk kebijakan. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat (baik fisik maupun mental) dalam upaya ikut serta 7

2 mendukung suatu kegiatan atau program yang ada yang menyangkut kepentingan bersama. Di masa Reformasi saat ini, partisipasi dapat diniliai sebagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam proses politik yang seluas-luasnya baik dalam proses pengambilan keputusan, pengawasasan, dan pelaksanaan atas kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka Peran Partisipasi dalam Kebijakan Publik Salah satu kunci utama dari pengelolaan kebijakan yang berkualitas dapat ditunjukkan dari tingginya intensitas partisipasi publik. Menurut Sinambela (2008:37) pemahaman terhadap konsep partisipasi dalam banyak hal sering diartikan secara sederhana sebagai peran serta dalam suatu lingkungan kegiatan. Konsep peran serta daam pengambilan keputusan dapat dijelaskan bahwa, peran serta (partisipasi) menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak (individu atau kelompok) yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Tidak berjalannya partisipasi dalam sebuah proses pembuatan kebijakan akan berdampak buruk. Kebijakan yang dihasilkan tidak akan sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang sesungguhnya dialami oleh masyarakat. Kontrol masyarakat akan berkurang, dan potensi penyimpangan pelaksanaan kebijakan akan terjadi. Sehingga kebijakan yang dihasilkan juga tidak akan berpihak pada kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dirasakan oleh masyarakat. 8

3 Tujuan utama dari pasrtisipasi adalah mempertemukan seluruh kepentingan yang sama dan yang berbeda dalam suatu proses perumusan dan penetapan kebijakan (keputusan) secara proporsional untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh oleh kebijakan yang akan ditetapkan didalamnya. Dimana pelibatan masyarakat luas (publik) dalam proses pembuatan sebuah kebijakan merupakan suatu cara yang efektif untuk menampung berbagai kepentingan yang berbeda. Pengikutsertaan publik yang terwujud dalam perencanaan yang partisipasi dapat membawa keuntungan substantif, dimana keputusan publik yang diambil akan memberi rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan. Menurut Friedmann dalam Sinambela (2008 : 38) pendekatan partisipatif merupakan suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama (collective agreement) melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangungan. Bentuk Partisipasi masyarakat dilihat dari : 1. Keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan kebijakan yang akan dibuat dengan cara turut serta menyumbangkan ide, tenaga, maupun dana (sebelum kebijakan itu dibuat). 2. Melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan (setelah kebijakan itu dibuat). 9

4 2.2 Teori Monopoli Pengertian dan Karakteristik Perusahaan Monopoli Menurut Sukirno (2003:266) monopoli adalah suatu bentuk pasar hanya terdapat satu perusahaan saja. Dimana perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat dan biasanya keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan monopoli adalah keuntungan melebihi normal dan diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang dihadapi perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Menurut Sumanjaya (2009:131) perusahaan pesaing monopolistik mempunyai karakteristik : 1. Hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi. 2. Bahan baku dikuasai penjual. 3. Harga ditentukan oleh penjual. 4. Produk tidak dapat disubtitusi Hal serupa juga diungkapkan oleh menurut Sukirno (2003:266), dimana menurutnya cirri-ciri pasar monopoli adalah : 1. Pasar monopoli adalah industri satu penjual. Hal ini merupakan ciri utama pasar monopoli dimana hanya ada satu penjual di pasar. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain,sehingga kalau mereka menginginkan barang tersebut maka mau tidak mau mereka harus membelinya dari perusahaan monopoli tersebut. 2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. 10

5 Didalam pasar monopoli sangat sulit ditemukan barang-barang yang mirip dengan barang yang dijual dipasar monopoli yang dapat menggantikan barang tersebut. Dengan kata lain, barang-barang yang dijual di pasar monopoli tidak dapat diganti dengan barang lain yang memiliki manfaat yang sama. Sehingga, mau tidak mau konsumen tetap menggunakan barang atau jasa tersebut. Contohnya listrik, dimana listrik tidak dapat digantikan oleh apapun yang mirip. Apabila listrik mengalami gangguan, lampu minyak tanah atau lilin dapat digunakan sebagai alternatif untuk menerangi. Tetapi lampu minyak tidak dapat menggantikan fungsi listrik untuk memanaskan setrika atau menyalakan televisi. 3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri. Sifat ini merupakan sebab utama yang membuat sebuah perusahaan mempunyai kekuasaan monopoli. Hal ini dikarenakan terdapat hambatanhambatan yang membuat perusahaan lain tidak bisa masuk kedalam pasar monopoli. Hambatan ini ada yang bersifat legal,yaitu dibatasi oleh undangundang. Ada yang bersifat teknologi, dimana teknologi yang digunakan sangat canggih sehingga sulit dicontoh dan ada pula yang bersifat keuangan, yaitu modal yang diperlukan sangat besar. 4. Dapat mempengaruhi penentuan harga. Karena perusahaan monopoli merupakan perusahaan satu-satunya dipasar, maka penentuan harga ditentukan sepenuhnya oleh perusahaan. Dimana dalam hal ini perusahaan monopoli bertindak sebagai price setter atau penentu harga. Dalam hal ini, para pembeli tidak dapat melakukan apa-apa kecuali menerima harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan monopoli. 11

6 5. Promosi iklan kurang diperlukan. Perusahaan monopoli tidak perlu melakukan promosi iklan untuk memasarkan produknya karena konsumen yang memerlukan barang yang diproduksikannya terpaksa membeli mau tidak mau tanpa terpengaruh dengan iklan. Apabila pasar monopoli mengadakan iklan, hal tersebut dilakukan hanya untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terwujudnya pasar (perusahaan) monopoli disebabkan oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Perusahaan monopoli memiliki suatu sumber daya yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain. Salah satu sumber penting dari adanya monopoli adalah pemilikan suatu sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh orang atau perusahaan lain. Maksudnya, tidak ada perusahaan lain yang memiliki sumber daya tersebut. Keunikan barang atau sumber daya tersebut akan dijadikan sebagai suatu ciri khas atau sesuatu yang unik yang tidak dimiliki perusahaan lain sehingga dengan mudah dapat menarik perhatian konsumen. 2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economies of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi. Saat ini perkembangan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Berbagai kegiatan ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi hampir seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Keadaan seperti ini berarti suatu perusahaan hanya akan menikmati skala 12

7 ekonomi yang maksimum apabila tingkat produksinya sangat besar jumlahnya. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli. Suatu industri yang skala ekonominya mempunyai sifat seperti yang diterangkan di atas adalah jenis perusahaan monopoli alamiah atau natural monopoly. Monopoli alamiah pada umumnya dijumpai dalam perusahaan jasa umum (utilities) seperti perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telepon, dan perusahaan amgkutan kereta api. 3. Monopoli wujud dan berkembang melalui undang-undang Monopoli ini terjadi akibat adanya undang-undang atau hak khusus yang diberikan pemerintah kepada suatu perusahaan untuk melakukan monopoli. Biasanya pemerintah memberi monopoli kepada perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Semua ketentuan monopoli ini diatur oleh undang-undang Kelebihan dan Kekurangan Monopoli Dalam perkembangannya, Perusahaan monopoli memiliki berbagai kekurangan dan kelebihan. Menurut Sukirno (2003:291) kelebihan yang dimiliki Perusahaan monopoli apabila berkembang dengan baik adalah : a. Apabila menikmati skala ekonomi, biaya produksi lebih murah daripada firma pasar persaingan sempurna, dan tingkat produksi lebih besar. b. Mutu barang semakin meningkat dan harganya semakin murah apabila perusahaan terus menerus melakukan pengembangan dan inovasi. 13

8 c. Kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan apabila monopoli dapat terus menghasilkan barang yang lebih murah dan lebih bermutu. Namun apabila perusahaan monopoli tidak berkembang, keburukan yang mungkin ditimbulkan adalah : a. Harga barang lebih mahal dan tingkat produksi lebih rendah di pasar persaingan sempurna. b. Barang yang dihasilkan tidak banyak mengalami perubahan. c. Kesejahteraan masyarakat lebih buruk daripada yang diwujudkan oleh pasar persaingan sempurna Pertamina Sebagai Perusahaan Monopoli PT Pertamina (Persero) merupakan sebuah perusahaan monopoli untuk yang menyediakan bahan bakar minyak di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. mengingat Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang dikuasai negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 14

9 B egitu pula dalam hal penyediaan gas elpiji. Pemerintah telah menunjuk Pertamina sebagai satu-satunya pemasok LPG 3 Kg untuk melaksanakan konversi energi. Didalam penyelenggaraan, penyediaan dan pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, berdasarkan peraturan Menteri ESDM No.21 Tahun 2007 menteri menugaskan pelaku usaha, penyedia dan pendistribusi LPG dengan memenuhi syarat-syarat yang tertuang dalam pasal 5 ayat 2 yaitu: a. Badan usaha telah memiliki izin usaha niaga umum LPG untuk melaksanakan penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg; b. Memiliki aset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang; c. Jaminan ketersediaan pasokan LPG tabung 3 Kg; d. Memiliki kemampuan dalam menyediakan infrastruktur dan jaringan untuk penyediaan dan pendistribusian LPG tabung 3 Kg di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada saat ini Pertamina satu-satunya perusahaan yang dapat memenuhi persyaratan diatas sehingga Pertamina satu-satunya perusahaan yang menangani masalah LPG bersubsidi saat ini. Salah satu syarat yang dapat menciptakan hambatan masuk bagi pelaku usaha lainnya untuk dapat ikut mendistribusikan LPG 3 Kg adalah persyaratan untuk memiliki asset kilang pengolahan BBM dan LPG dalam negeri termasuk pengembangannya dalam jangka panjang yang belum dimiliki perusahaan lain. PT Pertamina (Persero) ditunjuk sebagai pelaksana program konversi secara nasional termasuk untuk menentukan proses produksi, distribusi, 15

10 pengembangan usaha, pemasaran, dan rencana pembentukan strategi komunikasi untuk penggunaan LPG 3 KG. Sebagai satu-satunya perusahaan yang menangani kebutuhan konversi energi ini, PT Pertamina harus mampu memprediksi kebutuhan pasar dan mendistribusikan LPG kepada konsumen dengan baik. Dalam penentuan harga, Pertamina tidak bisa menentukan sendiri HET (harga eceran tertinggi) LPG 3 Kg seperti perusahaan monopoli pada umumnya. Dalam menentukan harga Pertamina harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari DPR dan juga Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam mengkaji dan menetapkan harga LPG 3 Kg. 2.3 Konversi Minyak Tanah ke Gas Pengertian Konversi Dalam kamus Bahasa Indonesia, konversi adalah (1) perubahan di satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain; (2) perubahan pemilikan atas suatu benda, tanah, dan sebagainya; (3) perubahan suatu bentuk (rupa, dsb) kebentuk (rupa, dsb) yang lain. Menurut Pertamina sendiri selaku pihak yang ditunjuk pemerintah dalam melaksanakan program konversi ini mengungkapkan bahwa : Program konversi minyak tanah ke elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke elpiji beserta isinya, kompor gas dan aksesorisnya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah. 16

11 Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Konversi minyak tanah ke gas berarti peralihan penggunaan minyak tanah ke gas. Dimana Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia yang menyentuh angka US$ 100 per barel. selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan. Program konversi ini memiliki target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target rumah tangga yang dikenakan program konversi ini antara lain adalah: - Ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan - Pengguna minyak tanah murni - Kelas sosial C1 ke bawah (keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5 juta Rupiah perbulan) 17

12 - Serta penduduk yang sah pada daerah tempat konversi tersebut dilakukan yang dibuktikan dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat. Sedangkan Usaha Mikro yang dikenakan program konversi ini antara lain harus memiliki syarat: - Usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam usahanya - Penduduk legal dari tempat konversi dilakukan serta memiliki surat keterangan usaha dari pemerintah kelurahan setempat. Apabila dalam proses distribusi LPG 3 Kg secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga atau Usaha Mikro) yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria berhak mendapatkan paket LPG 3 Kg secara gratis, maka dapat diberikan paket LPG 3 Kg dengan melampirkan : surat keterangan dari kelurahan setempat, atau surat keterangan RT/RW setempat, atau berita acara serah terima distribusi antara konsultan dengan penerima paket dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang bersangkutan. Konversi minyak ke gas ini dilakukan secara bertahap oleh pemerintah yang dimulai sejak awal januari Pada Tahun 2007 pemerintah melakukan program konversi ini didaerah Jawa dan Bali, dan ditahun berikutnya pemerintah melakukan konversi didaerah Medan, Ria, Palembang, Jawa, Bali, Balikpapan, dan Makasar. Ditahun 2009 pemerintah kembali fokus untuk menyalurkan LPG keseluruh daerah Jawa dan Bali. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini : 18

13 TAHUN Tabel 2.1 Tahapan Wilayah Pengalihan Minyak Tanah ke LPG KK TERKONVERSI (TAHUN BERJALAN) VOLUME LPG (MT) (KUMULATIF) WILAYAH Jawa dan Bali ,93 Medan, Riau, Palembang, Balikpapan, Makassar ,06 Seluruh Jawa Bali ,63 Luar Jawa ,97 Luar Jawa ,80 Luar Jawa Sumber : (diakses tanggal 10 November 2011) yaitu : Dalam melakukan program konversi ini, ada beberapa institusi yang terlibat - Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai institusi pengadaan kompor dan aksesorisnya serta mendistribusikannya ke masyarakat dengan bekerja sama dengan PT Pertamina. - Pihak kedua adalah PT Pertamina yang bertugas menyediakan tabung dan isi LPG yang akan dibagikan. - Pihak ketiga adalah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan yang bertugas mensosialisasikan konversi ini kepada masyarakat luas Penghematan Subsidi Program Konversi Sejak mulai tahun 2007 hingga akhir 2010 sudah di salurkan LPG sebanyak sekitar Ribu Metrik Ton. Sedang Minyak Tanah yang sudah berhasil ditarik mencapai sekitar Ribu Kilo Liter. Penarikan Minyak Tanah yang selama 19

14 ini disubsidi telah memberikan pengaruh ekonomi secara nyata bagi keuangan negara berupa penghematan dana subsidi. Secara total besaran nilai penghematan subsidi yang berhasil dilakukan hingga akhir 2010 mencapai Rp 25,21 Triliun. Penghematan subsidi program konversi ini dapat dilihat ditabel dan grafik dibawah ini: Tabel 2.2 Penghematan Subsidi Konversi Tahun Jumlah Penyaluran LPG (Ribu MetrikTon) Jumlah Penarikan Minyak Tanah ( Ribu Kilo Liter) Biaya paket konversi (Triliun Rupiah) Penghematan Subsidi Minyak tanah (Triliun Rupiah) Penghematan program konversi (Triliun Rupiah) ,8 3,62 5,87 1,09 0,6 9,15 12,79 14,05-0,2 5,53 6,92 12,96 Sumber: (diakses tanggal 13 Maret 2012) Jika dilihat dari tabel diatas, tampak bahwa nilai penghematan semakin besar sesuai dengan bertambahnya jumlah penyaluran LPG dan penarikan Minyak Tanah. Saat awal dimulai tahun 2007, program ini memang masih mengalami defisit. Dari penyaluran LPG sebanyak 33 Ribu MT membutuhkan biaya paket konversi sebesar Rp 0,8 Triliun. Sedang penarikan Minyak Tanah sebesar 121 Ribu KL menghemat subsidi sebesar Rp 0,6 Triliun. Sehingga masih defisit sebesar Rp 0,2 Trilun. 20

15 Namun mulai tahun 2008, program konversi energi ini telah menghasilkan penghematan. Dimana Pada tahun 2008 jumlah atau volume LPG yang disalurkan mencapai 592 Ribu MT dengan biaya paket konversi sebesar Rp 3,62 Trilun. Sedang penarikan Minyak Tanah meningkat tajam mencapai Ribu KL yang memberikan penghematan sebesar Rp 9,15 Triliun. Sehingga penghematan bersih yang berhasil dicapai sebesar Rp 5,53 Triliun. Selanjutnya pada tahun 2009 telah disalurkan LPG sebesar Ribu MT dengan biaya paket konversi Rp 5,87 Triliun. Sedangkan volume Minyak Tanah yang berhasil di tarik terus mengalami peningkatan tajam hingga lebih dua kali dibanding tahun sebelumnya sehngga mencapai Ribu KL dengan biaya penghematan sebesar Rp 12,79 Triliun. Dimana terdapat biaya penghematan program konversi sebesar Rp 6,92 Triliun. Ditahun 2010, minyak tanah yang ditarik terus mengalami peningkatan mencapai Ribu KL. Peningkatan volume minyak tanah yang berhasil ditarik terus bertambah karena jumlah pengguna LPG juga terus mengalami penambahan secara kumulatif. Berdasarkan jumlah minyak tanah yang ditarik ini biaya penghematan yang dihasilkan mencapai Rp 14,05 Triliun. Sedang biaya paket konversi menurun menjadi sebesar Rp 1,09 Triliun. Sehingga biaya penghematan bersih sebesar Rp 12,96 Triliun. 21

16 2.3.3 Minyak Tanah dan Gas Elpiji Minyak Tanah Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Minyak Tanah memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Adapun Kelebihan Minyak tanah dibandingkan gas elpiji adalah : 1. Memerlukan kompor yang harganya relatif murah dibandingkan kompor gas 2. Bisa dibeli secara eceran Sedangkan Kekurangan Minyak tanah dibandingkan elpiji adalah: 1. Tidak efektif dan Efisien dalam penggunaannya 2. Berasap dan berjelaga 3. Meninggalkan kotor pada tembok 4. Menyebabkan polusi 5. Dapat menyebabkan bau pada makanan 6. Memerlukan waktu untuk memanaskan kompor Gas Elpiji LPG (Liquefied Petroleum Gas) adalah merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane 12 (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan pada suhu biasa dan tekanan sedang, sehingga dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair. Pertamina memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. 22

17 Ada beberapa keuntungan atau kelebihan LPG bila dibandingkan dengan minyak tanah, yaitu : 1. Mudah digunakan dan dipindahkan LPG lebih mudah digunakan dan dipindahkan dibandingkan minyak tanah. Ini dikarenakan sifat Gas jauh lebih ringan dibandingkan minyak tanah, sehingga tidak diperlukan tenaga yang cukup besar untuk memindahkannya. Selain itu prosedur penggunaan kompor gas jauh lebih mudah bila dibandingkan penggunaan kompor biasa. 2. Bersih dan ramah lingkungan Sisa pembakaran pada kompor minyak tanah menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi. Sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat. 3. Pembakaran mudah disesuaikan Penggunaan LPG jauh lebih efisien karena tingkat panas bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga bisa memudahkan masyarakat khsususnya para ibu rumah tangga. 4. Temperatur panas yang tinggi Temperatur panas yang dihasilkan kompor gas memang jauh lebih tinggi dibandingkan kompor biasa. Sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memasak dan lebih efisien dalam hal penghematan waktu. 23

18 5. Berbau khas Gas mempunyai bau yang sangat khas, sehingga mudah mendeteksi bila terjadi kebocoran. Hal ini merupakan sebuah keuntungan yang baik bagi masyarakat, karena bila terjadi kebocoran maka bisa dengan cepat dideteksi dengan aroma gas yang menyebar dan dapat memperkecil resiko yang ditimbulkan. 6. Kompor tidak perlu dipanaskan terlebih dahulu Ini adalah perbedaan yang mencolok antara kompor gas dan kompor yang menggunakan minyak tanah. Dimana dalam menggunakan kompor gas kita tidak perlu repot-repot lagi memanaskan kompornya sebelum digunakan karena kompor gas bisa langsung digunakan tanpa harus menunggu kompor panas agar apinya merata. Sedangkan kekurangan yang Gas elpiji dibandingkan minyak tanah adalah : 1. Membutuhkan tabung yang harganya cukup mahal 2. Memerlukan perlatan dan perlengakapan seperti kompor gas, selang, dan katup yang harganya lebih mahal bila dibandingkan kompor biasa 3. Harus dibeli dalam satuan tertentu. 2.4 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2009) tentang Pola Pengeluaran, Persepsi, dan Kepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energi dari Minyak Tanah ke LPG yang meneliti tentang tingkat kepuasan 24

19 masyarakat terhadap biaya pembelian bahan bakar, kepuasan terhadap akses,kepuasan terhadap keamanan dalam menggunakan bahan bakar, kepuasan terhadap kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepuasan terhadap kepraktisan. Penelitian yang dilakukan secara deskriptif ini dengan menggunakan 30 responden menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menyatakan puas terhadap harga LPG, akses, waktu memasak, kebersihan dalam menggunakan bahan bakar, dan kepraktisan penggunaan bahan bakar LPG dibandingkan minyak tanah. Sedangkan 60% responden menyataan kurang puas terhadap keaaman dalam menggunakan LPG. 2. Putriyani (2005) melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumsi Minyak Tanah Rumah Tangga (Studi Kasus: Konsumen Minyak Tanah Rumah Tangga di Kecamatan Sukmajaya, Depok). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga sedangkan permintaan konsumsi minyak tanah digunakan sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama-sama variabel pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga minyak tanah, harga gas elpiji dan selera rumah tangga berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan konsumsi minyak tanah rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95%. 25

20 2.5 Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini dapatt dilihat pada skema berikut : Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Harga LPG Teori Permintaan Ketahan Tabung (Keamanan) Keputusan Mengkonsumsi LPG 3 Kg Kepraktisan Penggunaan Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg Sukirno (2003) menulis bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang makan makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hubungan yang terwujud merupakan hubungan terbalik, sehingga jika terdapat kenaikan harga, maka hal ini mengakibatkan permintaan bahan bakar menurun. Harga LPG yang jauh lebih murah dibandingkan minyak tanah menyebabkan jumlah permintaan terhadap LPG jauh lebih tinggi dibandingkan minyak tanah. 26

21 2.5.2 Pengaruh Keamanan Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg Keamanan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan keputusan pemilihan penggunaan bahan bakar. Banyaknya kasus kebakaran karena bahan bakar yang meresahkan masyarakat membuat masyarakat lebih selektif dalam menentukan penggunaan bahan bakar. Masyarakat lebih memilih bahan bakar yang lebih aman dan tidak beresiko, walaupun pada kenyataannya tidak ada satupun bahan bakar yang tidak memiliki resiko. LPG dan minyak tanah merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagian besar masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan merupakan salah satu pertimbangan masyarakat untuk menggunakan LPG 3 kg Pengaruh Kepraktisan penggunaan Terhadap Keputusaan Masyarakat Menggunakan LPG 3 Kg Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan konversi adalah kepraktisan penggunaan bahan bakar yang digunakan. Pada umumnya masyarakat akan memilih bahan bakar yang praktis dalam hal penggunaan, perawatan, dan menghemat waktu. Kelebihan-kelebihan yang ditawarkan gas LPG 3 kg ini menjadi salah satu pertimbangan masyarakat untuk melakukan konversi energi dari minyak tanah ke gas LPG 3 kg. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, LPG 3 kg mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan minyak tanah diantaranya masyarakat tidak perlu melakukan perawatan rutin 27

22 dengan mengganti sumbu kompor seperti halnya kompor minyak tanah dan kompor gas jauh lebih mudah dibersihkan karena tidak menghasilkan jelaga seperti kompor minyak tanah. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk memasak dengan kompor gas LPG jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan memasak dengan kompor minyak tanah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fakor kepraktisan penggunaan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keputusan masyarakat untuk memilih menggunakan LPG. 2.6 Hipotesis Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor persepsi harga gas LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan. 2. Faktor keamanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan. 3. Faktor Kepraktisan Penggunaan LPG berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih menggunakan LPG dibandingkan minyak tanah di Kota Medan. 28

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pertamina Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi memainkan peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Remi (2008)

Lebih terperinci

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007 Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG Agustus 2007 Latar Belakang Perlunya penghematan subsidi yang diberikan kepada minyak tanah, terutama karena harga minyak dunia selalu meningkat. Dampak lainnya:

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI MIGAS

DATA DAN INFORMASI MIGAS DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Sikap sekelompok orang terhadap orang lain dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE.

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE. LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU Oleh : Marzolina.SE.MM NIP.19660313199002 2 001 Raden Lestari G.SE.MM NIP.19680613199032002

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENDISTRIBUSIAN TABUNG LIQUEFIED PETROLEUM GAS 3 KG DAN KOMPOR GAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi saling ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan hubungan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 43 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah warga

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.

Lebih terperinci

KULIAH UMUM DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL. DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi

KULIAH UMUM DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL. DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi KULIAH UMUM PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI POTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM SEKTOR PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL DISAMPAIKAN OLEH : ALVIN LIE, MSi UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor termasuk krisis minyak dunia yang juga melibatkan Indonesia, dalam kasus ini semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG. No.333, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM PADA TINGKAT PANGKALAN DAN PENGECER DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan

I. PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 33, Negara harus menjamin perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial rakyatnya, terutama yang berkaitan dengan hajat hidup oarng banyak berdasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak tanah merupakan salah satu dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang keberadaannya disubsidi oleh Pemerintah. Setiap tahunnya Pemerintah menganggarkan dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 25297.K/l0/DJM.S/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas total ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas total ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah PT Pertamina Persero yang dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara adalah sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bertugas mengelola

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM PADA

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP JENIS MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsidi energi, baik listrik maupun BBM menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan

Lebih terperinci

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman sudah semakin berkembang dan modern. Peradaban manusia juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus berpikir bagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah 84 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Prinsip tanggung jawab yang digunakan tentang tanggung jawab PT Pertamina Persero kepada konsumen yang menjadi korban ledakan Gas adalah tanggung jawab mutlak (strict liability),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat dari suatu pembangunan mengandung aspek dinamika, artinya bahwa pembangunan merupakan kegiatan terus menerus yang tidak terbatas waktu tertentu, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia masih akan terus berkembang mengingat masih adanya area area yang mengalami blankspot atau tidak adanya layanan jaringan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK Oleh : Romi Ariandy Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung mengalami peningkatan dari

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1714, 2016 KEMEN-ESDM. Pemberlakuan Satu Harga. Minyak tertentu. Minyak Khusus. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LIQUEFIED PETROLEUM GAS UNTUK KAPAL PERIKANAN BAGI NELAYAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung

DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN Daftar pertanyaan ini disusun untuk pembuatan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Lampung PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya energi yang ada di bumi. Gas alam adalah salah satu hasil tambang dalam bentuk gas yang terdiri dari metana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya Oleh: Hadi Setiawan 1 Pendahuluan Kekayaan gas alam Indonesia yang besar dan melimpah, jumlah subsidi bahan bakar minyak (BBM)/energi yang sangat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI Oleh: Dr.-Ing. Evita H. Legowo Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi disampaikan pada:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah indonesia saat ini telah mencanangkan kepada masyarakat agar mengganti bahan bakar minyak beralih menggunakan bahan bakar gas untuk keperluan sehari-hari,

Lebih terperinci

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali

BAB I PENDAHULUAN. Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak abad ke-20 inovasi di dalam teknologi instrumentasi dan kendali berkembang dengan cepat, hal ini selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat pada akhir akhir ini menyebabkan semakin dibutuhkannya sumber daya energi, Manusia sangat banyak

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KELURAHAN TERBAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa telah dilaksanakan Sidang Komite pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 26/BA-S

2015, No d. bahwa telah dilaksanakan Sidang Komite pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 26/BA-S No.1332, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPH MIGAS. Gas Bumi. Konsumen Rumah Tangga. Pelanggan Kecil. Jaringan Pipa Distribusi. Kota Bontang. Harga Jual. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program konversi minyak tanah ke LPG 3 Kg bukan sekedar program untuk penghematan saja tetapi juga untuk merubah perilaku konsumen yang tadinya menggunakan minyak tanah untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, No.341, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN Ditanggung Pemerintah. Subsidi BBM Jenis Tertentu dan LPG. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya potensial yang ada dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus dilakukan, tak terkecuali dunia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. Konsumsi bahan bakar minyak dari tahun ke tahun meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, masyarakat sudah berbodong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional diberbagai lapangan usaha. Perkembangan UMKM & Usaha Besar

BAB I PENDAHULUAN. nasional diberbagai lapangan usaha. Perkembangan UMKM & Usaha Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) salah satu bagian terpenting dalam perekonomian pada suatu negara, bahkan di Indonesia. UMKM dipandang salah satu faktor penyelamat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2016 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI PENDAHULUAN BAB I

PASAR MONOPOLI PENDAHULUAN BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar sebagai kumpulan jumlah pembeli dan penjual individual mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut muncul karena masing-masing individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk pada usaha di bidang penjualan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia juga meningkat, oleh karena itu dibutuhkan pula penambahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2015 KEMENDAG. Minyak Bumi. Gas Bumi. Bahan Bakar Lain. Ekspor. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi Oleh: Uka Wikarya Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas it Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi

Lebih terperinci