TINJAUAN PUSTAKA Silase

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Silase"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Silase Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi anaerob dengan kandungan air yang tinggi. Ensilase adalah prosesnya, sedangkan tempat pembuatannya dinamakan silo (Sapienza & Bolsen 1993). Silase dapat dibuat dari berbagai jenis hasil panen. McDonald et al. (1991) menuliskan bahwa silase merupakan bahan pakan yang diproduksi secara fermentasi, yaitu dengan cara pencapaian kondisi anaerob. Bolsen et al. (2000) menambahkan bahwa silase adalah bahan pakan yang diproduksi melalui proses fermentasi, bahan tersebut berupa tanaman, hijauan, limbah pertanian yang mengandung kadar air lebih dari 50%. Karakteristik dari hasil panen ideal yang dapat dibuat silase adalah yang mengandung kecukupan substrat untuk proses fermentasi, yaitu dalam bentuk karbohidrat yang terlarut dalam air (water soluble carbohydrates = WSC), kapasitas buffer yang relatif rendah dan kandungan bahan kering di atas 200 g /kg. Idealnya dapat dipadatkan pada saat dimasukkan ke silo setelah dipanen. WSC tergantung pada spesies, masa penanaman bahan, tahap pertumbuhan, iklim, dan level penyubur tanaman yang dipakai. Kapasitas buffer adalah kemampuan untuk mempertahankan perubahan ph (McDonald et al. 1991). Pembuatan silase tidak tergantung pada musim. Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat diawetkan (Sapienza & Bolsen 1993). Schroeder (2004) menyatakan bahwa silase dapat mengurangi tenaga kerja dan kehilangan nutrisi dengan proses fermentasi yang akhirnya akan mengawetkan hasil panen. Balitbang (2003) mengungkapkan bahwa pembuatan silase dapat mengatasi kekurangan pakan ternak pada musim kemarau serta mena mpung kelebihan produksi pakan atau memanfaatkan pakan pada saat pertumbuhan terbaik. Silase dapat memaksimalkan feed intake dan mengurangi pencemaran udara (Pieper 1996). Prinsip penting dalam pembuatan silase adalah mempercepat terjadinya kondisi anaerob dan mempercepat terbentuknya suasana asam. Faktor yang 56

2 mendukung prinsip tersebut adalah: tahap kematangan bahan pada saat dipanen, tipe fermentasi yang terjadi pada saat penyimpanan di silo, tipe penyimpanan yang digunakan, serta metode panen dan saat pemberian silase pada ternak (Schroeder 2004). Pieper (1996) menuliskan proses fermentasi yang optimum pada silase juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu tahap kematangan bahan pakan juga teknologi yang dipergunakan saat pembuatan silase (Bolsen et al. 2000). Ensilase Ensilase adalah nama yang diberikan untuk proses yang terjadi saat silase disimpan di tempat penyimpanan (silo). Selama proses ensilase sejumlah asam diperoleh sebagai hasil fermentasi WSC. Walaupun kandungan protein, asam amino dan asam organik dapat memenuhi fungsi sebagai substrat fermentasi, struktur karbohidrat adalah sumber utama substrat yang dibutuhkan (McDonald et al. 1991). Secara tidak langsung proses ensilase berfungsi untuk mengawetkan komponen nutrien dalam silase. Semakin cepat ph turun semakin dapat ditekan enzim proteolisis yang bekerja pada protein, mikroba yang tidak diinginkan semakin cepat terhambat, dan kecepatan hidrolisis polisakarida semakin meningkat hingga menurunkan serat kasar silase (Sapienza & Bolsen 1993). Tujuan utama dari ensilase adalah mencegah kembali masuknya dan sirkulasi udara selama penyimpanan. Jika terjadi kontak kembali dengan oksigen, maka aktivitas mikroba aerob akan terjadi sehingga dapat menyebabkan kerusakan material bahan dan selanjutnya akan memproduksi racun. Tujuan kedua adalah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti Clostridia karena akan memproduksi asam butirat dan merusak asam amino hingga menurunkan nilai nutrisi silase (McDonald et al. 1991). Secara garis besar proses pembuatan silase terdiri atas 4 fase yaitu: (1) fase aerob, (2) fase fermentasi, (3) fase stabil, dan (4) fase pengeluaran untuk diberikan pada ternak. Fase aerob pada pemb uatan silase terdiri dari dua macam proses yaitu proses respirasi dan proses proteolisis yang disebabkan oleh adanya aktivitas enzim 57

3 yang berada pada bahan. Dampak negatif dari fase aerob dapat dihindarkan dengan cara penutupan silo yang dilakukan dalam waktu yang singkat dan cepat (Sapienza & Bolsen 1993). Fase aerob atau fase respirasi yang terjadi di awal ensilase melibatkan 3 proses penting yaitu: glikolisis, siklus kreb, dan rantai respirasi. Glikolisis menghasilkan 2 ATP, siklus kreb menghasilkan 2 ATP, sedangkan rantai respirasi menghasilkan 34 ATP. Suatu sel yang melakukan respirasi akan menghasilkan energi dua puluh kali lebih banyak dari pada sel yang mengalami fermentasi. Proses respirasi ini membakar karbohidrat dan memproduksi panas, sehingga waktu yang digunakan untuk fase ini harus diminimalkan. Prinsip fermentasi adalah tercapainya kondisi anaerob (McDonald et al. 1991). Pada fase fermentasi (respirasi anaerobik) menghasilkan 2 ATP per 1 molekul glukosa (Winarno & Fardiaz 1979). Fase fermentasi dicapai saat keadaan anaerobik, maka mikroba anaerob mulai tumbuh. Bakteri asam laktat (BAL) adalah mikroflora yang terpenting tumbuh karena pakan ternak akan diawetkan oleh asam laktat yang diproduksinya. Mikroorganisme yang lain seperti Enterobacteriaceae, spora clostridia, ragi dan kapang memiliki pengaruh yang negatif pada kualitas silase. Mikroorganisme ini berkompetisi dengan (BAL) untuk memfermentasi karbohidrat dan memproduksi senyawa yang mengganggu proses pengawetan pakan ternak (Bolsen et al. 2000). Fase awal fermentasi silase yaitu saat pertumbuhan bakteri yang menghasilkan asam asetat terjadi. Bakteri ini memfermentasi karbohidrat terlarut dan menghasilkan asam asetat sebagai hasil akhirnya. Produksi asam asetat akan menurunkan ph, hingga pertumbuhannya akan terhambat bila ph di bawah 5. Hal ini sebagai pertanda bahwa fase awal fermentasi berakhir dan akan dilanjutkan dengan fermentasi berikutnya. Penurunan ph terus berlangsung sehingga meningkatkan pertumbuhan kelompok bakteri anaerob yang lain, kelompok bakteri ini menghasilkan asam laktat. BAL memfermentasi karbohidrat terlarut. Pengawetan silase yang efisien terdiri lebih dari 60% asam laktat sebagai asam organik yang diproduksi. Fase ini adalah fase terpanjang pada proses ensilase dan akan terus berlangsung sampai dicapai ph yang cukup rendah untuk pertumbuhan semua 58

4 bakteri. Ketika ph ini dicapai maka bahan pakan akan tahan disimpan. Tidak akan terjadi proses kerusakan sepanjang silase tetap terpelihara dari udara (Schroeder 2004). Masa fermentasi aktif berlangsung selama 1 minggu sampai 1 bulan. Hijauan yang dibuat silase dengan kandungan air 65% masuk dalam kategori ini, sedangkan bila kandungan air lebih rendah dari 40-50% proses fermantasi berlangsung sangat lambat. Fermentasi normal dengan kandungan air 55-60% masa fermentasi aktif akan berakhir antara 1-5 minggu. Fermentasi akan terhenti disebabkan kehabisan substrat gula untuk proses fermentasi (Sapienza & Bolsen 1993). Pada saat ini silase telah terfermentasi dan dapat terus bertahan selama beberapa tahun sepanjang silase tidak kontak dengan udara. Masa aktif pertumbuhan BAL berakhir karena berkurangnya WSC, maka ensilase memasuki fase stabil. BAL memfermentasi gula yang dirombak dari hemiselulosa, sehingga menyebabkan lambatnya penurunan ph. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kekuatan silo dalam mempertahankan suasana anaerob (Bolsen et al. 2000). Pada fase stabil proses pertumbuhan dan kematian BAL seimbang, sehingga tidak terjadi lagi peningkatan asam laktat yang diproduksinya. Di samping itu sejumlah bakteri Clostridia dimungkinkan tumbuh, hal ini akan kembali menaikkan ph (Schroeder 2004). Fase pengeluaran untuk pakan ternak dilakukan setelah silase melewati masa simpan yang cukup. Menurut Schroeder (2004) hampir 50% bahan kering dirusak oleh mikroba aerob yang menyebabkan kebusukan, terjadi pada fase ini. Oksigen secara bebas akan mengkontaminasi permukaan silase, kehilangan bahan kering terjadi karena mikroorganisma aerob akan mengkonsumsi gula, hasil akhir fermentasi dan nutrien terlarut lainnya dalam silase (Sapienza & Bolsen 1993). Bolsen et al. (2000) menuliskan tentang penelitian yang menunjukkan silase per hari mengalami kehilangan bahan kering sekitar % tiap meningkatnya suhu C pada fase pemberian pada ternak. Pada fase terjadi pula peningkatan ph dengan kisaran peningkatan dengan konsentrasi pertumbuhan ragi dan kapang yang cukup tinggi. 59

5 Tahapan yang terjadi saat terjadinya ensilase ini erat hubungannya dengan fase pertumbuhan yang dialami bakteri. Fase pertumbuhan bakteri terdiri dari 4 fase. Fase-fase tersebut adalah: (1) fase adaptasi (lag phase), (2) fase pertumbuhan logaritmik atau fase pertumbuhan cepat (log phase), (3) fase stabil (stationary phase ), dan (4) fase kematian (death phase) (Crueger & Crueger 1984). Fase adaptasi adalah fase saat mikroba mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan mulai kebagian fase pertumbuhan cepat (logarithmic phase or exponential phase), selanjutnya mencapai populasi yang maksimum dan memasuki fase stabil (stationary phase) di mana terjadi jumlah yang sama besar antara bakteri yang masih mampu membelah diri dan tidak mampu membelah diri lagi. Akhirnya fase pertumbuhan bakteri memasuki fase kematian (death phase ) ( Moat et al. 2002). Fase-fase pertumbuhan bakteri mulai dari awal pertumbuhan sampai akhirnya mati dapat dilihat pada Gambar 1, di bawah ini Waktu (jam) Gambar 1 Kurva pertumbuhan bakteri. Kualitas Silase Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang domina n diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien ketika penurunan ph silase terjadi dengan cepat. Semakin cepat fermentasi terjadi, semakin banyak nutrisi yang dikandung silase dapat dipertahankan (Schroeder 2004). Lebih jauh dituliskan pula 60

6 bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum adalah: kematangan bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase, dan aditif. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas silase yaitu: (1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik, dan varietas), (2) tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan penyegelan silo), (3) keadaan iklim (misalnya suhu dan kelembaban) (Sapienza & Bolsen 1993). Menurut Bolsen et al. (2000) silase yang baik ketika nilai nutrisi yang dikandungnya masih tinggi. McDonald et al. (1991) menuliskan bahwa kualitas silase tidak hanya dilihat dari pengawetan nilai nutrisi saja, tetapi juga berapa banyak silase tersebut kehilangan bahan kering. Bakteri Asam Laktat Mikroba penghasil asam laktat ditemukan pertama kali pada tahun 1880 (Crueger & Crueger 1984). Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri yang mampu memproduksi asam laktat, merupakan bakteri gram positif, dengan memfermentasi gula sebagai fungsi utamanya untuk memproduksi asam laktat (McDonald et al. 1991). Bakteri asam laktat pada umumnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Pada golongan homofermentatif hasil fermentasi terbesar merupakan asam laktat yaitu sekitar 90%, sedangkan pada heterofermentatif jumlah asam laktat yang dihasilkan kurang dari 90% atau seimbang dengan hasil lainnya seperti asam asetat, etanol, CO 2 dan sebagainya (Moat et al. 2002). Ciri khusus dari bakteri asam laktat adalah toleransinya terhadap asam tinggi. Mampu hidup dengan kisaran ph , walau ada spesies yang mampu tumbuh pada ph 3.5 yaitu Pediococcus damnosus. Bakteri asam laktat (BAL) yang biasa dan dominan ada pada proses ensilase adalah Streptococci dan Lactobacilli, dengan Lactobacillus plantarum paling sering diisolasi untuk digunakan pada pembuatan silase. Di antara semua BAL, L. plantarum yang termudah dan cepat membentuk koloni pada fase awal ensilase, tahan bersaing dan menghasilkan sejumlah asam laktat dengan cepat (McDonald 1991). 61

7 Gambar 2 Lactobacillus (Sumber: Universite Libre de Bruxelles 2005). Bakteri L. plantarum berbentuk batang gram positif dan tidak membentuk spora. Mampu memfermentasi gula susu menjadi asam laktat dan asam-asam lain. Bersifat anaerobik fakultatif dengan habitat produk persusuan, produk-produk dari daging dan butiran, air, limbah, rongga mulut, vagina, serta saluran pencernaan hewan dan manusia (Pelczar & Chan 1986). L. plantarum dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi infeksi dan kehadiran bakteri ini pada usus diduga dapat mengurangi penyerapan cholesterol (Ramberg 2000). Lactobacillus plantarum mempunyai kelebihan lain yaitu toleran terhadap udara, karena merupakan bakteri fermentatif yang tidak berinteraksi dengan molekul oksigen. Tingginya konsentrasi Mn 2+ pada intraseluler L. plantarum, membantu organisme ini membunuh anion superoksida (Moat et al. 2002). Jika suatu organisme mampu tumbuh saat adanya oksigen, maka produk racun seperti hidrogen peroksida dapat tumbuh melalui autooksidasi dari berkurangnya FAD, dan radikal hidroksil akan terbentuk melalui interaksi campuran ini dengan superoksida. BAL dapat memelihara diri dari racun tersebut. Pada bakteri anaerob fakultatif memiliki enzim superoksida dismutase sehingga dapat mengeluarkan enzim peroksidase. Bakteri asam laktat yang ditambahkan pada fermentasi silase telah dipelajari dan diteliti sejak menghasilkan lebih dari 50 karya ilmiah. Bakteri yang diinokulasi berhasil menurunkan ph sampai 90%, dengan rasio asam laktat lebih 62

8 tinggi dari pada asam asetat, ethanol dan kandunga n amonia yang lebih rendah. Inokulasi BAL sampai 4.2 x 10 5 cfu per gram silase memperlihatkan penurunan ph yang lebih baik dari pada inokulasi BAL 1.4 x 10 5 cfu per gram silase. Bahan pakan pasca panen sebelum ditambahkan BAL mengandung sekitar 10 6 cfu per gram (Bolsen et al. 2000). Kung (2006) menuliskan hasil-hasil penelitian yang menyarankan agar inokulasi yang terbaik dengan kisaran 1 x 10 5 cfu per gram silase merupakan perbandingan yang cukup dan efisien antara jumlah dan biaya. Lactobacillus plantarum yang ditambahkan 5-10% (dengan kandungan 1.05 x 10 9 CFU) pada silase limbah udang pada suhu C berhasil menurunkan ph dari 7 pada hari pertama, menjadi setelah 3 hari proses ensilase. Silase limbah udang yang tidak diinokulasi sebagai kontrol berhasil mencapai ph tersebut pada hari ke 10 (Lien et al. 2005). Tujuan utama dari penambahan BAL pada silase adalah untuk meningkatkan asam laktat yang diproduksi, dengan meningkatnya produksi asam laktat maka semakin baiklah pengawetan bahan yang dibuat silase. Hal inilah yang menyebabkan harga inokulan silase per ton ditentukan berdasarkan nilai bahan kering yang dapat diawetkannya. Peningkatan pengawetan bahan kering dari silase yang diinokulasi BAL mencapai 5%. Namun silase yang mengandung karbohidrat tinggi belum menunjukkan hasil pengawetan bahan kering yang konsisten terhadap inokulasi BAL (Schroeder 2004). Beberapa bakteri asam laktat yang berperan dalam proses ensilase dapat dilihat pada Tabel 1. BAL yang diperlihatkan pada tabel lengkap dengan jenis fermentasi yang dilakukan, bentuk serta spesies. 63

9 Tabel 1 Beberapa bakteri asam laktat yang penting pada proses ensilase Genus Fermentasi Glukosa Bentuk Spesies Lactobacillus Homofermentatif Batang L. acidophilus L. casei L. coryniformis L. curvatus L. plantarum L. salivarius Heterofermentatif Batang L. brevis L. buchneri L. fermentum L. viridescens Pediococcus Homofermentatif Coccus P. acidilactici P. damnosus (cereviceae) P. pentosaceus Enterococcus Homofermentatif Coccus E. faecalis E. faecium Lactococcus Homofermentatif Coccus L. lactis Streptococcus Homofermentatif Coccus S. bovis Leuconostoc Heterofermentatif Coccus L. mesenteroides Sumber: McDonald et al. (1991). Asam Laktat Asam laktat yang diproduksi oleh BAL merupakan asam organik yang diperoleh lewat proses fermentasi. Ada asam organik yang diperoleh langsung dari siklus kreb, ada juga hasil pemecahan dari glukosa, dan juga sebagai hasil akhir dari piruvat seperti asam laktat, ethanol dan asam asetat. Secara teori 2 mol asam laktat diperoleh dari 1 mol glukosa (Crueger & Crueger 1984). 64

10 Menurut Mathews et al. (2000) asam laktat adalah asam organik yang diperoleh melalui proses fermentasi piruvat yang dihasilkan dari jalur glikolisis (protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid). Pada keadaan anaerob BAL menggunakan NADH mereduksi piruvat menjadi asam laktat yang dikatalisis oleh enzim laktat dehidrogenase (LDH). Piruvat harus direduksi menjadi laktat ketika jaringan kekurangan oksigen untuk mengoksidasi semua NADH yang terbentuk dalam glikolisis. Selanjutnya laktat mengalami 2 proses metabolisme yaitu: (1) asam laktat diubah kembali menjadi glukosa melalui jalur glukoneogenesis, (2) laktat masuk ke dalam jalur respirasi. Kadar Air Kadar air bahan ditentukan melalui kehilangan berat selama pengeringan di dalam oven dengan waktu 4 jam dan suhu C. Namun untuk campuran bahan biasanya kadar air ditentukan melalui prosedur 4 jam pengeringan dengan suhu C (Close & Menke 1986). Menurut Winarno (1992) penetapan kandungan kadar air tergantung dari sifat bahannya, pada umumnya kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Penentuan kadar air dengan bahan yang berkadar air tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah dari pada air. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan a w, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisma untuk pertumbuhannya (Winarno 1992). Kadar air yang terdapat pada silase mempengaruhi cepat atau lambatnya proses fermentasi. Hijauan yang dibuat silase dengan kadar air 65% menyebabkan fase fermentasi aktif berlangsung selama 1 minggu sampai 1 bulan, sedangkan bila kadar air 40-50% proses fermentasi berjalan sangat lambat. Fermentasi normal 65

11 dengan kandungan air 55-60% (Sapienza & Bolsen 1993). Semakin basah hijauan yang disilase semakin banyak panas yang dibutuhkan dan semakin cepat kehilangan bahan kering. McDonald et al. (1991) menuliskan beberapa kerugian yang dihasilkan dalam pembuatan silase yang berkadar air tinggi yaitu: (1) dapat mengundang fermentasi yang dilakukan oleh Clostridia, (2) Intake bahan kering menjadi rendah, (3) susah pengepakan dan penanganannya. Pada pengawetan pangan dengan cara pengeringan pengendalian kadar air sangat ketat dilakukan untuk mencegah tumbuhnya bakteri berspora (Syarief & Halid 1993). Pada pembuatan silase rumput, pengurangan kadar air dilakukan dengan cara pelayuan (McDonald et al. 1991). Gambaran dari hubungan kadar air dengan mutu penyimpanan bahan pangan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengaruh kadar air tersebut menggambarkan semakin tinggi kadar air maka pertumbuhan bakteri semakin subur, dengan demikian di dalam pengawetan bahan pangan hal ini harus diperhatikan. Penanganan bahan pakan juga harus memperhatikan hal demikian (Syarief & Halid 1993). 20 Air (pelarut) Khamir Kapang Enzim Bakteri 0 Kelembaban relative (%) Gambar 3 Pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan mikroorganisme. 66

12 Kadar air mempengaruhi jumlah bakteri dan laju fermentasi. Pelayuan akan menunda berkembangnya bakteri pada silase rumput, sedangkan penambahan air ke dalam bahan pada permulaannya akan merangsang pertumbuhan bakteri, khususnya Lactobacillus dan organisme gram negatif. Lactobacillus spesies heterofermentatif yang terdapat dalam silase berkadar air tinggi ada sebanyak 75% dan silase berkadar air rendah ada sebanyak 98% (McDonald et al. 1991). Menurut Schroeder (2004) penambahan kadar air pada silase dibutuhkan untuk memudahkan proses pemadatan saat pengepakan silase. Penambahan kadar air juga akan mengurangi kehilangan bahan kering silase. Jika karbohidrat yang terlarut dalam air tinggi pada silase yang berkadar air tinggi, maka BAL akan sangat aktif sehingga meningkatnya kandungan asam laktat menurunkan ph. Artinya proses fermentasi menjadi terhambat saat kadar air menurun, sehingga ph akan meningkat sedangkan asam laktat, asam asetat, dan asam butirat lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan asam amino menjadi menurun karena aktivitas Clostridia dan enterobacteria akan berkurang seiring menurunnya kadar air (McDonald et al. 1991). Laju Alir Pakan pada Saluran Pencernaan Itik Laju alir pakan pada saluran pencernaan erat kaitannya dengan penyerapan pakan. Pencernaan karbohidrat terjadi dimulai dari tembolok yang terjadi sangat cepat, sedangkan aktivitas enzim tertinggi untuk penyerapan karbohidrat terjadi di jejenum, lalu diikuti ileum dan duodenum (Leeson & Summers 2001). Itik memiliki perbedaan pada temboloknya bila dibandingkan dengan ayam. Itik memiliki leher yang lebih panjang, sehingga bila terisi tidak begitu menonjol (Rasyaf 1993). Pencernaan karbohidrat akan terganggu bila terdapat komponen karbohidrat yang sulit dicerna seperti ß-glukan karena akan menyerap kandungan air dari digesta yang menyebabkan berkurangnya pencampuran digesta secara fisik sehingga akan membatasi proses transportasi digesta (Leeson & Summers 2001). Pencernaan protein dimulai dari proventrikulus dan empedal untuk selanjutnya diserap di usus halus. Kadar protein akan mempengaruhi laju alir pakan. 67

13 Pada tikus yang diberi protein yang rendah, memperlihatkan laju alir pakan yang cepat meninggalkan lambung (Leeson & Summers 2001). Semakin lama pakan meninggalkan saluran pencernaan, maka semakin banyak kesempatan penyerapan nutrisi. Lama pakan menempati saluran pencernaan pada tembolok ayam 50 menit, pada empedal 90 menit, pada kolon selama 25 menit (Gauthier 2002). Performa Itik Mojosari Alabio Itik Mojosari dan Itik Alabio merupakan itik lokal Indonesia. Itik Mojosari merupakan itik yang berasal dari Mojosari Jawa Timur dengan ciri-ciri warna bulu coklat muda sampai coklat tua, dengan warna paruh dan kaki hitam. Itik Alabio berasal dari Amuntai Kalimantan Selatan (Syukur 2006). Walaupun itik Alabio telah membuat Hulu Sungai Utara terkenal ke seluruh Nusantara, namun sebenarnya ada yang ganjil dengan penamaan itik alabio. Pasar itik memang berada di Desa Alabio, Kecamatan Sungai Pandan, namun penghasil itik itu justru berasal dari Desa Mamar, Kecamatan Amuntai Selatan (Sodikin 2004). Itik Mojosari disebut juga Itik Mojokerto atau Modopuro. Itik ini merupakan itik asli Kerajaan Majapahit, merupakan itik petelur dengan produksi 265 butir/ekor/tahun. Bentuk tubuh berdiri tegak, warna kemerahan dengan variasi cokelat, hitam dan putih. Jantan memiliki selembar atau dua lembar bulu ekor yang melengkung ke atas dan warna paruh serta kaki lebih hitam. Itik Alabio adalah Itik Borneo (Anas platurynchos Borneo). Nama alabio diberikan pada tahun 1950 oleh drh. Saleh Puspo (Suharno & Amri 2002). Itik Mojosari Alabio (MA) adalah itik hasil persilangan antara Itik Mojosari jantan umur 7-8 bulan dengan Itik Alabio betina umur 6-7 bulan. Itik MA diperoleh dengan tujuan sebagai penghasil telur. Itik MA memiliki keunggulan yaitu: umur pertama bertelur lebih awal, produksi telur lebih tinggi, konsistensi produksi lebih baik, pertumbuhan lebih cepat, anak jantan dapat dijadikan penghasil daging bila dibandingkan dengan anak Itik Mojosari ataupun Itik Alabio. Hal ini dapat dilihat 68

14 pada Tabel 2 (Balitnak 2006). Itik MA mampu menghasilkan produksi telur sebanyak 50% selama 7 bulan, produksi 80% selama 8 bulan, puncak produksi 93.7% sehingga dengan demikian rataan produksi 71.5% setahun. Rata-rata bobot telur itik 69.7 gram dengan rasio konversi pakan Tabel 2 Keunggulan Itik Mojosari Alabio Parameter Genotipa Keunggulan MA A M MA (%) Umur Pertama Bertelur (minggu) Bobot Telur Pertama (g) Bobot Badan Pertama Bertelur (g) Produksi Telur 3 Bulan (%) Produksi Telur 1 Tahun (%) Sumber: Balitnak (2006). Keterangan: A= Itik Alabio, M= Itik Mojosari, MA= Mojosari Alabio. Kebutuhan gizi pakan itik berdasar umur dan tahap pertumbuhannya dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut ini. Tabel 3 Rekomendasi kebutuhan gizi pakan itik berdasar umur Uraian Kebutuhan Gizi Anak (0-8 minggu) Dara (8-20 minggu) Dewasa (>20 minggu) Protein (%) Energi (Kkal/kg) Ca (%) P Tersedia (%) Sumber: Balitnak (2006). Bentuk pakan yang cocok untuk itik, bentuk halus tapi diberikan dalam bentuk basah. Paruh itik yang lebar dan bergerigi sulit untuk mengambil pakan halus kering. Hal ini akan menyebabkan pakan dapat tercecer di tempat minum mencapai 20-30% dari yang dimakan. Bentuk butiran dapat diberikan kepada itik secara kering setelah itik berumur 1 minggu. Bentuk pelet dapat diberikan pada itik dewasa dengan panjang sampai 1 cm dan garis tengah sampai 0.5 cm tanpa kesulitan menelan, pakan diberikan optimal yaitu sekali pemberian dapat dihabiskan dalam waktu 15 menit 69

15 (Hardjosworo & Rukmiasih 1999). Rasyaf (1993) mencatat sekitar 8.7% dari ransum yang diberikan tercecer akibat cara makan itik yang bergantian dari tempat pakan dan tempat minum. Peternak biasanya memberikan ransum sendiri dengan menggunakan bahan pakan lokal (Setioko & Rohaeni 2001). Pakan dalam bentuk silase bahan baku yang diberikan pada itik pernah dilakukan di Vietnam dengan menggunakan itik lokal Vietnam yaitu Itik Bau (Lien et al. 2005). Silase yang diberikan berupa silase limbah udang yang menggantikan pakan komersil sampai 35% menunjukkan pengaruh yang tidak negatif terhadap performan itik, pemberian silase sampai 55% menurunkan pertambahan bobot badan namun memperbaiki konversi pakan, dengan nilai konversi

KAJIAN SILASE RANSUM KOMPLIT BERBAHAN BAKU PAKAN LOKAL PADA ITIK MOJOSARI ALABIO JANTAN ALLAILY

KAJIAN SILASE RANSUM KOMPLIT BERBAHAN BAKU PAKAN LOKAL PADA ITIK MOJOSARI ALABIO JANTAN ALLAILY KAJIAN SILASE RANSUM KOMPLIT BERBAHAN BAKU PAKAN LOKAL PADA ITIK MOJOSARI ALABIO JANTAN ALLAILY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisiknya setelah silase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus memikirkan ketersediaan pakan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam pemeliharaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Silase

TINJAUAN PUSTAKA Silase TINJAUAN PUSTAKA Silase Silase adalah pakan hasil produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dalam kondisi anaerob (Moran, 2005; Johnson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk dalam hal ternak ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun 2020, volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkatlima kali lipat (Fatimah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Calf Starter Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke pedet untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya (Winarti et al., 2011). Kebutuhan pedet dari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed) TINJAUAN PUSTAKA Singkong Singkong atau ubi kayu, tergolong dalam famili Euphorbiaceae, genus Manihot dengan spesies esculenta Crantz dengan berbagai varietas (Henry, 2007). Bagian tanaman yang biasanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Tanaman Singkong Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di Indonesia. Tanaman ini termasuk famili Euphorbiacea yang mudah tumbuh

Lebih terperinci

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil fermentasinya, yaitu: 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk. Contoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Hasil penelitian pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat dosis S. cerevisiae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil penelitian Setiawan (2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguat, dan pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguat, dan pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakan Pakan merupakan bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang mengandung nutrisi dan layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya

TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya Tanaman rami (Boehmeria nivea, L. Gaud) identik dengan serat karena selama ini tanaman tersebut dibudidayakan untuk diambil seratnya. Adapun sistematika botani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan. Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan. Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid,

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Kefir adalah susu yang difermentasi dengan Kefir Grains yang terdiri dari berbagai jenis bakteri asam laktat dan ragi. Kefir, sejenis susu fermentasi yang terbuat dari bakteri hidup.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah mengalami keterbatasan. Lahan yang tidak subur yang semestinya sebagai lahan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia dewasa ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat (Pato, 2003). Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang

I. PENDAHULUAN. karbohidrat (Pato, 2003). Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang I. PENDAHULUAN Bakteri asam laktat ( BAL) didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, kebutuhan produk pangan sumber protein terus meningkat. Produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat

TINJAUAN PUSTAKA. areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ampas Sagu di Riau Sagu ( Metroxylon spp.) merupakan tanaman asli Indonesia dengan luas areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Awal Bahan Proses ensilase atau fermentasi akan menyebabkan perubahan nutrisi. Kondisi bahan setelah ensilase baik secara fisik maupun nutrisi, terlihat pada Tabel 4. Pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ketersediaan bahan pakan yang diberikan. Namun akhir-akhir ini lahan untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas ternak ruminansia (Kurnianingtyas, 2012). Semakin banyaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas ternak ruminansia (Kurnianingtyas, 2012). Semakin banyaknya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Silase Hijauan merupakan kebutuhan pakan utama bagi ternak ruminansia baik dari segi kualitas maupun kuantitas hijauan. Kandungan nutrisi yang cukup didalam hijauan sangat disukai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al.,

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan genus terbesar dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) dengan hampir 80 spesies berbeda. Bakteri ini berbentuk batang panjang serta bersifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

Mivida Febriani Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya

Mivida Febriani Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 995 Penggunaan dalam... (Mivida Febriani) PENGGUNA AN DAL AM PEMBUATAN SIL ASE DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) SEBAGAI SAL AH SATU BAHAN PAKAN ALTERNATIF UNTUK PAKAN IKAN ABSTRAK Mivida Febriani Universitas

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34 HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Tanaman dan Kondisi Lingkungan Tanaman Jagung yang digunakan adalah tanaman jagung varietas Pertiwi-3 diproduksi oleh PT. Agri Makmur Pertiwi. Tanaman Jagung yang digunakan

Lebih terperinci

S U P A R J O

S U P A R J O S U P A R J O jatayu66@yahoo.com PENDAHULUAN Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Silase dibuat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein hati broiler yang diberi probiotik selama pemeliharaan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan menduduki urutan pertama, dimana biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL PEMBAHASAN 5.1. Sukrosa Perubahan kualitas yang langsung berkaitan dengan kerusakan nira tebu adalah penurunan kadar sukrosa. Sukrosa merupakan komponen utama dalam nira tebu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN Pertemuan Minggu ke 6 Kelas B Juni Sumarmono & Kusuma Widayaka ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN 2017 Kualitas Baik Edible (dapat dimakan)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix) betina dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi dan atau pemeliharaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung

Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang berpotensi besar untuk penyediaan hijauan pakan, namun sampai saat ini ketersedian hijauan pakan ternak masih menjadi permasalahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang 3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi

Lebih terperinci

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci