ANALISIS KOMPONEN MAKNA MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KOMPONEN MAKNA MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO"

Transkripsi

1 ANALISIS KOMPONEN MAKNA MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Dari penelitian dapat disimpulkan ada tujuh kategori yang ditemukan pada makian dalam bahasa Jawa dialek Solo yaitu: Hewan, Keadaan, Profesi, Makhluk Halus, Bagian Tubuh, Kekerabatan, Benda-Benda. Untuk kategori hewan ditemukan lima kata yaitu: asu, boyo, bajing, munyuk, dan wedhus. Untuk kategori keadaan adalah: edan, goblok, modar, kurangajar. Profesi ditemukan kata maling dan lonthé, Untuk makhluk halus hanya ditemukan satu kata yaitu setan. Sedangkan bagian tubuh ditemukan kata: ndasmu, kupingmu, matamu, lambemu. Untuk kekerabatan juga ditemukan satu kata saja yaitu mbahmu. Sedangkan untuk kategori benda-benda ditemukan dua buah kata makian yaitu gombal and tai. Kata kunci : Komponen makna, Makian, Bahasa Jawa 1. Pendahuluan Dalam berkomunikasi, manusia pada umumnya berinteraksi untuk membina kerja sama antarsesamanya, tetapi ada atau sindiran halus untuk mengekspresikan segala bentuk ketidaksenangan, kebencian terhadap situasi yang tengah dihadapi. Bagi orang yang terkena, ucapan-ucapan itu mungkin Studi tentang makian dalam ilmu makna erat kaitannya dengan kalanya manusia berselisih paham atau pendapat dengan lainnya. Dalam situasi inilah para pemakai bahasa memanfaatkan berbagai kata makian, disamping kata-kata kasar dirasakan menyeran, tetapi bagi yang mengucapkannya, ekspresi dengan makian adalah alat pembebasan dari segala bentuk dan situasi yang tidak mengenakkan tersebut. masalah tabu (taboo). Kata taboo sendiri secara etimologi berasal 45

2 dari bahasa Polynesia yang makian dalam bahasa Jawa dialek diperkenalkan oleh Captain James Solo: maling, misalnya, Cook yang kemudian masuk ke mengandung unsur atau komponen dalam bahasa Inggris, dan makna makhluk BERNYAWA, seterusnya ke dalam bahasa-bahasa golongan MANUSIA, tetapi Eropa lainnya (Ullmann, mempunyai status sosial SUKA 1972:204). Kata ini mempunyai MENCURI, dan termasuk golongan makna yang sangat luas, tetapi PRIA/WANITA. Berlawanan umumnya berarti sesuatu yang dengan, lonthé adalah makhluk dilarang. BERNYAWA, golongan Dalam analisis komponen MANUSIA, tetapi mempunyai makna kita ingin menemukan status sosial SUKA GONTAkandungan makna kata atau GANTI PASANGAN, dan komposisi makna kata. Contoh kata termasuk golongan WANITA. Dari makhluk bernyawa, golongan salah satu contoh dapat dibaca manusia, suka gonta-ganti sebagai berikut: lonthe adalah pasangan, dan wanita. 2. KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Makian Makian adalah sebuah dan klausa. Di bawah ini akan uangkapan yang tidak sopan dijelaskan sebagai berikut: sebagai ungkapan ekpresi Makian Berbentuk Kata kemarahan, kejengkelan atau Bentuk-bentuk makian yang perasaan kuat lainnya ejekan; berbentuk kata dapat dibedakan secara lebih luas merupakan menjadi dua yaitu makian bentuk bahasa yang buruk (Oxford English Dictionary,367) kata dasar dan bentuk kata jadian. Makian bentuk dasar adalah makian 2.2. Bentuk-bentuk Makian yang berujud kata-kata Dalam Bahasa Indonesia monomorfemik, seperti babi, Sacara formal ada tiga jenis bangsat, setan. Sementara itu, bentuk makian yaitu: kata, frase, makian bentuk jadian adalah makian yang berupa kata-kata 46

3 polimorfemik, seperti sialan, bajingan, diancuk, dan diamput Makian Berbentuk Frase Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membentuk frase makian dalam bahasa Indonesia, yaitu dasar plus makian. Seperti dasar sial, dasar kampungan dan makian plus mu, seperti matamu, kakekmu. Kata dasar dalam hal ini memungkinkan melekat dengan berbagai makian dengan bermacammacam referensi, seperti binatang (dasar buaya, dasar babi dan sebagainya) profesi (dasar maling, dasar sundal dan sebagainya), benda ( dasar gombal, dasar tai dan sebagainya), keadaan ( dasar gila, dasar keparat dan sebagainya), makhluk halus ( dasar setan, dasar iblis dan sebagainya). Dalam pada itu, -mu hanya bisa berlekatan dengan kata-kata kekerabatan ( kakekmu, nenekmu ) dan bagian tubuh ( matamu, kupingmu) Makian Berbentuk Klausa Makian yang berbentuk klausa dalam bahasa Indonesiadibentuk dengan menambahkan pronominal (pada Referensi Makian Bahasa Indonesia Secara sederhana, berdasarkan ada dan tidaknya referen ( acuan ), kata-kata dalam bahasa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kata-kata referensial dan nonreferensial. Dilihat dari referensinya system makian di Indonesia dapat dibagi menjadi bermacam-macam antara lain umumnya) di belakang makian dari berbagi referensi itu, seperti gila kamu, gila benar dia, setan alas kamu, sundal kamu. sebagai berikut: keadaan, binatang, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, makhluk halus, aktivitas, profesi dan seruan. Sementara itu, nonreferensial adalah sebagai berikut yang mempunyai fungsi untuk membantu kata-kata lain untuk menjalankan tugas, seperti proposisi, konjungsi, dan interjeksi. 47

4 2.2.5 Makna Leksikal dan Hubungan Referensial. Makna Leksikal adalah fungsi hubungannya terhadap butir leksikal lain dalam sebuah medan leksikal atau medan makna. Makna leksikal ada dua yaitu denotatif dan konotatif. Hubungan antara konsep, lambang dan acuan dapat diperlihatkan dalam segitiga semiotik berikut ini: (b). konsep a.(symbol) c. ( referent) Symbol atau lambang adalah unsur linguistik berupa kata atau kalimat, acuan adalah objek, peristiwa, fakta atau proses yang berkaitan dengan dunia pengalaman manusia. Sedangkan konsep adalah adalah apa yang ada di dalam mind tentang objek yang ditunjukkan oleh (1). Perempuan itu ibu saya. Secara denotatif mengandung konsep manusia dewasa (2). Ah dasar perempuan tidak menunjuk kepada konsep manusia dewasa berkelamin perempuan. Tetapi kepada salah satu sifat perempuan yang antara lain suka bersolek. Jadi makna lambang. Sedangkan referent adalah dunia kenyataan yang ditunjukkan oleh makna kata. Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan itu disebut hubungan Referensial. Contoh kata: misalnya perempuan yang terdapat dalam kalimat berikut: berkelamin perempuan Kata yang sama dalam kalimat: konotatif adalah makna yang dibentuk lewat makna denotatif, tetapi makna itu ditambahkan komponen makna lain. Dalam kalimat (2) arti denotatifnya 48

5 ditambah dengan salah satu sifat perempuan Analisis Komponen Untuk mengidentifikasi komponen makna diperlukan analisis makna leksikal atau dekomposisi leksikal. Dalam analisis makna kata kita pun ingin menemukan kandungan makna. Setiap kata mengandung sejumlah komponen yang bersamasama memberi makna tertentu pada kata itu. Dalam analisis komponen makna diperlukan notasi semantik untuk menandai nilai semantik komponen makna tertentu dalam kaitannya dengan butir leksikal tertentu dalam sebuah medan leksikal. Lehrer (1974:62-63) menggunakan notasi semantis: (+) untuk menandai kehadiran komponen; (-) untuk menandai ketidakhadiran komponen. (*) untuk menandai komponen yang tidak berfungsi. Kata Indonesia gadis, misalnya, mengandung unsur atau komponen jejaka yang mempunyai semua unsur makna gadis, kecuali jenis makna makhluk BERNYAWA, kelaminnya PRIA. Tetapi biasanya golongan MANUSIA, yang sudah disajikan dengan cara memberi berusia DEWASA, tetapi tanda + untuk komponen makna mempunyai status sosial BELUM yang dimilki oleh kata yang sedang KAWIN, dan termasuk golongan diperikan, dan tanda bila kelamin WANITA. Singkatnya komponen makna yang merupakan gadis adalah makhluk ciri makna kata tidak dimilki oleh BERNYAWA, MANUSIA, kata yang diperikan itu, seperti DEWASA, BELUM KAWIN, berikut: WANITA. Berlawanan dengan (1). Gadis: +BERNYAWA +MANUSIA -KAWIN -PRIA (2). Jejaka: +BERNYAWA +MANUSIA -KAWIN +PRIA 49

6 Dapat dibaca sebagai berikut: gadis adalah makhluk BERNYAWA, MANUSIA, DEWASA, BELUM KAWIN, BUKAN PRIA (WANITA). Jejaka: BERNYAWA MANUSIA, BELUM KAWIN, PRIA. Bila terjadi sebuah kata tidak memerlukan spesifikasi khusus. memerlukan spesifikasi dengan Kata orang, misalnya tidak salah satu komponen yang menurut memerlukan spesifikasi apakah dia kerangka pemikiran logis pria atau wanita, atau dengan kata memerlukannya maka komponen makna itu dipakai juga sebagai bagian dari pemerian kata itu, tetapi diberi tanda 0 yang menyarankan lain bisa pria bisa wanita, maka untuk menyatakan netralisasi cirri itu diberi komponen kosong dan diberi symbol 0, seperti 0 pria: arti bahwa kata bersangkutan tidak (3). Orang: +BERNYAWA, +MANUSIA 0 PRIA + DEWASA Jadi orang adalah makhluk BERNYAWA, MANUSIA, DEWASA, yang mungkin PRIA atau WANITA. 3. MAKIAN DALAM BAHASA JAWA DIALEK SOLO 1. Ndasmu 2. Matamu 3. Kupingmu 4. Lambému 5. Asu 6. Boyo 7. Munyuk 8. Wedhus 9. Bajing 10. Maling 11. Goblok 12. Kurangajar 13. Lonthé 14. Mbahmu 15. Tai 16. Modar 17. Setan 18. Gombal 19. Moto dhuiten 20. Bajigur 21. Bajingan KLASIFIKASI 50

7 3.1 HEWAN Satuan-satuan lingual yang referensinya binatang pemakaiannya bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-sifat tertentu dari binatang itulah yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan individu atau keadaan yang dijadikan sasaran makian. Dalam hal ini tentu tidak saja tidak semua nama binatang dapat dijadikan untuk sarana memakai dalam penggunaan bahasa. Contoh binatang yang digunakan sebagai makian dalam bahasa Jawa dialek Solo adalah: Asu, Boyo, Munyuk, binatang berbulu, berwarna keabu-abuan, berekor panjang. Tetapi sehubungan dengan keburukan muka referennya yaitu munyuk. Bajing adalah binatang yang suka meloncat di pohon kelapa. Untuk memperhalus ucapan, seperti halnya perubahan Wedhus, Bajing. Asu adalah binatang menyusui yang digunakan menjaga rumah, berburu dan sebagainya. Tetapi disini kata asu bisa berubah arti bukan binatang yang berkaki empat tetapi seorang teman anda yang amat anda benci dan oleh karena itu anda sebut asu. Boyo: binatang berdarah dingin yang merangkak adalah makna yang sebenarnya. Tetapi makna boyo bisa diartikan sebagai lelaki yang suka main perempuan/senang mencari pasangan. Munyuk: bentuk makian bahasa Jawa dari kata bajing menjadi bajingan yang berubah makna menjadi pencopet. Dari kata bajingan menjadi kata bajigur yaitu sejenis minuman. Kemudian analisis komponen maknanya adalah sebagai berikut: Pembeda Asu Boyo Bajing Munyuk Wedhus Buas/tidak pemakan rumput/tidak Peliharaan/tidak

8 Di hutan/tidak Contoh tersebut dapat dibaca sebagai berikut: Asu adalah binatang buas biasanya dipelihara, bukan pemakan rumput, dan tidak hidup di hutan. Boyo adalah binatang buas, bukan pemakan rumput, bukan hewan peliharaan (kecuali yang ada di kebun binatang), tidak hidup di hutan. Bajing adalah binatang buas, 3.2. KEADAAN Untuk menunjukkan keadaan yang tidak menyenangkan yaitu keadaan mental, edan, goblok,. Untuk menunjukkan keadaan yang berhubungan dengan peristiwa seseorang seperti: modar, kurangajar. Kata edan adalah sakit ingatan, tidak beres ingatan. Tetapi dalam hal ini edan dapat digunakan untuk mengekspresikan keheranan atau kekaguman. Goblok adalah bodoh sekali. Kata goblok hidupnya di hutan, bukan pemakan rumput, dan tidak dipelihara. Munyuk termasuk binatang buas, bisanya hidup di hutan, bukan binatang pemakan rumput, bukan hewan peliharaan (kecuali di kebun binatang). Wedhus ialah binatang pemakan rumput, biasanya dipelihara, tidak hidup di hutan, dan tidak buas. menunjuk kepada orang yang tidak lekas mengerti atau tidak mudah tahu. Modar: tidak bernyawa. Kata modar disini bisa berarti mampus. Kurang ajar: tidak sopan. Kata kurangajar biasanya berhubungan dengan sikap seseorang. Analisis komponen medan makna keadaan adalah sebagai berikut: Pembeda edan goblok modar kurangajar Bodoh/tidak Mati/tidak Gila/tidak

9 Brengsek/tidak Dari contoh diatas dapat dibaca sebagai berikut: edan adalah tidak beres ingatan (gila), tidak lekas tahu (bodoh), tidak bernyawa (mati), tidak brengsek. Sedangkan goblok adalah bodoh atau tidak lekas tahu, tidak mati, tidak gila, tidak brengsek. Modar yaitu mati atau tidak bernyawa, tidak bodoh, tidak gila, tidak brengsek. Sedangkan kurangajar adalah brengsek, tidak bodoh, tidak mati, tidak gila PROFESI Profesi seseorang, terutama yang mengambil milik orang secara profesi rendah dan yang sembunyi-sembunyi atau pencuri. diharamkan oleh agama, sering kali Kemudian lonthé digunakan untuk digunakan oleh para pemakai menyebut perempuan jalang atau bahasa untuk mengumpat atau pelacur. mengekspresikan rasa jengkelnya. Profesi-profesi yang biasa dipakai Analisis komponen makna profesi adalah sebagai berikut: untuk memaki yang ditemukan dalam makian bahasa Jawa di Solo adalah maling dan lonthé. Kata maling digunakan untuk orang Pembeda Maling Lonthé Suka mencuri milik orang lain + - Pelacur - + Bernyawa + + Manusia + + Pria 0 - Dari data tersebut dapat dibaca sebagai berikut: maling adalah suka mencuri milik orang lain, bernyawa, manusia, bisa laki-laki atau 53

10 perempuan. Sedangkan Lonthé adalah pelacur, bernyawa, manusia, 3.4. MAKHLUK HALUS Dari data penelitian ada satu buah kata makhluk halus yang ditemukan dalam makian bahasa Jawa dialek Solo yaitu setan. makhluk halus tersebut yang menganggu kehidupan manusia. Kata setan adalah roh jahat yang selalu menggoda manusia untuk 3.5. BAGIAN TUBUH Dari data penelitian ditemukan lima kata bagian tubuh yang digunakan untuk mengumpat yaitu: ndasmu, matamu, kupingmu, lambemu. Bagian tubuh yang sering digunakan untuk memaki adalah matamu. Mata dalam artian sebenarnya adalah alat indera yang digunakan untuk melihat bendabenda di sekelilingnya. Hal ini kata matamu dipakai untuk mengumpat orang yang tidak dapat memanfaatkan alat penglihatannya sehingga melakukan kesalahan. Kata mata bisa menjadi moto dhuiten yang digunakan untuk orang yang lebih mementingkan uang dalam mengerjakan sesuatu. dan tidak pria (wanita). berbuat jahat. Kata setan bisa berubah menjadi persetan yaitu ungkapan yang digunakan untuk menyatakan masa bodoh atau tidak peduli. Analisis komponen maknanya adalah sebagai berikut: makhluk halus, mengganggu manusia, berbuat jahat. Ndas adalah bagian atas tubuh yang bentuknya bulat. Ndas bisa menjadi pecah ndhasé yang artinya pecah kepalanya. Ungkapan ini digunakan untuk menyatakan kejengkelan terhadap sesuatu. Kuping adalah alat indera (bagian tubuh) yang digunakan untuk mendengarkan. Tetapi makna lain yaitu seperti kupingmu budheg digunakan untuk memakai orang yang tidak mendengarkan sesuatu sehingga tidak terdengar jelas. Lambé adalah alat indera (bagian tubuh) yang digunakan untuk makan dan minum serta untuk bicara. Lambemu digunakan untuk mengumpat orang yang senang ngobrol (tidak bisa 54

11 diam). Di bawah ini adalah analisis komponen makna bagian tubuh: Pembeda ndas mata kuping lambé Bentuk bulat/tidak Tubuh paling atas/tidak Melihat/tidak Mendengar/tidak Bicara/tidak Dari data diatas dapat dibaca sebagai berikut: ndas bentuknya bulat, bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat, bukan untuk mendengar dan bicara. Sedangkan, mata bentuknya bulat digunakan untuk melihat, bukan merupakan bagian tubuh yang paling atas, tidak digunakan untuk mendengat dan bicara. Kuping 3.6. KEKERABATAN Dari data penelitian hanya ditemukan satu kata makian dalam kategori kekerabatan yaitu: mbahmu. Mbahmu adalah orang tua dari bapak atau ibu. Tetapi untuk mengungkapkan kejengkelan kepada lawan bicara, kadang seringkali menyangkut kata kekerabatan ini. Analisis komponen adalah indera yang digunakan untuk mendengar, bentuknya tidak bulat, bukan bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat dan bicara. Sedangkan lambé digunakan untuk bicara, bentuknya tidak bulat dan bukan bagian tubuh yang paling atas, tidak untuk melihat dan mendengar. maknanya adalah sebagai berikut kata makian mbahmu: bernyawa, manusia, laki-laki atau perempuan, sudah tua. 55

12 3.7. BENDA-BENDA Tidak jauh berbeda dengan referennya seperti untuk nama-nama binatang dan makhluk mengungkapkan hal-hal yang tidak halus, nama-nama benda juga berguna. Kemudian kata tai adalah banyak digunakan untuk memaki ampas makanan dari perut yang seperti gombal dan tai. Gombal keluar melalui dubur. Tai makna sebenarnya adalah kain yang digunakan untuk memaki hal-hal sudah tua. Kemudian gombal yang kotor. Analisis komponen digunakan untuk memaki yang maknanya sebagai berikut: berkaitan dengan keburukan Pembeda Gombal Tai Lusuh/tidak + - Cair/tidak - + Kotoran/tidak - + Dari data diatas dapat dibaca sebagai berikut: Gombal adalah kain yang lusuh, tidak cair (padat), bukan kotoran. Sedangkan, tai 4. KESIMPULAN Bentuk-bentuk makian adalah sarana kebahasaan yang digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan ketidaksenangan terhadap sesuatu. Dari penelitian dapat disimpulkan ada tujuh kategori yang ditemukan pada makian dalam bahasa Jawa dialek Solo yaitu: Hewan, Keadaan, Profesi, Makhluk Halus, Bagian bentuknya cair, merupakan kotoran hewan atau manusia, dan tidak lusuh. Tubuh, Kekerabatan, Benda-Benda. Untuk kategori hewan ditemukan lima kata yaitu: asu, boyo, bajing, munyuk, dan wedhus. Untuk kategori keadaan adalah: edan, goblok, modar, kurangajar. Profesi ditemukan kata maling dan lonthé, Untuk makhluk halus hanya ditemukan satu kata yaitu setan. Sedangkan bagian tubuh ditemukan 55

13 kata: ndasmu, kupingmu, matamu, lambemu. Untuk kekerabatan juga ditemukan satu kata saja yaitu mbahmu. Sedangkan untuk kategori benda-benda ditemukan dua buah kata makian yaitu gombal and tai. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Lyons, John. Semantics. Volume 2. Cambridge: Cambridge University Press. Nida, Eugene A Componential Analysis of Meaning. Paris: The Hague Pateda, Mansoer Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Parera, J.D Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Wedhawati Medan Leksikal dan Analisis Komponensial. Seminar Nasional 1: Semantik, S2 Linguistik UNS. Wijaya & Rohmadi Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 56

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran

Lebih terperinci

VARIABEL SOSIAL SEBAGAI PENENTU PENGGUNAAN MAKIAN DALAM BAHASA INDONESIA

VARIABEL SOSIAL SEBAGAI PENENTU PENGGUNAAN MAKIAN DALAM BAHASA INDONESIA Linguistik Indonesia, Februari 2013, 81-102 Tahun ke-31, No. 1 Copyright 2013, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 VARIABEL SOSIAL SEBAGAI PENENTU PENGGUNAAN MAKIAN DALAM BAHASA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

MAKIAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KAPUAS HULU

MAKIAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KAPUAS HULU MAKIAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KAPUAS HULU SWEARING IN MALAY LANGUAGE OF SELIMBAU KAPUAS HULU DIALECT Wahyu Damayanti Balai Bahasa Kalimantan Barat Jalan Ahmad Yani, Pontianak 78121 Posel:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

MAKNA LEKSIKAL DAN KONTEKSTUAL DALAM BENTUK MAKIAN BAHASA JAWA NGOKO

MAKNA LEKSIKAL DAN KONTEKSTUAL DALAM BENTUK MAKIAN BAHASA JAWA NGOKO Linguistika Akademia Vol.1, No.2, 2012, pp. 181~192 ISSN: 2089-3884 MAKNA LEKSIKAL DAN KONTEKSTUAL DALAM BENTUK MAKIAN BAHASA JAWA NGOKO Mu ammar Hasan e-mail: 7alter@gmail.com ABSTRACT Lexical meaning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, satu sama lain manusia melakukan interaksi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, satu sama lain manusia melakukan interaksi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, satu sama lain manusia melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya sehari-hari. Soekanto (2002: 61) memaparkan bahwa apabila dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM STIKER HUMOR DI DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM STIKER HUMOR DI DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat 0 PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM STIKER HUMOR DI DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya permasalahan kategori ini sehingga tidak

Lebih terperinci

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Kania Pratiwi Sakura Ridwan Aulia Rahmawati Abstrak. Penelitian ini bertujuan memahami secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kata yang tepat di dalam sebuah tuturan diperlukan guna terciptanya saling kesepahaman diantara penutur seperti yang diungkapkan oleh Leech, (2003: 16),

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014 ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah bahasa Indonesia telah melewati tahap-tahap pertumbuhan dan pengukuhan. Kini, bahasa Indonesia telah berada pada tahap pengembangan dan pembinaan.

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA (2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN)

ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN) ANALISIS KOMPONENSIAL DAN STRUKTUR MEDAN LEKSIKAL VERBA BAHASA INDONESIA YANG BERKOMPONEN MAKNA (+TINDAKAN +KEPALA +MANUSIA +SENGAJA*MITRA +SASARAN) Bakdal Ginanjar Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa yang memakai dan memiliki bahasa tersebut.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan bagi penulis untuk memberikan referensi atau acuan, untuk membedakan antara penelitian

Lebih terperinci

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Kajian bentuk..., Odin Rosidin, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Kajian bentuk..., Odin Rosidin, FIB UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Masalah Di dalam kehidupan ini, setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan, tidak diharapkan, ataupun tidak diduga. Ketika hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal PEMETAAN, PEMINIMALISASIAN, PENGKREASIAN,DAN PENGGALIAN DAMPAK STIKER VULGAR DI LINGKUNGAN PELAJAR SMA SURAKARTA Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum., Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum., Sugeng Riyanto, S.Pd., Naimul

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

UNGKAPAN KASAR MASYARAKAT SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA

UNGKAPAN KASAR MASYARAKAT SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA UNGKAPAN KASAR MASYARAKAT SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA Gina Agianti Auzar Abdul Jalil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Riau ABSTRACT This research investigates

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku Republik #Jancukers ditulis oleh Sujiwo Tejo dengan menggunakan banyak bahasa (multilingual), yaitu bahasa Indonesia, bahasa Asing, dan bahasa Daerah. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

DISFEMIA PADA STIKER HELM DAN KENDARAAN BERMOTOR REMAJA

DISFEMIA PADA STIKER HELM DAN KENDARAAN BERMOTOR REMAJA DISFEMIA PADA STIKER HELM DAN KENDARAAN BERMOTOR REMAJA Sugeng Riyanto LPPBI-FKIP-UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 Surakarta 57102 Sugenx_bepe20@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik

METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik METAFORA TEMA PERCINTAAN PADA LIRIK LAGU CIPTAAN EBIET G. ADE: Sebuah Tinjauan Semantik Yunita Wulan Nugrahani Muhammad Qomaruddin Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000:154-155) yakni publisitas yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000:154-155) yakni publisitas yang menyangkut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Surat kabar merupakan salah satu sumber informasi tertulis yang memuat berbagai peristiwa. Berita dalam surat kabar diperuntukan untuk umum yang menyangkut kepentingan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

MENGATAI KATA-KATA Oleh Aprinus Salam

MENGATAI KATA-KATA Oleh Aprinus Salam MENGATAI KATA-KATA Oleh Aprinus Salam Saya merasa gembira mendapat kesempatan memberi semacam pengantar untuk sejumlah tulisan teman-teman mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tergabung dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki nama, baik benda mati, benda hidup, tempat, atau nama daerah tempat tinggal kita.

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan

Lebih terperinci

VARIASI MAKNA PLESETAN PADA BUKU REPUBLIK PLESETAN KARYA KELIK SUMARYOTO. Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

VARIASI MAKNA PLESETAN PADA BUKU REPUBLIK PLESETAN KARYA KELIK SUMARYOTO. Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan VARIASI MAKNA PLESETAN PADA BUKU REPUBLIK PLESETAN KARYA KELIK SUMARYOTO Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan dan fungsi yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Tanpa bahasa, seseorang akan menghadapi kesulitan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembicara, sering ditemukan dalam tuturan lisan seseorang terutama yang

BAB V PENUTUP. pembicara, sering ditemukan dalam tuturan lisan seseorang terutama yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Interjeksi bahasa Jawa sebagai kata yang mengungkapkan perasaan pembicara, sering ditemukan dalam tuturan lisan seseorang terutama yang beragam informal. Interjeksi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA IN 105 SEMANTIK BAHASA INDONESIA: S-1, 2 sks SEMESTER 4 OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, untuk digunakan manusia berkomunikasi antar sesama manusia. Komunikasi merupakan keterampilan paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Hal ini membutikkan bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komuniksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna kata. Soedjito (1990: 51) dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna kata ialah

Lebih terperinci

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa merupakan sarana yang paling penting bagi

Lebih terperinci

MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO. Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena

MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO. Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena MAKNA LEKSEM DALAM ISTILAH PERKAWINAN BUDAYA GAYO Harfiandi dan Rismawati STKIP Bina Bangsa Getsempena Email : harfiandi@stkipgetsempena.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang makna

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan manusia untuk mengerti satu sama lain. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan 10 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang teori-teori yang menjadi landasan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Teori-teori tersebut diambil dari penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik) ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis.

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN

SILABUS SEMANTIK DR413. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. PROSEDUR PELAKSANAAN PERKULIAHAN Tgl. Berlaku : 02 Januari 2010 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS SEMANTIK DR413 Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd. Haris Santosa Nugraha, M.Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur akan menggunakan bahasanya secara dinamis. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penutur tidak selalu menggunakan bahasa yang digunakan pada saat itu

Lebih terperinci