ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Citeureup, Kabupaten Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Citeureup, Kabupaten Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Citeureup, Kabupaten Bogor) DINI ADI CHAHYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2012 Dini Adi Chahyanti H ii

3 RINGKASAN DINI ADI CHAHYANTI. Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen : Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang, salah satunya bidang industri. Dewasa ini perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) khususnya, Indonesia sebagai negara non-annex I memiliki keuntungan masuknya investasi asing, terutama dari negara Annex I dalam mendukung proyek perindustrian yang ramah lingkungan. Industri semen adalah salah satu kontributor penghasil 5% CO 2 secara global. Sebagai salah satu industri semen di Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat menghasilkan produksi 18,6 juta ton semen per tahun. Jumlah emisi CO 2 yang diperkirakan bertambah akibat kebutuhan akan semen yang cenderung meningkat akan mempengaruhi dan merusak lingkungan. Sejak tahun 2002, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mulai memenuhi syarat untuk ikut dalam carbon fund dalam rangka mempertahankan ISO mengenai sistem manajemen lingkungan. Dua proyek carbon fund perusahaan ini adalah alternative fuel project dan blended cement project. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan program carbon fund dapat berkelanjutan dan memberikan informasi kepada perusahaan lain untuk dapat ikut serta dalam mewujudkan sustainable development. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi bagaimana proses persetujuan dan teknis alternative fuel project yang dilakukan perusahaan, (2) Melihat dampak penerapan alternative fuel project yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung ke lapangan dengan didampingi karyawan perusahaan ke beberapa tempat, yaitu Alternative Fuel and Raw Division (AFR Division), Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi P8. Sedangkan data sekunder didapat dari inventarisasi dan penelusuran data perusahaan, studi literatur, dan referensireferensi lainnya berupa buku, makalah, penelitian terdahulu, serta internet.. Data penelitian diolah dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project dapat dilaksanakan. Project pengurangan emisi yang telah disetujui World Bank untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa salah satunya yaitu alternative fuel project. Ada empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif, salah satunya plant 8. Di plant 8, bahan bakar alternatif yang digunakan yaitu mixing antara oil sludge, serbuk gergaji, dan sekam padi dengan proporsi mixing 45%:45%:10%. Hasil mixing tersebut diumpankan ke unit kiln. iii

4 Perhitungan emisi CO 2 yang dihasilkan menggunakan formula formula yang berasal dari The Cement CO 2 Protocol: CO 2 Emission Monitoring and Reporting Protocol for Cement Industry, Version 3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, selama tahun 2011 dihasilkan emisi CO 2 dari bahan bakar fosil sebanyak ,39 ton. Pemakaian bahan bakar alternatif sebanyak 5% dari total konsumsi keseluruhan bahan bakar di unit kiln plant 8 berdampak pada penurunan rasio emisi CO2 per ton clinker yang dihasilkan. Rasio emisi CO2 terhadap produksi clinker yang dihasilkan berkurang sebesar 400 gram, yaitu dari 0,01369 CO2/ton menjadi 0,01329 CO2/ton. Penurunan jumlah emisi CO2 setelah penggunaan bahan bakar alternatif memberikan peluang perusahaan untuk mendapatkan CER. Pada umumnya harga satu CER itu adalah 5 USD. Berdasarkan skenario perhitungan CER yang dilakukan, CER yang didapat selama periode tahun 2011 adalah sebanyak 542 CER atau setara dengan pembayaran CER sebesar Rp Pemanfaatan bahan bakar alternatif ini selain bertujuan mengurangi emisi yang dihasilkan, bertujuan juga untuk mengurangi biaya pengeluaran produksi. Di plant 8, konsumsi batubara dan IDO dapat dikurangi dengan pemakaian mixing limbah B3, sekam padi dan serbuk gergaji. Tujuan lain penggunaan bahan bakar alternatif pada proses produksi adalah sebagai langkah untuk mengantisipasi melonjaknya harga bahan bakar fosil akibat semakin sedikitnya cadangan bahan bakar fosil. Berdasarkan total produksi clinker sebesar ,63 ton selama periode Maret-Agustus 2007 dibutuhkan biaya bahan bakar sebesar Rp ,88/ton produksinya. Tetapi, setelah adanya project atau selama tahun 2011, terjadi penurunan biaya produksi yaitu menjadi Rp ,16/ton. Penghematan biaya produksi atas penggunaan bahan bakar alternatif memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan. Selama tahun 2011, perusahaan mendapat penghematan biaya produksi sebesar Rp Estimasi pendapatan dari cost project diperoleh dengan analisis biaya dan manfaat yaitu perhitungan net present value (NPV). Biaya keseluruhan alternative fuel project di plant 8 membutuhkan biaya pembangunan instalasi Rp dan biaya registrasi Rp dengan jangka waktu proyek tersebut yaitu tujuh tahun setiap periodenya. Maka dari itu dapat dilihat pendapatan dari cost alternative fuel project di plant 8 selama tujuh tahun jangka waktu proyek dengan tingkat diskonto 12%. Asumsi total penerimaan perusahaan dari plant 8 setiap tahun dianggap sama. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0), yaitu sebesar Rp Artinya, jumlah nilai sekarang yang diterima atas cost project selama umur proyek tujuh tahun kedepan dengan tingkat diskonto 12% sebesar Rp , sehingga usaha tersebut layak dijalankan. Kata kunci: carbon fund, industri semen, emisi CO 2 iv

5 ANALISIS PENERAPAN ALTERNATIVE FUEL PROJECT DI INDUSTRI SEMEN (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor) DINI ADI CHAHYANTI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 v

6 Judul Skripsi : Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor) Nama : Dini Adi Chahyanti NRP : H Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP : Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : Tanggal Lulus: vi

7 UCAPAN TERIMAKASIH Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan cinta kasih-nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu serta bekerjasama dalam proses penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ibunda tercinta (Jeany Herlina), ayahanda tercinta (Jumadi), adik tercinta (Haqsa dan Fajar) serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan cintanya. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dengan penuh kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran. 4. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik. 5. Dosen-dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. 6. Bapak Doni selaku pembimbing penelitian, Bapak Dedi, Bapak Kukun, Bapak Ridwan serta Bapak Wahidin yang membantu penulis selama penelitian di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. vii

8 7. Teman-teman satu tempat penelitian: Kiki, Didit, Dessy, Anggi, dan Ika atas semangat, masukan, dan kebersamaan selama penelitian. 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Aziz, Nina, Fatim, Anggi, Icha atas doa, semangat, masukan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung saat suka dan duka: Dea Tri Jannatun, Rahayu Aryandini, Indah Silvina, dan Ponda Haiirul Aisa. 10. Irwanto Fransciscus atas dukungan, bantuan, dan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman satu tim Kuliah Kerja Profesi, terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan kebersamaannya, sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis. 12. Keluarga besar ESL 45, terima kasih untuk doa, bantuan, semangat, dan kebersamaan selama ini serta pengalaman yang diberikan pada penulis. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Desember 2012 Dini Adi Chahyanti viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penerapan Alternative Fuel Project di Industri Semen (Studi Kasus Plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup, Kabupaten Bogor) ini dengan baik. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan alternative fuel project baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak perusahaan dan masyarakat serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. ix

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GAMBAR.... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISTILAH... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Carbon Fund Analisis Perhitungan Emisi CO Analisis Kelayakan Finansial Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Matematis Analisis Kelayakan Finansial V. GAMBARAN UMUM PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Gambaran Umum Usaha Sejarah Berdirinya Usaha Pengadaan Input Proses Produksi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Alternative Fuel Project PT ITP Proses Persetujuan Alternative Fuel Project Gambaran Umum Pemanfaatan BBA di Plant Dampak Aplikasi Alternative Fuel Project x

11 6.2.1 Efisiensi Emisi CO 2 dan Implikasinya Efisiensi Biaya Total Manfaat Aplikasi Alternative Fuel Project Estimasi Pendapatan dari Cost Project VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Total Emisi Global pada Tahun Status CDM Terkini di Indonesia per 1 Maret Jenis Data dan Sumber Informasi Penelitian Lapang Data Pemegang Saham PT Indocement Tunggal 29 Prakarsa Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah Alternative Fuel 43 Project.. 6. Perbandingan Rasio Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah 43 Alternative Fuel Project 7. Harga Pembelian Bahan Bakar Biaya Pembelian Bahan Bakar Rasio Biaya Bahan Bakar/Produksi xii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Lokasi Penelitian di Citeureup Plant Alur Persetujuan CDM Project PT ITP Struktur Organisasi CDM Jumlah Industri Furnitur di Indonesia Tahun Produksi Padi di Indonesia Tahun xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Dokumentasi Konsumsi Bahan Bakar Plant Perhitungan NPV dari cost project. 58 xiv

15 DAFTAR ISTILAH AFP BAU BBA BCP CDM CDM-EB CER CH 4 CO CO 2 COP DNA DOE ERPA ET EU ETS GDP GHG ISO ITP Limbah B3 Alternative Fuel Project Bussines as Usual Bahan Bakar Alternatif Blended Cement Project Clean Development Mechanism CDM Executive Board Certified Emissions Reduction Metana Karbonmonoksida Karbondioksida Conference of the Parties Designated National Authority Designated Operational Entity Emission Reduction Purchase Agreement Emission Trading Emissions Trading Scheme Gross Domestic Product Greenhouse Gas International Organization for Standardization PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun KomNas MPB Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih MPB NPV Mekanisme Pembangunan Bersih Net Present Value xv

16 PCF UNEP UNFCCC UUD Prototype Carbon Fund United Nations Environmental Programme United Nations Framework Convention on Climate Change Undang-undang Dasar xvi

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan diperlukan bagi makhluk hidup yaitu terdiri dari uap air (H 2 O), N 2 O, O 2, Ar dan CO 2. Manusia dan hewan membutuhkan udara untuk proses respirasi, sedangkan tumbuhan memerlukan udara, khususnya CO 2 untuk melakukan fotosintesis. Karbon dioksida dihasilkan melalui dua cara, baik secara alami maupun melalui aktivitas manusia. Karbon dioksida secara alami terbentuk dari proses respirasi, selain itu dapat juga dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan. Oleh karena aktivitas manusia, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35% sejak dimulainya revolusi industri. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu global sebesar 0,25 C per dekade sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kontributor utama penyumbang emisi karbon dihasilkan dari penggunaaan bahan bakar fosil, yaitu sebanyak 56,6%. Sedangkan kontributor emisi lainnya adalah deforestasi (17,3%), kegiatan agrikultur dan peternakan (14,3%), serta pemakaian barang yang menghasilkan gas fluorine sebesar 1,1 % dari total keseluruhan (Tabel 1). 1

18 Tabel 1. Total Emisi Global pada Tahun 2004 Emissions Total Emissions (%) F-gases 1,1 CO2 Fossil fuel use 56,6 CO2 (Other) 2,8 CO2 (deforestation, decay of biomass, etc) 17,3 CH4 14,3 Sumber : IPCC, (2007) Data yang diperoleh dari Departemen Energi, Lawrence Barkeley, industri semen menyumbang karbon dioksida sekitar 5% dari total emisi global. Karbon dioksida dihasilkan dari proses kalsinasi batu kapur saat pemakaian bahan bakar di kiln 1 dan dari pembangkit listrik. Total emisi karbon dari produksi semen total global pada tahun 1994 adalah 307 juta ton, 160 juta ton dari proses produksi semen dan 147 juta ton karbon dari pemakaian energi. Salah satu cara untuk memperlambat bertambahnya gas rumah kaca yaitu dengan menerapkan sistem perdagangan karbon (carbon trading). Clean Development Mechanism (CDM 2 ) merupakan salah satu mekanisme yang dapat mewujudkan carbon trading dan sistem pembangunan yang bersih. CDM ini memungkinkan negara-negara peserta, khususnya negara Annex I 3 memenuhi kewajiban target penurunan emisi gas rumah kaca melalui penurunan emisi di negara lain. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 1995, Chief Executive Officer (CEO) dari 200 perusahaan bisnis membentuk suatu forum yang secara 1 Kiln adalah ruang termal terisolasi, dimana suhu didalamnya terkontrol. Proses dalam kiln ini mencakup pengerasan, pembakaran atau pengeringan bahan. Dalam industri semen, kiln merupakan jantung produksi. 2 CDM adalah suatu perjanijian di bawah Protokol Kyoto yang membolehkan negara-negara industri dengan komitmen pengurangan reduksi gas rumah kaca untuk melakukan investasi pada proyek pengurangan emisi di negara berkembang sebagai alternatif disbanding melakukan di negara mereka sendiri dengan biaya yang lebih mahal. 3 Negara Annex I adalah negara-negara maju yang ikut dalam program Protokol Kyoto, seperti negara Eropa, Amerika Utara, Australia dan Jepang. Sedangkan negara-negara yang termasuk negara non Annex yaitu negara-negara berkembang, seperti Indonesia. 2

19 khusus mendalami sustainable development, yang disebut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD 4 ). Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang, salah satunya bidang industri. Dewasa ini perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks mekanisme CDM khususnya, Indonesia sebagai negara non-annex I memiliki keuntungan masuknya investasi asing, terutama dari negara Annex I dalam mendukung proyek perindustrian yang ramah lingkungan. CDM adalah peluang investasi modal asing sehingga tidak ada kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk mengikuti. Kewajiban pemerintah dalam hal ini bukan dalam konteks CDM, tetapi kewajiban sebagai peratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC 5 ), yaitu berkewajiban memberikan laporan nasional secara periodik tentang hasil inventarisasi gas rumah kaca (sektor energi dan non energi), serta upaya yang telah dilakukan dalam rangka menekan dampak negatif perubahan iklim. Sebagai negara non- Annex I, Indonesia belum diwajibkan untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya dan berhak untuk mendapatkan bantuan dana untuk capacity building dan technology transfer dalam rangka menekan dampak negatif perubahan iklim. Pemerintah Indonesia telah memiliki komitmen dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, sebagai salah satu peserta dalam Protokol Kyoto, 4 WBCSD ini melaksanakan proyek spesifik dalam bidang yang berkaitan dengan semen, ban, kimia, dan air yang tepat guna. Pada tahun 2000, organisasi dari seluruh perusahaan semen di dunia menciptakan, mengembangkan dan mempromosikan cara-cara praktis bagi industri untuk melestarikan lingkungan dibawah WBCSD. Tujuh belas perusahaan semen tergabung dalam WBCSD, salah satunya Heidelberg Cement (Germany). 5 UNFCCC adalah sebuah perjanjian internasional yang dihasilkan ketika Earth Summit, pada tahun Tujuan dari perjanjian ini adalah melakukan stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer. Protokol Kyoto adalah salah satu hasil kerja UNFCCC. 3

20 Indonesia meratifikasi protokol tersebut pada 28 Juni 2004 dengan disahkannya UU Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework of Climate Change. Selanjutnya, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) membentuk badan khusus untuk menangani masalah CDM yaitu Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KN-MPB) yang disahkan melalui Kepmen No. 206/2005 pada tanggal 21 Juli Pada intinya, tugas KN-MPB ini adalah mengevaluasi proyek-proyek CDM yang masuk ke Indonesia, yang dapat diajukan oleh perusahaan yang memang bergerak dalam bidang reduksi karbon untuk mendapatkan CER, maupun perusahaan-perusahaan jenis lainnya. Berdasarkan informasi per 1 Maret 2011, ada 61 proyek CDM yang telah disetujui oleh Komnas Mekanisme Pembangunan Bersih dan telah terdaftar di Eksekutif CDM (Tabel 2). Berdasarkan kesepuluh tipe proyek CDM teregistrasi didapatkan total rata-rata reduksi emisi tahunan sebesar ton CO2. Tabel 2. Status CDM Terkini di Indonesia per 1 Maret 2011 Tipe Proyek CDM Teregistrasi Jumlah Proyek Rata-rata reduksi Emisi Tahunan CO2 (ton CO2) Biogas Biomasa Penghindaran terbentuknya gas metana Pemulihan dan pemanfaatan kembali gas metana Energi baru dan terbarukan lainnya Penggantian bahan bakar Semen Efisiensi energi PLTA Dekomposisi N Pemanfaatan gas Pengurangan emisi PFC Total Sumber: IGES CDM Project Database, (2011) 4

21 Proyek CDM yang terkait dengan penerapan teknologi rendah emisi di industri semen yaitu penggantian bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif, seperti yang sudah diterapkan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sejak Januari 2005, perusahaan ini sudah menerapkan penggunaan bahan bakar alternatif dalam proses produksi semennya. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu perusahaan semen di Indonesia, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dapat menghasilkan produksi 18,6 juta ton semen per tahun. Jumlah emisi CO2 yang diperkirakan bertambah akibat kebutuhan akan semen yang cenderung meningkat akan mempengaruhi dan merusak lingkungan. Sejak tahun 2002, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mulai memenuhi syarat untuk ikut dalam carbon fund dalam rangka mempertahankan ISO mengenai sistem manajemen lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan penyerahan Project Idea Note disertai Letter of Acceptance dari Menteri Lingkungan Hidup dikirim ke World Bank. Proses pemenuhan syarat untuk ikut serta dalam carbon fund terdiri dari beberapa tahap dan membutuhkan waktu yang lama. Perusahaan ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project dapat dilaksanakan di plant. Melihat beberapa feed back positif carbon fund diantaranya yaitu dana Certified Emission Reduction (CER 6 ) dari jumlah pengurangan emisi akibat project dan investasi teknologi yang ramah lingkungan, keikutsertaan perusahaan ini dalam program pengurangan emisi membuka peluang untuk menghasilkan semen berkualitas dan ramah lingkungan dengan mengganti bahan bakar. 6 CER adalah bentuk sertifikat setiap penurunan emisi sebesar 1 ton CO2 yang diterbitkan oleh Badan Pelaksana MPB. Hal tersebut diatur sesuai dengan kesepakatan Protokol Kyoto. Di negaranegara berkembang, seperti Indonesia, harga rata-rata setiap CER yaitu 3-5 USD. 5

22 Perusahaan ini terlibat dalam dua proyek yang terdiri dari proyek pengurangan emisi dari kegiatan pencampuran bahan semen (Blended Cement Project) dan proyek pemakaian bahan bakar alternatif (Alternative Fuel Project). Pada tahun 2008, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mendapatkan first CER Penerimaan pembayaran atas penjualan CER adalah sebesar USD (setelah dikurangi biaya persiapan proyek). Hal tersebut menjadikan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia penerima CER dalam kerangka proyek CDM. Pada proses pembakaran di sebelas kiln PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk digunakan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar utama sedangkan bahan bakar pemantik awal setelah shut down menggunakan bahan bakar Industry Diesel Oil (IDO) karena memiliki nyala api yang tinggi dibandingkan dengan batubara. Konsumsi batubara perusahaan ini rata-rata mencapai 1,7 juta ton per tahun dan IDO 20 ribu ton per tahun. Kebutuhan akan batubara yang semakin meningkat diikuti dengan menurunnya persediaan menyebabkan harga batubara cenderung naik. Batubara yang tergolong high calori value (CV lebih besar dari 6000 kkal) harganya mencapai Rp /ton pada tahun Sejak tahun 2007, khususnya di plant 8 perusahaan ini menggunakan mixing sekam padi, serbuk gergaji, cangkang kelapa sawit, dan oil sludge sebagai bahan bakar alternatif. Alternative fuel dalam proses pembakaran di kiln memiliki peran sebagai pengganti sebagian bahan bakar fosil yaitu sebanyak 3-5%. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana proses pemanfaatan bahan bakar alternatif di industri semen, efisiensi emisi, penghematan biaya yang diterima perusahaan dan nilai manfaat bersih yang 6

23 diterima perusahaan selama tujuh tahun umur proyek sehingga memberi insentif perusahaan lain untuk dapat ikut serta dalam kegiatan mewujudkan sustainable development. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu: 1. Mengidentifikasi bagaimana proses persetujuan carbon fund dan penerapan alternative fuel project yang dilakukan perusahaan. 2. Melihat dampak emisi penerapan alternative fuel project yang dilakukan perusahaan, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi kepada kalangan industri tentang peluang diversifikasi energi dengan menggunakan bahan bakar alternatif berupa limbah industri, serbuk gergaji dan sekam padi. 2. Menjadi sumber informasi bahwa penggunaan bahan bakar alternatif bernilai rendah merupakan upaya penurunan emisi. 3. Sumber informasi untuk perusahaan itu sendiri, terkait manfaat dari pemakaian bahan bakar alternatif, baik dari segi efisiensi emisi dan efisiensi biaya. 1.5 Batasan Penelitian 1. Penelitian mengkaji pemakaian alternative fuel dalam pembakaran di kiln salah satu plant PT Indocement Tunggal Prakarsa, yaitu di plant 8. Plant 8 ini merupakan satu dari empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif. 7

24 2. Perhitungan emisi yang diestimasi fokus pada emisi CO2 dari proses pembakaran di kiln. 3. Harga yang digunakan diasumsikan merupakan constant price 8

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carbon Fund Perubahan iklim dalam Stern (2007) adalah kegagalan pasar terluas yang pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial, review ini menyediakan environmental taxes. Kesimpulan utama The Stern Review adalah manfaat yang besar dari tindakan awal terhadap perubahan iklim akan jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan apabila kita tidak bertindak sama sekali. Tanpa tindakan, biaya keseluruhan dari perubahan iklim akan setara dengan kehilangan minimal 5-20% dari Gross Domestic Product (GDP). Review ini mengusulkan biaya sebesar 1% dari GDP untuk diinvestasikan dalam upaya penanggulangan menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim. Perubahan iklim mengancam elemen dasar kehidupan di dunia, terutama dalam akses terhadap air, produksi pangan, kesehatan dan penggunaan lahan serta lingkungan. Dampak dari perubahan iklim ini tidak merata, negara-negara termiskin akan merasakan dampak perubahan yang signifikan dibanding negaranegara maju. Dampak perubahan iklim ini merupakan suatu ancaman serius bagi negara-negara berkembang, khususnya dalam pengentasan kemiskinan. Pertama, pengembangan wilayah secara geografis membawa kerugian, karena pengembangan ini rata-rata dilakukan pada daerah dengan tujuan untuk menjadi daerah berkembang, pembukaan lahan pun terus dilakukan sehingga membantu meningkatkan suhu bumi dan variabilitas curah hujan semakin tinggi. Hasilnya selain mendatangkan manfaat, peningkatan suhu mengakibatkan biaya di negara- 7 The Stern Review on the Economics of Climate Change adalah laporan yang dirilis untuk pemerintah Inggris pada 30 Oktober 2006 oleh Nicholas Stern. Laporan ini membahas efek pemanasan global dan perekonomian dunia. 9

26 negara miskin. Kedua, pada negara-negara berkembang yang bergantung pada sektor pertanian, sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga hasil pertanian banyak yang tidak sesuai hasil prediksi. Ketiga, dengan pendapatan yang rendah, membuat masyarakat di negara-negara berkembang kesulitan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Pada tingkat nasional, perubahan iklim akan memotong pendapatan dan meningkatkan biaya pengeluaran sehingga menyebabkan memburuknya keuangan publik. Awalnya, perubahan iklim ini memberikan keuntungan bagi negara maju dibawah skenario business as usual (BAU). Tetapi apabila suhu meningkat lebih tinggi dapat pula menyebabkan kerusakan. Di daerah lintang tinggi seperti Kanada, Rusia dan Skandinavia, peningkatan suhu sebesar 2-3 derajat Celcius dapat menyebabkan keuntungan melalui peningkatan hasil pertanian. Namun, daerah ini akan mengalami tingkat pemanasan paling cepat dan akan mengakibatkan kerusakan infrastruktur, kesehatan manusia, kehidupan lokal serta keanekaragaman hayati. Respon yang efektif terhadap perubahan iklim akan tergantung pada kondisi untuk menciptakan tindakan kolektif internasional. Memang saat ini sudah banyak negara dan perusahaan bertindak untuk mengurangi emisi, namun hal ini masih berdampak kecil terhadap pengurangan emisi global. Maka dari itu diperlukan penanganan secara internasional untuk berkomitmen bersama-sama dalam pengurangan emisi global. Konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim (UNFCCC), Protokol Kyoto dan berbagai kemitraan informal lainnya mendirikan sebuah kerangka kerja untuk saling bekerja sama menindaklanjuti tindakan kolektif dalam menanggapi perubahan iklim. 10

27 Menciptakan sistem carbon price secara global dan menggunakan carbon finance untuk mempercepat tindakan pengurangan emisi di negara-negara berkembang. Secara umum carbon price diperlukan untuk menjaga penurunan keseluruhan biaya dalam upaya membuat pengurangan emisi ini dan dapat dibuat dalam bentuk pajak, perdagangan, atau peraturan. Transfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang oleh sektor swasta dapat dipercepat melalui aksi nasional dan kerjasama internasional. Protokol Kyoto telah mendirikan institusiinstitusi terpercaya untuk mendukung perdagangan emisi internasional. Memperluas aliran carbon finance ke negara-negara berkembang untuk menunjang kebijakan dan program yang efektif untuk mengurangi emisi akan mempercepat transisi menuju a low-carbon economy. Negara-negara berkembang telah mengambil tindakan yang signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi emisi. Sebagai contoh, negara Cina telah mengadopsi secara ambisius tujuan domestik untuk mengurangi energi yang digunakan untuk setiap unit dai PDB sebesar 20% selama periode CDM dibentuk oleh Protokol Kyoto dan pada saat ini CDM merupakan saluran utama resmi untuk mendukung investasi low carbon di negara-negara berkembang. Hal tersebut memngkinkan pemerintah dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang mengurangi emisi di negara berkembang. Di masa depan, transformasi pada skala dan lembaga-lembaga untuk arus pendanaan karbon internasional akan diperlukan untuk mendukung pengurangan emisi yang hemat biaya. Biaya tambahan investasi low carbon di negara-negara berkembang mungkin setidaknya sebesar miliar pertahun. Menyediakan 11

28 bantuan dengan biaya tersebut akan menimbulkan peningkatan besar skema pada tingkat ambisi seperti pada Emissions Trading Scheme (EU ETS). Saat ini banyak kesempatan untuk membangun kepercayaan dan melahirkan pendekatan-pendekatan yang menciptakan arus skala besar investasi pengembangan low carbon. Sinyal awal dari skema perdagangan karbon, termasuk EU ETS yaitu tentang sejauh mana mereka akan menerima kredit karbon dari negara-negara berkembang. Hal ini akan membantu menjaga kontinuitas selama tahap penting untuk membangun pasar dan mendemonstrasikan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Lembaga-lembaga keuangan internasional memiliki peran penting dalam mempercepat proses skema perdagangan karbon ini yaitu melalui pembentukan Clean Energy Investment Framework oleh Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral lainnya yang menawarkan potensi untuk mempercepat dan memperluas arus investasi. Kerjasama internasional yang lebih besar dapat mempercepat inovasi teknologi dan difusi sehingga akan mengurangi biaya mitigasi. Sektor swasta adalah pemacu inovasi dan difusi teknologi untuk saat ini, tetapi pemerintah dapat membantu mempromosikan kolaborasi internasional untuk mengatasi hambatan di area tersebut melalui pengaturan formal dan pengaturan yang mempromosikan kerjasama publik-swasta seperti Asia Pasific Partnership. Kerjasama teknologi memungkinkan sharing of risks, berbagi keberhasilan dan keuntungan dari penerapan teknologi serta menjadikan koordinasi sebagai prioritas. Wacana global baru muncul dari pihak Research and Development dan kemungkinan penyebaran dukungan pun tidak cukup untuk menitikberatkan perubahan teknologi di negaranegara berkembang, seperti penggunaan biomasa. Hal tersebut memerlukan 12

29 kerjasama internasional yang dapat dimasukkan dalam perjanjian-perjanjian multilateral. Penyebaran dukungan koordinasi kebijakan nasional baik disisi formal atau pun informal dapat mempercepat pengurangan biaya atas penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Saat ini, banyak negara bagian Amerika Serikat yang memiliki tujuan dan kerangka kebijakan nasional untuk mendukung penyebaran teknologi energi terbarukan. Transparansi dan berbagi informasi diperlukan untuk meningkatkan minat dalam carbon fund. Koordinasi peraturan internasional dan standar produk bisa menjadi cara efektif untuk mendorong efisiensi energi sehingga meningkatkan efektivitas, pengurangan biaya, insentif berinovasi meningkatkan transparansi, dan mempromosikan perdagangan internasional. Pengurangan hambatan tarif dan non-tarif untuk barang dan jasa rendah karbon, termasuk dalam negosiasi perdagangan Doha Development Round of International Trade sehingga membuka lebih jauh kesempatan untuk mempercepat kunci difusi teknologi. Penertiban penggundulan hutan adalah salah satu cara yang menghemat biaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi dari deforestasi sangat signifikan yaitu menyumbang lebih dari 18% dari keseluruhan total emisi global. Kebijakan yang menyangkut deforestasi tentunya harus dibentuk dan dipimpin oleh negara di mana hutan tersebut berada. Pada tingkat nasional, mendefinisikan property rights untuk areal hutan dan menentukan hak serta tanggung jawab pemilik tanah, masyarakat dan logger adalah kunci manajemen hutan yang efektif. Hal tersebut tentunya harus melibatkan masyarakat setempat, menghormati hakhak informal dan struktur sosial, bekerja dengan tujuan-tujuan pembangunan dan 13

30 memperkuat proses perlindungan hutan. Pasar karbon dapat memainkan peranan penting dalam memberikan insentif perbaikan lahan hutan jangka panjang. Upaya adaptasi di negara berkembang harus dipercepat dan didukung, termasuk melalui bantuan pembangunan internasional. Negara-negara berkembang yang miskin akan terkena paling awal dan parah karena terjadinya perubahan iklim ini, meskipun mereka telah berkontribusi sedikit sebagai kontributor dalam emisi global. Pendapatan rendah menjadi faktor sulitnya masyarakat negara berkembang untuk beradaptasi keuangan. Masyarakat internasional mempunyai kewajiban untuk mendukung mereka dalam adaptasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, upaya harus ditingkatkan untuk membangun kemitraan publik-swasta terkait asuransi climate-relate serta memperkuat mekanisme untuk meningkatkan manajemen resiko dan kesiapsiagaan. Tindakan awal mitigasi yang kuat merupakan peran kunci dalam membatasi biaya jangka panjang adaptasi. Tanpa hal tersebut, biaya adaptasi akan meningkat secara drastis. Saat ini, membangun dan mempertahankan tindakan kolektif merupakan tantangan yang mendesak. Kerangka utama tindakan kolektif yaitu mengembangkan pemahaman tujuan bersama jangka panjang untuk kebijakan iklim, membangun lembaga-lembaga yang efektif dalam kerjasama, serta menunjukkan tanggung jawab untuk membangun rasa kepercayaan. Tindakan harus menyertakan mitigasi, inovasi dan adaptasi. Ada banyak kesempatan untuk mulai sekarang, termasuk mendapatkan manfaat langsung dan program skala besar memberikan pengalaman yang berharga. 14

31 Tantangan saat ini adalah memperluas dan memperdalam partisipasi disemua dimensi tindakan relevan, termasuk kerjasama untuk membuat harga karbon di pasar, mempercepat inovasi dan penyebaran teknologi karbon rendah, mengurangi emisi dari perubahan penggunaan lahan dan membantu negara-negara miskin beradaptasi terhadap dampak terburuk perubahan iklim. Masih ada waktu untuk menghindari dampak teburuk perubahan iklim jika tindakan kolektif dimulai dari sekarang. Tinjauan Stern ini berfokus pada resiko dalam ekonomi dan ketidakpastian, menggunakan beberapa alat ekonomi untuk mengatasi tantangan masalah global yang memiliki implikasi jangka panjang yang besar. Diperlukan kerja yang lebih keras untuk para ilmuwan dan ekonom untuk mengatasi tantangan analitis dan menyelesaikan beberapa ketidakpastian di cakupan luas. Tetapi, secara keseluruhan terlihat jelas bahwa resiko ekonomi tidak bertindak dalam menghadapi perubahan iklim. Ada cara lain untuk mengurangi resiko perubahan iklim, yaitu dengan cara memberikan insentif yang tepat. Dengan insentif yang tepat, sektor swasta akan merespon dan memberikan solusi. Alat-alat kebijakan yang ada dapat menciptakan insentif yang diperlukan untuk mengubah pola investasi ekonomi ke arah low-carbon. Hal ini membutuhkan suatu kemitraan antara publik-swasta, bekerja dengan masyarakat sipil dan individu. Masih ada kesempatan untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim yaitu dengan melakukan tindakan awal yang kuat melalui aksi kolektif. Penundaan tindakan tentunya akan berdampak pada biaya yang semakin mahal dan kondisi alam yang semakin berbahaya bagi kehidupan. 15

32 2.2 Analisis Perhitungan Emisi CO2 Perhitungan efisiensi emisi menggunakan persamaan perhitungan emisi CO2 yang berasal dari Greenhouse Gas Protocol 8, yaitu Calculation Tool for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0. Proses pembakaran adalah pengoksidasian secara cepat terhadap suatu zat yaitu bahan bakar dengan cara pelepasan energi panas. Oleh karena itu jumlah panas yang dibebaskan dari proses pembakaran maupun jumlah CO2 yang dihasilkan adalah fungsi dari jumlah karbon dalam bahan bakar. Sebagian kecil karbon dalam bahan bakar kemungkinan dapat tidak teroksidasi dan tetap sebagai padatan setelah proses pembakaran, yaitu dalam bentuk jelaga atau abu. Akhir-akhir ini, berkembang penggunaan biomas dan limbah sebagai bahan bakar alternatif. Komposisi kimia akhir dari proses pembakaran untuk bahan bakar biomasa sangat mirip dengan bahan bakar fosil. Namun, asal-usul karbon dari dua jenis bahan bakar tersebut berbeda. Karbon yang terkandung dalam biomasa ini berasal dari biogenic origin, yaitu baru-baru ini karbon dihasilkan dari jaringan pernapasan makhluk hidup, sedangkan karbon yang terkandung dalam bahan bakar fosil telah terperangkap dalam formulasi geologi selama ribuan tahun. Pada proses pembakaran, biomasa juga menghasilkan CO2, namun karbon dioksida yang dihasilkan akan distabilisasi dengan diserap kembali oleh tumbuhan sehingga tidak ada penimbunan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya seimbang. Maka dari itu, perhitungan untuk emisi CO2 yang berasal dari biomasa dihitung secara terpisah dari emisi CO2 bahan bakar fosil. 8 Greenhouse Gas Protocol adalah sebuah kemitraan selama satu dekade antara World Resources Institute dan WBCSD, mereka bekerja sama dengan beberapa pihak yang terkait, yaitu dengan industri, pemerintah dan kelompok lingkungan diseluruh dunia untuk membangun program yang efektif untuk mengatasi perubahan iklim. 16

33 Penggunaan perhitungan menggunakan metode kalkulasi untuk emisi CO2. Perhitungan ini memerlukan nilai volume bahan bakar yang dikonsumsi, konten karbon pada bahan bakar, dan faktor oksidasi untuk menghitung sebagian kecil karbon yang tersisa sebagai jelaga atau abu. Hasil dari oksidasi sempurna bahan bakar biasanya dalam bentuk gas (baik gas CO2 atau CH4) dan bagian yang tidak teroksidasi menjadi abu atau partikel padatan lainnya. Penetapan nilai karbon konten ini bisa dilakukan pada uji laboratorium atau menggunakan analog data yang sudah tersedia, seperti nilai karbon konten yang telah ditetapkan oleh IPCC. 2.3 Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Alatalat analisis kelayakan finansial diantaranya yaitu Net Present Value (NPV). NPV atau keuntungan bersih suatu proyek adalah nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek, dihitung berdasarkan tingkat diskonto. Jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek dapat dikatakan layak. Apabila nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal, sebaliknya jika NPV lebih kecil dari nol, berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan proyek tidak layak dilakukan (Kadariah et.al. 1999). Cara perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Namun, cara ini 17

34 tidak terlepas dari kelemahan-kelamahan, kelemahan ini terletak pada keharusan menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode digunakan (Soekartawi et.al. 1986). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terkait Alternative Fuel and Raw Material (AFR) ini diteliti oleh Rahmawati (2011). Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui cara meganalisis awal limbah B3 yang akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam produksi semen untuk menentukan pengelompokkan jenis limbah untuk nantinya dianalisis lebih lanjut sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Objek yang diteliti adalah limbah B3 dari suatu industri, yaitu dust grinding, WWT sludge, used catalyst, copper slag, dan limbah cake. Hasil dari laporan ini semua limbah B3 dari analisa mengandung gas ammonium, tetapi belum bisa dikatakan berbahaya karena belum dianalisis lebih lanjut kandungannya dalam kosentrasi tinggi atau rendah dan semua limbah B3 dari analisis berupa limbah padat tetapi mempunyai bentuk warna yang berbeda-beda. Penelitian lainnya yang terkait penggunaan AFR di industri semen diteliti oleh Pramesthi (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberlanjutan bahan bakar alternatif, menganalisis pengaruh penggunaan bahan bakar alternatif terhadap proses pembakaran, dan mengetahui pengaruh penggunaan biaya pengelolaan limbah pada produksi. Pengaruh penggunaan bahan bakar alternatif terhadap pengurangan emisi proses pembakaran mencapai 7,49% dan penghematan biaya terhadap pengelolaan produksi mencapai 8,95%. 18

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Konseptual Tahun 2002 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ikut dalam proyek carbon fund dalam rangka mempertahankan sertifikasi ISO Dua proyek yang diajukan dalam program pengurangan emisi yaitu Blended Cement Project dan Alternative Fuel Project. Ada empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif dalam proses produksinya, salah satu plantnya yaitu plant 8. Dalam proses penggunaan alternative fuel di perusahaan ini, ada beberapa tahap dalam registrasi carbon fund yang harus dilakukan sampai dengan proyek tersebut dilaksanakan, maka dari itu digunakan metode analisis deskriptif untuk mengidentifikasi bagaimana tahap carbon fund dan teknis peggunaan bahan bakar alternatif. Penerapan alternative fuel ini selain menguntungkan bagi lingkungan melalui pengurangan emisi yang dihasilkan, juga menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri yaitu dari penghematan pemakaian bahan bakar utama serta menghasilkan CER dari penurunan emisi CO2. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan emisi CO 2 dari penerapan alternative fuel menggunakan Calculation Tool for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0 dan nilai peluang CER yang akan didapatkan apabila proyek ini berjalan. Sedangkan untuk mengetahui penghematan biaya selama penggunaan bahan bakar alternatif dilakukan analisis matematis. Jangka waktu kredit alternative fuel project ini yaitu selama tujuh tahun, maka dari itu untuk mengetahui nilai manfaat bersih dari biaya proyek digunakan alat analisis NPV. 19

36 Mempertahankan ISO 14001, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ikut serta dalam carbon fund Dua proyek yang dilakukan terkait carbon fund, yaitu alternative fuel project dan blended cement project Plant 8 adalah salah satu plant dari empat plant yang menggunakan bahan bakar alternatif Proses Penggunaan Bahan Bakar Alternatif (Carbon fund, Teknis, Efisiensi Emisi, Efisiensi Biaya) Pencarian Data : Primer dan Sekunder Proses penggunaan bahan bakar alternatif dan carbon fund dianalisis dengan metode analisis deskriptif Efisiensi biaya dianalisis dengan analisis perhitungan Perhitungan emisi dianalisis dengan Calculation for Direct Emission from Stationary Combustion, Version 3.0 Dampak pemanfaatan bahan bakar alternatif yaitu penurunan emisi, penghematan biaya, dan jumlah manfaat bersih yang diterima perusahaan selama tujuh tahun. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual 20

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2012, bertempat di plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Plant 8 ini adalah satu plant dari empat plant yang sudah menerapkan bahan bakar alternatif didalam produksinya. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan sengaja dengan alasan industri semen ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil mendapatkan CER dalam program pengurangan emisinya. Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (2012) Gambar 2. Lokasi Penelitian di Citeureup Plant 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung ke lapangan dengan didampingi karyawan perusahaan ke beberapa tempat, yaitu Alternative Fuel and Raw Division (AFR Division), Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi P8. Sedangkan data sekunder didapat dari inventarisasi dan penelusuran data perusahaan, studi literatur, dan referensireferensi lainnya berupa buku, makalah, penelitian terdahulu, serta internet. 21

38 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, melakukan wawancara dengan informan dan melakukan studi dokumentasi atau arsip. Pengamatan langsung di lapang dilakukan dengan melakukan observasi langsung di perusahaan. Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat data proyek terkait dengan pemakaian bahan bakar alternatif perusahaan serta hasil penelitian mengenai AFR baik yang berupa laporan kerja praktek, jurnal, skripsi, tesis maupun tulisan yang diakses melalui internet Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu untuk mengetahui proses penggunaan bahan bakar alternatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan bakar alternatif, sedangkan untuk mengetahui pemakaian alternative fuel selama tahun 2008 dan 2011 digunakan data sekunder yang berasal dari perusahaan (Tabel 3). Tabel 3. Jenis Data dan Sumber Informasi Penelitian Lapang No Data/Informasi Sumber Data/Informasi Jenis Data 1 Proses penggunaan Pengamatan Primer dan bahan bakar alternatif langsung sekunder didampingi Karyawan perusahaan 2 Pemakaian alternative Data Sekunder fuel selama tahun 2008 perusahaan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan bakar alternatif Sumber : Penulis, (2012) Wawancara, data perusahaan Primer sekunder dan Pendekatan Wawancara dan studi literatur Penelusuran Data Studi literatur dan wawancara 22

39 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan analisis matematis. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan bakar alternatif, proses persetujuan dan kendala dalam pemakaian bahan bakar alternatif di plant 8. Untuk menghitung jumlah CO 2 yang dihasilkan dari industri semen menggunakan formula yang berasal dari The Cement CO 2 Protocol: CO 2 Emission Monitoring and Reporting Protocol for Cement Industry, Version 3.0. Analisis perhitungan CO 2 digunakan untuk menjelaskan CO 2 dihasilkan dari beberapa jenis bahan bakar alternatif yang digunakan dan menjadi panduan pembahasan mengenai penurunan emisi karbon. Sedangkan untuk mengetahui jumlah manfaat bersih dari cost alternative fuel project di plant 8 menggunakan alat analisis kelayakan finansial NPV Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi industri semen yang sudah menerapkan pemanfaatan bahan bakar alternatif, menjelaskan bagaimana pemanfaatan bahan bakar ini menjadi program diversifikasi energi yang cukup potensial karena dapat mengurangi emisi CO 2 yang dihasilkan. Program CDM ini memberikan peluang terhadap perusahaan untuk mewujudkan perusahaan yang ramah lingkungan melalui investasi input yang rendah emisi Analisis Matematis Analisis dilakukan berdasarkan data konsumsi bahan bakar dan data produksi clinker yang dihasilkan per bulan. Analisis perhitungan CO 2 dilakukan dengan menggunakan Calculation Tool for Direct Emission from Stationary 23

40 Combustion, Version 3.0 sebagai formulasi resmi yang dipublikasikan oleh WBCSD. Perhitungan CO2 dibedakan berdasarkan bahan bakar yang berasal dari fosil (batubara, IDO, limbah B3) dan biomasa (sekam padi, serbuk gergaji, kayu). Metode kalkulasi untuk CO2 yaitu: E =,,...(1) Keterangan, E : Massa emisi CO2 (Ton) A f,m : Volume bahan bakar yang dikonsumsi (Ton) F c,m : Konten karbon pada bahan bakar (Ton) F ox : Faktor oksidasi bahan bakar 44/12 : Ratio molekul CO2 dengan karbon Setelah diketahui tingkat CO2 yag dihasilkan dari masing-masing bahan bakar dan dijumlahkan, dapat dicari tingkat rasio perbandingan CO2 yang dihasilkan dengan satu ton clinker yang dihasilkan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Rasio emisi = Total Emisi Bahan Bakar (Ton)....(2) Total Produksi Clinker (Ton) Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat rasio emisi sebelum dan sesudah penggunaan bahan bakar alternatif. Apabila rasio emisi sesudah penggunaan bahan bakar alternatif lebih kecil daripada rasio sebelum penggunaan bahan bakar alternatif, maka penerapan aplikasi alternative fuel project dikatakan efisien. Penurunan rasio emisi sesudah adanya alternative fuel project ini memberikan peluang mendapatkan CER dalam carbon fund. Setiap penurunan 24

41 satu ton CO2 dalam carbon fund akan mendapatkan CER. Perhitungan atas penurunan emisi setiap satu ton CO2 yaitu menggunakan : Unit CER = Emisi Baseline Emisi Aktual.....(3) Keterangan, Baseline : Emisi yang dikeluarkan ketika tidak ada proyek pengurangan emisi Aktual : Emisi yang dikeluarkan ketika ada proyek pengurangan emisi Sumber : Panduan MPB Indonesia, (2005) Pembayaran CER disesuaikan dengan harga ketika kesepakatan awal project. Pendapatan perusahaan dari pembayaran CER ini dapat dirumuskan : Pembayaran CER = CER yang didapatkan x harga setiap satu CER Berdasarkan tingkat konsumsi bahan bakar dan harga bahan bakar, dapat diketahui biaya penggunaan bahan bakar. Selanjutnya total biaya bahan bakar keseluruhan dibagi dengan produksi clinker yang dihasilkan untuk mengetahui tingkat rasio biaya bahan bakar setiap satu ton clinker yang dihasilkan, secara sistematis dirumuskan : Rasio biaya bahan bakar = Total Biaya Bahan Bakar (Rupiah) Total Produksi Clinker (Ton)..(4) Apabila rasio biaya bahan bakar per satu ton produksi clinker sesudah penggunaan bahan bakar alternatif ini lebih rendah dibandingkan sebelum penggunaan bahan bakar alternatif, maka dengan adanya alternative fuel project ini dikatakan efisien. Total manfaat keseluruhan dari penerapan alternative fuel project ini yaitu didapat dari pembayaran CER dan penghematan biaya yang didapat, dapat dirumuskan dengan : 25

42 Total energy saving perusahaan = pendapatan CER + penghematan biaya bahan bakar.. (5) Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan metode arus tunai terpotong (discounted cashflow). Metode ini adalah suatu cara penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NPV. Metode NPV ini merupakan selisih manfaat dan biaya selama umur ekonomis proyek yang diukur dengan nilai uang sekarang dengan menggunakan discount rate. Rumus : NPV =...(6) ^ Keterangan, NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp) Bt = Penerimaan proyek pada tahun ke-t (Rp) Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat diskonto (%) t = Tahun Keterangan, 1. NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan. 26

43 2. NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau tidak merugi. 3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan dicapai. 27

44 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement didirikan pada tahun 1975 dan dioperasikan secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan produksi semen cap Tiga Roda yang memiliki 12 pabrik dan tersebar di tiga lokasi, yaitu di daerah Citeureup-Bogor (9 pabrik, luas area 200 Ha), Palimanan- Cirebon (2 pabrik, luas area 37 Ha), dan Tarjun-Kalimantan (1 pabrik, luas area 71 Ha). Pemilihan lokasi pendirian industri semen di daerah Citeureup ini berdasarkan pertimbangan berikut : 1. Orientasi Pasar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki letak strategis karena berada dalam lokasi paling dekat dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Hal ini tentu meningkatkan jumlah penjualan. Produksi semen dikemas 50 kg per kantong semen. 2. Orientasi Bahan Baku Daerah Citeureup merupakan daerah yang kaya akan batu kapur, tanah liat, dan pasir silika. Bahan baku tersebut diangkut dengan belt conveyor dan quarry menggunakan dump truck. Penelitian ini banyak dilakukan di bagian Alternative Fuel and Raw Material Division, Supply Division, Quality Assurance and Research Department, Departemen produksi Plant 8. 28

45 Plant 8 adalah salah satu plant dari empat plant yang memakai bahan bakar alternatif di kiln. Bahan bakar alternatif yang dipakai di keempat plant yaitu mixing oil sludge, sekam padi, serbuk gergaji, ban bekas dan refused derived fuel (RDF 9 ). 5.2 Gambaran Umum Usaha Sejarah Berdirinya Usaha Pembuatan semen cap Tiga Roda ini dimulai pada tahun 1975 melalui PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (PT DICE). Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp miliar pada akhir tahun Pemegang saham Indocement per 30 Juni 2009 yaitu Birchwood Omnia Limited (51,00%), PT Mekar Perkasa (13,03%), dan publik (35,97%) (Tabel 4). Pada tanggal 30 Desember 2010, saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp miliar. Tabel 4. Data Pemegang Saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Pemegang Saham Jumlah Saham Beredar Persentase dan Dimiliki Penuh Kepemilikan (%) Birchwood Omnia Limited PT Mekar Perkasa ,03 Publik ,97 Total Sumber : PT Indocement Tunggal Prakarsa, (2012) Terkait dengan mulai beroperasinya pabrik 11 maka PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki kapasitas terpasang 18,6 juta ton semen per tahun, ini menjadikan perusahaan tersebut produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Produksi semen ini menguasai pangsa pasar dalam negeri sebesar 35%. Hal 9 RDF adalah bahan bakar yang dihasilkan dari proses shredding limbah padat dengan teknologi waste converter. Sebagian besar RDF berasal dari limbah rumah tangga dan limbah tersebut mudah terbakar, seperti plastik. 29

46 tersebut disebabkan lokasinya yang strategis yaitu di Pulau Jawa yang merupakan konsumen terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2003, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk khususnya pabrik di Citeureup telah melakukan uji coba pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar alternatif dimulai dengan ban bekas dan oil sludge. Uji coba tersebut dikenal dengan Trial Burn Test (TBT). Dari hasil TBT tersebut mulai akhir 2006, pabrik yang berlokasi di Citeureup telah diberi izin berupa surat tidak berkeberatan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3 10 ) sebagai bahan bakar alternatif dan pada tahun yang sama dibentuk Alternative Fuel and Raw Material Division (AFRD) sebagai penanggung jawab pengelolaan limbah. Alternatif Fuel and Raw Material (AFR) merupakan bahan bakar dan material alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar maupun bahan baku utama. Saat ini PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan penghematan penggunaan energi bahan bakar maupun bahan baku dengan energi pengganti yang bisa didapat dari bahan-bahan AFR untuk mengurangi emisi dalam mewujudkan CDM Pengadaan Input Bahan baku utama dalam pembuatan semen adalah batu kapur (80%). Sedangkan bahan lainnya adalah tanah liat (10-15%), dan gypsum (5%). Bahanbahan pembuatan semen yang diproses di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 10 Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup atau membahayakn lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 30

47 Citeureup ini berasal dari daerah sekitar perusahaan. Setiap harinya dibutuhkan tanah liat sebanyak ton dan batu kapur sebanyak ton. Pemakaian bahan bakar utama dalam pabrik semen ini adalah batubara. Selain batubara, dibutuhkan IDO sebagai pemantik awal pada mesin. Sejak September 2007, di plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memakai bahan bakar alternatif pada proses pembakaran di kiln. Pengusahaan input bahan bakar alternatif berasal dari limbah internal perusahaan itu sendiri dan limbah perusahaan lain. Limbah yang digunakan seperti ban bekas, oil sludge, fly ash, iron material, WWT sludge, contamined goods, paint sludge, spent catalyst, dan lain-lain. Sebagian limbah-limbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah B3. Proses penggunaan bahan bakar alternatif membutuhkan material lain untuk dicampurkan. Material lain ini contohnya serbuk gergaji dan sekam padi, yang dibeli dari industri meubel dan home industry. Waste material seperti oil sludge dan paint sludge dihasilkan dari industri alumunium, industri minyak dan gas, dan industri automotif Proses Produksi Semua bahan baku semen dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran. Pengeringan awal bahan baku diperlukan untuk proses penggilingan dengan sistem kering. Tahap yang paling rumit dalam memproduksi semen Portland 11 adalah proses pembakaran, dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses dilakukan di 11 Semen Portland atau Ordinary Portland Cement (OPC) adalah jenis semen yang paling sering digunakan dan merupakan tipe semen utama dalam pembuatan bangunan. 31

48 dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya. Proses terakhir dalam memproduksi semen Portland adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit gypsum, kurang dari 5%, untuk menghasilkan Ordinary Portland Cement I. Jenis semen lain dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolan atau batu kapur di dalam penghalusan semen. Proses produksi pada setiap pabrik dimonitor oleh masing-masing pabrik dan dipusatkan di pusat ruang kontrol dimana peralatan komputer digunakan untuk memonitor keseluruhan proses dari pengambilan bahan baku di gudang penyimpanan hingga penghalusan semen. Pemeriksaan mutu semen dilaksanakan secara intensif. Untuk memastikan produksi semen tetap bermutu tinggi secara konsisten, dirancang suatu sistem modern pengambilan sample otomatis, analisis x-ray otomatis dan proses komputerisasi dilaksanakan secara online. Setiap kegiatan atau usaha pasti menghasilkan limbah, kemudian limbah tersebut harus dikelola supaya tidak membahayakan lingkungan. Untuk mewujudkan sustainable development, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melakukan pengolahan limbah. Limbah ini dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar dan Material Alternatif (BBMA), yang dikategorikan menjadi Alternatif Fuel dan Raw Material. Dalam memproses Alternatif Fuel dan Raw Material, perusahaan ini menerapkan prinsip co-processing. Definisi co-processing itu sendiri adalah pemanfaatan limbah dalam proses industri semen dengan memanfaatkan kembali (recovery) energi dan material yang terdapat di dalam limbah tersebut. 32

49 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Proses Alternative Fuel Project PT ITP Proses Persetujuan Alternative Fuel Project PT ITP Proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu sekitar empat tahun sampai project dapat dilaksanakan. Project pengurangan emisi yang telah disetujui World Bank untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa salah satunya yaitu alternative fuel project. Ada empat plant dari sembilan plant Citeureup yang menggunakan bahan bakar alternatif, salah satunya plant 8. Awal mula perusahaan ini menerapkan alternative fuel project berasal dari mempertahankan ISO Keikutsertaan perusahaan dalam carbon fund dimulai dengan pembuatan proposal project pada tahun Ada dua project carbon fund yang diusulkan, yaitu blended cement project dan alternative fuel project. Perjanjian ini berakhir pada tahun 2012 atau pada saat diserahkannya seluruh CERs yang dihasilkan. Blended cement project ini dilakukan di raw mill, sedangkan alternative fuel project dilakukan di rotary kiln. Proses persetujuan proyek dan pelaksanaan proyek ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar empat tahun (Gambar 3). Berdasarkan kondisi dan persyaratan yang tercantum dalam perjanjian, perusahaan harus menghasilkan reduksi gas rumah kaca dalam jumlah minimum dari proyek dan menyerahkan reduksi emisi sehubungan dengan reduksi GHG tersebut kepada trustee dengan jumlah volume 2,42 juta ton. Perjanjian ini dimulai sejak tahun 2005 dan akan berakhir pada tahun 2012 atau pada saat diserahkannya seluruh CERs yang dihasilkan dari proyek. 33

50 1. Proposal Review and Upstream Due Diligence Project Idea Note : Desember 2002 Project Concept Note : Maret 2003 Letter of Intent with World Bank : Agustus 2001 Host Country Endorsement : Desember Carbon Asset Due Diligence Environmental Monitoring Plan : Desember 2003 New Baseline and Methodology : Mei 2005 Project Design Document (PDD) : September Validation Process Validation Report : Juli Negotiation of Project Agreements Emission Reduction Purchase Agreement : Juni Project Registration Register Country list in UNFCCC : September Construction and start up Project entity monitors in accordance to the monitoring plan : 1 Januari Periodic verification Verification Report : Desember Certification Issuance CERs are issued by the CDM Executive Board : Maret Projecting Completion (maybe post in 2012) Crediting period either : 10 years fixed for Blended Cement Project 7 years renewable for Alternative Fuel Project (Max 21 years) Gambar 3. Alur Persetujuan CDM Project PT ITP 34

51 Lembaga-lembaga yang terkait dalam CDM Project tersebut yaitu CDM Executive Board, Designated National Authority (DNA), dsb (Gambar 4). Untuk DNA negara Indonesia yaitu Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KomNas MPB). Tugas KomNas MPB terkait CDM Project yaitu: 1. Memberikan persetujuan atas usulan proyek MPB berdasarkan kriteria dan indikator pembangunan berkelanjutan, pendapat Tim Teknis, dan masukan pakar serta pemangku kepentingan lainnya. 2. Melakukan penelusuran status dokumen proyek yang telah disetujui KomNas MPB di CDM Executive Board. 3. Monitoring dan evaluasi kinerja kegiatan proyek CDM. 4. Menyampaikan laporan tahunan kegiatan proyek ke secretariat UNFCCC. Selain itu, kemitraan yang terkait dalam CDM ini adalah Prototype Carbon Fund (PCF). PCF ini adalah sebuah kemitraan antara tujuh belas perusahaan dan enam pemerintah, dan dikelola oleh World Bank. PCF menginvestasikan kontribusi yang diberikan oleh perusahaan dan pemerintah dalam proyek-proyek yang dirancang utuk menghasilkan pengurangan emisi yang sepenuhnya konsisten dengan Protokol Kyoto, khususnya dalam kerangka kerja Joint Implementation dan CDM. 35

52 Designated Operational Entity (DOE) Conference of Parties (COP) CDM Supervised by CDM Executive Board Designated National Authority (DNA) Supported by Methodologies Panel Accreditation Panel Registration And Issuance Team Small-Scale Working Group Afforestation and Reforestation Working Group UNFFCCC Secretariat Gambar 4. Struktur Organisasi CDM Penjelasan : 1. Conference of Parties (COP) COP bertugas menyiapkan pertemuan para pihak dalam Protokol Kyoto, memutuskan rekomendasi yang telah disepakati oleh CDM Executive Board, menunjuk DOE yang sementara telah terakreditasi oleh CDM Executive Board. Forum ini merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dari para pihak UNFCCC. Forum ini juga bertanggung jawab untuk merancang upaya-upaya internasional terkait dengan adaptasi dan perubahan iklim., termasuk pula mengkaji ulang penerapan kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dalam UNFCCC serta menguji komitmen para pihak dalam menjalankan kesepakatan-kesepakatan tersebut. 2. CDM Executive Board CDM Executive Board bertugas mengawasi jalannya kegiatan CDM dengan bimbingan dari COP. Dewan ini sepenuhnya bertanggung jawab kepada COP 36

53 dan dewan ini merupakan titik akhir kontak untuk para peserta proyek CDM, baik untuk pendaftaran proyek maupun penerbitan CER. 3. Designated Operational Entity (DOE) Private certifiers bertugas memvalidasi dan memverifikasi pengurangan emisi dan meminta CDM Executive Board untuk menerbitkan CER. DOE adalah sebuah organisasi internasional yang terakreditasi dan ditunjuk (bersifat sementara sampai dikonfirmasi oleh COP) yang ditetapkan oleh CDM Executive Board. 4. Designated National Authority (DNA) Sesuai dengan prosedur CDM, pihak yang berpartisipasi dalam CDM harus menunjuk otoritas nasional untuk CDM. Pendaftaran aktivitas CDM yang diusulkan hanya dapat berlangsung setelah adanya surat-surat persetujuan yang diperoleh dari otoritas nasional yang ditunjuk masing-masing pihak yang terlibat serta konfirmasi dari pihak proyek ini bahwa kegiatan tersebut membantu dalam mencapai sustainable development. 5. Methodologies Panel Methodologies Panel didirikan untuk mengembangkan rekomendasi untuk CDM Executive Board dalam pedoman untuk metodologi baseline dan monitoring plan serta mempersiapkan rekomendasi pada proposal yang diajukan untuk new baseline dan metodologi monitoring. 6. Accreditation Panel Accreditation panel didirikan untuk mempersiapkan keputusan dewan sesuai dengan prosedur untuk akreditasi operational entity. 7. Registration and Issuance Team 37

54 Didirikan untuk membantu Dewan Eksekutif dalam memberikan penilaian. 8. Small-scale Working Group Small-scale Working Group didirikan untuk mempersiapkan rekomendasi new baseline dan metodologi monitoring dalam pada proposal pengajuan kegiatan proyek CDM skala kecil. 9. Afforestation and Reforestation Working Group Afforestation and Reforestation Working Group didirikan untuk mempersiapkan rekomendasi pada proposal yang diajukan untuk new baseline dan metodologi monitoring untuk kegiatan proyek CDM aforestasi atau reforestasi. 10. UNFCCC Secretariat Sekretariat UNFCCC mendukung tindakan kooperatif oleh serikat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya terhadap kemanusiaan serta ekosistem. Ini adalah kontribusi untuk dunia yang berkelanjutan dan untuk mewujudkan visi perdamaian, keamanan dan martabat manusia. Pelaksanaan proyek memang berjalan lambat akibat lamanya proses verifikasi yang diperlukan, namun hal ini bisa dimengerti mengingat bahwa aktivitas pengurangan emisi CO 2 masih merupakan proyek perintis yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia. PT Indocement berkomitmen mendukung lingkungan yang berkelanjutan dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Efisiensi penggunaan energi adalah strategi bisnis yang baik, dan menjadi landasan perseroan dalam upayanya memenuhi peningkatan permintaan pasar secara berkelanjutan. Pada tahun 2008 perusahaan mendapatkan first CER sebesar CERs dari reduksi emisi program alternatif fuel project atau setara dengan 38

55 pembayaran USD (setelah dikurangi biaya persiapan proyek). Sedangkan pada tanggal 7 Juli 2011, UNFCCC menerbitkan CER sehubungan blended cement project dan mendapat pembayaran sebesar USD (setelah dikurangi biaya persiapan proyek) Gambaran Umum Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif di Plant 8 Ada empat plant di PT Indocement Tunggal Prakarsa yang menggunakan bahan bakar alternatif, yaitu plant 3,4,7 dan 8. Bahan bakar alternatif yang digunakan yaitu sampah rumah tangga, ban bekas, limbah B3 seperti oil sludge, sekam padi, dan serbuk gergaji. Sebelum dimanfaatkan langsung dalam proses produksi semen bahan bakar alternatif dari limbah B3, serbuk gergaji, RDF serta sekam padi ini dikelola oleh supporting division yang dikenal dengan AFR Division. Di plant 8, bahan bakar alternatif yang digunakan yaitu mixing antara oil sludge, serbuk gergaji, dan sekam padi dengan proporsi mixing 45%:45%:10%. Komposisi ini pada umumnya ditetapkan oleh bagian Dept. Process Control Monitoring (PCM). Hasil mixing tersebut diumpankan ke unit kiln. Pada umumnya, pemakaian bahan bakar alternatif ini berperan sebagai pengganti batubara sebanyak 3-5% dari keseluruhan total pemakaian batubara. Maka dari itu, nilai kalori yang terkandung dalam material merupakan komponen yang penting dalam pemakaian bahan bakar alternatif. Selain nilai kalori, hal lain yang menentukan pemilihan bahan bakar alternatif yaitu kandungan air dari material tersebut. Mixing antara oil sludge, serbuk gergaji, dan sekam padi bertujuan untuk mendapatkan nilai kalori sebesar 3000 kkal dan nilai kandungan air sebesar 30%. 39

56 Pemanfaatan limbah B3 di industri semen ini menggunakan menerapkan prinsip co-processing 12. Oil sludge termasuk dalam kategori limbah B3 maka dari itu penanganan secara khusus sebelum dimanfaatkan sehingga pada tahun 2006, dibentuklah Alternative Fuel and Raw Material Division (AFRD) sebagai penanggung jawab pengelolaan limbah. Penerapan alternative fuel project di industri semen ini membutuhkan biaya investasi yang cukup besar dalam pembangunan instalasinya. Instalasi yang perlu dibangun terkait penggunaan bahan bakar alternatif ini adalah storage (tempat penyimpanan sementara bahan-bahan bakar alternatif), peralatan (seperti crusher, mixing pit, conveyor), sistem pembakaran untuk bahan bakar alternatif (kiln), dan pusat pengontrolan (untuk mengontrol apabila terjadi tumpahan atau kendala-kendala lainnya). Proyek penggunaan bahan bakar alternatif ini sesuai standar kualitas lingkungan nasional, baik udara, tanah maupun air. Jadi, emisi yang dikeluarkan perusahaan terkontrol emisinya dengan baik. Penilaian kontrol lingkungan yang dilakukan terkait proyek ini mencakup kontrol pada bahan bakar alternatif, terutama dalam memilih, mengangkut, dan menyimpan limbah B3. Pengukuran emisi dilakukan oleh laboratorium independen di Institut Teknologi Bandung dan European Cement Research Academy (ECRA). Untuk pemantauan dioksin dan furan, belum bisa dilakukan di laboratorium Indonesia, karena terkendala tersedianya alat pengukuran (parameter lengkap untuk co-processing). Pemantauan yang dilakukan oleh ECRA ini membutuhkan biaya sebanyak Rp 425 juta per sampel, kewajiban pemantauan tiga bulan sekali, kecuali untuk 12 Co-processing adalah pemanfaatan limbah dalam proses industri semen dengan memanfaatkan kembali (recovery) energi dan material yang terdapat di dalam limbah tersebut. 40

57 pemantauan dioksin dan furan hanya dilakukan setiap tahun sekali. Banyaknya parameter yang harus dipantau merupakan usaha untuk meminimalisasi unsurunsur emisi yang membahayakan lingkungan akibat penggunaan logam berat sebagai bahan bakar. Biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan untuk pemantauan emisi Rp /tahun untuk setiap plant. 6.2 Dampak Apilkasi Alternative Fuel Project Sejak PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ikut serta dalam carbon fund, beberapa plant perusahaan di Citeureup mulai memanfaatkan ban bekas, sampah, limbah B3 dan biomasa sebagai bahan bakar alternatif. Penggunaan bahan bakar alternatif ini sebagai substitusi batubara sebanyak 5% dari total pemakaian batubara. Hal tersebut memberikan feed back positif baik untuk perusahaan maupun lingkungan sekitar Efisiensi Emisi CO2 dan Implikasinya Mulai September 2007 di plant 8 menggunakan bahan bakar alternatif dalam proses produksinya. Bahan bakar alternatif yang digunakan di plant 8 yaitu bahan bakar alternatif derivat dari bahan bakar fosil (hazardous waste as fuel) dan biomas (woods, rice husk, saw dust). Bahan bakar alternatif yang digunakan di plant ini berpengaruh positif terhadap lingkungan, yaitu pengurangan emisi CO2 yang dihasilkan. Penurunan jumlah CO2 ini berpotensial menghasilkan CER. Pada umumnya di negara berkembang, setiap CER dihargai sebanyak 5 USD. Sebelum alternative fuel project, di plant ini hanya menggunakan batubara dan HDO sebagai bahan bakar. Batubara sebagai bahan bakar utama dan HDO digunakan pada start up pada mesin. Pada periode Maret-Agustus 2007, konsumsi batubara tertinggi pada bulan Juni yaitu 9.312,35 ton dan konsumsi HDO tertinggi 41

58 pada bulan April sebesar 898 kiloliter (Lampiran 2). Konsumsi bahan bakar ini bervariasi per bulannya, tergantung kondisi mesin. Setelah pemakaian bahan bakar alternatif, terdapat perubahan konsumsi bahan bakar di plant 8. Bahan bakar alternatif yang digunakan di plant 8 yaitu bahan bakar alternatif derivat dari bahan bakar fosil (hazardous waste as fuel) dan biomas (woods, rice husk, saw dust). Hazardous waste as fuel atau limbah B3 yang dikonsumsi berasal dari limbah internal perusahaan dan limbah perusahaan perusahaan lain. Banyaknya konsumsi masing-masing bahan bakar menentukan emisi yang dikeluarkan. Pada tahun 2011, sebelum penerapan alternative fuel project terlihat emisi CO2 sebanyak 3.780,83 ton (Tabel 5). Setelah penerapan project emisi CO2 yang dihasilkan sebanyak ,39 ton. Banyaknya emisi CO2 yang dihasilkan setelah project dibandingkan emisi CO2 yang dihasilkan sebelum project disebabkan total produksi clinker pada tahun 2011 mencapai ton, sedangkan pada bulan Maret-Agustus 2007 hanya dihasilkan ,63 ton. Hal tersebut dikarenakan periode produksi yang lebih singkat dan berdasarkan ketersediaan data. Emisi CO2 yang dihasilkan dari biomassa dianggap netral. 42

59 Tabel 5. Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah Alternative Fuel Project Emisi CO2 TAHUN BULAN Fosil (Ton) Biomassa(Ton) 2007 (Sebelum Alternative Fuel Project) 2011 (Setelah Alternative Fuel Project) Maret 149,08 - April 372,64 - Mei 761,56 - Juni 899,89 - Juli 826,45 - Agustus 771,21 - Total 3.780,83 - Januari 1.783,72 153,65 Februari 933,68 83,87 Maret 1.302,18 68,18 April 1.691,34 174,28 Mei 1.735,35 54,98 Juni 1.865,50 167,77 Juli 1.552,63 148,01 Agustus 1.403,51 135,34 September 1.494,99 147,82 Oktober 1.611,93 117,09 November 611,90 103,09 Desember 1.941,66 423,36 Total , ,44 Sumber : Data Sekunder (diolah), 2012 Pemakaian bahan bakar alternatif sebanyak 5% dari total konsumsi keseluruhan bahan bakar di unit kiln plant 8 berdampak pada penurunan rasio emisi CO2 per ton clinker yang dihasilkan. Rasio emisi CO2 terhadap produksi clinker yang dihasilkan berkurang sebesar 400 gram, yaitu dari 0,01369 CO2/ton menjadi 0,01329 CO2/ton (Tabel 6). Tabel 6. Perbandingan Rasio Emisi CO2 Sebelum dan Sesudah Alternative Fuel Project Sebelum Alternative Fuel Project Sesudah Alternative Fuel Project Total Emisi CO ,83 ton ,39 ton Total Produksi ,63 ton ,00 ton Rasio Emisi/Produksi 0, ,01329 Sumber : Data Sekunder (diolah),

60 Penurunan jumlah emisi CO2 setelah penggunaan bahan bakar alternatif memberikan peluang perusahaan untuk mendapatkan CER. Skenario perhitungan CER yang akan didapatkan selama tahun 2011 yaitu: 1. Baseline proyek diasumsikan dengan tanpa adanya pemakaian bahan bakar alternatif, jadi hanya pemakaian batubara dan IDO. Unit Emisi Baseline = Rasio Emisi CO2/Clinker sebelum alternative fuel project x Total Clinker 2011 Unit Emisi Baseline = 0,01369 x = ,33 ton CO2 2. Unit emisi aktual adalah emisi yang dikeluarkan dengan pemakaian bahan bakar alternatif. Unit Emisi Aktual = Rasio Emisi CO2/Clinker sesudah alternative fuel project x Total Clinker 2011 = 0,01329 x = ,39 ton CO2 3. Maka, unit reduksi emisi yang dihasilkan yaitu : Unit reduksi emisi (CER) = Unit Emisi Baseline - Unit Emisi Aktual = ,33 ton CO ,39 ton CO2 = 542,94 ton CO2 = 542 CER CER yang didapat selama tahun 2011 di plant 8 sebanyak 542 CER dan harga setiap CER yaitu 5 USD. Pembayaran yang didapat selama tahun 2011 atas penerimaan CER : Total Pembayaran CER = USD 44

61 = USD Jika setiap 1 USD setara dengan Rp 9.500, maka USD setara dengan Rp Jadi, total pembayaran dari CER selama tahun 2011 yaitu Rp Substitusi bahan bakar alternatif sebanyak 5% ini memberikan Rp pada plant 8. Adanya pasokan biomasa secara intensif untuk pemakaian bahan bakar alternatif ini perlu diperhatikan untuk menjamin tingkat substitusi yang ditargetkan akan terpenuhi. Pada tahun 2010, perusahaan mengalami kesulitan dalam pengadaan bahan-bahan bakar alternatif. Biaya bahan bakar alternatif seperti palm kernel shell dan ban bekas telah meningkat cukup tinggi karena industri lain yang beroperasi di sekitar pabrik Citeureup mulai bersaing untuk mendapatkannya. Jumlah bahan bakar alternatif yang digunakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pun menurun cukup banyak pada tahun Walaupun perusahaan ini terus menggunakan produk samping dari industri minyak dan gas, petrokimia, serta tekstil, volume energi yang dihasilkan dari bahan bakar alternatif menurun secara signifikan pada tahun tersebut. Kontinuitas serbuk gergaji tergantung pada tersedianya industri yang memanfaatkan kayu gergajian. Saw dust termasuk jenis limbah dalam industri furnitur. Serbuk gergaji seharga Rp /ton dipasok dari daerah Sukabumi dan Bogor. Kondisi saat ini, banyak industri furnitur yang bangkrut, sedangkan peningkatan limbah industri terus terjadi. Hal tersebut akan mempengaruhi kebijakan perusahaan atas keberlanjutan penggunaan saw dust sebagai bahan bakar alternatif. Periode waktu , industri furnitur di Jawa Barat relatif sedikit peningkatannya yaitu dari 573 unit menjadi 575 unit (Gambar 5). 45

62 Jumlah Industri Sumber : Jabar dalam Angka 2010,BPS (2012) Gambar 5. Jumlah Industri Furnitur di Indonesia Tahun 2011 Pasokan sekam padi umumnya didapat dari daerah Jonggol dan Karawang dengan harga Rp /ton. Lahan pertanian Jawa Barat memang berpotensial tinggi dalam menghasilkan padi sehingga menjamin tersedianya pasokan sekam padi sebagai biomas. Pada tahun 2011, Jawa Barat memproduksi padi mencapai ton atau seperenam dari dari jumlah total produksi padi Indonesia (Gambar 6). Provinsi Jawa Barat menjadi penghasil padi kedua terbesar di Indonesia Produksi (Ton) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Sumber : Statistical Yearbook of Indonesia 2011, BPS (2012) Gambar 6. Produksi Padi di Indonesia Tahun

63 6.2.2 Efisiensi Biaya Pemanfaatan bahan bakar alternatif ini selain bertujuan mengurangi emisi yang dihasilkan, bertujuan juga untuk mengurangi biaya pengeluaran produksi. Di plant 8, konsumsi batubara dan IDO dapat dikurangi dengan pemakaian mixing limbah B3, sekam padi dan serbuk gergaji. Tujuan lain penggunaan bahan bakar alternatif pada proses produksi adalah sebagai langkah untuk mengantisipasi melonjaknya harga bahan bakar fosil akibat semakin sedikitnya cadangan bahan bakar fosil. Penerapan project ini, perlu memperhatikan harga bahan bakar alternatif itu sendiri, agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dalam produksinya. Pada periode tahun 2011, bahan bakar yang digunakan di plant 8 adalah, batubara, IDO, dan mixing antara oil sludge, sekam padi dan serbuk gergaji. Biaya pembelian bahan bakar oleh perusahaan yaitu batubara sebesar Rp /MT, IDO sebesar Rp /KL, oil sludge sebesar Rp /MT, sekam padi sebesar Rp /MT dan serbuk gergaji Rp /MT (Tabel 7) Tabel 7. Harga Pembelian Bahan Bakar Bahan Bakar IDO Batubara Oil Sludge Sekam Padi Serbuk Gergaji Data : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (2012) Harga Pembelian Rp /KL Rp /ton Rp /ton Rp /ton Rp /ton Konsumsi bahan bakar alternatif ini cenderung berbeda-beda setiap harinya tergantung produksi clinker yang akan dihasilkan, kondisi kiln, atau pun karena ada masalah lainnya. Pada bulan Maret-Agustus 2007 atau periode sebelum adanya alternative fuel project dibutuhkan ,19 ton batubara dan 47

64 IDO sebanyak 3.201,65 kiloliter (Lampiran 2). Sedangkan setelah pemakaian bahan bakar alternatif pada tahun 2011, dibutuhkan sebanyak ,53 ton batubara, 1.618,35 kiloliter HDO, ,51 ton serbuk gergaji, 343,14 ton sekam padi, dan 7.502,05 ton oil sludge. Penggunaan biomasa serbuk gergaji yang relatif lebih banyak dibanding sekam padi karena proporsi mixing serbuk gergaji lebih besar daripada sekam padi yaitu 40%, sedangkan sekam padi hanya 10%. Hal tersebut disebabkan karena fungsi dari serbuk gergaji itu sebagai absorben dari oil sludge. Selama bulan Maret-Agustus 2007 dikeluarkan total biaya sebesar Rp untuk pembelian ,19 MT batubara dan 3.201,65 KL IDO (Tabel 8). Sedangkan sesudah adanya project atau ketika tahun 2011 dikeluarkan biaya sebesar Rp untuk pembelian bahan bakar utama dan bahan bakar alternatif. Tabel 8. Biaya Pembelian Bahan Bakar Maret- Konsumsi Harga (Rp) Biaya (Rp) Agustus Bahan Bakar 2007 Batubara ,19 MT (Sebelum IDO ,65 KL adanya AFP) Total Biaya Rp Konsumsi Harga (Rp) Biaya (Rp) Bahan Bakar 2011 (Sesudah adanya AFP) Batubara ,53 MT IDO ,35 KL Sekam Padi ,51 MT Serbuk Gergaji ,14 MT Oil Sludge ,05 MT Total Biaya Rp Sumber : Data Sekunder (diolah), 2012 Berdasarkan total produksi clinker sebesar ,63 ton selama periode Maret-Agustus 2007 dibutuhkan biaya bahan bakar sebesar Rp ,88/ton produksinya (Tabel 9). Tetapi, setelah adanya project atau selama tahun 2011, 48

65 terjadi penghematan biaya produksi yaitu menjadi Rp ,16/ton. Berdasarkan Tabel 9, diperoleh total biaya sebelum AFP lebih rendah dibandingkan setelah AFP dikarenakan total produksi yang dihasilkan PT ITP berbeda setiap periodenya. Tabel 9. Rasio Biaya Bahan Bakar/Produksi Sebelum AFP Sesudah AFP Total Biaya Rp Rp Total Produksi ,63 ton ton Rasio Biaya/Produksi Rp Rp Sumber : Data Sekunder (diolah), 2012 Penghematan biaya produksi atas penggunaan bahan bakar alternatif memberikan manfaat tambahan bagi perusahaan. Selama tahun 2011, perusahaan mendapat penghematan biaya sebesar : Penghematan biaya produksi = (biaya sesudah AFP biaya sebelum AFP) x produksi klinker tahun 2011 = (Rp Rp ) x ton = Rp Total Manfaat Aplikasi Alternative Fuel Project Sesuai dengan tujuan penelitian nomor dua, yaitu untuk melihat dampak aplikasi perusahaan dalam menerapkan alternative fuel project di plant 8, maka total manfaat keseluruhan yang didapat perusahaan dari perolehan CER dan penurunan biaya produksi selama tahun 2011 yaitu: Total manfaat perusahaan = pendapatan CER + penghematan biaya produksi = Rp Rp = Rp Penerapan alternative fuel project ini memberikan nilai tambah pada produk dikarenakan produk tersebut diproduksi dengan standardisasi ISO

66 yang environmental friendly sehingga meningkatkan harga jual produk. Peningkatan harga jual pada produk ini akan meningkatkan permintaan dan produksi barang tersebut, maka hal ini akan berpengaruh positif pada eksistensi perusahaan Estimasi Pendapatan dari Cost Project Biaya keseluruhan alternative fuel project di plant 8 membutuhkan biaya pembangunan instalasi sebesar Rp dan biaya registrasi sebesar Rp dengan jangka waktu proyek tujuh tahun setiap periodenya. Asumsi total penerimaan perusahaan dari plant 8 setiap tahun dianggap sama. Berdasarkan perhitungan NPV dari cost alternative fuel project di plant 8, nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0), yaitu sebesar Rp (Lampiran 3). Artinya, jumlah nilai sekarang yang diterima atas cost project selama umur proyek tujuh tahun dengan tingkat diskonto 12% sebesar Rp , sehingga usaha tersebut layak dijalankan. NPV sama dengan Rp juga dapat menunjukkan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama tujuh tahun mendatang sebesar Rp pada tingkat diskonto 12%. Nilai tingkat diskonto 12% yang digunakan dalam perhitungan ini berasal dari nilai suku bunga pinjaman saat ini. 50

67 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses persetujuan carbon fund ini membutuhkan waktu sekitar empat tahun sampai dapat dilaksanakan karena lamanya proses verifikasi yang diperlukan. Penerapan alternative fuel project telah dilakukan di empat plant dari sembilan plant di Citeureup. 2. Selama tahun 2011 perusahaan mendapatkan total manfaat dari penerapan alternative fuel project sebesar Rp dan jumlah nilai sekarang dari cost project di plant 8 selama tujuh tahun umur proyek yaitu sebesar Rp Total manfaat yang diperoleh perusahaan dari pembayaran CER sebesar Rp relatif lebih rendah dibandingkan total manfaat yang diperoleh dari penghematan biaya bahan bakar sebesar Rp Hal tersebut dikarenakan harga setiap CER relatif rendah yaitu hanya 5 USD/CER sehingga total manfaat yang dihasilkan dari pembayaran CER ini pun rendah jika dibandingkan total penghematan yang didapat dari penghematan bahan bakar Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka beberapa rekomendasi yang dapat dapat disampaikan, yaitu : 1. Berdasarkan penelitian, dengan tingkat substitusi bahan bakar alternatif mencapai 3-5% dari pemakaian bahan bakar keseluruhan, perusahaan sudah 51

68 mendapat keuntungan. Maka dari itu, sebaiknya perusahaan dapat menerapkan bahan bakar alternatif di semua plantnya. 2. Berdasarkan perhitungan NPV dari cost alternative fuel project di plant 8, nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0), yaitu sebesar Rp Nilai NPV lebih dari nol menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan. Maka sebaiknya perusahaan memperpanjang kontrak terkait alternative fuel project. 52

69 VIII. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam Angka BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Statistical Year Book of Indonesia BPS. Jakarta CER Indonesia CDM dalam Bagan versi Diakses pada 12 Februari 2012 Firdaus, A Proses Pembuatan Semen pada PT. Holcim Indonesia Tbk. Skripsi. Serang: Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Gillenwater, M Calculation Tool for Direct Emissions from Stationary Combustion. Washington DC. WBCSD GHG Protocol. Dalam Diakses pada 5 Maret 2012 Indocement Co-processing PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Indocement Mekanisme Pembangunan Bersih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. IPCC Revision of Default Net Caloric Value, Carbon Content Factor and Carbon Oxidation Factor for Various Fuels in 2006 IPCC GHG InventoryGuideline. Diakses pada 29 April 2012 Kadariah LK, Gray C Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kadariah Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Statistik Batubara. Dalam Diakses pada 5 April 2012 Kementerian Lingkungan Hidup Panduan Kegiatan MPB di Indonesia, Jakarta. Kementerian Pertanian Penerapan Sitem Manajemen Mutu ISO 9001 : Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen Pertanian, Jakarta. Kementerian Pertanian Sekam Padi sebagai Sumber Energi Alternatif dalam Rumah Tangga Petani. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Kompas Emisi Tahun 2010 Tertinggi Tiga Abad. Dalam Diakses pada 26 November

70 Pramesthi, FD Penggunaan Bahan Bakar Alternatif di Industri Semen. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta. Public-Private Partnership between Indonesian-German Program Guideline on Hazardous Waste Utilization for Co-processing in Cement Industry. Rahmawati, S Analisis Awal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai Alternative Fuel and Raw Material. Laporan PKL. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran. Bandung. Republika HUT ke-33 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Mempertegas Komitmen untuk Terus Berwawasan Lingkungan. Dalam Diakses pada 9 April 2012 Soekartawi, A. Soeharjo., John L. Dillon dan J. Brian Hardaker Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta. Stern, N The Economics of Climate Change. New York. Cambridge University Press. Dalam Diakses pada 9 April 2012 Suara Karya Konservasi Energi, Bank Dunia Danai Enam Proyek. Dalam Diakses pada 26 November 2011 UNEP Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca untuk Industri di Asia Pasifik Studi Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dalam Diakses pada 9 April 2012 UNFCCC Monitoring Report Indocement Alternative Fuel Project. Dalam Diakses pada 27 April

71 LAMPIRAN 55

72 Lampiran 1. Dokumentasi Hasil mixing bahan bakar alternatif Conveyor pengangkut BBA Waste dimasukkan ke conveyor Ban bekas siap diumpankan ke kiln Plant 8 56

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Carbon Fund Perubahan iklim dalam Stern (2007) adalah kegagalan pasar terluas yang pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk meminimalkan gangguan ekonomi

Lebih terperinci

8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi

8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2012, bertempat di plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Persetujuan Alternative Fuel Project PT ITP. Proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Persetujuan Alternative Fuel Project PT ITP. Proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Proses Alternative Fuel Project PT ITP 6.1.1 Proses Persetujuan Alternative Fuel Project PT ITP Proses persetujuan project pengurangan emisi ini memerlukan waktu sekitar empat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan

Lebih terperinci

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting

BAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahunterakhir ini terjadi perubahan yang signifikan pada ilmu ekonomi, aktivitas konsumsi yang dilakukan manusia secara sadar atau tidak telah memicu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan

Lebih terperinci

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *) Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TPA Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi adalah TPA milik Kota Bekasi yang terletak di sebelah tenggara Kota Bekasi dan berdekatan dengan TPA Bantar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

Perspektif CDM Pada Proyek Energi Terbarukan & Efisiensi Energi. I. Latar Belakang

Perspektif CDM Pada Proyek Energi Terbarukan & Efisiensi Energi. I. Latar Belakang I. Latar Belakang Masalah perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global dari tahun ke tahun semakin menunjukkan dampak negatif yang semakin meningkat. Sehubungan dengan itu, United Nations Environment

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA > MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2004 TENTANG TATA CARA AFORESTASI DAN REFORESTASI DALAM KERANGKA MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM Disusun oleh: DANIEL AGA ARDIANTO NPM : 02 05 08058 PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, aktivitas operasional perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan sosial, Hal ini menyebabkan berbagai pihak

Lebih terperinci

BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1

BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1 BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1 ONRIZAL Staf Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian: Ekologi dan Rehabilitasi Hutan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Lebih terperinci

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu perubahan iklim, banyak orang yang sepakat bahwa dampak yang ditimbulkan akan menjadi sangat serius apabila tidak diantisipasi, namun pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). SDA yang melimpah dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini?

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini? Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, 17-19 Maret 2010 Untuk apa kita berada disini? Tulislah dalam metaplan, apa yang diharapkan dalam lokakarya ini. 1

Lebih terperinci

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia Keenam sektor; Kehutanan, pertanian, pembangkit listrik, transportasi, bangunan dan semen bersama-sama dengan emisi yang berhubungan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Emisi global per sektornya

Emisi global per sektornya Adaptasi Perubahan Iklim sebagai Langkah Mendesak dan Prioritas Ari Mochamad Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan pada acara FGD tentang Kajian Peraturan

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL DI SEKTOR PENGGUNA ENERGI

PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL DI SEKTOR PENGGUNA ENERGI Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor. (Sugiyono) 15 PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL DI SEKTOR PENGGUNA ENERGI Agus Sugiyono Intisari Perubahan iklim dunia merupakan tantangan yang paling serius yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai 2324,7 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007).

I. PENDAHULUAN. mencapai 2324,7 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki luas perkebunan kelapa nomor satu di dunia. Luas kebun kelapa Indonesia 3,712 juta hektar (31,4% luas kebun kelapa dunia)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Dr. Dolly Priatna Yayasan Belantara Seminar Nasional Perubahan Iklim Mengembangkan Program Pendidikan Konservasi dan Lingkungan Hidup Bagi Para Pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA halaman halaman PENGANTAR Buku saku PETUNJUK KERJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK TUKANG BANGUNAN Pembangunan, adalah sebuah upaya umat manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dan dalam parameter global,

Lebih terperinci

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Dicky Edwin Hindarto Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon Sosialisasi Skema Penilaian Kesesuaian Greenhouse Gases

Lebih terperinci

MEKANISME PERDAGANGAN KARBON: PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA

MEKANISME PERDAGANGAN KARBON: PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA MEKANISME PERDAGANGAN KARBON: PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA Dadang Setiawan DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK & DEKLARASI BINA LINGKUNGAN HIDUP ANINDO Jakarta, 6 Oktober 2013 ISI PRESENTASI Perubahan iklim

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian stabilitas..., Armand Arief Ranaldi, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian stabilitas..., Armand Arief Ranaldi, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Dunia saat ini berada dalam masalah pemanasan global yang amat mengancam kehidupan manusia. Bahwa suhu dunia saat ini semakin

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu hal pokok yang dilakukan oleh setiap negara. Tiap-tiap negara melakukan pembangunan dalam berbagai bidang di daerah yuridiksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga

Lebih terperinci