BAB I PENDAHULUAN. ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia yang sedang berjalan sekarang ini, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Hal ini berarti meningkatkan kesejahteraan yang mengarah pada kualitas hidup manusianya. Tujuan nasional tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, seperti: pangan, sandang, perumahan dan lain-lain. Dalam hal pelaksanaannya di lapangan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, harus disadari adanya berbagai hambatan dalam pencapaiannya. Untuk itu keberhasilan pembangunan suatu negara tentunya harus di dukung dengan keikutsertaan penduduk itu sendiri dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini penduduk sangat diharapkan partisipasi aktifnya dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat maka sebuah pembangunan pun akan berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan dari masyarakat sendiri. Berbagai kendala tentunya banyak dihadapi oleh pelaku pembangunan itu sendiri yaitu pemerintah. Berbagai terobosan baru yang dilakukan oleh pemerintah dalam berbagai bidang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari berbagai krisis yang terjadi di dunia dan lebih khususnya lagi di Indonesia. Salah satu krisis yang sekarang melanda negeri Indonesia adalah krisis energi. Ketersedian energi di Indonesia yang semakin hari semakin berkurang

2 telah menyebabkan terjadinya krisis. Saat ini Indonesia memang dikenal sebagai negara penghasil minyak, akan tetapi keanehan yang terjadi adalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Untuk itu pemerintah mengembangkan kebijakan baru untuk mengatasi krisis energi ini. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah seperti pengembangan biodiesel, pengurangan pasokan, penarikan subsidi untuk BBM dan juga pengkonversian minyak tanah ke gas. Dalam pengkonversian minyak tanah ke gas ini dinilai sebagai suatu solusi dan inovasi baru. Hal ini berdasarkan ketersedian bahan bakar gas (BBG) yang lebih banyak dari pada bahan bakar minyak (BBM). Pengkonversian minyak tanah ke gas ini merupakan kebijakan yang dinilai tepat oleh pemerintah. Berbagai pertimbangan yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti; ketersediaan bahan bakar gas yang lebih banyak, penghematan biaya dari minyak tanah dibandingkan dengan gas, keefisienan dan keefektifan gas dalam hal penggunaan gas. Untuk itu, kebijakan tersebut menjadi solusi bagi krisis yang dihadapi Negara. Lebih lanjut Dirjen Industri Mesin Logam Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin), Ansari Bukhari, pada seminar "Peran Tabung Baja Dalam Mendukung Program Diversifikasi Minyak Tanah ke LPG", di Jakarta, Jumat (29/8) menjelaskan bahwa konsumsi minyak tanah per tahun mencapai 10 juta kilo liter (KL) dan jika harga per liter mencapai Rp hingga Rp maka pengeluaran untuk minyak tanah dapat mencapai 60 triliun. Oleh sebab itu, jika dihitung secara makro jumlah uang yang hilang sangat besar. Dengan

3 berbagai kekhawatiran itulah, maka pemerintah mengambil tindakan yang tegas dalam hal konversi minyak tanah ke gas ( Namun, menurut Siswanto Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) program konversi minyak tanah ke gas seharusnya sudah selesai akhir tahun ini. Secara bertahap penyaluran minyak tanah dikurangi dan pada bulan Desember nanti agen tidak akan lagi mendapatkan pasokan. Siswanto juga menambahkan meski sudah tak menyalurkan lagi ke dua wilayah tersebut, yaitu di Sleman dan Yogyakarta, PT Pertamina diharapkan tetap menyediakan minyak tanah untuk melayani permintaan masyarakat kecil ( Keberadaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tanpa memperhatikan apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan pemaksaan kebijakan, telah berdampak kepada masyarakat. Baik itu secara material maupun inmaterial seperti perubahan budaya dan respon/tanggapan masyarakat tentang diberlakukannya kebijakan pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah ke gas. Dengan lahirnya kebijakan baru maka berbagai kendala yang dihadapi dalam pengkonversian minyak tanah ke gas, saat ini menimbulkan berbagai masalah budaya yang disebabkan oleh konversi tersebut. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa ada beberapa kasus yang muncul akibat dari program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Dalam hal ini kasus yang terlihat adalah menghilangnya tabung gas dari masyarakat yang disebabkan karena kurangnya pasokan yang diberikan oleh pihak pertamina. Hal tersebut terjadi karena, banyaknya permintaan dari konsumen atau pun distributor

4 sehingga dalam pembuatan tabung gas tersebut pun belum bisa memadai dari permintaan pasar ( Demikian halnya yang terjadi di daerah Jakarta. Persoalan distribusi kompor dan tabung gas menjadi sebuah masalah yang belum terpecahkan. Hal ini dikarenakan, kurangnya koordinasi terhadap masyarakat penerima kompor dan tabung gas yang diakibatkan oleh kurangnya kerjasama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah setempat, sehingga distribusi kompor dan tabung gas menjadi tidak maksimal atau tidak tepat sasaran. Berkenaan dengan hal tersebut Ketua Tim Terpadu Distribusi BBM. Slamet Singgih mengatakan kelangkaan itu sebagai akibat tidak adanya penelitian terlebih dahulu dari BP Migas mengenai kebutuhan nyata di masyarakat. Beliau juga mengatakan PT Pertamina tidak melakukan pengawasan pendistribusian secara semestinya. Sementara itu, ketua BP Migas sendiri mengatakan bahwa kelangkaan itu diakibatkan oleh penggunaan di luar fungsinnya yaitu untuk penerangan, pompa air di musim kemarau, campuran BBM untuk transportasi, penjualan ke industri dan penyelundupan (Acara Wanted yang ditayangkan Anteve pada hari Senin 23 April 2007). Selain kasus di atas beberapa kasus yang muncul di berbagai media massa seperti; meledaknya tabung gas elpiji hasil dari subsidi di Jakarta Utara, kelangkaan gas isi ulang sehingga tabung-tabung gas dibuang oleh masyarakat, adanya kerugian pedagang minyak keliling dan pangkalan minyak tanah akibat konversi tersebut dan berubahnya sebuah kebiasaan baru atau budaya baru di masyarakat yang di wujudkan melalui kompor dan tabung gas. Hal tersebut

5 menyebabkan munculnya berbagai masalah yang timbul di masyarakat, ini merupakan pengaruh dari kebijakan pemerintah. Pengaruh ini ditimbulkan oleh ketidaksesuaian budaya, karena kebijakan pemerintah belum tentu mendapat respon yang positif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan belum tentu sesuai dengan yang sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Berdasarkan kenyataan di atas penting kiranya mengkaji respon masyarakat, dalam hal ini respon budaya, khususnya dalam hal konversi minyak tanah ke gas elpiji. Hal ini dapat menunjukkan kebijakan pemerintah yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan juga apakah sudah sesuai dengan budaya masyarakat jika diterapkannya konversi minyak tanah ke gas elpiji Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana respon budaya masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, atas penerapan kompor gas dalam program konversi minyak tanah ke gas elpiji? Perumusan masalah tersebut diuraikan ke dalam 5 (lima) pertanyaan penelitian yakni: 1. Apa dasar dan tujuan diberlakukannya program konversi minyak tanah ke gas elpiji? 2. Apa Kriteria masyarakat penerima kompor gas?

6 3. Bagaimana sosialisasi dan pendistribusian kompor gas oleh pemerintah atas program konversi minyak tanah ke gas pada masyarakat? 4. Bagaimana pengetahuan dan nilai-nilai budaya masyarakat Betawi atas penerapan kompor gas? 5. Bagaimana hubungan sosial dan struktur sosial yang terjalin dalam masyarakat Betawi setelah adanya penerapan kompor gas dimasyarakat? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang respon budaya masyarakat atas konversi minyak tanah ke gas elpiji sebagai suatu program pembangunan untuk penghematan energi (sumber daya alam). Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya Antropologi, tentang penerapan salah satu program pemerintah dalam hal konversi minyak tanah ke gas elpiji dalam rumah tangga. Secara praktis dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak berkepentingan khususnya pemerintah dalam hal mensosialisasikan dan menerapkan suatu program pembangunan bagi masyarakat Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Bekasi Barat tepatnya di Kelurahan Bintara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Daerah ini merupakan salah satu daerah yang menjadi sasaran program pemerintah atas konversi minyak tanah ke gas elpiji. Selain itu juga, daerah Kelurahan Bintara dihuni oleh masyarakat

7 dengan dari berbagai macam status sosialnya. Lokasi penelitian merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas orang Betawi asli atau Kampung Betawi Tinjauan Pustaka Setiap negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kebanyakan dari program pembangunan yang dijalankan pemerintah, seperti halnya pemerataan kompor gas tentunya bersifat top-down. Bagi pemerintah sendiri, hal tersebut dijalankan dengan berbagai pertimbangan tertentu. Dalam hal ini berbagai program pembangunan dapat diwujudkan melalui inovasi yang diperluas melalui difusi, untuk keperluan seluruh masyarakatnya. Suatu gejala penting yang seringkali menyebabkan terjadinya inovasi adalah penemuan baru dalam bidang teknologi. Untuk itu kita perlu mengerti dahulu arti dari kata inovasi tersebut. Secara universal kata inovasi dapat diartikan sebagai proses atau hasil pengembangan, pemanfaatan pengetahuan keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang atau jasa), proses atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial) ( Dengan demikian inovasi tersebut merupakan sebuah penemuan baru yang dapat berupa sebuah kompor dan tabung gas elpiji ataupun sebuah gagasan atau ide-ide baru, yang dapat menyebabkan sebuah perubahan pada masyarakat.

8 Pada masyarakat khususnya di negara berkembang, penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari suatu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, menimbulkan berbagai respon sosial budaya dan merangsang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal-hal baru. Masuknya inovasi ke tengahtengah masyarakat disebabkan terjadinya interaksi antar anggota masyarakat. Sebelum inovasi tersebut diterima masyarakat, baik inovasi itu berupa alat atau ide yang diciptakan dalam masyarakat maka disebut dengan discovery. Setelah diterima dan diakui penemuan baru tersebut barulah disebut dengan inovasi (Linton dalam Koentjaraningrat 1990:109). Salah satu inovasi yang dapat dijadikan contoh di atas adalah program pemerintah tentang konversi minyak tanah ke gas elpiji di Indonesia saat ini. Inovasi tersebut sebenarnya sudah ada akan tetapi baru diterapkan dan disebarkan saat ini, yang dikarenakan oleh pasokan minyak bumi yang sudah mulai menipis dan tingginya harga minyak mentah dunia yang menyebabkan perekonomian Indonesia saat ini merosot dan mengharuskan masyarakat untuk dapat menerima inovasi tersebut untuk keberlangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah membuat sebuah kebijakan tentang konversi minyak tanah ke gas. Rogers dan Shoemaker (1981) mengatakan bahwa penerapan inovasi kepada suatu masyarakat tentunya tidak dapat berjalan mulus. Hal ini dikarenakan masyarakat juga memiliki nilai-nilai tersendiri di dalam hal yang baru. Berbagai alasan akan lahir dari masyarakat yang menjadi objek dari penerapan inovasi tersebut. Ada masyarakat yang setuju dengan inovasi yang baru dikarenakan

9 cocok dengan nilai yang dianutnya pada saat itu. Ada juga masyarakat yang masih meragukan akan inovasi baru yang dikarenakan sebagian nilainya cocok dengan inovasi tersebut dan sebagian nilai lagi tidak. Ada pula masyarakat yang benarbenar menolak inovasi tersebut dikarenakan inovasi tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Kesuksesan dan kegagalan terhadap penerapan inovasi yang berhubungan dengan konversi minyak tanah ke gas telah banyak dipublikasikan di media massa. Tidak hanya itu berbagai kasus yang adapun telah banyak ditulis oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu maupun pemerintah. Baik itu mengenai kegagalan konversi, perubahan budaya, respon masyarakat, keberhasilan konversi, dan masalah-masalah lain yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, keberhasilan konversi minyak tanah ke gas yang terjadi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Dalam pemberitaan tersebut dikatakan bahwa Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meminta agar konversi minyak tanah ke gas segera dilaksanakan. Mengingat kelangkaan minyak tanah di Kota Pekalongan dan sekitarnya kerap terjadi hingga menyulitkan warga, terutama warga miskin yang mencapai keluarga. Jadi dengan adanya konversi minyak tanah ke gas ini telah memberikan kemudahan bagi warga miskin dalam memperoleh bahan bakar. Selain itu masyarakat juga mengusulkan kepada pemerintah dapat menambah daerah gerak konversi yang telah ada ( Selain itu, keberhasilan ini juga dirasakan oleh pemerintahan Kota Tambun, Jawa Barat. Hasjim mengatakan seiring digulirkannnya kebijakan

10 pemerintah yaitu pengembangan energi alternatif, telah membuat berbagai fasilitasi pendukungan untuk kelangsungan program tersebut. Fasilitas tersebut baik berupa program-program unggulan maupun rekomendasi teknis atas langkah pengembangan energi alternatif 1. Kebijakan tersebut, dari sisi bahan baku yang dikembangkan yaitu gas sangat relevan karena potensi gas di Indonesia tersebar di beberapa daerah dan jumlahnya cukup besar. Keadaan tersebut juga nampak di Jawa Barat sebab mempunyai potensi gas alam dalam jumlah yang cukup besar. Perhatian Jawa Barat terhadap kebutuhan energi bagi masyarakat miskin sudah direalisasikan melalui berbagai program pengembangan energi alternatif. Di beberapa tempat telah dikembangkan beberapa jenis energi alternatif antara lain: biogas, mikro hidro dan energi surya. Program-program tersebut diharapkan secara bertahap dapat membantu memenuhi kebutuhan energi masyarakat miskin yang jumlahnya di Jawa Barat mencapai lebih dari 10 juta orang. Program tersebut, di sisi lain diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan BBM ( Di samping adanya keberhasilan pemerintah dalam pengembangan konversi minyak tanah ke gas, terdapat juga banyak kegagalan pemerintah dalam penyaluran konversi minyak tanah ke gas. Banyak masyarakat yang tidak mau menerima perubahan tersebut sehubungan dengan budaya yang mereka miliki. Berbagai alasan terlontar dari mulut masyarakat Indonesia, seperti beberapa kasus yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. 1.

11 Sebagai contoh, kasus yang terjadi di Jawa Tengah Kabupaten Kendal. Pemerintah diminta meninjau ulang program konversi minyak tanah ke bahan bakar gas atau LPG (liquefied petroleum gas). Hal ini dikarenakan masyarakatnya yang belum sepenuhnya menerima program konversi minyak tanah ke gas elpiji yang disebabkan karena, masyarakatnya masih ragu, takut dan kurangnya sosialisasi untuk menggunakan kompor dan tabung gas yang diberikan secara gratis. Hal tersebut karena, tingkat kualitas keamanan kompor gas yang diberikan pada masyarakat kurang menjamin pada masyarakat. Hal tersebut perlu dilakukan karena pengetahuan masyarakat hanya baru sebatas penggunaan kompor minyak tanah, sehingga pemerintah perlu lagi menerapkan cara penggunaan kompor gas elpiji ( Kasus yang lain juga terjadi di Jakarta. Konversi minyak tanah ke LPG (liquefied petroleum gas) ternyata justru jadi polemik tersendiri bagi warga, karena tiba-tiba minyak tanah menghilang. Sementara minyak tanah masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang tak mampu membeli gas. Memang masyarakat telah mendapatkan tabung gas gratis dalam kemasan 3 kilogram, namun pemerintah seharusnya mengetahui bahwa masyarakat Indonesia tidak semuanya siap untuk menggunakan gas elpiji dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi dalam kenyataan, pasokan gas LPG di beberapa wilayah yang jadi target konversi justru pengirimannya tidak lancar, sehingga banyak agen LPG yang mengalami kekosongan dan sudah bisa dipastikan hal ini tentunya sangat menyulitkan bagi warga yang akan membeli atau mendapatkan gas LPG.

12 Rencana konversi dari minyak tanah ke gas LPG terkesan terburu-buru dan tidak terencana. Padahal konversi tersebut melibatkan Pertamina, Departemen Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Keuangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan lembaga pelaksana di daerah," ungkap Suharto, Direktur Pusat Pengkajian Ekonomi (PPE) ( Untuk itu pemerintah tidak cukup dalam melakukan sosialisasi. Demikian juga dalam penyiapan kondisi masyarakat untuk siap kepada budaya baru dalam menggunakan energi. Suharto juga mengatakan bahwa Pemerintah belum dapat menjamin jika terjadi konversi minyak tanah ke gas tersebut tidak ada kelangkaan gas, ternyata pemerintah pun belum dapat menjaminnya. Kenyataan di lapangan memperlihatkan kelangkaan BBM mengakibatkan terjadinya praktik pengoplosan, penimbunan BBM oleh oknum pedagang atau distributor serta naiknya harga secara prematur (terlalu dini) dan kenaikan juga terjadi sebelum waktu yang diprediksikan, seperti lebaran, tahun baru dan natal. Implikasi atau kesimpulan yang muncul dari adanya kebijakan terburuburu ini akan menimbulkan problem sosial-ekonomi yang tinggi. Penolakan oleh masyarakat dimungkinkan karena secara teknis tidak mudah mengubah budaya memakai kompor minyak tanah ke kompor gas. Semestinya pemerintah menunda dulu dan membutuhkan waktu untuk transisi. Kenyataannya pemerintah hanya menghitung nilai konversi subsidi yang terkurangi tanpa memperhitungkan resiko intangible (hal-hal yang tidak dapat diraba) seperti hilangnya pekerjaan pedagang minyak tanah dan lainnya.

13 Selain itu, bagi penerima kompor dan gas elpiji pun memunculkan sebuah respon yang bersifat kultural atau yang disebut sebagai respon budaya. Untuk menjelaskan pengertian respon budaya maka terlebih dahulu didefinisikan apa yang dimaksud dengan respon dan budaya. Respon adalah tanggapan atau perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan, seperti halnya yang terjadi saat ini tentang inovasi yaitu pemakaian kompor dan gas elpiji yang telah menimbulkan banyaknya tanggapan masyarakat baik berupa ekonomi maupun budaya. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan ( Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan serta hasil karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Hal tersebut karena, jumlah kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang dibiasakannya dengan belajar tidak terbatas (Koentjaraningrat, 1996). Lebih lanjut dijelaskan Koentjaraningrat bahwa kebudayaan menempati posisi sentral dalam sebuah tatanan hidup manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup di luar ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaanlah yang memberi nilai dan makna pada hidup manusia. Seluruh bangunan hidup manusia dan masyarakat berdiri diatas landasan kebudayaan. Dengan kebudayaan yang dimilikinya akan mengatur perilaku mereka dalam hubungan dengan lingkungan dan interaksi

14 sosial. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan manifestasi dari kepribadian suatu masyarakat. Kebudayaan terwujud dalam tiga bentuk yaitu: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud Ideel dari kebudayaan bersifat abstrak, karena tidak dapat diraba dan difoto sehingga hanya dapat dipahami oleh masyarakat karena berada dalam alam pikiran manusia. Lapisan paling abstrak adalah sistem nilai budaya karena terdiri dari konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dinilai penting oleh masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan lapisan yang konkret adalah sistem norma atau hukum, seperti pendidikan, kesenian, ekonomi dan sebagainya. Wujud tindakan masyarakat bersifat konkret, bisa dilihat dan difoto, karena terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berhubungan dan saling berinteraksi satu dengan yang lain berdasarkan tata kelakuan. Wujud yang terakhir adalah hasil karya manusia yang bersifat konkret, karena merupakan hasil karya manusia dari aktivitasnya sehingga dapat dilihat, diraba dan difoto. Ketiga wujud kebudayaan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan ideel dan adat istiadatlah yang mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia.

15 Berkenaan dengan definisi respon dan budaya yang dijelaskan di atas maka respon budaya adalah tanggapan terhadap perubahan yang terkait dengan wujud ideel, aktivitas dan artefak pada suatu kebudayaan masyarakat. Respon budaya yang terkait dengan wujud ideel dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai budaya, ide-ide atau gagasan serta pandangan masyarakat yang bersifat abstrak dan dapat menimbulkan reaksi dari masyarakat jika wujud ideel itu berubah di dalam masyarakat. Respon budaya yang terkait dengan aktifitas dapat berupa pola perilaku masyarakat, hubungan sosial dan struktur sosial masyarakat yang dapat dilihat dari kebiasaan yang masyarakat lakukan sehari-hari. Hal tersebut dapat menimbulkan tanggapan jika terjadi suatu perubahan dari kebiasaan mereka sehari-hari. Sedangkan respon budaya yang terkait dengan artefak dapat berupa penggunaan kompor gas pada masyarakat yang menyebabkan perubahan dalam pola pengetahuan mereka yang sebelumnya masyarakat masih menggunakan kompor minyak tanah lalu digantikan dengan kompor gas, sehingga hal ini dapat menimbulkan tanggapan atau pun respon masyarakat yang menjadi sasaran program. Dari berbagai respon budaya tersebut maka, yang menjadi kajian penelitian adalah respon budaya yang terkait dengan wujud ideel dan wujud aktifitas dimana dari kedua wujud budaya tersebut memiliki cakupan yang berbeda-beda. Wujud ideel sendiri mencakup pengetahuan, nilai-nilai budaya masyarakat. Sedangkan, wujud aktifitas yang terkait dengan hubungan sosial dan struktur sosial masyarakat setelah diberlakukannya konversi minyak tanah ke gas elpiji.

16 1.6. Metode Penelitian Tipe Penelitan Penelitian ini menggunakan tipe eksploratif deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan bagaimana respon atau tanggapan masyarakat penerima program tersebut. Dalam hal ini mengkaji pengetahuan, nilai-nilai budaya dan pola perilaku yang terjalin dalam masyarakat setelah adanya konversi minyak tanah ke gas. Selain itu juga, untuk melihat bagaimana proses pendistribusian dan pembagian kompor gas sebagai sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemeintah Teknik Pengumpulan Data Data dapat dikategorikan atas 2 (dua) bentuk yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui teknik observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lapangan dan berbagai buku, jurnal dan lainnya sebagai kelengkapan data primer. Buku, jurnal dan yang lainnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai data kependudukan yang menjadi sasaran porgram, teori-teori yang mendukung masalah penelitian, dan lainnya. Adapun hal yang diobservasi adalah proses pendistribusian kompor gas kepada masyarakat, pola tingkah laku atau hubungan sosial masyarakat setelah dijalankannya konversi minyak tanah ke gas elpiji dan cara masyarakat dalam mengggunakan kompor gas yang telah dibagikan. Observasi juga dilengkapi

17 dengan kamera foto digunakan sebagai bukti dari penelitian dan untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi peneliti di lapangan Wawancara mendalam dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci dan informan biasa. Informan kunci merupakan orang-orang yang berperan dan memahami masalah penelitian. Dalam hal ini informan kunci adalah pihak Pertamina, Lurah, Ketua RT (rukun tetangga) / RW (rukun warga), tokoh masyarakat dan lainnya. Sedangkan, informan biasa merupakan orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuannya dan bukan ahlinya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan biasa adalah masyarakat penerima program konversi yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan kompor dan gas elpiji tersebut di sekitar lokasi penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposif atau bertujuan dalam arti bahwa orang-orang yang akan dipilih menjadi informan sudah diketahui oleh peneliti. Penentuan informan biasa didasarkan atas kriteria masyarakat penerima program yang menggunakan maupun yang tidak menggunakan kompor gas, jenis kelamin, status sosial, lama tinggal dan lainnya. Dalam penelitian ini jumlah informan disesuaikan dengan kebutuhan data. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan kunci yaitu mengenai dasar diberlakukannya program konversi minyak tanah ke gas, proses pendistribusian, sosialisasi pemerintah kepada masyarakat atas program konversi tersebut, dan kriteria masyarakat yang patut mendapatkan kompor dan gas elpiji dari pemerintah. Wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan biasa

18 yaitu mengenai pengetahuan, nilai-nilai budaya masyarakat atas penerapan dalam penggunaan kompor gas, struktur dan hubungan sosial dalam hal ini pola perilaku masyarakat yang terjalin serta pandangan masyarakat dengan adanya penerapan kompor gas. Wawancara mendalam yang dilakukan menggunakan Tape Recorder sebagai alat bantu karena daya ingat peneliti yang terbatas, sehingga hal-hal yang terlupakan dapat dicatat kembali oleh peneliti Analisa Data Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan kualitatif. Data dan informasi yang didapat dari lapangan nantinya akan diteliti kembali. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kelengkapan hasil dari observasi dan wawancara kepada informan ( sesuai daftar interview guide yang dibuat peneliti). Setelah semua selesai lalu disusun menurut kelompoknya dan secara sistematis berdasarkan kategori yang dibuat peneliti. Akhirnya seluruh data dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Sedangkan, data yang bersifat kuantitatif 2 hanya melengkapi analisa data kualitatif. Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan laporan penelitian. 2 Kuantitatif adalah data angka statistik, dan data ini diperoleh dari kelurahan ataupun perangkat desa diwilayah tersebut.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor termasuk krisis minyak dunia yang juga melibatkan Indonesia, dalam kasus ini semua

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI MIGAS

DATA DAN INFORMASI MIGAS DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi memainkan peranan penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Remi (2008)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam menyampaikan informasi, membujuk seseorang dan memberi perintah. Komunikasi juga dapat diartikan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM PADA TINGKAT PANGKALAN DAN PENGECER DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE.

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU. Oleh : Marzolina.SE. LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KONVERSI PENGGUNAAN MINYAK TANAH KE GAS LPG 3 KILOGRAM DI KECAMATAN SAIL PEKANBARU Oleh : Marzolina.SE.MM NIP.19660313199002 2 001 Raden Lestari G.SE.MM NIP.19680613199032002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 43 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1

BAB I PENDAHULUAN. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsidi energi, baik listrik maupun BBM menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami 1 BAB I : PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam pembangunan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun tentunya tidak bisa lepas dari kekurangan. Pendapatan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LIQUEFIED PETROLEUM GAS UNTUK KAPAL PERIKANAN BAGI NELAYAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS/LPG DAN TABUNG LPG 3 KILOGRAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu

I. PENDAHULUAN. Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sikap merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial karena manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Sikap sekelompok orang terhadap orang lain dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian penulis ini ialah harga Liquefied Petroleum Gas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi saling ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan hubungan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pertamina Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak tanah merupakan salah satu dari Bahan Bakar Minyak (BBM) yang keberadaannya disubsidi oleh Pemerintah. Setiap tahunnya Pemerintah menganggarkan dana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG DI KELURAHAN TENGAH KECAMATAN MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK Oleh : Romi Ariandy Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sector transportasi khususnya kendaraan bermotor adalah

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007

Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG. Agustus 2007 Progress Report Konversi Minyak Tanah ke LPG Agustus 2007 Latar Belakang Perlunya penghematan subsidi yang diberikan kepada minyak tanah, terutama karena harga minyak dunia selalu meningkat. Dampak lainnya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk pada usaha di bidang penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat dari suatu pembangunan mengandung aspek dinamika, artinya bahwa pembangunan merupakan kegiatan terus menerus yang tidak terbatas waktu tertentu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak? Di Indonesia, masyarakat sudah berbodong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih banyak masyarakat

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PENDISTRIBUSIAN TABUNG LIQUEFIED PETROLEUM GAS 3 KG DAN KOMPOR GAS DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman, berkembang pula gaya hidup konsumen saat ini yang semakin dinamis, pemenuhan akan kebutuhan masyarakat pun semakin berkembang ke arah yang

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP JENIS MINYAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harga. Tabung Baja. Gas. Perubahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harga. Tabung Baja. Gas. Perubahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harga. Tabung Baja. Gas. Perubahan PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 36/M-IND/PER/6/2008 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.241, 2014 KEMEN ESDM. Harga Jual. Eceran. BBM. Konsumen Tertentu. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM PADA

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 25297.K/l0/DJM.S/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman sudah semakin berkembang dan modern. Peradaban manusia juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus berpikir bagaimana

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah

BAB III PENUTUP. belum maksimal, karena meskipun pihak PT Pertamina Persero sudah 84 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Prinsip tanggung jawab yang digunakan tentang tanggung jawab PT Pertamina Persero kepada konsumen yang menjadi korban ledakan Gas adalah tanggung jawab mutlak (strict liability),

Lebih terperinci

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG Program pemerintah untuk membebaskan Indonesia dari subsidi BBM pada tahun 2015 terlihat semakin pesimistis. Hal ini diakibatkan ketidakseriusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program konversi minyak tanah ke LPG 3 Kg bukan sekedar program untuk penghematan saja tetapi juga untuk merubah perilaku konsumen yang tadinya menggunakan minyak tanah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal

BAB I PENDAHULUAN. minyak tanah ke elpiji ini di akibatkan harga minyak tanah yang semakin mahal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini bisnis dibidang energi merupakan bisnis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam membantu kebutuhan manusia setiap harinya. Pada tahun 2007

Lebih terperinci

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDISTRIBUSIAN DAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : 1. SLAMET WAHYUDI Bidang Energi PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN JL. Basuki Rahmat

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator inflasi yang cukup penting adalah indeks harga konsumen (IHK) yang terbentuk dari indeks harga kelompok komoditi yang terdiri dari tujuh kelompok,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia masih akan terus berkembang mengingat masih adanya area area yang mengalami blankspot atau tidak adanya layanan jaringan

Lebih terperinci

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 CONTOH : PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : SLAMET WAHYUDI Bidang Energi LEMBAR PENGUSULAN Judul Inovasi : Pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS MENTERI ENEROI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS. Jakarta, 25 September 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS. Jakarta, 25 September 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Jakarta, 25 September 2015 Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I: Beberapa Peraturan Digabungkan Pemerintah mencatat sejumlah kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah Negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini telah menjadi hal yang penting bagi sebuah Negara. Kegiatan ekonomi yang positif merupakan tolak ukur dari kemajuan suatu Negara sekaligus

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci