BAB II LANDASAN TEORI. Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan, manusia yang hidup akan selalu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan, manusia yang hidup akan selalu"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Tentang Perubahan Kehidupan selalu ditandai dengan perubahan, manusia yang hidup akan selalu berubah. Hari ini seorang bayi hidupnya tergantung kepada orang lain, tetapi kemudian hari dia akan menjadi manusia dewasa yang mandiri dengan berbagai persoalan dan dinamika kehidupan. Demikian juga dengan suatu organisasi, perubahan menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dihindari. Perubahan akan selalu terjadi di dalam organisasi sebagai akibat dari lingkungan yang terus berubah. Menurut Arie de Geus dalam buku yang berjudul change yang ditulis oleh Rhenald Kasali (2005), menyatakan bahwa sebuah organisasi pada dasarnya adalah juga sesosok mahluk hidup (a living organism). Karena ia hidup maka ia dilahirkan sakit, tua, dan dapat mati seperti mahluk hidup lainnya (h.6). Pada dasarnya perubahan adalah mempertahankan dan melangsungkan kehidupan. Berubah artinya beradaptasi, menyesuaikan diri, dan menjadi lebih berdaya untuk mempertahankan dan meneruskan kehidupan. Perubahan mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Perubahan terdiri dari 3 (tiga) tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang berbeda pula. 3 (tiga) macam perubahan tersebut adalah: 7

2 1. Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan dibangun melalui proses organisasi; 2. Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi; 3. Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana organisasi memberikan pelayanannya. II.2 Reformasi Perpajakan Gelombang reformasi sejak tahun 1998, telah bergerak meliputi semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah reformasi hukum nasional yang ditandai dengan diterbitkannya berbagai produk perundang-undangan baru maupun menggantikan produk perundang-undangan yang lama. Tidak terkecuali dengan munculnya usaha untuk melakukan reformasi terhadap hukum pajak yang sedang berlangsung di Indonesia. Namun permasalahannya reformasi hukum pajak sampai dengan saat ini belum selesai dibahas oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat. Terdapat beberapa alasan mengapa reformasi perpajakan ini harus segera dilakukan. Pertama adalah peranan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun semakin besar dan penting seiring dengan semakin berkurangnya kontribusi penghasilan dari minyak dan gas bumi. Kedua adalah agar adanya jaminan keadilan bagi masyarakat dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Dengan dua alasan tersebut di atas diharapkan negara dapat mensejahterakan rakyatnya melalui semangat reformasi perpajakan. 8

3 Reformasi perpajakan, khususnya di bidang kebijakan, sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1983 dengan dikeluarkannya 5 (lima) undang-undang perpajakan, yaitu : Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Undang-undang tentang Pajak penghasilan (PPh), Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPNBM), Undang-undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan Undang-undang tentang Bea Materai. Sejalan dengan perubahan lingkungan yang dinamis, khususnya lingkungan dunia usaha, pembaruan dan amandemen ketentuan perundang-undangan perpajakan terus berlanjut pada tahun Bahkan reformasi di bidang kebijakan ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Amandemen yang diliputi semangat reformasi tersebut meliputi Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Undangundang Pajak Penghasilan (PPh), dan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN&PPnBM). Intinya, revormasi di bidang kebijakan ini adalah menyempurnakan perundang-undangan perpajakan agar lebih menyeimbangkan hak dan kewajiban antara fiskus dan wajib pajak serta lebih kompetitif dengan negara-negara tetangga Selain di bidang kebijakan, DJP juga melakukan reformasi di bidang administrasi perpajakan yang diistilahkan dengan modernisasi. Adapun hakekat dari modernisasi ini adalah pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel. Dengan modernisasi yang diimplementasikan secara berkesinambungan, DJP diharapkan dapat mencapai visinya yaitu menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. 9

4 II.3 Reformasi Administrasi Perpajakan Administrasi menurut Kadjatmiko (2009), merupakan suatu kegiatan yang meliputi catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan segala sesuatu yang bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan administrasi perpajakan menurut Kadjatmiko (2009), dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dibidang perpajakan dimana kegiatannya bertujuan menghimpun penerimaan yang hasilnya dipergunakaan untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan kegiatan pemerintahan. Dalam reformasi administrasi perpajakan, DJP sejak tahun 2002 telah meluncurkan program perubahan (change program) atau biasa disebut Modernisasi secara bertahap. Tahap awal dari reformasi administrasi perpajakan adalah dibentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar, atau disebut juga Large Taxpayers Office (LTO), pada bulan Juli 2002 sebagai pilot project. Kedua KPP Wajib Pajak Besar ini dibentuk untuk mengadministrasikan 500 Wajib Pajak Badan (perusahaan) terbesar diseluruh Indonesia. Kemudian pada tahuntahun berikutnya konsep yang diterapkan di KPP Wajib Pajak Besar diterapkan secara bertahap ke seluruh KPP di Indonesia yang berakhir pada bulan Desember Konsep dari reformasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak dengan pelaksanaan good governance. Tujuan yang ingin dicapai dari reformasi administrasi perpajakan ini adalah adanya : a) Tingkat kepatuhan pajak yang tinggi b) Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi c) Tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi 10

5 Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara komprehensif. Ruang lingkup perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut: a) Struktur organisasi Untuk melaksanakan reformasi secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, perubahan struktur organisasi sangat diperlukan dan merupakan langkah yang penting dan strategis. Bahkan, struktur organisasi harus juga diberikan fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia usaha dan teknologi. b) Business process dan teknologi informasi dan komunikasi Salah satu variable penting dalam memperbaiki birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja. Oleh karena itu aspek penting yang diperhatikan dalam program modernisasi administrasi perpajakan adalah perbaikan business prosess dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang bersifat klerikal. Diharapkan dengan sistem administrasi perpajakan yang mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi, tercipta suatu business process yang efisien dan efektif karena administrasi menjadi paperless, cepat, mudah dan akurat. Selain itu sistem tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu. c) Manajemen sumber daya manusia Elemen terpenting dari suatu sistem organisasi adalah manusia. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua 11

6 itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkemampuan dan berintegritas. Oleh karena itu selain perbaikan business process, fokus program modernisasi administrasi perpajakan juga menyangkut masalah perbaikan manajemen sumber daya manusia. Perlu disadari disini bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, karena dengan adanya sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas. d) Pelaksanaan good governance DJP sebagai suatu institusi senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan Kode Etik Pegawai. Meskipun pegawai DJP sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) terikat pada Peraturan Disiplin PNS, DJP dirasa masih perlu membuat Kode Etik Pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran Kode Etik Pegawai. Selain itu juga dibuka berbagai saluran pengaduan untuk menangani pelanggaran kode etik yang dilaporkan oleh masyarakat luas. Tabel II.1 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Reformasi Administrasi Perpajakan Sebelum Reformasi Administrasi Perpajakan Sesudah Reformasi Administrasi Perpajakan Struktur Organisasi Berdasarkan jenis pajak Berdasarkan fungsi Business process dan teknologi informasi dan Bersifat manual dan SOP tidak tertulis dengan jelas. Bersifat sistem dan SOP tertulis dengan jelas 12

7 komunikasi Manajemen sumber daya manusia Sistem mutasi dan promosi belum ada konsep yang jelas. Selain itu tidak adanya sistem remunerasi. Sistem mutasi dan promosi sudah ada konsep yang jelas. Selain itu adanya sistem remunerasi. Pelaksanaan good governance Tidak adanya kode etik. Adanya kode etik yang diawasi oleh Direktorat Kepatuhan Internal. II.4 Layanan Unggulan Perpajakan Belum baiknya pelayanan yang diberikan instansi pemerintah (baik pusat maupun daerah) merupakan kesan dan pandangan umum yang disampaikan masyarakat. Kesan dan pandangan inilah yang menjadi tantangan berat yang harus dihadapi dalam proses reformasi birokrasi di jajaran Departemen Keuangan. Reformasi birokrasi yang diarahkan untuk memberikan peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, dilakukan melalui berbagai langkah prioritas, sehingga diharapkan peningkatan ini dapat diwujudkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dengan tetap memperhatikan layanan yang lebih baik (best services). Peningkatan pelayanan dilakukan dengan memperbaiki proses bisnis dari setiap jenis layanan yang ada di setiap unit kerja. Dari keseluruhan jenis layanan yang ada di lingkungan Departemen Keuangan, telah dihasilkan Layanan Unggulan di masing-masing unit kerja eselon I, yakni layanan yang berhubungan 13

8 langsung dan yang sering dirasakan oleh masyarakat, serta kuantitasnya relatif tinggi. Adapun sasaran utamanya adalah : a) Mampu meningkatkan transparansi sekaligus memotong jalur birokrasi yang tidak perlu atas proses bisnis di lingkungan Departemen Keuangan, b) Menyederhanakan proses bisnis, c) Menghindari sejauh mungkin penyalahgunaan wewenang (a buse of power) dari aparat, d) Didukung oleh aparat yang semakin professional dan kompeten, dan e) Menghindari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Guna meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, sebagai aplikasinya di DJP telah ditetapkan 8 layanan unggulan perpajakan, yakni : a) Pelayanan penyelesaian permohonan pendaftaran wajib pajak memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), b) Pelayanan penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), c) Pelayanan penyelesaian permohonan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN), d) Pelayanan penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), e) Pelayanan penyelesaian permohonan keberatan penetapan pajak, f) Pelayanan penyelesaian pemberian izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor, g) Pelayanan penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) pemungutan PPh Pasal 22 Impor, dan h) Pelayanan penyelesaian permohonan wajib pajak atas pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 14

9 II.4.1 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pelayanan pemberian NPWP adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang ingin mendaftarkan diri sebagai wajib pajak baru. Jangka waktu penyelesaian pemberian NPWP adalah 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap, tanpa dipungut biaya. Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER.44/PJ/2008 tanggal 20 Oktober 2008 persyaratan administrasi dalam rangka pemberian NPWP adalah : 1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan atau tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas : a) Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing. 2. Untuk Wajib Pajak Badan : a) Akte Pendirian dan perubahan atau Surat Keterangan penunjukan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap; b) NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab Badan; c) Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung jawab. 3. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong : a) Surat penunjukkan sabagai Bendahara; b) Kartu Tanda Penduduk Bendahara. 4. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong : a) Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai Joint Operation; b) Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung pajak; 15

10 c) NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab Joint Operation. 5. NPWP untuk Kontrak Production Sharing (KPS) / Production sharing contract (PSC) : a) Formulir pendaftaran dan perubahan data WP (KP.PDIP ) yang telah diisi, ditandatangani dan dilampiri; b) Fotokopi KTP/Paspor Pimpinan/Penanggungjawab BUT; c) Fotokopi IKTA Pimpinan/penanggungjawab BUT; d) Fotokopi Surat Keterangan Domisili; e) Fotokopi Surat Persetujuan dari BP migas; f) Fotokopi Certificate of Incorporation Of Offshore Company; g) Fotokopi PSC Contract; h) Fotokopi Assignment Agreement between Operator and Share Holder (bila ada); i) Fotokopi Farm In Farm Out Agreement (bila ada); j) Fotokopi Sales and Purchase Agreement (bila ada); k) Asli Surat Kuasa dengan materi secukupnya bagi pengurus yang diwakili (bila ada). Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian permohonan pendaftaran NPWP, termuat pada lampiran L1. II.4.2 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pelayanan penyelesaian permohonan PKP adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak yang sudah memenuhi persyaratan sebagai pengusaha kena pajak. Jangka waktu penyelesaian pemberian PKP adalah 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan 16

11 diterima lengkap, tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasi dalam rangka penyelesaian permohonan PKP adalah : 1. Persyaratan NPPKP untuk WP Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. a) Fotokopi KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor; b) Surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurangkurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing; c) Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari Instansi yang berwenang. 2. Persyaratan NPPKP untuk WP Badan. a) Fotokopi Akte Pendirian dan perubahan terakhir atau Surat Keterangan Penunjukan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap; b) Fotokopi KTP salah seorang pengurus, atau Paspor disertai Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing; c) Fotokopi Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari Instansi yang berwenang. 3. Persyaratan NPPKP untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong. a) Fotokopi Surat Penunjukan sebagai bendaharawan; b) Fotokopi tanda bukti diri KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor. 4. Persyaratan NPPKP untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut/Pemotong. a) Fotokopi Perjanjian Kerjasama sebagai Joint Operation; b) Fotokopi Kartu NPWP masing-masing Joint Operation; 17

12 c) Fotokopi KTP salah seorang pengurus, atau paspor disertai Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing. 5. NPPKP untuk KPS/PSC. a) Formulir pendaftaran dan perubahan data WP (KP.PDIP ) yang telah diisi, ditandatangani dan dilampiri; b) Fotokopi KTP/Paspor Pimpinan/Penanggungjawab BUT; c) Fotokopi IKTA Pimpinan/penanggungjawab BUT; d) Fotokopi Surat Keterangan Domisili; e) Fotokopi Surat Persetujuan dari BP migas; f) Fotokopi Certificate of Incorporation Of Offshore Company; g) Fotokopi PSC Contract; h) Fotokopi Assignment Agreement between Operator and Share Holder (bila ada); i) Fotokopi Farm In Farm Out Agreement (bila ada); j) Fotokopi Sales and Purchase Agreement (bila ada); k) Asli Surat Kuasa dengan materi secukupnya bagi pengurus yang diwakili (bila ada). Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian permohonan pengkuhan PKP, termuat pada lampiran L2. II.4.3 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pelayanan penyelesaian permohonan restitusi adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak yang surat pemberitahuannya menyatakan lebih bayar. Untuk 18

13 penyelesaian permohonan restitusi PPN, sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak No. PER- 122/PJ./2006, ditetapkan sebagai berikut : 1. 2 (dua) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, yang memiliki resiko rendah; 2. 4 (empat) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, yang memiliki resiko sedang; (dua belas) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap, yang memiliki resiko tinggi. Dalam hal pelayanan penyelesaian permohonan restitusi, DJP tidak memungut biaya, dan persyaratan administrasinya adalah sebagai berikut : 1. Permohonan disampaikan Wajib Pajak dengan cara : a) Mengisi kolom yang tersedia dalam SPT Masa PPN; atau b) Dengan surat tersendiri. 2. Permohonan harus dilampirkan dengan : a) Dalam hal penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak (BKP/JKP) atau pemanfaatan jasa luar negeri (JLN) dilampiri dengan FP Keluaran dan FP Masukan termasuk dokumen pendukung : faktur penjualan/pembelian; bukti pengiriman/penerimaan barang; bukti pembayaran/penerimaan uang. b) Dalam hal impor BKP dilampiri dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor (SSPCP); Laporan Pemeriksaan Surveyor/LPS jika diwajibkan; Surat Kuasa/dokumen lain dari PPJK dalam hal pengurusan dikuasakan kepada PPJK. c) Dalam hal ekspor BKP dilampiri dengan PEB; Instruksi pengangkutan (B/L) dan packing list; fotokopi wesel ekspor/bukti penerimaan uang, atau fotokopi L/C 19

14 yang telah dilegalisasi; Polis asuransi asli/fotokopi yang telah dilegalisasi; Sertifikasi dari instansi terkait, jika diwajibkan. d) Dalam hal penyerahan kepada pemungut dilampiri dengan Kontrak/SPK/surat pesanan atau dokumen sejenis; SSP. Catatan : Dalam hal produk hukum yang diterbitkan berupa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), proses berlanjut ke SOP Pelayanan Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian permohonan restitusi PPN, termuat pada lampiran L3. II.4.4 Pelayanan Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) Pelayanan penerbitan SPMKP adalah penerbitan Surat Perintah kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk membayar kelebihan pajak apabila dari hasil pemeriksaan permohonan restitusi ternyata DJP harus mengembalikan kelebihan pembayaran pajak kepada wajib pajak. Jangka waktu penyelesaianya adalah 3 (tiga) minggu sejak SKPLB diterbitkan atau 3 (tiga) minggu sejak permohonan diterima lengkap tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasi penerbitan SPMKP adalah : 1. Permohonan disampaikan Wajib Pajak dengan menyampaikan nama bank penerima dan nomor rekening Wajib Pajak; 2. Pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak harus diperhitungkan dahulu dengan utang pajak (pusat maupun cabang-cabangnya); 20

15 3. Kelebihan tersebut juga dapat diperhitungkan dengan pajak yang akan terutang atau utang pajak atas nama WP lain dengan persetujuan WP; 4. Perhitungan di atas dilakukan dengan pemindahbukuan (dapat dilihat pada pelayanan pemindahbukuan). Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian penerbitan SPMKP, termuat pada lampiran L4. II.4.5 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan Pajak Pelayanan penyelesaian keberatan adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak yang mengajukan surat permohonan keberatan atas ketetapan pajak yang dikenakan kepada wajib pajak. Jangka waktu penyelesaianya adalah 9 (sembilan) bulan sejak tanggal diterima permohonan secara lengkap, tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasinya adalah sebagai berikut : 1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; 2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak; 3. Mengemukakan alasan-alasan yang jelas dan lengkap; 4. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB/SKPKBT/SKPLB atau tanggal pemotongan/pemungutan pajak, kecuali apabila WP dapat menujukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kuasanya. 5. Satu surat keberatan diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu tahun pajak (satu SKP atau pemotongan/pemungutan pajak) dengan melampirkan fotokopi SKP atau bukti pemotongan/pemungutan pajak yang diajukan keberatan; 21

16 6. Ditandatangani oleh pengurus. Dalam hal ini ditandatangani oleh kuasa, harus dilampiri dengan surat kuasa khusus bermaterai. Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian permohonan keberatan penetapan pajak, termuat pada lampiran L5. II.4.6 Pelayanan Penyelesaian Pemberian Ijin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor Pelayanan pemberian ijin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 impor adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak yang mengajukan pembebasan PPh Pasal 22 Impor, yang menurut perhitungannya apabila tidak dibebaskan akan mengakibatkan PPh nya lebih bayar. Jangka waktu penyelesaianya adalah 3 (tiga) minggu Sejak surat permohonan diterima lengkap, tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasinya adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan PPh terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima; 2. Rencana impor dan fotokopi masterlist yang masih berlaku untuk pembebasan PPh Pasal 22 impor barang modal, realisasi impor untuk perpanjangan SKB PPh Pasal 22 impor, dan 3. Daftar pemberi penghasilan dan fotokopi SPT Tahunan PPh Badan tahun sebelumnya. Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian pemberian ijin prinsip pembebasan Pasal 22 Impor, termuat pada lampiran L6. 22

17 II.4.7 Pelayanan Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Pelayanan pemberian SKB PPh Pasal 22 impor adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak apabila ijin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 impor telah diberikan kepada wajib pajak. Jangka waktu penyelesaianya adalah 5 (lima) hari kerja sejak surat permohonan diterima lengkap, tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasinya adalah dokumen impor, dengan catatan bahwa wajib pajak masih mempunyai kuota sesuai ijin prinsip yang telah dikeluarkan. Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian SKB pemungutan PPh Pasal 22 Impor, termuat pada lampiran L7. II.4.8 Pelayanan Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pelayanan pengurangan PBB adalah pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak apabila wajib pajak mengajukan pengurangan PBB dikarenakan wajib pajak tidak mampu membayar PBB terutang. Jangka waktu penyelesaianya adalah 2 (dua) bulan sejak surat permohonan diterima lengkap, tanpa dipungut biaya. Persyaratan administrasinya adalah sebagai berikut : 1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mencantumkan besarnya presentase pengurangan yang dimohonkan; 2. Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung : a) Sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP); atau b) Sejak terjadinya bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa. 3. Telah dilunasi PBB untuk tahun sebelumnya atas objek pajak yang sama; dan 23

18 4. Permohonan dilampiri : a) Untuk perorangan : i. Fotokopi SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan pengurangan; ii. Fotokopi Kartu Tanda Anggota Veteran, bagi anggota Veteran. Catatan : Permohonan dapat diajukan secara kolektif. b) Untuk wajib pajak badan : i. Fotokopi SPPT/SKP dari tahun pajak yang diajukan permohonan pengurangan; ii. Fotokopi SPT PPh tahun pajak terakhir deserta lampirannya; dan iii. Laporan keuangan. Standart Operating Procedures (SOP) pelayanan penyelesaian permohonan wajib pajak atas pengurangan PBB, termuat pada lampiran L8. II.5 Penerimaan Pajak Rencana Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I pada tahun 2009 menargetkan penerimaan dari sektor perpajakan adalah sekitar Rp. 7 triliun yang berasal dari penerimaan dalam negeri yang terdiri dari PPh, PPN & PPnBM, Pajak Lainnya, PBB dan BPHTB. Berikut rincian penerimaan tahun 2009 : 24

19 Tabel II.2 Rencana Penerimaan Tahun 2009 Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I No Jenis Pajak Rencana 1 PPh 3,409,238,350,000 2 PPN & PPnBM 2,722,913,730,000 3 Pajak Lainnya 161,519,730,000 4 PBB 770,237,436,000 5 BPHTB 219,408,371,000 Jumlah PBB & BPHTB 989,645,807,000 Rencana Tahun ,283,317,617,000 II.5.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak, baik orang pribadi maupun badan, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Mekanisme pembayaran PPh, baik orang pribadi maupun badan dilakukan dengan menganut sistem Self Assesment yaitu wajib pajak diwajibkan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Selain itu peraturan perpajakan menggunakan mekanisme Witholding System yaitu pajak yang terutang oleh wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan, dihitung, dipotong/dipungut, disetorkan dan dilaporkan pihak lain (pemungut pajak). Jumlah pajak yang telah dipungut oleh pemungut pajak dapat diperhitungkan (dikreditkan) wajib pajak pada saat melaporkan kewajiban perpajakannya. II.5.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi di setiap jalur 25

20 perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. PPN termasuk jenis pajak tak langsung, yang artinya bahwa pajak tersebut disetor oleh pihak lain yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain penanggung pajak tidak menyetor langsung pajak yang ia tanggung. Mekanisme pengenaan PPN, dapat digambarkan sebagai berikut: Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut Pajak Masukan. Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak. Apabila dalam satu masa pajak (jangka waktunya sama dengan satu bulan takwin) jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas negara. Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Sedangkan Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) merupakan pungutan tambahan disamping PPN, yang dipungut pada saat impor barang kena pajak yang tergolong mewah, atau atas penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Yang dimaksud barang kena pajak yang tergolong mewah adalah : 26

21 1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau 2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau 3. Pada umumnya barng tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau 4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau 5. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol. Mekanisme pengenaan PPnBM berbeda dengan PPN karena PPnBM hanya dikenakan kepada barang kena pajak, dan tujuan pembebanan untuk mengurangi dampak regresif dari PPN. Pengenaan PPnBM hanya dipungut sekali pada waktu BKP masuk Daerah Pabean dan pada waktu penyerahan oleh PKP Produsen. II.5.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan, yaitu pajak atas permukaan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya serta pajak atas konstruksi teknis yang ditanam/dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Mekanisme pengenaan PBB berbeda dari pengenaan PPh maupun PPN. Penetapan besarnya PBB terutang dalam satu tahun ditentukan oleh DJP melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk menerbitkan SPPT terlebih dahulu DJP menetapkan besarnya nilai jual objek pajak (NJOP), sebagai dasar pengenaan PBB terutang. 27

22 II.5.4 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang meliputi pemindahan hak dan pemindahan hak baru atas tanah dan bangunan. Pemindahan hak atas tanah dan bangunan dapat disebabkan oleh jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembelian dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan tetap, penggabungan usaha serta pemberian hadiah. Sedangkan pemberian hak baru dapat disebabkan oleh kelanjutan pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru dari negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak dan Diluar pelepasan hak, yaitu pemberian hak baru dari negara atau dari pemegang hak milik berdasarkan undang-undang. Mekanisme penggenaan BPHTB dikenakan pada saat transaksi pemindahan hak dan pemberian hak baru itu terjadi. II.5.5 Pajak Lainnya Pajak lainnya adalah pajak yang dipungut selain PPh, PPN, PPnBM, PBB dan BPHTB. Komponen terbesar dari penerimaan pajak lainnya adalah Bea Meterai, yaitu pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan. Bea meterai akan dikenakan atas dokumen pada saat dokumen yang dimaksud ditandatangani sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat terbatas. Pemateraian kemudian dapat juga dilakukan apabila pemegang dokumen belum melunasi bea materai. Hal ini dapat dilakukan apabila : 28

23 1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan. 2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagainana mestinya. 3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia 29

LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR : SE-37/PJ/2007 TANGGAL : 14 AGUSTUS 2007 JANJI PELAYANAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN NPWP

LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR : SE-37/PJ/2007 TANGGAL : 14 AGUSTUS 2007 JANJI PELAYANAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN NPWP LAMPIRAN I 1. JANJI PELAYANAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN NPWP 1. Jangka Waktu Penyelesaian: 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterirna lengkap. 2. Biaya atas Jasa Pelayanan: Tidak ada biaya.

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 40-42 Jakartaa 12190 Kotak Pos 124 Telepon 5250208, 5251609 Faksimili 5203184 Website www.pajak.go.id Yth.

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang diatur berdasarkan undangundang yang bersifat memaksa, tanpa imbalan atau balas

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Standar Pelayanan Administrasi Perpajakan. Jenis Pelayanan Persyaratan Yang Diperlukan Waktu Penyelesaian.

Lampiran 1 Standar Pelayanan Administrasi Perpajakan. Jenis Pelayanan Persyaratan Yang Diperlukan Waktu Penyelesaian. Lampiran 1 Standar Pelayanan Administrasi Perpajakan N o Jenis Pelayanan Persyaratan Yang Diperlukan Waktu Penyelesaian A Penjelasan Umum Langsung, melalui telepon, atau melalui surat Sesegera mungkin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak BAGIAN 1 Sebagaimana yang dipaparkan pada pertemuan sebelumnya bahwa salah satu inti pengertian pajak adalah dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt.

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 yang dinamakan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap, berencana dan berkesinambungan menurut arah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PELAPORAN USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian Kualitas Menurut Kotler (Marketing Management, 2009), pengertian kualitas merupakan keseluruhan sifat-sifat dan karakter-karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

KUP ( Pendaftaran NPWP, Pembayaran Pajak ) FEB AKUNTANSI

KUP ( Pendaftaran NPWP, Pembayaran Pajak ) FEB AKUNTANSI Perpajakan II Modul ke: KUP ( Pendaftaran NPWP, Pembayaran Pajak ) PPT Perpajakan I [TM6] Fakultas 02FEB Dra. Muti ah, M.Si Program Studi AKUNTANSI Pengertian NPWP Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan.

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh 165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama

Lebih terperinci

BAB VI KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN

BAB VI KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN BAB VI KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong royongan nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Sistem Perpajakan Indonesia Self Assesment System Hak/Kewajiban WP Dalam Self Assesment System: Menghitung Menyetor Melapor Memperhitungkan 3 WAJIB

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut :

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut : BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Dasar Hukum Dasar hukum mengenai mekanisme pendaftaran dan pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang perpajakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengusaha Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan negara dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 20 /PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 20 /PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 20 /PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PELAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan. Penerimaan Negara yang terdiri atas penerimaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/KMK.01/2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURE) LAYANAN UNGGULAN KEMENTERIAN KEUANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 139 BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PENGERTIAN Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

NPWP dan Pengukuhan PKP

NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian atau

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP :

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP : PERPAJAKAN I Modul ke: 02 KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas EKON0MI Program Studi S 1 AKUNTANSI By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin berdasarkan Pancasila, salah satunya dengan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber penerimaan yang penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Konsultan Pajak Akuntax berada di bawah pimpinan Bp. H.A. Nur Sardjo Puspitadi yang telah mendapat izin Brevet B Negara No. S1.544/PJ./2001

Lebih terperinci

Page : 1

Page : 1 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37/PJ/2009 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013 TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN 2014/2015

ULANGAN HARIAN 2014/2015 ULANGAN HARIAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Guru Pengampu Waktu Kelas/Semester : SMK Negeri 4 Klaten : Administrasi Perpajakan : Ch. Erni Kartikawati, M.Pd : 45 Menit : XI/1 1. Berikut adalah

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE 14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER146/PJ./2006 TENTANG BE Contributed by Administrator Friday, 26 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009 UU No 8 Th 1983 stdtd UU No 18 Th 2000 UU No 42 Tahun 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASI (STANDARD OPERATING PROCEDURES) LAYANAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Self Assessment System yang diterapkan di Indonesia menempatkan administrasi perpajakan sebagai agen pemerintah yang menjalankan fungsi pembinaan, pelayanan, dan pengawasan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATACARA PERPAJAKAN ( KUP )

KETENTUAN UMUM & TATACARA PERPAJAKAN ( KUP ) KETENTUAN UMUM & TATACARA PERPAJAKAN ( KUP ) ISTILAH ISTILAH UMUM PERPAJAKAN BAB 1 1. Wajib Pajak (WP) WP adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk pembangunan di dalam negara dan membiayai pengeluaran negara. Hal ini terbukti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Dalam membahas definisi mengenai pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Adriani di kutip

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam negeri menjadi semakin diperhitungkan. Dengan adanya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan di segala bidang. Penerimaan negara dari sektor pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa

Lebih terperinci