LAYANAN BIMBINGAN TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 UDANAWU KABUPATEN BLITAR MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAYANAN BIMBINGAN TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 UDANAWU KABUPATEN BLITAR MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Transkripsi

1 Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa LAYANAN BIMBINGAN TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 UDANAWU KABUPATEN BLITAR MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR SISWA Oleh: Mochammad Talkah SMK Negeri 1 Udanawu, Blitar Abstrak. Bimbingan dan Konseling ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin. Layanan Studi Kasus kesulitan belajar bidang studi, adalah upaya mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar bidang studi, dengan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Ada dua fungsi utama dari Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa yaitu, (1) Fungsi penyaluran, yaitu bimbingan untuk memberi bantuan kepada siswa dalam memilih kemungkinan-kemungkinan kesempatan yang terdapat dalam lingkup sekolah, (2) Fungsi pengadaptasian perilaku siswa dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan pemberian Layanan Bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kata Kunci: layanan bimbingan, kesulitan belajar, SMK, motivasi belajar Pengertian Studi Kasus secara luas adalah upaya mengenal, memahami, dan memantapkan siswa klien dengan cara mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pemecahan yang dihadapi. Sedangkan pengertian Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa secara sempit dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut: (1) Merupakan sebuah proses bantuan yang diberikan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga dapat mengarahkan dirinya dan bertingkah laku wajar sesuai dengan keadaan lingkungan di sekolah sendiri, keluarga serta masyarakat (Sukardi, 1993). (2) Merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencari pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat (Miller, 1975:25). (3) Merupakan suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan sehingga memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Stoops, 1975). Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Studi Kasus adalah usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan siswa yang mempunyai masalah. Studi Kasus merupakan bentuk layanan yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki keadaan pribadi dan tingkah lakunya serta perkembangan seorang siswa dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat integrasi, yaitu menggunakan metode dan teknik pengumpulan data, dan komprehensif, yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu secara lengkap. Layanan Studi Kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Ada dua fungsi utama dari Studi Kasus Layanan Bimbingan Siswa yaitu, (1) Fungsi penyaluran, yaitu, bimbingan untuk memberi bantuan kepada

2 88 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 siswa dalam memilih kemungkinan-kemungkinan kesempatan yang terdapat dalam lingkup sekolah, (2) Fungsi pengadaptasian perilaku siswa dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan, serta beberapa informasi dan pertimbangan berbagai pihak yang mendukung, maka ditetapkan Adit, kelas XI TKR 5 sebagai konseli. Adapun dasar pemilihan konseli adalah sebagai berikut; (1) Konseli kurang memperhatikan pada saat penyampaian materi, sering bercanda dengan temannya waktu kegiatan belajar mengajar, dan jarang mengerjakan tugas, (2) Berdasarkan informasi dari berbagai pihak, prestasi belajarnya juga kurang memuaskan karena selalu berada di bawah rata-rata, (3) Konseli mengakui ketika mengerjakan soal ulangan dan tugas sering menyontek temannya. Dari beberapa alasan tersebut di atas penulis merasa perlu untuk memberikan bantuan melalui pemberian layanan bimbingan kesulitan belajar dan masalah yang sering dihadapi, sehingga konseli dapat berkonsentrasi belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Studi Kasus ini adalah : (1) Mengetahui kepribadian siswa yang dianggap bermasalah. (2) Mengenal latar belakang pribadi siswa yang dianggap bermasalah. (3) Mengidentifikasi jenis, sifat, serta penyebab kesulitan belajar yang dihadapi. (4) Memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi siswa. (5) Mencari dan menetapkan berbagai alternatif pemecahan masalah berdasarkan data dan informasi yang obyektif dan lengkap, baik melalui cara preventif maupun kuratif. METODE PENELITIAN Proses Penelitian Studi Kasus layanan bimbingan tingkat kesulitan belajar siswa ada enam tahap, yaitu: Identifikasi, Sintesis, Diagnosis, Prognosis, Pemberian Bantuan, Pemecahan (Treatment), DAN Tindak Lanjut (Follow up) Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar bidang studi matematika, yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan motivasi dalam belajarnya. Dalam analisa ini penulis memperhatikan siswa di dalam kelas saat berlangsung kegiatan belajar mengajar, memperhatikan siswa yang kurang serius memperhatikan pelajaran, dan menentukan siswa yang dianggap bermasalah. Dari hasil observasi di dalam kelas, penulis menemukan siswa yang sering bercanda, mengobrol dengan temannya pada waktu pelajaran matematika. Hal tersebut sangat mengganggu bagi seorang guru dan teman-temannya. Oleh karena itu penulis menjadikan siswa tersebut sebagai siswa kasus. Berdasar data yang dijaring dengan teknik angket, dapat diperoleh data sebagai berikut : 1. Data berdasarkan Angket a. Identitas Siswa 1) Nama Lengkap : Aditya 2) Kelas, Jurusan : XI TKR 5 3) Tempat, Tgl. Lahir : Blitar, 14 Mei ) Jenis Kelamin : Laki-laki 5) Agama : Islam 6) Bahasa sehari-hari : Jawa 7) Alamat : Kendalrejo Srengat Blitar 8) Hoby : Sepak Bola 9) Cita-cita : Polisi 10) Kegiatan di luar sekolah : Membantu di peternakan ayam b. Identitas keluarga 1) Nama Ayah : Alm. Sumari 2) Alamat : Slorok Garum 3) Agama : Islam 4) Pendidikan terakhir : SLTP 5) Pekerjaan : - 6) Nama Ibu : Sumistri 7) Alamat : Slorok Garum 8) Agama : Islam 9) Pendidikan terakhir : SD 10) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3 Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa c. Data tentang jumlah anggota keluarga 1) Saudara kandung : 3 orang 2) Jumlah saudara : 2 orang laki-laki 3) Jumlah saudara : 0 orang perempuan 4) Anak ke : 1 5) Status dalam : anak kandung keluarga d. Riwayat pendidikan siswa Jenjang Tahun Tahun Tempat pendidikan masuk keluar TK Darma Wanita Garum SD SDN Slorok 2 Garum SLTP SMP N 2 Garum SLTA SMK N 1 Udanawu e. Keadaan tempat tinggal siswa 1) Tggal bersama : Bibi (saudara Ibu) 2) Jarak ke sekolah : 14 km f. Sarana dan prasarana belajar siswa 1) Ke sekolah naik : Alm. Sumari 2) Biaya ditanggung : Slorok Garum oleh 3) Punya/tidak tempat : Islam belajar khusus g. Kegiatan belajar siswa 1) Waktu : Jam s/d ) Pelajaran yang : Bahasa Indonesia disukai 3) Pelajaran yang : Matematika tidak disukai 4) Orang tua : Tidak membantu belajar 2. Data berdasarkan hasil problem Dari data checklist, didapatkan data sebagai berikut. a. Kesehatan: (1) Jantung sering berdebardebar, (2) Sering keluar keringat dingin, (3) Merasa terlalu kurus, (4) Selalu kurang nafsu makan, (5) Sering/kurang dapat tidur, (6) Merasa lelah dan tidak bersemangat, (7) Sering merasa mengantuk, (8) Sering pusing-pusing, (9) Sering gemetar dan berkeringat b. Kehidupan ekonomi: (1) Uang saku tidak mencukupi, (2) Sambil bekerja karena ekonomi tidak cukup, (3) Terlalu banyak saudara yang harus dibiayai, (4) Ibu/saudara ikut membantu mencari penghasilan, (5) Sering menunggak uang sekolah, (6) Orang tua tidak hidup bersama, (7) Tidak puas dengan keadaan, (8) Ikut orang lain, karena orang tua tidak mampu c. Keluarga: (1) Merupakan anak sulung, (2) Ayah meninggal, (3) Tidak hidup bersama orang tua, (4) Di rumah terlalu sibuk bekerja, (5) Kurang perhatian orang tua d. Agama dan Moral: (1) Malas sembahyang, (2) Sering berdusta, (3) Sering tidak mengakui kesalahan, (4) Sering iri hati, (5) Ucapan dan perbuatan sering tidak sesuai, (6) Sering mempermainkan orang lain, (7) Kurang toleransi dengan pemeluk agama lain, (8) Kurang tenggang rasa dengan orang lain, (9) Sering melupakan barang yang dipinjam. e. Masalah Pribadi: (1) Sering merasa iri hati, (2) Sukar mendapat kawan, (3) Merasa rendah diri, (4) Sering menyesali diri sendiri, (5) Merasa pesimistis dan tidak mempunyai harapan, (6) Ingin berpenampilan lebih menarik. f. Hubungan Sosial: (1) Sering gagal dalam mencari kawan, (2) Sukar bergaul, (3) Sukar menyesuaikan diri, (4) Mudah tersinggung, (5) Takut bergaul, (6)Tidak menjadi pemimpin, (7) Sering bertentangan pendapat dengan orang lain, (8) Sukar menerima kekalahan, (9) Bingung berhadapan dengan orang banyak, (10) Mudah merasa malu, (11) Mudah marah, (12) Tidak sabaran, (13) Suka ingkar janji g. Hobi dan penggunaan waktu: (1) Keinginan untuk rekreasi selalu terhalang, (2) Gemar melukis tapi tidak punya alat, (3) Suka olah raga tapi tidak punya kesempatan, (4) Lebih suka hiburan daripada buku pelajaran, (5) Anggota keluarga sering menghalangi hobi, (6) Orang tua tidak pernah mengajak rekreasi, (7) Waktu banyak terpakai membantu orang tua.

4 90 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 h. Sekolah dan Pengajaran: (1) Sering malas masuk sekolah, (2) Merasa cemas bila ada ulangan, (3) Ada pelajaran yang tidak disenangi, (4) Merasa kurang dimengerti oleh guru, (5) Peraturan sekolah terlalu menekan, (6) Beberapa pelajaran dianggap tidak perlu, (7) Tidak dapat memusatkan pikiran di sekolah, (8) Sering melamun di dalam kelas, (9) Tidak ada teman untuk diajak belajar bersama, (10) Tidak berminat terhadap buku, (11) Sering mendapat nilai rendah, (12) Khawatir mendapat giliran maju ke depan, (13) Pelajaran yang bersifat hitungan terasa sangat sulit i. Cita-cita dan masa depan: (1) Ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tapi tak ada biaya, (2) Merasa pesimis dengan hari depan dan pekerjaan, (3) Khawatir nantinya tidak dapat berdiri sendiri, (4) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri, (5) Sering berdebar jika mengingat masa depan. j. Asmara: (1) Bercinta adalah bagian dari hidup, (2) Bercinta dalam masa sekolah bisa menjadi dorongan, (3) Pernah patah hati ditinggal pacar, (4) Sering membayangkan adegan cinta, (5) Iri melihat kawan berpacaran, (6) Sukar memilih calon pacar. 3. Data Berdasarkan Wawancara Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari wawancara diperoleh hasil sebagai berikut. (a) Orang tua/wali murid kurang peduli, (b) Jarang berkomunikasi dengan orang tua, (c) Ada teman sekelas yang kurang disukai, (d) Tidak cukup uang saku, (e) Ingin melanjutkan kuliah, tapi tak ada biaya, (f) Kurang suka terhadap salah satu guru, karena dianggap tidak pernah memperhatikan siswa. (g) Lebih suka praktek langsung daripada belajar teori, (h) Tidak suka pelajaran yang berhubungan dengan menghitung angka, (i) Kesulitan menemukan metode belajar yang tepat. 4. Hasil Observasi Instrumen yang digunakan selain wawancara juga melakukan pengamatan/ observasi, yang diperoleh data sebagai berikut. (a) Siswa kasus sering bingung ketika pelajaran sedang berlangsung, (b) Siswa kasus kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran di kelas. (c) Klien lebih senang berbicara dengan temannya di sekitar tempat duduknya di kelas. (d) Klien sering melamun di dalam kelas saat pelajaran berlangsung, (e) Teman bergaul klien adalah anak yang malas dan sering ramai di kelas. Dalam tahap ini dilakukan perangkuman dan menyimpulkan data yang telah diperoleh, diidentifikasi dan dianalisis. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang siswa kasus yang meliputi kelemahan dan juga kelebihan yang dimiliki siswa kasus. Dari data yang dikumpulkan dengan mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah siswa kasus dapat disimpulkan beberapa hal. 1. Kelebihan: (a) Memiliki sarana belajar yang memadai (mempunyai meja belajar, ruang belajar dan buku pelajaran sendiri), (b) Mempunyai kebiasaan hidup mandiri, (c) Memiliki motivasi tersendiri, apabila menyangkut masa depan. 2. Kekurangan: (a) Di kelas siswa kasus sering merasa kurang bersemangat ketika mengikuti pelajaran. (b) Sering bingung, (c) Sering merasa lelah, (d) Merasa mudah tersinggung, (e) Cepat merasa bosan dalam belajar, (f) Sulit untuk belajar bersama teman-teman, (g) Tidak mempunyai waktu cukup untuk hobi dan istirahat, (h) Sering tertekan dengan keadaan Diagnosa merupakan kegiatan yang diambil untuk menentukan letak masalah, jenis masalah serta latar belakang masalah

5 Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa yang sedang dihadapi siswa. Oleh karena itu, di bawah ini akan dijabarkan secara rinci mengenai hasil dari diagnosa yang dilakukan penulis. 1. Letak Kesulitan: (a) Sifat kebiasaan, (b) Cita-cita siswa kasus, (c) Hubungan sosial, (d) Dalam hal pelajaran dan ulangan, (e) Kebiasaan belajar 2. Jenis Kesulitan: (a) Sifat kebiasaan: (1) Sering kehilangan kesabaran, (2) Sering melamun, (3) Kurang percaya diri, (4) Takut bicara dalam diskusi, (5) Hanya mau berdiskusi dengan teman yang suka diribut. (b) Cita-cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. (c) Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. (d) Pelajaran dan ulangan, (1) Sering merasa kurang percaya diri, (2) Kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. (e) Kebiasaan belajar: (1) Cepat merasa bosan dalam belajar, (2) Tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) Tidak tahu cara belajar yang benar. Siswa kasus tidak bisa membedakan mana yang seharusnya berpikir secara serius dan mana yang tidak. Selain itu siswa kasus juga sering melamun terutama pada saat berlangsungnya pelajaran.. Siswa kasus mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang polisi, menjadi pengusaha & orang yang sukses di kota. Dalam menghadapi ulangan, siswa kasus sering merasa kurang percaya diri atas jawaban pada ulangan yang sedang ia hadapi sehingga pada saat ulangan sering mencontoh temannya serta ia juga kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Hal ini dikarenakan siswa kasus kurang percaya diri, sehingga waktunya terbuang untuk memikirkan apakah hasil jawaban ulangannya tersebut sudah benar atau belum habis untuk mencontek pekerjaan temannya. Dalam kebiasaan, siswa kasus sering kehilangan kesabaran. Sangat sulit bagi siswa untuk belajar bersama temantemannya. Karena menurut siswa kasus, ia lebih mudah berkonsentrasi dengan belajar sendiri dari pada harus belajar bersama teman-temannya. Dalam belajar bersama teman-temannya, ia merasa kurang nyaman karena merasa tersaingi oleh teman yang lain, dan ia merasa pendapatnya kurang begitu dianggap oleh temannya dalam belajar kelompok. Selain itu juga siswa kasus takut membuat kesalahan, kurang percaya diri, sulit mengambil keputusan, kurang lancar dalam berbicara saat diskusi. Prognosa adalah suatu langkah untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan akibat siswa kasus tidak segera mendapatkan bantuan. Kalau penulis perhatikan, bantuan harus seksama berdasarkan hasil identifikasi kasus dan diagnosa, yaitu menjadi penyebab permasalahan yang dialami oleh siswa kasus, sehingga kalau masalah tidak segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi pada diri siswa kasus adalah sebagai berikut. (1) Konsentrasi belajarnya tidak optimal. (2) Prestasi belajarnya akan menurun. (3) Dapat menyebabkan siswa kasus tidak naik kelas. (4) Siswa kasus akan dijauhi oleh temantemannya. (5) Tidak dapat mencapai citacitanya Akan tetapi, jika hal-hal tersebut di atas dapat segera diatasi, maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut. (1) Konsentrasi belajar siswa kasus akan optimal, (2) Prestasi belajar siswa kasus akan meningkat, (3) Siswa kasus akan naik kelas, (4) Siswa kasus tidak akan dijauhi teman-temannya, (5) Cita-cita siswa kasus akan tercapai. Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan belajarnya, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan penyesuaian yang sehat. Setelah diketahui masalah siswa, faktor-faktor timbulnya masalah serta kemungkinan jika masalah siswa diatasi dan tidak

6 92 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 diatasi maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah inti yaitu pemberian bantuan (Treatment). Langkah-langkah untuk membantu siswa kasus dalam memecahkan masalah: 1. Masalah yang dihadapi oleh siswa kasus. Sifat kebiasaan: (a) Sering kehilangan kesabaran, (b) Sering melamun, (c) Kurang percaya diri, (d) Takut bicara dalam diskusi, (e) Hanya mau diskusi dengan teman yang suka ribut. Cita-cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. Ulangan: (1) Sering merasa kurang percaya diri, (2) Kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. Kebiasaan belajar: (1) Cepat merasa bosan dalam belajar, (2) Tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) Tidak tahu cara belajar yang benar. 2. Rencana Bantuan Rencana bantuan yang akan diberikan berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa: (a) Masalah sifat kebiasaan, bantuan yang akan diberikan; (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk dapat memilah-milah mana yang seharusnya dianggap serius dan mana yang tidak serius; (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar jangan terlalu sering diam, daripada diam lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat; (3) Menganjurkan pada siswa kasus agar pada saat berdiskusi dapat mengutarakan pendapatnya, (4) Memotivasi siswa kasus agar berani mengemukakan pendapat apabila penjelasan guru kurang jelas. (b) Masalah cita-cita siswa kasus, bantuan yang akan diberikan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat siswa kasus agar cita-citanya dapat tercapai. (2) Memotivasi siswa kasus untuk dapat mengutarakan kepada orang tuanya apa yang menjadi cita-cita siswa kasus. (3) Menganjurkan orang tua siswa kasus untuk memberikan dukungan dan motivasi sehingga dapat mengarahkan cita-cita anaknya. (c) Masalah hubungan sosial, bantuan yang akan diberikan: (1) Memotivasi siswa kasus untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya di dalam maupun di luar kelas atau di luar sekolah. Dengan demikian siswa kasus akan mempunyai banyak teman dan supel dalam bergaul. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dapat mengontrol emosinya. (d) Masalah ulangan, bantuan yang akan diberikan: (1) Meyakinkan siswa kasus bahwa rasa percaya diri harus ditumbuhkan dalam benaknya, terutama pada saat ia menghadapi ulangan. Siswa kasus harus yakin bahwa apa yang ia jawab dalam ulangan adalah jawaban yang paling benar. (2) Menganjurkan siswa kasus, hendaknya ia lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal pada saat ulangan. Dengan demikian nilai ulangannya tidak ada yang di bawah ratarata. (e) Kebiasaan belajar, bantuan yang akan diberikan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus bahwa dengan belajar bersama teman-teman, banyak sekali keuntungan yang dapat diperolehnya. Selain mengurangi rasa kebosanan juga dapat mengakrabkan diri siswa kasus, ia juga dapat bertukar pendapat dengan teman belajarnya, dengan demikian wawasan siswa kasus akan bertambah. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dalam belajar jangan dibiasakan untuk makan, karena belajar sambil makan konsentrasi dalam belajar akan berantakan sehingga siswa kasus tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh. 3. Bantuan yang telah diberikan a. Masalah sifat kebiasaan: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk dapat memilah-milah mana yang seharusnya dianggap serius dan mana yang seharusnya dianggap tidak serius. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar jangan terlalu sering melamun, lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat. b. Masalah cita-cita siswa kasus: (1) Menganjurkan pada siswa kasus untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat siswa kasus agar cita-citanya tercapai. (2) Memotivasi siswa kasus untuk dapat

7 Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa mengutarakan kepada orang tuanya apa yang menjadi cita-cita siswa kasus. c. Masalah hubungan sosial: (1) Memotivasi siswa kasus untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya di dalam maupun di luar kelas atau di luar sekolah. Dengan demikian siswa kasus akan mempunyai banyak teman dan supel bergaul. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dapat mengontrol emosinya. d. Masalah ulangan: (1) Meyakinkan siswa kasus bahwa rasa percaya diri harus ditumbuhkan dalam benaknya. Ia harus yakin bahwa apa yang ia jawab dalam ulangan adalah jawaban yang paling benar. (2) Menganjurkan siswa kasus hendaknya ia lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal ulangan. Dengan demikian nilai ulangannya tidak ada yang di bawah rata-rata. e. Kebiasaan belajar: (1) Menganjurkan pada siswa kasus bahwa dengan belajar bersama teman-teman banyak sekali keuntungan yang dapat diperolehnya. Selain mengurangi rasa kebosanan juga dapat mengakrabkan diri siswa kasus, ia juga dapat bertukar pendapat dengan teman belajarnya, dengan demikian wawasan siswa kasus akan bertambah. (2) Menganjurkan pada siswa kasus agar dalam belajar jangan dibiasakan untuk makan, karena belajar sambil makan konsentrasi jadi berantakan sehingga siswa kasus tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh. Tindak lanjut (Follow up), adalah usaha yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui perkembangan siswa kasus setelah selesai diberikan bantuan. Langkah instrumen penelitian ini merupakan langkah untuk menilai keberhasilan bantuan yang diberikan kepada siswa kasus untuk mengikuti diri, apakah bantuan yang diberikan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Kegiatan ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena itu peran konselor, wali kelas, guru bidang studi sangat diperlukan untuk menentukan perkembangan siswa kasus dengan senantiasa memantaunya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan: (1) Melimpahkan masalah tersebut kepada wali kelas maupun guru bidang studi yang bersangkutan agar selalu memonitor dan terus memberikan layanan kepada siswa kasus tersebut. (2) Memberikan motivasi kepada siswa kasus untuk selalu giat belajar sehingga prestasi belajar yang telah diraihnya dapat dipertahankan dan ditingkatkan. (3) Menyarankan kepada orang tua atau wali siswa kasus agar senantiasa memberikan perhatian kepada putranya, khususnya dalam belajar serta memberikan motivasi untuk belajar dengan baik. Selain itu, orang tua juga perlu mendukung keinginan siswa yang berhubungan dengan cita-citanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada proses Treatment yang telah dilakukan terhadap masalahmasalah siswa kasus, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Sifat Kebiasaan: (1) Sering kehilangan kesabaran, (2) Sering melamun, (3) Kurang percaya diri, (4) Takut bicara dalam diskusi, (5) Hanya mau diskusi dengan teman yang suka ribut. Dengan memberikan saran / anjuran, masukan kepada konseli untuk membiasakan diri melatih kesabaran, mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat, meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan pendapat, maka ada perubahan yang signifikan pada sifat kebiasaan konseli menjadi lebih baik. Konseli menjadi lebih sabar, bisa mengisi waktunya dengan kegiatan yang positif dan tumbuh rasa percaya dirinya. Cita-Cita: (1) Sulit untuk memilih tujuan hidup yang tepat, (2) Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya. Setelah mengetahui bakat dan kemampuannya, konseli berani menentukan pilihan jurusan sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidupnya, serta mendapatkan dukungan dari orang tuanya.

8 94 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 Hubungan sosial: (1) Sulit menyesuaikan diri, (2) Merasa mudah tersinggung. Dengan memberikan motivasi kepada konseli agar pandai beradaptasi dengan teman-temannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan berlatih untuk selalu mengontrol emosinya, maka konseli menjadi lebih supel dalam bergaul dan banyak teman. Ulangan: (1) sering merasa kurang percaya diri, (2) kurang teliti dalam mengerjakan ulangan. Berbekal pada rasa percaya diri konseli yang sudah mulai tumbuh, dalam mengerjakan soal-soal ulangan dikerjakan dengan lebih hati-hati dan teliti, sehingga nilainya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kebiasaan belajar: (1) cepat merasa bosan dalam belajar, (2) tidak punya cukup waktu untuk belajar, (3) tidak tahu cara belajar yang benar. Dengan memotivasi, bahwa belajar bersama teman-teman akan mendapatkan banyak keuntungan seperti, bisa mengurangi kejenuhan, menambah wawasan, menambah keakraban, lebih bervariasi dan bisa lebih fokus. Maka hasilnya, konseli menjadi lebih senang belajar, lebih nyaman, dan bisa mengatur waktu belajarnya dengan baik. Dengan demikian, layanan bimbingan tingkat kesulitan belajar siswa bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data dan langkah-langkah yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan bimbingan siswa sangat penting artinya untuk siswa. Sebagai guru yang baik dan profesional, selain memberikan materi di dalam kelas, juga mempunyai kewajiban untuk membantu mengembangkan pribadi dan potensi yang dimiliki siswa. Guru wajib mengetahui dan memahami keadaan dan permasalahan yang dihadapi siswa. Layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah. Langkah-langkah yang digunakan dalam layanan Studi Kasus kesulitan belajar terdiri dari: identifikasi, analisis data, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian bantuan/ treatment, dan tindak lanjut/follow up. Klien mengalami kesulitan belajar karena kurangnya minat dan motivasi untuk belajar, selain itu klien tidak mau bertanya apabila ada mata pelajaran yang kurang dimengerti. Klien sering malas belajar, sering merasa mengantuk dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran. Bantuan yang diberikan kepada klien bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah belajar di sekolah, masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan sosial, dan masalah psikologis. Hasil yang diperoleh setelah diberi bantuan yaitu klien mulai memperhatikan penjelasan dari guru pada waktu pelajaran. Saran Berdasarkan hasil pemberian layanan bimbingan kesulitan belajar siswa ini, beberapa saran antara lain. (1) Kepala Sekolah: (a) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menetukan kebijakan dalam kaitannya dengan perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. (b) Sebagai bahan pertimbangan dalam monitoring keadaan siswa dan kemampuan guru, terutama yang berkaitan dengan layanan program bimbingan siswa. (2) Guru Mata Pelajaran: (a) Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, (b) Memberikan motivasi belajar bagi siswanya diselasela kegiatan belajar. (3) Wali Kelas: (a) Menyediakan waktu luang bagi siswasiswanya untuk berdialog. (b) Memberikan motivasi belajar membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memberikan perhatian khusus kepada siswa yang bermasalah. (4) Saran Bagi Konselor: (a) Konselor hendaknya sesegera mungkin menindaklanjuti klien dan permasalahannya

9 Muchammad Talkah, Layanan Bimbingan Tingkat Kesulitan Belajar Siswa atas dasar studi kasus ini, sehingga perubahan klien semakin optimal dan studi kasus ini semakin maksimal. (b) Konselor hendaknya melaksanakan pelancaran instrument testing untuk memperlengkap data klien, sehingga data klien yang terkumpul lebih komprehensif. (c) Konselor harus dapat menjaga kode etik jabatan terutama berkaitan dengan penggunaan data dan studi kasus ini, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, terutama klien. Orang tua klien hendaknya mengajak klien untuk tinggal bersama keluarga sehingga terjalin komunikasi yang efektif dan memudahkan kontrol terhadap klien. Orang tua klien hendaknya meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif dengan klien sehingga klien dapat berkembang secara optimal. Klien hendaknya lebih bisa kooperatif dengan praktikan, konselor ataupun orang-orang yang dapat membantu pemecahan masalah klien sehingga rnemudahkan proses penyelesaiaan masalah. DAFTAR RUJUKAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayan Pengantar Pelayanan Bimbingan di Sekolah. Jakarta Danim, Sudarwan Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara. Djumhur Bimbingan dan Penyuluhan untuk PPJP. Jakarta: Depdikbud Hayinah Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang Haziz, Ishar Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Malang: FIP IKIP Malang Hidayah, Nur Pemahaman Individu: Teknik Non Tes. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Suhardjono Pedoman Penyusunan Karya Tulis lmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Dirjen Dikdasmen Talkah, M Diktat Bimbingan Konseling Kelas XI Semester 3. Blitar : SMK Negeri 1 Udanawu Blitar. Talkah, M Diktat Bimbingan Konseling Kelas XI Semester 4. Blitar : SMK Negeri 1 Udanawu Blitar. Winkel, W.S Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo

BAB III PROSES PENYELIDIKAN KASUS. dalam belajarnya. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

BAB III PROSES PENYELIDIKAN KASUS. dalam belajarnya. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 20 BAB III PROSES PENYELIDIKAN KASUS Layanan dan bimbingan siswa ini memiliki beberapa tahapan yang dilakukan oleh praktikan dalam memberikan bantuan kepada klien yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus 84 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus siswa yang memiliki kesulitan belajar siswa SD pada mata pelajaran IPA, maka dapat

Lebih terperinci

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA 107 ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA Asalamualaikum wr. Wb. Pada kesempatan ini saya ingin melakukan penelitian tentang kepercayaan diri siswa. Untuk itu saya mohon bantuan dan partisipasinya untuk mengisi

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah Siswa

Identifikasi Masalah Siswa Identifikasi Masalah Siswa SERI : SMA / MA Disusun oleh : Andori, S.Pd.,Kons. JALAN JEND. GATOT SUBROTO PEMALANG 52319 2009 PETUNJUK PENGISIAN. Instrumen IMS ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada siswa yang mengalami gangguan belajar matematika atau diskalkulia kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada siswa yang mengalami gangguan belajar matematika atau diskalkulia kelas BAB IV HASIL PENELITIAN A. PENYAJIAN DATA Pada bagian ini peneliti akan menyajikan data tentang identifikasi kasus pada siswa yang mengalami gangguan belajar matematika atau diskalkulia kelas IV MI Pangeran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki peranan stategis dalam menyiapkan

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara Media Bina Ilmiah51 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MENCARI PASANGAN (Make a Match) PADA POKOK BAHASAN GEJALA ALAM DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA TETANGGA KELAS VI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual?

LAMPIRAN-LAMPIRAN. a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual? 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara 1. Kepala Sekolah a. Menurut bapak, seperti apa kecerdasan emosi dan spiritual? b. Menurut bapak, seberapa pentingkah pengembangan kecerdasan emosi dan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA 84 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Lemahnya Motivasi

Lebih terperinci

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

48 Media Bina Ilmiah ISSN No 48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN 1 GONTORAN OLEH

Lebih terperinci

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :... LAMPIRAN Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :... DATA PENUNJANG PENGALAMAN INDIVIDU Jawablah pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan jawaban

Lebih terperinci

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA NAMA :... KELAS :... PETUNJUK : Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan di bawah ini dengan cermat. Bubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 1 Hasil Validitas dan Reliabilitas VALIDITAS KONSEP DIRI NO Item VALIDITAS KETERANGAN 1. 0.410 Diterima 2. 0.416 Diterima 3. 0.680 Diterima 4. 0.421 Diterima 5. 0.174 Ditolak 6. 0.474 Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 63 SKALA KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE Usia : Mulai Menopause umur : Masih Bersuami : ya / tidak Alamat : NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya menghadapi masa-masa menopause ini dengan biasa seperti

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH A. Faktor Penyebab Efikasi Diri Anak Rendah Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan pendidikan. Bagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Stres pada Seorang Istri di Dusun Jabaran Desa Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto Pada bab ini akan dijelaskan analisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku siswa tentu tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan pembelajaran di sekolah, karena itu seorang guru harus peduli terhadap apa yang dialami serta perubahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

STUDI KASUS PROBLEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 BANJARMASIN. M. Yuliansyah*

STUDI KASUS PROBLEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 BANJARMASIN. M. Yuliansyah* Al Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 24-30 24 STUDI KASUS PROBLEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 BANJARMASIN M. Yuliansyah* ABSTRAK Bimbingan Konseling merupakan bagian integral

Lebih terperinci

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Saya memohon bantuan anda untuk membantu saya dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dan yang sudah diolah serta diuraikan pada Bab IV maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : Jenis-jenis masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan Dalam menganalisis faktor penyebab remaja terkena narkoba di Desa Kandangsemangkon

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran BAB V PEMBAHASAN A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Penilaian kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 68 69 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 70 Identitas Subyek Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Fakultas : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah seluruh pernyataan berikut

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) A. Teknik Latihan Asertif Latihan asertif atau sering dikenal dengan latihan

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN OPERASIONAL PT GUNZE INDONESIA TAHUN 2008

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN OPERASIONAL PT GUNZE INDONESIA TAHUN 2008 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN OPERASIONAL PT GUNZE INDONESIA TAHUN 2008 Petunjuk Umum : 1. Kuesioner ini bertujuan untuk penelitian dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Di era globalisasi sekarang ini pertumbuhan teknologi berkembang sangat cepat yang terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor keberhasilan suatu bangsa adalah pendidikan karena pendidikan dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan, maka dilingkungan pendidikan kegiatan bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

ISTIQOMAH NIM:

ISTIQOMAH NIM: STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIOR UNTUK MENGATASI MALAS BELAJAR SISWA KELAS V SD 2 JEPANGPAKIS KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ISTIQOMAH NIM: 2008-31-175 FAKULTAS

Lebih terperinci

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER Mohon Bapak/Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut : Identitas Responden : Nama :. Usia : tahun Jenis Kelamin : ( ) Pria (

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SKALA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 69

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 69 LAMPIRAN 69 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Stres Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi A-2 Skala Dukungan Sosial Teman 70 No skala : Fakultas/ Jurusan : Angkatan/ Jenis Kelamin : Sedang menyusun skripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan 85 BAB IV ANALISIS DATA Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan penulis, maka penulis menganalisa dengan analisa deskriptif. Adapun

Lebih terperinci

MODEL KONSELING (Untuk Peer-Counseling) PLPG Rayon 142

MODEL KONSELING (Untuk Peer-Counseling) PLPG Rayon 142 MODEL KONSELING (Untuk Peer-Counseling) PLPG Rayon 142 Oleh: Hartono Dosen Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya I. Identitas : Nama : Endang (nama samaran) Kelas : XII IPA.4 Sekolah

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kegiatan pembelajaran dalam kelas sangatlah menentukan

Lebih terperinci

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 73 79 Periode Wisuda November 2016 DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH Nurhayati, Nurhasanah,

Lebih terperinci

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan. 77 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA KORBAN PERKOSAAN DI PUSAT PELAYANAN TERPADU JAWA TIMUR A. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH PADA PERKEMBANGAN ANAKNYA DI DESA SUKODONO PANCENG GRESIK Analisis data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri Lampiran 1 Uji validitas dan reliabilitas Hasil try out Penyesuaian diri No Uji Validitas Keterangan 1 0.382 Diterima 2 0.362 Diterima 3 0.232 Ditolak 4 0.411 Diterima 5 0.317 Diterima 6 0.324 Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada pendidikan. Karena belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4. BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian ini konselor menggunakan analisis deskripstif komparatif maksudnya adalah membandingkan data teori dengan data yang terjadi dilapangan ketika melakukan observasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu individu yang telah memasuki masa dewasa muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 tahun (Hurlock

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo Proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi tugas akhir, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Konsep Diri dengan Dukungan Orang Tua pada Siswa Kelas II SMU X Lampung yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Prasiklus Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, guru hanya mengajar dengan ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, sehingga guru lebih aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses bimbingan yang berisi keterampilan keterampilan hidup

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya. DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) No. Responden :... Petunjuk pengisian : a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya. b. Pilihlah jawaban yang sesuai atau yang paling mendekati dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan perkembangan suatu bangsa, selain itu pendidikan juga memegang peranan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri LAMPIRAN 63 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri 64 A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus 65 Identitas Nama : Usia : Jenis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES Pada Penelitian ini, konselor menggunakan analisis deskriptif komparatif yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung.

Lebih terperinci

SELAMAT MENGERJAKAN TERIMA KASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMANYA.

SELAMAT MENGERJAKAN TERIMA KASIH ATAS BANTUAN DAN KERJASAMANYA. PETUNJUK PENGISIAN Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan tugas akhir demi meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, penulis memohon kesediaan Saudara untuk meluangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA 79 BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA A. Analisis Proses Konseling dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya Dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN 105400 MAROMBUN UJUNG JAWI Usrek Sarwini Guru SDN 105400 Marombun Ujung Jawi Surel : Rizkiandriani21@yahoo.com

Lebih terperinci

Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU

Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU Components of Guidance Program (Sherzer-stone) Appraisal Evaluation Counseling Consulting Information Planning n placement Appraisal (pengumpul data) Semua usaha

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 2 Angket Field Test Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 3 Skoring Aspek Kematangan Emosi Lampiran

Lebih terperinci