BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Supandi mengungkapkan pentingnya gerak sebagai kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia seperti halnya pentingnya minum dan makan. Hal tersebut berarti gerak dan olahraga merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menunjang kesehatan dan kebugaran jasmani (Tarigan, 2011). Berkaitan dengan pentingnya aktivitas jasmani, Bompa dan Astrand mengemukakan, apabila aktivitas jasmani atau olahraga memenuhi prinsip-prinsip latihan, misalnya melakukan aktivitas olahraga dengan beban latihan ringan sampai sedang serta dilakukan secara rutin dan teratur, kegiatan tersebut dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani (Tarigan, 2011) Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan program pengajaran yang sangat penting dalam membentuk kebugaran para siswa serta dapat mengarahkan siswa untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercapai generasi yang sehat dan kuat (Aminarni, 2009). Tujuan berolahraga dapat dibagi atas kebutuhannya, diantaranya (Nala, 2011): 1. Rekreasi bertujuan untuk bersenang-senang.

2 2. Pendidikan bertujuan untuk membina disiplin, kemauan, kepribadian, kerjasama, dan lainnya. 3. Kesehatan bertujuan sebagai sarana pencegahan agar tidak mengalami keadaan sakit. 4. Kesegaran jasmani bertujuan agar mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dengan efektif dan efisien. 5. Prestasi bertujuan untuk menjadi juara olahraga Atletik dan lempar cakram Atletik merupakan olahraga tertua, dimana gerakan pada olahraga atletik seperti: jalan, lari, lompat dan lempar menjadi dasar gerakan-gerakan olahraga yang dapat dijumpai pada hampir setiap cabang olahraga lainnya, atau sering dikatakan bahwa atletik merupakan dasar dari semua cabang olahraga (mother of sport) (Dixon, 2014). Atletik merupakan aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lain karena bagian-bagian gerakan pada olahraga atletik menjadi dasar gerakan untuk penyempurnaan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga lainnya. Lempar cakram (discus throw) adalah salah satu bagian dari olahraga atletik nomor lempar. Lempar cakram bertujuan melemparkan benda berbentuk bulat pipih (cakram) sejauh-jauhnya menggunakan ritme, kekuatan, keterampilan dan teknik dasar lempar cakram yang kuat (Guthrie, 2008). Cakram yang digunakan pada saat lempar cakram adalah benda yang berbentuk bulat pipih dengan diameter lingkarannya adalah 220 mm. Cakram pada lempar cakram dibagi menurut beratnya menjadi dua, diantaranya cakram yang digunakan untuk lakilaki memiliki berat dua kg dan cakram yang digunakan khusus untuk perempuan memiliki berat satu kg.

3 2.1.1 Gerak pada lempar cakram Cakram yang dilempar harus dipegang dengan teknik yang benar, supaya arah dari lemparan sesuai dengan aturan yang ada dan hasil lemparan cakram jatuh didaerah yang telah ditentukan. Cakram dilempar dengan posisi menyampingi arah lemparan yang biasanya digunakan oleh para pemula karena gerakannya lebih mudah, cukup sederhana dan terbiasa diajarkan oleh tenaga pendidik kepada para siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam cara melempar cakram dengan menyampingi arah lemparan dapat dilakukan dengan teknik melempar cakram sebagai berikut (Sodikin dan Achmad, 2009). 1. Tahap awal gerakan dalam lempar cakram dilakukan dengan cara: 1) Cakram diletakkan pada telapak tangan kiri, kemudian tangan kanan di atas cakram. 2) Berdiri di dalam lingkaran (daerah melempar), dengan posisi badan menyampingi arah lemparan. Gambar 2.1 Tahap awal gerakan lempar cakram. (Nikitin, 2015)

4 2. Tahap pelaksanaan gerakan lempar cakram dilakukan dengan cara : 1) Kaki dibuka sejajar, menyampingi arah lemparan. 2) Berat badan berada pada kaki belakang. 3) Cakram dikait, dengan lengan kanan lurus ke bawah. Cakram diayun ke depan atas sebanyak tiga kali. Ayunan tangan ke belakang dengan mempersiapkan otot-otot yang dilibatkan dalam posisi regang penuh (tidak berlebihan) bertujuan untuk menambah waktu dan jarak persiapan yang bermanfaat meningkatkan tenaga yang diproduksi (Redhana, 2008) 4) Cakram dilempar, berat badan berada pada kaki belakang dan punggung tangan berada di atas. Jari kelingking membantu pada saat lepasnya cakram ke depan. Gambar 2.2 Tahap pelaksanaan gerak lempar cakram (Nikitin, 2015). 3. Tahap akhir gerakan melempar cakram dilakukan dengan cara : 1) Gerakan kaki mengikuti putaran badan terakhir.

5 2) Salah satu kaki ke depan, dan kaki yang lain diluruskan ke belakang untuk menjaga keseimbangan agar anggota badan tidak melewati garis batas lemparan. Gambar 2.3 Tahap akhir gerakan lempar cakram (Nikitin, 2015). 2.2 Pelatihan Penerapan Ilmu Faal Olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet sangat penting untuk menentukan takaran latihan, keberhasilan latihan atlet selama periodisasi latihan. Fisiologi Olahraga merinci dan menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan tunggal (acute exercise) atau latihan yang dilakukan secara berulang-ulang (chronic exercise) dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologis individu (Anonim, 2010). Untuk meningkatkan prestasi, diperlukan kesehatan fisik yang tinggi, yang dapat dibina melalui masukan gizi yang cukup dan latihan yang baik (Suniar, 2002). Pelatihan menurut Bompa merupakan suatu aktivitas yang komplek, suatu kinerja dari atlet yang dilakukan secara sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang secara individual, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk fungsi

6 fisiologis dan psikologis tertentu agar dapat memenuhi berbagai tuntutan tugas sewaktu berolahraga (Nala, 2011). Dimana pelatihan olahraga dapat dibagi sesuai dengan spesialisasi yang akan dilatih, spesialisasi membagi pelatihan olahraga menjadi empat macam diantaranya (Nala, 2011): Pelatihan fisik Pelatihan fisik merupakan pelatihan dengan usaha untuk memperbaiki sistem, fungsi organ dengan memberikan beban latihan kepada bagian fisik untuk mengoptimalkan kinerja dan penampilan atlet. Pelatihan fisik merupakan unsur terpenting dalam pelatihan olahraga untuk mencapai prestasi tertinggi. Menurut Petersen beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan program pelatihan fisik, diantaranya (Nala, 2011): 1. Intensitas / Beban Pelatihan. Setiap atlet memiliki kemampuan menerima beban pelatihan yang berbeda-beda. Sehingga beban pelatihan yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing atlet. Beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu ringan bahkan terlalu berat supaya tidak menyebabkan cedera pada atlet. Sebagai pertimbangan penerapan prinsip beban berlebih, akan mengakibatkan kelelahan (fatique) dapat menghilangkan kemampuan tubuh dalam merespon suatu rangsang (Joesoef, 2014). Kelelahan dalam berolahraga dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan psikis. 2. Spesifikasi. Pelatihan fisik menurut Frank dibuat sedemikian rupa sehingga pelatihannya menyerupai dengan gerak aktivitas yang dibutuhkan dalam spesialisasi olahraga. Prinsip kekhususan (the principle of spesificity), adalah prinsip latihan untuk memenuhi sasaran tertentu. Sasaran yang dimaksud adalah spesifik terhadap kelompok otot

7 tertentu, spesifik terhadap rangkaian pola gerakan, spesifik terhadap sistem energi predominan dan lain sebagainya (Bafirman, 2013). 3. Progresif. Prinsip beban bertambah (the principle of progressive resistance) adalah penambahan beban yang dilakukan dari satu hari latihan kehari latihan berikutnya. Wujud dari penambahan beban ini dapat berupa meningkatkan frekuensi, lama latihan, set, maupun repetisi. Konsep diberlakukannya prinsip beban berlebih ini karena diyakini bahwa faal tubuh dapat beradaptasi terhadap stimulus yang diterimanya. Tujuan penerapan prinsip ini adalah untuk mengoptimalkan kemampuan fungsional tubuh, yang selanjutnya berwujud prestasi optimal yang diinginkan. Latihan berat yang dilakukan hendaknya diselingi dengan latihan ringan, dengan tujuan memberikan kesempatan faal tubuh beristirahat (pemulihan cadangan energi/ memperbaiki jaringanjaringan yang rusak). 4. Waktu Pemulihan. Prinsip pulih asal (the principle recovery) menurut Costill adalah prinsip yang memandang bahwa faal tubuh perlu masa istirahat. Masa istirahat ini diperlukan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sediakala. Pemulihan cadangan energi, pembersihan akumulasi asam laktat, pemulihan cadangan oksigen, dan perbaikan jaringan yang rusak adalah serangkaian peristiwa yang terjadi pada saat istirahat (Bafirman 2013). Bentuk aktivitas selama pemulihan disela latihan dapat dilakukan dengan istirahat pasif maupun aktif. Prinsip kembali asal (the principle reversibility) adalah prinsip yang memandang bahwa peningkatan kualitas fisik akibat dari latihan yang berkualitas, akan kembali ketingkat paling dasar, jika latihan tidak dilakukan dalam jangka yang panjang dan berkesinambungan. Jika beban latihan dapat ditingkatkan secara terus

8 menerus, maka akan terjadi peningkatan komponen kebugaran jasmani dalam taraf tertentu. Menurut Brooks urutan pelatihan fisik yang harus diterapkan, yaitu (Nala, 2011): 1. Pelatihan Fisik Umum, merupakan fase awal pelatihan fisik. Pada fase pelatihan fisik umum ini pelatihan belum dikaitkan dengan bidang olahraga spesialisasinya. Dimana pelatihan fisik dalam fase umum ini dilakukan dengan intensitas yang tidak terlalu berat agar tidak menimbulkan cedera, karena pada fase ini, otot, tulang, dan ligament belum terkonsolidasi. 2. Pelatihan Fisik Khusus, merupakan fase lanjutan dari pelatihan fisik umum. Pada fase ini pelatihan sudah ditujukan sesuai dengan cabang olahraga pilihannya. Setiap pelatihan pengembangan sistem organ tubuh sudah relevan dengan kebutuhan yang akan dihadapi pada waktu pelatihan teknik dan taktik sesuai dengan bidang olahraga spesialisasinya. 3. Pelatihan Komponen Biomotorik Khusus, merupakan fase pelatihan lanjutan dari pelatihan fisik umum dan pelatihan fisik khusus. Pada fase ini dilatih komponen biomotorik yang betul-betul dibutuhkan untuk menunjang kemampuan teknik dan taktik bermain. Takaran pelatihan untuk mengembangkan kemampuan komponen biomotorik khusus diberikan dengan intensitas yang tinggi. Pada fase ini, pelatihan yang dipilih menyerupai gerakan sesungguhnya agar komponen biomotorik yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kemampuan teknik atau taktik sehingga dapat memaksimalkan hasil gerakan yang dilakukan.

9 2.2.2 Pelatihan teknik Pelatihan teknik menurut Nossek adalah gerakan pelatihan yang diperlukan untuk memperbaiki teknik gerakan untuk dapat melaksanakan cabang olahraga tertentu dengan lebih baik. Pelatihan teknik merupakan pelatihan khusus untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neuromuscular. Kesempurnaan teknik dasar dari setiap gerakan sangat penting oleh karena akan menentukan gerak keseluruhan. Sehingga setiap gerakan-gerakan dasar dari bentuk teknik yang diperlukan dari cabang olahraga yang bersangkutan harus dapat dilatih dan dikuasai secara sempurna (Lenati, 2014). Pada tahap pelatihan teknik, menurut Nossek dalam dasar kepelatihan mengemukakan pelatihan teknik dapat dibagi menjadi tiga tahap yang harus dilakukan, meliputi (Pekik 2002): 1). Tahap pengembangan koordinasi kasar (gross coordination), tahap koordinasi kasar ini dilakukan untuk mengembangkan tahap pelatihan selanjutnya. Tahap ini dilakukan kepada atlet pemula yang biasanya belum bisa melakukan gerakan yang baik, biasanya terlihat dari gerakan-gerakan atlet masih kaku, dan kurang efisien. 2). Tahap koordinasi halus (fine coordination), tahap ini diberikan dan terlihat kesalahan gerak sudah mulai berkurang, gerak lebih konsisten dan stabil serta lebih efisien. 3). Tahap stabilisasi dan otomatis (stabilization and automatization) pada tahap pelatihan ini atlet sudah mampu mengatasi hambatan-hambatan, serta gerakan sudah dilakukan otomatis tanpa dipikirkan terlebih dahulu, ditahap pelatihan ini gerak sudah sangat efisien sehingga keluaran energi sangat sedikit dengan menghasilkan hasil gerakan yang sangat maksimal.

10 2.2.3 Pelatihan taktik Pelatihan taktik adalah cara-cara yang diperlukan untuk memenangkan suatu pertandingan secara sportif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan daya tafsir pada atlet. Teknik gerakan yang sudah dikuasai dengan baik harus dituangkan dan diorganisir dalam setiap tahap pelatihan Pelatihan mental Kemajuan mental atlet tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan ketiga faktor pelatihan di atas, karena betapapun sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut dikembangkan, prestasi maksimal tidak akan tercapai. Pelatihan mental menekankan pada perkembangan kedewasaan atlet, penekanan emosi serta implusif, misalnya: semangat bertanding, sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi walaupun berada pada keadaan tertekan, sportifitas, percaya diri dan kejujuran. 2.3 Tujuan Pelatihan Fisik Tujuan dari pelatihan fisik menurut Bompa adalah untuk memperbaiki struktur dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai optimal (Lenati, 2014). Setiap penyusunan program pelatihan, terlebih dahulu ditetapkan tujuan pelatihan sehingga perencanaan dan pelaksanaan pelatihan dapat disesuaikan dengan tujuan (Nala, 2011). Secara garis besar tujuan pelatihan olahraga menurut Nala (2011), adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, yang meliputi pengembangan seluruh kemampuan komponen biomotorik, yang menyangkut sepuluh komponen biomotorik.

11 2. Mengembangkan komponen fisik khusus, yang disesuaikan dengan tipe atau spesialisasi cabang olahraga yang dilatih. 3. Memperbaiki teknik atau keterampilan sesuai dengan spesialisasi olahraga yang ditekuni. 4. Memperbaiki strategi dan teknik bermain. Dalam hal ini diperhitungkan juga kekuatan dan kelemahan serta watak dari lawan yang dihadapi sehingga strategi dapat dipersiapkan dengan matang. 5. Meningkatkan kualitas kemauan atlet. 6. Meningkatkan persiapan dan kerjasama tim. 7. Meningkatkan derajat kesehatan atlet. 8. Mencegah cedera dengan melakukan pemanasan sebelum latihan inti. 9. Memperkaya pengetahuan teori. Diperkenalkan terutama tentang fisiologi atau psikologi dasar pelatihan, perencanaan, gizi dan regenerasi. 2.4 Prinsip Pelatihan Fisik Prinsip dari pelatihan adalah suatu petunjuk dan aturan yang disusun secara sistematis, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Prinsip dasar ini merupakan langkah awal dalam kegiatan penyusunan program pelatihan yang optimal dan efektif untuk dapat diaplikasikan. Prinsip pelatihan fisik menurut Nala (2011), mengatakan bahwa lama pelatihan yang dilakukan sampai diperoleh hasil latihan yang konstan dimana tubuh sudah beradaptasi dengan pelatihan yang dilakukan akan tercapai dengan pelatihan yang dilakukan dalam jangka waktu 6-8 minggu pelatihan.

12 Prinsip-prinsip dasar pelatihan diuraikan terdiri dari 7 prinsip diantaranya (Nala, 2011), 1. Prinsip Aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti latihan. Prinsip ini diterapkan bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu pelatihan sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan mengikuti pelatihan dengan bersungguh-sungguh tanpa ada paksaan dan tidak hanya berlatih ketika didampingi oleh pelatih saja. 2. Prinsip pengembangan multilateral. Pelatihan fisik umum atau pelatihan multilateral yang dilaksanakan sebelum pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali terlebih dahulu pelatihan dasar-dasar kebugaran fisik dan komponen biomotorik. Selain itu dikembangkan pula seluruh organ dan sistema yang ada dalam tubuh, baik yang menyangkut proses fisiologis maupun psikologisnya. 3. Prinsip spesialisasi. Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilanjutkan dengan pengembangan fisik khusus atau spesialisasi yang tentunya disesuaikan dengan cabang olahraga yang dilatih. Pelatihan spesialisasi dapat dimulai setelah sesuai dengan umur untuk cabang olahraga yang dipilih oleh anak atau atlet bersangkutan. Untuk melatih cabang olahraga atletik termasuk lempar cakram, spesialisasi umur yang dilatih antara tahun. 4. Prinsip individualisasi. Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan spesifikasi dalam olahraga yang berbeda satu sama lainnya, sehinggga cara pelatihannya akan berbeda. Pendekatan personalisasi dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi (Zamroni, 2003).

13 5. Prinsip variasi atau keserbaragaman. Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus menerus akan cukup membosankan. Untuk menghindari hal tersebut maka dalam pelaksanaan pelatihan perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap mengacu pada tujuan pelatihan dan tidak keluar dari program pelatihan yang ditetapkan, sehingga atlet tetap bergairah dan semangat dalam berlatih. 6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan. Model yang dimaksud dalam prinsip ini adalah imitasi, suatu simulasi dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari fenomena yang diamati yang mendekati keadaan sebenarnya. 7. Prinsip peningkatan beban progresif dalam pelatihan. Beban pelatihan dimulai dengan beban awal yang ringan, kemudian ditingkatkan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan atlet bersangkutan. Dapat pula dilakukan diawali dengan gerakan sederhana kemudian ditingkatkan menjadi gerakan yang semakin rumit. 2.5 Prosedur Pelatihan Fisik Prosedur pelatihan fisik pada pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian latihan pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan (Syarifudin, 1997) Pemanasan Pemanasan menurut Bompa (2001) adalah tahap awal pelatihan yang sangat penting untuk dilakukan. Mengingat pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis dalam menghadapi pelatihan inti serta mencegah kemungkinan terjadinya cedera. Efek nyata dan besar manfaatnya dari melaksanakan pemanasan ini adalah pada

14 peningkatan komponen biomotorik kecepatan, kecepatan gerakan lengan, kekuatan otot, daya tahan otot, daya ledak dan daya tahan kardiovaskular. Intensitas dan durasi pemanasan setiap aktivitas olahraga bervariasi, tergantung dari aktivitas yang dilakukan, misalnya lama pemanasan untuk mengerahkan seluruh otot tubuh berkisar antara menit. Selain itu durasi pemanasan tergantung pula dari berbagai faktor yaitu: suhu dan kelembaban lingkungan, umur, kebugaran fisik, berat ringannya aktivitas dan lain - lain (Nala, 2011). Tipe pemanasan yang dilakukan selama pemanasan tergantung dari cabang olahraga yang dilakukan. Tipe pemanasan ada tiga antara lain, (1) peregangan yang merupakan aktivitas otot pertama kali dilakukan dalam pemanasan, (2) kalistenik dengan cara menggerakkan sekelompok otot yang secara aktif berulangulang dengan tujuan untuk meningkatkan suhu dan aliran darah pada otot yang bersangkutan, (3) aktivitas spesifik yaitu aktivitas yang disesuaikan dengan jenis olahraga yang dilatih (Nala, 2011) Pelatihan inti Takaran pelatihan merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam meningkatkan dan mengembangkan fisik olahragawan terutama kemampuan komponen biomotorik secara tepat dan efisien. Takaran pelatihan terdiri dari intensitas, volume dan frekuensi (Nala, 2011). Kegiatan olahraga atau physical activity lainnya hendaknya disesuaikan dengan kondisi tubuh siswa yang bersangkutan (Arsani, 2006). Metode pelatihan inti yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full twist dengan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up dengan set dan repetisi yang ditingkatkan dari pelatihan pertama dengan pelatihan berikutnya. Pelatihan ini dirancang selama enam

15 minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu yang dilaksanakan pada hari senin, rabu, dan jumat. Pate menyatakan pelatihan yang berlangsung selama enam sampai delapan minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet yang akan mengalami peningkatan 10-20% (Nala, 2011). Selanjutnya Fox menyatakan pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu sesuai untuk pemula dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Nala, 2011) Pendinginan Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Tujuan utama dari pendinginan adalah menarik kembali secepatnya darah yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran sentral. Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2011). Bentuk pelatihan pendinginan yang biasa dianjurkan adalah dengan istirahat aktif. Karena asam laktat cepat dimetabolisme secara aerobik sehingga menghasilkan CO 2 +H 2 O lebih cepat yang menyebabkan asam laktat cepat berkurang. Begitu selesai melakukan aktivitas atau pelatihan, dianjurkan untuk tidak langsung duduk tetapi melakukan gerakan-gerakan ringan seperti jalan-jalan atau menggerak-gerakkan seluruh anggota tubuh secara ringan (Nala, 2011). Lamanya pendinginan menurut Powers berkisar antara menit (Nala, 2011). Pelatihan pendinginan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan selama 15 menit diawali dengan gerakan-gerakan lambat dimulai dari kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, dan tungkai bawah. Gerakan pendinginan lebih difokuskan pada alat gerak atas (bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan).

16 2.6 Kombinasi Pelatihan Cable Machine Woodchopper dan Medicine Ball Full Twist dengan Kombinasi Pelatihan Push Up Knee dan Sit Up. Pelatihan adalah suatu usaha untuk memperbaiki sistem organ atau alat tubuh dan fungsinya dengan tujuan untuk memaksimalkan penampilan atau kinerja atletnya. Kombinasi pelatihan dengan jenis jenis pelatihan baru adalah bentuk pelatihan yang disiapkan secara menyeluruh dengan menyasar seluruh aspek yang dianggap berkontribusi guna memaksimalkan hasil gerakan sehingga nantinya akan memberikan prestasi puncak yang menjadi harapan setiap atlet dalam mengikuti suatu kompetisi atau perlombaan. Menurut Soegito (2010), komponen-komponen yang harus dimiliki pelempar cakram adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak, koordinasi otot yang baik, ditunjang dengan daya tahan yang tinggi. Maka dari itu pelatihan yang diterapkan dalam penelitian ini akan menyasar komponen kekuatan, kecepatan, dan daya ledak, serta penambahan pelatihan teknik yaitu pelatihan teknik melempar cakram dengan memfokuskan kepada ketepatan sudut lemparan. Sudut yang dapat memberikan hasil lemparan yang maksimal adalah besaran sudut lemparan antara derajad (Yoyo, 2006). Pelatihan seluruh aspek yang terkait harus dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu aspek berkaitan dengan aspek lainnya dan satu aspek akan menentukan aspek lainnya untuk menunjang pencapaian prestasi maksimal. Kombinasi jenis jenis pelatihan yang dilakukan dalam penelitian adalah pelatihan yang dilakukan dengan melatih semua komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian gerak melempar cakram. Adapun diantaranya akan dijabarkan sebagai berikut: Latihan komponen kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan otot (musculus) tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas. Pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan dengan

17 menggunakan alat bantu berupa ball medicine. Pelatihan dengan nama Medicine ball full twist yang dilakukan secara berpasangan dengan tujuan untuk melatih kekuatan otot-otot bagian perut. Latihan dilakukan dengan cara berpasangan, berdiri dengan saling membelakangi pasangannya. Dimana kaki dibuka selebar bahu untuk menjaga keseimbangan. Kemudian memindahkan bola (beban) dengan cara memegang bola menggunakan kedua tangan dan mengoperkannya ke pasangannya dengan memilin pinggang ke arah kanan searah dengan arah melempar cakram. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.4. Gambar 2.4 Latihan Medicine ball full twist berpasangan. Latihan kekuatan lainnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa katrol dengan pemberat, namun akan diganti dengan botol air minum mineral besar yang diisi pasir sebagai beban yang akan ditarik dan diikat dengan tali sebagai alat penariknya. Latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot-otot ekstrimitas atas yaitu lebih memfokuskan kepada bagian otot bisep, otot trisep, otot deltoid, otot pektoralis mayor minor, dan otot trapezius. Pelatihan ini dilakukan dengan cara beban yang digunakan akan digantung di mistar gawang sepak bola dan siswa bertugas untuk

18 menarik beban tersebut berulangkali dengan posisi menyampingi beban latihan yang ditarik. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.5. Gambar 2.5 Latihan cable machine woodchopper. Latihan komponen kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan kontraksi otot untuk melakukan suatu gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Komponen ini dapat dilatih dengan melakukan latihan melempar bola sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Latihan ini akan mengaktifkan kecepatan otot-otot ekstrimitas atas sesuai dengan gerakan melempar cakram. Pelatihan ini dilakukan dengan cara berdiri dengan memegang bola menggunakan kedua tangan menghadap arah sasaran (sasaran berupa tembok datar yang diisi tanda sebagai sasaran tembak). Kemudian melakukan lemparan bola ke sasaran dengan mengayunkan bola di samping tubuh dan melepas bola dengan sudut lemparan derajat untuk melatih kecepatan sekaligus akurasi lemparan. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.6.

19 Gambar 2.6 Latihan side throwing. Pelatihan komponen daya ledak. Secara sistimatis daya ledak (Power) merupakan hasil dari perkalian kekuatan (Forece) dengan kecepatan (Velocity) (Adiatmika, 2002.a). Latihan komponen daya ledak akan dilakukan dengan melakukan pelatihan melempar beban dengan nama medicine ball side throw. Pelatihan daya ledak dilakukan dengan tujuan melatih daya ledak otot-otot ekstrimitas atas seperti otot bisep, otot trisep, otot pektoralis mayor minor, otot trapezius dan otot deltoid. Pelatihan ini dilakukan dengan cara berdiri memegang bola menggunakan kedua tangan menghadap arah lemparan. Bola bisa dipegang di samping badan untuk pelatihan medicine ball side throw lalu bola dilempar sekuat dan secepat-cepatnya. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.7.

20 Gambar 2.7 Latihan medicine ball side throw. Kombinasi pelatihan yang dilakukan dengan jenis jenis pelatihan lama adalah kombinasi pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan komponen terkait dengan jenis-jenis pelatihan yang sudah terbiasa dilakukan. Dimana jenis pelatihan lama yang dilakukan adalah pelatihan yang melatih sebagian komponen yang dianggap paling mempengaruhi pencapaian prestasi maksimal dengan mengabaikan komponenkomponen lain yang dianggap tidak memberikan efek yang cukup signifikan atau menunjang dalam memaksimalkan prestasi yang ingin dicapai. Pelatihan yang dilakukan dengan jenis jenis pelatihan lama dilakukan dengan melatih komponen kekuatan yang menjadi dasar dan domain dalam cabang olahraga lempar cakram. Pelatihan komponen kekuatan yang dilatih tanpa menggunakan alat bantu, melainkan latihan yang dilakukan memanfaatkan beban dari tubuh siswa itu sendiri. Latihan komponen kekuatan dapat dilatih dengan pelatihan Push up knee. Pelatihan push up knee adalah pelatihan yang memfokuskan pada pelatihan kekuatan otot lengan dengan memanfaatkan beban dari tubuh siswa itu sendiri. Pelatihan push up

21 knee bertujuan untuk melatih kekuatan otot lengan atas (otot bisep dan otot trisep) dan otot bahu (otot deltoid). Pelatihan ini dapat dilakukan dengan cara tidur dengan posisi badan menghadap lantai, dengan kedua tangan berada disamping bahu masing-masing, dan gerakan ini menumpu pada kedua tangan dan lutut. Latihan tersebut dapat dilihat seperti gambar 2.8. Gambar 2.8 Latihan push up knee. Latihan sit up adalah salah satu bentuk pelatihan kekuatan otot. Dapat dilakukan dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat. Dalam penelitian ini sit up dilakukan dengan tidur terlentang di lapangan, kedua lutut sedikit ditekuk dan kedua tangan menempel di dada atau menyatu di belakang kepala, kemudian lakukan gerakan mengangkat dan merebahkan badan secara berulang. Latihan sit up dilakukan secara berkelompok dimana setiap kelompok terdiri dari tiga orang, satu orang yang melakukan gerakan dan dua orang lainnya bertugas untuk membantu teman yang melakukan gerakan. Dimana pelatihan sit up bertujuan untuk melatih kekuatan otot perut rectus abdominus, eksternal dan internal obliques (Tarigan, 2015). Pelatihan sit up dapat dilihat seperti gambar 2.9.

22 Gambar 2.9 Latihan sit up. Dalam penelitian ini akan membandingkan pelatihan yang dilakukan dengan memberikan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full twist, yaitu pelatihan yang dilakukan dengan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan Medicine ball full twist yang dilakukan dengan mengaktifkan semua komponen-komponen yang dinilai berperan untuk memaksimalkan hasil lemparan cakram siswa. Karena peneliti menganggap bahwa semua komponen sama pentingnya dan akan saling menunjang untuk pelaksanaan gerak dan memaksimalkan hasil gerakan nantinya. Karena tidak mungkin suatu rangkaian gerak yang terjadi diakibatkan oleh satu komponen biomotorik yang aktif. Setiap gerakan yang dilakukan selama aktivitas berolahraga selalu melibatkan lebih dari satu komponen biomotorik. Dalam penelitian ini membandingkan penerapan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full twist dengan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up yang sudah biasa dilakukan, dimaksudkan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up adalah pelatihan yang sudah terbiasa dan umumnya dilakukan oleh tenaga pengajar atau pelatih, yaitu menerapkan kombinasi pelatihan Push up knee dan Sit up.

23 Secara garis besar perbedaan antara jenis pelatihan kelompok I yang dilakukan secara menyeluruh dibandingkan dengan jenis pelatihan kelompok II yang sudah terbiasa dilakukan. Perbandingan kombinasi pelatihan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat seperti tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbandingan kombinasi pelatihan cable machine woodchopper dan medicine ball full twist dengan kombinasi pelatihan push up knee dan sit up. Unsur Pelatihan Jenis Pelatihan Kelompok I Jenis Pelatihan Kelompok II 1. Latihan cable machine 1. Latihan Push up knee woodchopper Kekuatan 2. Latihan Medicine ball full 2. Latihan Sit up Komponen twist berpasangan Biomotorik Kecepatan Latihan side throwing Latihan side throwing Daya Ledak Latihan medicine ball side Latihan medicine ball side throw throw 2.7 Komponen Biomotorik Komponen biomotorik merupakan komponen dasar gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia. Hampir semua gerakan fisik yang dilakukan oleh manusia saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Nala, 2011), sehingga harus dikembangkan secara menyeluruh melalui suatu pelatihan yang dilakukan untuk memperoleh prestasi maksimal. Komponen biomotorik yang berkaitan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram adalah komponen kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, koordinasi, dan komponen keseimbangan tubuh supaya tubuh tetap terjaga setelah melakukan gerakan melempar cakram. Komponen biomotorik yang dinilai paling berpengaruh dalam memaksimalkan proses dan hasil lemparan cakram adalah komponen daya ledak yang didasari oleh komponen biomotorik kekuatan dan kecepatan.

24 Ada beberapa komponen biomotorik yang dilatih dalam penelitian ini, diantaranya pelatihan komponen yang terkait dilatih selama 6-8 minggu dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu. Peningkatan beban latihan dapat diberikan setelah satu minggu pelatihan (Nala, 2011). Untuk meningkatkan kekuatan otot pelatihan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali perminggu. Karena pelatihan komponen kekuatan adalah komponen yang paling lama terlihat peningkatan dari pelatihan yang diberikan dibandingkan dengan komponen biomotorik lainnya. Komponen biomotorik yang berperan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram, seperti kekuatan, kecepatan, dan daya ledak berawal dari energi dalam tubuh yang mengaktifkan kinerja otot untuk menghasilkan gerakan. Jumlah tenaga yang dimanfaatkan harus seefektif mungkin. Jumlah tenaga efektif adalah jumlah dari semua tenaga yang diproduksi oleh sejumlah otot yang searah. Lemparan cakram dilakukan dengan rangkaian gerakan yang berkelanjutan, mulai dari persiapan dengan memegang, mengayun cakram, memilin badan, mengayunkan lengan ke depan atas, melepas cakram dan akhirnya meluruskan tubuh secara penuh. Gerakan yang dilakukan secara kontinyu dengan memaksimalkan otot-otot yang berkontraksi secara sinergis, searah dan meminimalisir gerakan otot antagonis supaya gerakan yang dihasilkan lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan besaran tenaga saat melakukan rangkaian gerakan melempar cakram. 2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Lemparan Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik yang merupakan aktivitas tiba-tiba dan cepat dari gerakan-gerakan lengan (Nala, 2011). Daya ledak merupakan hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum (Bompa dalam Nala, 2011). Usaha untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan cara

25 meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus, kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya: umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan genetik. 1. Faktor Umur. Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual. Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat diusia remaja serta mencapai puncaknya pada umur tahun. Pelatihan olahraga atletik termasuk lempar cakram mulai dilatih dari umur tahun, dan pelatihan spesialisasi pada umur tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur tahun (Bompa, 2001). Umur yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berumur tahun. 2. Faktor Jenis kelamin. Dilihat secara biologis pria dan wanita sudah berbeda. Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur tahun, kekuatan otot anak laki-laki sedikit lebih kuat daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur. Pada usia 18 tahun ke atas anak laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon testosteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot. Dilihat secara morfologis, terlihat pada bertambah lebarnya bahu anak laki-

26 laki lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan pinggulnya, sebaliknya yang terjadi pada anak-anak perempuan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat pada pelebaran pinggulnya, dibandingkan perkembangan pada bagian pinggang dan bahu (Sugiyanto, 1998). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi perbedaan kekuatan, kecepatan, dan lain-lain. Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka akibatnya jenis kelamin akan mempengaruhi daya ledak. Jenis kelamin yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin perempuan. 3. Faktor Berat badan. Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lemparan cakram. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat gravitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menentukan besarnya daya ledak saat terjadi gerakan melempar cakram. Setiono (2008), menyatakan berat badan berkaitan dengan beberapa cabang olahraga yang membutuhkan berat badan yang lebih berat seperti, olahraga lempar dalam atletik. 4. Faktor Tinggi badan. Secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat melempar maka semakin jauh hasil lemparan cakram. Tinggi badan merupakan keseluruhan tubuh manusia yang meliputi, kaki, togok, leher dan kepala (Setiono, 2008). 5. Faktor Kebugaran fisik/ jasmani. Kebugaran fisik/ jasmani berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya. Kebugaran fisik/ jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama

27 tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Wandaningsih, 2005). Dengan demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik tinggi akan mampu melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga kekuatan dan daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik. 6. Faktor Genetik. Bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh (postur tubuh), kapasitas jantung-paru, sel darah merah, dan serat otot merah dan putih (Wandaningsih, 2005). Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan, daya ledak dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat aerobik. Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap basil lemparan cakram. Berbagai faktor mempengaruhi hasil lemparan cakram baik secara langsung maupun karena pengaruh kombinasi komponen biomotorik kecepatan dan kekuatan. Kemampuan daya ledak tergantung pada, kekuatan dasar otot dan kecepatan kontraksi otot yang aktif Faktor eksternal Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktor tersebut menyangkut, suhu dan kelembaban lingkungan, arah kecepatan angin, dan ketinggian tempat.

28 1. Faktor Suhu dan kelembaban relatif udara. Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot. Toleransi setiap individu berbeda satu sama lainnya. Orang Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang cukup sekitar C, dengan kelembaban relatif sekitar 60-85%. Apabila olahraga dilakukan pada udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban tambahan untuk melawan panas. Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu penelitian. 2. Faktor Kecepatan angin. Kecepatan angin yang terlalu tinggi dari arah yang berlawanan akan dapat menghambat aktivitas sehingga akan mempengaruhi hasil lemparan cakram. Dalam Penelitian ini arah dan kecepatan angin dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilya. 3. Faktor Ketinggian tempat. Ketinggian suatu tempat akan mempengaruhi kinerja atlet. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah kadar oksigennya. Kondisi ini akan membutuhkan adaptasi yang lebih dari atlet yang sedang berlatih. 4. Faktor Jenis dan Bahan cakram. Cakram yang digunakan untuk latihan dan penelitian harus dipilih jenis dan bahan cakram yang baik dan memiliki standar untuk melakukan penelitian yang berkualitas. Ada cakram yang terbuat dari coran beton di bagian luarnya dilapisi dengan bantalan karet, cakram yang terbuat dari kayu di bagian luarnya dikelilingi besi pelindung dan cakram yang terbuat dari fiber dibagian luarnya dikelilingi oleh

29 besi pelindung. Jenis dan bahan cakram yang digunakan akan mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan Faktor komponen biomotorik Komponen biomotorik yang berkaitan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram gaya menyamping dalam olahraga atletik, perlu dilatih secara bersamaan dan simultan. Komponen biomotorik yang dimaksud adalah komponen kekuatan otot lengan, kecepatan ayunan lengan, daya ledak otot lengan, kelentukan otot perut, koordinasi gerakan kaki, tangan, dan komponen keseimbangan tubuh supaya tubuh tetap terjaga setelah melakukan gerakan melempar cakram. Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas, hal tersebut terjadi saat otot lengan melakukan kontraksi menerima beban berupa berat cakram yang akan dilempar. Kecepatan adalah kontraksi otot melakukan aktivitas dalam waktu yang sesingkatnya ini terjadi saat lengan mengayun cakram sebelum dilakukan lemparan, semakin cepat ayunan tangan semakin maksimal gerakan dan berpengaruh pada hasil lemparan. Daya ledak adalah kemampuan dari otot untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat, ini terjadi saat lengan menyangga beban dalam cakram dan tangan mengayun cakram sebelum dilempar sampai akhirnya cakram terlepas dari pegangan, hal tersebut terjadi karena adanya daya ledak dari otot-otot lengan bagian atas. Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh dalam melakukan gerakan pada beberapa sendi seluas-luasnya, ini terlihat saat gerakan otot-otot perut memilin ke depan atas diikuti gerakan tangan mengayun cakram ke depan atas untuk melakukan gerakan dengan meregangkan sendi seluas-luasnya. Koordinasi adalah

30 kemampuan tubuh dalam mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi satu gerakan tunggal yang harmonis, ini terlihat saat alat gerak atas (lengan atas, lengan bawah dan tangan yang memegang cakram) melakukan ayunan cakram berulang dan gerakan memilin badan serta gerakan kaki ke depan sebagai tanda gerak lanjutan setelah gerakan melempar cakram selesai dilakukan (cakram lepas dari pegangan tangan), kedua gerakan tersebut menjadi satu kesatuan gerak yang terintegrasi dan harmonis. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali, hal ini terlihat saat gerak lanjut setelah selesai melakukan lemparan cakram. Beberapa komponen biomotorik yang telah dipaparkan dinilai saling berpengaruh antara satu komponen dengan komponen biomotorik lainnya untuk menunjang pelaksanaan melempar cakram sehingga gerakan melempar dan hasil lemparan cakram dapat dilakukan dengan maksimal. Dalam penelitian yang dilakukan, komponen biomotorik yang lebih fokus dilatih adalah komponen kekuatan, kecepatan yang akan berujung pada komponen daya ledak, karena ketiga komponen tersebut diperlukan dalam pelaksanaan gerak lempar cakram yang sejalan dengan Soegito (2010), menyatakan komponen-komponen yang harus dimiliki pelempar cakram adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak. A. Gerakan memegang cakram. Cakram dipegang dengan tangan terkuat dimana teknik pegangan cakram semua jari tangan dibuka menyebar. Cakram dipegang dengan ruas-ruas pertama ujung jarijari tangan, dengan ibu jari memegang bagian samping cakram. Otot-otot kecil yang berada antara metacarpal, telapak tangan, dan termasuk bulatan ibu jari berperan menggerakkan jari - jari tangan untuk memegang cakram. Otot-otot ini kecil, tetapi

31 dapat mengubah kerja otot-otot lengan bawah dan penting untuk gerakan tangan yang halus. Sedangkan otot yang bekerja saat membawa cakram, yaitu otot-otot lengan bawah dan jari tangan yang meliputi musculus biceps brachii, musculus brachioradialis, flexor musculus of forearm, musculus thenar, musculus hypothenar, fibrous tendinous sheaths of digits, dan long flexor tendons. Dapat dilihat pada gambar Gambar 2.10 Tahap memegang cakram (Nikitin, 2015) B. Gerakan menekuk lutut Pada tahap ini lutut ditekuk dengan tujuan untuk mengkontraksikan otot-otot tungkai bawah. Untuk menghasilkan energi gerakan yang besar otot yang dikontraksikan harus otot-otot yang besar. Gerakan sendi lutut pada gerakan ini adalah fleksi dan ekstensi sebagai gerakan tungkai bawah. Sendi lutut merupakan salah satu sendi yang berperan dalam merendahkan badan ke belakang untuk memfokuskan titik berat tubuh pada kaki bagian belakang. Karena semakin sempurna peregangan otot yang bekerja maka akan semakin besar tenaga yang dihasilkan dalam melakukan suatu gerakan (Redhana, 2008).

32 Otot-otot dalam tungkai bawah yang berperan untuk menekuk lutut dan gerakan kaki bagian bawah lainnya yaitu, musculus gastrocnemius, musculus soleus, musculus fibularis longus, musculus tibialis anterior, musculus vestus medialis, musculus vestus lateralis, musculus rektus femoris, musculus abductor longus, musculus pectineus, musculus sartorius, extensor digitorus longus, musculus gracilis, musculus semimembranosus, musculus semitendinosus, musculus biceps femoris. Dapat dilihat pada gambar Gambar 2.11 Tahap menekuk lutut persiapan melempar (Nikitin, 2015). C. Gerakan menekuk pinggang Sendi panggul adalah persendian yang berfungsi untuk menghasilkan stabilitas dan mengimbangi gerakan mengayun yang dihasilkan gerakan ekstremitas atas dan gerakan menekuk dan meluruskan (fleksi atau ekstensi) yang dihasilkan alat gerak ekstrimitas bawah. Gerakan menekuk pinggang sehingga badan sedikit rebah ke bawah. Pada gerakan ini otot-otot yang terlibat diantaranya yaitu, musculus serratus anterior, musculus latissimus dorsi, musculus rektus abdominus, musculus obliqus eksternal. Otot-otot tersebut berkontraksi dan relaksasi saat gerakan memilin badan saat gerakan mengayun cakram ke depan dan belakang. Dapat dilihat pada gambar 2.12.

33 Gambar 2.12 Tahap menekuk pinggang persiapan melempar (Nikitin, 2015). D. Gerakan mengayun lengan Mengayun cakram adalah gerakan yang dilakukan untuk memperoleh momentum yang tepat untuk melempar cakram ke depan. Gerakan mengayun cakram dilakukan dengan mengkontraksikan otot-otot anggota badan atas sebagai berikut: musculus pectoralis major, musculus deltoid, musculus biceps brachii, musculus brachioradialis, musculus tricep, musculus trapezius, musculus infraspinatus, musculus teres minor and mayor, musculus latisimus dorsi. Dapat dilihat pada gambar Gambar 2.13 Tahap mengayunkan cakram (Nikitin, 2015).

34 E. Gerakan melepas cakram Saat gerakan akhir melepas cakram, otot-otot tangan kanan yang sebelumnya berkontraksi memegang cakram kemudian otot relaksasi melepas cakram. Maka otototot tangan menjadi berperan penting saat gerakan ini berlangsung. Selanjutnya otototot bahu juga membantu dalam pelaksanaan gerak akhir lepasnya cakram dengan poros gerakan pada otot deltoid. Otot-otot yang terlibat yakni musculus deltoid, musculus biceps brachii, musculus brachioradialis, flexor musculus of forearm, musculus thenar, musculus hypothenar, fibrous tendinous sheaths of digits, dan long flexor tendons. Dapat dilihat pada gambar Gambar 2.14 Tahap akhir gerakan melepaskan cakram (Nikitin, 2015). Secara garis besar komponen biomotorik dan berbagai gerakan yang dilakukan dalam setiap tahapan gerak melempar cakram terjadi berdasarkan adanya kontraksikontraksi otot yang terkait dalam setiap gerakan yang dilakukan. Secara umum akan digambarkan otot-otot yang terdapat pada tubuh manusia ditampilkan tampak depan dan tampak belakang, dapat dilihat pada gambar 2.15 dan 2.16.

35 Gambar 2.15 Anatomi tubuh manusia (Setiadi, 2011)

36 Gambar 2.16 Anatomi tubuh manusia (Setiadi, 2011)

37 2.8.4 Faktor pelatihan Maksimalnya hasil lemparan juga dipengaruhi oleh faktor pelatihan yang dilakukan dengan memenuhi prinsip-prinsip pelatihan tentunya. Sehingga pelatihan yang dilakukan dengan tepat akan memberikan dampak yang positif guna perkembangan prestasi secara umum. Kombinasi pelatihan secara sederhana merupakan kombinasi pelatihan yang dilakukan dengan jenis-jenis pelatihan lama yang sudah terbiasa dilakukan. Kombinasi pelatihan secara menyeluruh yang dilakukan dengan jenis-jenis pelatihan baru dan mengembangkan komponen yang dibutuhkan dengan prinsip pelatihan yang baik dan benar dalam periode waktu yang ditentukan dengan pemberian beban pelatihan secara bertambah dapat memberikan dampak yang signifikan. Pelatihan yang dilakukan harus sesuai dengan program pelatihan yang dibuat. Untuk membuat program pelatihan yang baik terlebih dahulu harus mengetahui kemampuan dan kondisi awal subjek penelitian. Diperlukannya tes awal (pre-test) kepada subjek penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan fisik, keterampilan, kesehatan maupun mental subjek penelitian yang dilatih. Dari hasil tes tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat menyusun program pelatihan olahraga yang tepat untuk setiap atlet sesuai dengan cabang olahraga yang diinginkan. Karena program pelatihan yang baik itu adalah program pelatihan yang sesuai dengan kemampuan atlet sehingga akan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan program pelatihan tanpa mengetahui kebutuhan dan kemampuan dari subjek penelitian yang akan dilatih. Kombinasi pelatihan yang menggunakan jenis jenis pelatihan baru bertujuan mengembangkan dan melatih seluruh aspek yang dinilai mempengaruhi maksimalnya hasil lemparan cakram. Dalam kombinasi pelatihan baru ini memfokuskan pada faktor komponen biomotorik (kekuatan, kecepatan, daya ledak),

38 melibatkan pelatihan teknik dasar dalam gerakan melempar cakram serta diikuti pemberian pelatihan mental untuk melengkapi faktor pelatihan lainnya untuk mencapai prestasi. Sejalan dengan Pekik (2002), dalam dasar kepelatihan, menyatakan prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental yang dipersiapkan secara menyeluruh, karena satu aspek akan menentukan aspek lainnya. Maka dari itu pelatihan yang sebaiknya dilakukan adalah pelatihan yang melatih seluruh aspek-aspek yang dirasa berkaitan dengan proses gerak yang dilakukan, dalam hal ini adalah gerakan melempar cakram dalam salah satu cabang olahraga atletik. Pada tahap ini pelaksanaan lemparan cakram akan lebih baik dengan menerapkan sudut elevasi (sudut lemparan). Dimana sudut elevasi dikatakan sebagai sudut yang terbentuk oleh arah pandang dan arah horizontal. Dengan kekuatan dan kecepatan yang dikeluarkan sama besar untuk melemparkan benda dengan mengabaikan kecepatan angin, sudut lemparan dengan besaran 45 0 menjadi sudut yang terbaik untuk melakukan lemparan karena akan menghasilkan lemparan paling jauh. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan rumus di bawah ini: Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (Marthen, 2007). X max = Vo 2 Sin (2α) g Keterangan : Xmax : Jarak terjauh Vo 2 : Kecepatan awal Sin α : Besaran sudut lemparan g : Gaya gravitasi bumi (m/s 2 ) Namun pada penelitian ini gerakan melempar cakram yang dilakukan di alam terbuka atau suasana outdoor membuat pengaruh dari kecepatan hembusan angin tidak bisa diabaikan. Sehingga dalam penelitian ini sudut lemparan yang digunakan adalah sudut lemparan dengan besaran sudut antara (Yoyo, 2006). Besaran sudut

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang

BAB I PENDAHULUAN. atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik dikatakan mother of sport atau ibu dari olahraga karena di dalam atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang olahraga,

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 11 orang termasuk penjaga gawang. Dalam bermain sepakbola hanya diizinkan melakukan gerakan kaki, kepala,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Abstrak Ada banyak bentuk-bentuk latihan kebugaran yang dapat dipilih oleh seorang atlet. Bantuk-bentuk latihan diperlukan untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

Pengertian Pembinaan/latihan

Pengertian Pembinaan/latihan Pengertian Pembinaan/latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP LEAP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SSB BINTANG TIMUR MEDAN TAHUN 2009 MAHMUDIN MATONDANG Jurusan Pendidikan Jasmani,

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip Kesiapan Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih Prinsip Multilateral Prinsip Kekhususan (Spesialisasi) Prinsip Individualisasi Prinsip

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Obesitas dan Persentase Lemak 2.1.1 Prevalensi Obesitas Secara global, prevalensi obesitas telah meningkat sejak tahun 1980 dan peningkatannya sangat cepat. 11

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. ahmadnarulloh@yahoo.co.id SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang berusaha mematikan bola di lapangan lawan dengan cara dipantulkan menggunakan pinggang atau anggota badan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengerti dan memahami berbagai ilmu pengetahuan dari kegiatan

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena olahraga mempunyai beberapa tujuan seperti untuk pendidikan, rekreasi, kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga dayung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang dan menunjukkan grafik yang terus meningkat. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sepakbola merupakan olahraga yang sangat populer di dunia. Beberapa tahun terakhir, Sekolah Sepak Bola (SSB) banyak berdiri di Indonesia. Mulai dari SSB yang profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan latihan fisik secara sistematis, dan dirangkai secara keseluruhan dengan tujuan membentuk dan mengembangkan

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 ) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi para pemuda untuk berlari, melompat dan melempar. Permainan dengan bentuk

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha memasyarakatkan olahraga sekarang ini sudah nampak hasilnya. Hal ini ditandai dengan maraknya orang melakukan olahraga untuk kesehatan dan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan yang banyak digemari hampir oleh seluruh warga dunia terutama oleh masyarakat indonesia baik dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan suatu aktivitas yang sangat diperlukan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan suatu aktivitas yang sangat diperlukan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu aktivitas yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar. Selain itu olahraga juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Latihan A. Prinsip-prinsip latihan 1. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Motorik Kemampuan gerak adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak seseorang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan seluruh masyarakat, sedangkan secara khusus pembinaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bola voli merupakan media untuk mendorong. pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan 1 2.1 Hakikat Permainan Bola voli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan dasar bola voli merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan piksi, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Dalam berolahraga individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda, antara

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa nomor pertandingan yang secara garis besar dapat di kelompokan menjadi lari, lompat, dan lempar. Atletik adalah salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Jump Heading Tehnik dasar heading (jump heading) sangat penting dalam permainan sepak bola. Karena dengan jump heading

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai prestasi yang optimal. Prestasi yang optimal tidaklah mungkin dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai prestasi yang optimal. Prestasi yang optimal tidaklah mungkin dapat 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Permainan Bola Voli 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Voli Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik sesuai dengan jenis ketrampilan yang terdapat dalam permainan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani erat kaitanya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lompat Jauh Lompat jauh merupakan bagian dari nomor lompat yang bertujuan untuk berusaha memindahkan titik berat tubuh sejauh-jauhnya ke arah mendatar (horisontal ). Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Hal ini sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Hal ini sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah bagian krusial dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN HAKEKAT KESEHATAN Acuan Sehat Rumusan Organisasi Kesehatan Dunia (Sehat Paripurna) : Sejahtera Jasmani, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sepakbola merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Fakta membuktikan bahwa saat ini sepakbola menduduki peringkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan pendidikan. Hal ini secara tidak langsung menuntut para pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia orientasi pembangunan kesehatan sejak tahun 2010 menekankan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Litbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan semua orang tetapi kesehatan tidak akan diperoleh apabila tanpa diikuti oleh usaha yang memadai. Apabila kehidupan kita terus-menerus dimanjakan

Lebih terperinci