GAYA BELAJAR. B. CIRI-CIRI PERLIKAKU BELAJAR Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk kecenderungan belajar seseorang:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAYA BELAJAR. B. CIRI-CIRI PERLIKAKU BELAJAR Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk kecenderungan belajar seseorang:"

Transkripsi

1 GAYA BELAJAR Ketika kita bertanggung jawab atas hidup kita, maka kita akan mulai mengupayakan agar segalanya terlaksanakan. Dari sekian banyak upaya yang dilakukan, satu diantaranya adalah dengan belajar. Namun, terkadang kita salah mengartikan belajar. Belajar bukan berarti datang ke sekolah, duduk yang manis sambil mendengarkan penjelasan dari guru tetapi belajar memiliki arti yang luas. Untuk memahami makna belajar yang sebenarnya, maka kita harus mengetahui bahwa belajar dibedakan menjadi dua hal, yaitu belajar aktif dan belajar pasif. Berikut ini adalah kolom tentang belajar aktif dan belajar pasif. BELAJAR AKTIF Belajar apa saja dari setiap situasi. Menggunakan apa yang telah dipelajari agar memiliki keuntungan di masa mendatang. Mengupayakan agar segalanya dapat terlaksana. Bersabar pada kehidupan BELAJAR PASIF Tidak melihat adanya potensi belajar. Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dan suatu pengalaman belajar. Membiarkan segalanya terjadi dengan apa adanya. Menarik diri dari kehidupan. A. PENGERTIAN Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri. Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu: 1. Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah 2. Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi. B. CIRI-CIRI PERLIKAKU BELAJAR Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk kecenderungan belajar seseorang:

2 1. Orang-orang Visual Rapi dan teratur Bebrbicara dengan cepat Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka Biasanya tidak terganggu dengan keributan Lebih suka membaca daripada dibacakan Sering menjawab dengan singkat Lebih suka seni daripada musik 2. Orang-orang Auditorial Mudah terganggu oleh keributan Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara. Mereka sulit untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik 3. Orang-orang Kinestetik Berbicara dengan perlahan Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak Menghafal dengan cara berjalan dan melihat Menggunakan jari sebagai petunjuk kita membaca Banyak menggunakan isyarat tubuh.

3 KAKARTER PESERTA DIDIK Pada saat kita akan mengajar seorang atau sekelompok anak, maka kita harus mengidentifikasi karakter masing-masing dari mereka. Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah memperhatikan apakah anak didik kita termotivasi oleh kondisi di luar diri mereka atau oleh diri sendiri. Jika ia termotivasi oleh kondisi di luar dirinya maka ia tergolong ELC (eksternal lokus of control), dan jika termotivasi oleh diri sendiri, ia tergolong ILC (internal lokus of control). Dalam perilaku sehari-hari perbedaan mendasar dapat ditemukan dalam beberapa kebiasaan ini: ILC Menyendiri Sungguh-sungguh / intens Menjauhkan diri dari orang lain Menyerap informasi dari kelompok Tidak menyukai keramaian Sedikit teman Menyimpan apa yang dipikirkan Mencari waktu yang tenang Senang mendengarkan Sulit didekati Menyukai kestabilan batin Pendekatan objektif Terarah ke dalam diri sendiri Berlatih mengekang diri Memberi tanggapan dengan penuh hati-hati ELC Suka berkelompok Rileks / santai Antusias Berbicara dalam kelompok Suka keramaian Banyak teman Menyatakan apa yang dipikirkan Mencari kegiatan / aktifitas Senang berbicara Berbagi pengalaman pribadi Menyukai pengalaman baru Suka bersama orang lain Terpengaruh pendapat orang lain Memperlihatkan emosi Memberi tanggapan dengan cepat A. MENGENAL KARAKTER PESERTA DIDIK Cara menentukan kategori karakter peserta didik dapat dilakukan dengan memperhatikan bagan berikut:

4 PHLEGMATIS DAMAI (Pd) Kekuatan: Keseimbangan, disposisi yang merata, rasa humor yang kering kepribadian yang menyenangkan. Kelemahan: Kurang memiliki kepastian, kurang antusiasme, kurang energi kemauan yang tersembunyi. ILC MELANKOLIS SEMPURNA (Ms) Kekuatan: Kemampuan mengorganisasikan, menetapkan tujuan jangka panjang, memiliki standar dan idealisme tinggi, menganalisis Secara mendalam. Kelemahan: Mudah tertekan, perlu waktu terlalu banyak untuk mempersiapkan, terlalu memusatkan perhatian pada perincian, mengingat hal-hal yang negatif, mencurigai orang lain. SANGUINIS POPULAR (Sp) Kekuatan: Bisa bicara tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja dengan atau tanpa informasi. Memiliki kepribadian yang bergairah, optimis, rasa humor, kemampuan bercerita, menyukai orang lain. Kelemahan: Tidak terorganisasi, tidak bisa mengingat perincian atau nama, membesar-besarkan, tidak serius tentang apa pun, mempercayakan kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan, mudah ditipu dan kekanakkanakan. ELC KOLERIS KUAT (Kk) Kekuatan: Kemampuan menguasai apa saja dengan seketika, membuat penilaian yang cepat dan tepat. Kelemahan: Terlalu suka memerintah, mendominasi, otokratis, tidak perasa, tidak sabar, tidak mau mendelegasikan atau menghargai orang lain.

5 B. TINDAKAN MEMAHAMI KARAKTER PESERTA DIDIK Memahami karakter setiap individu tidaklah mudah. Namun ada sebuah pendekatan atau tindakan khusus untuk dapat memahami setiap karakter peserta didik dengan mudah. Tindakan-tindakan tersebut harus disesuaikan dengan karakter mereka. Berikut ini adalah tindakan yang harus dilakukan. 1. Terhadap Murid Sanguinis Kenali kesulitan mereka dalam menyelesaikan tugas Sadarilah mereka bicara tanpa berpikir lebih dulu Sadarilah mereka menyukai variasi dan fleksibelitas Bantulah mereka agar tidak menerima lebih dari yang bisa mereka lakukan Jangan harapkan mereka mengingat janji pertemuan atau tepat pada waktunya Pujilah mereka untuk segala sesuatu yang dapat mereka raih Ingat bahwa mereka orang yang terpengaruh oleh keadaan Bawakan mereka hadiah: Mereka menyukai mainan baru Terimalah kenyataan bahwa mereka mendapatkan kesenangan dari apa yang akan memalukan orang lain Sadarilah bahwa mereka bermaksud baik 2. Terhadap Murid Koleris Akuilah bahwa mereka berbakat pemimpin Bersikeraslah melakukan komunikasi dua arah Ketahuilah bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti Jangan memaksa kemujuran mereka Berusahalah membagi-bagi bidang tanggung jawab Sadarilah mereka tidak penuh belas kasihan Ketahuilah mereka selalu ingin benar 3. Terhadap Murid Phlegmatis Sadarilah mereka memerlukan motivasi langsung Bantula mereka menetapkan tujuan dan mempereroleh imbalan Janagn mengharapkan antusiasme

6 Sadarilah bahwa menunda-nunda merupakan bentuk kontrol mereka secara diam-diam Paksalah mereka membuat keputusan Jangan menumpuk semua kesalahan pada mereka Doronglah mereka untuk menerima tanggung jawab Hargailah disposisi mereka yang merata 4. Terhadap Murid Melankolis Ketahuilah bahwa mereka sangat perasa dan mudah sakit hati Sadarilah bahwa mereka dilahirkan dengan sikap pesimis Belajarlah berurusan dengan tekanan jiwa Pujilah mereka dengan tulus dan kasih sayang Terimalah kenyataan bahwa kadang-kadang mereka menyukai kesunyian Berusahalah menepati jadwal yang masuk akal Sadarilah bahwa kerapian itu perlu

7 KECAKAPAN AKADEMIS A. PENGERTIAN Kecakapan akademis adalah kecakapan yang sangat terkait dengan kemampuan panca indera dan otak kiri kita. Kita dikatakan memiliki kecakapan akademis yang baik bila fungsi panca indera dan otak kiri kita dapat berfungsi dengan baik dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. B. OPTIMALISASI FUNGSI PANCA INDERA Seperti telah dijelaskan sebelumnya panca indera adalah sebuah anugerah manusiawi yang menyatu dalam fungsi manusia yang utuh. Panca indera pada dasarnya bekerja sebagai pengumpul informasi, data dan fakta guna mengetahui apa yang sedang terjadi. Untuk mengoptimalkan fungsi panca indera, sensitifitas dan ketajaman indera kita perlu terus ditingkatkan. Dengan dukungan pengetahuan, hasrat dan latihan kita akan sangat mudah mengoptimalkan fungsi panca indera agar sesuai dengan kebutuhan kita. Pergunakanlah fungsi panca indera ini sesuai dengan kebutuhan dan manfaat kita, dengan tidak melanggar prinsip-prinsip dan nilainilai (QS. Al-Araf: 179). C. OPTIMALISASI FUNGSI OTAK KIRI Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional. Cara bekerja otak kiri sesuai untuk tugas tertentu seperti ekspresi verbal, menulis, membaca, aosiasi auditorial, menjelaskan detil dan sesuai fakta serta simbolik. Dikatakan otak kiri anda berfungsi optimal bila daya ingat dan memori kita tentang peristiwa yang telah terjadi atau kita ketahui dengan mudah dapat kita ceritakan kembali. Perilaku orang menggunakan otak kiri secara optimal adalah: Dalam mengambil keputusan cenderung melihat konsekuensi logis dari suatu tindakan. Melihat hubungan sebab akibat dari suatu situasi dengan cara menganalisa secara objektif.

8 Membuat standar yang objektif dan penerapan dari prinsip-prinsip yang ada pada diri sendiri kemudian menemukan sesuatu yang salah sehingga dapat menerapkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Optimalisasi fungsi otak kiri adalah cara-cara yang dapat digunakan baik mengembangkan maupun melatih sebagai keterampilan kita dalam proses kerja otak kiri guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan. D. TUJUAN MENGOPTIMALISASIKAN FUNGSI OTAK KIRI Optimalisasi fungsi otak kiri dapat dilakukan untuk dua tujuan utama: 1. Meningkatkan kemampuan fungsi sekuensial abstrak Dunia otak kiri sekuensial abstrak adalah dunia teori dan pemikiran abstrak. Cara kerja otak kiri ini berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi, menyukai orang/kejadian yang teratur rapi. Sangat mudah melihat hal penting, seperti kata kunci dari sebuah kalimat, dan detil-detil dari peristiwa penting yang dilihat/dialami. 2. Meningkatkan kemampuan fungsi sekuensial konkrit Proses kerja otak kiri sekuensial konkrit berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear dan sekuensial, baik abstrak maupun konkrit. Aktifitas yang paling nyaman dan disukai oleh proses kerja otak kiri sekuensial konkrit adalah membaca, meneliti secara mendalam, mencari tahu sebab-sebab dibalik akibat dan menggunakan teori-teori dan konsep yang sudah dipahami. Lebih menyukai bekerja sendirian daripada berkelompok. Kemampuan otak inilah yang mengarahkan kita menjadi filosof atau ilmuwan besar. E. HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA INDERA DENGAN OTAK KIRI Satu diantara kekuatan panca indera adalah mata. Mata akan sangat mudah digunakan untuk fungsi kerja otak kiri. Pada saat otak kiri bekerja, maka mata terlihat memicing/melirik ke kiri anda, ke atas, mendatar, atau ke bawah. Bila kita ingin mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri, maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu yang efektif, yakni:

9 Bila kita mengingat sesuatu yang telah terjadi, atau memasukkan memori ke pikiran kita bersamaan dengan bekerjanya otak kiri gunakan lirikan mata kita ke arah kiri. Bila ingatan kita terkait dengan visualisasi terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi liriklah mata kita ke arah kiri atas. Bila kita menginginkan optimalisasi ingatan sebagai hasil pendengaran kita liriklah mata kita ke arah kiri mendatar. Bila kita ingin menguatkan ingatan terhadap peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perasaan dan kasih sayang liriklah mata kita ke kiri bawah. F. MANFAAT DARI KECAKAPAN AKADEMIS Beberapa manfaat yang segera kita peroleh bila kecakapan akademis kita berfungsi baik adalah: Kemampuan mengingat dan menyimpan memori kita akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Kemampuan memecahkan masalah menjadi lebih baik, terutama dengan data dan fakta yang kita ketahui. Kemmapuan mengajar dan presentasi meningkat, terutama terhadap hal-hal yang telah kita ketahui dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dua hal penting sehubungan dengan kecakapan akademis kita, adalah: 1. Kecakapan mengingat dan menyimpan memori 2. Kecakapan mengajar sebagai presentator

10 KECAKAPAN INTUITIF Dikatakan memiliki kecakapan intuitif jika guru sangat mudah dalam melakukan inovasi dan improvisasi dalam proses belajar dan mengajar. Kecakapan intuitif didapatkan dari optimalisasi peran panca indera dan fungsi otak kanan. A. FUNGSI OTAK KANAN Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara kerja otak kanan bertugas pada hal-hal yang bersifat non verbal, terkait dengan intuisi, hubungan yang berpola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Perilaku yang mneunjukkan penggunaan otak kanan secara optimal adalah: Perhatian pada gambaran umum yang leih utuh Mengolah informasi dan mendapatkan data dengan indera ke-6 Lebih berminat pada pemahaman imajinatif Abstrak dan teoritis Melihat pola dan makna di balik aktifitas atau peristiwa Orientasi hidup masa depan Memulai dari mana saja Menyukai kemungkinan untuk berdaya cipta Mengandalkan inspirasi B. OPTIMALISASI FUNGSI OTAK KANAN Optimalisasi fungsi otak kanan adalah cara-cara yang dapat digunakan baik mengembangkan maupun melatih sebagai keterampilan kita dalam proses kerja otak kanan guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan. 1. Optimalisasi fungsi otak kanan: Meningkatkan kemampuan fungsi pemikiran acak konkrit 2. Meningkatkan kemampuan fungsi pemikiran acak abstrak C. HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA INDERA DENGAN OTAK KANAN

11 Seperti telah dikatakan pada kecakapan akademis, bahwa salah satu kekuatan panca indera adalah mata. Seperti halnya mata mempengaruhi fungsi kerja otak kiri, begitu juga terhadap fungsi otak kanan. Pada saat otak kanan bekerja, maka mata terlihat memicing / melirik ke kanan kita, baik ke atas, mendatar, atau ke bawah. Bila kita ingin mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan, maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu yang efektif, yakni: Bila kita memikirkan sesuatu yang akan terjadi, atau merencanakan sebuah alasan dibalik peristiwa yang akan terjadi bersamaan dengan bekerjanya otak kanan, kita gunakan lirikan mata ke arah kanan Bila kita berimajinasi dengan teknik visualisasi terhadap peristiwaperistiwa yang akan terjadi atau kita inginkan liriklah mata ke arah kanan atas Bila kita menginginkan optimalisasi kemampuan daya khayal melalui ketajaman pendengaran liriklah mata kita ke arah kanan mendatar Bila kita ingin menguatkan imajinasi dan menumbuhkan sifat yang berhubungan dengan perasaan dan kasih sayang merenunglah dan gunakan lirikan mata ke kanan bawah.

12 KECAKAPAN RASA A. PENGERTIAN Kecakapan rasa sangat berhubungan dengan kesadaran dan kemampuan merasa, dan naluri. Untuk menghidupkan kecakapan ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuang rasa takut dan jangan mengacuhkan terhadap perasaan, kepedulian dan insting kita yang tiba-tiba bermunculan. Kecakapan rasa tercapai pada saat bertemunya kemampuan fungsi panca indera dengan fungsi hati. Seseorang dikatakan memiliki kecapakan rasa yang kuat bila memiliki kemampuan indera, emosi dan fungsi hati secara baik. B. MEMFUNGSIKAN HATI Hati memiliki pasukan-pasukan yang berfungsi sesuai kebutuhannya. Diantara pasukan-pasukan hati maka terdapatlah tiga pasukan lain yaitu Ilmu, Hikmah dan Tafakkur. Memfungsikan hati artinya adalah memfungsikan pasukan-pasukan yang ada untuk fokus pada tujuan hakiki. Potensi ilmu terletak pada kemampuan kita membedakan mana yang benar dan mana yang dusta dalam ucapan; antara hak dan bathil dalam aqidah; antara baik dan buruk dalam amal perbuatan. Bila potensi ini terwujud maka hati akan mendapat buah hikmah, sebagai modal berbagai keutamaan. Barang siapa diberi hikmah, maka ia benar-benar diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang bisa mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang memiliki lubuk hati (QS. Al-Baqarah: 269). Sedangkan hikmah dan syariat digunakan secara tegas bagi pengendalian potensi amarah dan syahwat. Mengendalikan potensi amarah harus dikompensasikan dengan rasa keberanian. Allah sangat mencintai keberanian, karena dari keberanian yang tidak membabi buta dan tidak lemah akan lahir sifat-sifat terpuji, yaitu: berbudi mulia, semangat, kecendekiaan, kesopanan, kemandirian, ketegasan, kewibawaan dan kasih sayang. Sedangkan menundukkan potensi syahwat harus dikompensasikan dengan harga diri. Dari sikap harga diri akan lahir sifat terpuji, yaitu: sifat dermawan, rasa malu, sabar, toleran, qanaah, wara, tolong menolong, kerja keras, dan kecilnya rasa tamak.

13 Secara teknis untuk mendukung penataan hati, lakukanlah hal-hal berikut ini: Tersenyumlah sampai ke hati Jadikan hal-hal kecil tetap kecil I m not ok is ok! Lebih sabar dan latihlah dengan sabar Turunkan daya stress Tertawakan diri sendiri Luangkan sedikit waktu setiap hari dan bersantailah C. OPTIMALISASI FUNGSI HATI Yang dimaksudkan optimalisasi fungsi hati adalah memberdayakan kemmapuan merasa kita yang ada dalam salah satu fungsi hati. Dikatakan optimalisasi fungsi kerja hati sudah baik, bila ditandai dengan oerilaku sebagai berikut: Dalam mengambil keputusan cenderung mempertimbangkan kepentingan diri sendiri maupun orang lain Menempatkan diri dalam situasi dan melihat orang-orang yang terlibat Mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, keharmonisan dan pengakuan sebagai individu Kekuatannya terletak pada pengertian, penghargaan, dan dukungan pada orang-orang lain D. HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA INDERA DENGAN HATI Seperti telah dikatakan pada kecakapan akademis dan intuitif, salah satu kekuatan panca indera adalah mata. Seperti halnya mata mempengaruhi fungsi kerja otak kiri, otak kanan begitu juga terhadap fungsi hati. Hubungan sinergis hati dengan mata adalah seperti raja dan pengawal, seperti atasan dengan bawahan. Artinya panca indera (mata) bekerja sesuai perintah hati. Pada saat hati (perasaan) bekerja, maka panca indera akan berfungsi sebagai pasukan yang melaksanakan perintah. Bila kita ingin mengoptimalkan fungsi kerja hati (perasaan), maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu yang efektif, yakni:

14 Dalam realitas panca indera khususnya mata berfungsi sebagai jendela. Apa yang ada dalam hati kita, akan ditampakkan oleh mata atau panca indera kita yang lainnya. Bila kita merasakan perasaan yang sangat menyenangkan, maka jelas panca indera kita akan menampakkannya, terutama mata yang berbinar-binar. Bila kita merasakan perasaan yang sangat tidak menyenangkan, maka jelas panca indera kita akan menunjukkannya, terutama mata yang nampak tidak berbinar. Panca indera adalah pasukan hati yang tampak. Apa yang dialkukan panca indera sesungguhnya diperintahkan oleh hati.

15 KECAKAPAN MENGAJAR A. PENGERTIAN Kecakapan dalam mengajar atau presentasi adalah keterampilan yang dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca indera dan otak kiri sebagai bagian dari kecakapan akademis. Seseorang dikatakan memiliki kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik. Setiap kali kita mengajar atau melakukan presentasi sesungguhnya kita sedang melakukan kegiatan komunikasi. Setiap kali kita berkomunikasi sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. B. PRAKTIK MENGAJAR Beberapa hal yang berhubungan dengan praktik mengajar atau presentasi adalah: 1. Membuka pembelajaran Cara terbaik membuka pembelajaran atau presentasi pada umumnya bertujuan mendapatkan 120 detik pertama: Dapatkan perhatian dan minat pendengar Sampaikan apa manfaat sesi ini bagi peserta? Tujuh langkah terbaik untuk membuka pembelajaran: 1) Sapa pendengar dengan antusias 2) Bila belum, perkenalkan diri secara profesional dan sanguinis 3) Hargai pendengar dengan tulus 4) Cairkan suasana dengan ice breaker 5) Sebutkan tujuan pembelajaran yang akan dibahas 6) Jelaskan manfaat dari pembelajaran yang diajarkan 7) Ajak peserta memasuki kegiatan selanjutnya 2. Menyampaikan materi

16 Agar penyampaian materi menjadi berisi dan memiliki kedalaman makna bagi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut: Eksplorasikan keterampilan Sanguinis, Koleris, Melankolis dan Phlegmatis kita Kembangkan kemampuan kita dengan meningkatkan 4 anugerah manusiawi (panca indera, otak kiri, otak kanan dan hati) Beri muatan yang berpusat pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki, melalui pembaharuan spiritualitas 3. Membina hubungan dengan peserta didik Perkuat sisi Melankolis dan Phlegmatis kita Anggap kesempatan untuk berbicara / mengajar adalah suatu kehormatan bagi kita Beri apresiasi fokus pada peserta didik kita Peserta didik yang sudah kenal, setiap kali kita memintanya melakukan sesuatu sebutlah namanya Tempatkan diri kita di bawah bukan di atas Katakan kita bukan kamu Jangan mengajar dengan wajah yang cemberut atau kesal Bicaralah sesuai dengan karakter peserta didik Nikmati pengajaran yang kita berikan Bermainlah selalu dalam hal-hal yang positif Terimalah kritik jangan menolak Jadilah seorang pelaku dari yang kita ajarkan 4. Menjawab pertanyaan Perkuat sisi panca indera, otak kiri, otak kanan dan hati Dengarkan baik-baik pertanyaan yang diajukan Ulangi pertanyaan dengan kalimat kita sendiri Pastikan bahwa itulah yang ingin ditanyakan penanya Beri jawaban sesuai dengan kebutuhan penanya Pastikan bahwa penanya sudah merasa jelas

17 5. Menghadapi peserta sulit Peserta sulit yang dimaksudkan adalah peserta yang suka membuat masalah; tukang sanggah, tukang serba tahu, tukang omong, tukang potong, tukang mondar-mandir, tukang gosip, tukang bisik-bisik, tukang diam, tukang sok sibuk, tukang datang terlambat. Cara menetralisir peserta sulit adalah sebagai berikut: Hindari debat kusir Jangan katakan kamu salah Bila salah akui secara simpatik Mulai dengan hal-hal yang sudah disepakati Usahakan orang lain untuk mau bicara Buat ide datang dari orang lain Lihat masalah dari kaca mata orang lain Simpati dengan ide dan keinginan orang lain Pertahankan energi positif, ingat visi-misi mengajar kita Dramatisir ide Berilah tantangan 6. Menutup pembelajaran Langkah-langkah praktis yang dapat kita lakukan adalah: Rangkum dengan singkat hal yang telah dibicarakan Motivasi pendengar untuk menerapkan atau mempelajari kembali apa yang telah anda sampaikan Bila ada kegiatan lanjutan, pembelajaran selanjutnya tetaplah motivasi peserta akan manfaat dari kegiatan yang akan diikuti Hargai pendengar dengan tulus atas perhatian dan kerjasamanya Tutup kegiatan dengan teknik memotivasi kembali peserta didik

18

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

4 Temperamen Manusia

4 Temperamen Manusia 4 Temperamen Manusia Seseorang tidak mungkin seorang koleris murni, terkadang dipengaruhi juga oleh sifat melankolis sehingga temperamennya menjadi koleris-melankolis Di sisi lain seorang phlegmatis seringkali

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Phlegmatis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Phlegmatis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4.

4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4. 4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4. TIPE PLEGMATIS 4 tipe tersebut adalah tipe kepribadian dasar yang Insya Allah dimiliki

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang LANDASAN TEORETIK-KONSEPTUAL Pemanfaatan Multimedia dalam pembelajaran Nyoman S. Degeng Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Kita ada di mana sekarang????????????? Era pertanian Era industri

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

Belajar yang Efektif dan Kreatif

Belajar yang Efektif dan Kreatif Belajar yang Efektif dan Kreatif http://staff.uny.ac.id/dosen/agus-triyanto-mpd Pertanyaan-Pertanyaan Apa yang Anda harapkan sebelum memasuki SMKN 6 Yogyakarta? Apakah harapan Anda sudah sebagian atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Koleris http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Koleris Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana pembelajaran anak usia belajar. Pembelajaran merupakan proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain.

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain. PLEGMATIS Orang phlegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan kawan. Berlawanan dengan orang koleris yang keras dan sangat menuntut, orang phlegmatis adalah orang yang manis, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM PENGEMBANGAN SIFAT POSITIF KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN 1 HARUS DIGARISBAWAHI

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *) MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS Oleh : M. Hasan Syukur, ST *) Setiap insan manusia adalah unik. Artinya setiap individu pasti memiliki perbedaan antara

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI SAAT MEMFASILITASI 1 81 1 82 BAB 4 Teknik Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator infomobilisasi saat mengelola kegiatan kelompok atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Sukses dengan anak tangga pencitraa diri.

Sukses dengan anak tangga pencitraa diri. Sukses dengan anak tangga pencitraa diri. Pengertian Pencitraan Diri Pencitraan merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan kemampuan dan menghasilkan suatu karya atau tingkah laku guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar dalam dunia kampus berbeda dengan pendidikan lanjutan, hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa baru mengalami kegagalan dalam belajar.

Lebih terperinci

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri JENIS-JENIS KEPRIBADIAN Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri Dipetik oleh Margono Slamet dari buku PERSONALITY PLUS Karya Florence Littauer 1 Belajar tentang Diri Sendiri Untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3 ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3 DAFTAR ABSEN XI IPS-4 No Kode Nama 1 A01 2 A02 3 A03 4 A04 5 A05 6 A06 7 A07 8 A08 9 A09 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13 14 A14 15 A15 16 A16 17 A17 18 A18 19 A19

Lebih terperinci

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012 Pelajaran 6 KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012 KEBAIKAN RAHASIA Perbuatan-perbuatan Tersembunyi 10 November 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 6:2-4 Mazmur 139:1-3 Ibrani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan Kelas XI

Lebih terperinci

Sample. Jl. Kepribadian V/5 Semarang Born on : 05 Mei 2005 WP

Sample. Jl. Kepribadian V/5 Semarang Born on : 05 Mei 2005 WP Sample Jl. Kepribadian V/5 Semarang Born on : 05 Mei 2005 WP0100000055 WS WC WS WS WS WC LR WS WS LR 46 % 54 % Orang dengan tipe ini merasa nyaman berada di lingkungan manapun namun sering kali perasaan

Lebih terperinci

Most Conceptual. Personal Dewasa

Most Conceptual. Personal Dewasa Most Conceptual Personal Dewasa Instrumen TPPT (True Parenting Personality Test) ini membantu mengidentifikasi tipe kepribadian Anda. TPPT ini diadopsi dari Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang membagi

Lebih terperinci

Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis)

Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis) Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis) by sari karina - Tuesday, December 15, 2015 http://karin.student.akademitelkom.ac.id/index.php/2015/12/15/mengenal-kepribadian-manusiamelankolis-plegmatis/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

Daftar Isi ANALISA DIRI PENDAHULUAN MINAT KARIR KESIMPULAN

Daftar Isi ANALISA DIRI PENDAHULUAN MINAT KARIR KESIMPULAN Daftar Isi PENDAHULUAN ANALISA DIRI MINAT KARIR KESIMPULAN Proses Dukungan Karir RIASEC DPT Jendela Johari 8 Kemampuan Suka-Tidak Suka, Bisa- Belum Bisa Grafik Garis Kehidupan Gaya Bekerja Lokasi Bekerja

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan 150 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati

Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati Sutjipto Ridwan: Galeri dengan lukisan yang memikat hati Galeri lukisan selalu dikemas dalam nuansa yang tenang, hangat dan unik. Galeri yang membuat pengunjung yang berada didalamnya terbius akan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I. Pendahuluan. Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan seseorang selanjutnya. Pada usia anak-anak pula seseorang dituntut untuk dapat merasakan bagaimana

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. DASAR PRESENTASI PERSIAPAN Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. Persiapan Dasar Persiapan yang baik bisa dimulai dengan menganalisis tiga faktor di bawah ini: - pada acara apa kita

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

Most Expanding. Personal Dewasa

Most Expanding. Personal Dewasa Most Expanding Personal Dewasa Instrumen TPPT (True Parenting Personality Test) ini membantu mengidentifikasi tipe kepribadian Anda. TPPT ini diadopsi dari Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang membagi

Lebih terperinci

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko No. Kode Nama 1 A1 2 A2 3 A3 4 A4 5 A5 6 A6 7 A7 8 A8 9 A9 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13 14 A14 15 A15 16 A16 17 A17 18 A18 19 A19 20 A20 21

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu:

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu: II. Faktor Pendidik Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Pendidik meliputi orang dewasa, guru, orang tua, pemimpin masyarakat dan pemimpin agama. Karakteristik yang harus dimiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id 98 LAMPIRAN 99 Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi/siang/malam Dengan hormat, perkenalkan saya Karenya Eynel Andjani, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SKALA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang tercantum

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT BAGIAN PSIKOLOGI KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNDIP BEKERJASAMA DENGAN RS. HERMINA BANYUMANIK SEMARANG PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM SEMARANG, 23 AGUSTUS 2014

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

5 KEY ELEMENT SERVICE

5 KEY ELEMENT SERVICE 5 KEY ELEMENT SERVICE 5 ELEMEN SERVICE TANGIBLE DAPAT DIRASAKAN OLEH PANCA INDRA Contoh : Sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dicium (hirup), dan di raba ( Bangunan Fisik Dealer, showroom,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai KUESIONER PENELITIAN Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai A. Isi lah kolom dibawah ini dengan menggunakan tanda ceklist ( ) Inisial : NIM : Semester

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

09/09/2011. Who says (Komunikator) Says what (Pesan) To Whom (komunikan) With Channels (Saluran/Media) What Effect (umpan balik)

09/09/2011. Who says (Komunikator) Says what (Pesan) To Whom (komunikan) With Channels (Saluran/Media) What Effect (umpan balik) Dasar hubungan Anda dengan Pendengar Anda Seberapa Penting Memahami Pengetahuan Komunikasi? mengharapkan hubungan timbal balik yang positip supaya gagasan bisa diterima pihak lain berusaha mencapai target

Lebih terperinci

Cara yang digunakan untuk menghitung nilai atribut keperibadian di dalam tugas

Cara yang digunakan untuk menghitung nilai atribut keperibadian di dalam tugas Cara yang digunakan untuk menghitung nilai atribut keperibadian di dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Buka website humanmetrics.com 2. klik take test untuk membuka halaman petunjuk pengisian

Lebih terperinci

TEKNIK PRESENTASI YANG BAIK

TEKNIK PRESENTASI YANG BAIK TEKNIK PRESENTASI YANG BAIK Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Seni Berbicara Kemampuan menggabungkan: Penguasaan Pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan merupakan usaha dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

MENJADI GURU PROFESIONAL

MENJADI GURU PROFESIONAL MENJADI GURU PROFESIONAL Mukhamad Murdiono, M. Pd. Jurusan PKn dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Padamu Negeri: Kami berjanji Kami Berbakti Kami mengabdi Bagimu Negeri:

Lebih terperinci

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan!

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Membangun : & Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Bagian I Teori Kesuksesan dan Kekayaan Percaya Bahwa Anda Akan Kaya dan Sukses Percaya Anda akan sukses, maka sukseslah Anda. Berpikir positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Belajar 1.1 Defenisi Menurut Winardi A (2008) Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkosentrasi, memperoses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target pencapaian suatu

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI. ETIK UMB Modul ke: MENGENALI POTENSI DIRI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AHMAD GOZALI,SHI,MH. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Perkuliahan 2 MENGENALI POTENSI DIRI PEKERJAAN, KARIER dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NAMA : INDANA MARDIANI NIM : 08-002-0114 KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP I. Pendahuluan Guru merupakan factor penting dalam pendidikan formal, karena itu harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan karya akhir ini dapat disimpulkan bahwa materi ajar cerpen adalah subtansi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sastra tingkat MTs.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci