BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bumi sebentar lagi akan mengalami titik puncak menuju kehancuran. Begitulah kesan pintas lalu mengenai krisis ekologi yang belakangan begitu marak diperbincangkan. Pelbagai penelitian ahli membuktikan bahwa eksistensi lingkungan hidup kelestariannya mulai terancam secara signifikan. Sebagaimana data yang disebutkan oleh Husain Heriyanto dalam majalah Tropika Indonesia tentang Global Forum on Ecology and Poverty yang diselenggarakan di Dhaka pada Juli 1993, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) menyatakan: Dunia kita berada di tepi kehancuran lantaran ulah manusia. Di seluruh planet, sumber-sumber alam dijarah kelewat batas. Disebutkan juga, pada setiap detik, diperkirakan sekitar 200 ton karbon dioksida dilepas ke atmosfir dan 750 ton top soil musnah. Sementara itu, diperkirakan sekitar hektar hutan dibabat, hektar tanah digunduli, dan antara 100 hingga 300 spesies mati setiap hari. Pada saat yang sama, secara absolut jumlah penduduk meningkat 1 milyar orang per dekade. Ini menambah beban bumi yang sudan renta. Inilah yang sepanjang dua dekade terakhir menyentakkan kesadaran orang akan krisis lingkungan. Karena, hal ini menyangkut soal kelangsungan hidup jagad keseluruhan. 1 Permasalahan krisis ekologi jelas sangat berbeda dengan permasalahan non-ekologis, krisis ekologi tidak dapat diabaikan begitu saja. Kepasifan dan keaktifan manusia dalam merespon permasalahan ini akan menentukan jalan cerita ekosistem lingkungan hidup dan planet bumi dimasa mendatang. Krisis ekologi ini mulai disuarakan sejak tahun 1960-an, dimana sebagian besar orang mulai memikirkan kembali relasi mereka terhadap alam ketika tindak-tanduk manusia mulai mengancam keseimbangan alam dan mengalienasikan manusia dengan kehidupan selain dirinya. Puncaknya, pada 1980-an hampir bisa dipastikan kesadaran tiap orang tersedot dengan 1 Husain Heriyanto, Krisis Ekologi dan Spiritualitas Manusia, dalam Majalah Tropika Indonesia, (Jakarta: Conservation International Indonesia, Vol.9 No.3-4, 2005), hal.21 1

2 2 permasalahan tersebut, bahkan artikel ilmiah yang membahas persoalan ini meningkat tajam. Pada 1960-an, Lynn White, Jr. berpendapat dalam papernya yang mengundang perdebatan hingga kini yang dipublikasikan pada jurnal Science, yaitu The Historical Roots of Our Ecological Crisis, bahwa krisis ekologis akibat dari eksploisitas sains dan teknologi berakar pada pandangan antroposentris tradisi Yudeo-Kristiani yang menganggap bahwa manusia dan alam adalah dua hal yang berbeda. Posisi yang berbeda ini meletakkan manusia lebih tinggi dari alam dan oleh karenanya manusia berhak menguasai alam tersebut. Argumentasi White kemudian menekankan bahwa penyebab makin massif, dramatis, serta kompleksnya kerusakan lingkungan adalah ketika cara pandang yang antroposentris itu kemudian didukung oleh berbagai penemuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terbukti lebih banyak bersifat destruktif terhadap alam. 2 Problematika tentang krisis ekologi ini tidak bisa dipisahkan dari polemik perdebatan panjang tentang ide objektivitas dalam sains (diinsipirasi oleh Kuhn dan Feyerabend) sehingga muncul terma sains Barat dan sains Islam. Gagasan objektivitas dalam sains Barat yang dipahami sekedar sebagai cara observasi empiris bebas-nilai (free value). Karenanya, nilai-nilai etika dan sosialpun terabaikan karena dideterminasi oleh faktor-faktor dalam metode sains dan metode penelitian ilmiah 3, yang semuanya disahkan oleh metode empiris. Selain yang menggunakan metode ini disangsikan eksistensinya bahkan ditolak sama sekali. Metode ilmiah yang sangat empiris ini dijadikan penentu eksistensi sesuatu. Tegasnya, ruang lingkup realitas objek yakni alam menurut sains Barat terbatas kepada alam fisik dan mengabaikan prinsipprinsip metafisik yang berdampak pada krisis yang semakin kompleks. Menyoroti fakta tersebut, gagasan sains Islam muncul sebagai upaya menghidupkan kembali dan mereformasi secara radikal sains Barat dengan kebangkitan sains Islam, sebagai bagian integral dari kerangka moral dan etika 2 Lynn White, Jr., The Historical Roots of Our Ecological Crisis, dalam Jurnal Science, (New York: Harvard University Center, Vol.155 No.3767, 1967), hal A.M. Schwencke, Globalized Eco-Islam: A Survey of Global Islamic Environmentalism, (Leiden University: 2012), hal.14

3 3 Islam yang komprehensif. Tokoh yang paling vokal dan memberikan kontribusi yang sangat aktif adalah Seyyed Hossein Nasr, Ziauddin Sardar, S. Parvez Manzoor dan termasuk diantaranya adalah Osman Bakar yang merupakan murid Seyyed Hossein Nasr. Para sarjana ini membicarakan krisis lingkungan dari perspektif sains Islam. 4 Sains Islam bersifat ilmiah sekaligus religius dalam pengertian bahwa ia secara sadar didasarkan pada prinsipprinsip metafisik, kosmologis, epistemologis, etis dan prinsip moral Islam. Dari sudut pandang konsepsi spiritual dan moral tentang alam, sains Islam, mengambil tujuan dan prinsip-prinsip metodologis yang berbeda dalam beberapa aspek dari sains modern. 5 Sains modern, didasarkan pada paradigma Cartesian-Newtonian 6 yang parsial telah menghegemoni cara pandang manusia modern. Paradigma ini telah menjadi bagian, cara, berada dalam sistem, pola dan dinamika, terlepas dari kenyataan apakah manusia modern menyadari hal ini atau tidak. Pengalaman sehari-hari tidak berdiri sendiri dan terlepas dari filsafat dan gambaran tentang dunia yang dianut manusia modern dipengaruhi oleh cara pandang sains modern. Pandangan ini turut berkontribusi menimbulkan krisis ekologi yang semakin kompleks. Pandangannya yang mekanistik terhadap alam telah melahirkan pencemaran udara, air, tanah, dan lain sebagainya yang mengancam balik kehidupan manusia. Paradigma ini menimbulkan sikap-sikap anti-ekologis. Sikap-sikap anti ekologis ini menyebabkan semakin kritisnya kualitas dan kompleksnya permasalahan lingkungan hidup, hal ini merupakan dampak yang nyata dan tak terelakkan dari pandangan dunia barat (world view) dan peradaban modern yang parsial dan terpisah-pisah yakni sekulerisme, 4 A.M. Schwencke, Globalized Eco-Islam, hal.13 5 Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif tentang Agama dan Sains, (Bandung, Pustaka Hidayah, 2008), hal.18 6 Paradigma Cartesian-Newtonian adalah sebuah paradigma yang didasarkan pada pemikiran Descartes dan Newton, paradigma ini di satu sisi berhasil mengembangkan sains dan teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, namun di lain sisi mereduksi kompleksitas dan kekayaan kehidupan manusia itu sendiri. Paradigma Cartesian-Newtonian yang mekanistik ini memandang manusia tak ubahnya seperti mesin raksasa yang diatur oleh hukum-hukum objektif, mekanistik, deterministik, reduksionistik, atomistik, materialistik, instrumentalistik dan linier.

4 4 materialisme, antroposentrisme, utilitarianisme, dan kapitalisme. Seyyed Hossein Nasr dalam karyanya Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man menyatakan: Krisis dewasa ini berkorelasi erat dengan krisis spiritual-eksistensial yang telah diidap oleh kebanyakan manusia modern. Hal ini disebabkan oleh karena menangnya humanisme-antroposentris yang memutlakkan manusia, sehingga yang menjadi korbannya adalah bumi, alam dan lingkungan yang diintimidasi dan diperkosa atas nama hak-hak manusia. Bagi manusia, alam hanyalah layaknya pelacur yang dimanfaatkan tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab manusia. 7 Hal ini menjadi sebuah bukti nyata bahwa manusia modern telah memberhalakan dirinya dan mengingkari realitas Tuhan, budaya materialisme dan humanisme telah dipupuk dan tumbuh subur yang berdampak pada berkembangnya kebudayaan modern yang semakin masif. Revolusi industri melalui budaya konsumsi dan distribusi juga turut andil dalam menumbuhkan kebudayaan ini pada masa-masa mendatang. Manusia modern telah mengutamakan pertimbangan kuantitatif (untung-rugi, banyak-sedikit, besar-kecil) diatas pertimbangan kualitatif (baikburuk, benar-salah, indah-jelek) terhadap alam. Pertimbangan ini telah menjadikan alam sebagai komoditas politik dan ekonomi, tak lebih sebagai pelayan nafsu syahwat manusia belaka. Sejak zaman Renaissans, manusia modern selalu saja terantuk dalam persimpangan jalan; mereka membuat peralatan praktis, tapi juga meningkatkan polusi dan limbah; menemukan obatobatan, tapi juga menebar penyakit; mendorong kemajuan teknis, tapi juga menelantarkan buruh; meningkatkan efisiensi, tapi juga merusak lingkungan. 8 Kenyataan krisis ekologi hari ini telah menyerang kita dari berbagai arah. Skala dan kompleksitas permasalahan-permasalahan dan kerumitan pemecahan-pemecahan jangka panjang yang diketengahkan kepada kita telah menjadi semakin sulit diabaikan. Tak mungkinlah kita tidak terus mencari 7 Seyyed Hossein Nasr, Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man, (Chicago: ABC International Group, 1997), hal Husain Heriyanto, Krisis Ekologi dan Spiritualitas Manusia, hal.21

5 5 cara-cara untuk menemukan jalan keluar dari labirin kemerosotan lingkungan yang terus berjalan. 9 Tentunya solusi yang harus dicapai terhadap krisis ekologi yang tengah melanda secara masif seluruh planet bumi ini bukan hanya soal teknis ataupun ekonomis. Perlu dipahami bahwa persepsi seorang individu terhadap alam sering kali mempengaruhi tindakan-tindakannya. Hal ini berarti imaji, citra manusia tentang alam akan langsung mempengaruhi perbuatan-perbuatan, kepercayaan, tingkah laku sosial dan kehidupan pribadi manusia. Sesungguhnya cara kita hidup berkaitan erat dengan cara kita memandang dunia atau pandangan dunia (world view). Sebagaimana yang dikutip oleh Fritjof Capra dalam The Web of Life, R.D. Laing menyatakan, Kita telah menghancurkan dunia ini secara teori sebelum kita menghancurkannya dalam praktek 10 Upaya meningkatkan kesejahteraan umat manusia di satu sisi dan krisis lingkungan hidup di pihak yang lain, mengajak untuk memikirkan dan merenungkan kembali secara mendasar, adakah yang salah dalam memperlakukan lingkungan hidup demi mengejar kesejahteraan umat manusia? Seyyed Hossein Nasr, seperti disebutkan di atas menyatakan bahwa krisis lingkungan adalah refleksi krisis spiritual paling dalam umat manusia. Pandangan ini juga ditegaskan oleh Osman Bakar, dengan mengatakan bahwa penyebab utama dari berkembangnya kerusakan lingkungan dewasa ini adalah pengabaian modernitas terhadap visi spiritual tentang alam semesta. 11 Hal ini mendapat legitimasi dengan apa yang disampaikan Fritjof Capra dalam The Turning Point: Science, Society and The Rising Culture juga pernah menekankan bahwa musibah Bumi terjadi akibat pengembangan iptek minus 9 Mary Evelyn Tucker & John A. Grim, Agama, Filsafat, dan Lingkungan Hidup, diterjemahkan oleh P. Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal Fritjof Capra, Jaring-Jaring Kehidupan: Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan, di diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2001) 11 Osman Bakar, Environmental Wisdom for the Planet Earth: The Islamic Heritage, (Kuala Lumpur: Center for Dialogue University of Malaya, 2007), hal. 12

6 6 wawasan spiritual. 12 Hal senada juga disampaikan Wakil Presiden Amerika yang lalu, Al Gore, dalam Earth in the Balance: Ecology and the Human Spirit, menyatakan bahwa semakin dalam ia menggali akar krisis lingkungan yang melanda dunia, semakin mantap keyakinannya bahwa krisis ini tidak lain adalah manifestasi nyata dari krisis spiritual manusia. 13 Dengan demikian, jelaslah bahwa pandangan agama dianggap merupakan faktor penting yang memberikan kontribusi atas sikap manusia terhadap alam dan lingkungan. Mengapa? Ribuan tahun, agama dijadikan sebagai standar kode etik yang shahih dan merupakan warisan tertua kemanusiaan. Kearifan pandangan, kepekaan moral dan sikap religiusitas manusialah yang mungkin dapat menjadi garda penting dan paling akhir yang bisa diharapkan untuk mengingatkan tentang hubungan manusia dalam memelihara alam dan kearifan dalam mengelola bumi. 14 Dari uraian panjang di atas, kita menangkap bahwa krisis lingkungan yang terjadi hari ini adalah masalah yang sangat kompleks dan multidimensi yang memerlukan pandangan dan pendekatan yang cocok untuk mengatasinya. Dibutuhkan sebuah pendekatan yang mampu memberi penjelasan dan pertanggungjawaban rasional tentang nilai-nilai, asas dan norma-norma bagi perilaku manusia terhadap alam. Karena pada hakikatnya manusia sebenarnya mampu mewujudkan dan mengelola lingkungan yang bersih serta bumi yang hijau. Atas dasar inilah dinilai perlunya diangkat seorang pemikir Islam yang mampu memberikan perubahan paradigma secara fundamental dari paradigma kosmologis yang menumbuhkan sikap eksploitatif terhadap alam kepada paradigma yang menumbuhkan sikap lebih bersahabat dan ramah terhadap alam. Ialah Osman Bakar (seorang pemikir abad 20 asal Malaysia) yang menurut peneliti memiliki keprihatinan yang dalam dan mendasar 12 Fritjof Capra, The Turning Point: Science and the Rising Culture, (New York: Bantam Books, 1982), hal Lihat diakses pada 03 Januari Fachruddin M. Mangunjaya, dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hal. XX

7 7 terhadap isu ini, sekaligus dalam penelitian ini akan coba ditawarkan untuk memberikan kontribusi terhadap persoalan krisis yang terjadi dewasa ini. Tertujunya perhatian Osman Bakar terhadap krisis lingkungan setidaknya disebabkan oleh dua faktor, yaitu krisis lingkungan yang bersifat faktual dan faktor pandangan dunia pengetahuan. Realitas faktual dari krisis lingkungan ini dapat di ketahui dari indeks kerusakan lingkungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Faktor pandangan dunia pengetahuan yang terlibat dan berkontribusi dalam kerusakan lingkungan adalah adanya kecenderungan-kecenderungan dari tradisi sains khususnya sains dalam tradisi Barat yang memandang alam semesta pada umumnya dan lingkungan hidup khususnya dengan sudut pandang parsial, tergantung dari kebutuhan dari metode-metode saintifik yang diterapkan. Intinya, metode ilmiah dalam sains Barat telah menafsirkan pluralitas metodologi sebagai sejenis anarkisme intelektual, meski ia memiliki suatu nilai sendiri dalam lingkup skema epistemologis dan dalam kemajuan perkembangan ilmiah. 15 Sebagai seorang saintis Muslim Malaysia, Osman Bakar memberikan kontribusi sangat berharga dalam upaya mengungkapkan pendekatan intelektual dan spiritual Islam pada sains serta menyoroti berbagai penyebab krisis kontemporer dalam sains dan teknologi Barat modern. Menurutnya, sains modern telah kehilangan signifikansi spiritual dan metafisiknya terhadap alam. Alam seharusnya tidak bisa dipahami dan dipraktekkan terpisah dari nilai-nilai spiritual. Karena alam saling berkaitan dalam jaringan kesatuan alam dari seluruh aspeknya. Menariknya, ia mengemukakan konsep dari warisan tradisional Islam dan prinsip kearifan ekologis yang sesungguhnya bersumber dari Islam itu sendiri, yakni prinsip Tauhid yang serba meliputi. Ia mengungkapkan kesalingterkaitan segala sesuatu dalam satu Realitas Tunggal, dengan kesederhanaan dan kejelasan, ia mengungkap filsafat sains Islam sedemikian rupa hingga berbagai persoalan-persoalan metodologi dan epistemologi. 15 Osman Bakar, Tawhid and Science, hal.88

8 8 Dari latar belakang di atas, menurut peneliti, gagasan Osman Bakar ini menarik untuk dikaji dan diteliti lebih jauh, karena sangat relevan dengan persoalan dewasa ini, mengapa terjadi krisis ekologi? dan bagaimana seharusnya kita menyikapi persoalan tersebut?. Berangkat dari persoalan ini, maka dalam penelitian ini penulis merasa penting untuk berupaya mengungkap mengapa krisis ekologi terjadi dan mengeksplorasi apa sesungguhnya yang digagas Osman Bakar dalam bukunya Tawhid and Science: Islamic Perspectives on Religion and Science dan Environmental Wisdom for Planet Earth: The Islamic Heritage yang secara substansial diyakini mampu membangun kesalehan dengan memberikan cara pandang yang holistik dan integral terhadap alam sebagai solusi terhadap krisis ekologi kontemporer. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Untuk memperjelas kajian ini, maka pembahasan tesis ini hanya akan mengkaji dan menganalisis kearifan ekologis Osman Bakar dalam perspektif filsafat sainsnya, yakni dengan menggali solusi yang sebenarnya telah ditawarkan Islam melalui konsep sentralnya, yakni tauhid, yang diyakini mampu memberikan solusi serta menjawab berbagai persoalan kontemporer termasuk krisis ekologi. 2. Rumusan Masalah Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui kearifan ekologis dalam perspektif Osman Bakar yang berbasis pada konsep Islam. Untuk itu, Supaya kajian ini dapat dilakukan secara terarah, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: a. Apa penyebab utama masalah krisis ekologi dewasa ini? Apakah ada keterkaitan antara problematika sains modern dengan terjadinya krisis ekologi saat ini?

9 9 b. Apa dan bagaimana argumen-argumen filosofis berbasis Islam yang ditawarkan Osman Bakar sebagai solusi permasalahan krisis ekologi kontemporer? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut: a. Membuktikan ada-tidaknya keterkaitan problematika sains modern dengan terjadinya krisis lingkungan saat ini. b. Merumuskan dan menjelaskan kearifan ekologis dalam pemikiran Osman Bakar sebagai basis dan landasan ontologis agar terciptanya kelestarian lingkungan. D. Signifikansi Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat penting sebagai berikut: 1. Memberikan pemetaan masalah krisis ekologi yang terus berkembang dewasa ini, terutama secara ontologis dan filosofis. Selain itu juga tesis ini memperkuat kesimpulan bahwa salah satu akar terjadinya krisis ekologi harus dilihat dan didekati dari dimensi intelektual dan spiritual, bukan semata-mata pendekatan ekonomi, sosial dan politik. 2. Memberikan satu perspektif baru mengenai kearifan ekologis, yakni dengan memberikan sebuah konsep yang lebih holistik dan lebih proporsional tentang hubungan manusia dan alam yang bersumber pada konsep Islam yakni tauhid. 3. Memperkenalkan pemikiran Osman Bakar kepada khalayak secara umum dan khususnya di Indonesia, sebagai seorang pemikir Muslim yang memiliki perhatian yang mendalam terhadap berbagai permasalahan di dunia Islam, termasuk persoalan krisis ekologi. 4. Memberikan sumbangsih keilmuan bagi pengkayaan penelitian khazanah ilmiah keislaman.

10 10 E. Kajian Pustaka Telah banyak buku, disertasi dan tesis dan model-model penelitian yang mengkaji tentang ekologi. Beberapa karya-karya dan penelitian tersebut diantaranya: 1. Islam and Ecology Karya ini merupakan kumpulan artikel yang diedit oleh Richard C Foltz, Frederick M. Denny, dan Azizan Baharuddin. Karya ini menguraikan pandangan Islam tentang tatanan kosmis dan mengkaji cara pandangan dunia Islam yang dapat diinterpretasi dan diterapkan untuk masalah lingkungan, seperti polusi dan kelangkaan air. Pada konteks yang lebih luas mengkaji keadilan sosial dan isu-isu keberlanjutan dan pengembangan dalam melihat sejarah dan akar krisis lingkungan saat ini. 2. Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup Karya ini merupakan tulisan sejumlah pemikir agama Islam yang membahas berbagai segi lingkungan hidup. Buku yang diedit oleh Fachruddin M. Mangunjaya, Husain Heriyanto dan Reza Gholami ini merupakan ikhitiar memahami agama Islam secara lebih kontekstual dalam menanggapi berbagai tantangan lingkungan hidup. Dalam karya ini perkembangan sejarah para pemikir agama Islam dan non-islam di dunia membuktikan bahwa setiap agama memiliki potensi memotivasi manusia, masyarakat dan bangsa untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya. 3. The Islamic Environmental Ethics: A Study On Intrinsic Value Of Nature According To The Theosophy Of Oneness Of Being Of Trancendent Theosophy Karya ini merupakan sebuah tesis yang mengkaji teori Wahdatul Wujud Mulla Shadra sebagai basis ontologis etika lingkungan Islam. Tesis ini mengkaji tiga kitab karya metafisiknya, yakni al-arshiyyah, al-mashā ir, dan al-madzāhir.

11 11 4. Alam Sebagai Manusia Besar: Eko-Kosmologi Islam Dalam Rasā il Ikhwān al-shafā Karya ini merupakan tesis yang mengkaji pemikiran Ikhwān al-shafā mengenai kearifan alam dalam struktur ontologis dan epistemologis keilmuan yang dikembangkan dalam karya magnum opusnya Rasā il Ikhwān al-shafā, yakni dengan konsep utama al-ālam Insānun Kabīr (Alam adalah manusia besar) Dari beberapa paparan pustaka diatas, sejauh ini peneliti belum menemukan karya yang khusus membahas kearifan ekologis Osman Bakar. Pendekatan dan pemilihan topik tentang kajian kearifan ekologis Osman Bakar dalam perspektif filsafat sains ini terbilang baru dan dinilai mampu memberikan sebuah pendekatan bervisi global-holistik mengenai kearifan alam semesta dan kearifan lingkungan itu sendiri. Namun, beberapa karya-karya di atas terkait dengan persoalan ekologi tersebut tentu akan sangat membantu dalam penelitian ini, terutama untuk memahami dan menggambarkan latar belakang serta rumusan masalah yang akan peneliti kaji. Peneliti akan mengkaji krisis kontemporer dalam sains modern yang menjadikan satusatunya realitas yang diperhatikan hanyalah realitas fisik. Semua ini diakibatkan pandangan dunia (world view) sains modern yang parsial dan terpisah-pisah dalam memandang alam. Berangkat dari problem tersebut peneliti ingin menawarkan satu kearifan ekologis dari perspektif saintis Muslim yang mengkaji secara mendalam tentang hal ini, yakni Osman Bakar. Peneliti akan membuktikan bahwa gagasan Osman Bakar, terutama dalam memandang alam dengan berbasis pada prinsip tauhid, mampu menjadi satu tawaran solusi bagi krisis lingkungan dewasa ini. Dengan demikian studi ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam beberapa aspek, yakni: 1. Obyek ini difokuskan pada kearifan ekologis Osman Bakar dalam perspektif filsafat sains yang terkandung dalam karyanya Tauhid dan Sains

12 12 2. Studi ini memperkuat dan memperjelas penelitian-penelitian sebelumnya yakni pada struktur ontologis dan epistemologis tentang kearifan alam 3. Studi Osman Bakar ini mengkaji konsep sentral dalam Islam yakni tauhid sebagai basis sentral dalam kearifan alam dan lingkungan F. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka (library research). Pertama-tama, peneliti mengumpulkan data-data dari buku, jurnal maupun artikel. Data-data tersebut dikategorikan ke dalam dua kelompok, primer dan sekunder. Data primer adalah buku-buku karya Osman Bakar, yakni Tawhid and Science: Islamic Perspectives on Religion and Science dan Environmental Wisdom for Planet Earth: The Islamic Heritage yang merupakan karya utama Osman Bakar, ditambah beberapa artikel-artikelnya terkait isu ini. Sedangkan data-data sekunder adalah buku-buku atau jurnal maupun artikel yang berbicara tentang biografi atau pemikiran-pemikiran Osman Bakar untuk memperoleh informasi-informasi tambahan tentang tokoh tersebut beserta pemikiran-pemikirannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi dan analisis. Metode deskripsi digunakan untuk menguraikan argumentasiargumentasi filosofis yang dikemukakan dalam buku-buku. Sedangkan analisis digunakan untuk mencari korelasi argumentasi-argumentasi tersebut dengan problem yang sudah dihadirkan di atas, sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, sehingga dapat menarik relevansi gagasan yang ada dalam teks tersebut sesuai dengan persoalan dewasa ini. G. Sistematika Penulisan Penelitian dalam tesis ini dibagi dalam enam bab. Bagian terpenting dalam penelitian ini terletak pada bab lima. Sistematika penulisan dalam tesis ini terdiri dari:

13 13 Bab I, penulis menguraikan latar belakang dalam tesis ini, yakni menyangkut krisis ekologi dan kaitannya dengan spiritualitas manusia modern. Penulis ingin menyodorkan sebuah kearifan ekologis yang didasarkan pada kerangka filosofis Osman Bakar. Di dalam bab ini, penulis juga merumuskan problem utama yang mendorong penelitian terhadap tesis ini, selain itu juga menjelaskan berbagai alasan mengapa tema dalam tesis ini perlu diteliti dan dituliskan. Dalam bab pertama ini juga penulis menjelaskan metodologi riset yang digunakan dalam melakukan penelitian dalam tesis ini. Bab pertama ini juga dilengkapi dengan beberapa kajian dan penelitian terdahulu menyangkut tema terkait, dan diakhiri dengan kerangka sistematis isi dari penulisan tesis ini. Bab II, pada bab kedua ini penulis mengemukakan biografi dan pemikiran Osman Bakar. Pembahasan ini dinilai penting sebagai pengantar guna memahami gagasan Osman Bakar. Pertama penulis menyebutkan biografi Osman Bakar beserta karya-karyanya. Selanjutnya landasan teoritis pemikiran Osman Bakar yang dipengaruhi oleh beberapa peradaban besar, seperti Yunani, Cina, India dan Islam. Pada akhir bab ini penulis memaparkan peta pemikirannya. Bab III, pada bab kedua ini akan dijabarkan tentang krisis ekologi sebagai efek problematika sains modern. Pertama-tama akan diuraikan tentang problematika pandangan dunia modern sebagai salah satu penyebab krisis ekologi. Selanjutnya penulis menguraikan tentang krisis ekologi sebagai problem krisis spiritualitas manusia modern. Pada akhir bab ini penulis menguraikan krisis ekologi sebagai problem filosofis. Bab IV, pada bab keempat yang penulis menguraikan kosmologi dan epistemologi Osman Bakar. Penulis mencoba menguraikan gagasangagasannya sebagai bahan analisis pada bab lima. Pertama penulis menguraikan tentang konsep realitas Osman Bakar yang berbasis pada prinsip Islam, yakni tauhid. Selanjutnya tentang relasi antara Tuhan, Manusia dan Alam. Pada sub-bab kedua ini, penulis memaparkannya pada tiga poin penting, yakni Tuhan sebagai sumber kebenaran dan keindahan, tubuh manusia sebagai

14 14 mikrokosmos, dan alam sebagai sumber pengetahuan spiritual dan sumber hukum-hukum Ilahi. Selanjutnya pada sub-bab III, dijelaskan tentang prinsipprinsip epistemologi Osman Bakar yang berbasis pada epistemologi Islam. Pada sub-bab IV dipaparkan tentang basis spiritualitas Osman Bakar. Bab V, pada bab kelima yang menjadi poin utama dalam pembahasan ini, penulis mencoba membangun kearifan ekologis Osman Bakar melalui analisis pada bab tiga dan empat. Pada pembahasan pertama penulis menguraikan tentang tauhid sebagai basis metafisik dalam memandang realitas. Selanjutnya epistemologi yang integral bagi kesadaran ekologis. Kemudian moralitas agama sebagai basis etis lingkungan. Pada akhir pada bab ini penulis mencoba memaparkan relevansi pemikirannya dalam konteks kekinian sebagai aplikasi praktis atas teori yang telah dipaparkan. Bab VI, pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran bagi penelitian lanjutan, serta pengembangan dan pengkayaan khazanah keilmuan selanjutnya.

kiamatnya dunia jika tanda-tanda bahaya peradaban seperti krisis ekologi tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Cara pandang, sikap, dan perilaku

kiamatnya dunia jika tanda-tanda bahaya peradaban seperti krisis ekologi tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Cara pandang, sikap, dan perilaku ix K Tinjauan Mata Kuliah elangsungan hidup manusia dan planet bumi kini menjadi keprihatinan manusia sedunia. Dalam Global Forum on Ecology and Poverty, Dhaka, 22-24 Juli 1993, Direktur Eksekutif Program

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003

BAB I. PENDAHULUAN. GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keimanan dan ketaqwaan merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam

Lebih terperinci

KRISIS EKOLOGI: PROBLEMATIKA SAINS MODERN Oleh: Amirullah 1. Abstract

KRISIS EKOLOGI: PROBLEMATIKA SAINS MODERN Oleh: Amirullah 1. Abstract KRISIS EKOLOGI: PROBLEMATIKA SAINS MODERN Oleh: Amirullah 1 Abstract Nowadays, ecological crisis is a well discussed global challenge for mankind in the twenty fist century. Governments and people around

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar

Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C : Drs. Dang Eif Saeful Amin, M.Ag Dzulfikar SAP ILMU ALAMIAH DASAR Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan BPI UIN SGD BANDUNG PROGRAM PEMBELAJARAN Mata kuliah : ILMU ALAMIAH DASAR Bobot : 3 sks Jurusan / smstr / kelas : BPI / I / A,B,C Dosen : Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sains bersifat naturalistis juga bersifat empiristis. Dikatakan bersifat naturalistis dalam arti penjelasannya terhadap fenomena-fenomena alam selalu berada dalam wilayah

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran sejarah di tingkat sekolah menengah atas pada dasarnya memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk dapat mengoptimalkan berbagai potensi yang

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan bahwa masyarakat modern merupakan masyarakat yang memiliki kompleksitas nilai dan kepentingan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya sastra mengungkapkan makna secara tidak langsung. Karya sastra merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM , Fakultas Pertanian Unpar. Abstract

ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM , Fakultas Pertanian Unpar. Abstract ETIKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Abdul Mukti, NIM 107040100111018, Fakultas Pertanian Unpar Abstract Humans are the main causes of environmental degradation. Therefore required environmental ethics

Lebih terperinci

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer U á Å ÄÄt{ ÜÜt{ÅtÇ ÜÜt{ Å Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Oleh: Sarjuni, S.Ag., M.Hum. 1 Sain Tidak Bebas Nilai (Not Values-Free) 1. Ilmu yang di dalam peradaban Barat diklaim sebagai bebas nilai,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN 84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Filsafat Dakwah Kode MK : FDK 14105 Bobot / Semester : 2 sks / IV Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman.

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tinjauan Buku Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tesis utama Plantinga dalam buku ini ialah bahwa konflik

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metodologi adalah suatu pengkajian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hakikat tubuh menurut Merleau-Ponty: Berangkat dari tradisi fenomenologi, Maurice Merleau-Ponty mengonstruksi pandangan tubuh-subjek yang secara serius menggugat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11Fakultas TEKNIK PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Ilmu dalam Perspektif Historis Beberapa Aspek Penting dalam

Lebih terperinci

SILABUS. III. Skema Perkuliahan No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Kegiatan Perkuliahan 1.1 Mendeskripsikan Ilmu Sosial Profetik

SILABUS. III. Skema Perkuliahan No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Kegiatan Perkuliahan 1.1 Mendeskripsikan Ilmu Sosial Profetik SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Mata Kuliah & Kode : Ilmu Sosial Profetik Jumlah SKS : 2 SKS Dosen : I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini akan membahas tentang konsep-konsep dasar Ilmu Sosial Profetik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Melalui pendidikan, manusia yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya, manusia yang tidak bisa apa-apa

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia selain sebagai makhluk yang harus mengenal dirinya, juga sebagai makhluk sosial, yang harus mampu hidup berinteraksi dengan lingkungan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement

Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement International Conference on Islamic Civilization 29-31 Agustus 2014 Reinventing Prophetic Ways of Life for Human Advancement Jl. Gajayana 50 Dinoyo Malang 65144 Jawa Timur Indonesia Telp. / Faks. +62 (0)

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan terpaan kapitalisme global dalam sistem dunia, hukum liberal juga semakin mendominasi kehidupan hukum dalam percaturan global. Negara-negara developmentalis,

Lebih terperinci

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pancasila Paradigma Pembangunan 1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar

Lebih terperinci

PANDANGAN HIDUP SISTEM

PANDANGAN HIDUP SISTEM PANDANGAN HIDUP SISTEM SEPERTI APA REALITAS YANG EKOLOGIS? Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi FE UPN Veteran Jatim) Pemahaman Hidup Sistem Visi atau pandangan hidup akan realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Huda (2012, hlm.3) merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SIKAP 1. Bertakwa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya kawasan bisnis maupun kawasan niaga. Gejala menjamurnya pembangunan fisik yang berlebihan dipastikan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ABSTRACT Menjelaskan Pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, adaptif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalahmasalah dunia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembicaraan tentang alam atau sekitarnya sudah dibicarakan banyak orang baik itu dalam artikel, skripsi dan begitu banyak sekali buku yang membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai salah satu makhluk hidup sejak lahir diciptakan sebagai makhluk sosial, yang artinya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam aktivitas

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT BAB I. PENDAHULUAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa.

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India 116 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Jama ah Tabligh adalah sebuah gerakan Islam tradisional berbasis kultural yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India gerakan ini tetap

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci