ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR SITI DEVI FADILAH H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR SITI DEVI FADILAH H"

Transkripsi

1 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR SITI DEVI FADILAH H DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 SUMMARY SITI DEVI FADILAH. Analisize Willingness to Pay (WTP) Visitors To Package-Tours in Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Bogor Regency. Guidance SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA. Tourism development will provide a positive impact on a country's economic development. Tourism can create and enhance employment opportunities, increase public revenues, as a multiplier effect that occurs as a result of tourist spending, increase tax revenues and local governments retribution, increasing the national income or Gross Domestic Product (GDP), encouraging investment from the industrial tourism sector and other economies sector, and strengthening balance of payments. Tourism activities have become an important part of basic human needs. Along with the development of technology and time, the industrial toursm sector growth in line with these changes socials, culturals, economics, technological and politicals (Weber, 2006). Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) is one of five ecotourism in Bogor Regency wich managed by Perhutani stated-owened enterprises as a from a public enterprise management of forest resources. The prime attraction of these ecotoursm.have three waterfalls, such as Nangka waterfall, Daun waterfall, and Kawung waterfall. WWCN existance is quite near about ±15 KM from the heart of Bogor City make it easily accessible. In developing the management WWCN, Perhutani planned to create a package-tour, which could be chosen by the visitors. The planed tour packages that might be offered by WWCN the jogging track plus package and conservation package. The tour packages are expected to increase satisfaction for the visitors in a tour at WWCN. The tour package activity aimed to encourage the visitors to take an active role in enjoying the outdoors and participating activelly in conserving environmental. The purpose of this research namely 1) estimated the value of WTP visitors to determine the potential maximum price that can still be paid by visitors to the tour packages offered. 2) analyzed the factors that influence the willingness of the visitors to pay and the value of WTP visitors. This research was based on the field observation and interviewing to the visitors also the stakeholders. The sampling was conducted on randomly 80 visitors. Data processed base on the qualitative method of logically analayzing, CVM and multiple linear regression. Variables thought to affect significantly the decision of respondents to be willing to pay a jogging track plus travel packages and conservation are the same in the variables age, duration of his education, income level, and travel expenses. While that does not affect real variables are the variables of sex, visiting duration, and frequency of visits. The average result of WTP for the package is a jogging track plus Rp 56, with a total value of WTP (TWTP) is USD 387,366, Package i

3 conservation s WTP average value is Rp 127, and the value s of Rp 878,587, TWTP. The average value of WTP of respondents to both the package is smaller than the fare plan that will be enforced by the manager that is Rp 65,000 and Rp 170,000. Factors thought to affect significantly the value of WTP of respondents for both the tour package is a variable length of his education and income levels. The travel variabel cost was only influence the conservation package for the package while jogging track plus. Variable number of visits, number of dependents and the frequency of visits did not significantly affect WTP values of respondents. Key words: Package tours, jogging track plus, Conservation, WTP, Guest ii

4 RINGKASAN SITI DEVI FADILAH. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA. Pengembangan pariwisata akan memberikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Pariwisata dapat menciptakan dan meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retrbusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran. Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan - perubahan sosial. budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Weber, 2006). Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaanya berada di bawah Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah memiliki tiga air terjun atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung. Keberadaan WWCN yang cukup dekat sekitar 15 KM dari jantung Kota Bogor menjadikan Wana Wisata ini mudah diakses. Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Adapun rencana paket-paket wisata andalan yang akan ditawarkan WWCN adalah paket jogging track plus dan paket konservasi. Adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di WWCN. Kegitaan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan pengunjung untuk paket wisata yang ditawarkan. 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar serta besarnya nilai WTP pengunjung. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara terhadap pengunjung maupun pihak yang terkait. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 80 orang pengunjung yang dipilih secara acak. Data diolah secara kualitatif dengan menggunakan metode analaisis logit, CVM dan regresi linear berganda. Variabel yang diduga mempengaruhi secara nyata terhadap keputusan responden untuk bersedia membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi adalah sama yakni variabel usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, dan biaya perjalanan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah variabel jenis kelamin, lama di lokasi, dan frekuensi kunjungan. iii

5 Nilai rataan WTP yang dihasilkan untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp ,00 dengan nilai total WTP (TWTP) adalah Rp ,00. Paket konservasi nilai rata-rata WTPnya adalah sebesar Rp ,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp dan Rp Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi secara nyata besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah variabel lamanya menempuh pendidikan dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruhi nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden.. Kata kunci: Paket wisata, jogging track plus, Konservasi, WTP, Pengunjung iv

6 ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR SITI DEVI FADILAH H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 v

7 Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wisata di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor Nama : Siti Devi Fadilah NIM : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus : vi

8 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2011 Siti Devi Fadilah H vii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta nikmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis mengenai nilai willingness to pay atau kesediaan pengunjung dalam membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi di Wana Wisata Curug Nangka, serta ingin mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung.. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Peribahasa mengatakan tak ada gading yang tidak retak. Atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, penulis memohon maaf. Saran dan keritik diharapkan dapat meningkatkan kualitas terhadap karya-karya selanjutnya. Bogor, Juli 2011 Siti Devi Fadilah viii

10 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyususnan skripsi ini yaitu kepada: 1. Kedua orang tua, terutama kepada ibu tercinta (Neneng Salmiah), kakak (M. Syamtidar ) dan kedua adikku (Siti Afiqah dan M. Nabhan), enin tersayang, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta doa yang tak henti. 2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Lina, Bapak Memed serta para staf Perum Perhutani yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi yang dikelola. 6. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Nissa Mayangsari, Arini Hardjanto dan Dwiyanti Nur Shifa. Terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya selama ini. ix

11 7. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Riska Novianti dan Fani Angela. Terima kasih atas dukungan yang telah diberikan. 8. Teman-teman penulis, Norma, Emil Niar, Dwi, Ekta, Ulhaq, Irvan, Zenal, Sari, Ario, Rifqa, Bryan dan mahasiswa ESL 43 lainnya. Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan selama masa perkuliahan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011 Siti Devi Fadilah x

12 DAFTAR ISI Halaman SUMMARY. i RINGKASAN.. iii LEMBAR PERNYATAAN v LEMBAR PENGESAHAN. vi PERNYATAAN.. vii KATA PENGANTAR. viii UCAPAN TERIMAKASIH ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Wisatawan Wana Wisata Continget Valuation Method (CVM) Penelitian Terdahulu. 12 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Konsep Nilai Wisata dan Willingnes To Pay Konsep CVM Keunggulan dan Kelemahan CVM Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan Dasar Pemilihan Variabel Kerangka Operasional Hipotesis.. 24 IV. METODELOGI PENELITIAN.. 25 xi

13 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Estimasi Nilai WTP Pengunjung Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata Pengujian Parameter. 32 V. GAMBARAN UMUM LOKASI Keadaan Lokasi Penelitian Objek Wisata Aksesbilitas VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Pengunjung Umur Responden Tingkat Pendidikan Pekerjaan Utama Tingkat Pendapatan Daerah Asal Jenis Kendaraan Frekuensi Kunjungan Biaya Perjalanan Penilaian Responden Terhadap Kondisi WWCN Keindahan Objek Wisata Kemudahan Mencapai Lokasi Kebersihan Lokasi Fasilitas yang Menunjang Keamanan Lokasi 50 VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesediaan Membayar Responden Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Responden Analisis Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Methode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP 64 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 70 xii

14 DAFTAR PUSTAKA.. 72 LAMPIRAN 74 RIWAYAT HIDUP. 86 xiii

15 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaannya Di Bawah Perum Perhutani (Orang) 4 3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umum Persentase jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Daerah Asal Persentase Jumlah Responden Berdasarka Kendaraan yang Digunakan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan Persepsi Responden Terhadap Keindahan Lokasi Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lokasi Persepsi Responden Terhadap Jumlah Fasilitas Penunjang Persepsi Responden Terhadap Keamanan Lokasi Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Jogging Track Plus Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Konservasi Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Konservasi xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Jogging Track Plus Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Konservasi. 62 xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus Awal Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi Awal Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Jogging Track Plus Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Konservasi Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 For Windows untuk Paket Jogging Track Plus Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Jogging Track Plus Uji Normalitas Paket Wisata Jogging Track Plus Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 For Windows untuk Paket Konservasi Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Konservasi Uji Normalitas Paket Wisata Konservasi Peta Lokasi Wana Wisata Curug Nangka. 85 xvi

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan sejarah. Semua hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan sektor pariwisata, khususnya wisata alam. Yoeti (2008) menyebutkan bahwa dampak pengembangan pariwisata dilihat dari kacamata ekonomi makro akan memberikan dampak positif. Sebagai suatu industri, pariwisata dapat menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran. Kabupaten Bogor memiliki banyak daya tarik wisata alam yang beragam, unik, dan tersebar di wilayahnya. Ada sekitar 46 objek wisata yang tersebar di seluruh daerah di Kabupaten Bogor. Wiasatawan yang berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik wisatawan nusantara/domestik maupun wisatawan mancanegara/asing. Data 1

19 jumlah wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor Jumlah Wisatawan (Orang) Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancangara Jumlah Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor (2010), Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan - perubahan sosial, budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Damanik, 2006). Peningkatan kebutuhan akan pariwisata dapat mendorong peningkatan penawaran produk atau objek wisata di suatu negara. Salah satu sektor wisata alam yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah wisata alam hutan. Wisata alam hutan atau wana wisata diartikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Atmajaya (2002) dalam Rahayu (2006)). Pengelolaan objek wisata alam hutan ini dimaksudkan sebagai 2

20 salah satu upaya untuk memanfaatkan fungsi hutan secara optimal, serba guna dan lestari dengan tetap mempertahankan aspek konservasi, keserasian dan keseimbangan lingkungan serta tidak merubah bentuk aslinya (Perum Perhutani, KPH Bogor). Perum Perhutani KPH Bogor disamping menjalankan misi pokoknya yaitu melakukan usaha-usaha produktif dibidang penguasaan hutan meliputi : penanaman, pemeliharaan, pungutan, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan, juga turut aktif mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan fungsi hutan. Beberapa lokasi objek wisata hutan tersebut telah dikebangkan menjadi objek wisata hutan dengan tidak meninggalkan asas perlindungan dan kelestarian alam, yang biasa disebut wana wisata. (Perum Perhutani, KPH Bogor). Kabupaten Bogor memiliki lima lokasi wana wisata (WW) andalan yang pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Wana wisata tersebut yaitu Wana Wiasta Curug Cilember, Wana Wisata Curug Nangka (WWCN), Wana Wisata Bumi Perkemahan Sukamantri, Wana Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder, dan Wana Wisata Penangkaran Rusa. (Perum Perhutani, KPH Bogor). Kelima wana tersebut memiliki daya tarik masingmasing dan banyak diminati oleh pengunjung, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Jumlah pengunjung yang datang ke lima wana wisata dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2. 3

21 Tabel 2. Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaanya di bawah Perum Perhutani (Orang) Tahun Objek Wisata Wana Wisata Curug Cilember Wana Wisata Curug Nangka Wana Wisata Buper Gunung Bunder Buper Sukamantri Penangkaran Rusa/WW Giri Jaya Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor Perumusan Masalah Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah adanya tiga air terjun atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung dengan masing-masing ketinggian antara meter dan memiliki keunikan tersendiri. Selain dapat menikmati keindahan curug yang ada di WWCN kegiatan lain yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan WWCN, antara lain menyusuri sungai, berenang di sungai, bermain flaying fox, serta berkemah atau camping. Keberdaan WWCN yang cukup dekat sekitar 15 KM dari jantung Kota Bogor 4

22 menjadikan wana wisata ini mudah diakses. Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka Wisatawan Tahun Jumlah (orang) Domestik (Orang) Asing (Orang) Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor 2010 Jumlah pengunjung yang berkunjung ke WWCN dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan, untuk itu pihak pengelola yakni Perum Perhutani berencana melakukan pengembangan pengelolaan. Marpaung (2002) menyatakan bahwa dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata bagi taman atau daerah konservasi memiliki konsep yang dianggap penting yaitu adanya tujuan pendidikan bagi pengunjung tentang apa yang mereka lihat, khususnya penekanan terhadap masalah ekologi dan konservasi. Pendekatan ini sangat sesuai kecenderungan keinginan dan kebutuahan pengunjung akan informasi yang memadai tentang lingkungan yang mereka kunjungi. Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Adapun rencana paket-paket wisata andalan yang akan ditawarkan WWCN adalah 5

23 paket jogging track plus dan paket konservasi. Paket-paket tersebut memiliki manfaat, tujuan, kegiatan, serta fasilitas yang berbeda. Adaya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di WWCN. Kegitan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam serta ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Wana wisata alam merupakan tempat rekreasi yang dapat dikatagorikan sebagai barang publik (public goods). Fauzi (2006) menyatakan barang publik memiliki dua sifat yang dominan yaitu non-rivalry dan non-excludability. Sifat non-rivalery yaitu setiap pengunjung objek wisata (konsumen) dapat memperoleh kepuasan rekreasi tanpa mengurangi kepuasan konsumen lain. Sifat nonexcludability berarti bahwa setiap orang dapat menikmati wisata alam tanpa dibatasi, oleh karena itu barang publik tidak memiliki data pasar, sehingga sulit untuk menentukan harganya. Ketiadaan pasar pada barang publik dapat diatasi dengan membuat kurva permintaan pada kesediaan membayar (Willingness to pay) atau metode biaya perjalanan (travael cost method). Dari uraian di atas maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Berapa nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang akan ditawarkan di WWCN? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta besarnya nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung? 6

24 1.3. Tujuan Penelitian adalah : Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini 1. Mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang ditawarkan di WWCN. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar paket wisata di WWCN serta besarnya nilai WTP yang dibayarkan pengunjung Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pemerintah Kabupaten Bogor umumnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor khususnya dalam menentukan kebijakan pengelolaan sektor pariwisata. 2. Perum Perhutani sebagai pengelola WWCN, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tarif paket wisata yang ditawarkan WWCN. 3. Para akedemisi dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya dan sejenis. 7

25 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diadakan di wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian untuk memperjelas dan mempersempit, maka dalam penilitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu: 1. Pokok bahasan penelitian ini adalah studi mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar tiket paket wisata serta nilai kesedian membayar harga tiket maksimum pengunjung Wana Wisata Curug Nangka berdasarkan analisis kesediaan membayar (WTP). 2. Kesediaan membayar adalah jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh seseorang guna memperoleh manfaat dari suatu peningkatan kondisi lingkungan yang lebih baik dari sebelumnya. 8

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Wahab (1992), menyatakan pariwisata adalah salah satu industri baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Wahab (1992) juga menyatakan kepariwisataan menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata yang meliputi perjalanan ke tempat tujuan atau komunitas yang terkenal dalam periode jangka waktu yang singkat, dalam rangka untuk mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk satu atau kombinasi kegiatan, Gilbert (1990) dalam Vanhove (2005). Pendit (2006) membagi bentuk- bentuk pariwisata berdasarkan katagori : a. Menurut asal wisatawan Pariwisata terdiri dari wisatawan domestik yakni wiasatawan yang berasal dari dalam negeri. Wisatawan internasional yakni wisatawan yang datang dari luar negeri 9

27 b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Terdiri dari pariwisata aktif dan pasif. Disebut pariwisata aktif karena adanya pemasukan valuta asing yang berdampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya. Pariwisata pasif terjadi karena adanya kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negative terhadap neraca pembayaran luar negerinya. c. Menurut jangka waktu Terdiri dari pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang dimana kedatangan seorang wisatawan diperhitungkan menurut lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. d. Menurut jumlah wisatawan Terdiri dari pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan tergantung atas jumlah wisatawan yang datang. e. Menurut alat angkut yang diperhitungkan. Katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, dan pariwisata mobil. Tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil Wisatawan Wisatawan merupakan unsur utama dalam pariwisata. Wisata merupakan suatu pengalaman yang sangat manusiawi, dapat dinikmati, dapat diantisipasi dan merupakan saat yang penting dalam hidup mereka, (Cooper et al. 1998). Pelaku perjalanan akan disebut wisatawan ketika mereka melakukan kegiatan wisata atau kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menikmati suatu obyek wisata (Wardiyanta, 2006). Menurut Wahab (1992), batasan wisatawan mencakup dua kategori yakni 10

28 wisatawan yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara dan maksud kedatangan mereka didasarkan atas : (1) waktu luang (berekreasi, cuti, untuk kesehatan, studi agama, dan olah raga). (2) bisnis, keluarga, misi, rapat dinas. Plog (1972) mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut 1 : 1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat local. 2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya. 3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris 2.3. Wana Wista Wana wisata adalah obyek-obyek wisata alam yang dibangun dan dikembangkan oleh perum perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Menurut Atmajaya (2002) dalam Rahayu (2006), hutan wisata alam didefinisikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (out-bond), dengan kriteria sebagai berikut : 1. memiliki keadaan alam yang menarik adan indah 2. memenuhi kebutuhan untuk rekreasi. 1 http//pengertian-pariwisata file:///f:/pariwisat KAJIAN SOSIOLOG DAN EKONOMI Bahan Kuliah dan Judul Penelitian.htm.diakses tanggal 9 Juni

29 3. Berdekatan dengan zona pemukiman. 4. Memiliki jenis-jenis satwa baru. 5. Cukup luas dan keadaan lapangan tidak membahayakan Contingent Valuation Method (CVM) Fauzi, 2006 menyatakan Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara dsb) dan kedua, keinginan menerima (Willingness To Accep atau WTA). Tekhnik CVM didasarkan pada asumsi mendasar mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis, 1999), karena itu jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum (Maximum Willingness To Pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang ditanya memiliki hak atas sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima (Willingness To Accept) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang dia miliki 2.5. Penelitian Terdahulu Aprilian (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung, dengan menggunakan methode biaya perjalanan. Dari hasil penilitian tersebut didapat bahwa faktor-faktor sosial yang mempengaruhi secara signifikan jumlah 12

30 kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu yang diperoleh adalah sebesar Rp ,00 sedangkan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp ,00. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah sebesar Rp ,00 Fitriani (2008) meneliti faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengunjung Agrowisata Taman Wisata Mekarsari (TWM) dengan menggunakan metode kontingensi. Faktor-faktor sosial ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ke lokasi Agrowisata TWM adalah jumlah tanggungan keluarga, hari kunjungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, kesediaan membayar, dan waktu tempuh. Jumlah kesediaan membayar dari seluruh pengunjung pada tahun 2006 adalah sebesar Rp sedangkan jumlah kesediaan membayar tahunan dari setiap pengunjung TWM sebesar Rp Surplus konsumen yang didapat sebesar Rp , dengan rata-rata surplus konsumen sebesar Rp untuk setiap orangnya. Amanda (2009) melakukan penelitian mengenai nilai WTP pengunjung objek wisata Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situdege. Dari hasil penelitiannya didapat sebanyak 81 persen responden (34 orang) menyatakan kesediaan untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat serta kerusakan 13

31 danau. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3.588,24 sedangkan nilai total WTP pengunjing Danau Situgede sebesar Rp Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat serta kerusakan danau, dan biaya kunjungan responden. 14

32 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993 dalam Djijono, 2002). Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah bahan mentah dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994 dalam Djijono, 2002 ) Konsep Contingen Valuation Method Garrod and Kennet (1999) menyatakan Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna. Dalam menilai dan mengukur barang dan jasa lingkungan terdapat dua pendekatan yaitu revealed preference approach dan stated preference approach. Metode valuasi kontingensi (CVM) termasuk pendekatan stated preference approach. Menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung ke 15

33 individu/masyarakat sejauh mana masyarakat mau membayar untuk perubahan kualitas lingkungan. CVM adalah metode tekhnik survey untuk menayakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka belikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak yang diterapkan. Tujuan CVM yaitu untuk menghitung nilai (harga) atau penawaran yang mendekati keadaan yang sebenarnya jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Asumsi yang digunakan dalam CVM yaitu individu yang terlibat dalam menilai lingkunganya memahami benar tentang kondisi lingkunganya, dapat memahami dan menentukan pilihan yang ada dengan tepat. Jawaban yang diberikan individu haruslah benar-benar apa yang akan dilakukannya seandainya kondisi lingkungan yang diharapkan benar-benar terjadi Keunggulan dan Kelemahan CVM Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM yaitu : 1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata dipasar saja. 2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu sering kali menjadi hanya satu-satunya tekhnik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan berbagai konteks kebijakan lingkungan. 3. Dapat digunakan dalam berbagai macam penelitian barang-barang 16

34 lingkungan di sekitar masyarakat. 4. Dibandingkan dengan tekhnik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Seseorang yang menggunakan CVM mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung. 5. Kapasitas CVM dapat menduga ''nilai non pengguna'' (Non use value). 6. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara, sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan pengguna secara terpisah. Menurut Hanley dan Spash (1993), keterbatasan utama dari penggunaan CVM adalah timbulnya bias, yang terjadi jika dalam penggunaan CVM timbul nilai WTP/WTA yang lebih tinggi atau nilai WTP/WTA yang lebih rendah dari nilai sebenarnya. Bias tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Bias strategi (strategic bias), yaitu bias yang terjadi karena barang lingkungan memiliki sifat ''non-excludabillity'' dalam pemanfaatanya, sehingga akan mendorong terciptanya respoden yang bertindak sebagai ''free rider'' dan tidak jujur dalam memberikan informasi. 2. Bias Rancangan (design bias), yaitu mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. 17

35 3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwan responden (mental account bias), yang terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk barang lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error), terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden dalam pasar hipotesis membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilakan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan Pihak Pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum Perhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata andalan yang dapat dinikmati oleh pengunjung WWCN. Paket wisata tersebut diantaranya paket jogging track plus dan paket konservasi. 1. Paket Jogging track plus Kegiatan dalam paket jogging track plus dilakukan selama satu hari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan suasana rekreasi baru, tidak hanya itu pengunjung juga akan mendapatkan pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dalam kawasan hutan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam paket wisata ini adalah tracking menyusuri hutan sejauh dua kilometer, selama diperjalanan pengunjung akan dipandu oleh pemandu dan akan diberikan 18

36 penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di hutan. Kegiatan diakhiri dengan bermain atau mandi di air terjun. Manfaat dari paket wisata ini adalah selain kita dapat menikmati pemandangan hutan, kegiatan menyusuri hutan ini sangat menyehatkan karena kita dapat menghirup udara segar dan berolah raga serta dapat mengenal tentang fungsi dan manfaat sumber daya hutan untuk menuju ramah lingkungan. Fasilitas yang diperoleh dari paket wisata ini adalah tiket masuk kawasan, snack, makan siang, medis dan pemandu. 2. Paket Konservasi Kegiatan dalam paket ini dilakukan selama dua hari satu malam. Tujuan dari kegiatan paket ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mempunyai rasa kepedulian untuk membangun kelestarian alam. Kegiatan yang dilakukan dalam paket ini adalah berkemah, api unggun, penyampaian materi, hiking, dan menanam pohon. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah pengunjung dapat menganal fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan. Fasilitas yang dapat diperoleh dari peket ini adalah tiket masuk kawasan, tenda, makan empat kali, api unggun, bibit, lahan tanam, lampu penerangan, dan pemandu. Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Dari skenario di atas maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 19

37 Apakah Sauadara berminat terhadap paket-paket wisata yang ditawarkan? Bersediakah Saudara membayar sejumlah uang tertentu untuk paket wisata tersebut? Berapa nilai harga tiket maksimum yang masih dapat Saudara bayarkan? Dasar Pemilihan Variabel Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebersediaan membayar serta besarnya nilai WTP terhadap paket wisata di WWCN diduga dipengaruhi oleh variabel-variebel sebagai berikut : 1. Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi analisis terkait dengan teori kebutuhan hidup manusia yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang pangan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi. Variabel tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 2. Biaya perjalanan Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan mencakup biaya sejak awal berangkat ke tempat wisata hingga kembali ke tempat semula. Biaya perjalanan diduga akan mempengaruhi secara negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung, semakin besar biaya 20

38 perjalanan maka nilai WTP yang diberikan akan semakin kecil, karena pengunjung akan merasa menambah terbebani dengan adanya tarif yang besar. 3. Usia Menurut Wahab (1992), umur dapat membuat individu melakukan aktivitas rekreasi yang berbeda. Kebutuhan dan kegemaran rekreasi berbeda pada tingkatan usia. Individu dengan usia lebih muda atau remaja cenderung akan melakukan rekreasi yang lebih kepada olah raga. Anak-anak atau yang berusia dini cenderung lebih menyukai rekreasi permainan dan menuntut ilmu. 4. Lamanya pendidikan yang di tempuh Tingkat pendidikan menunjukan lamanya pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka, pemikiran wawasan serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penilaian orang tersebut terhadap masalah ekologi dan konservasi. Tingkat pendidikan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung. 5. Waktu yang dihabiskan di lokasi Berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas yang lengkap yang disediakan oleh pengelola wisata akan membuat para pengujung merasa nyaman dan betah berlama-lama dilokasi tersebut, sehingga dapat mempengaruhi persepsi terhadap tempat wisata tersebut. Waktu yang dihabiskan dilokasi akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP. Semakin lama orang 21

39 tersebut berada dilokasi maka nilai WTP yang diberikan semakin besar. 6. Jumlah Tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan berkaitan dengan banyaknya pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh keluarga tersebut. Semakin banyak jumlah keluarga maka semakin meningkat pengeluaran keluarga tersebut. Jumlah tanggungan keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP Kerangka Operasional Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu tempat wisata di Kabupaten Bogor yang banyak diminati oleh pengunjung yang berasal dari Bogor maupun luar Bogor. Keindahan alam serta terdapatnya tiga curug yang indah menjadikan daya tarik WWCN untuk dijadikan alternatif tempat berwisata. Keberadaan tempat wisata tentu memiliki nilai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh pengunjung maupun pihak pengelola wisata. Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN mengalami penurunan, untuk itu Perum Perhutani selaku pengelola berencana untuk mengembangkan pengelolaan wisata agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada semaksimal mungkin. Rencana Perum Perhutani dalam pengembangan pengelolaan WWCN yaitu dengan membuat paket-paket wisata. Dimana dengan adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung serta meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke WWCN. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi nilai Willingness to pay (WTP) 22

40 pengunjung dalam menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata yang ditawarkan. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta besarnya nilai WTP pengunjung. Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1. Penurunan jumlah pengunjung Wana Wisata Rencana pengelolaan pengembangan WWCN dengan membuat paket-paket wisata Paket Konservasi Paket Jogging Track Plus Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP pengunjung Estimasi Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk paket Wisata yang ditawarkan. Regresi Logit dan Linear Berganda CVM Alokasi Sumberdaya Optimal dalam Rangka meningkatkan Jumlah Pengungjung Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional. 23

41 3.3. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang akan ditetapkan oleh pihak pengelola yakni Perum Perhutani. 2. Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata diduga dipengaruhi secara positif oleh variabel usia, jenis kelamin, lamanya pendidikan yang di tempuh, tingkat pendapatan, dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Variabel biaya perjalanan dan frekuensi kunjungan akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar pengunjung. 3. Besarnya nilai WTP pengunjung diduga dipengaruhi positif oleh variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, waktu yang dihabiskan di lokasi dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan dan jumlah tanggungan diduga akan berpengaruh negatif terhadap nilai WTP. 24

42 IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana Wisata Curug Nangka sebagai tempat penelitian didasari karena wisata ini merupakan salah satu wana wisata yang sering dikunjungi di Kabupaten Bogor. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan September - Oktober Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dengan pengunjung Wana Wisata Curug Nangka sebagai responden. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari beberapa dinas terkait instasi terkait di daerah penelitian yang meliputi dokumen atau arsip dan laporan dari pemerintah daerah, penelitian-penelitian terdahulu, dan lain sebagainya yang dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai Metode Pengambilan Sampel Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka. Sampel yang diambil sebanyak 80 responden. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu minimal sebanyak 30 data/sampel dimana data tersebut 25

43 mendekati sebaran normal. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara convenience sampling atau accidential sampling yaitu pengambilan berdasarkan spontanitas. Dalam hal ini siapa saja orang yang ditemui, maka orang terebut dijadikan sampel (responden) dengan persyaratan resonden berusia diatas 15 tahun Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sebagai berikut: a. Observasi langsung ke lapangan (direct observation), dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat secara langsung kondisi biofisik objek penelitian, seperti karakteristik pengunjung. b. Wawancara (interview), dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Data dan informasi dikumpulkan untuk mengetahui aspek ekonomi, sosial dan lingkungan pengunjung. c. Wawancara mendalam (in-depth interview), dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dengan mewawancarai informan kunci yang memiliki pengetahuan lebih terhadap Wana Wisata Curug Nangka itu sendiri. 26

44 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analilsis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan menggunakan progam Microsoft Office Excel, Minitab for Windows Release dan progam SPSS 15.0 for windows. Tabel 4 akan menguraikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian. Tabel 4. Matriks Keterkaitan Tujuan, sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Jenis Data Metode Analisis Data 1. Mengestimasi nilai WTP pengunjung terhadap harga paket wisata yang ditawarkan Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner Data primer berupa besarnya nilai yang bersedia pengunjung bayarkan CVM 2. Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner Data primer terdiri dari variabel jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, waktu yang di habiskan lokasi, jumlah tanggungan, dan frekuensi kunjungan. Analisis Logit dan regresi linear berganda Estimasi Nilai WTP Pengunjung Nilai WTP pengunjung untuk menjaga keindahan alam dan kelestarian lingkungan Wana Wisata Curug Nangka dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Fauzi (2006) menyatakan di dalam tahap operasional 27

45 penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan atau proses. Tahapan tersebut dapat dikatagorikan sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis Pasar Skenario yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pihak pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum Perrhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung WWCN. Paket tersebut diantaranya paket jogging track plus dan paket konservasi. Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Apakah Saudara bersedia membayar paket wisata tersebut? Berapakah nilai harga tiket maksimum yang masih dapat dibayarkan untuk paket wisata tersebut?. 2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai tawaran yang digunakan untuk menentukan nilai WTP adalah permainan lelang (Bidding Game) dimana responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang keinginan membayar sejumlah tertentu sampai mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan. 3. Menghitung Rataan WTP Dugaan rataan WTP dihitung dengan menggunakan rumus EWTP = WTP.X N 28

46 Dimana : EWTP WTPXi N = Dugaan rata-rata WTP (Rp) = Nilai WTP tiap responden (Rp) = Jumlah responden (Orang) 4. Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve) Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan dengaa persamaan sebagai berikut: WTP = ( PNDK, PNDTN, BP, JT, LK, FK ) Dimana : WTP PNDKN PNDTN BYPJ JT LK FK = Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp) = Lamanya menempuh pendidikan (Tahun) = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan) = Biaya perjalanan (Rp) = Jumlah tanggungan (Orang) = Lamanya di Lokasi (Jam) = Frekuensi Kunjungan (Kali) 5. Mengagregatkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Maka nilai total WTP didapat dengan menggunakan rumus : TWTP = EWTP.Ni 29

47 Dimana : TWTP = Total WTP (Rp) EWTPi = Rataan WTP (Rp) N i = Populasi (Orang) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung terhadap paket wisata di WWCN dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi logit. Variabelvariabel yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung adalah jenis kelamin, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, usia, biaya perjalanan, dan waktu yang dihabiskan dilokasi dan frekuensi kunjungan. Bentuk model logit yang akan digunakan adalah : L i = β 0 + β 1 USA I + β 2 JK I + β 3 PNDKN I + β 4 PNDTN I - β 5 BP I + β 6 LK I - β 7 FK I Dimana : L i = Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata (bernilai 1 jika besedia dan ber nilai 0 jika tidak bersedia) β 0 = Konstanta β 0.. β 6 = Koefisien regresi USA = Usia (Tahun) JK = Jenis kelamin(bernilai 1 jika laki-laki, bernilai 0 jika perempuan) PNDKN = Lamanya pendidikan yang di tempuh (Tahun) PNDTN = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan) BP = Biaya perjalanan ( Rp ) LK = Waktu yang dihabiskan di Lokasi (Jam) FK = Frekuensi kunjungan (kali) 30

48 Model logit diturunkan berdasarkan funsi peluang logistic kumulatif yang dispesifikan sebagai berikut (Juanda, 2009) : P i = F (Z i ) = F ( α + βx i ) = = (1) Dimana: P i = Peluang individu untuk mengambil keputusan α = Intersep β = Koefisien Regresi Xi = Variabel Bebas Untuk melihat model pada persamaan (1) dapat diestimasi hal yang pertama dilakukan dalah mengalikan kedua sisi persamaan dengan untuk mendapatkan, (1 + e -Zi )P i = 1 => = - 1 = = Dengan ln di kedua sisi, Z i = ln ln = Z i = α + βx i Analisis faktor-faktor yang mempegaruhi besarnya nilai WTP pengunjung dapat dilkukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Dimana fungsi persamaanya sebgai berikut : Y = β 0 + β 1 PNDKN I + β 2 PNDTN I - β 3 BP I - β 4 JT I + β 5 FK 5 + β 6 LK 6 Dimana : Y β 0 = Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp) = Konstanta 31

49 β 0.. β 5 = Koefisien Regresi PNDKN = Lamanya menempuh Pendidikan (Tahun) PNDTN = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan) BP = Biaya Perjalanan ( RP ) JT = Jumlah tanggungan (Orang) FK = Frekuensi Kunjungan (Kali) LK = Lamanaya di Lokasi (jam) 4.6. Pengujian Parameter Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan secara statistik. Uji yang dilakukan adalah : 1. Uji Likelihood Ratio Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan model UR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan model R (Ho benar) (Juanda, 2009). Hipotesis yang digunakan adalah : Ho: β 1 = β 2 =...= β n H 1 : minimal ada β j 0, untuk j = 1,2,...n Statistik uji-g dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas. G = -2 ln [ ] = 2 ln [ ] X2 (k-1) = 2[ln(likelihood_model UR ) ln(likelihood_model R )] Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H o ditolak jika: statistik G > X 2 α,(k-1) 32

50 2. Uji kendalan Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R- Square ( R 2 ) dari OLS ( Ordinary Laest Square ) WTP. 3. Uji Statistik F Uji F merupakan uji model secara keseluruhan. Tahapan uji statistik-f dalam ANOVA adalah sebagai berikut (Juanda, 2009) Hipotesis statistik: H 0 : σ R 2 = σ e 2 (atau σ R 2 σ e 2 ) atau (β 2 = β 3 = 0) H 1 : σ R 2 > σ e 2 (atau σ R 2 / σ e 2 > 1) atau (β 2 atau β 3 0) Stataistik uji yang digunakan adalah F hit = KTR/KTS ~ F (dbr,dbe), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: F (K-1, N-1) = db r = banyaknya peubah X = (k-1) db e = n-k Kriteria keputusan dalam uji-f adalah Jika F hit > F α(dbr,dbe) maka terima H 1 Jika F hit < F α(dbr,dbe) maka terima H 0 33

51 4. Uji Terhadap Kolinearitas Ganda ( Multicolinearity ) Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurana (perfect Multicolinearity) (Juanda,2009). Masalah Multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai VIF ( Varian Inflation Factor ) < 10 maka tidak ada masalah Multicolinearity. 5. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode dari model regresi linear adalah homoskedastitas yaitu sisaan ( ε ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama maka terjadi heteroskedastisitas. Adanya Heteroskedastisitas dapat dideteksi menggunakan metode grafik. 34

52 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Lokasi Penelitian Wana Wisata curug Nangka (WWCN) keberadaannya termasuk di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (THNGS) namun pengelolaanya masih di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. WWCN secara administratif terletak di desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa barat. Kawasan WWCN merupakan kawasan wisata/rekreasi alam dengan batas-batas disebelah utara dan timur berbatasan dengan Desa Sukajadi, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Malang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak. Secara umum topografi WWCN berbentuk lembah, dengan bentukan lahan yang bervariasi dan memiliki jenis tanah latosol coklat. Kawasan WWCN berada pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Tepatnya berada diantara LS dan BT dengan luas total kawasan ± 27.5 hektar, sedangkan luas kawasan yang telah di kelola seluas 5 hektar. Vegetasi yang mendominasi kawasan Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) adalah pinus (Pinus merkusii), adapun jenis vegetasi alam lainya yang berada di WWCN antara lain rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima noronhae), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium), ipis kulit (Kibessia azzorea), paku tiang (Cyathea arborea), dan pasang (Quercus sp). Jenis satwa yang cukup banyak ditemui di kawasa WWCN ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Jenis fauna lain yang dapat dijumpai di kawasan ini yaitu seperti ayam hutan (Gallyussgallus), elang hitam, babi hutan (Suscrofa), 35

53 ular tanah (Agkis trodon rodusthoma), burung kutilang (Pynonoctus aurigaster), dan burung pipit (Lonchura Leucogastroides) Objek Wisata Daya tarik objek wisata alam yang ada di kawasan WWCN yaitu adanya beberapa air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Air terjun yang mempunyai ketinggian 17 meter dan berada di tempat yang rendah, yaitu curug Nangka. Tidak banyak pengunjung yang mendatangi lokasi ini, hal ini dikarenakan lokasi curug ini cukup sulit untuk dilewati sebab luasannya sempit dan dikelilingi oleh tebing yang cukup tinggi. Pengunjung untuk mencapai lokasi ini harus melewati sungai yang berbentuk terowongan dan harus berbasah-basah di sungai karena tidak terdapat daratan pada lokasi ini. Sungai yang mengalir dari air terjun merupakan daya tarik tersendiri karena mempunyai air yang jernih serta bentuk alirannya yang berundak yang menyerupai air terjun kecil. Air terjun terbesar dan yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung adalah Curug Kawung yang mempunyai ketinggian 20 meter. Curug Kawung yang terletak beberapa ratus meter dari Curug Nangka ini, berada di tempat yang lebih tinggi untuk mencapainya biasanya pengunjung melewati jalur setapak di sebelah kiri sungai. Pada lokasi ini air terjun yang jatuh membentuk kolam alami yang tidak terlalu dalam sehingga banyak pengunjung yang melaukan aktivitas mandi atau bermain air. Area di Curug Kawung ini cukup luas, sehingga para pengunjung dapat leluasa dalam menikmati pemandangan air terjun. Banyaknya batu-batu besar dijadikan sebagai tempat bersantai atau tempat duduk bagi pengunjung dalam menikmati pemandangan disana. 36

54 Selain kedua air terjun tersebut, juga terdapat Curug Daun. Curug Daun merupakan aliran sungai yang berupa undakan-undakan sehingga terlihat seperti air terjun kecil. Aliran air sungai ini membentuk kolam-kolam air,sehingga banyak pengunjung yang berenang atau sekedar bermain air di kawasan ini. Beberapa kolam yang ada di Curug Daun ini memiliki kedalaman yang cukup dalam, sehingga ada penduduk setempat yang menyewakan ban untuk berenang. Area ini cukup banyak didatangi oleh pengunjung karena untuk menuju Curug Kawung pengunjung pasti akan melewati Curug Daun. Curug Daun ini banyak dijadikan tempat istirahat sementara bagi pengunjung yang akan menuju Curug Kawung. Selain air terjun dan sungai, dikawasan wisata ini juga terdapat hamparan rumput yang relatif datar seluas satu hektar yang dijadikan sebagai area perkemahan (camping ground) dan area piknik yang terbagi menjadi lima blok. Pengelola kawasan WWCN juga menyediakan arena permainan flying fox bagi pengunjung. Pengunjung yang ingin bermain flying fox dikenakan biaya lagi sebesar Rp bagi dewasa dan Rp bagi anak-anak untuk sekali meluncur. Dalam menunjang kegiatan aktivitas berwisata pengunjung, pihak pengelola telah menyediakan beberapa fasilitas penunjang, walaupun secara jumlah dan kualitas belum memadai. Beberapa fasilitas yang dapat digunakan oleh pengunjung antara lain kamar mandi umum, musholla, pusat informasi, areal parkir, shelter serta warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan cenderamata. Penggunaan kamar mandi pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 37

55 2000 per orang dan area parkir pengunjung dikenakan biaya Rp per kendaraan Aksesbilitas Aksesbilitas untuk menuju lokasi wisata ini relatif cukup mudah. Pengunjung untuk mencapai lokasi ini dapat menggunakan berbagai jenis kendaraan pribadi maupun umum. Perjalanan menuju lokasi ini berjarak 17 kilometer dari kota Bogor, dan dapat ditempuh selama ± satu jam dengan kendaraan bermotor. Jenis jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan kawasan WWCN terbagi menjadi dua, yaitu jalan kabupaten/kotamadya sepanjang 16 kilometer dan jalan desa sepanjang dua kilometer. kondisi kedua jalan tersebut telah beraspal dan dapat dilewati kendaraan dengan baik. 38

56 VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN). Jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yang dijadikan sebagai responden adalah sebanyak 80 orang, terdiri dari 47 orang responden pria (58,75 %) dan 33 orang responden perempuan (42,25%). Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dapat dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, daerah asal, jenis kendaraan yang digunakan, frekuensi kunjungan, jumlah rombongan, dan biaya perjalanan Umur Responden Umur responden dalam penelitian ini dibatasi, dimana pengunjung yang dijadikan responden adalah berusia minimal 15 tahun. Hal ini dikarenakan pada batas usia tersebut, mereka dianggap telah mampu untuk menentukan pengambilan keputusan dalam memilih tempat berwisata. Pengunjung WWCN memiliki keragaman usia mengingat WWCN merupakan suatu tempat wisata alam yang menawarkan keindahan alam dan kesejukan udaranya. Tidak adanya batasan umur bagi pengunjung menjadikan WWCN ini dapat dikunjungi oleh pengunjung berusia berapa pun. Jumlah responden yang paling banyak melakukan kunjungan wisata yaitu kelompok usia tahun sebanyak 46 orang (57,5%). Kelompok usia ini 39

57 termasuk usia remaja dan pemuda sehingga kebanyakan sebagian responden belum berkeluarga, dan kebanyakan dari mereka datang bersama pacar maupun teman untuk bermain dan bersenang-senang. Jumlah responden berdasarkan kelompok usia pengunjung lainnya yang berkunjung ke WWCN yaitu kelompok usia tahun sebanyak 17 orang (21,25%). Kelompok usia tahun sebanyak 13 orang (16,25%), dan kelompok usia tahun sebanyak empat orang (5%). Adapaun sebaran kelompok usia dengan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umur Kelopok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) , , , ,00 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun Tingkat Pendidikan Pengunjung yang datang ke WWCN memiliki keragaman latar belakang tingkat pendidikan akhir, dari mulai lulusan Sekolah dasar (SD) hingga lulusan Pasca sarjana (S2). Sebagian besar jumlah responden yang berkunjung ke WWCN memiliki latar belakang pendidikan terakhirnya adalah tingkat Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK). Jumlah responden yang tingkat pendidikan akhirnya SMA/SMK adalah sebanyak 44 orang (55%). Responden yang tingkat pendidikan akhiryanya hanya Sekolah Dasar (SD) sebanyak delapan orang (10%). Lima belas orang (18,75%) tingkat pendidikan akhirnya adalah SMP. Dua belas orang (15%) tingkat pendidikan akhirnya adalah S1. Hanya satu orang (1,25%) 40

58 responden yang tingkat pendidikan akhirnya S2. Adapun persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan akhirnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Tingkat Pendidikan Akhir Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) SD 8 10,00 SMP 15 18,75 SMA 44 55,00 S ,00 S2 1 1,25 Sumber : Hasil survey,diolah tahun Pekerjaan Utama Responden yang berkunjung ke WWCN sebagian besar telah bekerja. Kebanyakan pekerjaan utama responden yang berkujung ke WWCN antara lain pegawai swasta, PNS, buruh, wiraswasta, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 16 orang (20 %). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta adalah sebanyak 13 orang (16,25%). Responden yang bekerja sebagai buruh adalah sebanyak 16 orang (20%). Responden yang bekerja sebagai PNS adalah sebanyak empat orang (5%). Sebelas orang (15%) responden memiliki pekerjaan lain selain yang disebutkan diatas. Pekerjaan lain tersebut diantaranya adalah guru, SPG, ibu rumah tangga, tukang las, kurir, sopir, dan bidan. Sebanyak dua orang responden (2,5%) tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran. Adapun responden yang masih berstatus sebagai mahasiswa sebanyak 12 orang (15%) dan pelajar sebanyak enam orang (7,5%). Persentase jumlah responden berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. 41

59 Tabel 7. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Wiraswasta 13 16,25 Peg. Swasta 16 20,00 PNS 4 5,00 Buruh 16 20,00 Mahasiswa 12 15,00 Pelajar 6 7,50 Lain-lain 11 13,75 Pengangguran 2 2,50 Sumber : Hasil survey, diolah tahun Tingkat Pendapatan Beragamnya pekerjaan yang dimilki oleh responden menyebabkan tingkat pendapatan responden pun beragam. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan bersih responden selama satu bulan. Sedangkan untuk responden yang berstatus pelajar dan mahasiswa pendapatan bersihnya dilihat dari jumlah uang saku yang diterimanya. Responden yang mempunyai pendapatan bersih kurang dari Rp sebanyak 27 orang (33,75%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp Rp ada sebanyak 31 orang (38,75%). Pendapatan bersih dengan interval Rp Rp ada sebanyak 14 orang (17,5%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp Rp sebanyak enam orang (7,5%). Responden yang mempunyai pendapatan bersih dengan interval Rp Rp sebanyak dua orang (2,5%). Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. 42

60 Tabel 8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) > , , , , ,50 Sumber : Data primer, diolah tahun Daerah Asal Letak WWCN yang dekat dengan pusat Kota Bogor menjadikan tempat ini mudah diakses dari manapun. Kebanyakan pengunjung yang datang adalah pengunjung lokal dan hampir semua responden berasal dari daerah JABODETABEK. Keberadaan WWCN yang ada di wilayah Bogor menjadikan responden yang berasal dari Bogor yang paling banyak dijumpai. Sebanyak 46 orang responden (57,5%) berasal dari Bogor baik yang berasal dari Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor. Responden yang berasal dari Jakarta sebanyak 16 orang responden (20%). Berasal dari Depok sebanyak tujuh orang responden (8,75%). Bekasi sebanyak enam orang responden (7,5%), dan Tanggerang sebanyak tiga orang responden (3,75%). Sedangkan responden yang berasal dari luar JABODETABEK sebanyak dua orang (2,5%). Masing-masing responden tersebut berasal dari daerah Bandung dan Cianjur. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. 43

61 Tabel 9. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Daerah Asal Daerah Asal Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Bogor 46 57,50 Jakarta 16 20,00 Depok 7 8,75 Bekasi 6 7,50 Tanggerang 3 3,75 Bandung 1 1,25 Cianjur 1 1,25 Sumber : Hasil survey, diolah tahun Jenis Kendaraan Kualitas jalan yang cukup bagus untuk menuju lokasi tempat wisata ini menjadikan, tempat wisata ini dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan baik kendaraan pribadi maupun umum. Kebanyakan responden datang ke WWCN menggunakan sepeda motor yaitu sebanyak 53 orang ( 66,25%) hal ini di karenakan, menurut mereka menggunakan sepedah motor dapat lebih hemat dan cepat sampai ke tempat tujuan. Tujuh belas orang responden (21,25%) datang ke WWCN dengan menggunakan angkutan umum. Responden yang menggunakan mobil pribadi ada sebanyak sembilan orang (11,25%), biasanya pengunjung yang menggunakan mobil pribadi kebanyakan berasal dari daerah luar Bogor. Adapun satu orang responden (1,25%) bersama rombonganya menggunakan bus sewaan untuk datang ke WWCN. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan kendaraan yang digunakan untuk menuju tempat wisata ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. 44

62 Tabel 10. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Kendaraan yang Digunakan Jenis Kendaraan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Motor 53 66,25 Mobil Pribadi 9 11,25 Angkutan Umum 17 21,25 Bus 1 1,25 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun Frekuensi Kunjungan Jumlah frekuensi kunjungan responden ke WWCN selama lima tahun terakhir cukup beragam tetapi kebayakan responden yang ditemui baru pertama kali datang ke tempat wisata ini. Sebanyak 45 orang responden (56,25%) menyatakan bahwa mereka baru pertama kali datang ke WWCN. Pada umumnya mereka mengetahui informasi mengenai keberadaan tempat wisata ini dari teman atau saudaranya. Responden yang menyatakan datang untuk ke dua kalinya ke tempat wisata ini berjumlah 15 orang (18,75%). Sebanyak delapan orang responden (10%) menyatakan bahwa kunjungan mereka kali ini untuk yang ke tiga kalinya. Dua orang responden (2,5%) menyatakan sudah empat kali berkunjung ke tempat wisata ini. Sisa responden lainya yaitu sepuluh orang (12,5%) menyatakan bahwa mereka sudah lebih dari empat kali berkunjung ke WWCN. Bahkan ada responden yang sudah berkunjung ke WWCN selama lima tahun terakhir ini lebih dari 20 kali, hal ini dikarenakan tempat tinggal responden tersebut sangat dekat dengan tempat wisata ini. Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan frekuensi jumlah kunjungan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. 45

63 Tabel 11.Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Jumlah Kunjungan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 kali 45 56,25 2 kali 15 18,75 3 kali 8 10,00 4 kali 2 2,50 >4kali 10 12,50 Sumber : Hasil survey, diolah tahun Biaya Perjalanan Setiap yang melakukan perjalanan wisata pasti akan ada biaya yang dikeluarkan selama perjalanan. Jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan setiap pengunjung tentunya akan berbeda-beda. Dari penelitian ini didapat bahwa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp 0 Rp yaitu sebanyak 47 orang (58,75%) hal ini dikarenakan kebanyakan responden berasal dari Bogor, sehingga uang yang dikeluarkan untuk berwisata tidak terlalu banyak. Sedangakan responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp Rp sebanyak 23 orang (28,75%). Responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp Rp adalah sebanyak enam orang (7,5%). Responden yang mengeluarkan biaya perjalanan dengan interval Rp Rp adalah sebanyak tiga orang (3,75%). Hanya ada satu orang responden (1,25%) yang mengeluarkan biaya perjalanan lebih dari Rp Persentase banyaknya jumlah responden berdasarkan jumlah biaya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. 46

64 Tabel 12. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan Biaya Perjalanan (Rp) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) , , , , ,25 Sumber : Hasil survey, diolah tahun Penilaian Responden Terhadap Kondisi WWCN Kunjungan seorang wisatawan terhadap suatu tempat wisata alam tentu akan dipengaruhi oleh bagaimana kondisi tempat wisata tersebut. Baik dari segi keindahan objek wisata, fasilitas-fasilitas penunjang, kebersihan maupun keamanan tempat wisata tersebut. Semua hal tersebut akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung dalam berwisata serta keinganan pengunjung untuk kembali lagi ke tempat wisata tersebut. Dalam penelitian ini, pengunjung juga ditanyai mengenai persepsi mereka terhadap kondisi di WWCN. setiap pengunjung memiliki penilaian yang berbedabeda terhadap kondisi disana. Adapun penilaian pengunjung terhadap keindahan objek wisata, kebersihan, kemudahan mencapai lokasi, keberadaan fasilitas penunjang serta keamanan lokasi dapat dipaparkan sebagai berikut Keindahan Objek Wisata Keindahan alam berupa air terjun, sungai yang mengalir serta hutan yang mengelilingi tempat wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang. Persepsi pengunjung terhadap keindahan objek wisata cukup beragam. Sebanyak 58 orang responden (72,5%) yang mengatakan objek wisata Curug 47

65 Nangka indah. Responden yang mengatakan keindahan objek wisata curug Nangka sedang atau biasa saja adalah sebanyak 21 orang (26,25%). Hanya satu orang responden (1,25%) yang menyatakan objek wisata ini tidak indah. Persentase persepsi responden mengenai keindahan wisata dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Keindahan Lokasi Keindahan lokasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Indah 58 72,50 Sedang 21 26,25 Tidak indah 1 1,25 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun Kemudahan Mencapai Lokasi Letak objek wisata WWCN yang cukup strategis yaitu dekat dengan pusat kota Bogor menjadikan bagi sebagian orang cukup mudah untuk diakses. Dari keseluruhan jumlah responden, responden yang menyatakan bahwa akses menuju lokasi ini mudah dicapai adalah sebanyak 55 orang (68,75%). Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 25 orang responden (31,25%) mengatakan bahwa akses menuju tempat wisata ini cukup sulit. Kebanyakan responden yang mengatakan sulit untuk mencapai tempat wisata ini adalah responden yang berasal dari luar Bogor dan menggunakan kendaraan umum untuk menuju lokasi ini Kebersihan Lokasi Kebersihan lokasi merupakan salah satu faktor yang menunjang kenyamanan bagi pengunjung dalam berwisata. Penilaian pengunjung akan kebersihan tempat wisata cukup beragam. Kebanyakan responden menilai kebersihan di WWCN kurang atau kotor, sebanyak 31 orang responden (38,75%) 48

66 mengatakan demikian dan sebanyak tiga orang responden (3,75%) mengatakan bahwa tempat wisata ini sangat kotor. Adapula responden yang menilai untuk kebersihan di lokasi wisata sudah bersih dan sedang, dengan jumlah masingmasing responden yang menyatakan demikian sebanyak 18 orang (22,5%) dan 28 orang (35%). Mereka yang menilai kebersihan di lokasi wisata kurang bersih dikarenakan mereka melihat banyak sampah yang berserakan disekitar lokasi. Hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas tempat sampah yang disedikan oleh pengelola serta kurangnya kesadaran pengunjung akan menjaga kebersihan di tempat lokasi. Persentase persepsi responden mengenai kebersihaan lokasi dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lokasi Kebersihan Lokasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Bersih 18 22,50 Sedang 28 35,00 Kotor 31 38,75 Sangat kotor 3 3,75 Sumber : Hasil Survey, diolah tahun Fasilitas yang Menunjang Pengelola menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk menunjang kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Fasilitas tersebut antara lain kamar mandi, mushola, tempat parkir, tempat sampah, dan warung makan. Pengungjung menilai untuk kondisi kualitas dari fasilitas penunjang di WWCN sudah cukup memadai, namun dari segi jumlah fasilitas yang ada dinilai cukup kurang. Sebanyak 46 orang responden (57,5%) mengatakan fasilitas di WWCN kurang banyak, 27 orang responden (33,75%) mengatakan fasilitas di WWCN cukup banyak dan tujuh responden (8,75%) mengatakan fasilitas di WWCN banyak. 49

67 Persentase persepsi responden mengenai fasilitas penunjang wisata dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15. Persepsi Responden Terhadap Jumlah Fasilitas Penunjang Jumlah Fasilitas Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Kurang banyak 46 57,50 Cukup banyak 27 33,75 Banyak 7 8,75 Sumber : Hasil survey, diolah tahun Keamanan Lokasi Sebanyak 32 orang responden (40%) merasa bahwa lokasi wisata ini kurang aman dan tujuh orang responden (8,75%) mengatakan tidak aman untuk dikunjungi. Hal ini dikarenakan lokasi wisata yang dikelilingi oleh tebing-tebing ini membuat responden takut akan terjadinya longsor. Tidak adanya pos pengamanan diberbagai titik lokasi membuat pengunjung kurang merasa aman. Sedangkan 25 orang responden (31,25%) mengatakan tempat lokasi ini cukup aman dan 16 orang responden (20%) merasa tempat wisata ini aman untuk dikunjungi. Persentase persepsi responden mengenai keamanan lokasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Persepsi Responden Terhadap Keamanan Lokasi Keamanan Lokasi Jumlah Responden (orang) Perentase (%) Aman 16 20,00 Cukup Aman 25 31,25 Kurang Aman 32 40,00 Tidak Aman 7 8,75 Sumber : Hasil survey, diolah tahun

68 VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang rencanaya akan dibuat di WWCN. Setiap responden ditanyakaan mengenai kesediaan membayar terhadap paket wisata jogging track plus dan paket wisata konservasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan tehadap 80 responden, didapat responden yang menyatakan bersedia membayar untuk paket jogging track plus adalah sebanyak 53 orang (66,25%) sedangkan yang tidak bersedia 27 orang (33,75%). Dari 27 orang yang menyatakan tidak bersedia membayar, sebanyak 22 orang (81,48%) beralasan karena ketiadaan biaya. Sisanya beralasan tidak mau membayar paket wisata ini dikarenakan mempunyai penyakit yang tidak memungkinkan untuk mengikuti paket wisata tersebut seperti jantung, reumatik dan asma. Responden yang bersedia membayar untuk paket konservasi adalah sebanyak 67 orang (85%) dan 13 orang (15%) menyatakan tidak bersedia. Sama halnya seperti paket jogging track plus, kebanyakan alasan responden yang tidak bersedia membayar paket ini dikarenakan faktor biaya yang mahal. Dari 13 responden yang menyatakan tidak bersedia membayar karena mahalnya biaya ada sebanyak sepuluh orang (76,92%). Dua orang responden beralasan kegiatan paket wisata tersebut akan membosankan dan satu orang responden tidak memberikan alasanya. 51

69 Variabel respon yang digunakan pada analisis ini adalah peluang responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar paket wisata dengan menggunakan analisis regresi logit. Jika responden bersedia membayar, maka diberi nilai satu dan jika responden tidak bersedia membayar, maka diberi nilai nol. Variabel-variabel penjelas (independent) yang digunakan dalam model logit terdiri dari variabel kontinu yaitu usia (USA), pedapatan (PNDPT), lama menempuh pendidikan (PNDKN), biaya perjalanan (BP), lama di lokasi (LK), dan frekuensi kunjungan sebelumnya (FK), sedangkan jenis kelamin (JK) merupakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analis regresi logit, untuk paket wisata jogging track plus didapat nilai -2log likelihood sebesar 65,828 yang menghasilkan nilai Chisquare pada model sebesar 36,470 dengan signifikan 0,000. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hipotesis nol yang menyatakan bahwa semua slope dalam model sama dengan nol harus ditolak pada taraf nyata α=1%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau variabel penjelas secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan dan ketidaksediaan responden untuk membayar paket wisata jogging track plus. Pengertian lain bahwa model logit yang dihasilkan dapat menjelaskan atau memprediksi pilihan responden. Hasil dari anlisis regresi logit mengenai kebersediaan pengunjung dalam membayar paket wisata jogging track plus dapat dilihat pada Tabel

70 Tabel 17. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Variabel Koefisien Sig. Odds Ratio Constant -2,704 0,195 0,067 JK 0,028 0,968 1,028 USA -0,126 0,037 b 0,882 PNDKN 0,323 0,015 b 1,381 PNDPT 0,000 0,003 a 1,000 BP 0,000 0,089 c 1,000 LK 0,384 0,131 d 1,469 FK -0,069 0,432 0,934-2 Log likelihood = 65,828 Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Model 36, ,000 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 4, ,773 Sumber : Data Primer setelah diolah (2010) Keterangan : a signifikan pada tingkat kepercayaan 99% b signifikan pada tingkat kepercayaan 95% c signifikan pada tingkat kepercayaan 90% d signifikan pada tingkat kepercayaan 85% Berdasarkan uji kebaikan model dengan metode Hosmer-Lemeshow yang ditunjukkan pada Tabel 17 diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,854 dengan signifikan 0,773 yang lebih besar dari taraf nyata α = 20%, sehingga model regresi yang dihasilkan dinyatakan model yang baik. Model regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut ; Li = -2,704+ 0,028JK -0,126USA + 0,323PNDKN +0,000 PNDPTN + 0,000 BP + 0,384LK -0,069FK. Hasil analisi regresi logit untuk kesediaan membayar responden untuk paket konservasi, didapat nilai -2log likelihood sebesar 44,232 yang menghasilkan 53

71 nilai Chi-square pada model sebesar 27,431 dengan signifikan 0,000. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah hipotesis nol yang menyatakan bahwa semua slope dalam model sama dengan nol harus ditolak pada taraf nyata α=1% yakni menunjukkan bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol atau variabel penjelas secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap peluang kesediaan dan ketidaksediaan responden untuk membayar paket wisata konservasi. Hasil dari anlisis regresi logit mengenai kebersediaan pengunjung dalam membayar paket wisata konservasi dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan uji kebaikan model dengan metode Hosmer-Lemeshow yang ditunjukkan pada Tabel 18 diperoleh nilai Chi-square sebesar 2,962 dengan signifikan 0,937 yang lebih besar dari taraf nyata α = 20%, sehingga model regresi yang dihasilkan dinyatakan model yang baik. Model regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut ; Li = -3,578+1,037 JK -0,136 USA + 0,281 PNDKN +0,000 PNDPTN + 0,000 BP +0,672 LK -0,043 FK. 54

72 Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Konservasi. Variabel Koefisien Sig. Odds Ratio Constant -3,578 0,167 0,028 JK 1,037 0,268 2,821 USA -0,136 b 0,080 0,873 PNDKN 0,281 b 0,084 1,325 PNDPT 0,000 a 0,032 1,000 BP 0,000 0,255 1,000 LK 0,672 b 0,070 1,958 FK -0,043 0,690 0,958-2 Log likelihood = 44,232 Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Model 27, ,000 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 2, ,937 Sumber : Data Primer setelah diolah (2010) Keterangan : a signifikan pada tingkat kepercayaan 95% b signifikan pada tingkat kepercayaan 90% Dari kedua hasil analisis tersebut didapat variabel kontinu yang berkoefisien positif terhadap peluang kesediaan membayar untuk kedua paket tersebut adalah sama yaitu lama menempuh pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan dan lamanya di lokasi. Dapat disimpulkan jika nilainya meningkat satu satuan maka peluang responden bersedia membayar semakin besar. Pada variabel dummy, jika dummy bernilai satu maka peluang responden bersedia membayar akan lebih besar dari peluangnya untuk tidak bersedia membayar. 55

73 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Responden. Varaiabel-variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap kesediaan responden dalam membayar paket wisata jogging track plus dan paket konservasi yaitu tingkat usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan dan lamanya di loaksi. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata terhadap paket jogging track plus. 1. Usia Variabel tingkat usia pada paket jogging track plus memiliki P-value 0,037 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,05 dan paket konservasi memiliki P-value 0,080 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Kedua paket tersebut memiliki koefisien bertanda negatif berarti semakin bertambah usia pengunjung peluang untuk kebersediaan membayar paket wisata semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa peminat paket wisata baik paket jogging track plus maupun konservasi lebih banyak diminati oleh usia remaja. Nilai odds ratio variabel usia pada paket jogging track plus adalah sebesar 0,882 yaitu berarti pengunjung yang usianya lebih tua, peluang untuk membayar paket wisata jogging trakc plus turun 0,882 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata jogging trakc plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 0,873 yaitu berarti pengunjung yang usianya lebih tua, peluang untuk membayar paket wisata konservasi turun 0,873 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata konservasi. 2. Lamannya menempuh pendidikan 56

74 Variabel lamanya menempuh pendidikan pada paket wisata jogging track plus memiliki P value 0,015 berpengaruh nyata signifikan pada taraf nyata α = 0,05 dan paket wisata konservasi memiliki P value 0,084 berpengaruh nyata signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Keduanya memiliki koefisien positif yang artinya semakin lama tingkat pendidikan pengunjung, maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata semakin besar. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mempuh pendidikan lebih lama biasanya pola fikir orang tersebut akan semakin tinggi, sehingga dapat lebih merasakan adanya manfaat dari paket-paket wisata tersebut. Paket wisata jogging track plus memiliki nilai odds ratio sebesar 1,381 berarti jika lamanya menempuh pendidikan meningkat satu tahun maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata jogging track plus 1,381 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata jogging track plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 1,325 yang artinya jika lamanya pendidikan yang ditempuh meningkat satu tahun maka peluang pengunjung untuk membayar paket wisata konservasi lebih tinggi 1,325 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket wisata konservasi. 3. Tingkat pendapatan Variabel tingkat pendapatan pada paket jogging track plus memiliki P-value 0,003 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,01. Paket konservasi memiliki P-value 0,032 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,05 Keduanya memiliki koefisien positif yang artinya semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka responden akan semakin bersedia membayar paket wisata. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan seseorang maka 57

75 semakin tinggi pula kemampuan ekonominya sehingga semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk mengikuti paket wisata. Paket jogging track plus dan konservasi memiliki nilai odds ratio yang sama yakni satu, artinya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi peluang pengunjung untuk membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi. 4. Biaya perjalanan Variabel biaya perjalanan pada paket wisata jogging trakc plus memiliki P value sebesar 0,089 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Koefisien biaya perjalanan bertanda positif dan tidak sesuai dengan hipotesis awal, dimana biaya perjalanan akan berpengaruh secara negatif terhadap kesediaan pengunjung membayar paket wisata. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah uang yang dikeluarkan dalam berwisata bagi responden bukan menjadi suatu masalah jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diterimanya. Nilai odds ratio biaya perjalanan sebesar satu berarti biaya perjalanan tidak mempengaruhi peluang pengunjung untuk membayar paket jogging trakc plus. Variabel biaya perjalanan pada paket konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar pengunjung karena memiliki p value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0, Lamanaya di lokasi Variabel lamanya dilokasi pada paket jogging trakc plus memiliki P value sebesar 0,131 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,15. Pada paket konservasi P valuenya sebesar 0,070 berpengaruh nyata secara signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Variabel lamanya dilokasi pada kedua paket memiliki 58

76 tanda keofisien positif, artinya semakin lama pengunjung berada ditempat lokasi maka semakin bersedia responden membayar paket wisata. Nilai odds ratio lamanya di lokasi pada paket jogging track plus sebesar 1,469 artinya jika lama waktu yang dihabiskan pengunjung dilokasi di lokasi meningkat satu jam,maka peluang untuk membayar paket jogging track plus 1,469 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket jogging track plus. Paket konservasi memiliki nilai odds ratio sebesar 1,958 artinya jika lama waktu yang dihabiskan pengunjung dilokasi meningkat satu jam maka peluang membayar paket konservasi 1,958 kali lebih besar dibandingkan peluangnya untuk tidak membayar paket konservasi. Variabel jenis kelamin dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh terhadap kesediaan membayar responden terhadap paket wisata jogging track plus dan konservasi. Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata pada keduanya karena memiliki p value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0,968 dan 0,268, hal ini dikarenakan karena kegiatan-kegiatan yang ada pada paket jogging track plus maupun konservasi dapat diikuti oleh semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Variabel frekuensi kunjungan pada kedua paket tersebut memiliki P value yang lebih besar dari taraf nyata α = 0,15 yaitu 0,432 dan 0,690. Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden adalah pengunjung yang baru pertama kali datang ke tempat wisata ini, yaitu sebanyak 45 orang responden (56 %). 59

77 7.2. Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Methode Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis nilai WTP responden WWCN terhadap tarif paket wisata yang direncanakan oleh pengelola WWCN. Adapun hasil pelaksanaan langkah kerja dalam metode CVM adalah sebagai berikut : 1. Membuat Hipotesis Pasar Seluruh responden diberikan informasi mengenai rencana pembuatan paket wisata di WWCN yakni paket jogging track plus dan paket konservasi. Responden juga diberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paket wisata, manfaat serta fasilitas yang diberikan oleh pihak pengelola dalam tiap paket wisata. Adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung dalam berwisata, selain itu juga pengunjung dapat berpartisipasi dalam menjaga kelesatarian sumber daya yang terdapat di tempat wisata ini. Pengelola dalam merencanakan paket wisata ini sudah mengestimasi mengenai tarif paket wisata yang nantinya akan dikenakan. Informasi mengenai tarif maksimal yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata tersebut sangat diperlukan bagi pengelola, yaitu sebagai bahan pertimbangan kembali dalam menentukan tarif untuk paket wisata. 2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) WTP Pada penelitian ini nilai penawaran yang digunakan untuk mengetahui nilai WTP masing-masing paket wisata responden didapatkan melalui metode permainan lelang (Bidding Game). Dimana responden diberi pertanyaan secara 60

78 berulang-ulang tentang keinginan membayar sejumlah tertentu sampai mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan. 3. Menghitung Nilai Rata-Rata WTP Dugaan nilai rata-rata WTP responden WWCN terhadap tarif maksimal untuk paket wisata diperoleh berdasarkan rasio jumlah nilai WTP yang diberikan responden dengan jumlah total responden yang bersedia membayar. Distribusi nilai WTP responden untuk masing-masing paket wisata dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Mengacu pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 diperoleh nilai rata-rata WTP responden untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp ,00 sedangkan untuk paket konservasi nilai rata-rata WTPnya adalah sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp dan Rp Memperkirakan Kurva WTP Kurva lelang atau bid curve diperoleh, misalnya dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan bebarapa variabel bebas (Fauzi, 2004). Berdasarkan analisis regresi berganda, bahwa nilai WTP dipengaruhi secara nyata oleh variabel tingkat pendapatan, lamanya menenempuh pendidikan. Hubungan tingkat pendapatan dan nilai WTP pada paket jogging track plus dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 untuk paket konservasi. 61

79 WTP Hubungan Pendapatan dan WTP Pendapatan hubungan WTP dan Pendapatan Linear (hubungan WTP dan Pendapatan ) Gambar 2. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Jogging Track Plus WTP Hubungan Pendapatan dan WTP Pendapatan Hubungan Pendapatan dan WTP Linear (Hubungan Pendapatan dan WTP ) Gambar 3. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai WTP Pada Paket Wisata Konservasi. 5. Menjumlahkan Data Untuk Menentukan Total WTP (TWTP) Nilai total WTP (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Nilai rataan WTP yang telah diperoleh kemudian dikalikan dengan populasi pengunjung. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai TWTP responden pengunjung WWCN untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp ,00 sedangkan untuk paket konservasi nilai TWTPnya adalah Rp ,00. Dimana asumsi total populasi dalam sebulan yaitu orang. 62

80 Dari hasil analisis WTP dengan menggunakan metode CVM menghasilkan nilai rataan WTP pengunjung terhadap paket wisata lebih kecil dari tarif yang direncanakan oleh pengelola. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang sudah direncanakan oleh pengelola. Pengelola dalam menentukan tarif paket wisata menggunakan pendekatan harga pasar. Biaya yang dikenakan pada pengunjung terhadap paket jogging track plus terdiri dari biaya masuk kawasan, makan siang, snack, jalur track, medis, dan pemandu. Biaya yang dikenakan untuk paket Konservasi terdiri dari biaya masuk kawasan, makan empat kali, tenda regu, api unggun, lampu penerangan, bibit, pemandu, dan lobang tanam. Hasil WTP ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam menetapkan tarif paket wisata. Pihak pengelola dapat menurunkan biaya tetap dan biaya variabel dalam paket wisata tersebut. Turunnya tarif paket wisata nantinya akan dapat meningkatkan jumlah permintaan pengunjung terhadap paket wisata tersebut, sehingga akan terbentuk keseimbangan harga pasar baru yang efisien dari paket wisata tersebut. Perbedaan tarif yang direncanakan pihak pengelola dengan nilai rataan WTP pengunjung tidak terlalu jauh pada paket jogging track plus. Pengelola dapat mengurangi sedikit komponen biaya pada paket jogging track plus biaya yang dapat dikurangi oleh pengelola adalah seperti pada biaya jalur track, biaya operasional seperti biaya pemandu dan biaya medis dapat dikurangi sebesar Rp Makan siang dan snack dapat diganti dengan menu lain yang biayanya lebih murah. Perbandingan rincian anggaran biaya paket jogging track plus yang 63

81 awal dan biaya yang telah disesuaikan dengan nilai WTP dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Paket konservasi memiliki nilai WTP yang sangat jauh berbeda dengan tarif awal yang akan dikenakan oleh pengelola. Pihak pengelola untuk menyesuaikan dengan tarif dari WTP pengunjung harus cukup banyak mengurangi komponen biaya yang ada. Biaya tetap yang dapat dikurangi oleh pihak pengelola adalah biaya untuk tenda regu, lampu penerangan, dan api anggun. Biaya pemandu dapat dikurangi oleh pihak pengelola. Makan sebanyak empat kali dapat dikurangi menjadi tiga kali dan digantikan dengan snack, selain itu pihak pengelola dapat mengganti menu dengan menub yang lebih murah. Perbandingan anggaran biaya paket konservasi yang awal dan biaya yang telah disesuaikan dengan nilai WTP dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden terhadap paket wisata di WWCN dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan mengunakan enam variabel penjelas, yaitu variabel lamanya menempuh pendidikan (PNDKN), tingkat pendapatan (PNDPT), biaya perjalanan (BP), lama di lokasi (LK), jumlah tanggungan (JT) dan frekuensi kunjungan (JK). Hasil analisis regresi berganda untuk masing-masing paket wisata dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel

82 Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Standar Variabel Koefisien P-value VIF Keofisien (Beta) Constant ,470 PNDKN 1633,9 c 0,056 1,5 0,209 PNDPTN 0, a 0,000 2,4 0, , ,960 2,4 BP 0,006 LK JT ,501 1, ,514 1,5 FK 114,4 0,872 1,1 R-sq 66,30% F-statistik 15,06 0,000 Durbin Watson 1,58316 Sumber : Data Primer, Diolah (2010) 0,063 0,071 0,015 Tabel 20. Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden terhadap paket Konservasi. Standar Variabel Koefisien P-value VIF Keofisien (Beta) Constant ,029 PNDKN 3278 b 0,034 1,7 0,215 PNDPTN 0, a 0,000 2,1 0,770 BP -0,18099 c 0,051 1,8-0,201 LK 429 0,873 1,2 0,013 JT ,286 1,6 0,102 FK 804,4 0,413 1,2 0,068 R-sq 65,20% F-statistik 18,72 0,000 Durbin Watson 1,55233 Sumber : Data Primer, Diolah (2010) Keterangan : a signifikan pada tingkat kepecayaan 99%, b signifikan pada tingkat kepecayaan 95% c signifikan pada tingkat kepecayaan 90% 65

83 Berdasarkan hasil analilsis regtesi bergganda tersebut diketahui nilai R 2 untuk paket jogging track plus sebesar 66,30 persen. Artinya bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 66,30 persen sedangkan sisaanya sebesar 33,70 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Begitupula dengan paket konservasi yang memliki nilai R 2 sebesar 65,20 persen yang artinya bahwa keragaman nilai WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sebesar 65,20 persen sedangkan sisaanya sebesar 34,80 persen dijelaskan oleh variabel di luar model. Nilai F hitung pada masing-masing paket wisata adalah sebesar 15,061 dan 18,72 dengan P value yang sama yaitu 0,000 menunjukan variabel-variabel penjelas dalam model kedua paket secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf α = 0,01. Model yang dihasilkan telah diuji multikolinearitas, heteroskedasitas dan normalitasnya, berdasarkan hasil uji diketahui bahwa model tidak mengalami pelanggaran asumsi OLS. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa variabel pendapatan adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP yang diberikan oleh responden untuk kedua paket wisata tersebut. Hal tersebut dikarenakan variabel pendapatan memiliki nilai beta koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lainya. Model regresi yang diperoleh dari hasil analisi data tersebut adalah sebagai berikut. Model paket wisata jogging track plus : WTP = PNDKN + 0,0135 PNDPTN - 0,0035 BP LK JT+ 114 FK + ε i 66

84 Model paket wisata Konservasi WTP = PNDKN + 0,0279 PNDPTN - 0,181 BP LK JT FK +ε i Variabel-variabel yang mempengaruhi secara nyata trehadap nilai WTP responden untuk masing-masing paket wisata adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap nilai WTP. Paket wisata jogging track plus dan konservasi memiliki P value yang sama yakni 0,000 sehingga mempengaruhi nilai WTP secara signifikan pada taraf nyata α = 0,01. Keduanaya memiliki koefisien bertanda positif yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula nilai WTP responden terhadap paket-paket wisata. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendapatan seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan kebutuhan lain selain kebutuhan pokok yang sudah terpenuhi seperti rekreasi. Sehingga responden akan membayar nilai WTP yang lebih besar untuk memenuhi kepuasannya. 2. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pada paket wisata jogging track plus memiliki P value sebesar 0,056 signifikan pada taraf nyata α = 0,1. Pada paket konservasi memiliki P value sebesar Kedua koefisien variabel ini bertanda positif artinya semakin lama responden menempuh pendidikan semakin besar nilai WTP yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan responden yang lebih lama menempuh pendidikan cenderung lebih memiliki tingkat kesadaran akan manfaat yang akan 67

85 diterima dengan mengikuti paket wisata baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. 3. Biaya perjalanan Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata pada paket konservasi, dimana p value pada paket ini sebesar 0,051 signifikan pada taraf α = 0,1. Koefisien variabel biaya perjalanan bertanda negatif, yang artinya semakin besar biaya perjalanan maka besar nilai WTP yang diberikan semakin kecil. Hal ini dikarenakan, responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang besar akan merasa keberatan untuk memberikan nilai WTP yang besar. Pada paket jogging track plus variabel biaya perjalanan memiliki nilai p value yang lebih besar pada taraf α = 0,15 yaitu sebesar 0,960 sehingga variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP unutk paket jogging track plus. Variabel-variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap paket wisata jogging track plus maupun paket konservasi yaitu variabel jumlah tanggungan, lama dilokasi dan frekuensi kunjungan dimana pada semua variabel tersebut memiliki P value yang lebih besar pada taraf α = 0,15. Variabel jumlah tanggungan, lama di lokasi dan jumlah frekuensi kunjungan tidak dapat mencerminkan minat responden akan paket-paket wisata tersebut, hal ini dikarenakan nilai WTP yang diberikan responden dicerminkan oleh tingkat pendapatan dan pendidikan yang diikuti oleh pemahaman mengenai kepuasan akan berekreasi serta manfaat yang dapat diraskan oleh adanya paket-paket wisata 68

86 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitia ini adalah sebagai berikut : 1. Dari 80 responden yang diwawancarai mengenai kesediaan dalam membayar paket wisata. Sebanyak 66,25 persen responden menyatakan bersedia untuk membayar paket wisata Jogging track plus dan untuk paket konservasi sebanyak 83,75 persen responden menyatakan bersedia membayar. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi secara nyata terhadap keputusan responden untuk bersedia membayar paket wisata jogging track plus ataupun konservasi adalah variabel usia, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, dan lamanya di lokasi. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar untuk kedua paket tersebut adalah variabel jenis kelamin dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruh nyata pada paket wisata jogging track plus saja. 2. Paket wisata jogging track plus memiliki nilai rataan WTP sebesar Rp ,00 dengan nilai total WTP (TWTP) adalah Rp ,00. Paket konservasi memiliki nilai rataan WTP sebesar Rp ,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp ,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp dan Rp

87 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata besarnya nilai WTP responden untuk kedua paket wisata tersebut adalah variabel lamanya menempuh pendidikan dan tingkat pendapatan. Variabel biaya perjalanan hanya berpengaruhi nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden untuk kedua paket tersebut Saran 1. Pengelola harus dapat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas fasilitas penunjuang wisata agar pengunjung merasa nyaman dalam berwisata di WWCN ini. Khususnya dalam hal kebersihan dan keamanan lokasi, dimana pihak pengelola dapat menyediakan tempattempat sampah serta pos-pos keamanan diberbagai titik di tempat lokasi. Selain itu pengelola juga dapat memasang papan himbauan yang isinya untuk menjaga kebersihan, hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan tempat wisata. 2. Besarnya nilai rata-rata WTP pengunjung dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam penetapan biaya tarif paket-paket wisata di Curug Nangka. Dimana pengelola dapat menurunkan harga tarif paket wisata. Pengelola dapat mengurangi biaya-biaya operasional serta fasilitas yang ada dalam paket wisata tersebut. Pada paket wisata jogging track plus komponen biaya yang dapat diturunkan yaitu biaya jalur track, medis, pemandu, makan siang dan snack. Pada paket konservasi biaya komponen 70

88 biaya yang dapat diturunkan yaitu biaya sewa tenda, makan, pemandu, api unggun, lampu dan penerangan. Penurunan biaya ini diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah peminat paket wisata, sehingga nantinya akan didapat keseimbagan harga pasar yang baru. 3. Pengelola sebaiknya meningkatkan dalam hal promosi dari rencana paketpaket wisata, sehingga khalayak umum dapat mengatahui mengenai adanya paket wisata di WWCN. 71

89 DAFTAR PUSTAKA Aprilian, R Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung Dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Amanda, Sylvia Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian lingkungan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan manajemen. Insititut Pertanian Bogor, Bogor Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D. dan Wanhill, S. (1998). Tourism, Principles & Practice. Pitman Publishing. London. Damanik, J. dan H. F. Weber Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. ANDI. Yogyakarta. Djijono Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains Progam Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Fitriani, Yulia.2008.Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung Agrowisata Taman Buah Mekarsari dan Surplus Konsumen Menggunakan Metode Kontingensi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Garrod, et. all.1999.economic Valuation Of The Enviroment: Methods and case Studies.Edward Elgar Publishinng Limited. United Kingdom. Gujarati, Damodar Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Hufschmidt, et. all Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan Pedoman Penelitian ekonomis (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh : Reksohadiprodjo, Sukanto. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Hanley, N dan CL Spash Cost Benefit Analysis and The Enviroment Methods and Case Studies. Edward Elgar Publishinng Limited. United Kingdom. Ismayanti Pengantar Pariwisata. Arsindo. Jakarta Juanda, B Ekonometrika : Pemodelan dan pendugaan. IPB Press, Bogor. Marpaung, Happy Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta, Bandung 72

90 Pendit, N.S Ilmu Pariwistata : Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta. Perum Perhutani, KPH Bogor Rahayu, Nurdianti Analisis Proses Pengambilan Keputusan Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Manajemen.Institut, Pertanian Bogor, Bogor Vanhove, N The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington. Wahab, Salah Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya Paramita. Jakarta. Wardiyanta, Metode Penelitian Pariwisata. ANDI. Yogyakarta Yoeti, Oka A Tours and Travel Marketing. Pradnya Paramita. Jakarta Yoeti, Oka A Ekonomi Pariwisata. Kompas. Jakarta 73

91 Lampiran 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus WTP Jumlah Responden Persentase WTPx ΣResponden NO. (Rp) (orang) (%) (Rp) , , , , , , , , , , , , Total Sumber : Data Primer, setelah diolah 2010 Lampiran 2. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Konservasi NO. WTP Jumlah Responden Persentase WTPx ΣResponden (Rp) (orang) (%) (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Sumber : Data Primer, setelah diolah

92 Lampiran 3. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus Awal No Uraian Banyaknya Satuan Harga Satuan Harga 20 Orang 1 Tiket masuk 20 orang Jalur Track 20 orang Medis 1 orang Pemandu 1 orang Snack 20 dus makan Siang 20 box Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang 64062,5 Dibulatkan Lampiran 4. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track Plus yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP No Uraian Banyaknya Satuan Harga Satuan Harga 20 Orang 1 Tiket masuk 20 orang Jalur Track 20 orang Medis 1 orang Pemandu 1 orang Snack 20 dus makan Siang 20 box Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang 54687,5 Dibulatkan

93 Lampiran 5. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi Awal No Uraian Banyaknya Satuan Harga Satuan Harga 20 Orang 1 Tiket Masuk 20 Orang Tenda Regu Perhutani 1 Unit makan 4 20 Box Api Unggun 1 Paket Lampu Penerangan 3 Titik Bibit 20 Pohon Penjelasan materi 1 Orang Lobang Tanam 20 Lobang Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang Dibulatkan Lampiran 6. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP No Uraian Banyaknya Satuan Harga Satuan Harga 20 Orang 1 Tiket Masuk 20 Orang Tenda Regu Perhutani 1 Unit Makan 3 20 Box Snack 20 dus Api Unggun 1 Paket Lampu Penerangan 3 Titik Bibit 20 Pohon Penjelasan materi 1 Orang Lobang Tanam 20 Lobang Jumlah Profit Margin 15% Marketing Fee 10% jumlah per 20 orang Haga Per Orang Dibulatkan

94 Lampiran 7. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Jogging Track Plus Classification Table a,b Observed Predicted kesediaan membayar tidak bersedia bersedia Percentage Correct Step 0 kesediaan membayar tidak bersedia Bersedia Overall Percentage 66.2 a. Constant is included in the model. b. The cut value is,500 Block 1: Method = Enter Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square a a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than,001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step Block Model Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig Classification Table a Predicted kesediaan membayar Percentage Observed tidak bersedia bersedia Correct Step 1 kesediaan membayar tidak bersedia bersedia Overall Percentage 81.2 a. The cut value is,500 77

95 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a JK(1) USIA PNDPTN PNDKN BP LK FK Constant a. Variable(s) entered on step 1: JK, USIA, PNDPTN, PNDKN, BP, LK, FK. Lampiran 8. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk Paket Konservasi Classification Table a,b Predicted Ksediaan membayar Step 0 Observed Ksediaan membayar tidak bersedia bersedia Percentage Correct tidak bersedia bersedia Overall Percentage 83.8 a. Constant is included in the model. b. The cut value is,500 Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step Block Model Model Summary Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square a a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than,

96 Classification Table a Observed Predicted Ksediaan membayar tidak bersedia bersedia Percentage Correct Step 1 Ksediaan membayar tidak bersedia Bersedia Overall Percentage 88.8 a. The cut value is,500 Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1 a JK(1) USA PNDKN PNDPTN BP LK FK Constant a. Variable(s) entered on step 1: JK, USA, PNDKN, PNDPTN, BP, LK, FK. Lampiran 9. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab 14 for Windows untuk Paket Jogging Track Plus Regression Analysis: WTP versus pndkn; pndptn; Bp; lk; jt; Fk The regression equation is WTP = pndkn + 0,0135 pndptn - 0,0035 Bp lk jt Fk Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,73 0,470 pndkn 1633,9 833,3 1,96 0,056 1,5 pndptn 0, , ,59 0,000 2,4 Bp -0, , ,05 0,960 2,4 lk ,68 0,501 1,2 jt ,66 0,514 1,5 Fk 114,4 708,2 0,16 0,872 1,1 S = 13095,3 R-Sq = 66,3% R-Sq(adj) = 61,9% PRESS = R-Sq(pred) = 44,38% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,06 0,000 Residual Error Total

97 Source DF Seq SS pndkn pndptn Bp lk jt Fk Unusual Observations Obs pndkn WTP Fit SE Fit Residual St Resid 4 16, ,56 X 19 16, ,18R 23 12, ,33R 38 11, ,49 X 51 18, ,21R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,58316 Residual Plots for WTP No rmal Pro b ab ilit y Plo t o f t h e R esid u als R esid u als Versu s t h e Fit t ed Valu es 99 Percent Residual Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Fitted Value Frequency 10,0 7,5 5,0 2,5 0, Residual Residual Observation Order Lampiran10. Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Jogging Track Plus Regression Analysis: RESI1 versus pndkn; pndptn; Bp; lk; jt; Fk The regression equation is RESI1 = 0-0 pndkn - 0,00000 pndptn - 0,0000 Bp - 0 lk - 0 jt + 0 Fk Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,00 1,000 pndkn -0,0 833,3-0,00 1,000 1,5 pndptn -0, , ,00 1,000 2,4 Bp -0, , ,00 1,000 2,4 lk ,00 1,000 1,2 jt ,00 1,000 1,5 80

98 Fk 0,0 708,2 0,00 1,000 1,1 S = 13095,3 R-Sq = 0,0% R-Sq(adj) = 0,0% PRESS = R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,00 1, Residual Error Total Seq Source DF SS pndkn 1 0 pndptn 1 0 Bp 1 0 lk 1 0 jt 1 0 Fk 1 0 Unusual Observations Obs pndkn RESI1 Fit SE Fit Residual St Resid 4 16, ,56 X 19 16, ,18R 23 12, ,33R 38 11, ,49 X 51 18, ,21R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,5831 Lampiran 11. Uji Normalitas Paket Wisata Jogging Track Plus P robability P lot of S R ES 3 Norm al Percent Mean -0,01369 StDev 1,038 N 53 KS 0,104 P-Value >0, SRES

99 Lampiran 12. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam minitab 14 for Windows untuk Paket Konservasi Regression Analysis: WTP versus PNDKN; PNDPTN; BP; LK; JT; FK The regression equation is WTP = PNDKN + 0,0279 PNDPTN - 0,181 BP LK JT FK Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,23 0,029 PNDKN ,17 0,034 1,7 PNDPTN 0, , ,95 0,000 2,1 BP -0, , ,99 0,051 1,8 LK ,16 0,873 1,2 JT ,08 0,286 1,6 FK 804,4 975,9 0,82 0,413 1,2 S = 25365,2 R-Sq = 65,2% R-Sq(adj) = 61,7% PRESS = R-Sq(pred) = 55,67% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,72 0,000 Residual Error Total 66 1,10866E+11 Source DF Seq SS PNDKN PNDPTN BP LK JT FK Unusual Observations Obs PNDKN WTP Fit SE Fit Residual St Resid 17 12, ,06R 46 11, ,89 X 47 6, ,51 X 59 14, ,06R 63 16, ,43R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,

100 Residual Plots for WTP No rm al P ro b ab ilit y P lo t o f t h e R esid u a ls R esid u als V e rsu s t h e Fit t e d V a lu es 99, Percent Residual , Residual Fitted Value Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Frequency Residual Residual Observation Order Lampiran 13. Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata Konservasi Regression Analysis: RESI1 versus PNDKN; PNDPTN; BP; LK; JT; FK The regression equation is RESI1 = PNDKN - 0,00000 PNDPTN + 0,0000 BP - 0 LK + 0 JT + 0 FK Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,00 1,000 PNDKN ,00 1,000 1,7 PNDPTN -0, , ,00 1,000 2,1 BP 0, , ,00 1,000 1,8 LK ,00 1,000 1,2 JT ,00 1,000 1,6 FK 0,0 975,8 0,00 1,000 1,2 S = 25364,4 R-Sq = 0,0% R-Sq(adj) = 0,0% PRESS = R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,00 1,000 Residual Error Total Seq Source DF SS PNDKN 1 0 PNDPTN 1 0 BP 1 0 LK 1 0 JT 1 0 FK 1 0 Unusual Observations Obs PNDKN RESI1 Fit SE Fit Residual St Resid 83

101 17 12, ,06R 46 11, ,89 X 47 6, ,52 X 59 14, ,06R 63 16, ,43R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,55170 Lampiran 14. Uji Normalitas Paket Wisata Konservasi P robability P lot of R ES I1 Norm al Percent 99, Mean -5,84249E -11 S td ev N 67 K S 0,073 P-Value > 0, , RESI Lampiran 15. Peta Lokasi Wana Wisata Curug Nangka 84

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah, keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis budaya, serta berbagai peninggalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden Analisis kesediaan membayar dilakukan untuk mengetahui apakah responden bersedia atau tidak membayar daripada paket-paket wisata yang

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Menurut beberapa ahli pengertian Pariwisata, yaitu: (a) Pariwisata yaitu suatu proses berpergian yang mengakibatkan terjadinya suatu interaksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA PEMANDIAN COKROTULUNG KLATEN DENGAN TRAVEL COST METHOD (TCM) Skripsi

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA PEMANDIAN COKROTULUNG KLATEN DENGAN TRAVEL COST METHOD (TCM) Skripsi VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA PEMANDIAN COKROTULUNG KLATEN DENGAN TRAVEL COST METHOD (TCM) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK USIA PRODUKTIF DESA UNTUK BERPARTISIPASI DI KEGIATAN EKONOMI NON PERTANIAN

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK USIA PRODUKTIF DESA UNTUK BERPARTISIPASI DI KEGIATAN EKONOMI NON PERTANIAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK USIA PRODUKTIF DESA UNTUK BERPARTISIPASI DI KEGIATAN EKONOMI NON PERTANIAN (STUDI KASUS: KECAMATAN PANGURURAN DAN SIMANINDO) OLEH: VICTOR BAHTIAR

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : SALMIAH PANE 021201022/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

ABSTRACT. entertainment tax revenue, inflation rate, economic growth. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. entertainment tax revenue, inflation rate, economic growth. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Taxes collected from the public and businesses, basically used for the construction of economic infrastructure. Economic infrastructure is intended to support economic growth to impact on welfare

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus

Lampiran 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus Lampiran 1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus WTP Jumlah Responden Persentase WTPx ΣResponden NO. (Rp) (orang) (%) (Rp) 1 3 6 11,3 18 2 35 6 11,3 21 3 4 2 3,8 8 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN HARGA DAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi Pada Pasien Rumah Sakit Karima Utama Surakarta)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN HARGA DAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi Pada Pasien Rumah Sakit Karima Utama Surakarta) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN HARGA DAN FASILITAS TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi Pada Pasien Rumah Sakit Karima Utama Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG JAJANAN MALAM DI KOTA BARAT, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA SKRIPSI.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG JAJANAN MALAM DI KOTA BARAT, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA SKRIPSI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG JAJANAN MALAM DI KOTA BARAT, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM PELAPORAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM PELAPORAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM PELAPORAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI SKRIPSI Oleh LAMRIA BUTAR BUTAR 051201041/ Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU GRAMEDIA ISTANA PLAZA BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU GRAMEDIA ISTANA PLAZA BANDUNG ABSTRAK PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU GRAMEDIA ISTANA PLAZA BANDUNG Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus Objek Wisata Air Terjun Lepo di Desa Dlingo Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul) TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN

PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN LAPORAN AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

Lilis Wijayanti B

Lilis Wijayanti B PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI NILAI, HARAPAN, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PENYEDIA JASA TRANSPORTASI TRANS JOGJA

PENGARUH PERSEPSI NILAI, HARAPAN, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PENYEDIA JASA TRANSPORTASI TRANS JOGJA PENGARUH PERSEPSI NILAI, HARAPAN, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PENYEDIA JASA TRANSPORTASI TRANS JOGJA THE INFLUENCE OF THE VALUE, EXPECTATION AND TRUST ON THE CUSTOMER SATISFACTION OF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BERUSAHA. Tidak ada kata terlambat, Selama kita punya tekad yang kuat untuk. merubah segalanya jadi lebih baik Tetap Berusaha, Tekun, Berdoa,

BERUSAHA. Tidak ada kata terlambat, Selama kita punya tekad yang kuat untuk. merubah segalanya jadi lebih baik Tetap Berusaha, Tekun, Berdoa, i ii iii iv Tidak ada kata terlambat, Selama kita punya tekad yang kuat untuk merubah segalanya jadi lebih baik Tetap Berusaha, Tekun, Berdoa, SEMANGAT dalam menjalani apapun. karena selalu ada jalan selama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Globalisasi telah memberikan perubahan terhadap cara perusahaan untuk berkompetisi. Perkembangan industri yang begitu pesat, perdagangan bisa terjadi lintas negara serta membuka pasar tenaga kerja

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN ANALISIS NILAI EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM DANAU SIAIS DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN HASIL PENELITIAN oleh: Zulka Hidayati Nst 071201014 / Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI YUNITA MAHRANY A 111 08 293 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Di Indonesia pariwisata menjadi suatu bukti keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pariwisata Pengertian istilah Pariwisata menurut Spillane (1991) adalah perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI HASIL PENELITIAN Oleh : WELLY MANURUNG/041201020 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH PUTRI PRAYANA TARIGAN

SKRIPSI OLEH PUTRI PRAYANA TARIGAN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE AKUTANSI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA 2009-2013 OLEH PUTRI PRAYANA

Lebih terperinci

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PROMOSI WANA WISATA CURUG CILEMBER

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PROMOSI WANA WISATA CURUG CILEMBER PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN PROMOSI WANA WISATA CURUG CILEMBER Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Oleh: AFIFAH

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH BELANJA APBD BIDANG INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

SKRIPSI PENGARUH BELANJA APBD BIDANG INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH SKRIPSI PENGARUH BELANJA APBD BIDANG INFRASTRUKTUR, PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH BRILIAN AMIAL RASYID 100501099 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pariwisata Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

Lebih terperinci

PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK

PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK Assessment Of Tourist Attraction Zone Mananggar Waterfall Village Engkangin District Air

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN, KEMAMPUAN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS.

PENGARUH PELATIHAN, KEMAMPUAN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS. PENGARUH PELATIHAN, KEMAMPUAN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS Oleh : HENI DWI UTAMI NIM.2012-11-102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh sektor pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata memberikan kontribusi

Lebih terperinci