Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor Ekonomi"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang Pengembangan pelabuhan oleh penyelenggara pelabuhan dilakukan setelah diperolehnya izin yang diajukan oleh penyelenggara pelabuhan kepada: Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul; Gubemur untuk pelabuhan pengumpan regional; dan Bupati/Walikota untuk pelabuhan pengumpan lokal serta pelabuhan sungai dan danau. Berdasarkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden tanggal 20 Mei 2011, bahwa pembangunan ekonomi ke depan dilaksanakan berdasarkan potensi dan komoditas unggulan pada 6 (enam) koridor ekonomi Indonesia yaitu Koridor Ekonomi Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua dan Kepualauan Maluku. Keberadaan prasarana dan sarana transportasi yang handal telah menjadi harapan dan kebutuhan mendesak dalam rangka mendukung pengembangan ke-enam koridor ekonomi. Koridor Kalimantan merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk mendukung distribusi dan logistik migas diperlukan untuk pengembangan kegiatan ekonomi utama migas di Kalimantan. Pengembangan pelabuhan pada koridor ekonomi Kalimantan tentunya perlu diselaraskan terlebih dahulu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan, khususnya pada Bab V Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan, bagian ketiga tentang pengembangan pelabuhan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka untuk mempercepat pelaksanaan pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan dibutuhkan upaya dan strategi yang sistematis dan komprehensif. Pembangunan koridor ekonomi Kalimantan harus sinkron dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan yang sudah disusun. Diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala dan sekaligus juga peluang sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi baik jangka pendek, menengah dan panjang guna mendukung percepatan dan perluasan pembangun koridor ekonomi Kalimantan. 1

2 B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Menganalisis kebutuhan pengembangan kapasitas dan fasilitas dalam mendukung Percepatan Pengembangan Ekonomi di koridor Kalimantan. 2. Tujuan Tersusunnya konsep kebijakan dan strategi pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan di koridor ekonomi Kalimantan untuk jangka pendek, menengah dan panjang. C. Ruang Lingkup dan Pekerjaan Berdasarkan uraian di atas dalam kegiatan studi ini, maka dapat dirumuskan beberapa langkah untuk mendukung kegiatan studi, meliputi: 1. Inventarisasi peraturan-peraturan yang terkait dengan pengembangan pelabuhan; 2. Inventarisasi dan identifikasi potensi ekonomi pada koridor ekonomi Kalimantan; 3. Inventarisasi dan identifikasi potensi hinterland pada koridor ekonomi Kalimantan; 4. Inventarisasi dan identifikasi rencana induk pelabuhan nasional (RIPN) pada koridor ekonomi Kalimantan; 5. Inventarisasi dan identifikasi rencana induk pelabuhan (RIP) pada koridor ekonomi Kalimantan; 6. Analisis pengembangan potensi dan bangkitan transportasi pada koridor ekonomi Kalimantan; 7. Analisis aksesibilitas transportasi laut pendukung wilayah koridor ekonomi Kalimantan; 8. Analisis kebutuhan pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan di wilayah koridor ekonomi Kalimantan; 9. Analisis strategi untuk pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan wilayah koridor ekonomi Kalimantan; 10. Analisis tahapan pengembangan pelabuhan di wilayah koridor ekonomi Kalimantan; 11. Rekomendasi. 2

3 D. Lokasi Pekerjaan Kegiatan penelitian dilakukan di Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Palaihari, Pulang Pisau, Tanah Grogot, Pontianak, Kumai dan Bumiharjo (Kalimantan Tengah). Pengembangan pelabuhan di koridor ekonomi Kalimantan. Berikut ini peta lokasi studi: Gambar 1 : Peta Lokasi Studi E. Metodologi Kerangka berfikir studi pengembangan kapasitas dan fasilitas pelabuhan di Kalimantan harus mencakup berbagai aspek yaitu program nasional seperti MP3EI, keputusan menteri perhubungandan lain-lain serta situasi dan kondisi saat ini yang meliputi sosio-ekonomi masyarakat dan operasional pelabuhan di lokasi objek studi, serta jaringan angkutan Nasional saat ini. Berikut ini adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini: 3

4 Kondisi Eksisting Sistem kepelabuhanan, pelabuhan umum dan khusus Kapasitas dan kondisi sarana-prasarana Demand menurut komoditas dan bongkar/muat/transit Jalur pelayaran, jumlah dan jenis kapal yang beroperasi Tingkat pelayanan dan tarif-tarif serta biayabiaya jasa pelayanan maupun pembangunan Hinterland dan akses pelabuhan/infrastruktur moda lain Kapasitas lingkungan Kelembagaan dan sumber daya manusia Prediksi Pertumbuhan Wilayah Prediksi Sistem Arus Logistik Prediksi Demand Demand masa yang akan datang berdasarkan trend historis Demand masa yang akan datang dengan pengaruh perkembangan hinterland Demand masa yang akan datang dengan pengaruh perkembangan sistem transportasi Peraturan Perundangan terkait Pembangunan Pelabuhan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS) Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) Rencana-rencana pembangunan lainnya Prediksi Kinerja Pelabuhan Masa Depan Kesenjangan Kapasitas Sarana-Prasarana Sistem Pelabuhan, Jaringan Transportasi Laut dan Kinerja Pelabuhan yang diharapkan di masa depan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Sarana- PrasaranaKAPAL Strategi Pengembangan Sarana-PrasaranaI Gambar 2 : Kerangka Pikir Studi 4

5 F. Kebutuhan Data Perolehan data sekunder dilakukan untuk mendapatkan data awal yang nantinya akan dipergunakan untuk pekerjaan ini. Kebutuhan data sekunder dan data primer lebih lanjut dijelaskan pada lampiran (perangkat survey). Beberapa data sekunder yang diperlukan dalam studi ini di antaranya adalah: Data arus keluar - masuk kendaraan Data arus keluar masuk kapal Alur bongkar muat kontainer Sistem pergerakan dalam lingkungan pelabuhan Data infrastruktur eksisting pelabuhan Komoditas hinterland Gambaran jelas mengenai kebutuhan data/informasi dalam studi ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Gambar 3 : Informasi yang Diperlukan untuk Pengembangan Pelabuhan 5

6 G. Analisis Demand Pelabuhan Berikut ini akan dijelaskan perencanaan teknis dalam melakukan perencanaan pelabuhan: 1. Penentuan Data Demand Pelabuhan a. Penentuan data demand muat : Tentukan daerah hinterland pelabuhan Tentukan potensi komoditas daerah hinterland Cari data dari potensi daerah hinterland. Untuk selanjutnya, komoditas yang berpotensi tersebut akan menjadi demand pelabuhan. Cari data jumlah penduduk b. Penentuan data demand bongkar : Tentukan daerah pelabuhan eksisting di sekitar wilayah pelabuhan rencana. Cari data bongkar di wilayah pelabuhan eksisting tersebut 2. Penentuan Proyeksi Demand Pelabuhan Pada Tahun Rencana a. Penentuan proyeksi demand muat : Tentukan penggunaan lahan untuk masing-masing demand dengan sebelumnya melakukan alokasi luas lahan untuk masing-masing demand. Tentukan besar lahan yang digunakan untuk masing-masing demand pada tahun rencana yang disesuaikan dengan lahan. Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu angka pertumbuhan lahan masing-masing demand dengan referensi data yang ada. Tentukan produktivitas demand pada tahun rencana, sehingga akan didapatkan produksi masing-masing demand pada tahun rencana. Penentuan angka pertumbuhan produktivitas dengan menggunakan data produktivitas yang ada. Produksi demand didapatkan dengan mengalikan luas lahan dengan produktivitas masing-masing demand. Tentukan jumlah penduduk wilayah di tahun rencana dengan terlebih dahulu mengetahui angka pertumbuhan penduduk pertahun dari data jumlah penduduk yang ada. Tentukan tingkat konsumsi lokal penduduk wilayah untuk masing-masing demand. Tentukan Surplus demand tersebut dengan mengurangi produksi demand dengan tingkat konsumsi lokal penduduk pada masing-masing periode waktu. 6

7 Lakukan pembagian porsi distribusi surplus demand tersebut untuk darat, laut domestik, dan laut internasional. Demand pelabuhan adalah porsi surplus demand yang didistribusikan ke moda split laut. b. Penentuan proyeksi demand muat: Tentukan nilai rate yang didapat dengan membagi jumlah bongkar pelabuhan eksisting di sekitar pelabuhan rencana dengan jumlah penduduk wilayah pelabuhan eksisting. Tentukan bongkar pelabuhan rencana dengan mengalikan rate dengan jumlah penduduk wilayah hinterland pelabuhan rencana. Cari pertumbuhan bongkar dengan menggunakan referensi pertumbuhan PDRB daerah hinterland. Dengan mendapatkan pertumbuhan bongkar, maka dapat ditentukan jumlah bongkar pelabuhan pada tahun rencana. H. Proyeksi Perkembangan Komoditas terkait MP3EI di Koridor Ekonomi Kalimantan Komoditas strategis MP3EI di Koridor Ekonomi Kalimantan meliputi migas, bauksit, kelapa sawit, besi baja dan perkayuan. Proyeksi perkembangan komoditas tersebut di masa yang akan datang (2015, 2020, 2025) dilakukan dengan mempertimbangkan tren perkembangan komoditas, potensi komoditas, kuantitas komoditas eksisting, target pencapaian MP3EI dan dengan asumsi skenario optimis investasiinvestasi MP3EI berjalan sesuai dengan yang direncanakan tanpa ada gangguan yang mengancam ketidakberhasilan investasi-investasi tersebut baik dari kondisi internal maupun global. 1 Migas Proyeksi perkembangan komoditas migas di Kalimantan dilakukan menurut skenario bahwa target MP3EI optimis tercapai. Berdasarkan MP3EI, selain metode eksplorasi migas secara konvensional, peluang yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah peningkatan kapasitas gas Metana Batu Bara (MBB) sebagai salah satu pendongkrak tingkat produksi gas nasional yang belum optimal. 7

8 Tabel 1 : Proyeksi Produksi Migas di Lokus Balikpapan, Blok Delta Mahakam, Rapak dan Ganal, Kalimantan Timur terkait Visi MP3EI No. Tahun Produksi dalam barel per hari (bph) Sumber: Hasil Analisis, 2012 Gambar 4 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Migas dan LNG di Kalimantan terkait Visi MP3EI 2 Batubara Data eksisting (2010) dan proyeksi produksi batubara di setiap provinsi Kalimantan sesuai dengan target MP3EI yang jika infrastruktur baik maka produksi bisa mencapai 6,7 kali dari produksi eksisting adalah sebagai berikut. 8

9 Tabel 2 : Proyeksi Produksi Batubara Berdasarkan Terkait Visi MP3EI No. Tahun Produksi dalam juta ton Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar ,75 35,67 4,64 1, ,68 2, ,25 82,41 10,72 3,35 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Gambar 5 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Batubara di Kalimantan terkait Visi MP3EI Komoditas batubara tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Batubara mutu tinggi, Liquefaction, Gasification, Kokas dan Karbon Aktif 9

10 3 CPO Berdasarkan data BPS, tahun 2009 Luas perkebunan sawit Ha di Kalimantan Timur sebesar Ha, Kalimantan Tengah Ha, Kalimantan Selatan Ha, dan Kalimantan Barat Ha. Berdasarkan kebijakan MP3EI yang menghendaki intensifikasi dan lebih mengendaki peningkatan produktifitas CPO setiap satuan lahan maka luas lahan sampai tahun 2025 diasumsikan tetap. Berdasarkan target MP3EI yang menargetkan produktifitas produksi pengolahan kelapa sawit menjadi CPO untuk setiap satuan lahan adalah sebesar 7 ton/ha (potensi produktifitas di Indonesia menurut MP3EI). Tabel 3 : Proyeksi Produktifitas Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO untuk setiap Satuan Lahan berdasarkan Visi MP3EI No. Tahun Produktifitas (ton/ha) , , Sumber: Hasil Analisis, 2012 Tabel 4 : Proyeksi Produksi CPO berdasarkan Visi MP3EI No. Tahun Produksi dalam ton Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar Sumber: Hasil Analisis,

11 Gambar 6 : Proyeksi Produksi dan Lokasi CPO di Kalimantan terkait Visi MP3EI Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Minyak goreng dalam kemasan, margarin, sabun, glyserin, bungkil, minyak inti sawit (Palm Kernel Oil), Tepung tempurung, Briket arang, karbon aktif, bahan selulosa, fatty acid dan tentu saja dalam bentuk CPO 4 Bauksit Berdasarkan MP3EI, Bauksit diarahkan untuk diolah terlebih dahulu sebelum diekspor. Bauksit diolah menjadi alumina. Pengolahan bauksit menjadi alumina yang saat ini sudah dikembangkan dan terus dikembangkan adalah di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. 11

12 Tabel 5 : Proyeksi Produksi Alumina terkait MP3EI No. Tahun Produksi dalam juta ton Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar ,6-3,68 3, ,7-4,30 4, ,8-4,91 4,91 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Gambar 7 : Proyeksi Produksi dan Lokasi Alumina di Kalimantan terkait Visi MP3EI Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti:alumina dan alumunium 5 Perkayuan Analisis proyeksi perkembangan kawasan hutan produksi di Kalimantan terkait MP3EI dilakukan berdasarkan luasan lahan saat ini kemudian dirpoyeksikan sesuai target fast track jangka pendek (lima tahun) MP3EI 12

13 Tabel 6 : Proyeksi Kawasan Hutan Produksi di Kalimantan terkait MP3EI No. Tahun Kawasan Hutan Produksi (Ribu Ha) Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar , , ,69 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Gambar 8 : Proyeksi Perkembangan Kawasan Hutan Produksi di Kalimantan terkait Visi MP3EI Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: kayu bulat, kayu gergajian, kayu awetan, rotan awetan, rotan olahan, kayu lapis, kayu lapis laminasi, panel kayu dan veneer. 13

14 6 Besi Baja Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah (Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu, dan Tanah Laut). Pengembangan proyek di lokasi tersebut antara lain pengolahan dan pemurnian bijih besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besi dari tambang menjadi bahan baku (pellet dan sponge iron) untuk industri baja di Indonesia. Gambar 9 : Persentase Cadangan Bijih Besi di Kalimantan terhadap Cadangan Bijih Besi di Indonesia Komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Sponge Iron, Pig Iron, Fe Aloy, maupun Stainless Stell. 14

15 I. Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan di Kalimantan 1 Provinsi Kalimantan Timur Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan targettarget yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Timur dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di Koridor III Kalimantan: Tabel 7 : Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kaltim) No 1 2 Rencana Program Pengembangan Kapasitas Pelabuhan Maloy Pengembangan Terminal Pel. Kariangau Jenis Program/Kegiatan Pelabuhan Maloy diarahkan untuk melayani kemasan kontainer dan multipurpose, CPO, Batubara dan Pelabuhan ikan. Jenis Pelayanannya adalah Pelabuhan Internasional Pelabuhan Kariangau diarahkan untuk melayani angkutan barang dan peti kemas serta berada dalam satu sistem pengembangan dengan Pel. Balikpapan. Sarana dan Prasarana Pendukung Pengembangan Jaringan jalan dan kereta api Pengembangan Jembatan P. Balang dan Akses dari jalan Tol 3 Pengembangan Pel PPU Pelabuhan Penajam Paser (PPU) sebagai pelabuhan pengumpul untuk mendukung daerah hinterlandnya yaitu pengembangan migas dan kelapa sawit pengembangan fasilitas untuk CPO dan Migas 4 Pembangunan Pelabuhan Tanjung Isuy Pelabuhan Tanjung Isuy sebagai pelabuhan pengumpul dan bagian dari Pelabuhan Samarinda dan Palaran. Bertujuan untuk mendukung potensi industri dan jasa di daerahnya 15

16 No Rencana Program Jenis Program/Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendukung 5 Pembangunan Pelabuhan Tanah Grogot Pelabuhan Tanah Grogot sebagai pelabuhan Pengumpul untuk mendukung daerah hinterlandnya yaitu pengembangan migas dan kelapa sawit pengembangan fasilitas untuk CPO dan Migas 6 Pengembangan Pelabuhan Nunukan Pelabuhan Nunukan akan dikembangkan untuk menunjang pergerakan di daerah perbatasan (kaltim dengan Malaysia) 7 Pengembangan Pelabuhan Palaran Pelabuhan Palaran sebagai pelabuhan pengumpul dan bagian dari Pelabuhan Samarinda dan Pelabuhan Isuy. Diarahkan untuk melayani angkutan barang dalam bentuk peti kemas dan penumpang. aksesibilitas ke pelabuhan terkait pergerakan barang dalam bentuk peti kemas 2 Provinsi Kalimantan Selatan Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan targettarget yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi: Tabel 8: Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kalsel) Rencana Program Pelabuhan Utama Pelabuhan Pengumpul Jenis Program/Kegiatan Tahap Pengembangan Pelabuhan Trisakti di Kota Banjarmasin Pelabuhan Mekar Putih di Kabupaten Kotabaru Pelabuhan Simpang Empat Batulicin di Kabupaten di Tanah Bumbu Pelabuhan Stagen di Kabupaten Kotabaru Pelabuhan Sebuku di Kabupaten Kotabaru

17 Rencana Program Pelabuhan Pengumpan Rencana Pembangunan Jenis Program/Kegiatan Palabuhan Kintap di Kabupaten Tanah Laut Pelabuhan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut Pelabuhan Sungai Danau di Kabupaten Tanah Bumbu Pelabuhan Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu Pelabuhan Sungai Loban di Kabupaten Tanah Bumbu Pelabuhan Gunung Batu Besar di Kabupaten Kotabaru Rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Dewa di Kabupaten Tanah Laut sebagai pelabuhan umum alternatif dari pelabuhan utama Banjarmasin Rencana pengembangan fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Utama Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru Rencana peningkatan dan pengembangan terminal penumpang Pelabuhan Utama Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru Rencana peningkatan dan pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan Utama Trisakti Banjarmasin, Pelabuhan Pengumpul Batulicin, dan Pelabuhan Stagen Kotabaru Pembangunan Pelabuhan Laut di Tanah Laut (Swarangan) Tahap Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat Dalam upaya dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi terkait MP3EI, maka perlu dilakukan kajian ulang terhadap Tatanan Transportasi Wilayah yang ada. Kajian ini berguna untuk menyesuaikan Tatrawil yang telah ada dengan targettarget yang hendak dicapai pada MP3EI. Berikut ini adalah beberapa penyesuaian terkait transportasi laut khususnya pelabuhan yang tercantum di dalam dokumen Studi Ulang Tatrawil Provinsi Kalimantan Barat dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi: 17

18 Tabel 9 : Rencana Pengembangan Pelabuhan (Studi Ulang Tatrawil Kalbar) No. Rencana Program Tahap Pengembangan 1 Pembangunan Pelabuhan Samudera di pulau Temajo atau pada lokasi alternatif lain sebagai pelabuhan utama primer (Pelabuhan Hub Internasional) Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan penumpang di Pontianak Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Pontianak sebagai Pelabuhan Utama Sekunder optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Ketapang, Kendawangan, Sintete, Paloh,Sekura, Telok Air dan Sambas sebagai pebuhan utama tersier 5 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Telok Batang, Singkawang dan Merbau sebagai pelabuhan pengumpan regional 6 Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Kakap, Kuala Menpawah sebagai pelabuhan pengumpan lokal 7 Normalisasi alur pelayaran laut menuju/dari pelabuhan laut 8 Peningkatan kinerja pelabuhan dengan peningkatan kapasitas pelabuhan dan fasilitas pendukung 9 perlu pengadaan dan pengembangan fasilitas angkutan peti kemas di pelabuhan antarnegara yaitu Kuching dan Brunei 10 Pengembangan Pelabuhan laut yang sudah berkembang menjadi pelabuhan Nasional Pengembangan pelabuhan regional/lokal sebagai pelabuhan pendukung 12 Pemberian prioritas-prioritas kapal laut perintis Pengembangan pelabuhan terbuka untuk luar negeri yaitu Kendawangan, Sintang dan Temajo Provinsi Kalimantan Tengah Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Tengah difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Sampit sebagai pelabuhan utama, Pengembangan Pelabuhan Kumai, Pelabuhan Pulang Pisau, Pelabuhan Kuala Kapuas, Pelabuhan Pangkalan Bun dan Pelabuhan Sukamara sebagai pelabuhan kolektor serta Pelabuhan 18

19 Kuala Pembuang, Pegatan Mendawai, Pelabuhan Samuda, Pelabuhan Behaur, Pelabuhan Kereng Bengkirai, Pelabuhan Natal Kuini, Pelabuhan Teluk Sebangau, Pelabuhan Kahayan, Pelabuhan Kelanis dan Pelabuhan Rangga Ilung sebagai pelabuhan pengumpan. J. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini adalah sebagai berikut: 1 MP3EI mendorong adanya upaya Percepatan, Perluasan dan Pembangunan Ekonomi di Koridor Kalimantan yang merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. 2 Komoditas-komoditas utama terkait MP3EI di Kalimantan di antaranya adalah CPO, Batubara, Migas, Besi, Bauksit dan Perkayuan 3 Potensi komoditas batubara terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut: Produksi dalam juta ton No. Tahun Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar ,75 35,67 4,64 1, ,68 2, ,25 82,41 10,72 3,35 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas batubara tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Batubara mutu tinggi, Liquefaction, Gasification, Kokas dan Karbon Aktif 4 Potensi komoditas Kelapa sawit (CPO) terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut: Produksi dalam ton No. Tahun Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar Sumber: Hasil Analisis,

20 Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: Minyak goreng dalam kemasan, margarin, sabun, glyserin, bungkil, minyak inti sawit (Palm Kernel Oil), Tepung tempurung, Briket arang, karbon aktif, bahan selulosa, fatty acid dan tentu saja dalam bentuk CPO 5 Potensi komoditas Bauksit terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut: Produksi dalam juta ton No. Tahun Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar ,6-3,68 3, ,7-4,30 4, ,8-4,91 4,91 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: alumina dan alumunium 6 Potensi komoditas Perkayuan terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut: Kawasan Hutan Produksi (Ribu Ha) No. Tahun Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar , , ,69 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Sesuai dengan visi MP3EI bahwa komoditas yang diekspor bukan merupakan bahan mentah, maka komoditas tersebut diolah dulu sehingga menjadi komoditas yang bernilai lebih tinggi, seperti: kayu bulat, kayu gergajian, kayu awetan, rotan awetan, rotan olahan, kayu lapis, kayu lapis laminasi, panel kayu dan veneer. 7 Potensi komoditas Biji besi terkait visi MP3EI adalah sebagai berikut (Provinsi Kalimantan Tengah) : 20

21 No. Komoditas Bijih besi/baja 4,57 5,29 5,80 2 Sponge iron 0,91 1,06 1,16 3 Pig iron 0,05 1,22 1,33 4 Fe Alloy 0,82 0,95 1,04 5 Stainlees steel (rod, sheet, flat bar, tube, round bar, square bar) 0,37 1,59 1,74 Sumber: Hasil Analisis, Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Timur difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Maloy, Terminal Peti Kemas Kariangau, Pelabuhan Penajam Paser, Pelabuhan Tanjung Isuy, Pelabuhan Tanah Grogot, Pelabuhan Nunukan dan Pelabuhan Palaran. 9 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Selatan difokuskan pada Pengembangan Trisakti dan Pelabuhan Mekar Putih sebagai Pelabuhan Utama. Pelabuhan Simpang Empat Batulicin, Pelabuhan Stagen, Pelabuhan Sebuku, Pelabuhan Kintap, dan Pelabuhan Pelaihari sebagai Pelabuhan Pengumpul. Sedangkan Pelabuhan Sungai Danau, Pelabuhan Pagatan, Pelabuhan Sungai Loban dan Pelabuhan Gunung Batu Besar sebagai Pelabuhan Pengumpan. 10 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Barat difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Samudera di Pulau Temajo, Optimalisasi Terminal barang dan Penumpang di Pelabuhan Pontianak, Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Pontianak sebagai Pelabuhan Utama Sekunder, optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Ketapang, Kendawangan, Sintete, Paloh,Sekura, Telok Air dan Sambas sebagai pebuhan utama tersier, Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Telok Batang, Singkawang dan Merbau sebagai pelabuhan pengumpan regional serta Optimalisasi pemanfaatan pelabuhan barang di Kakap, Kuala Menpawah sebagai pelabuhan pengumpan lokal 11 Pengembangan pelabuhan terkait MP3EI di Provinsi Kalimantan Tengah difokuskan pada Pengembangan Pelabuhan Sampit sebagai pelabuhan utama, Pengembangan Pelabuhan Kumai, Pelabuhan 21

22 Pulang Pisau, Pelabuhan Kuala Kapuas, Pelabuhan Pangkalan Bun dan Pelabuhan Sukamara sebagai pelabuhan kolektor serta Pelabuhan Kuala Pembuang, Pegatan Mendawai, Pelabuhan Samuda, Pelabuhan Behaur, Pelabuhan Kereng Bengkirai, Pelabuhan Natal Kuini, Pelabuhan Teluk Sebangau, Pelabuhan Kahayan, Pelabuhan Kelanis dan Pelabuhan Rangga Ilung sebagai pelabuhan pengumpan. 22

23 DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan 3. Peraturan Pemerintah No 5 tahun 2010 tentang Kenavigasian 4. Peraturan pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim 6. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) tahun Keputusan Menteri Perhubungan No. 22 Tahun 1998 tentang Batas- Batas daerah Lingkungan kerja dan daerah Kepentingan Pelabuhan Balikpapan 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pelabuhan Sangkulirang/Maloy 10. Keputusan Menteri Perhubungan No 7 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kemenhub Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor : UM.002/38/18/DJPL- 11Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan 12. Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) 2011 oleh Kemenhub 13. Rencana Induk Pelabuhan Nasional tahun Rencana Strategis tahun oleh Dirjen Bina Marga 15. Cetak Biru Sistem Logistik Nasional tahun Kalimantan dalam Angka oleh BPS 23

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan mempertimbangkan pelabuhan-pelabuhan terluar pada setiap pintu akses keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010 Sosialisasi Rencana Induk Pelabuhan Nasional I Hotel, Batam 26 Januari 2012 ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM PP NO 10/2010 JO PP NO

Lebih terperinci

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi

Lebih terperinci

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI RPJMN 2015-2019 dan Prioritas pembangunan (NAWA CITA) Tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI Pengembangan wilayah didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Peta - 1 LOKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi Pada tahun anggaran 2013, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 344 studi yang terdiri dari 96 studi besar, 20 studi sedang dan 228 studi kecil. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG API-API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor pertanian terhadap Produk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Balai Karimun. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang cukup berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sejak krisis ekonomi dan moneter melanda semua sektor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 92 - D. Koridor Ekonomi Kalimantan 1. Overview Koridor Ekonomi Kalimantan Sesuai dengan kondisi sumber daya dan geografis Pulau Kalimantan, tema pengembangan Koridor Ekonomi Kalimantan dalam MP3EI adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA FGD PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN PATIMBAN DALAM KONSEP HUB AND SPOKE Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI Jakarta, 24 NOPEMBER 2016 INDONESIAN LOGISTICS AND FORWARDERS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS KALIMANTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS KALIMANTAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS MALOY BATUTA TRANS KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun

Lebih terperinci

FPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA FPERATURAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R. LANGKAH DAN STRATEGI Percepatan Ketersediaan Lahan dan Infrastruktur Pendukung dalam Kerangka SISLOGNAS Pembangunan Pelabuhan Internasional di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara Paparan Bupati Batu Bara

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitan Berdasarkan lingkup kegiatan dan permasalahan-permasalahan dalam penjelasan Kerangka Acuan Kerja (KAK), penelitian ini tidak termasuk kategori

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL)

PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL) PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL) 2 nd Lecture of Fat and Oil Technology By Dr. Krishna P. Candra PS Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

Transportasi Sungai. Institut Pertanian Bogor. Potensi Sungai vs Krisis Energi

Transportasi Sungai. Institut Pertanian Bogor. Potensi Sungai vs Krisis Energi Transportasi Sungai Transportasi Sungai Potensi yang Terabaikan Oleh: Dr.Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Potensi Sungai

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL(TATRALOK) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA PRODUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL LAMPIRAN 3 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot setiap aspek Kriteria

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/05/62/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama et, Nilai Ekspor US$ 74,95 Juta dan Impor US$ 0,89 Juta Selama et, total ekspor senilai US$ 74,95 juta, turun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PRE S IDEN REP UBL IK IN DONE SIA LAMPIRAN XI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26 TAHUN 2008 TANGGAL : 10 MARET 2008 INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG NASIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN TRASE JALUR KERETA API (Studi Kasus : Tanah Grogot Batulicin Pelaihari)

ANALISIS PEMILIHAN TRASE JALUR KERETA API (Studi Kasus : Tanah Grogot Batulicin Pelaihari) ANALISIS PEMILIHAN TRASE JALUR KERETA API (Studi Kasus : Tanah Grogot Batulicin Pelaihari) Resti Octavia Palayukan 1, Sakti Adji Adisasmita 2 1. Mahasiswa Program Magister, Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser Peluang Industri Komoditi Kelapaa Sawit di kota Balikpapan (Sumber : Dataa Badan Pusat Statistik Pusat dan BPS Kota Balikpapan dalam Angka 2011, balikpapan.go.id, www..grandsudirman.com dan berbagai sumber,

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, surat Gubernur OKI Jakarta Nomor 3555/1.711.531 tanggal 29 Oesember 2006

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN PENGUMPAN REGIONAL LAMPIRAN 6 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot Aspek-Aspek Kriteria Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian

Lebih terperinci

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/15 Juni 2017 Waktu : 13.30 15.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kalimantan Timur Peserta :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/03/62/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama uari 2017, Nilai Ekspor US$ 206,16 Juta dan Impor US$ 12,43 Juta Selama uari 2017, total ekspor senilai

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN HILIRISASI INDUSTRI DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET PERTUMBUHAN INDUSTRI NASIONAL Jakarta, 12 Februari 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/01/62/Th. IV, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan November sebesar US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama, Nilai Ekspor US$ 58,98 Juta dan Impor US$ 2,88 Juta No. 02/09/62/Th. X, 1 September Selama, total ekspor senilai US$ 58,98 juta, turun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi sedang, dan studi kecil yang dibiayai dengan anggaran pembangunan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

Dinamika dan Tantangan Pelayaran Nasional

Dinamika dan Tantangan Pelayaran Nasional Dinamika dan Tantangan Pelayaran Nasional ICE BSD 2-4 MARCH 2017 DPP INSA 2015-2019 Jakarta, 04 April 2017 Latar Belakang Pelayaran Nasional Dasar Hukum Undang Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

D. Koridor Ekonomi Kalimantan 1. Overview Koridor Ekonomi Kalimantan Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional

D. Koridor Ekonomi Kalimantan 1. Overview Koridor Ekonomi Kalimantan Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional - 138 - D. Koridor Ekonomi Kalimantan 1. Overview Koridor Ekonomi Kalimantan Kekayaan sumber daya alam dan keunggulan geografis Koridor Ekonomi Kalimantan menjadi dasar penguatan tema pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci