INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR"

Transkripsi

1 INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR Oleh ANNISAA SOEYONO G file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (1 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

2 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Judul : Induksi Pembentukan Senyawa Sekunder Tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia Linn) Melalui Perlakuan Cekaman Air Nama : Annisaa Soeyono NIM : G Program Studi : Biologi Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Hamim, M. Si Dr. Dra. Dyah Iswantini, M. Agr, S. C NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Drh. Hasim DEA file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (2 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

3 NIP Tanggal Lulus : ABSTRAK ANNISAA SOEYONO. Induksi Pembentukan Senyawa Sekunder Tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia Linn) melalui Perlakuan Cekaman Air. Dibimbing oleh HAMIM dan DYAH ISWANTINI. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh cekaman kekeringan terhadap pembentukan senyawa sekunder tanaman sidaguri. Sample yang digunakan meliputi 40 tanaman yang berumur 4 bulan dengan 4 perlakuan, yaitu tanaman control, cekaman 2 minggu, cekaman 3 minggu, dan cekaman 4 minggu. Pengujian senyawa sekunder meliputi uji kualitatif dan uji kuantitatif. Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan penurunan laju pertumbuahan, meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun. Pada saat panen, terbukti cekaman kekeringan menyebabkan rendahnya bobot kering tanaman. Senyawa sekunder yang diperoleh dari uji kualitatif antara lain flavanoid, quinon, tannin, alkaloid, saponin, terpenoid, dan steroid. Kandungan alkaloid dan tannin lebih besar daripada kandungan steroid dan flavanoid. Hasil dari uji kualitatif menunjukan bahwa cekaman kekeringan dapat meningkatkan senyawa sekunder, khususnya tanin. Kadar total fenol daun tanaman kontrol, cekaman 2 minggu, dan cekaman 3 minggu berturut-turut 2%, 3.3%, dan 8.67 %. Kadar total fenol cenderung meningkat dengan bertambahnya cekaman kekeringan, tetapi ini tidak berlaku pada cekaman 4 minggu. Total fenol tanaman yang mengalami cekaman 4 minggu menyusut secara signifikan. Hal ini dimungkinkan karena tanaman sudah mencapai batas dimana cekaman tersebut sangat berat. ABSTRAC ANNISAA SOEYONO. Induction of secondary metabolite in Sidaguri (Sida rhombifolia Linn) by drought treatment. Supervised by HAMIM and DYAH ISWANTINI The purpose of this research was to discover the influence of drought on accumulation of secondary metabolites in sidaguri plant. The samples that were used consist of 40 plants of four months old. The plants were treated with 4 treatments i.e. watered every day (control), 2 weeks drought, 3 weeks drought, and 4 weeks drought. Secondary metabolite content was analyzed quantitative and qualitatively. Drought stress significantly reduced plant growth indicated by decrease of plant height, the number of branches, and leaves. The secondary metabolite resulted from qualitative test, were flavanoid, alkaloid, tannins, quinnon, saponin, terpenoid, and steroid. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (3 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

4 Concentration of alkaloid and tannin was higher than concentration of steroid and flavonoid in the Sidaguri plant. Phenol concentration of control, 2 weeks, and 3 weeks drought plant were 2%, 3.3%, and 8.67 % respectively. Phenol concentration increased until 3 weeks drought, but this decreased after weeks drought. Total phenol of plant that was experienced 4 weeks drought decreased significantly. This is probably because the plant has encountered severe stressed. PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah yang berjudul Induksi Pembentukan Senyawa Sekunder Tanaman Sidaguri melalui Perlakuan Cekaman Air ini dilaksanakan sejak bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008 di Runah kaca Departemen Biologi dan Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia Dramaga IPB. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Dr, Ir, Hamim, M.Si dan Ibu Dr. Dra. Dyah Iswantini, M. Agr selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran serta bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga menghaturkan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Nisa Rachmaniah selaku Dosen Penguji atas koreksi dan sarannya dan (Almh) Ibu Ir. Theresia Prawitasari selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan selama awal penelitian ini. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Nunu, Ibu Nunung, Pak Djoni, Mba Yenny yang telah turut memberikan bantuan dan informasi. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan juga kepada Mala, Nira, Awi, Eki, Yusi, Isma, serta rekan-rekan Biologi 39 yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dan bantuannya selama penelitian ini. Penghargaan dan terma kasih tertinggi penulis persembahkan untuk Bapak, Ibu, adik-adiku dan seluruh keluarga atas dukungan doa dan kasih sayangnya selama ini Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca Bogor, September 2008 Annisaa Soeyono file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (4 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Oktober 1984 di Bogor dan merupakan anak sulung dari 4 bersaudara dari pasangan Ir. Soeyono Karwondi dan Dr. Drh. Gunanti, MS. Tahun 1991 penulis masuk bangku SD di SDN Pengadilan 5 Bogor kemudian pada tahun penulis memiliki kesempatan untuk sekolah di SMP Negeri 4 Bogor. Penulis lulus dari SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 1999 dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 7 Bogor yang lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB lewat jalur USMI di Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun 2007, penulis mengikuti kegiatan Praktek Lapang di PT Phytochemindo Reksa. Pada Tahun penulis pernah menjabat sebagai Bendahara dari Organisasi Kemahasiswaan PAMABI. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (5 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

6 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR..... viii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Waktu dan Tempat. 2 BAHAN DAN METODE 2 Bahan dan Alat... 2 Metode Penelitian... 2 Persiapan Media Tanam... 2 Penyiraman dan Perlakuan Cekaman Kekeringan... 3 Pengamatan... 3 Ekstraksi... 3 Uji Kualitatif... 3 Uji Total Fenol... 4 Pemanenan... 4 Analisis Data... 4 HASIL 4 Laju Pertumbuhan... 4 Uji Fitokimia secara Kualitatif... 6 Uji Total Fenol secara Kuantitatif... 6 PEMBAHASAN 8 file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (6 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

7 Pertumbuhan Tanaman terhadap Perlakuan Cekaman... 8 Pengaruh Perlakuan Cekaman terhadap Kandungan Metabolit Sekunder... 9 SIMPULAN DAN SARAN 9 Simpulan... 9 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1 Kandungan kualitatif tanaman sidaguri sebelum dan setelah perlakuan cekaman Pengaruh cekaman air terhadap kandungan fenol tanaman sidaguri... 7 DAFTAR GAMBAR 1 Pengaruh cekaman air terhadap laju pertumbuhan tanaman sidaguri Pengaruh cekaman air terhadap produktivitas dan panjang akar tanaman sidaguri... 6 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Klimatologi (BMG,2007) file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (7 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

8 2 Hasil Analisis Tanah Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah Rataan Laju Pertumbuhan Tanaman Sidaguri Rataan Produktivitas Tanaman Sidaguri Klasifikasi Tanaman Sidaguri Keadaan Tanaman selama Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan tropika basah yang kaya akan spesies flora penghasil obat tradisional. Sebagai negara yang dikenal dengan megabiodiversity, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna. Dari jenis tumbuhan yang ditemukan, kurang lebih jenis diantaranya berupa tumbuhan obat (Kassahara & Hemm 1986). Tumbuhan obat adalah kelompok tumbuhan yang umumnya digunakan sebagai bahan obat di samping sebagai sumber untuk bahan baku obat. Pemanfaatan lain dari tumbuhan obat ialah sebagai bumbu masak, makanan, minumam, kosmetik, dan parfum (Wahid 1993). Pemanfaatan tumbuhan obat dengan tujuan pencegahan dan pengobatan penyakit telah dikenal di Indonesia sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, tetapi penggunaanya masih banyak dilakukan berdasarkan pada dugaan dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun dan belum dibuktikan secara ilmiah. Tumbuhan obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berupa akar, daun, buah, dan biji. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat ialah Sidaguri (Sida rhombifolia Linn). file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (8 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

9 Sidaguri termasuk tumbuhan perdu liar dengan tinggi sekitar 0,2-2 m, batangnya agak liat dan bercabang-cabang dengan daun berbentuk bulat memanjang yang letaknya berseling. Umumnya dapat ditemukan di tempat-tempat yang terkena sinar matahari cerah (Heyne 1987). Bunganya tunggal berbentuk bulat telur dan berwarna kuning, yang berada di ketiak daun (Dharma 1985). Buah sidaguri berbentuk batu dan berwarna hijau jika tua, sedangkan bijinya berbentuk bulat, berwarna hitam dan berukuran kecil. Akarnya tunggang dengan warna putih kotor dan kuat. Menurut Depkes RI tahun 1995, kandungan kimia yang terdapat pada marga Sida, antara lain alkaloid, leukoantosianidin, flavanoid, tanin, steroid, dan triterpenoid. Khasiat sidaguri dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit berhubungan dengan kandungan senyawa kimia yang dimilikinya, antara lain alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, minyak atsiri, steroid, dan zat efedrine (Wijayakusuma et al 1994). Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan cara mengkonsumsi seluruh bagian tanaman, antara lain nyeri pada pinggang, punggung, bahu, tangan maupun kaki ( Wijayakusuma et al 1994), antiinflamasi dan hepatoprotektif, mengatasi radang lambung, mencret, disentri, inflamasi, iritasi, bisul, dan borok (Wijayakusuma et al 1994). Sidaguri dapat juga digunakan untuk mengobati berbagai macam peradangan dan iritasi pada sistem pernafasan dan sistem urin (Bushell 1998). Berdasarkan penelitian, sidaguri juga dapat digunakan sebagai obat anti gout. Bahan aktif sidaguri dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase yang berperan penting dalam menghasilkan asam urat (Iswantini 2004). Senyawa sekunder merupakan bahan alam yang dihasilkan dari metabolit primer seperti fotosintesis dan respirasi. Beberapa jenis senyawa sekunder tanaman antara lain alkaloid, terpenoid, flavanoid, hormon pertumbuhan, lignin, dan kutikula (Vickery & Vickery 1981). Senyawa sekunder, meskipun tidak penting bagi kelangsungan hidup suatu tanaman, sering berperan dalam kelangsungan hidup suatu spesies sebagai pertahanan untuk berkompetisi dengan spesies lain dan lingkungannya (Manitto 1981). Senyawa sekunder tersebut dibentuk, terutama melalui jalur asetat mevalonat dan asam sikhimat dengan glukosa 6 fosfat sebagai prekusor utamanya (Vickery & Vickery 1981). Produk utama penyimpanan pada tanaman ialah sukrosa dan pati (Salissbury & Ross 1992). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti iklim, edaphic, zat polutan buatan, dan kompetisi dengan makhluk hidup lain, dapat mempengaruhi pembentukan senyawa sekunder (Harborne 1988). Kondisi kekeringan menyebabkan laju fotosintesis dan pergerakan hormon pertumbuhan menurun, seiring dengan semakin rendahnya potensial air (Harjadi & Yahya 1988). Hal ini menyebabkan tanaman mulai menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa bebas yang akan digunakan sebagai cadangan energi dan pembentukan senyawa sekunder. Volume dan kecepatan aliran sukrosa pada floem menurun, tetapi konsentrasinya semakin meningkat ketika ditranspor ke daun (Harjadi & Yahya 1988). Gupta (2005) melaporkan bahwa kekeringan menyebabkan tanaman lebih banyak memproduksi senyawa sekunder pada daun untuk mempertahankan diri, kemudian di transpor melalui floem ke jaringan tanaman. Belum diketahui apakah hal yang demikian itu berlaku pada tanaman secara umum, termasuk sidaguri. Distribusi setiap senyawa sekunder pada tanaman berbeda-beda, bergantung pada jenis senyawa, jenis tanaman, dan faktor lingkungan (Harborne 1988). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta kandungan senyawa sekunder pada tanaman sidaguri. Hipotesis yang diajukan ialah bahwa cekaman air dapat meningkatkan kandungan senyawa sekunder tanaman sidaguri. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008 di Rumah file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (9 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

10 Plastik Departemen Biologi dan Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia IPB Dramaga. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tanaman sidaguri yang berumur 4 bulan, media tanah dan sekam, pupuk kandang dan NPK, alkohol 70%, sapranin, gliserin, reagen folin-ciocalteau 50%, Na 2 CO 3 5%, etanol 70% dan 95%, air bebas ion, CHCl 2 N, NH 4 OH, H 2 SO 4 2M, H 2 SO 4 pekat, Pereaksi Dragendorf, Pereaksi Wagner,Pereaksi Mayer, eter, asam asetat anhidrat, HCl pekat, amil alkohol, FeCL 3 10%, dan NaOH 1N. Polybag ukuran Besar, penggaris, timbangan, mikroskop okuler, gelas objek dan cover, botol film, gabus, silet, alat tulis, kertas label, termometer, rotavor, oven, dan spektromotometer. Metode Penelitian Persiapan Media Tanam Tanaman yang akan digunakan ialah tanaman yang sudah berumur 4 bulan di lapangan dan berkualitas baik. Sebelum dipindahkan ke dalam polibag yang berukuran 5 kg, tanaman dipangkas terlebih dahulu yang bertujuan mengurangi laju penguapan. Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 4:2:1. Tanah untuk penanaman ialah tanah yang diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan Biofarmaka, Bogor. Tanah disaring, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah cukup kering, contoh tanah diambil untuk dianalisis sifat-sifat fisik dan kimianya di Laboratorium Analisis Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga. Sifat fisik yang dianalisis meliputi kadar air tanah pada keadaan kapasitas lapang dan titik layu permanen, sedangkan sifat kimianya yang dianalisis meliputi kandungan hara dan ph tanah sebagaimana terlampir pada Lampiran 1. Berdasarkan analisis sifat fisik dan kimia tanah, menurut Hardjowigeno (1995), tanah yang diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor tersebut memenuhi kebutuhan media tanam Sidaguri. Setelah dipindahkan, polybag diletakan dalam rumah plastik. Untuk masa adaptasi, tanaman tetap diberikan air dua kali untuk setiap harinya selama 1 minggu, yakni pada pukul 8-9 pagi dan pukul 3-4 sore sebelum mendapatkan perlakuan. Penyiraman dan Perlakuan Cekaman Kekeringan Perlakuan kekeringan diberikan dengan cara mengurangi jumlah air penyiraman menjadi seperempat dari tanaman kontrol ( 1/4 dari kapasitas lapang), yang diberikan setiap hari antara jam 8-9 pagi. Waktu pemberian air bergantung pada tingkatan perlakuan kekeringan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali, sehingga terdapat 40 unit perlakuan. Pengamatan Parameter yang diamati antara lain laju pertumbuhan dan kandungan senyawa sekunder. Pengamatan dilakukan setelah tanaman mendapat perlakuan cekaman, bergantung pada tingkatan perlakuan kekeringan. Kandungan senyawa sekunder diukur sebelum tanaman diberi perlakuan, sesudah diberi perlakuan, dan sesudah tanaman dikembalikan pada keadaan sebelum cekaman. Ekstraksi Sampel sidaguri yang digunakan ialah bagian batang dan daun. Untuk batang, diambil kira-kira 15 cm dari permukaan tanah. Untuk daun, diambil dari bagian tajuk tanaman. Sampel sidaguri dibersihkan, dirajang, dan dikeringkan dengan oven sampai kadar air tinggal 10% pada suhu 95 C. Setelah kering, sampel dihancurkan dengan menggunakan blender hingga berbentuk serbuk. Kemudian sampel diekstraksi file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (10 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

11 dengan pelarut etanol 70%. Kemudian di maserasi dalam lemari es selama 24 jam atau hingga bening. Selanjutnya, disaring dan diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator vakum, sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak etanol ini akan digunakan untuk uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji Kualitatif Uji Alkaloid Sebanyak 1 gram serbuk sidaguri dilarutkan dengan 10 ml kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring ke dalam tanung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H 2 SO 4 2 M dan lapisan asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asa ini diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, Dragendorf yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, cokelat, dan merah jingga (Fransworth 1966). Uji Tanin Sebanyak 1 gram ekstrak kasar ditambahkan dengan 100 ml air, kemudian dididihkan selama 5 menit dan disaring. 10 ml filtrat diambil dan ditambahkan larutan FeCl 3 1%. Jika terbentuk warna hijau kehitaman atau biru, menunjukan adanya tanin (Fransworth 1966). Uji Steroid dan Triterpenoid Sebanyak 2 gram serbuk sidaguri dilarutkan dengan 25 ml etanol panas (50 C) kemudian disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambah eter dan dipindahkan ke dalam lempeng tetes lalu ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H 2 SO 4 pekat (Uji Lieberman-Buchard). Warna merah atau ungu menunjukan adanya triterpenoid dan warna hijau biru menunjukkan adanya steroid (Harborne 1987). Persiapan pengujian Flavanoid dan Saponin Sebanyak 1 gram ekstrak kasar ditambahkan air secukupnya sampai zat terendam semua, dan dipanaskan pada penangas air selama 5 menit. Setelah dingin, kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji Flavanoid Sebanyak 10 ml filtrat ditambahkan 0,5 gram serbuk magnesium 2 ml alkohol klorhidat (campuran HCI 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama), dan 20 ml amil alkohol kemudian dikocok dengan kuat. Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukan adanya flavanoid (Harborne 1987). Uji Saponin Sebanyak 10 ml filtrat dikocok kuat dalam tabung reaksi yang tertutup selama 10 detik hingga terbentuk busa. Adanya saponin ditunjukan dengan timbulnya busa setinggi 1 cm yang stabil selama menit (Depkes RI 1995). Uji Total Fenol Sebanyak 5 mg ekstrak kering dilarutkan dalam 2 ml etanol 95%, kemudian ditambahkan 5 ml aquades dan 0,5 ml reagen folin-ciocalteau 50% (v/v), lalu didiamkan 5 menit. Setelah itu ditambahkan 1 ml Na 2 CO 3 5% (b/v), lalu dihomogenisasi dan diinkubasi dalam gelap selama 1 jam. Kemudian dihomogenisasi kembali dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Pemanenan Pemanenan dilakukan untuk mengetahui respon tanaman, dari sisi bobot basah maupun bobot kering daun dan batang terhadap cekaman kekeringan. Tanaman dipanen setelah tanaman berumur 9 bulan, yakni ketika file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (11 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

12 tanaman sudah mengalami recovery setelah perlakuan cekaman. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh nyata dari perlakuan cekaman, maka digunakan uji F pada α = 5%. Bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati maka setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut DMRT dengan taraf kesalahan 5%. HASIL Laju Pertumbuhan Hasil analisis tanah (Lampiran 1) menunjukkan bahwa kandungan unsur N total rendah, yakni 0,11% dan untuk P tersedia rendah yakni 3,1 ppm. Kandungan unsur K, Ca, Mg, dan Na juga tergolong rendah, yakni 0,08 ; 5,02 ; 2,64 ; 0,12 (me/100g). Tanah yang digunakan tergolong Asam, yakni memiliki ph 5,50. dengan kandungan partikel pasir 10,89%, debu 20.86%, dan liat %. Berdasarkan tekstur di atas, tanah termasuk kategori tanah Liat (Pusat Penelitian Tanah 1983). Kondisi lapangan secara umum (di Dermaga), cukup baik untuk pertumbuhan tanaman obat sidaguri (Widiana 2004). Suhu harian berkisar C, dengan rata-rata kelembaban 80,9% dan curah hujan 20 mm. Penelitian dilaksanakan di rumah plastik, dengan fluktuasi suhu antara C. Keadaan tanaman yang mendapatkan cekaman kekeringan berbeda dengan tanaman kontrol, yaitu warna daun yang berubah menjadi merah tua hingga kuning keemasan, bentuk daun menjadi mengkerut dan kering, warna batang menjadi kecoklatan dan mengering. Cekaman kekeringan selama 2 minggu menyebabkan penurunan tinggi tanaman, jika dibandingkan dengan tanaman kontrol (Gambar 1). Penurunan tinggi tanaman merata antar tanaman. Adapun fluktuasi yang terjadi pada penurunan pertumbuhan tanaman berkaitan dengan fluktuasi cuaca yang terjadi selama percobaan. Suhu ruangan di rumah plastik pada umumnya selalu lebih tinggi antara 3-5 C. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman yang drastis. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (12 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

13 file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (13 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

14 Gambar 1 Pengaruh cekaman air terhadap laju pertumbuhan tanaman sidaguri. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (14 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

15 Gambar 2 Pengaruh cekaman kekeringan terhadap produktivitas dan panjang akar sidaguri. Ket : Data recovery dihitung 1 minggu setelah cekaman tanaman Cekaman kekeringan juga menyebabkan tidak bertambahnya jumlah cabang dan daun, bahkan berkurang karena beberapa cabang mengering. Hal ini disebabkan karena tanaman cenderung mengurangi laju fotosintesis dan transpirasi, sebagai respon terhadap cekaman yang terjadi (Gambar 1). Berdasarkan nilai rata-rata, perlakuan cekaman air menyebabkan terjadinya penurunan bobot kering tanaman. Semua tanaman mengalami penurunan pertumbuhan jumlah daun, jumlah batang, dan panjang akar akibat cekaman air (Gambar 3). Penurunan juga terjadi pada pertumbuhan panjang akar. Pertumbuhan panjang akar tanaman yang mendapat perlakuan cekaman menurun secara signifikan jika dibandingkan tanaman kontrol, yakni sebesar 30%. Uji Fitokimia secara Kualitatif Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa tertinggi yang terkandung dalam sidaguri. Uji yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Penapisan senyawa metabolit ini menggunakan bagian tanaman sidaguri yang sudah dikeringkan dan ekstrak kasar, yakni bagian daun dan batang. Pengujian ini dilakukan pada tanaman sidaguri yang belum mendapatkan perlakuan. Berdasarkan uji kualitatif, daun dan batang sidaguri mengandung bahan aktif alkaloid, flavanoid, quinon, terpenoid, steroid, tanin dan saponin (Tabel 1). Kandungan bahan aktif daun dan batang sidaguri pada dasarnya sama, yang membedakan hanya pada konsentrasinya. Kadar bahan aktif pada batang lebih tinggi konsentrasinya jika dibandingkan pada daun untuk sampel segar yang sudah dikeringkan. Bahan aktif yang terdeteksi dalam jumlah yang relatif tinggi meliputi steroid, tanin, dan saponin (Tabel 1) Metode ekstraksi untuk menarik senyawa kimiawi tanaman sidaguri yang digunakan ialah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 75%. Hasil analisis fiokimia dari ekstrak kasar menunjukan bahwa kandungan alkaloid dan tanin semakin terlihat jelas dengan perlakuan cekaman 4 minggu (Tabel 2). Senyawa kimia yang terkandung pada daun dan batang juga hampir sama jika dibandingkan dengan sampel segar, yang membedakan hanya pada konsentrasinya saja. Tabel 1 Kandungan kualitatif tanaman Ssidaguri sebelum dan setelah cekaman air Senyawa Kontrol 4 Minggu Keterangan - : Tidak terdeteksi file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (15 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

16 Daun Batang Daun Batang Alkaloid - * *** **** Flavanoid * * * * Quinon * * * * Terpenoid * * * ** Steroid ** ** * ** Tanin * ** *** *** Saponin * ** * * * : Positif Lemah ** : Positif *** : Positif kuat **** : Positif sangat kuat Uji Total Fenol secara Kuantitatif Perlakuan cekaman kekeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap total fenol daun dan batang. Berdasarkan data yang diperoleh, total fenol daun dan batang meningkat untuk setiap perlakuan, yakni sebesar 50% dari total fenol awal. Ketika tanaman memasuki masa recovery, total fenol mengalami sedikit penurunan, sebelum kemudian naik kembali (Tabel 2) Tabel 2 Pengaruh cekaman air terhadap kandungan fenol tanaman sidaguri Sebelum Recovery (%) Setelah Recovery (%) Perlakuan Daun Batang Daun Batang A B C D Pertumbuhan Tanaman terhadap Perlakuan Cekaman Keterangan : A : Kontrol B : Cekaman 2 Minggu C : Cekaman 3 Minggu D : Cekaman 4 Minggu PEMBAHASAN Cekaman dapat meliputi segala sesuatu perubahan lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman (Salisbury & Ross 1992). Salah satu jenis cekaman tersebut adalah cekaman kekeringan yang berkaitan dengan ketersediaan air yang merupakan salah satu faktor pembatas bagi fungsi normal tanaman (Passarakli 2002). Suatu respon fisiologi yang cukup penting ialah kemampuan tanaman mempertahankan tekanan turgor dengan menurunkan potensial osmotik sebagai mekanisme toleransi terhadap cekaman kekeringan (Hamim et al 1996). Banyak proses fisiologi dan biokimia dalam tanaman yang sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan turgor. Terdapat berbagai macam strategi yang dimiliki oleh tanaman untuk dapat beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan (Street & Opik 1984). Tanaman dengan tipe dehydration toleran akan memiliki tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi, yang ditunjukan dengan rendahnya produksi berat kering dari tanaman tersebut (Taiz & Zeiger 2002). Penurunan rata-rata jumlah tinggi tanaman diduga berkaitan dengan rendahnya aktivitas fotosintesis akibat adanya penutupan stomata sebagai respon pertama dari tanaman yang tercekam kekeringan (Gambar 1). Menurut Tang et al (2002), terjadinya penurunan fiksasi CO 2 karena adanya penutupan stomata berdampak terhadap rendahnya sintesis ATP sebagai produk fotokimia dari fotositem II. Cekaman kekeringan menyebabkan penekanan perkembangan tajuk tanaman daripada perkembangan akar. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Cekaman juga menyebabkan meningkatnya produksi hormon Asam Absisat (ABA). Produksi hormon absisat yang tinggi mengakibatkan mereduksinya dinding sel tanaman dan terhentinya perluasan daun, disamping penutupan stomata. Kombinasi peningkatan ABA dan penguraian dinding sel tanaman, menyebabkan peningkatan pertumbuhan file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (16 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

17 akar. Hal ini diduga berkaitan dengan upaya tanaman dalam mempertahankan status air dengan cara tetap mempertahankan perkembangan akarnya sehingga mampu mensuplai air dengan cukup (Hamim et al 1996). Berdasarkan hasil yang diperoleh, laju rata-rata pertumbuhan akar relatif rendah (Gambar 2). Hal ini diduga berkaitan dengan media tanam yang digunakan relatif kecil. Meskipun demikian, rambut-rambut akar dari masing-masing tanaman berkembang sangat baik. Rambut-rambut akar ini diduga berkaitan dengan upaya tanaman untuk mempertahankan status air. Menurut Lin & Wang (2002) kondisi cekaman kekeringan yang berlangsung dalam waktu cukup lama dapat berdampak dalam waktu cukup lama dapat berdampak terhadap perubahan fisiologi tanaman, dan berpengaruh terhadap metabolisme tanaman dalam pengambilan nutrisi. Agustina (2003) menyatakan bahwa unsur N dan P merupakan salah satu unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan biji. Pada kondisi cekaman kekeringan, pengambilan unsur N dan P oleh tajuk tanaman mengalami penurunan akibat rendahnya rata-rata transpirasi yang berperan dalam transpor N dan P dari akar ke tajuk tanaman (Passarakli 2002). Semua tanaman yang mendapat perlakuan cekaman kekeringan mengalami gejala defisiensi unsur hara. Gejala defisiensi unsur hara ini ditunjukan oleh kondisi daun yang berwarna kuning pucat, berukuran kecil tidak berkembang dengan ujung daun menyempit, dan memiliki bercak-bercak hijau kebiruan pada permukaan daunnya. Menurut Bennet (1993), gejala-gejala yang dimiliki oleh tanaman tersebut merupakan gejala yang timbul akibat tanaman kekurangan unsur N dan P yang dibutuhkan selama pertumbuhannya. Pengaruh Perlakuan Cekaman Air terhadap Kandungan Metabolit Sekunder Bahan-bahan metabolit sekunder seperti alkaloid, polifenol, flavanoid, golongan terpenoid, dan saponin, dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh, pemupukan, umur tanaman saat dipanen, waktu panen, dan pasca panen. Analisis fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut, terutama bila dilihat pada umur yang berbeda. Selain itu, ingin diketahui perbedaan kandungannya antara simplisia dan ekstrak yang dipekatkan. Berdasarkan data yang diperoleh, tanaman mengandung alkaloid dan tanin dalam jumlah yang relatif besar. Sedangkan saponin dan steroid dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan saponin umumnya bersifat larut dalam air, namun sedikit atau tidak sama sekali larut dalam pelarut etanol dan metanol pekat (Muchtadi 1989). Sama halnya dengan steroid yang mempunyai sifat nonpolar, sehingga kemungkinan telarut dalam pereaksi (Koolman & Rohm 2000). Kandungan metabolit sekunder antara simplisia dan ekstrak kasar pada dasarnya sama. Perbedaan hanya terletak pada jumlah yang dapat terdeteksi. Hal ini disebabkan karena proses ekstraksi dengan pelarut etanol telah merusak vakuola sel-sel daun yang mengandung senyawa metabolit sekunder, sehingga mempermudah melarutkanya (Harborne 1987). Kandungan alkaloid yang tinggi disebabkan karena tanaman yang mengalami kekeringan cenderung mengsekresikan asam absisat dan prolin dalam jumlah yang tinggi, sebagai akibat dari penutupan stomata (Harborne 1988). Prolin termasuk dalam derivat asam glutamat, yang merupakan prekusor utama dari biosintesis ornitin (Vickery & Vickery 1981). Ornitin adalah bahan dasar alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman. Alkaloid banyak disintesis di bagian tajuk, sehingga banyak terdapat pada batang. Fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak terdapat dalam tanaman. Fenol disusun dari asam hidroksibenzoat dan fenilpropanoid melalui jalur asam sikhimat (Gerats & Martin 1992). Senyawa yang tergolong dalam fenol antara lain flavanoid, quinon, dan saponin (Harborne 1988). Biosintesis metabolit sekunder mempunyai enzim cabang penting yang dapat menghubungkan sejumlah file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (17 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

18 senyawa metabolit primer ke dalam alur metabolit sekunder dan menjadi pusat kontrol alur metabolit secara terus-menerus (Edwards & Gatehouse 1999). Senyawa fenol berasal dari fenilopropanoid, dimana enzim penting yang dapat mengkatalisis reduksi deaminatif dari fenilpropanoid menjadi phenylpropanoid transcinnamik adalah PAL (Penilalanin amonialiase). PAL merupakan enzim cabang penting bagi banyak senyawa metabolit sekunder dan telah dipelajari hingga taraf protein dan gen. Aktivitas PAL dapat menjadi pokok yang membedakan respon tanaman terhadap stres, seperti ketika fenilpropanoid akan digunakan untuk pembentukan lignin atau flavanoid, bergantung kebutuhan. Ketika tanaman mengalami cekaman kekeringan, tanaman akan memberikan respon dengan menurunkan aktivitas enzim PAL. Hal ini menyebabkan tanaman tidak mempunyai enzim yang cukup untuk melanjutkan ke jalur metabolit sekunder, sehingga tanaman hanya memproduksi senyawa tanin saja. Flavanoid dan quinon memerlukan PAL sebagai prekusor untuk reaksi pembentukannya. Hal ini menyebabkan hanya kandungan tanin saja yang tinggi, sedangkan kandungan flavanoid dan quinon relatif sedikit jumlahnya (Edwards & Gatehouse 1999). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan cekaman kekeringan menyebabkan penurunan laju pertumbuahan, meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah daun. Pada saat panen, terbukti cekaman kekeringan menyebabkan rendahnya bobot kering tanaman. Secara umum kandungan kualitatif sidaguri adalah flavanoid, quinon, tanin, alkaloid, saponin, terpenoid, dan steroid. Perlakuan cekaman kekeringan dapat meningkatkan total fenol pada tanaman, yakni Tanin. Fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang merupakan bahan aktif untuk pembuatan obat. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan komposisi media tanam sebagai tambahan perlakuan. DAFTAR PUSTAKA Agustina EF Pengaruh Pemberian Pupuk Zeorea pertumbuhan, Produksi dan Kandungan Protein Kedelai (Glycine max (L.) Merril) [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Bennet WF Nutrient Deficiencies & Toxicities in Crop Plants. St Paul : APS Pr BMG Data Klimatologi. Balai Wilayah II, Stasiun Klimatologi Klas I. Bogor : Meteorologi dan Geofisika Badan Bushell J Australian herbalmedicine Classnote. herbs/monographs/ sida. Htm. [20 Februari 2008] Departemen Kesehatan RI Pemanfaatan Tanaman Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (18 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

19 Dharma AP Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Jakarta: Grafindo Press Gerats AG, Martin C Phenolic Metabolisme in Plants, ed Stafford HA & Ibrahim RK. Secondary Metablilsm hlm New York: Plenum Press Gupta US Physiology of Stressed Crops Vol III. United States of America : Science Publishers Inc Edwards R, Gatehouse JA Secondary Metabolism. Ed Lea PJ & Leegood RC. Plant Biochemical & Molecular Biology 2 nd. Hlm New York : John Wiley & San Inc Fransworth NR Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science 55(3): Hahlbrock K, Scheel D Physiology and Molecular Biology of Plants Physiology of Phenylpropanoid Metabolism. Ann Rev Plants Physiol Plant Molec Biol 40: Hamim, Jusuf M, Sopandie D Beberapa karakteristik morfologi dan fisiologi kedelai toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan. Hayati 1:30-34 Harborne JB Introduction of Ecological Biochemistry. Edisi Ketiga. London : Academic Press Harjadi SS, Yahya S Fisiologi Stress Lingkungan. PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor Heyne K Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta : Yayasan Sarana Wana Jaya Departemen Kehutanan Iswantini D, Rahmawati M, Januwati M Bioprospeksi Sidaguri dan Seledri : Formulasi Obat Gout dan Aktivitas Inhibisisnya terhadap Xantin Oksidase. Bogor : Laporan Akhir RUT X Kassahara S, Hemmi S Medicinal Herb Index in Indonesia. Ed ke- 2. Jakarta : PT Eisai Indonesia Koolman J, Rohm KH Atlas Jakarta : Hipokrates Berwarna dan Teks Biokimia. Septelia Inawati, penerjemah. Lewis NG, Yamamoto E Tannins, Their Place in Plant Metabolisme, in Chemistry and Significan of Conndenses Tannin. Ed Hemmingway RW & Karchesy JJ. New York: Plenum Press Lin JS, Wang GX Doubled CO 2 could Improve the Drought tolerance better in Sensitive file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (19 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

20 cultivars than in Tolerant cultivars in sprinn Wheat. Plant Sci 163 : Manitto P Biosintesis Produk Alami. Terjemahan Koensoemardiyah Dra. England: Ellis Horwood Limited Muchtadi D Aspek Biokimia dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor :Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor Passarakli M Handbook of Plant and Crop Stress, 2nd edition. New York: Marcel Dekker Pusat Penelitian Tanah Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah. Departemen Tanah, Fakultas pertanian, IPB. Bogor Salissbury FB, Ross CW Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : Institut Teknologi Bandung Salissbury FB, Ross CW Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : Institut Teknologi Bandung Steenis VC Flora untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan ke- 4, Terjm Moeso Surjowinoto. Jakarta : PT Pradya Pratama Street HE, Opik H The Physiology of Flowering Plants: Their Growth and Development, 3 rd edition. London: Edward Arnold Taiz L, Zeiger E Plant Physiology. Canada: The Benjamin Cummings Tang AC, Kawamitsu Y, Kanechi M, Boyer JS Pothosynthetic oxygen evolution at low water potential in leaf discs lacking an epidermis. Ann of Bot 89: Valkenburg JLCH van, N Bunyapraphatsara Plant Resources of South-East Asia. No 12 (2). Medicinal and Poisonous Plants 2. Backhuys Publishers. Leiden. Vickery B, Vickery ML Secondary Plant Metabolism. London : The Macmillan Press LTD Wahid L Medicinal and Aromatic Plants in Indonesia. Proceeding Medicinal and Aromatic Plants in Asia. Thailand: RAPA Publication. Food and Agliculture Organization of the United Nations. Widiana N Pengaruh Beberapa Tingkat Naungan dari Populasi Jagung terhadap Pertumbuhan dan Produk Sidagori (Sida rhombifolia L) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, IPB file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (20 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

21 Wijayakusuma H, Dalimartha S, Wirian A Tanaman Obat di Indonesia Jilid IV. Jakarta : Pustaka Kartini. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (21 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

22 LAMPIRAN file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (22 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

23 Lampiran 5 Keadaan Tanaman selama Penelitian Gambar 1 Tanaman Perlakuan Gambar 2 Bunga Sidaguri file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (23 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

24 Gambar 4 Akar Sidaguri Gamabar 3 Keadaan setelah perlakuan Gambar 5 Tanaman Kontrol Gambat 6 Buah Sidaguri Lampiran 4 Rataan Laju Pertumbuhan Tanaman Sidaguri Sebelum Recovery Perlakuan Tinggi (cm) Jumlah Cabang Jumlah Daun (helai) Kontrol 48±2,79cd 14,8±1,2bcd 171,6±13,60bcd 2 Minggu 43,2±2,79d 11,8±1,2ad 140±13,60ad 3 Minggu 39,2±2,79a 9,7±1,2a 113,3±13,60a 4 Minggu 35,4±2,79ab 7,4±1,2ab 88,3±13,60ab Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (24 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

25 Setelah Recovery Perlakuan Tinggi (Cm) Jumlah Cabang Jumlah Daun (helai) Kontrol 71,3±4,53cd 15±1,54cd 138±12,2 2 Minggu 62,5±4,53d 12,5±1,54 76±12,2 3 Minggu 57±4,53a 10,16±1,54a 67±12,2 4 Minggu 50,6±4,53ab 9,3±1,54a 67±12,2 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% Rataan Pertumbuhan Panjang Akar Perlakuan Cekaman Recovery Kontrol 31±2,9bcd 36,25±7,1cd 2 Minggu 23,5±2,9ad 23,75±7,1 3 Minggu 19±2,9ad 15,75±7,1a 4 Minggu 12,5±2,9abc 10,25±7,1a Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (25 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

26 Lampiran 5 Rataan Produktivitas Tanaman Sidaguri Bobot Basah Perlakuan Cekaman Recovery Panen Kontrol 70±3,85bcd 92,1±7,3cd 100,6±7,28cd 2 Minggu 56,6±3,85acd 83,3±7,3 91,23±7,28 file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (26 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

27 3 Minggu 44,1±3,85ab 75,1±7,3a 82,9±7,28a 4 Minggu 36,8±3,85ab 66,6±7,3a 74,56±7,28cd Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% Bobot Kering Perlakuan Cekaman Recovery Panen Kontrol 46,1±3,65cd 50±2,43bcd 50,86±8,83cd 2 Minggu 37,8±3,65d 42±2,43ad 35,1±8,83a 3 Minggu 29,63±3,65a 37,36±2,43ad 21,9±8,83a 4 Minggu 25,5±3,65ab 31,6±2,43abc 19,7±8,83a Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% Bobot Pasca Panen Perlakuan Tinggi J. Cabang J. Daun Kontrol 87,5±4,54cd 30,3±1,32bcd 121,3±5,28bcd file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (27 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

28 2 Minggu 80,5±4,54d 25±1,32acd 100±5,28acd 3 Minggu 72,8±4,54a 21,6±1,32abd 86,6±5,28abd 4 Minggu 68±4,54ab 17±1,32abc 68±5,28abc Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf abjad berbeda nyata berdasarkan uji Duncan dengan λ = 5% Lampiran 6 Klasifikasi Menurut Stennis (1987) Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Famili : Malvaceae Genus : Sida Spesies : Sida rhombifolia Linn file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (28 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM

INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR

INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR INDUKSI PEMBENTUKAN SENYAWA SEKUNDER TANAMAN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn) MELALUI PERLAKUAN CEKAMAN AIR Oleh ANNISAA SOEYONO G 34102057 file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cibarunai, Kelurahan Sarijadi, Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid LAMPIRAN 58 59 Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia a. Uji Alkaloid Sampel Daun Enhalus acoroides - Ditimbang sebanyak 1 gram - Dilarutkan dengan amonia (NH₄OH 10%) sampai terendam kemudian ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis fitokimia

Lampiran 1 Analisis fitokimia 113 Lampiran 1 Analisis fitokimia a. Uji alkaloid Satu gram sampel daun digerus dan ditambahkan 1.5 ml kloroform dan tiga tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan lima tetes H 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Rambut jagung (Zea mays L.), n-heksana, etil asetat, etanol, metanol, gliserin, larutan kloral hidrat 70%, air, aqua destilata, asam hidroklorida, toluena, kloroform, amonia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2013 di Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 4). Dimana penelitian ini meliputi persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2014 yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009 PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK n-heksana DAN METANOL DAUN KELADI TIKUS Oleh: Drs. Ahmad Musir, MS, Apt Dra. Yunahara Farida, M.Si, Apt Dra. Titiek Martati, M.Si, Apt Bernard

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas tentang langkah-langkah percobaan yang dilakukan dalam penelitian meliputi bahan, alat, pengumpulan dan determinasi simplisia, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Umbi bawang dayak segar, simplisia, keripik, metanol, etanol, etilasetat, heksan, air destilata, toluen, H 2 SO 4 pekat, H 2 BO 3 3%, NaOH-5%, Na 2 S 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Makanan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc) Zuhelmi Aziz*, Ratna Djamil Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta 12640 email : emi.ffup@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Sampel anemon laut (Stichodactyla gigantea) diambil disekitar kawasan Pulau Pramuka, Taman Nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan, Alat, dan Hewan Percobaan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah duku (Lansium domesticum Corr.), hirdoksipropil metilselulosa (HPMC), carbomer, gliserin, trietanolamin

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan 4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci