BAB I PENDAHULUAN. Pekerja seks komersil adalah bagian dari dunia pelacuran yang. termaksuk dengan istilah WTS atau wanita tunasusila.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pekerja seks komersil adalah bagian dari dunia pelacuran yang. termaksuk dengan istilah WTS atau wanita tunasusila."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pekerja seks komersil adalah bagian dari dunia pelacuran yang termaksuk dengan istilah WTS atau wanita tunasusila. Pelacuran atau Prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan dan perbaikan. Pelacuran berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro-stauree, yang membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, percabulan, dan pergendakan (Kartini, 2007:207). Menurut Feldman, seseorang menjadi PSK yang terlibat dalam hubungan seks demi uang sebagai mata pencarian (Fildman dalam Koentjoro, 2004:31). Lebih lanjutnya, Koentjaraningrat (2004:34) mendefenisikan seseorang menjadi PSK karena berhubungan badan demi uang, perselingkuhan, dan tidak acuh secara emosional. Dari sudut antropologi ekonomi, PSK memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan PSK sering kali dianggap membahayakan kepribadian seseorang dan memperburuk kehidupan keluarga dan pernikahan menyebarkan penyakit dan mengakibatkan diorganisasi sosial, (Koentjoronigrat 2004 : 41). Banyak wanita yang hidup semata-mata dalam kemiskinan menjadi PSK untuk memperoleh makanan, pakaian dan perlindungan atau yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah, dengan berbagai

2 alasan mereka mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga oleh karena faktor pendidikan yang rendah sehingga tidak memungkinkan memperoleh pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup misalnya pada sektor formal. Mengenai soal dan macam serta jumlah dorongan naluri manusia, yang membentuk kepribadian dan dipertegas melalui pola interaksinya antara lain seperti yang di gambarkan oleh Koentjaranigrat dalam bukunya Pengatar Ilmu Antropologi (1990:108), adalah: Dorongan untuk mempertahanan hidup, dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga ada pada sesama makhluk di dunia ini dan menyebabkan mampu mempertahankan hidup. 1. Dorongan seks, bahwa dorongan seks timbul pada setiap individu yang normal tanpa terpengaruh pengetahuan sebagai landasan biologis. 2. Dorongan untuk usaha mencari makan, sebagai sikap dasar setiap manusia yang tidak di pengaruhi oleh landasan pengetahuan. 3. Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia dorongan ini merupakan landasan biologi dan kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif. Sebenarnya dorongan naluri manusia untuk membentuk kepribadian ada 7 faktor, tetapi ke empat dorongan ini yang cenderung membuat responden menjadi PSK, dorongan naluri manusia dalam lingkungan interaksinya akan semakin membesar menjadi sebuah keyakinan dalam

3 berbagai pandangan yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya, Saragih (2008 : 13). Dalam bersosialisasi antara PSK dengan masyarakat akan banyak hal didapat oleh PSK seperti, cara pandang masyarakat setempat terhadap mereka, pandangan masyarakat yang menganggap rendah dan memojokkan PSK dalam kehidupan sehari-hari. Adanya anggapan, bahwa apabila bersosialisasi dengan seorang PSK dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Fakta dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak mau bergaul dan menganggap rendah pekerjaan PSK, khususnya para istri. Para istri merasa tidak senang dengan PSK, sebab PSK dianggap sebagai peretak rumah tangga. Dari pengertian di atas jelas bahwa pekerja seks komersil adalah suatu perbuatan di mana seorang wanita menyerahkan dirinya untuk berhubungan badan dengan mengharapkan bayaran, baik berupa uang maupun bentuk lainnya. Disini Kartono (1992:207) mengemukakan defenisi PSK sebagai berikut: 1. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual dengan pola-pola organisasi implu/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi, dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak oarang

4 2. PSK merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan bada, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran. 3. PSK ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah. PSK diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. PSK itu juga bisa diartikan sebagai salah satu tingkah, tidak susila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila. Maka pelacuran itu adalah wanita yang tidak pantas kelakuannya dan bisa mendatangkan mala/celaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada diri sendiri. PSK merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Yaitu berupa tingkah laku lepas bebas tanpa kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan. PSK selalu ada pada semua negara berbudaya, sejak zaman purba sampai sekarang. Dan senantiasa menjadi masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum dan tradisi. Selanjutnya, dengan perkembangan teknologi, industri dan kebudayaan manusia, turut berkembang pula pelacuran dalam pelbagai bentuk dan tingkatannya.

5 Sejak zaman dahulu para pelacur selalu dikecam atau dikutuk oleh masyarakat, karena tingkah lakunya yang asusila dan dianggap mengotori sakralitas hubungan seks. Mereka disebut sebagai orang-orang yang melanggar norma-norma, adat dan agama dan memyebabkan penyebaran penyakit kelamin. Adapun hal yang mendasari PSK terjun ke dunia pelacuran karena berbagai alasan, salah satunya faktor ekonomi dan masalah pribadi. (Agustina : 2008) Menyatakan di samping itu, keterbatasan lapangan pekerjaan bagi perempuan juga menghentikan mereka sebagai salah satu pilar penyokong ekonomi keluarga. Salah satu pilihan pekerjaan mudah bagi perempuan dengan keterampilan dan pendidikan rendah, tetapi dengan harapan mendapat kehidupan yang layak adalah dengan menjalani profesi sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK). Kesulitan-kesulitan dalam situasi tertentu mempengaruhi kondisi mental/moral seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut; yang bertentangan dengan akhlak, moral, dan agama, menjadi faktor banyaknya para wanita menjadi seorang PSK (Triono, 2008:12). Jika dilihat dari sudut pandang kehidupan sosial tidak semua masyarakat bisa menerima posisi PSK dalam lingkungan masyarakat, karena dapat mempengaruhi kepribadian masyarakat, khususnya anak-anak yang sedang berkembang. Secara tidak langsung, PSK yang juga manusia biasa, dalam bergaul dengan yang lain mengalami diskriminasi dalam berteman, PSK tersebut dijauhi dalam pergaulan masyarakat. Hal ini menunjukkan PSK tersebut hanya berteman dengan sesama profesinya yaitu, antar sesama PSK

6 saja. PSK juga dipandang sebahagiaan masyarakat sebagai merusak rumah tangga orang dan penyebar penyakit. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah munculnya Penyakit Menular Seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (Ajen,2003:86). Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit. Perempuan lebih mudah terkena infeksi saluran reproduksi (ISR) dibanding dengan lakilaki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan laki-laki (Widyastuti,2009:38). Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumnya telah terjangkit Penyakit Menular Seksual ini jelas sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, di antaranya tidak dapat disembuhkan. Untuk mengetahui lebih lanjut, dibawah ini akan dibahas beberapa beberapa Penyakit Menular Seksual. Seperti Gonorhoe, sifilis, HIV/AIDS.

7 Penyakit Gonorhoe ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus. Pada perempuan berjangkitnya penyakit ini akan terlihat setelah 5-20 hari melakukan hubungan seksual. Tanda-tandanya tidak dapat terlihat, bahkan perempuan tersebut tidak menyadari jika dirinya telah terjangkit. Tiba-tiba dia akan merasakan sakit di bagian kelamin wanita akan keluar nanah (Dianawati, 2003:87). Jika penyakit ini belum sempat diobati dan dia mengalami kehamilan, bayi yang ada dalam kandungannya dapat terancam kebutaan karena gonorhoe ini bisa menjalar dan menyerang selaput lendir mata bayi ini juga dapat menyebabkan kemandulan. Sedangkan pada lakilaki, penyakit ini dapat terlihat setelah 3-7 hari melakukan hubungan seksual. Gejala yang terlihat saat ujung kepala penis terlihat merah karena meradang dan mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing. Untuk menanggulangi penyakit ini, penderita akan diberi obat antibiotik atas resep dokter dan melakukan diagnosis yang tepat dan teratur melalui dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin. Sifilis dikenal juga dengan sebutan raja singa. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini di tularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya,

8 seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah, dan mulut. Penularannya penyakit ini akan terlihat sekitar 3-4 minngu bahkan terkadang sampai 3 bulan setelah melakukan hubungan seksual, gejala yang terlihat adanya luka kecil bernanah disertai rasa sakit dan terjadinya pembengkakan kelenjar getah bening yang mengeras di sekitar luka, seperti di lipatan paha dan luka-luka kecil berwarna merah di sekitar permukaaan kulit, dari kulit kepala hingga telapak tangan dan kaki. Gejala lainnya sakit tenggorokan, pusing, lesu, nyeri otot, terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala akan terasa gatal. HIV ialah Human Immuno Deficienncy Virus. HIV merupakan sejenis parasit obligat yang dapat hidup di dalam cairan. HIV hidup dan berkembang dalam sel darah putih manusia, dimana cairan yang mengandung sel darah putih seperti : darah, cairan sperma, cairan vagina, sum-sum belakang dan lain sebagainya. Penyakit menular seperti HIV dan AIDS itu tidak ada cara penyembuhannya. Kadar-kadar virus HIV yang ada dalam tubuh seseorang hanya dapat diturunkan dengan ARV yaitu Anti Retrovirus. ARV Anti Retrovirus tidak dapat menyembuhkan seseorang, melainkan hanya mampu menurunkan kadar virus dalam darah; tetapi virus HIV tetap berda dalam darah. Obat ARV tidak dapat diberikan pada setiap penderita AIDS, hanya pada setiap penderita dengan kriteria tertentu yaitu seseorang yang menderita gejala AIDS pada saat tes darah (tes kadar daya tahan tubuh). Obat ARV ini dikomsumsi seumur hidup pada penderita berhenti karena hanya obat ini yang dapat mempertahankan hidup penderita AIDS.

9 AIDS memilliki kepanjangan Acqired Immune Deficiency Syindrome. AIDS adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang di sebabkan oleh virus HIV. Sifilis, HIV/AIDS merupakan penyakit yang di sebabkan oleh infeksi organisme. Hal ini dalam penyebarannya, sangat di pengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang. Secara tidak langsung sifilis, HIV dan AIDS juga merupakan penyakit perilaku. IMS ialah Infeksi Menular Seksual dan sering juga disebut penyakit kelamin. IMS infeksi menular seksual ialah infeksi yang di tularkan terutama melalui hubungan seks. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) antara lain, yaitu. 1. Sifilis disebut dengan raja singa. Sifilis memiliki gejala apabila muncul luka yang tidak terasa sakit. Penyakit ini sangat berbahaya dan penyakit ini di tularkan melalui hubungan seksual. Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya, seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. Adapun ciri-ciri penyakit sifilis sebagai berikut: Di sebabkan oleh bakteri, akan muncul bakteri antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini. Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi pada umumnya tidak terasa sakit. Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet

10 pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain. Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina Keluhan sakit pada tenggorokan, pusing, lesu, nyeri otot, terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala terasa gatal. Perempuan yang hamil bisa saja terserang penyakit ini, sehingga bayi yang akan lahir mengalami kelumpuhan fisik dan mental, itu pun jika mereka dapat bertahan hidup. Biasanya, bayi-bayi ini akan meninggal dalam kandungan jika kuman menyerang uterus. Kalaupun bisa lahir, bayi-bayi ini akan meninggal 1 minggu setelah kelahirannya. Sayangnya, obat untuk menyelamatkan para bayi yang terserang penyakit ini samapai sekarang belum ada. 2. Herpes memiliki gejala muncul bintik berisi cairan dan bersifat kambuhan. Virus herpes penularannya di mulai ketika luka-luka sudah terlihat, luka-luka itu sendiri mungkin terjadi selam 1-2 hari sebelum kelihatan, mungkin juga terjadi saat terserang. Herpes cepat sekali penularannya, yaitu melalui hubungan langsung antara bagian tubuh penderita yang terkena infeksi dengan selaput lendir, termaksud kulit yang terluka pada bagian tubuh orang lain. 3. Kencing nanah (Gonore/GO) memiliki gejala sakit saat kencing dan keluar nanah dari alat kelamin. Penyakit ini di tularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput lendir mulut, mata anus, dan beberapa organ tubuh

11 lainnya. Penyakit Gonorea pada perempuan akan terlihat setelah 5-20 hari melalui hubungan seksual. Jika penyakit ini belum sempat di obati dan dia mengalami kehamilan, bayi yang ada dalam kandungannya dapat terancam kebutaan karena gonorea ini bisa menjalar dan menyerang selaput lendir mata bayi. Selain itu penyakit ini juga dapat menyebabkan kemandulan. Pada laki-laki, penyakit ini dapat terlihat setelah 3-7 hari melakuan hubungan seksual. Gejala yang terlihat mengeluarkan nanh dan merasakan sakit ketika kencing, ujung kepala penis terlihat merah meradang. 4. AIDS / HIV dapat terjadi karena hubungan intim yang berganti-ganti dan menyebabkan tidak bekerjanya sistem kekebalan tubuh. AIDS / HIV dapat terjadi karena hubungan intim yang berganti-ganti dan menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Memang, pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan,seperti virus, kuman dan penyakit lainnya. Jadi, sebenarnya AIDS ini hanyalah suatu gejala penyakit atau sindrom. Dengan itu akan lebih mudah terserang berbagai penyakit tersebut. Proses penularan AIDS melalui hubungan seksual dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Melakukan aktifitas seksual seperti anal seks atai oral seks. Aktivitas seks seperti ini menyebabkan penularan HIV bukan hanya melalui sperma ini

12 menyebabkan penularan HIV bukan hanya melalui sperma dan cairan vagina, melainkan dapat juga melalui darah jika terdapat kemungkinan luka-luka kecil di sekitar anus, rongga mulut, dan organ seksual yang tidak diketahui sebelumnya 2. Melakukan aktivitas seksual melalui hubungan seksual umumnya dapat menyebabkan seseorang tertular virus ini. Aktivitas tersebut dapat memungkinkan terjadinya infeksi pada dinding organ seksual, sehingga memudahkan penularannya melalui darah. Gejala-gejala seseorang tertular AIDS terbagi ke dalam 2 jenis sebagai berikut. 1. Gejala gejala umum sebagai berikut. menurunnya berat badan, sekitar 10% dalam waktu singkat. Demam yang berkepanjangan selama 1 bulan atau lebih Diare yang terus-menerus selama 1 bulan lebih. 2. Gejala-gejala tambahan sebagai berikut Batuk yang tidak sembuh-sembuh selama 1 bulan lebih. Perubahan kulit dan iritasi atau gatal. Herpes simpleks yang menyebar dan semangkin parah Infeksi jamur pada rongga mulut dan kerongkongan. Terjadinya pembengkaan kelenjar getah bening di sekujur tubuh, biasanya di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha.

13 HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis Virus yang menyebabkan AIDS. Proses HIV menjadi AIDS melalui cara sebagai berikut. 1. Setelah seseorang terinfeksi HIV, dalam waktu 2-3 bulan tubuhnya baru akan menghasilkan antibodi. Masa ini disebut periode jendela. Berdasarkan hasil tes darah yang dilakukan, barulah dapat diketahui seseorang tadi mengidap HIV positif (+) atau HIV negatif (-). Disebut HIV (+) jika dalam darahnya terkandung HIV. Disebut HIV (-) jika dalam darahnya terkadang HIV. Disebut HIV (-) jika dalam darahnya tidak terkandung HIV. Kondisi HIV (+) dan HIV (-) disebut status HIV seseorang. Jika ternyata orang tersebut mengandung HIV (+), gejala yang terlihat belum ada, hanya merasakan sakit ringan biasa flu. Masa-masa ini disebut masa laten, dapat berlangsung selama 7-10tahun. Baik pada masa periode jendela maupun pada masa laten, seseorang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. 2. Setelah melewati masa laten, orang yang terinfeksi HIV tadi mulai diramalkan bahwa orang tersebut hanya dapat berthan hidup selama 2 tahun, sejak didapatkan gejala-gejala AIDS. HIV ini menyerang sel-sel darah putih dalam tubuh, sehingga jimlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi melemah. Padahal, fungsi sel darah putih adalah sebagai pelindung tubuh dari serangan luar, seperti kuman, virus, atau penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, d\sel darah putih berfungsi memproduksi antibodi

14 yang khas untuk penyakit tersebut. Bahkan sel darah putih mampu memproduksi antibodi yang dapat melindungi tubuh seumur hidup. Penularan HIV sama dengan penularan AIDS, dengan cara sebagai berikut. 1. Hubungan seksual 2. Jarum suntik dari seseorang yang tertular HIV 3. Transfusi darah yang tercemar HIV 4. Adanya hubungan perintal atau ibu dengan bayi yang dikandung atau disusuinya. Meskipun telah dilakukan berbagai percobaan untuk mengembangkan vaksin HIV ini, sampai detik ini belum dapat ditemukan pengobatan yang maksimal terhadap pencegahan HIV ataupun AIDS. Orang yang mengidap penyakit IMS Infeksi Menular Seksual memiliki resiko lebih besar untuk infeksi HIV karena luka yang terbuka memberi jalan masuk bagi HIV. Hubungan seksual yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran anak merupakan fungsi prokreasi dari hubungan seksual tersebut. Untuk melakukan fungsi rekreasi tersebut, maka telah berkembang berbagai metode kontrasepsi yang dapat di pergunakan oleh masyarakat luas. Berbagai macam metode kontrasepsi atau cara-cara mencegah kehamilan juga telah diketahui oleh remaja sekarang. Kategori pengetahuan kontrasepsi di dasarkan pada metode kontrasepsi keluarga berencana yang diketahui oleh para remaja ini meliputi penggunaan kondom.

15 Kondom sudah ada dalam jaman Mesir kuno. Sebenarnya kondom yang kita kenal sekarang dikembangkan oleh dokter kerajaan Inggris, The Earl of Condom, atas pemerintah Raja Charles II, sebagai upaya perlindungan raja dari penularan sifilis. Pertama kali, dikembangkan dari usus halus domba yang dilumuri dengan cairan pelicin. Temuan kondom Raja Charles II di sambut meriah dan juga bikin heboh. Mulailah timbul kecemasan peningkatan perilaku seks sebelum menikah, peningkatan kunjungan ke penjaja seks, dan kondom dapat dianggap merutuhkan nilainilai keagungan perkawinan (Triono, 2008:11). Sejak awal abad 19, kondom sudah dibuat dengan bahan karet alam, kuat dan elastis. Sehingga kondom dapat dipakai ulang oleh kaum lelaki setelah dicuci, pakai ulan sampai kondomnya bocor atau rusak sehingga tak dapat dipakai lagi. Pada awal perkembangan kondom, memang manfaat perlindungannya terhadap kehamilan dan infeksi masih rendah, karena cara pakai ulang tersebut, sehingga higienis juga tidak terjaga (Triono, 2008:11). Sekitar tahun 1930 an, kondom dibuat dari bahan lateks, terciptalah kondom yang lebih tipis, kuat dan lebih murah dan sekali pakai. Persis seperti kondom yang kita kenal sekarang. Peningkatan penggunaan kondom yang bermutu, semakin tipis, mudah dipakai dan harga terjangkau. Pada tahun 1950-an, kondom yang tipis dan sesuai dipakai serta ada tonjolan kantung diujungnya, bertambah populer sebagai alat untuk mencegah ejakulasi dini. Ketika ancaman perluasan penularan penyakit kelamin dan

16 HIV virus penyebab AIDS mendorong kondom sebagai salah satu alat pencegahan yang utama (Triono, 2008:11). Fungsi kondom antara lain : 1. Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar 2. Murah dan mudah di dapat tanpa resep dokter dan dapat didistibusikan oleh dan untuk masyarakat (community based) 3. Praktis dan dapat dipakai sensiri 4. Tidak ada efek hormonal 5. Dapat mencegah kemungkinan Penularan Penyakit Menular Seksual termaksud HIV/AIDS (www. Bkkbn.go.id/gema pria/artikel-detail). Berdasarkan fenomena gunung es 1 (satu) orang HIV positif sebenarnya mewakili 100 orang HIV positif yang belim terdeteksi tes darah HIV di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa kasus HIV/AIDS, sebenarnya sudah mulai meluas ke masyarakat umum. Infeksi HIV memang terus merangkak naik, namun cara penyebarannya masih menunjukkan pola yang tetap. Hal ini dapat terbukti dari riset Departemen Kesehatan RI pada tahun 2001 yang memperlihatkan bahwa perilaku seksual tetap menduduki peringkat teratas dalam penularan HIV/AIDS (61,7%), diusul dengan Intra Drug User (IDU) (20,3%), homoseksual-biseksual (15,7%), perintal (1,6%), transfusi darah (0,5%) dan hemofili (0,2%). (www. health Irc.or.id) Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia di Bali pada tanggal 15 April 1987, yakni seorang turis asal belanda ( Edward Hop,44 tahun). Ia meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali pada tanggal 30 April

17 2007. dua tahun kemudian tercatat 13 orang positif terinfeksi VIV dan dari tahun ke tahun, jumlah ini terus mengalami peningkatan. Jumlah kasus AIDS di Indonesia adalah 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS di 32 Provinsi, dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS adalah sebanyak orang (Triono, 2008:16). Di Sumatera Utara, data yang diperoleh sejak tahun january lebih banyak warga negara Indonesia, dibandingkan dengan warga negara Indonesia asing. WNI (Warga Negara Indonesia) yang mengidap HIV adalah 445 orang. AIDS diderita oleh 330 orang. Jumlah keseluruhannya yaitu 775 orang. WNA ( Warga Negara Asing) yang mengidap HIV adalah 25 orang, yang mengidap AIDS adalah 1 orang, dan jumlah keseluruhannya yaitu 26 orang. Jumlah keseluruhannya yang mengidap AIDS pada WNA dan WNI adalah 331 orang. Akibat sari AIDS terdapat 80 orang meninggal (Triono, 2008:16). Kasus dimulai dari kota Medan yang berjumlah 226 orang, Pematang Siantar berjumlah 14 orang, Tanjung Balai 1 orang, Tebing Tinggi 6 orang, Sibolga 1 orang, Deli Serdang 20 orang, Langkat 4 orang, Karo 5 orang, Simalungun 9 orang, Asahan 5 orang, Labuhan batu 7 orang, Tapanuli Utara 4 orang, Tapanuli Tengah 1 orang, Tapanuli Selatan 3 orang, dan Samosir 1

18 orang. Jumlah keseluruhan di Sumatera Utara ialah 331 orang yang terkena HIV/AIDS (Triono,2008:16). Sementara April 2007, penderita HIV+ sebanyak 531 orang. Sebanyak 337 orang berjenis kelamin laki-laki dan 135 orang berjenis kelamin perempuan dan 19 orang yang tidak diketahui. Penderita AIDS sebanyak 56 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 307 orang berjenis kelamin laki-laki dan yang tidak diketahui ada 5 orang. Jumlah penderita AIDS sebanyak 368 orang. Jumlah keseluruhan penderita HIV+ dan AIDS adalah sebanyak 899 orang (Triono, 2008:16). Berdasarkan kasus di atas, diketahui bahwa terdapat masyarakat Indonesia yang tidak mau menggunakan kondom saat berhubungan intim. Oleh karena PSK memiliki resiko tinggi terhadap bahayanya HIV/AIDS dan IMS lainnya, mereka harus memiliki kesadaran untuk menghindari penyakit ini. Seharusnya PSK berusaha dan selalu menawarkan kondom kepada setiap pelanggan yang datang. Pada lokasi penelitian penderita PMS Penyakit Menular Seksual tidak menemukan satu PSK pun yang menderita penyakit kelamin. Hal ini lah yang menjadi alasan penulis ingin meneliti tentang pengetahuan PSK dalam menanggulangi penyakit kelamin. Di mana PSK yang terdapat di lokasi penelitian tersebut tidak ada yang terkena penyakit kelamin. Hal ini menunjukkan adanya pengtahuan pada PSK dalam menjaga kesehatan dalam pekerjaan mereka.

19 1. 2 Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimana pengetahuan Pekerja Seks Komersil dalam menanggulangi penyakit kelamin? Rumusan masalah tersebut di uraiakan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian yakni: 1. Apa yang diketahui PSK mengenai penyakit kelamin? 2. Apa resiko penyakit kelamin yang diketahui pekerja PSK? 3. Bagaimana cara PSK menghindari berbagai penyakit kelamin? 1. 3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Jalan Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Madya Medan. Hal ini dikarenakan Daerah Kelurahan Simpang Selayang merupakan salah satu daerah yang dikenal cukup rawan pada malam hari bagi wanita remaja. Di daerah selayang ini merupakan salah satu daerah yang dikenal banyak wanita yang melambaikan tangan untuk menawarkan jasa sebagai PSK. Jumlah para PSK sekitar 60 wanita yang ada di pinggir Jalan Setia Budi Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan PSK dalam menghindari resiko penyakit kelamin, tercakup didalamnya cara-cara dilakukan para pekerja seks komersil untuk menghindari penyakit kelamin.

20 Secara akademis, peneliti dapat mengetahui dengan berpedoman pada ruang lingkup masalah di atas Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini, mencakup dua hal pokok yaitu secara teoritis dan akademis, seperti di bawah ini: a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya keberagamaan bahan bacaan dan tema penelitian sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Medan. b. Secara akademis, peneliti ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada masyarakat dalam melihat sebuah realitas sosial tentang keberadaan PSK dan sekaligus menjadi tambahan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian tentang fenomena ini Tinjauan Pustaka. Penelitian ini membahas pengetahuan PSK dalam menanggulangi penyakit kelamin, PSK diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. PSK itu juga bisa diartikan sebagai salah satu tingkah, tidak susila atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila. Maka pelacuran itu adalah wanita yang tidak pantas kelakuannya dan bisa

21 mendatangkan malapetaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada diri sendiri (Kartini, 2007:207). PSK merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Dapat diihat melalui tingkah laku, lepas bebas tanpa kendali, hal ini karena, adanya pelampiasan nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan. Senantiasa menjadi masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum. Hal ini dikarenakan perkembangan PSK sudah menjadi budaya serta tradisi pada berbagai negara sekarang ini, serta teknologi, industri dan kebudayaan manusia, serta turut berkembang pelacuran dalam berbagai bentuk dan tingkatannya (Kartini,2007:208). Sejak zaman dahulu para pelacur selalu dikecam atau dikutuk oleh masyarakat, karena tingkah lakunya yang tidak susila dan dianggap mengotori sakralitas hubungan seks. Mereka disebut sebagai orang-orang yang melanggar norma-norma, adat dan agama dan menyebabkan penyebaran penyakit kelamin. Adapun hal yang mendasari PSK terjun ke dunia pelacuran karena berbagai alasan, salah satunya faktor ekonomi dan masalah pribadi. (Agustina : 2008) Menyatakan Di samping itu, keterbatasan lapangan pekerjaan bagi perempuan juga menghentikan mereka sebagai salah satu pilar penyokong ekonomi keluarga. Salah satu pilihan pekerjaan mudah bagi perempuan dengan keterampilan dan pendidikan rendah tetapi dengan harapan mendapat kehidupan yang layak adalah dengan menjalani profesi sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK). Kesulitan-kesulitan dalam situasi tertentu mempengaruhi

22 kondisi mental/moral seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut; yang bertentangan dengan akhlak, moral, dan agama, menjadi faktor banyaknya para wanita menjadi seorang PSK (Triono, 2008:12). konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep Spradley mengenai kebudayaan. Spradley (1997:xix-xx), mendefenisikan kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterprestasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun straregi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Pengertian yang senada dengan Spradley juga telah dikemukakan oleh Goodenough yang mengatakan bahwa budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakat. Budaya bukanlah suatu fenomena material, budaya tidak terdiri atas benda-benda, manusia, perilaku, atau emosi. Budaya adalah suatu hal ihwal yang dipunyai manusia dalam pikiran (mind), model yang mereka punya untuk mempersepsikan, menghubungkan, dan seterusnya (Marzali dalam Spradley 1997, hal:xix). Penelitian ini mempergunakan pendekatan antropologi kognitif, kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang dipergunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku (Spradley, 1980). Manusia memperoleh pengetahuannya melalui proses belajar, dengan cara mengamati alam

23 sekitarnya atau melalui komunikasi dengan sesamanya. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh manusia tidak dapat diamati secara langsung. Spradley menjelaskan bahwa budaya berada dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuanpengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat. Straus dan Quinn mengatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki individu diperolehnya melalui proses belajar yang bersifat informal atau melalui pengamatan (penerimaan rangsangan) sehari-hari dan bukan dari intruksi formal (Strauss dan Quinn dalam Ezra M.Choesin 2002:3).

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : WENY KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina, BAB 4 IMS Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda Kamu tahu ga sih apa itu IMS? Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS ANDA DAN HIV/AIDS, IMS Tahun 2008 APAKAH AIDS ITU? AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh. AIDS = A c q u i r e d I m m u n e D e f i c i e n c y Syndrome. AIDS bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA MAKALAH Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI 09.03 IIA AKADEMI KEPERAWATAN PAMEKASAN Jl. Jokotole (belakang SMU 2) Telp. (0324) 321076 2010 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seperti genitor genital, oro genita lmaupun anogenital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah Tidak ada asap tanpa adanya api, tentu tidak

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Pasangan suami istri Seorang laki-laki dan perempuan yang telah menikah, dan sudah boleh melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 hal

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial Tentang Kesehatan Reproduksi di Lokasi Pantai Nirwana Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan melalui hubungan kelamin. Dahulu kelompok penyakit ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan melalui hubungan kelamin. Dahulu kelompok penyakit ini dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual 1. Pengertian Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan

Lebih terperinci

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Untuk Kalangan Terbatas www.aidsindonesia.or.id IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Apa itu IMS? IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (vaginal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?

Tanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh? Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelacuran merupakan fenomena sosial yang senantiasa hadir dan berkembang di setiap putaran roda zaman dan keadaan. Keberadaan pelacuran tidak pernah selesai dikupas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Sifilis 2.1. Pengertian Sifilis Sifilis adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS). Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat dr dini FIK UNY Mengapa informasi kesehatan reproduksi remaja diperlukan? Jumlah remaja (10-19 th): 30% dari jumlah penduduk (lebih kurang 65 juta jiwa).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PENELITIAN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Ade Septia Lumban Gaol*, Hernawilly**, Gustop Amatiria ** Penyakit menular seksual (PMS) adalah salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR Oleh: Chenia Ilma Kirana, Hery Wibowo, & Santoso Tri Raharjo Email: cheniaakirana@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation 1. Analisis Univariat Frequencies Statistics Total skor pengetahuan Total skor sikap Total skor tindakan N Valid 8 8 8 Missing 0 0 0 Mean 2.14 1.1 1.33 Median 2.00 1.00 1.00 Std. Deviation.350.35.501 Minimum

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN HIV/AIDS OLEH Dedy Sambahtera, S.Kep., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa perkembangan HIV/AIDS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi Dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi Dan Sampel 46 III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah semua Wanita Tuna Susila yang menjadi kelayan dan sedang direhabilitasi di panti rehabilitasi sosial wanita Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan tahapan di mana seseorang beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada

Lebih terperinci