BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam perencanaan terhadap segala kegiatan, ada suatu cara atau metode yang akan digunakan agar hasil yang diinginkan, dapat dicapai dengan lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran. Dengan menggunakan metode yang tepat, maka setiap kegiatan akan menjadi lebih terencana terutama dalam penggunaan waktu, tenaga, dan biaya. Penelitian ini dimulai dengan pendalaman literatur yang akan digunakan sebagai panduan dalam penelitian dan dilanjutkan dengan pemilihan lokasi. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya melakukan tinjauan awal terhadap kondisi lokasi daerah studi yang akan dipilih untuk menghindari ketidaksesuaian antara tujuan awal dengan kondisi kenyataan yang terjadi di lapangan. Selanjutnya dilakukan perencanaan yang tepat untuk dapat menentukan hal-hal apa saja yang diperlukan dalam penelitian, seperti misalnya proses pengambilan data sampai penyusunan laporan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada satu titik sepanjang rute Car Free Day yaitu pada ruas Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar. Titik yang dipilih sebagai tempat untuk melakukan survei pencemaran udara maupun kebisingan adalah di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi 77

2 78 Denpasar. Lokasi survei selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1 Lampiran A. Titik ini dipilih sebagai lokasi pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1. Jalan ini dilewati oleh berbagai jenis kendaraan mulai dari sepeda motor, kendaraan ringan, maupun kendaraan berat. 2. Ruas jalan ini memiliki arus lalu lintas yang lancar dan memiliki volume lalu lintas yang padat 3. Merupakan ruas jalan dimana terdapat pusat pemerintahan Provinsi Bali dan disamping itu merupakan jalan penghubung dari pusat Kota Denpasar dan kawasan wisata Sanur yang juga merupakan akses menuju perumahan penduduk yang padat di wilayah Kelurahan Renon Waktu penelitian Pengambilan data pada lokasi pengambilan sampel udara dan pengukuran kebisingan dilakukan selama rentang waktu pelaksanaan Car Free Day pada titik yang telah ditentukan dan pada satu hari kerja selama 12 jam dan pada rentang waktu pelaksanaan Car Free Day untuk membandingkan hasil yang didapat. Pengambilan data dilakukan selama 4 jam mulai dari pukul WITA sampai pukul WITA. Waktu pelaksanaan survei adalah Tanggal 8 Mei 2011 untuk survei pada saat Car Free Day dan Tanggal 9 Mei 2011 untuk survei yang mewakilli hari kerja. Menurut Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup, untuk pengambilan sampel pencemar udara, ada waktu-waktu yang disarankan dalam pengambilan sampel untuk masing-masing parameter yaitu sebagai berikut:

3 79 1. Untuk parameter CO, waktu pengukuran selama 8 jam dengan interval waktu 2 jam. Pengambilan sampel dianjurkan dimulai pada pukul pagi. 2. Untuk parameter SO 2, waktu pengukuran selama 24 jam dengan interval waktu 6 jam dan masing-masing interval diambil sampel selama 30 menit. 3. Untuk parameter NO 2, waktu pengukuran sama dengan parameter SO 2 yaitu selama 24 jam dengan interval waktu selama 6 jam dan masingmasing interval diambil sampel selama 30 menit. 4. Untuk parameter O 3, pengambilan sampel dilakukan selama 1 jam dan dianjurkan sampel diambil antara jam sampai selama 30 menit. 5. Untuk parameter partikulat, pengambilan sampel dapat dilakukan selama 24 jam dengan interval 6 jam dengan masing-masing interval pengambilan sampel dilakukan selama 30 menit 3.3 Metode Pengumpulan Data Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari literatur-literatur yang menunjang penelitian ini. Sedangkan untuk data primer didapat dari survei yang dilakukan dilapangan dan pengolahan data di laboratorium. Untuk mendapatkan data primer ini maka diperlukan sampel untuk data primer pencemar udara. Berikut adalah tata cara pengambilan sampel untuk parameter pencemar udara.

4 Pengumpulan data pencemar udara Ada dua survei yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yaitu pengambilan udara ambien pada lokasi pelaksanaan survei dan uji emisi gas buang kendaraan bermotor. Uji emisi gas buang kendaraan ini dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar Pengambilan Sampel Pencemar Udara Pada Lokasi Survei Pengambilan sampel dilakukan selama 1 jam yaitu dari jam WITA sampai jam WITA selama rentang waktu pelaksanaan Car Free Day. Hasil pengukuran yang bersifat kontinyu menggunakan nilai rata-rata tertinggi selama waktu pengukuran. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pompa isap yang diletakkan pada jarak satu sampai lima meter dari tepi jalan raya dengan ketinggian satu sampai dua meter dari permukaan jalan. Selanjutnya sampel diolah di laboratorium. Pengukuran partikulat dapat diukur setiap 24 jam, untuk SO 2 dapat diukur setiap 24 jam, untuk CO dapat diukur setiap 8 jam, untuk O 3 dan NO 2 dapat diukur setiap 1 jam (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemasangan peralatan yang akan dipergunakan dalam pengambilan sampel udara antara lain: 1. Peralatan hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga contoh yang terambil menggambarkan keadaan yang sebenarnya 2. Disarankan inlet peralatan dengan ketinggian 150 cm dari permukaan pengukuran

5 81 3. Genset hendaknya diletakkan 25 m dari lokasi pengambilan contoh dengan melihat arah angin Pengambilan sampel ini dilakukan terhadap parameter sebagai berikut: a. Pengumpulan sampel Karbon Monoksida Menurut aturan, pengukuran kandungan karbon monoksida dilakukan selama 8 jam dengan interval waktu 2 jam. Karbon monoksida di udara ditangkap dengan pompa isap selama 1 jam. Alat pengukur diletakkan pada jarak 1 sampai 5 meter dari tepi jalan raya dengan ketinggian 1 sampai 2 meter dari permukaan jalan. Udara yang dihisap akan melewati tabung kaca yang berisi cairan yodium pentaoksida (IO 5 ) yang diuapkan dengan cara meletakkan pada air yang panas, uap pada tabung pertama yang sudah mengikat karbon monoksida akan ditampung pada tabung kedua dan tabung ketiga. Pada tabung ketiga karbon monoksida akan diendapkan, semakin banyak kadar karbon monoksida yang tertangkap maka warna cairan yodium pentaoksida pada tabung ketiga akan berubah menjadi agak kecoklatan. Udara yang telah tertangkap dibawa ke laboratorium untuk dianalisis menggunakan metode analisa titrimetrik untuk mengetahui kadar karbon monoksida yang telah ditangkap di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dan analisa di laboratorium dibantu oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bali. b. Pengumpulan sampel sulfur dioksida (SO 2 ) Menurut aturan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997 tentang ISPU, SO 2 diukur selama 1 hari dengan interval waktu 6 jam

6 82 dengan masing-masing interval diambil selama 30 menit. Sebaiknya pengambilan sampel dilakukan pertama kali pada jam puncak dan selanjutnya sesuai dengan interval yang telah ditentukan. Pengambilan contoh SO 2 ini memerlukan beberapa pereaksi yaitu HgCl 2 sebanyak 10,86 gram; KCL sebanyak 5,96 gram atau NaCl sebanyak 4,68 gram dan EDTA sebanyak 0,066 gram kedalam 1 liter aquades. Disini diatur PH agar nilainya berkisar 5 (dengan penambahan KOH atau KCL). Pereaksi penyerap diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam midget impinger 30 ml yang kemudian dihubungkan dengan pompa hisap. Serap udara selama 30 menit dengan laju alir udara 2 liter/menit. Setelah pengambilan sampel selesai, sampel harus dimasukkan kedalam termos es. Sketsa rangkaian alat adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Rangkaian alat midget impinger untuk pengambilan sampel SO 2,oksidan, H 2 S dan NH 3 Sumber: Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1991

7 83 c. Pengambilan sampel Oksida Nitrogen (NO 2 ) Pengambilan sampel NO 2 ini juga memerlukan pereaksi penyerap berupa 5 gram asam sulfanilat anhidrida atau 5,5 gram asam sulfanilat monohidrat yang dilarutkan kedalam 150 ml aquabidest. Kemudian ditambahkan dengan 140 ml asam cuka glasiol dan dipanaskan perlahan-lahan sampai semuanya larut. Setelah itu, larutan pereaksi ini didinginkan. Apabila telah dingin, tambahkan 20 ml 0,1 % n (1 Naftil) Etilendiamin dihidro Klorida dan 10 ml aseton kemudian diencerkan sampai menjadi 1 liter. Larutan ini kemudian disimpan dalam botol coklat dan dimasukkan kedalam lemari es. Dalam pengambilan sampel NO 2 ini juga memerlukan larutan pengoksidasi yang terdiri dari 2,5 gram KMnO 4 yang dimasukkan kedalam 100 ml campuran asam pekat yang di encerkan dengan aquabides menjadi 100 ml dan ditambahkan dengan 10 ml asam sulfat (H 2 SO 4 ) pekat. d. Pengambilan sampel O 3 Pengambilan sampel O 3 ini menggunakan pereaksi penyerap yang terdiri dari 13,61 gram KH 2 PO 4 yang ditambah dengan 14,2 gram Na 2 HPO 4 atau 35,82 gram NaHPO 4, 12 H 2 O ditambah 10 gram KI. Campurkan bahan pereaksi penyerap dan larutkan dengan aquades sampai 1 liter. Atur PH menjadi 6,8 0,2 dengan menambahkan NaOH atau K 2 HPO 4. Masukkan pereaksi penyerap kedalam midget impinger 30 ml yang telah dibungkus dengan menggunakan kertas karbon (larutan pereaksi penyerap ini tidak boleh terkena sinar matahari langsung). Kemudian rangkaikan dengan pompa hisap, hisap udara dengan laju alir 2 liter/menit selama 30

8 84 menit. Ilustrasi rangkaian alat sama seperti rangkaian pada pengambilan sampel SO 2. e. Pengambilan sampel partikulat Bahan yang diperlukan berupa filter fiber glass dengan pori-pori kurang dari 10 mikron. Dua buah filter fiber glass dimasukkan kedalam desikator dengan pinset selama 24 jam. Timbang filter sampai diperoleh bobot yang tetap kemudian simpan dalam kaset penyimpan filter. Pasang filter uji pada high volume air sampler dengan laju alir udara disesuaikan. Hisap udara selama 30 menit. Setelah selesai ambil filter dengan pinset dan masukkan kedalam kaset penyimpan filter. Masukkan ke dalam desikator selama 24 jam (Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1991). f. Dokumentasi pengambilan sampel pencemaran udara dapat dilihat pada Gambar 6 Lampiran A Prosedur uji emisi gas buang kendaraan (Spot Check) Uji emisi dilakukan untuk tiga kategori kendaraan yaitu uji emisi terhadap gas CO dan HC untuk kendaraan bernotor kategori M,N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle, uji kadar opasitas asap untuk kendaraan kategori M,N, dan O berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas dan uji emisi gas CO dan HC untuk kendaraan bermotor kategori L pada kondisi idle. Prosedur pengujian emisi gas buang untuk masing-masing jenis kendaraan adalah sebagai berikut:

9 85 A. Cara Uji Kendaraan Bermotor Kategori M,N, dan O Berpenggerak Penyalaan Cetus Api Pada Kondisi Idle Pada prinsipnya, pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor dengan alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan CO dan HC. Selama proses pengambilan data ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain: 1. Persiapan kendaraan uji, yang terdiri dari: a. Kendaraan yang akan diuji komposisi gas buang harus diparkir pada tempat yang datar b. Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor c. Temperatur mesin normal antara 60ºC sampai 70ºC atau sesuai dengan rekomendasi manufaktur d. Sistem aksesoris seperti AC dan lampu dalam kondisi dimatikan e. Kondisi temperatur di tempat mengadakan uji petik berkisar antara 20ºC sampai 35ºC 2. Persiapan peralatan uji yang terdiri dari: a. Pastikan bahwa gas analyzer telah dalam kondisi terkalibrasi b. Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji) 3. Pengukuran dan pencatatan a. Naikkan akselerasi (putaran mesin) hingga rpm sampai rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya dikembalikan pada posisi idle

10 86 b. Selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 600 rpm sampai dengan 1000 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur c. Masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa gas buang kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan d. Tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data kadar konsentrasi gas buang CO dalam satuan persen dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji B. Cara Uji Kendaraan Bermotor Kategori M,N, dan O Berpenggerak Penyalaan Kompresi Pada Kondisi Akselerasi Bebas Pada prinsipnya, pengujian akselerasi bebas dilakukan dengan cara melewatkan gas buang kendaraan bermotor kedalam suatu tabung asap pada alat smoke opacimeter kemudian nilai opasitas asap dibaca pada alat dengan metode penyerapan cahaya (light absorption). Dalam pelaksanaan uji asap untuk kendaraan dengan bahan bakar solar ini ada langkahlangkah yang harus dilakukan antara lain: 1. Persiapan kendaraan uji, yang terdiri dari: a. Kendaraan yang akan diuji komposisi gas buang harus diparkir pada tempat yang datar b. Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor c. Temperatur mesin normal antara 60ºC sampai 70ºC atau sesuai dengan rekomendasi manufaktur

11 87 d. Sistem aksesoris seperti AC dan lampu dalam kondisi dimatikan e. Kondisi temperatur di tempat mengadakan uji petik berkisar antara 20ºC sampai 35ºC 2. Persiapan peralatan uji yang terdiri dari: a. Pastikan bahwa gas analyzer telah dalam kondisi terkalibrasi b. Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji) 3. Pengukuran dan pencatatan a. Naikkan akselerasi (putaran mesin) hingga rpm sampai rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya dikembalikan pada posisi idle b. Masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa gas buang kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan c. Injak pedal gas maksimum (full throttle) secepatnya hingga mencapai putaran mesin maksimum, selanjutnya tahan 1 detik hingga 4 detik. Lepas pedal gas dan tunggu hingga putaran mesin kembali stationer. Catat nilai opasitas asap d. Ulangi proses pada butir c tersebut minimal 3 kali e. Catat nilai prosentase rata-rata opasitas asap dari hasil pengujian yang telah dilakukan dalam satuan persen yang terukur pada alat uji

12 88 C. Cara Uji Kendaraan Bermotor Kategori L Pada Kondisi Idle Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor kedalam alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan gas karbonmonoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) yang terkandung didalamnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian gas buang sepeda motor ini antara lain: 1. Persiapan kendaraan uji, yang terdiri dari: a. Kendaraan yang akan diuji komposisi gas buang harus diparkir pada tempat yang datar b. Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor c. Temperatur mesin normal antara 60ºC sampai 70ºC atau sesuai dengan rekomendasi manufaktur d. Sistem aksesoris seperti AC dan lampu dalam kondisi dimatikan e. Kondisi temperatur di tempat mengadakan uji petik berkisar antara 20ºC sampai 35ºC 2. Persiapan peralatan uji yang terdiri dari: a. Pastikan bahwa gas analyzer telah dalam kondisi terkalibrasi b. Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji) 3. Pengukuran dan pencatatan a. Naikkan akselerasi (putaran mesin) hingga rpm sampai rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya dikembalikan pada posisi idle

13 89 b. Selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 800 rpm sampai dengan rpm atau sesuai dengan rekomendasi manufaktur c. Masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa gas buang kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan d. Tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data konsentrasi gas CO dalam satuan persen dan konsentrasi gas HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji D. Dokumentasi uji petik dapat dilihat pada Gambar 7 Lampiran A Metode pengumpulan data kebisingan Metode pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan sebuah sound level meter diukur tingkat tekanan bunyi db(a) selama sepuluh (10) menit untuk tiap pengukuran dan pembacaan dilakukan tiap lima (5) detik. Hal ini mengacu pada metode pengukuran sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Pengukuran tingkat kebisingan mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menghadapkan mikrofon yang terdapat pada Sound Level Meter kepada sumber bunyi dengan posisi tegak lurus sumber bunyi 2. Ketinggian mikrofon 1,2 meter sampai 1,5 meter dari permukaan tanah

14 90 3. Sound Level Meter diletakkan cukup jauh dari bangunan atau tembok yang dapat memantulkan suara 4. Kamera video diletakkan diletakkan berhadapan dengan Sound Level Meter sehingga dapat terbaca tingkat kebisingan yang terjadi 5. Hasil perhitungan disimpan dalam komputer dan pengolahan data menggunakan program Sony Vegas Data hasil survei selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 64 Lampiran C dan dokumentasi survey kebisingan dapat dilihat pada Gambar 5 Lampiran A Metode pelaksanaan survei lalu lintas Survei lalu lintas yang akan dilaksanakan meliputi survei volume dan kecepatan sesaat. Kedua survei ini akan digunakan untuk mengetahui kinerja ruas jalan pada segmen jalan tempat dilaksanakannya Car Free Day Metode Pelaksanaan Survei Volume Lalu Lintas Ruas jalan Niti Mandala Renon Denpasar pada tempat pelaksanaan Car Free Day ini merupakan jalan satu arah tanpa median. Survei volume ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan berdasarkan volume lalu lintas terklasifikasi, arah arus lalu lintas, jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang dilakukan dengan pengamatan dan pencacahan langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan pada titik yang berjarak minimal 50 meter dari persimpangan pertama dan 50 meter dari persimpangan berikutnya. Data yang harus diamati adalah arus lalu lintas, jumlah lajur per arah dan jumlah dan jenis/klasifikasi jenis kendaraan untuk setiap arah. Data yang diperlukan

15 91 adalah volume jam puncak, sehingga survei dilakukan pada waktu perkiraan dimana terjadi arus kendaraan dalam jumlah terbanyak dalam satu hari kerja. Pengamat hendaknya menempati tempat-tempat dimana pandangan untuk melihat kedatangan kendaraan tidak terganggu dan dapat mencatat kendaraan yang melewati segmen jalan tersebut sesuai dengan klasifikasinya. Setiap pengamat menghitung kendaraan dengan interval pencatatan 15 menit sepanjang waktu pengumpulan data dan hasil pengamatan ditulis dalam formulir survei yang telah disediakan. Metode survei yang akan digunakan adalah menggunakan video kamera. Ada 3 tahap pengambilan data yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengambilan data. Penjelasan untuk tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Mempersiapkan alat yang akan digunakan, yaitu tripod, video kamera, laptop, isolasi, dan payung. b. Pemasangan tanda awal dan akhir pada titik pengamatan secara melintang dengan menggunakan isolasi selebar badan jalan. c. Penempatan video kamera diletakkan pada ketinggian tertentu di tepi jalan, dengan tujuan agar mendapatkan pandangan yang jelas mengenai kendaraan pada titik yang diamati. 2. Tahap pelaksanaan Beberapa hal yang akan dilakukan selama proses perekaman lalu lintas yang terjadi, antara lain:

16 92 a. Teknisi/surveyor ditempatkan untuk mengoperasikan video kamera. Jumlah surveyor yang bertugas mengoperasikan video kamera maupun laptop sebanyak 2 orang. b. Kaset video dimasukkan ke dalam kamera video untuk merekam hasil survei yang dilakukan. c. Tenaga batere sebelum merekam harus terisi penuh. d. Waktu dan tanggal pada video kamera diperlihatkan pada layar tampilan video kamera tersebut. e. Waktu pertama mulai merekam dimulai 15 menit lebih awal, dimulai dari jam WITA. f. Setelah pengambilan gambar di lapangan selesai maka langkah selanjutnya adalah mengolah data. 3. Tahap pengumpulan data a. Pemasangan kabel RCA ke laptop, agar hasil rekaman dari video kamera dapat di tampilkan di layar monitor laptop. b. Memutar ulang hasil rekaman video kamera pada layar komputer menggunakan program Ulead Video Studio, kemudian data yang diperoleh dicatat setiap interval 15 menit Metode survei kecepatan sesaat (Kecepatan Rata-rata Ruang) Maksud pengumpulan data kecepatan sesaat adalah untuk mengukur kecepatan tiap kendaraan pada titik tertentu di ruas jalan, yang dapat menggambarkan distribusi kecepatan dari arus lalu lintas. Data ini merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan:

17 93 a. Kebutuhan alat pengendali lalu lintas dan rambu lalu lintas, marka dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) b. Evaluasi efektivitas dan perbaikan lalu lintas c. Acuan untuk keperluan desain dan rancang bangun jalan baru ataupun untuk peningkatan d. Analisis ekonomi, terutama dampak kecepatan terhadap peningkatan/penurunan manfaat ekonomi e. Analisis data kecelakaan f. Pola kecenderungan kecepatan g. Tingkat pelayanan Dalam satu kali pengamatan, dilakukan minimal untuk 50 kendaraan dan dianjurkan 100 kendaraan. Pelaksanaan survei sebaiknya dilakukan pada kondisi cuaca yang baik dan pada kondisi lalu lintas normal. Beri tanda pada titik awal ataupun titik akhir pengamatan sebagai batas awal dan akhir perhitungan waktu tempuh kendaraan. Panjang lintasan yang dianjurkan sebagai jarak pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Panjang lintasan pengamatan yang dianjurkan Kecepatan rata-rata arus lalu lintas (km/jam) Panjang lintasan (m) Di bawah Di atas Sumber: Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Darat, 1999

18 94 Langkah-langkah pelaksanaan pengamatan adalah sebagai berikut: a. Pengamat menempati posisi pada ujung-ujung lintasan di titik pengamatan yang telah ditentukan b. Pengamat ke-1 memberi isyarat baik menggunakan tangan atau bendera, pada saat roda depan atau bagian depan kendaraan yang akan diukur waktu tempuhnya melintasi garis atau titik awal pengamatan c. Isyarat yang diberikan oleh pengamat ke-1 merupakan tanda bagi pengamat ke-2 untuk segera menjalankan stop watch d. Pengamat kedua mematikan stop watch pada saat roda depan/bagian depan kendaraan yang diamati melintasi garis atau titik akhir pengamatan e. Pengamat ke-2 mencatat hasil pengamatan pada formulir pengamatan f. Hasil survei kecepatan lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 3 Lampiran B. 3.4 Instrumen Penelitian Sebelum pengambilan sampel dilakukan maka harus dipersiapkan dulu instrumen yang akan digunakan agar pengambilan sampel dapat dilakukan dengan lancar dan sampel yang diperoleh mampu memberikan hasil yang maksimal mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan Instrumen pengambilan sampel udara 1. Meja sampling atau tripod 2. Pompa hisap (vacuum pump) 3. Alat pengukur laju alir udara (Air Flow Meter) Ukuran kecil : 0-2 liter/menit

19 95 Ukuran sedang : 2-17 liter/menit Ukuran besar : liter/menit 4. Midget Impinger Ukuran 30 ml Ukuran 100 ml 5. Botol contoh gelas (gelas atau plastik) yang dilengkapi dengan 2 buah keran dengan ukuran 250 ml 6. Botol aspirator 500 ml 7. Sumber arus AC atau genset lengkap dengan kabel 8. Selang plastik 9. Termos es 10. Barometer 11. Anemometer 12. Psychrometer dilengkapi dengan Psychrochart 13. High Volume Air Sampler 14. Kompas 15. Kasa Steel 16. Pencatat waktu 17. Tabung pasif sampling untuk NO 2 (Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1991) Instrumen pengambilan sampel kebisingan 1. Rol meter untuk mengukur jarak penempatan instrumen penelitian 2. Sound Level Meter

20 96 3. Blanko formulir penelitian 4. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran 5. Stopwatch untuk mengukur interval waktu pengukuran (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996) Sound Level Meter yang digunakan memiliki kemampuan untuk mencatat setiap perubahan nilai kebisingan tiap detiknya. Sound Level Meter yang dipinjamkan oleh Hiperkes ini bermerk Krisbow memiliki 2 rentang nilai yaitu low dan high. Untuk rentang low, pengukuran mulai dari 35 db(a) sampai 100 db(a) sedangkan untuk high berkisar antara 65 db(a) sampai 136 db(a). Sound Level Meter ini memiliki dimensi 251 x 63.8 x 40 mm dengan berat 250 gr. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran A. 3.5 Analisis Data Secara umum, analisis data dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Metode Deskriptif Merupakan cara pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan umum. Yang termasuk analisis deskriptif adalah penyajian data dengan tabel atau grafik. b. Metode Analisis Untuk mendapatkan perolehan hasil dari tabulasi data yang sudah dikerjakan, dilakukan tahap analisis yang merupakan suatu cara menganalisis data dengan mempergunakan suatu teknik analisis tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan. Dalam hal ini digunakan analisis regresi, yaitu analisis linier berganda dengan metode stepwise.

21 97 Dalam penelitian ini persamaan yang akan dicari yaitu persamaan regresi untuk mencari hubungan antara kebisingan dengan volume dan kecepatan lalu lintas. Persamaan regresi untuk kebisingan: Y 1 = a 1 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b n X n Dimana: Y X 1 X 2 X 3 = kebisingan pada segmen jalan yang ditinjau = volume sepeda motor/kecepatan sepeda motor = volume kendaraan ringan/kecepatan kendaraan ringan = volume kendaraan berat/kecepatan kendaraan berat 3.6 Langkah-langkah Perhitungan Nilai Leq Dari survei yang dilakukan, akan diperoleh nilai kebisingan per detik yang kemudian diolah untuk mendapatkan nilai Leq per lima belas menit. Langkahlangkah perhitungannya adalah sebagai berikut: 1. Data dikelompokkan setiap lima belas menit sehingga didapat 900 data. Data ini kemudian diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai terbesar. 2. Hitung rentang (R) dengan mengurangi data tertinggi dan data terendah. 3. Hitung jumlah kelas (K) dengan menggunakan rumus Sturges yaitu K = log n. (2.7) 4. Hitung panjang kelas interval (P) 5. Cari nilai tengah tiap rentang...(2.8) 6. Hitung frekuensi data untuk masing-masing rentang

22 98 7. Hitung frekuensi komulatif data 8. Lakukan proses perhitungan berdasarkan Rumus 2.5 untuk mendapat nilai Leq Langkah-langkah ini dilakukan untuk setiap data per lima belas menit sehingga pada akhirnya akan didapatkan nilai Leq sebanyak 64 buah sebagai nilai Leq yang terdiri dari 16 buah nilai Leq untuk survei kebisingan pada hari pertama dan 48 buah nilai Leq untuk survei hari kedua. Nilai Leq hari kedua akan digunakan sebagai dependent variable dalam analisis regresi. 3.7 Langkah-Langkah Analisis Regresi Dengan Metode Stepwise Pada Program SPSS 17.0 For Windows Langkah-langkah kerja dengan metode stepwise pada program SPSS 17.0 for windows, sebagai berikut: a. Pemasukan data Langkah kerja: 1. Buka lembar kerja baru Dari menu File, pilih menu New. Kemudian klik Data. SPSS siap membuat variabel baru yang diperlukan. 2. Menamai variabel dan properti yang diperlukan Langkah berikutnya dalah membuat nama untuk setiap variabel baru, jenis data dan sebagainya. Untuk itu klik tab sheet Variable View yang ada dibagian kiri bawah, atau langsung tekan CTRL+T. b. Mengisi data Letakkan pointer pada baris pertama variabel yang telah dimasukkan. Kemudian isi data sesuai kasus, kemudian simpan data. c. Pengolahan data dengan metode Stepwise 1. Buka lembar kerja baru sesuai dengan kasus. 2. Dari menu utama SPSS, pilih menu Analyse, kemudian pilih submenu Regression.

23 99 3. Dari serangkaian pilihan test untuk regresi, sesuai kasus pilih Linier. Klik pilihan tersebut. 4. Pengisian a. Pada Dependent atau variabel tergantung, pilih variabel terikat yang dicari. Dalam studi ini, variabel terikat yang diambil adalah tingkat kebisingan. Pada Independent(s) atau variabel bebas, pilih variabel-variabel bebasnya. Dalam studi ini variabel bebas yang akan digunakan adalah volume lalu lintas, yang terdiri dari volume kendaraan berat, volume kendaraan ringan, volume sepeda motor dan kecepatan kendaraan baik itu kecepatan kendaraan berat, kecepatan kendaraan ringan dan kecepatan sepeda motor. b. Pilih kolom Option dengan mengklik pilihan tersebut. Pengisian: - Untuk Stepping Method Criteria, digunakan uji F yang mengambil standar angka probablitas sebesar 5%. Oleh karena itu angka Entry 0.5 atau 5% dipilih. - Pilihan default Include Constant Inequation atau menyertakan konstanta tetap dipilih. - Penanganan Missing Value atau data yang hilang, digunakan default dari SPSS, yaitu Exclude cases listwise. Klik continue untuk meneruskan. c. Pilih kolom statistic. - Regression Coefficient atau perlakuan koefisien regresi, pilih default atau Estimate. - Klik pilihan Descritive atau Collinearity Diagnostics pada kolom sebelah kanan, selain pilihan Model Fit. - Pilihan Residuals dikosongkan saja. d. Pilih kolom plot atau berhubungan dengan gambar/grafik untuk regresi. Rencanakan semua kemungkinan plots. Untuk itu, ketik pada pilihan Produce all partial plots.

24 100 Klik Continue untuk meneruskan. Klik OK untuk mengakhiri pengisian prosedur analisis. Terlihat SPSS melakukan pekerjaan analisis dan terlihat pada Output SPSS. Simpan Output. 3.8 Prosedur Penelitian Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan studi pendahuluan mengenai topik yang akan dibahas. Studi pendahuluan ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi di lapangan selama pelaksanaan Car Free Day di Kota Denpasar. Selanjutnya adalah mencari literatur-literatur dan data-data yang mendukung topik sehingga topik yang ada dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Melalui pengamatan langsung dilapangan dan dikaitkan dengan literatur yang menunjang maka permasalahan yang timbul dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang tidak hanya berdasarkan pada pengamatan langsung tapi juga ditunjang oleh literatur mendukung. Setelah latar belakang diketahui maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sesuai dengan data-data yang telah diperoleh. Setelah dibuat rumusan permasalahan maka dapat ditentukan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data primer. Dalam tulisan ini, data primer yang dicari antara lain: 1. Volume lalu lintas 2. Kecepatan sesaat kendaraan 3. Tingkat kebisingan pada saat pelaksanaan Car Free Day 4. Tingkat kebisingan pada hari kerja 5. Tingkat pencemaran udara pada saat pelaksanaan Car Free Day 6. Tingkat pencemaran udara pada hari kerja

25 101 Setelah data-data tersebut diperoleh, maka selanjutnya adalah pengolahan data. Volume lalu lintas dan kecepatan sesaat akan digunakan untuk mencari kinerja ruas jalan. Data primer lain yang dicari adalah tingkat kebisingan dengan menggunakan alat ukur berupa Sound Level Meter. Data dicari setiap 1 detik untuk 2 kondisi yaitu pada saat pelaksanaan Car Free Day dan pada hari biasa di waktu yang sama dengan pelaksanaan Car Free Day yaitu mulai pukul WITA sampai dengan pukul WITA. Dari data kebisingan yang didapat per 1 detik, kemudian akan diolah menggunakan SPSS sehingga akan diketahui hubungan antara tingkat kebisingan yang terjadi dengan volume dan kecepatan lalu lintas. Data kadar masing-masing parameter pencemar udara juga dicari pada 2 kondisi yaitu pencemaran udara pada saat pelaksanaan Car Free Day dan kadar pencemaran udara pada hari biasa pada rentang waktu yang sama dengan pelaksanaan Car Free Day yaitu mulai dari pukul WITA sampai dengan pukul WITA dengan lama waktu pengambilan sampel 1 jam. Dari sampel yang telah didapat kemudian diolah di laboratorium untuk mendapatkan kadar masing-masing pencemar. Data ini kemudian diinterpolasi kedalam satuan SI sehingga menjadi data laporan tingkat pencemaran udara seperti yang tersaji dalam ISPU. Setelah itu dilakukan perbandingan antara tingkat kebisingan dan tingkat pencemaran udara pada hari kerja dan pada saat pelaksanaan Car Free Day untuk masing-masing parameter. Dari semua data yang telah diperoleh, dapat dibuat suatu kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan sumbang saran bagi pihak-pihak yang terkait sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

26 102 Untuk mendapatkan data primer yang selanjutnya akan diolah untuk dapat menjawab tujuan penulisan tesis ini, telah dilakukan survei selama dua hari yaitu pada segmen jalan sepanjang 90 meter pada ruas Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tepatnya di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi Denpasar. Untuk lebih tepatnya dapat dilihat pada Lampiran A. Survei dilakukan selama 16 jam yaitu selama 4 jam pada hari pertama, mulai pukul WITA sampai WITA bersamaan dengan pelaksanaan program Car Free Day. Survei pada hari pertama ini mencatat tingkat kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter dan mencatat tingkat pencemaran udara yang terjadi selama pelaksanaan Car Free Day. Sedangkan untuk survei hari kedua, survei dilakukan selama 12 jam, selain untuk mencatat tingkat kebisingan dan tingkat pencemaran udara, tetapi juga dilakukan pencatatan terhadap volume kendaraan dengan klasifikasi sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat, serta kecepatan rata-rata ruang kendaraan (space mean speed). Proses survei menggunakan video kamera sehingga tidak melibatkan banyak surveyor. Langkah selengkapnya mengenai prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut:

27 Gambar 3.2 Prosedur penelitian 103

28 104

29 105

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pencemaran udara, serta pemodelan dari volume lalu lintas dan kecepatan lalu

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pencemaran udara, serta pemodelan dari volume lalu lintas dan kecepatan lalu BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, data yang akan dianalisis dan dibahas terdiri dari empat bagian yaitu analisis kinerja ruas jalan, analisis tingkat kebisingan, analisis tingkat pencemaran

Lebih terperinci

3.1 opasitas perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen

3.1 opasitas perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 2 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas SNI 19-7118.2-2005 Daftar Isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle SNI 19-7118.1-2005 Daftar Isi Daftar isi... i Prakata... ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima Agusalim), Titik 2 (kompleks Universitas Negeri Gorontalo),

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Perencanaan Survey Jenis Survei dipilih dengan 3 kriteria yaitu secara teknis data yang diperoleh harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tengah terjadi suatu degradasi terhadap lingkungan sebagai salah satu dampak langsung perkembangan teknologi transportasi. Emisi gas buang yang dihasilkan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI 19-7118.3-2005 Daftar Isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle SNI 19-7118.1-2005 Daftar Isi Daftar isi... i Prakata... ii

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR :13 TAHUN 2014 TENTANG PENGUJIAN AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR :13 TAHUN 2014 TENTANG PENGUJIAN AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR :13 TAHUN 2014 TENTANG PENGUJIAN AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati 1. Amonia (NH3) Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengambilan sampel data kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan cara purposive

Lebih terperinci

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM : PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG Grace Wibisana NRP : 9721053 NIRM : 41077011970288 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M. Sc Ko-Pembimbing : Ir. Gugun Gunawan,

Lebih terperinci

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian membantu

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter Penyehatan Udara Penyehatan udara merupakan upaya yang dilakukan agar udara yang ada disekeliling kita sebagai makhluk hidup tidak mengalami cemaran yang dapat berdampak pada kesehatan. Penyehatan udara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4 langkah 100 cc, dengan merk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M Bab IV Penyajian Data IV.1 Data Geometrik Jalan Ruas jalan dan perlintasan kereta api yang menjadi lokasi penelitian merupakan akses masuk dan keluar Kota Surakarta, terdiri dari 4 lajur 2 arah dan terbagi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda Motor Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: Mulai Studi Identifikasi Tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 49 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Program Penelitian Langkah-langkah penelitian dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini : Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka Menentukan Tujuan Pilot Survey

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

A. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L B. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N DAN O

A. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L B. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N DAN O A. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L Lampiran I : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 05 Tahun 2006 Tentang : Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama Tanggal : 1 Agustus 2006 Kategori

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon

Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon Oleh: Nicolaus Kanaf 3306 100 081 Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Page 1 Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia yang tinggi, berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium Kimia Anorganik Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO) PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam memlakukan penelitian ini, mesin yang digunakan adalah sepeda

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam memlakukan penelitian ini, mesin yang digunakan adalah sepeda 7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-Langkah 5cc Dalam memlakukan penelitian ini, mesin yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah. Adapun spesifikasinya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB. III. Metodologi Pemecahan Masalah III - 1 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Uraian Umum Untuk melakukan suata evaluasi keberadaan pemberhentian angkutan umum jalan Kaligawe pada STA 4+350

Lebih terperinci

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Dibawah ini adalah spesifiksi dari motor 4 langkah Suzuki Satria F 150 cc : Gambar 3.1 Suzuki Satria F 150 cc 1. Motor 4 Langkah 150 cc : Jenis kendaraan

Lebih terperinci

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung A. M. S. SUFANIR Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung 40012 E-mail:

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN DATA PENGAMATAN LAMPIRAN DATA PENGAMATAN 1. Data pengamatan densitas sampel Tabel 12. Data Pengamatan Densitas Sampel Sampel Densitas (gr/ml) Air 0,98 Gasoline 0,717 BE8 0,721 BE12 0,723 BE16 0,726 2. Data pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai maka dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian eksperimental yaitu metode yang dapat dipakai untuk menguji

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR JURNAL TUGAS AKHIR STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR Oleh : AYUKO HIRANI SALEH D121 10 265 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum Bab ini berisi tentang metodologi yang akan dilakukan selama penelitian, di dalamnya berisi mengenai cara-cara pengumpulan data (data primer maupun sekunder), urutan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda motor. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian analisa pengurangan kepekatan asap engine diese (opasitas) ISUZU Panther dengan melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mulai PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mulai PENGUMPULAN DATA BAB III METODOLOGI PENELITIAN mulai PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER: 1. Survey volume lalu lintas. 2. Survey antrian. 3. Survey kecepatan lalu lintas. 4. Survey geometrik jalan DATA SEKUNDER: 1. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Sentra

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Sentra 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Sentra Pengasapan Mangkang Semarang. Sampel hasil pengasapan dianalisa di Laboratorium Rekayasa Pangan dan Hasil

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU

METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU A. Kendaraan Bermotor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Bengkel Otomotif Balai Besar Latihan Kerja Serang (BBLKI-Serang), dan sepeda motor yang akan digunaan pada penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui Perbandingan Pemakaian 9 Power Dengan Kondisi Standar Pada Motor 4 langkah Honda Supra X 125 cc perlu melakukan suatu percobaan. Akan tetapi penguji menggunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Data Pengujian Dari hasil pengujian yang dilakukan pada sepeda motor merk Suzuki Shogun 125 CC tahun 2010 maka didapatkan hasil data dengan memanfaatkan sistem kelistrikan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini antara lain : 1. Motor Bensin 4-langkah 110 cc Pada penelitian ini, mesin uji yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2006 Tim Penyusun: 1. Ir. Edy Purwanto M.

Lebih terperinci

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1. Diagram alir penelitian Mulai Pengambilan sampel uji (sampel dijerap dengan larutan TCM) Sampel dikarakterisasi secara spektroskopi Diperoleh panjang gelombang serapan maksimum

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 7 : Cara uji kadar sulfur dioksida (SO 2 ) dengan metoda pararosanilin menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA PADA PERTAMAX 4.1.1 Pengujian Pertamax Pada Gear 1 Analisa perbandingan emisi gas buang CO,HC,CO2 dan NOx pada sepeda motor dengan kapasitas 150 cc dengan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Menentukan Model Persamaan Regresi Linier Berganda Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jumlah kecelakaan lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu

Lebih terperinci

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya Pemantauan kualitas udara Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya Keabsahan dan keterpercayaannya ditentukan oleh metode dan analisis yang

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NO. JST/OTO/OTO304/13 Revisi: 03 Tgl.: 24 Agustus 2016 Hal 1 dari 5 I. Kompetensi: Menggunakan Exhaust Gas Analyzer dengan benar II. Sub Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol.3, No.1, Januari 2015

Jurnal Spektran Vol.3, No.1, Januari 2015 ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN CAR FREE DAY DI KOTA DENPASAR Studi kasus: Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Ni Putu Decy Arwini 1,I N. Widana Negara 2, I P. Alit Suthanaya 2 Abstrak:Kawasan Renon merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah BAB III METODE PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah 0 cc dengan merk Honda Blade. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental, yaitu metode yang digunakan untuk menguji karakteristik pengaruh variasi CDI Standar dan CDI Racing

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Fakultas Peternakan IPB untuk pembuatan alat dan pembuatan pelet pemurni. Contoh biogas yang digunakan dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENGOPERASIAN SPSS. Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah:

LAMPIRAN 1 PENGOPERASIAN SPSS. Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah: LAMPIRA 1 PEGOPERASIA SPSS Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah: 1. Perangkat lunak SPSS sudah terinstal pada komputer dan kemudian dibuka dengan: Klik tombol start,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

Mengolah Data Bidang Industri

Mengolah Data Bidang Industri Mengolah Data Bidang Industri Pengolahan data dalam bidang industri menggunakan aplikasi SPSS 20 mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk memberikan gambaran dalam hal prediksi penjualan atau omzet perusahaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT Vera Surtia Bachtiar Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Unand Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

KORELASI. Alat hitung koefisien korelasi Pearson (data kuantitatif dan berskala rasio) Kendall, Spearman (data kualitatif dan berskala ordinal)

KORELASI. Alat hitung koefisien korelasi Pearson (data kuantitatif dan berskala rasio) Kendall, Spearman (data kualitatif dan berskala ordinal) KORELASI Pada SPSS korelasi ada pada menu Correlate dengan submenu: 1. BIVARIATE Besar hubungan antara dua (bi) variabel. a. Koefisien korelasi bivariate/product moment Pearson Mengukur keeratan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

Spesifikasi Bahan dan alat :

Spesifikasi Bahan dan alat : Spesifikasi Bahan dan alat : 1. Mesin Uji 2. Dynamometer 3. Tachometer 4. Stop Watch Berfungsi untuk mencatat waktu konsumsi bahan bakar yang terpakai oleh mesin dalam penelitian 5. Blower Berfungsi untuk

Lebih terperinci