DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan... I Hubungan Antar Dokumen... I Maksud dan Tujuan... I Sistematika Penulisan... I. 14 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Potensi Daerah... II. 61 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Pengelolaan Keuangan Daerah... III Pengelolaan Pendapatan Daerah... III Pengelolaan Belanja Daerah... III Pengelolaan Pembiayaan... III Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan... IV Permasalahan Pembangunan Urusan Wajib... IV Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan... IV Isu Strategis Pembangunan Kab. Klaten... IV.28 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi... V Misi... V Tujuan dan Sasaran... V.8 ii

2 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI.1 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum... VII Kebijakan Umum Pembangunan Bid. Ekonomi... VII Kebijakan Umum Pembangunan Bid. Sosbud... VII Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Fisik dan Prasarana... VII Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Tata Pemerintahan... VII Program Pembangunan Daerah... VII Program Satuan Kerja Perangkat Daerah... VII Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah.. VII Program Kewilayahan... VII Pentahapan dan Prioritas Program Pembangunan Daerah Tahun VII Pentahapan Program Pembangunan Daerah Tahun VII Prioritas Program Pembangunan Daerah Tahun VII.10 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN... VIII. 1 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX. 1 BAB X PENUTUP 10.1 Pedoman Transisi... X Kaidah Pelaksanaan... X.1 LAMPIRAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) iii

3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM DAERAH) KABUPATEN KLATEN TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

4 LAMPIRAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

5

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, bahwa prinsip perencanaan pembangunan daerah adalah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Atas dasar pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Klaten telah mengimplementasikan kedalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJP Daerah) Kabupaten Klaten Tahun dan dipedomani dalam menyusun RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun , dan merupakan pelaksanaan tahap kedua RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun RPJM Daerah, dijabarkan lebih lajut ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, yang memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program dan indikasi kegiatan dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Klaten. Dari penjelasan di atas, RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat penjabaran dari visi, misi, dan program pembangunan daerah, serta berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, yang di dalamnya memuat Arah Kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Program Lintas SKPD, dan Program Kewilayahan disertai dengan Rencana Kerja dalam Kerangka Regulasi dan Kerangka kerja Pendanaan yang bersifat indikatif. Untuk mendapatkan dukungan yang optimal pada saat mengimplementasikan pada tahun-tahun terkait, proses penyusunan RPJMD Daerah Kabupaten Klaten Tahun dengan cara membangun komitmen dan kesepakatan para pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan RPJM Daerah diupayakan melalui proses yang : transparan, demokratis, dan akuntabel RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.1

7 dengan memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, dan politis. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, dimana penyusunan RPJM Daerah dengan menggunakan 5 ( lima) prinsip/pendekatan, yaitu: (i) Pendekatan Politik, (ii) Pendekatan Teknokratik, (iii) Pendekatan Partisipatif, (iv)pendekatan Atas-Bawah (Top-Down) dan (v) Pendekatan Bawah-Atas (Bottom- Up). Pertama, Pendekatan Politik, bermakna bahwa dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Klaten melibatkan proses konsultasi dengan kekuatan politis terutama antara Kepala Daerah terpilih dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kedua, Pendekatan Teknokratik, bahwa penyusunan dokumen perencanaan harus menggunakan pola pikir dan kerangka ilmiah yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bidang perencanaan yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Ketiga, Pendekatan Partisipatif, bermakna bahwa proses penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Klaten semaksimal mungkin sudah berusaha dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (stakeholders) dalam pengambilan keputusan perencanaan, baik dalam tingkatan sektoral dan tingkat Kabupaten. Keempat, Pendekatan Atas- Bawah ( Top-Down) bahwa proses penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Klaten sudah diusahakan untuk bersinergi dengan rencana strategis di atasnya, khususnya dengan dokumen RPJM Nasional dan dokumen RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah, serta komitmen terhadap kebijakan dari pemerintahan tingkat provinsi dan tingkat nasional. Kelima, Pendekatan Bawah-Atas (Bottom-Up) bermakna dalam proses penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Klaten, sudah berusaha untuk memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, khususnya melalui penyelenggaaran Musyawarah Perencanaan Pembangunan ( Musrenbang) RPJM Daerah Kabupaten Klaten. RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun pada dasarnya disusun dengan maksud untuk menyediakan dokumen perencanaan komprehensif selama 5 (lima) tahun, yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis - Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA-SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sesuai dengan peraturan perundangan, khususnya: Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.2

8 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, pada era sekarang ini juga sudah dijabarkan ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pada lampiran III, dinyatakan bahwa dalam penyusunan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten Tahun , telah dilakukan serangkaian kegiatan, yang mencakup: (i) Pengolahan data dan informasi pendukung; (ii) Penelaahan draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten Tahun ; (iii) Analisis gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Klaten; (iv) Analisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan di Kabupaten Klaten; (v) Perumusan permasalahan pembangunan daerah di Kabupaten Klaten berdasar pada visi, misi dan program pasangan Kepala Daerah terpilih; (vi) Penelaahan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun ; (vii) Analisis isu -isu strategis pembangunan jangka menengah Kabupaten Klaten Tahun ; (viii) Perumusan penjelasan visi dan misi dari pasangan Kepala Daerah terpilih; (ix) Perumusan tujuan dan sasaran; (x) Perumusan strategi dan arah kebijakan; (xi) Perumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah Kabupaten Klaten; (xii) Penyusunan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan; dan (xiii) Penetapan Indikator Kinerja Kabupaten Klaten; (xiv) Pembahasan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Klaten. Sementara serangkaian tahapan yang belum dilakukan adalah: (i) Pelaksanaan forum konsultas i publik; (ii) Pembahasan dengan Dewan Perwakiloan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Klaten untuk memperoleh masukan dan saran; serta (iii) Penyelarasan program prioritas dan kebutuhan pendanaan. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.3

9 1.2 Dasar Hukum Penyusunan (Pelaksanaan) Dasar hukum penyusunan dokumen RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan, sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.4

10 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Bencana Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4494); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.5

11 18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.6

12 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 28. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 29. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); 32. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klat en Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2006 Nomor 2); 33. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 4 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun (Lembaran Daerah Nomor 4 Tahun 2006); 34. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Klaten Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009 Nomor 7); 1.3 Hubungan Antar Dokumen Penyusunan dokumen RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun dengan mengacu pada dokumen perencanaan nasional maupun daerah, yaitu sebagai berikut : RPJM Nasional RPJM Nasional Tahun ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2010 dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Ada 3 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.7

13 (tiga) dokumen sebagai lampiran dari Perpres Nomor 5 Tahun 2010, yaitu: (i) Buku I dengan judul: Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan, (ii) Buku II dengan judul: Memperkuat Sinergi Antar Bidang Pembangunan, dan (iii) Buku III dengan judul: Memperkuat Sinergi Antara Pusat dan Daerah dan Antar Daerah, serta Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Inpres ini memuat program-program yang dinaungi ke dalam Program Pro-Rakyat, Program Keadilan untuk Semua ( justice for all); dan Program Pencapaian Tujuan Milenium (Millenium Development Goals - MDGs) RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009, dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kabupaten Klaten Tahun dengan memperhatikan RPJM Provinsi. RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun , memprioritaskan pada masalah-masalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Sehat, serta Berbudaya; 2. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Berbasis pada Potensi Unggulan Daerah dengan Dukungan Rekayasa Teknologi dan Berorientasi pada Ekonomi Kerakyatan; 3. Mewujudkan Kehidupan Politik dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance), Demokratis, dan Bertanggung Jawab, Didukung oleh Kompetensi dan Profesionalitas Aparatur, Bebas dari Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta Pengembangan Jejaring; 4. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Optimal dengan Tetap Menjaga Kelestarian Fungsinya dalam Menopang Kehidupan; 5. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Prasarana dan Sarana yang Menunjang Pengembangan Wilayah, Penyediaan Pelayanan Dasar, dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah; dan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.8

14 6. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Sejahtera, Aman, Damai dan Bersatu dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Didukung dengan Kepastian Hukum dan Penegakan HAM serta Keadilan dan Kesetaraan Gender. Prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun adalah pengembangan kawasan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan, melalui Visi Bali ndeso Mbangun Deso. Dalam kaitan ini desa menjadi orientasi utama bagi aktivitas pembangunan di Jawa Tengah periode RTRW Provinsi Jawa Tengah Penyusunan RPJMD Kabupaten Klaten Tahun dengan memperhatikan rencana RTRW Provinsi Jawa Tengah sebagaimana diamanatkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan pertimbangan : (i) Adanya rencana pengembangan jalan tol: Semarang-Solo, Semarang-Batang, Yogyakarta-Solo, Solo-Mantingan, Semarang-Demak, dan Batang-Brebes; (ii) Adanya wacana pengembangan jalan tol di Selatan Jawa Tengah (RTRWN), yaitu: Cilacap-Kebumen-Purworejo-Yoyakarta-Solo; (iii) Pengemban gan Blok Cepu; dan (iv) Pengembangan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Dalam dokumen RTRW Provinsi Jawa Tengah juga mengakomodir bahwa Kota Klaten bersama dengan beberapa kota yang lain berperan sebagai Pelayanan Kegiatan Wilayah ( PKW), yang selengkapnya meliputi: Kota Kroya, Kota Kebumen, Kota Kutoarjo-Purworejo, Kota Wonosobo, Kota Magelang, Kota Kartasura, Kota Klaten, Kota Wonogiri, Kota Cepu, Kota Jepara, Kota Juwana-Pati, Kota Salatiga, dan Kota Ungaran-Bawen- Ambarawa, dan Kota Tegal. Di samping itu, Kabupaten Klaten bersama dengan 6 (enam) daerah di Subosukawonosraten masuk dalam kategori Kawasan andalan, sekaligus juga Kawasan strategis. Kawasan andalan yang ditetapkan di Provinsi Jawa Tengah, selengkapnya meliputi: (i) Kawasan Cilacap dan sekitarnya, (ii ) Kebumen dan sekitarnya, (iii) Borobudur dan sekitarnya, (iv) Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten), di mana kawasan ini juga termasuk sebagai salah satu Kawasan Strategis di Jawa Tengah, (v) Wanarak uti (Juwana, Jepara, Kudus, RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.9

15 Pati), (vi) Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi), dan (viii) Bregas (Brebes, Tegal, Slawi). Kabupaten Klaten juga masuk dalam Kawasan Prioritas Pertumbuhan cepat, dimana pemerataan dan keseimbangan pertumbuhan kawasan dalam usaha ke pemerataan dan keseimbangan daerah, biasanya berada pada jalur ekonomi wilayah yang pertumbuhan produknya cukup pesat namun belum mampu memperoleh pangsa pasar yang luas. Kawasan-kawasan ini meliputi: Magelang, Kartasura, Klaten, Juwana-Pati, Ungaran-Bawen-Ambarawa, dan Wonosobo. Dalam Kawasan Koridor Perbatasan Kesukosari (Klaten Sukoharjo Wonosari), Kabupaten Klaten juga merupakan salah satu kawasan kerjasama perbatasan antara Kabupaten Klaten dengan Kabupaten Sukoharjo di Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman di Provinsi DIY. Pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keterpaduan dalam kegiatan pembangunan dan kegiatan pemanfaatan potensi-potensi pembangunan yang terletak di wilayah perbatasan. Sektor-sektor unggulan yang kembangkan dalam kegiatan kerjasama pengembangan kawasan perbatasan terutama adalah sektor wisata, industri dan pertanian RPJP Daerah Kabupaten Klaten RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 7 Tahun 2009; yang dipakai sebagai pedoman dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) Kabupaten Klaten Tahun merupakan penjabaran visi dan misi pembangunan daerah. Prioritas pembangunan daerah dalam RPJM Daerah Tahap Lima Tahun Kedua ( ) dalam dokumen RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun , adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mendukung keberadaan masyarakat Klaten yang Beriman dan Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Mandiri, dan Berbudaya. 2. Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada agropolitan dengan sumber daya yang bersifat potensial, andalan dan unggulan. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.10

16 3. Mewujudkan otonomi daerah bersendikan tata pemerintahan yang baik (good governance), demokratis dan bertanggung jawab serta didukung oleh profesionalitas aparatur serta bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. 4. Mewujudkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah. 5. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang sejahtera, aman dan damai. 6. Mewujudkan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang lestari dan Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman dan Rapi (BERSINAR) RTRW Kabupaten Klaten Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun Sejalan dengan tuntutan regulasi dan perkembangan wilayah maka Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2006 tersebut, saat ini sedang dalam proses review. Penyusunan review atas dasar Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dengan pertambahan pokok substansi : Penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Penyediaan ruang untuk pejalan kaki, penyediaan ruang untuk sektor informal, penetapan kawasan strategis dan penyediaan ruang untuk keperluan mitigasi bencana alam. Dalam proses penyusunan RTRW, pemanfaatan ruang di Kabupaten Klaten diarahkan untuk meminimalisir 4 (empat) permasalahan strategis di wilayah Kabupaten Klaten, yaitu: (i) Permasalahan Pengembangan Sawah Abadi; (ii) Permasalahan Pengembangan Hutan; (iii) Permasalahan Pertambangan; dan (iv) Permasalahan Bencana Alam. Selain permasalahan srategis tersebut, juga masih terdapat beberapa isue-isue strategis yang terjadi di wilayah Kabupaten Klaten dalam beberapa kurun waktu terakhir, yaitu: 1. Perkembangan Kota Surakarta dan Kota Yogyakarta yang sangat pesat, mengakibatkan terjadinya limpasan dan perkembangan wilayah Kabupaten Klaten yang pesat pula, khususnya industri, perdagangan dan permukiman, sehingga berdampak pada perubahan struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Klaten. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.11

17 2. Terjadinya perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian (setiap tahun sekitar 30 ha), sehingga secara perlahan mengganggu eksistensi Kabupaten Klaten sebagai penyangga pangan Jawa Tengah. 3. Terjadinya penambangan bahan galian golongan C (pasir dan batu) di kawasan atas (Kemalang, Manisrenggo dan Karangnongko) yang merupakan kawasan resapan air, mengakibatkan kerusakan lingkungan, yaitu perubahan bentang alam dan menurunnya potensi sumber daya air tanah yang merupakan kebutuhan pokok untuk air minum dan pengairan pertanian sawah. 4. Terjadinya disparitas perkembangan wilayah, di mana kawasan/jalur tengah memiliki perkembangan yang sangat pesat, dan wilayah bagian utara dan selatan kurang pesat. 5. Kepadatan lalu lintas jalan raya Solo-Yogya sangat tinggi, mengakibatkan kerawanan lalu lintas. 6. Adanya kawasan yang rawan terjadinya bencana alam, yaitu gempa bumi, letusan Gunung Merapi, tanah longsor, banjir, angin serta kekeringan, sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat dan kinerja pemerintah. 7. Adanya perubahan peraturan perundangan serta kebijakan yang terkait dengan penataan ruang, hal ini berpengaruh sangat signifikan terhadap penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten Klaten RENSTRA SKPD Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (R ENSTRA SKPD) merupakan dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (5 tahunan) dari SKPD yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (RENJA) tahunan SKPD. Dalam menyusun RENSTRA-SKPD, masing-masing SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Klaten harus berpedoman pada dokumen RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun RKPD Kabupaten Klaten Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) disusun sebagai Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten setiap tahun sekali. Penyusunan RKPD Kabupaten Klaten mengacu pada dokumen RPJM Daerah RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.12

18 Kabupaten Klaten, dan menjadi pedoman untuk penyusunan dokumen RENJA-SKPD. Hubungan antar dokumen yang terkait dengan penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Klaten Tahun adalah sebagai berikut: Gambar 1.1 Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun juga memperhatikan RPJM Nasional Tahun , yang selanjutnya akan dijabarkan dalam dokumen perencanaan tahunan Kabupaten Klaten dalam bentuk dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun yang sudah ditetapkan, akan menjadi pedoman untuk penyusunan dokumen Rencana Strategis - Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA-SKPD). Selanjutnya Renstra-SKPD akan menjadi pedoman untuk penyusunan dokumen Rencana Kerja- Satuan Kerja Perangkat Daerah (R ENJA- SKPD). 1.4 Maksud dan Tujuan RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan disusun dengan maksud dan tujuan, sebagai berikut : 1. Menjabarkan gambaran umum daerah, tujuan, sasaran dan arah kebijakan yang memuat program-program dan indikasi kegiatan selama 5 (lima) tahun yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah selama kurun waktu RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.13

19 2. Menyediakan acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah daerah di Kabupaten Klaten (SKPD) dan juga DPRD dalam menentukan prioritas program dan indikasi kegiatan tahunan, yang akan disusun dalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan daerah. 3. Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah di Kabupaten Klaten dan juga DPRD untuk mencapai tujuan dengan cara menyediakan payungpayung program dan indikasi kegiatan yang disusun secara terpadu, terarah dan terukur. 4. Memberikan satu tolok ukur untuk proses pengendalian dan evaluasi kinerja, khususnya kepada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), baik pada setiap akhir tahun anggaran maupun pada akhir masa jabatan Kepala Daerah terpilih. 5. Memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang terintegrasi dengan tujuan pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah. 1.5 Sistematika Penulisan Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; sistematika penulisan RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun adalah sebagai berikut : BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1.4 Maksud dan Tujuan 1.5 Sistematika Penulisan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3 Aspek Pelayanan Umum RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.14

20 2.4 Aspek Potensi Daerah BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan Pendapatan Daerah Pengelolaan Belanja Daerah Pengelolaan Pembiayaan 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah 3.3 Kebijakan Umum Anggaran BAB IV BAB V BAB VI BAB VII ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan Pembangunan Urusan Wajib Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan 4.2 Isu Strategis Isu Strategis Pembangunan di Luar Kabupaten Klaten Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Klaten VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi 5.2 Misi 5.3 Tujuan dan Sasaran STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Ekonomi Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Sosbud Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Fisik dan Prasarana Kebijakan Umum Pembangunan Bidang Tata Pemerintahan Program Pembangunan Daerah Program Satuan Kerja Perangkat Daerah Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah Program Kewilayahan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.15

21 BAB VIII BAB IX BAB X Pentahapan dan Prioritas Pembangunan Daerah Tahun Pentahapan Pembangunan Daerah Tahun Prioritas Pembangunan Daerah Tahun INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENUTUP 10.1 Pedoman Transisi 10.2 Kaidah Pelaksanaan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN I.16

22 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang mempunyai nilai strategis dan memiliki peranan sangat penting dalam pertumbuhan kawasan di Jawa Tengah. Kabupaten Klaten terletak di jalur strategis, karena terletak diantara Solo dan Yogyakarta yang dikenal sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Pulau Jawa Aspek Geografi Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar ha (655,56 km 2 ) atau seluas 2,014 % dari luas Provinsi Jawa Tengah, yang luasnya ha. Luas wilayah tersebut mencakup seluruh wilayah administrasi di Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 Kecamatan, 391 Desa serta 10 Kelurahan, dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul (wilayah DIY), dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (wilayah DIY) Dari sisi bentangan garis katulistiwa, Kabupaten Klaten terletak antara `19 Lintang Selatan sampai `33 Lintang Selatan dan antara `14 Bujur Timur sampai `51 Bujur Timur. Gambaran Peta Wilayah Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.1

23 Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan Sumber : BAPPEDA Klaten Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara m dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten Klaten secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu: 1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi Kecamatan Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung. 2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan kecamatan : Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, dan Polanharjo. 3. Wilayah berbukit / gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno. Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirinci sebagai berikut : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.2

24 1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) meliputi sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan Cawas. 2. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatankecamatan : Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di bagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (di bagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan Wonosari (di bagian barat). 3. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatankecamatan : Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko, Kebonarum (di bagian utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung (sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat). 4. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatan-kecamatan : Kemalang (sebagian b esar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil) dan Tulung (sebagian kecil). 5. Wilayah dengan ketinggian m dpl berada di Kecamatan Kemalang. Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut (dalam Ha dan meter dpl) Luas (Ha) Berdasar Ketinggian (meter dpl) No. Kecamatan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.3

25 16. Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah Sumber : Klaten Dalam Angka Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur antara derajat Celcius, dan kecepatan angin rata-rata berkisar km/jam. Adapun Jenis tanah di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi 5 (lima) jenis yaitu: (i) Tanah Litosol; (ii) Tanah Regosol Kelabu; (iii) Tanah Regosol Coklat Kelabu; (iv) Tanah Komplek Regosol Kelabu dan Kelabu Tua; (v) Tanah Gromosol Kelabu Tua. Dari penggunaan lahan di Kabupaten Klaten, terdapat perubahan pola penggunaan lahan pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan penggunaan sawah irigasi dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini. Pada tahun 2007 seluas Ha, dan pada tahun 2008 seluas Ha, dan pada Tahun 2009 seluas Ha. Sementara untuk sawah tadah hujan terjadi peningkatan selama 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu dari seluas Ha (2007), menjadi Ha di Tahun 2008 dan Gambaran selengkapnya, dapat dilihat pada tabel berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.4

26 Tabel 2.2 Kondisi Lahan dan Penggunaannya di Kabupaten Klaten Tahun (dalam Ha) JENIS PENGGUNAAN LAHAN Luas Penggunaan Lahan (Ha) (1) (2) (3) (4) a. Pertanian dan non pertanian 1). Pertanian (lahan basah dan non basah 6.384) 2). Non Pertanian b. Jenis Lahan sawah 1). Pengairan Teknis ). Pengairan ½ teknis ). Pengairan sederhana ). Tadah hujan c. Penggunaan Lahan non pertanian 1). Rumah dan bangunan ). Hutan Negara ). Rawa-rawa ). Lainnya d. Perubahan penggunaan tanah Pertanian ke non pertanian Perubahan dari sawah dan tegalan 1). Perumahan ). Industri ). Perusahaan ). Jasa e. Luas lahan kritis 1) Kritis ) Agak kritis ) Potensial kritis Sumber : Klaten Dalam Angka Luas Peralihan lahan dari tanah sawah ke non sawah juga mengalami perubahan cukup signifikan, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap jumlah produksi pertanian. Peruntukan lahan bagi perumahan meningkat dari Ha (2007) menjadi Ha (2008) dan pada Tahun 2009 menjadi seluas Ha. Hal ini juga terjadi pada peruntukkan lahan bagi industri dari Ha (2007) kemudian menjadi Ha (2008) dan pada tahun 2009 melonjak menjadi seluas Ha. Besarnya luas lahan dan persentase lahan sawah yang beririgasi di Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa tanah pertanian di Kabupaten Klaten masih relatif subur, dan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan agropolitan yaitu suatu kawasan yang berbasis ekonomi masyarakatnya adalah sektor pertanian yang berkelanjutan. Hal ini juga didukung oleh kenyataan bahwa selama ini Kabupaten Klaten mendapat sebutan sebagai penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah. Untuk mengembangkan Kabupaten Klaten sebagai kawasan agropolitan, perlu ada RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.5

27 pengendalian dan optimalisasi pemanfaatan lahan sesuai produk unggulan yang disesuaikan dengan tata ruang daerah. Kabupaten Klaten dilalui 80 sungai dengan berbagai klasifikasi (ordo), yaitu: (i) 1 sungai berklasifikasi induk yaitu Bengawan Solo, (ii) 1 sungai berklasifikasi Ordo I yaitu sungai Dengkeng, (iii) 24 sungai dengan klasifikasi ordo II, dan (iv) 54 sungai dengan Ordo III. Potensi air lainnya adalah sumber mata air. Terdapat 174 titik sumber mata air yang tersebar di 20 (dua puluh) Kecamatan. Dimana sumber air terbanyak terdapat di Kecamatan Tulung (24 lokasi) dan Manisrenggo (24 lokasi) Aspek Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2009 sebanyak jiwa atau naik sebesar 0,26% bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yang jumlahnya jiwa. Pada tahun 2009 penduduk laki laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, jumlah penduduk perempuan selalu lebih besar dari jumlah laki-laki, dengan rasio pada tahun dan pada tahun Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jiwa) 1,500,000 1,000, , Laki-laki 633, , ,939 Perempuan 663, , ,971 Total 1,296,987 1,300,494 1,303,910 Laki-laki Perempuan Total Sumber : Klaten Dalam Angka Selain masalah jumlah, tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk yang pada tahun 2008 sebesar jiwa/km2, pada tahun 2009 telah meningkat menjadi jiwa/km2 atau naik sebesar 0,25%, dan pertambahannya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya pertambahan jumlah Kepala Keluarga (KK). Pada tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.6

28 2009 jumlah KK sebesar KK, atau terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga sebesar 4,59% bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 berjumlah sebanyak KK. Kecamatan dengan penduduk terbanyak pada tahun 2009 adalah Kecamatan Trucuk, yaitu sebesar jiwa atau sekitar 6,33% dari total jumlah penduduk Kabupaten Klaten. Peringkat kedua Kecamatan Cawas dengan penduduk sebesar jiwa atau sekitar 5,1%, jumlah penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kebonarum sebesar jiwa atau sekitar 1,64% dari total. Dari sudut pertumbuhan penduduk, tertinggi ada di Kecamatan Klaten Selatan yaitu sekitar 0,84%; disusul oleh Kecamatan Wedi yaitu sekitar 0,83%; dan Kecamatan Kemalang sekitar 0,74%. Laju pertambahan penduduk terendah ada di Kecamatan Karangnongko, yaitu sebesar -0,43% disusul oleh Kecamatan Pedan sebesar -0,12% dan Kecamatan Cawas sebesar -0,06%. Gambaran perkembangan jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klaten selama tahun , selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jiwa) Kecamatan Tahun [1] [2] [3] [4] 01 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.7

29 17 Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah/Total Sumber : Klaten Dalam Angka Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Klaten dapat dilihat pada aspek pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga serta agama sebagaimana tersebut di bawah ini : Pemerataan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klaten atas dasar harga berlaku tahun 2007 sebesar Rp.8,35 triliun, dan tahun 2009 meningkat menjadi Rp.10,36 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 juga mengalami kenaikan dari sebesar Rp.4.39 triliun pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp.4.76 triliun pada tahun Gambaran besarnya PDRB selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Perkembangan PDRB Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jutaan rupiah) Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.8

30 Dari sisi daya tumbuh perekonomian di Kabupaten Klaten yang diukur berdasarkan perubahan nilai PDRB harga konstan 2000, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Klaten. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.4 Gambar 2.4_ Pertumbuhan Ekonomi Berdasar PDRB Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun (dalam persen) Sumber : PDRB Kabupaten Klaten 2009 Sedang jika dilihat dari sektor-sektor pembentuk PDRB Harga Berlaku pada tahun 2009, terdapat 3 (tiga) sektor yang dominan yang mempengaruhi PDRB di Kabupaten Klaten, yaitu: (i) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, menyumbang sebesar 25,68%, (ii) Sektor Industri Pengolahan, menyumbang sebesar 20,05% dan (iii) Sektor Pertanian, menyumbang sebesar 19,64%. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 Struktur Ekonomi Pembentuk PDRB Harga Berlaku di Kabupaten Klaten Tahun (dalam persen) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 20,25 19,67 19,64 2. Penggalian 1,64 1,65 1,75 3. Industri pengolahan 20,46 20,52 20,05 4. Listrik & Air Minum 1,02 1,09 1,12 5. Bangunan/ Kontruksi 9,54 9,18 8,63 6. Perdagangan, Hotel dan 25,86 25,64 25,68 Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 3,16 3,12 3,21 8. Keuangan, Persewaan dan 3,75 3,79 3,90 Jasa perusahaan 9. Jasa - jasa 14,29 15,34 16,02 Sumber : PDRB Kabupaten Klaten 2009 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.9

31 Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Harga Berlaku Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 dan 2009 (tabel 2.6) dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2008 hingga 2009, terdapat 20 kecamatan (dicetak biasa/normal) yang tidak mengalami perubahan peringkat, sedang 3 kecamatan (dicetak tebal) mengalami perbaikan peringkat, yaitu: Kecamatan Manisrengo, Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Klaten Selatan. Sementara itu, ada 3 kecamatan (dicetak miring) yang justru mengalami penurunan peringkat. Pada tahun 2009 terdapat produk yang menjadi unggulan Kabupaten Klaten antara lain industri pengecoran logam industri pande besi, industri mebel (Furniture), industri tembakau, industri konveksi/pakaian jadi/lurik alat tenun bukan mesin, industri genteng/keramik. Dari keenam sektor ini, nilai produksi Industri yang paling tinggi adalah industri konveksi/pakaian jadi dengan nilai produksi mencapai Rp.361,8 miliar, diikuti oleh pengecoran logam dengan nilai industri mencapai untuk industri Rp.327,2 miliar, dan industri genteng/keramik nilai produksinya mencapai Rp.61,1 miliar, sedang rata-rata industri pengolahan lainnya hanya mencapai di bawah Rp.17,0 miliar. Gambaran perkembangan nilai PDRB dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5 Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Harga Berlaku Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 dan 2009 (dalam jutaan rupiah dan persen) No. Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2009 Nilai Persen Ranking Nilai Persen Ranking (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Prambanan , Gantiwarno , Wedi , , Bayat , , Cawas , , Trucuk , , Kalikotes , , Kebonarum , , Jogonalan , , Manisrenggo , , Karangnongko , , Ngawen , , Ceper , , Pedan , , Karangdowo , , Juwiring , , Wonosari , , RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.10

32 18. Delanggu , , Polanharjo , , Karanganom , , Tulung , , Jatinom , , Kemalang , , Klaten Selatan , , Klaten Tengah ,69 1 1,129, Klaten Utara , , Total PDRB ,358, Sumber : PDRB Kabupaten Klaten 2009 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut harga berlaku tahun 2009 sebesar Rp ,11 naik sebesar 7,76% bila dibandingkan terhadap tahun Sedang jika dilihat atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp ,20 naik sebesar 3,95% bila dibandingkan terhadap tahun Gambaran perkembangan PDRB Per Kapita dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.6 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tahun BERLAKU KONSTAN 2000 T A H U N Nilai (Rupiah) % Pertumbuhan Nilai (Rupiah) % Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) ,16 11, ,66 3, ,42 14, ,93 3, ,11 7, ,20 3,95 Sumber : PDRB Kabupaten Klaten 2009 Secara umum pada tahun 2009 inflasi di Kabupaten Klaten sebesar 3,82 % jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 10,33 % berarti inflansi pada tahun 2008 lebih besardibanding dengan inflasi tahun Gambaran perkembangan inflasi berdasarkan kelompok komoditas Kabupaten Klaten tahun dapat dilihat pada tabel berikut : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.11

33 Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditi Kabupaten Klaten Tahun TAHUN KALENDER (%) Kelompok Komoditas (1) (2) (3) (4) Umum / Inflasi : 6,52 10,33 3,82 1. Bahan makanan 9,73 16,61 8,17 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan tembakau 5,70 4,52 7,23 3. Perumahan 1,17 10,15 2,49 4. Sandang 6,82 1,07 1,36 5. Kesehatan 11,45 7,95 0,88 6. Pendidikan Rekreasi & OR 1,39 2,22 0,06 7. Transportasi & Komunikasi 13,26 10,25-2,37 Sumber : IHK dan Inflasi Kabupaten Klaten 2009 Dari tabel perkembangan inflasi berdasarkan kelompok komoditas Kabupaten Klaten tahun tersebut di atas terlihat terjadi perkembangan yang sangat fluatiatif, terutama untuk komoditas kesehatan dan transportasi & komunikasi mengalami penurunan secara signifikan Kesejahteraan Sosial Gambaran terhadap fokus kesejahteraan sosial di Kabupaten Klaten mencakup: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (ii) Tingkat Kemiskinan; dan (iii) Rasio Penduduk yang bekerja, sebagai berikut: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berbagai program pembangunan khususnya dalam pembangunan manusia yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Klaten selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik, salah satunya diukur dari indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM). Adapun hasil penghitungan IPM Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.12

34 Tabel 2.8 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Klaten Tahun Uraian Komponen Pembentuk IPM Tahun (1) (2) (3) (4) Usia Harapan Hidup (Tahun) 70,93 71,15 71,40 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 7,70 7,75 7,38 Angka Melek Huruf (Persen) 89,28 89,28 89,90 Pengeluaran Perkapita yang telah disesuaikan (Rupiah) Indeks Harapan Hidup (IHH) ,92 77,33 Indeks Pendidikan (IP) 76,63 76,74 76,33 Indeks Kemampuan Daya Beli (PPP) 64,26 65,13 66,20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,48 72,93 73,29 Sumber : IPM Kabupaten Klaten Dari tabel 2.7 di atas bahwa IPM di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 72,48 pada tahun 2007 menjadi sebesar 72,93 pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,29 pada tahun Dilihat dari 3 (tiga) komponen pendukungnya maka terjadi peningkatan pada beberapa indeks, yaitu Indeks Harapan Hidup (IHH) dari sebesar 76,55 pada tahun 2007 menjadi sebesar 76,92 di tahun 2008 dan tahun 2009 naik lagi menjadi sebesar 77,33. Indeks Pendidikan (IP) justru mengalami penurunan dari 76,74 pada tahun 2008 menjadi sebesar 76,33 pada tahun 2009, sedangkan Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami peningkatan dari 64,26 pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,13 pada tahun 2008, selanjutnya untuk tahun 2009 meningkat lagi menjadi sebesar 66,20. Indek Pembangunan Manusia pada tahun 2009 Kabupaten Klaten dari 35 Kab./Kota di Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat 9 (sembilan) sedangkan pada tahun 2008 IPM Kabuten Klaten peringkat 10, menduduki dan untuk peringkat Nasional pada tahun 2009 menempati urutan ke 122 dari 497 Kab./Kota seluruh Indonesia dan pada tahun 2008 menempati urutan 123. Dengan demikian Indek Pembangunan Manusia di Kabupaten Klaten ada peningkatan 2. Tingkat Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu fokus utama dalam Tujuan Pembangunan Global atau Millenium Development Goals (MDGs). Jumlah RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.13

35 penduduk miskin Kabupaten Klaten tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. 9 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Klaten Tahun Tahun Uraian Komponen Pembentuk IPM (1) (2) (3) (4) - Garis Kemiskinan Jumlah penduduk miskin Prosentase ( % ) 22,27 21,72 19,69 Sumber : BPS Kabupaten Klaten Dari tabel 2.8 di atas bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak jiwa (turun 10,41 %) dibanding tahun 2008, pada tahun 2008 juga mengalami penurunan sebanyak jiwa (turun 2,47 %) dibanding tahun Jadi dari tahun ke tahun secara signifikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Klaten mengalami penurunan. Jika dilihat berdasarkan pentahapan Keluarga Sejahtera (KS), menunjukkan bahwa selama tahun terjadi penurunan keluarga Pra Sejahtera dan peningkatan dalam Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III dan KS Plus). Jumlah keluarga Pra Sejahtera yang pada tahun 2007 sebanyak KK turun menjadi KK di Tahun Peningkatan terjadi di kelompok jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) yang pada tahun 2007 sebanyak KK, pada tahun 2009 bertambah menjadi sebesar KK. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.6 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.14

36 Gambar 2.6 Perkembangan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan Kepala Keluarga / KK) , , , , , ,00 0, Pra Sejahtera , , ,00 KS I , , ,00 KS II , , ,00 KS III+III Plus , , ,00 Pra Sejahtera KS I KS II KS III+III Plus Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Jumlah Penduduk Miskin, yang biasa diartikan sebagai penjumlahan penduduk dalam kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) juga bisa dilihat menurut kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin, untuk kategori peringkat 4 (empat) besar, masing-masing ada di Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, Kecamatan Trucuk, dan Kecamatan Ceper, Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin (Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) Berdasar Kecamatan (dalam satuan KK) No Kecamatan Pra Sejahtera KS I KS II KS III KS III+ Jumlah 01 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.15

37 16 Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Total Total Total Sumber: Klaten Dalam Angka Rasio Penduduk yang Bekerja Gambaran beberapa indikator kependudukan dan ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten selama tahun , selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel Tabel 2.11 berikut. Beberapa Indikator Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten Tahun INDIKATOR KETENAGAKERJAAN (1) (2) (3) 4) Jumlah Penduduk Usia Kerja (jiwa/orang) Kegiatan utama penduduk usia kerja (%) - Bekerja - Mencari pekerjaan - Sekolah - Mengurus rumah tangga - Lainnya 58,89 2,25 11,45 15,67 11,74 66,7 2,2 6,8 15,3 9,0 59,53 2,40 16,26 14,96 6,85 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja / TPAK (%) 68,71 68,21 68,27 Tingkat Pengangguran Terbuka / TPT (%) 8,19 7,26 6,36 Lapangan Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri - Listrik, Gas dan Air Minum - Konstruksi - Perdagangan - Angkutan - Lembaga Keuangan - Jasa dan Lainnya Status Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Berusaha sendiri - Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Berusaha Dibantu Buruh Tetap - Buruh/karyawan dan Pekerja Bebas - Pekerja Keluarga Sumber: IPM Kabupaten Klaten ,34 1,06 24,20 0,15 8,13 23,94 1,81 0,72 16,65 20,04 20,06 3,18 45,63 11,09 23,3 1,8 22,3 0,7 6,5 22,4 2,6 1,1 19,2 22,4 16,3 2,7 48,6 10,0 23,65 1,38 22,36 0,09 8,09 24,31 2,25 2,06 15,80 23,93 13,92 1,99 48,33 11,83 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.16

38 Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Secara teori, penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: (i) penduduk usia kerja, dan (ii) penduduk bukan usia kerja Seni Budaya, Olahraga dan Agama Analisis kinerja atas Seni Budaya dan Olahraga di Kabupaten Klaten dilakukan terhadap beberapa indikator, yang mencakup: (i) Seni Budaya; (ii) Olahraga, dan (iii) Agama. Gambaran rincian terhadap fokus Seni Budaya, Olahraga dan Agama, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Seni Budaya Pada aspek seni budaya, dari data yang ada teridentifikasi bahwa jumlah organisasi kesenian di Kabupaten Klaten Sangat banyak ragam dan seni budaya. Jatilan, Ketoprak, Srandul, Sruntul, Tari Topeng, Wayang Babad, Wayang Klithik, Wayang Sadat, Wayang Kulit, Kesenian Paguyuban Musik Bambu Pring Sedapur, dan Sendratari Gejog Lesung adalah sederetan contoh seni budaya yang dipunyai oleh Pemerintah Kabupaten Klaten. 2. Olahraga Aspek keolahragaan di Kabupaten Klaten cukup mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Klaten dengan cukup banyaknya sarana dan prasarana olah raga. Adapun sarana dan prasarana olah raga yang ada di Kabupaten Klaten antara lain renang, sepak bola, volley, tennis, bulu tangkis, panahan, basket lari, tennis meja, selengkapnya sebagaimana tersebut pada tabel berikut : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.17

39 Tabel 2.12 Sarana dan Prasarana Olah Raga di Kabupaten Klaten Tahun No Jenis Jumlah (Buah) Gedung Olah Raga(GOR) Kolam Renang Sepak Bola Lapangan Volley Lapangan Tennis Lapangan Badminton Lapangan Panahan Lapangan Bola Basket Atletik Tennis Meja Taekwondo Pencak Silat Karate Kempo Stadion Billiard Sepak Takrow Catur Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Agama Sejauh ini kehidupan antar umat beragama di Kabupaten Klaten sangatlah harmonis. Hal mana ditunjukkan dengan sikap saling toleransi dan menghargai satu sama lain. Berkaca pada apa yang terjadi di beberapa daerah, dimana kerusuhan terjadi karena adanya friksi antar umat beragama maka perlu dikembangkan sikap saling terbuka dengan membangun sistem dialog lintas agama. Dialog yang terbuka dapat menghindarkan kita dari hal-hal yang tidak diinginkan yang pada akhirnya akan menimbulkan perpecahan. Dari data yang ada pada tahun 2009, dapat diketahui bahwa sebagian besar, yaitu sejumlah orang atau sekitar 93% penduduk Kabuten Klaten memeluk Agama Islam, kemudian Katholik sebesar orang atau 3%; Kristen sejumkah orang atau sekitar 2,8%, Budha sebanyak 448 orang atau sekitar 0,5%, dan Hindu sejumlah orang atau sekitar 0,7%. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.18

40 2.3 Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum mengacu pada urusan wajib dan urusan pilihan, yang menjadi jangkauan pelayanan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Klaten Fokus Pelayanan Urusan Wajib Gambaran kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah (ada 26 urusan wajib), yaitu bidang urusan: (i) pendidikan, (ii) kesehatan, (iii) pekerjaan umum, (iv) perumahan, (v) penataan ruang, (vi) perencanaan pembangunan, (vii) perhubungan, (viii) lingkungan hidup, (ix) pertanahan, (x) kependudukan dan catatan sipil, ( xi) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, (xii) keluarga berencana dan keluarga sejahtera, (xiii) sosial, (xiv) ketenagakerjaan, (xv) koperasi dan usaha kecil menengah, (xvi) penanaman modal, (xvii) kebudayaan, (xviii) kepemudaan dan olah raga, (xi x) kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, (xx) otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, (xxi) ketahanan pangan, (xxii) pemberdayaan masyarakat dan desa, (xxiii) statistik, (xxiv) kea rsipan, (xxv) komunikasi dan informatika, dan (xxvi) perpustakaan, adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kemajuan dan daya saing, perekonomian daerah, menanggulangi masalah pengangguran serta pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten Klaten secara terus-menerus menyediakan sarana prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan yang diperlukan. Berikut ini adalah beberapa indikator pendidikan di Kabupaten Klaten selama tahun Tabel 2.13 Beberapa Indikator Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun INDIKATOR PENDIDIKAN (1) (2) (3) (4) Penduduk Usia 7 12 tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi Penduduk Usia tahun (persen) 0,4 99,3 0,3 0,0 99,3 0,7 0,0 99,5 0,5 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.19

41 - Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi Penduduk Usia tahun (persen) 0,6 96,3 3,1 0,0 96,0 4,0 0,4 91,8 7,8 - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi Penduduk Usia tahun (persen) 1,2 71,3 27,5 0,8 70,8 28,4 0,4 73,0 26,6 Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi 0,4 12,5 87,1 0,0 11,5 88,5 0,3 14,5 85,2 Sumber: IPM Kabupaten Klaten Dari tabel 2.12 di atas terlihat bahwa pada tahun 2009 tercatat penduduk usia tahun penduduk yang tidak sekolah lagi tercatat prosentasenya 85,2 dan yang masih sekolah hanya 14,5 % atau naik 3.0 % dibanding tahun Tabel 2.14 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Klaten Tahun No. Sekolah, Guru dan Murid Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Jumlah Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Jumlah Guru a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Jumlah Murid a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Sumber :Klaten Dalam Angka 2009 Dari tabel 2.13 terjadi penurunan jumlah SD Negeri dari 772 pada Tahun 2007 menjadi 766 di tahun sementara di sisi lain, terjadi peningkatan SD swasta dari 27 pada Tahun 2007 menjadi 40 SD di Tahun Untuk tingkatan pendidikan menengah, baik SMP maupun SMK swasta, terjadi penurunan jumlah sekolah. Jumlah SMP swasta di tahun 2007 sebanyak 43 menjadi 42 pada tahun Demikian halnya dengan SMK swasta menurun dari sebanyak 43 menjadi 42 pada Tahun Beberapa indikator pendidikan yang lain adalah pada rerata lama sekolah dimana dari tahun 2007 sampai dengan 2009 telah terjadi RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.20

42 penurunan rerata sekolah dimulai tahun 2007 sebesar 7,7 menjadi 7,75 pada tahun 2008, pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan menjadi 7,38. ndeks pendidikan seperti yang telah diungkapkan di bagian sebelumnya, terjadi sedikit penurunan dari 76,74 di tahun 2008 menjadi 76,33 di tahun Turunnya Indeks Pendidikan ini dipengaruhi oleh Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana angka Rata-rata Lama Sekolah sedikit turun dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,75 menjadi 7,38. Gambaran rerata lama sekolah tahun 2007 sampai tahun 2009 di Kabupaten Klaten, selengkapnya sebagaimana pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Rerata Lama Sekolah di Kabupaten Klaten Tahun (dalam tahun) Sumber : IPM Kabupaten Klaten Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, sebagaimana pada kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR): tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif (IPM Kabupaten Klaten 2009). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Klaten selama ini. Di RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.21

43 antaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku hidup sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Salah satu indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH). AHH di Kabupaten Klaten tahun 2009 adalah 71,40 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2008 yang sebesar 71,14 tahun. Angka harapan hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate / IMR) dimana pada tahun 2009 ini IMR lebih rendah dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,3/1000 kelahiran hidup menjadi 6,5/1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kematian bayi di Kabupaten Klaten. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu melahirkan merupakan cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Gambaran perkembangan UHH di Kabupaten Klaten selama tahun selengkapanya dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Usia/Angka Harapan Hidup (UHH / AHH) di Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan tahun) Sumber : IPM Kabupaten Klaten Dalam hal ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Klaten, tergambar pada tabel berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.22

44 Tabel 2.15 Sarana Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun Sarana Kesehatan (1) (2) (3) (4) - Rumah Sakit Rumah sakit jiwa Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan Swasta Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Selain jumlah fasilitas kesehatan, kualitas kesehatan juga diukur dari jumlah kematian bayi lahir dan ibu melahirkan. Gambaran beberapa indikator kesehatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.16 Jumlah Kelahiran, Kematian Bayi, Ibu Melahirkan dan Maternal di Kabupaten Klaten Tahun Kematian Ibu Uraian Indikator Kesehatan (1) (2) (3) (4) Jumlah Kelahiran Jumlah Kematian Bayi Jumlah Ibu Melahirkan Jumlah Kematian Ibu maternal Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Dari tabel di atas Angka Kematian Ibu Bersalin (MMR) turun pada tahun 2009 dibanding tahun 2008, dari sejumlah 7 kematian menjadi 4 kematian. Meskipun demikian, masih adanya kematian ibu bersalin tetap perlu menjadi perhatian, mengingat usaha pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi maupun kematian ibu melahirkan dihadapkan pada kemampuan mengatasi permasalahan status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta status gizi dan pelayanan kesehatan. Status gizi berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran: Balita Kekurangan Energi Protein (KEP), Balita Kekurangan Vitamin A (KVA), Ibu hamil KEK, Ibu hamil kekurangan Zat Besi, Penderita GAKY anak Sekolah, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Wanita Usia Subur Anemia. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular langsung dan tidak menular selama ini telah dilakukan dengan berbagai cara. Khusus penyakit menular langsung, meliputi : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.23

45 a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru Penemuan penderita kasus baru BTA positif pada tahun 2009 terdapat 249 kasus, angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu BTA positif ada 281 kasus. b. Pemberantasan Penyakit Kusta Pada tahun 2009 diloporkan penderita PB sebanyak 3 orang dan penderita MB sebanyak 10 orang. c. Pemberantasan Penyakit Diare Cakupan penemuan penderita Diare tahun 2009 ditemukan sebanyak kasus. Jumlah penderita balita sebanyak anak dengan 0,01 % angka kematian (riil terdapat 2 kematian bayi). Sedangkan penyakit infeksi saluran pernafasan atas ditemukan sebanyak kasus. Sedangkan penyakit tidak menular adalah banyak diketemukan pada penyakit-penyakit degeratif, antara lain hipertensi, asma bronchile, PPOK dan decompensatio cordis. Dengan mempertimbangkan berbagai persoalan tersebut diatas maka upaya yang ditempuh pemerintah Kabupaten Klaten dengan melaksanakan Program Jaminan Kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin (Jamkeskin). Pada tahun 2009 dan 2010 tercatat sebanyak peserta Jamkeskin dengan rincian dibiayai dari dana APBN dan dibiayai dari dana APBD Kabupaten. 3. Pekerjaan Umum Sarana permukiman dimaksudkan sebagai berbagai fasilitas yang ada dan dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan permukiman. Permasalahan yang muncul adalah perlunya pemeliharaan terhadap sarana permukiman yang ada sehingga memperpanjang usia pakai sarana tersebut. Untuk prasarana permukiman perkotaan, kondisi saat ini yang dijumpai adalah masih perlunya peningkatan kualitas prasarana dasar permukiman perkotaan, yang meliputi prasarana jalan lingkungan, prasarana drainase lingkungan, prasarana air bersih lingkungan, serta prasarana sanitasi lingkungan. Dalam penyediaannya, tidak terlepas dari karakteristik kawasan permukiman yang ada, yaitu kawasan permukiman padat di pusat-pusat perekonomian kota, kawasan permukiman di perbatasan dan kawasan permukiman baru. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.24

46 Prasarana jaringan drainase kota terutama dirancang untuk mengatasi genangan pada saat musim hujan. Namun demikian kondisi saat ini masih terdapat genangan di beberapa lokasi di Kabupaten Klaten. Permasalahan yang harus segera diantisipasi adalah dengan menyusun master plan drainase kota, yang akan dijadikan sebagai rencana induk bagi penanganan drainase kota. Prasarana jaringan lain, yaitu air bersih, jaringan listrik dan telepon, persebarannya sudah menjangkau seluruh kelurahan yang ada, meskipun masih memerlukan peningkatan kualitas pelayanan dalam rangka mencapai kepuasan masyarakat. Penambahan jumlah penduduk juga menimbulkan tantangan dalam penyediaan utilitas kota yang meliputi jaringan air bersih, listrik dan telepon. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih harus direncanakan untuk menambah pasokan air melalui eksplorasi sumber-sumber air baru terutama yang berada di dalam wilayah Kabupaten Klaten. Sedangkan untuk penambahan jaringan listrik dan telepon akan disesuaikan dengan skenario pengembangan kota dimana kedua jaringan tersebut harus mengikuti arah pengembangan yang direncanakan. 4. Perumahan Dalam aspek penyediaan sarana permukiman yaitu hunian, tantangan yang dihadapi adalah mencukupi kebutuhan hunian baru bagi penduduk Kabupaten Klaten, khususnya pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun Keseluruhan lahan yang ada, tidak mungkin untuk dibangun sebagai kawasan permukiman, oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Klaten harus melakukan pembatasan kawasan untuk pembangunan perumahan, dan melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal terutama pada kawasan-kawasan permukiman yang padat. Menghadapi tantangan dalam rangka peningkatan prasarana dasar permukiman khususnya kawasan permukiman padat, maka harus ditempuh dengan berbagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukimannya. Masyarakat perlu ditingkatkan kesadarannya untuk mampu memelihara prasarana dasar RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.25

47 permukiman yang ada di lingkungannya, dengan demikian sumber daya manusia di tingkat pemerintahan desa dan kelurahan secara bertahap ditingkatkan kemampuannya, selain berkonsentrasi mengurusi masalah administrasi pemerintahan juga mampu memberdayakan masyarakat. Permasalahan perumahan rumah tidak permanen masih besar. Jumlah rumah tipe permanen di Kabupaten Klaten pada tahun 2008, sebanyak unit atau sekitar 86,16% dari total rumah yang ada. Sedang rumah tidak permenen yaitu rumah yang dindingnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang bersifat tidak permanen dan mudah dibongkar. Jumlah rumah jenis/tipe ini sebanyak unit atau sekitar 13,84% dari total rumah. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.17 Tabel 2.17 Banyaknya Rumah Permanen dan Tidak Permanen Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 S u m b e r : No. Kecamatan Permanen Tidak Permanen Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah A Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten 2009 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.26

48 5. Penataan Ruang Tujuan pembangunan yang hendak dicapai di Kabupaten Klaten adalah untuk mewujudkan ruang kehidupan yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Ruang kehidupan yang nyaman mengandung pengertian adanya kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan nilai-nilai sosial budaya. Produktif mengandung pengertian bahwa proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien, sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing. Sedangkan berkelanjutan mengandung pengertian dimana kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan, tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ruang, maka kebutuhan akan lahan juga meningkat pula, sehingga tantangan di bidang pemanfaatan ruang terutama pemanfaatan lahan menjadi semakin berat karena akan semakin terbatasnya lahan Kabupaten Klaten. 6. Perencanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mempunyai peran penting dalam proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan, baik di tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun di tingkat masyarakat melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), dari tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan, hingga tingkat kabupaten. Dalam mekanisme perencanaaan pembangunan, masyarakat dilihat sebagai salah satu faktor strategis karena disadari posisinya bukan hanya sebagai sasaran tetapi juga sebagai pelaksana pembangunan. Atas dasar pemikiran ini, pembangunan dititikberatkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). P eningkatan kualitas SDM diperlukan karena masyarakat akan dapat menjadi modal atau aset pembangunan. Perencanaan pembangunan mempunyai peran besar untuk meningkatkan kualitas SDM di masa mendatang, melalui rancangan dokumen perencanaan pembangunan yang baik dan implementatif. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.27

49 7. Perhubungan Peningkatan jumlah sarana angkutan publik yaitu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, serta angkutan umum ; menuntut ketersediaan prasarana perhubungan jalan yang memadai untuk pengangkutan barang dan jasa baik dalam kota maupun ke luar kota. Tantangan yang dihadapi dalam sarana dan prasarana perhubungan darat adalah bagaimana memfasilitasi kebutuhan angkutan publik melalui penyebaran jalur-jalur angkutan dan peningkatan serta pembangunan prasarana jalan. Prasarana perhubungan darat yang ada di Kabupaten Klaten menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung skenario pengembangan wilayah, yaitu penyebaran keramaian di seluruh wilayah kabupaten. Upaya peningkatan prasarana perhubungan darat pada kawasan perbatasan telah lama dirintis yang dirasakan pada tercapainya keseimbangan pertumbuhan ekonomi pada kawasan perbatasan. Kondisi sarana perhubungan pada saat ini dapat dicerminkan dari keberadaan sarana transportasi darat yang terdiri dari terminal dan sarana angkutan publik sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.18 Transportasi Darat di Kabupaten Klaten Tahun No Perhubungan Jumlah ( Unit ) Terminal Kelas A Kelas C Bus (AKAP) Bus (AKDP) Bus Pedesaan Bus pariwisata Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Lingkungan Hidup Lingkungan hidup merupakan salah satu tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) Lingkungan merupakan tempat bagi kelangsungan makhluk hidup yang didalamnya terdapat air, tanah dan udara, harus bersih atau berada pada ambang batas minimal pengaruh pencemaran, sehingga tidak mempengaruhi kesehatan dan aktifitas masyarakat. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.28

50 Berbagai persoalan yang akan dihadapi oleh Kabupaten Klaten di masa datang adalah penyediaan air bersih, sanitasi, persoalan limbah, sampah padat, limbah cair, dan polusi udara. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Klaten mencapai 350 m³ per hari,dan dengan besarnya jumlah sampah yang dihasilkan, maka menjadikan pemikiran bersama untuk mengantisipasi sejak dini, agar tidak menimbulkan permasalahan bagi Pemerintah Kabupaten Klaten di masa datang. TPA Jomboran dengan luas ± 1,7 ha akan semakin penuh karena kapasitasnya terbatas. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, mengamanatkan Pemerintah Daerah menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun, karena itu pengelolaan sampah yang dilakukan mulai dari sumber dengan sistem 3R ( Reduce, Reuse, Recycle) perlu digalakkan. Pola pengelolaan sampah seperti ini akan berdampak positip, bukan hanya perbaikan lingkungan dan reduksi gas metan, namun juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Jenis Industri di Kabupaten Klaten terdiri dari Industri kecil dan sedang. Jumlah Industri Kecil/UKM di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 mencapai buah dan jumlah sentra Industri sebanyak 45 buah. Kegiatan Industri di samping menghasilkan limbah cair juga menghasilkan limbah padat dan polusi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari limbah industri perlu dipantau sebagai langkah pengendalian pencemaran, karena dengan bertambahnya kegiatan industri maka jumlah limbah yang dihasilkan berpotensi terhadap pencemaran lingkungan, terlebih sebagian besar industri yang berada di Kabupaten Klaten belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Pencemaran udara di Kabupaten Klaten di sebabkan oleh aktifitas kegiatan industri dan tranportasi. Pencemaran berupa emisi gas ke udara berupa CO, CO2, SO2, NO2, debu dan partikel, serta kebisingan. Untuk membuat lingkungan yang nyaman melalui penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) perlu adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Proporsi ruang terbuka hijau tersebut mencakup 20% Ruang Terbuka Hijau Publik dan 10% Ruang Terbuka Hijau Privat. Proporsi RTH Kabupaten Klaten saat ini RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.29

51 masih jauh dari harapan karena hanya sekitar 6,7%. Melihat kondisi RTH tersebut, masih ada kewajiban bagi Pemerintah Kabupaten Klaten untuk memenuhi amanat Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu untuk mencapai angka 30%. Kendala yang dihadapi dalam memenuhi ketentuan proporsi Ruang Terbuka Hijau Privat karena menyangkut kepentingan kepemilikan lahan. Kebijakan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Publik yang telah ada penting untuk diutamakan. 9. Kependudukan dan Catatan Sipil Pengelolaan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil meliputi 3 (tiga) proses, yaitu : (i) Pendaftaran Penduduk, (ii) Pencatatan Sipil, dan (iii) Pengelolaan Informasi Kependudukan. Pendaftaran Penduduk dengan produk Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Keterangan Kependudukan (SKK). Pencatatan Sipil dengan produk Akte Kelahiran, Akte Kematian, Akte Perkawinan, Akte Pengangkatan Anak dan Akte Pengakuan/Pengesahan Anak. Pengelolaan Informasi Kependudukan dengan produk data/informasi kependudukan yang berupa olahan proses dari pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Penggunaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagai pengganti Sistem Informasi Kependudukan (SIMDUK) diharapkan mampu menjamin kualitas keamanan dalam penerbitan dokumen kependudukan. Selain penyediaan SIAK, pelaksanaan administrasi kependudukan juga perlu didukung SDM aparatur yang berkualitas dan prosedur pengurusan yang memberikan kemudahan bagi masyarakat. Kesadaran masyarakat akan arti penting sebuah dokumen kependudukan dan pencatatan sipil sampai saat ini masih dirasa kurang, walaupun telah ada keringanan untuk pengurusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, seperti pembuatan akta kelahiran yang dipungut biaya yang relatif rendah. Berdasarkan fakta tersebut, maka penyebarluasan informasi dan upaya persuasif dari Pemerintah Kabupaten Klaten untuk meningkatkan kesadaran masyarakat masih dibutuhkan. Gambaran indikator kependudukan di Kabupaten Klaten Tahun , selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.30

52 Tabel Indikator Kependudukan di Kabupaten Klaten Tahun INDIKATOR KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk (jiwa / orang) - Laki-laki - Perempuan (1) (2) (3) (4) Laju Pertumbuhan (persen) 0,29 0,27 0,26 Ratio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 95,50 95,57 95,79 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Penduduk Menurut Kelompok Umur (persen) - Usia 0 14 tahun - Usia tahun - Usia di Atas 65 tahun 24,30 66,93 8,77 22,87 65,55 11,58 24,25 66,85 8,90 Angka Beban Tanggungan (persen) 49,42 52,55 49,59 - Anak Anak (Usia 0 14 tahun) - Orang Tua (Usia di atas 65 tahun) 36,31 13,11 34,88 17,67 36,28 13,31 Sumber : IPM Kabupaten Klaten Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa penduduk perempuan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 sebesar jiwa, lebih banyak dibanding dengan penduduk laki-laki sebesar jiwa. Hal ini berarti bahwa ratio jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada tahun 2009 adalah sebesar 95,79. Hal ini berarti bahwa dari setiap 100 wanita, hanya ada 96 laki-laki. Namun demikian, kesenjangan gender masih terjadi di berbagai sektor pembangunan, hal ini disebabkan aspek psiko-sosio-kultural, yang masih menganggap derajat laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Keadaan tersebut menghambat keterlibatan perempuan dalam berperan aktif dalam pembangunan dan dalam memperoleh segala bentuk pelayanan dasar manusia. Pembangunan perempuan dalam rangka peningkatan kesetaraan gender digambarkan melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau Gender-related Development Index (GDI), sedangkan pemberdayaan perempuan yang menitikberatkan pada partisipasi perempuan di bidang ekonomi, politik dan pengambilan keputusan digambarkan melalui Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) atau Gender Empowerment Measurement (GEM). Sosialisasi dalam rangka menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak telah dilakukan dengan penerbitan bulletin RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.31

53 pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta pembuatan film sosialisasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Walaupun secara absolut jumlah penduduk di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan selama tahun , namun laju pertumbuhan penduduk cenderung mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk Klaten pada tahun 2007 sebesar 0,29% dan tahun 2008 turun menjadi 0,27%, dan tahun 2009 sebesar 0,26%. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah. Penurunan laju pertumbuhan penduduk di tahun 2009 antara lain merupakan dampak dari keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana. Hal ini menunjukkan arti pentingnya pengendalian angka laju pertumbuhan penduduk, mengingat hal tersebut berimplikasi pada penyediaan dan pemenuhan sarana kebutuhan dasar manusia. Dengan pengendalian laju pertumbuhan maka diharapkan selain akan terwujud keluarga kecil yang sehat dan sejahtera di Kabupaten Klaten, juga tercipta pemenuhan pelayanan dasar. Gambar 2.9 Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jiwa dan persen) Sumber : IPM Kabupaten Klaten Tingkat partisipasi peserta Program Keluarga Berencana di Kabupaten Klaten kurang maksimal, disebabkan: a. Kurangnya partisipasi kaum pria yang disebabkan terbatasnya layanan KB untuk kaum pria dan rendahnya pemahaman tentang KB untuk pria. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.32

54 Prosentase jumlah peserta KB aktif pria terhadap jumlah peserta KB aktif sekitar 3,42% pada tahun b. Rendahnya partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS), disebabkan banyaknya PUS yang belum berminat mengikuti program KB juga karena belum terlayaninya program KB. Angka Pasangan Usia Subur yang termasuk unmeetneed sebesar 12,4%. c. Angka drop out KB sebesar 101,14% pada tahun d. Kurangnya partisipasi keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I untuk menjadi akseptor KB mandiri. Tercatat rasio peserta keluarga Pra Sejahtera dan KS I alasan ekonomi yang menerima pelayanan KB gratis terhadap jumlah peserta KB keluarga Pra Sejahtera dan KS I alasan ekonomi sebesar 43,01% pada tahun Sosial Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PPMKS) merupakan salah satu fokus pembangunan daerah di Kabupaten Klaten hingga saat ini. Program-program yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan perlindungan sosial belum dapat menghilangkan angka PMKS secara keseluruhan, namun telah menunjukkan perkembangan ke arah yang positif. Tercatat jumlah penderita cacat mental pada tahun 2008 sebanyak orang dan pada tahun 2009 menjadi sebanyak orang, sedangkan penyandang cacat tubuh pada tahun 2008 tercatat sebanyak orang dan pada tahun 2009 menjadi sebanyak orang. Sementara itu dari sebanyak pasangan nikah orang ada sebanyak 13 yang cerai pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 tercatat sebanyak menikah dan yang cerai 99 orang. Apabila dilihat dari kondisi sarana dan prasarana peribadatan pada tahun 2009 tercatat sebanyak masjid, Musholla, 98 gereja Katolik, 68 gereja Kristen Protestan, dan sebanyak 40 Pure/vihara. Kebersamaan dari semua pihak untuk mengurangi angka PMKS, khususnya peran pemerintah daerah, keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun melalui kelompok-kelompok masyarakat akan membuahkan hasil yang maksimal. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.33

55 13. Ketenagakerjaan Masalah pembangunan yang harus diatasi setiap daerah adalah jumlah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini sangat terkait dengan kondisi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jum lah pencari kerja di Kabupaten Klaten selama 3 (tiga) tahun terakhir bersifat fluktuatif. Tahun 2007 jumlah pencari kerja wanita sebanyak orang, meningkat pada tahun 2008 menjadi orang, dan turun pada Tahun 2009 menjadi pencari kerja. Jumlah pencari kerja laki-laki Tahun 2007 sebanyak orang, Tahun 2008 meningkat menjadi orang dan menurun pada Tahun 2009 menjadi orang. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Banyaknya Pencari Kerja menurut pendidikan dan jenis kelamin tahun Tahun SD SMP SMA/SMK Sarjana Muda Sarjana Jumlah Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Di Kabupaten Klaten masih terdapat permasalahan pekerja anak. Pada umumnya anak-anak bekerja di sektor yang tidak memerlukan pendidikan tinggi maupun keahlian khusus seperti sektor pertanian maupun perdagangan. Gambaran pekerja anak di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.21 Pekerja Anak di Kabupaten Klaten Menurut Partisipasi Sekolah Tahun (jumlah anak dan persen) Partisipasi Sekolah Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Masih sekolah , , ,59 Tidak Sekolah Lagi ,47 0 0, ,41 Jumlah , , ,00 Sumber: IPM Kabupaten Klaten Tiga lapangan usaha yang paling dominan dilakukan pekerjaan anak adalah lapangan usaha pertanian, industri dan perdagangan, tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.34

56 2007 dua lapangan usaha industri dan perdagangan yang dominan masing-masing sebesar 39,49%, sedangkan tahun 2008 lapangan usaha pertanian yang dominan yaitu sebesar 63,44% dan pada tahun 2009 perdagangan sebesar 77,38%, artinya bahwa pekerja anak tidak selalu menekuni pekerjaan mereka, dimana lapangan usaha terbuka pekerja anak masuk. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.21 Tabel 2.22 Pekerja Anak di Kabupaten Klaten Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun (jumlah anak dan persen) Lapangan Usaha Tahun (1) (2) (3) (4) Pertanian 420 ( 21,12%) 845 ( 63,44%) 0 ( 00,00%) Industri 789 ( 39,49%) 0 ( 00,00%) 524 ( 22,62%) Perdagangan 789 ( 39,49%) 487 ( 36,56%) ( 77,38%) Total (100,00%) (100,00%) (100,00%) Sumber : IPM Kabupaten Klaten Pekerja anak terpaksa bekerja karena keadaan mereka yang tidak memungkinkan untuk sekolah, jika dirinci pendidikan pekerja anak sebagian besar mereka berpendidikan atau lulus sekolah dasar. Tahun 2007 pekerja anak yang lulus sekolah dasar sebesar 81,53%, tahun 2008 semua pekerja anak lulusan sekolah dasar dan tahun 2009 turun tinggal sebesar 45,27%. Tabel 2.23 Pekerja Anak di Kabupaten Klaten Menurut Tingkat Pendidikan Tahun (jumlah anak dan persen) Pendidikan Tertinggi Tahun (1) (2) (3) (4) Tidak Tamat SD 0 ( 0% ) 0 ( 0% ) 525 (22,66%) Tamat SD ( 81,53%) (100%) (45,27%) Tamat SMP 369 ( 18,47%) 0 ( 0% ) 743 (32,07%) Total (100%) (100%) (100%) Sumber : IPM Kabupaten Klaten Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Usaha pengembangan ekonomi daerah di Kabupaten Klaten meliputi koperasi dan KUD. Hal ini mengingat posisi dan manfaat dari RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.35

57 koperasi maupun KUD yang menyentuh sampai lapisan bawah, dan dapat dijadikan sebagai wahana paguyuban maupun kelompok usaha masyarakat. Data mengenai pengembangan usaha nasional di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2.24 Pengembangan Usaha Nasional Kabupaten Klaten Tahun No Pengembangan Usaha Jumlah (Buah) Nasional Koperasi KUD Jumlah Pengusaha Jumlah ( Orang ) a). Pengusaha Kecil b). Pengusaha Menengah /Besar Jumlah Tenaga Kerja Jumlah ( Orang ) a). Usaha Kecil b). Usaha Menengah /Besar Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten 2010 Jumlah Koperasi Aktif di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, tahun 2007 berjumlah 500 hingga tahun 2010 sebanyak 595 unit koperasi aktif dan KUD berjumlah tetap sebesar 34 unit. Sedangkan untuk jumlah pengusaha kecil tahun pertama mengalami penurunan, dari orang pada tahun 2007 turun menjadi ribu orang pada tahun 2008, tetapi kembali naik mulai tahun 2009 dengan mendekati angka semula sebesar Penyerapan kerja yang terserap juga berfluktuasi. demikian juga pada usaha menengah dan besar dari menjadi pada tahun 2008 dan tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.36

58 Gambar 2.10 Trend Jumlah Pengusaha Kecil dan Menengah/Besar Tahun Trend jumlah pengusaha kecil dan menengah/besar tahun Pengusaha kecil Pengusaha menengah/besar 15. Penanaman Modal Gambaran investasi di Kabupaten Klaten hingga tahun Realisasi investasi di Kabupaten Klaten hingga tahun 2010 menunjukkan angka sebesar Rp 1.620,29 Milyar + US $ dengan perincian investasi PMA sebesar Rp.1.197,219 Milyar + US $ dan PMDN 423,02 Milyar. Adapun penanam modal, jenis usaha yang ditanamkan antara lain dalam bentuk jenis usaha pertanian, air minum kemasan, mebel, hiburan dan pertokoan serta bubur dan makanan bayi. Adapun gambaran jenis imvestasi di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.25 Jenis Usaha Investasi di Kabupaten Klaten Tahun Perusahaan Jenis Usaha P M A 1. PT. Aquafarm Nusantara Pembibitan ikan 2. PT.Tirta Investama Air minum kemasan 3. PT. Alis French Heritage Mebel 4. PT. Kayu Indah Kreasiindo Mebel 5. PT. Inkosindo Mebel 6. PT. HJ Glove Sarung tangan golf 7. PT. Branita Sandini Pembibitan Jagung 8. PT. Sygenta Pembibitan jagung 9. PT. Cooperative Bussiness Rempah-rempah RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.37

59 International Indonesia 10. PT. Agri Spice Ind. Rempah-rempah 11. PT. Sari Hasada Bubur $ Makanan Bayi Jumlah P M D N 1. PT Sari Hasada Bubur & makanan BaYI 2. PT Kusuma Nanda Putra Tekstil 3. KJUB Puspetasari Koperasi Serba Usaha 4. PT Cokro Supertirta Air Minum dan Kemasan 5. PT Intan Pariwara Pencetakan 6. PT Matahari Graha F Hiburan dan Pertokoan Jumlah Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Kebudayaan Kebudayaan adalah upaya manusia meningkatkan harkat dan jati diri di dalam kehidupan melalui perwujudan karsa, rasa dan cipta. Hal ini tercermin melalui arsitektur, busana, boga, bahasa, adat istiadat, seni dan sebagainya. Jika ditilik dari sejarah dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, maka nilai-nilai luhur yang menjadi corak budaya masyarakat Kabupaten Klaten adalah religius spiritualis dan nasionalisme. Nilai arsitektur yang tercermin pada peninggalan sejarah dapat terlihat pada candi Bubrah, candi Sewu, candi Plaosan dan candi Merak. Serta yang menjadi tradisi nilai sosial budaya, dapat terlihat pada upacara Yoqawiyu, Syawalan Jimbung, Ziarah makam Sunan Pandanaran. Seni yang berkembang diantaranya seni pakeliran yang menjadi roh pembentukan nilai luhur. 17. Kepemudaan dan Olahraga Pemuda merupakan aset pembangunan terutama di bidang SDM, sehingga memerlukan langkah-langkah pendukung dalam pengembangannya. Tercatat pada tahun 2009 jumlah pemuda usia15-19 tahun sebanyak orang dan usia tahun sebanyak orang. Upaya pengembangan minat dan bakat pemuda, salah satunya dengan menumbuhkembangkan budaya olahraga. Keterbatasan fasilitas akan sangat berpengaruh pada kualitas pencapaian prestasi atlit. Kondisi ini menyebabkan atlit mencari tempat lain yang lebih mampu RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.38

60 mengembangakan bakatnya, ditambah dengan kurangnya jaminan hari depan bagi atlit berprestasi. Pada aspek yang berbeda, kurangnya ketrampilan dan pengetahuan pemuda berdampak pada tingkat partisipasi angkatan kerja. Belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dengan daerah, tingginya tingkat pengangguran terbuka dan maraknya masalahmasalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA). Lembaga kepemudaan dan olah raga yang berkembang di Kabupaten Klaten antara lain: (a) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI); (b) Organisasi Kemasyarakatan Pemuda; (c) Lembaga Sosial Pemuda, Lembaga kepemudaan yang umumnya berbentuk Yayasan; (d) Organisasi Pemuda Partai Politik; (e) Organisasi Kemahasiswaan; (f) Praja Muda Karana (Pramuka); (g) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OS IS) tingkat SLTA; (h) Karang Taruna; (i) Organisasi Pemuda Kedaerahan; (j) Lembaga Pemuda Profesi; (k) Perkumpulan Pemuda di bidang Seni; (l) Klub Ilmuwan Muda; dan (m) Lembaga Pemuda Pencinta Alam (n) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). 18. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Pemerintah berkewajiban untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat di wilayahnya. Pemenuhan rasa aman akan berdampak positif pada proses pembangunan di berbagai sektor. Rasa aman yang dibutuhkan masyarakat adalah rasa aman dari segala bentuk kerawanan dan masalah sosial berupa berbagai penyakit sosial serta rasa aman dari adanya bencana alam. Kerjasama harmonis dari Satpol PP, Kesbangpol dan Linmas, Kepolisian dan SKPD terkait senantiasa digalang dalam rangka meminimalisir terjadinya berbagai penyakit masyarakat. Sekitar 50 personil Linmas dan 59 personil Satpol PP diberdayakan untuk mengendalikan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Klaten. Upaya menciptakan iklim yang kondusif di wilayah Kabupaten Klaten dilakukan dengan penegakan hukum dan penertiban melalui pelaksanaan operasi yustisi, juga dilakukan upaya pendekatan secara RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.39

61 persuasif melalui pembinaan dan pemberdayaan secara konstruktif dengan melibatkan berbagai unsur elemen masyarakat. Ancaman terorisme, konflik yang bersifat SARA, dan bahaya laten lain dengan daya destruktif yang luas. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan pembentukan Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) dan berbagai macam forum komunikasi antara lain Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Forum Komunikasi Umat Beragama (FK UB) dan Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI). 19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Reformasi politik membawa perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan berpolitik di Kabupaten Klaten. Terbitnya berbagai macam peraturan perundangan sebagai aturan main dalam percaturan politik telah disikapi oleh masyarakat Kabupaten Klaten melalui pembentukan partai politik. Jumlah anggota DPRD Kabupaten Klaten periode sebanyak 50 orang. Sebanyak 15 orang dari Fraksi PDIP, 10 orang dari Fraksi Golkar, 6 orang dari Fraksi PAN, 5 orang dari Fraksi Keadilan Sejahtera, 6 orang dari Fraksi Demokrat, 4 orang dari Fraksi Hanuba (Hanura dan PKB), dan serta 4 orang berasal dari FBPB (PPP, PMB dan Gerindra). Dari sejumlah 50 orang anggota DPRD, terbagi ke dalam 4 komisi, yaitu: (i) Komisi I sebanyak 10 orang, (ii) Komisi II sebanyak 10 orang, (iii) Komisi III sebanyak 12 orang, dan (iv) Komisi IV sebanyak 14 orang. Selama kurun waktu 2009, DPRD periode telah menghasilkan beberapa produk hukum. Gambaran selengkapnya lihat tabel berikut. Tabel Jenis dan Jumlah Keputusan DPRD Jenis Keputusan (1) (2) (3) (4) Peraturan Daerah Keputusan DPRD Keputusan Pimpinan DPRD Keputusan Panitia Anggaran Keputusan Panitia Musyawarah Sumber : Klaten Dalam Angka Tahun 2009 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.40

62 Pada tataran kehidupan akar rumput, kehidupan politik di Kabupaten Klaten sangat kondusif dengan indikasi minimnya sengketa politik dan tidak adanya kerusuhan yang berhulu dari masalah politik. Adanya kelompok masyarakat yang enggan untuk menggunakan suaranya karena alasan tertentu (golpu t) masih merupakan fenomena yang perlu untuk diwaspadai dan disikapi. Di lain pihak gambaran persentase jumlah PNS dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.10 Jumlah PNS di Kabupaten Klaten Gol IV Gol III Gol II Gol I Juml. PNS 2009/ Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Jumlah pejabat struktural sampai dengan 2010 sebanyak 790 dan pejabat fungsional sebanyak orang, dan sesuai eselonisasi terdiri dari pejabat struktural eselon V sebanyak 77 orang, eselon IV sebanyak 558 orang, eselon III sebanyak 133 orang dan eselon II sebanyak 22 orang. sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Klaten sebanyak orang. Jumlah PNS tersebut terdiri Golongan I sebanyak 587 orang, Golongan II sebanyak orang, Golongan III sebanyak orang dan Golongan IV sebanyak orang. Bila dilihat dari jumlah pejabat eselon yang ada, percepatan pengisian jabatan struktural di Kabupaten Klaten dalam rentang waktu Pada tahun 2008 jumlah pejabat eselon II sebanyak 16 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.41

63 orang, eselon III 104 orang dan eselon IV sebanyak 457 orang. Pada Tahun 2010 jumlah eselon II menjadi 22 orang, eselon III sebanyak 133 orang, eselon IV sebanyak 558 orang dan eselon V 77 orang. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.27 Jumlah Pejabat Eselon di Kabupaten Klaten Jabatan (1) (2) (3) (4) Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten 2010 Munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah telah mengamanatkan bahwa pembentukan perangkat Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia harus dengan pertimbangan rasional, efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing. Pemerintah Kabupaten Klaten pada tahun berikutnya telah mengesahkan dan sekaligus mengimplementasikan Peraturan Daerah yang mengatur Organisasi Perangkat Daerah. Melalui peraturan yang ditetapkan, terjadi pembengkakan jumlah jabatan struktural, yang berakibat juga pada struktur organisasinya. Jumlah Dinas bertambah dari 7 menjadi 10, kemudian Kantor berkurang dari 13 (2007) menjadi 5 (2009), jumlah Badan dari 4 (2007) menjadi 6 (2009) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas bertambah dari 75 (2007) menjadi sebanyak 87 (2009). 20. Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan di Kabupaten Klaten terutama pangan pokok mengalami surplus terutama produksi padi dan jagung. Untuk produksi padi sawah surplus ton dari kebutuhan ton tahun demikian halnya dengan produksi jagung yang surplus ton dari kebutuhan ton. Sementara untuk produksi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar mengalami minus produksi. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.42

64 Tabel 2.28 Jumlah Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2009 No Komoditas Produksi (Ton) Ketersediaan (Ton) Kebutuhan (Ton) Surplus/ Minus (Ton) 1 Padi sawah Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten 2010 Untuk produksi susu sapi perah rakyat pada tahun 2008 sebanyak liter dan pada tahun 2009 jumlah produksinya mencapai sebanyak liter ( atau naik dilihat pada tabel berikut: 89,75 %), dan selengkapnya dapat Tabel 2.29 Jumlah Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun No Produksi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun Daging (kg) Susu (liter) Telur (butir) Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten 2010 Dari tabel tersebut di atas terlihat, bahwa produksi daging mulai tahun 2007 mengalami penurunan secara signifikan. Pada tahun 2007 produksinya sebanyak kg, pada tahun 2008 produksinya sebanyak kg, dan pada tahun 2009 produksinya hanya kg. 21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Kecamatan yang memiliki jumlah desa terbesar adalah Kecamatan Cawas dengan 20 desa, 4 (empat) kecamatan memiliki 19 desa yaitu : Kecamatan Wedi, Karangdowo, Juwiring dan Karanganom. Sementara kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Klaten Tengah dengan 3 desa. Jumlah Dukuh di seluruh Kabupaten Klaten sebanyak dukuh. 22. Statistik Proses perencanaan memerlukan data dan informasi statistik yang berkualitas. Oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi statistik yang RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.43

65 andal merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data dan informasi statistik berkualitas tidak saja menjadi rujukan pemerintah tetapi juga dibutuhkan oleh kalangan swasta dan masyarakat untuk pengembangan usaha dan beragam kebutuhan lainnya. Masyarakat menuntut ketersediaan data dan informasi statistik yang beragam, rinci, mudah dipahami dan tepat waktu. Tuntutan kebutuhan data dan informasi statistik tersebut belum sepenuhnya terpenuhi, namun secara bertahap terus diupayakan ketersediannya. Kualitas data diukur melalui 6 ( enam) dimensi, yaitu : akurat, relevan, tepat waktu (timeliness), mudah diakses (accessibility), koheren (coherence) yang berarti konsisten antar sektor dan antar periode dan spasial, serta mudah diinterpretasi (interpretability). Untuk mewujudkan sasaran tersebut dirumuskan 3 ( tiga) langkah: ( i) Peningkatan kualitas data; (ii) Peningkatan penerapan teknologi informasi dan komunikasi; dan (iii) Peningkatan kapasitas SDM. Data statistik yang dapat dipertanggungjawabkan merupakan bagian esensial dalam proses perumusan suatu kebijakan. Keberhasilan upaya peningkatan kualitas data statistik ini tidak terlepas dari dukungan dan peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), memerlukan dukungan serta peranan dari Sumber Daya Manusia (SDM). Capaian kinerja yang telah dapat dihasilkan dalam bidang penelitian, pengembangan dan statistik selama ini antara lain berupa Studi Persampahan, Studi Lereng Merapi, serta pembinaan terhadap kegiatan penelitian di daerah melalui: Penjaringan Krenova, Sosialisasi Budaya Iptek dan Forum Komunikasi. Sedangkan di bidang statistik produk rutin tahunan yang telah dihasilkan antara lain Analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Klaten Dalam Angka ( KDA), Profil Kabupaten Klaten dan lain sebagainya. 23. Kearsipan Arsip merupakan sumber data yang penting dan sangat dibutuhkan, juga merupakan salah satu aset pemerintah. Arsip adalah kumpulan warkat yang disimpan secara teratur berencana karena mempunyai suatu kegunaan yang setiap kali digunakan dapat dengan cepat ditemukan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.44

66 kembali. Dengan demikian diperlukan penataan arsip yang sesuai dengan sistem penyimpanan arsip nasional. Arsip mudah ditemukan kembali, apabila sistem penyimpanannya dan perawatannnya sesuai prosedur standar nasional. Oleh karena itu mekanisme pendokumentasiannya agar benar-benar dilakukan sesuai dengan tata kelola kearsipan yang telah digariskan secara cermat, tertib, teratur dan berkesinambungan. Pembinaan kearsipan rutin dilakukan setiap tahun dengan cara bergantian antara SKPD dan sekolah, dikarenakan anggaran yang terbatas. Kendala yang dihadapi adalah petugas pengelola yang telah mengikuti pembinaan/pelatihan kearsipan, dimutasikan ke dinas/kantor lain, sehingga dari SKPD yang bersangkutan tidak ada lagi tenaga pengelola kearsipan. Hal ini berakibat pada penataan kearsipannya menjadi tidak terkelola dengan baik. Sarana dan prasarana kearsipan SKPD belum memenuhi syarat, masih menggunakan peralatan seadanya, misalnya menggunakan kardus untuk menyimpan berkas surat-surat. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran untuk pengelolaan kearsipan. Pelayanan arsip untuk SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan dapat berkembang kearah arsip digital, sehingga akan lebih memudahkan dalam pencarian arsip. 24. Komunikasi dan informatika Bidang komunikasi dan informatika Kabupaten Klaten telah memiliki website yaitu sementara untuk warung internet (warnet) sudah menyebar di 26 kecamatan dan telah menjadi konsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Penyiaran radio lokal terdapat 7 stasiun penyiaran dan terdapat 7 buah surat kabar lokal. 25. Perpustakaan Perpustakaan memiliki peranan yang strategis sebagai pusat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Perpustakaan umum di Kabupaten Klaten pada Tahun 2009 sebanyak 1 unit. Jumlah perpustakaan desa sebanyak 29 unit dan perpustakaan kelurahan sebanyak 3 unit. Layanan perpustakaan keliling sebanyak 5 unit yang melayani 26 kecamatan di Kabupaten Klaten, secara bergilir sesuai jadwal yang ditetapkan. Terdapat juga layanan perpustakaan keliling dengan 5 unit sepeda motor untuk RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.45

67 merolling buku pada daerah yang tidak terjangkau bus keliling. Hal ini menunjukkan bahwa layanan perpustakaan di Kabupaten Klaten sudah menjangkau dan merata untuk seluruh lapisan masyarakat, dan ini akan lebih dapat menjangkau masyarakat yang belum mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Perpustakaan Umum Daerah. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik untuk pelayanan perpustakaan umum daerah (6 hari dalam seminggu) maupun untuk pelayanan perpustakaan keliling (3 hari dalam seminggu) belum bisa maksimal, pelayanan dibidang kearsipan juga belum maksimal dikarenakan untuk Seksi Pengelolaan Arsip dan Dokumentasi hanya dilaksanakan oleh 9 orang dan dibantu tenaga non-pns saat melakukan kegiatan. Jumlah bahan pustaka yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sebanyak pada tahun 2008, sebanyak pada tahun 2009 dan data sampai dengan bulan Desember 2010 menunjukkan peningkatan menjadi , hal ini berdampak signifikan dengan daya tarik pengunjung perpustakaan yang juga meningkat dari tahun 2008 sebanyak pengunjung menjadi pengunjung pada tahun 2009, dan meningkat menjadi pengunjung pada tahun Fokus Pelayanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan pilihan pemerintahan daerah (ada 8 urusan pilihan), yaitu bidang urusan: (i) Pert anian, (ii) Kehutanan, (iii) Energi dan Sumber Daya Mineral, (iv) Pariwisata, (v) Kelautan dan Perikanan, (vi) Perdagangan, (vii) Perindustrian, dan (viii) Ketransmigrasian. Gambaran dari masing-masing penjelasan urusan pilihan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pertanian Luas wilayah Kabupaten Klaten sebesar Ha ( 655,56 Km 2 ) berdasarkan pemakaian di lahan pertanian untuk penggunaan lahan sawah 33,412 Ha (51%) dan untuk lahan bukan sawah sebesar 6,384 Ha (10%). Sedangkan untuk lahan bukan pertanian seluas 25,760 Ha (39%). Menurut sistem penggunaan air di Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa sawah dengan sistem pengairan teknis seluas 19,193 Ha, sistem RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.46

68 pengairan setengah teknis seluas 10,099 Ha; sistem pengairan sederhana seluas 2,657 Ha, serta sistem tadah hujan seluas 1,463 Ha. Sektor Pertanian dalam PDRB di Kabupaten Klaten, mencakup subsub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan dan Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan. Selama kurun waktu tahun , basis ekonomi untuk Sektor Pertanian berdasar sebaran di tingkat kecamatan yang menempati 5 (lima) besar, berturut -turut adalah: (1) Kecamatan Tulung; (2) Kecamatan Wonosari; (3) Kecamatan Manisrenggo; (4) Kecamatan Cawas; dan (5) Kecamatan Juwiring. Kondisi ini akan berubah jika sub-sub sektor pembentuk Sektor Pertanian diuraikan satu per satu, produksi tanaman sebagai bahan makanan, produksi perternakan, perikanan, dan juga produksi hasil perkebunan. Besaran nilai tambah Sektor Pertanian berdasar kecamatan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.47

69 Tabel Nilai Tambah Sektor Pertanian Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jutaan rupiah) NILAI TAMBAH SEKTOR PERTANIAN No Kecamatan Rerata Ran king 01 Prambanan , , , , , , Gantiwarno , , , , , , Wedi , , , , , , Bayat , , , , , , Cawas , , , , , , Trucuk , , , , , , Kalikotes , , , , , , Kebonarum , , , , , , Jogonalan , , , , , , Manisrenggo , , , , , , Karangnongko , , , , , , Ngawen , , , , , , Ceper , , , , , , Pedan , , , , , , Karangdowo , , , , , , Juwiring , , , , , , Wonosari , , , , , , Delanggu , , , , , , Polanharjo , , , , , , Karanganom , , , , , , Tulung , , ,21 129,789, , , Jatinom , , , , , , Kemalang , , , , , , Klaten Selatan , , , , , , Klaten Tengah , , , , , , Klaten Utara 8.516, , , , , ,15 26 PDRB Pertanian , , , , , ,56 Sumber: PDRB Kabupaten Klaten Kehutanan Hutan di Kabupaten Klaten terdapat 2 (dua) jenis hutan yang masuk dalam kawasan hutan negara yaitu Hutan Lindung seluas 810,6 Ha dan Hutan Produksi seluas 639,8 Ha. Hutan negara ini dikelola oleh Perum Perhutani, sedangkan hutan lainnya adalah Hutan Rakyat seluas Ha. Hutan di Kabupaten Klaten di antaranya: - Hutan Lindung, terletak di bagian barat dan secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kemalang yang mencakup Desa Tegalmulyo dan Desa Sidoharjo, serta berada di Merapi pada ketinggian m dpl. lereng Gunung - Hutan Produksi, terletak di 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Bayat, Kecamatan Wedi, dan Kecamatan Kalikotes. Hutan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.48

70 produksi ini terletak pada perbukitan sekis filit dan perbukitan kapur/batu gamping dengan ketinggian antara m dpl. - Hutan Rakyat, hutan rakyat ini merupakan program pemerintah melalui program penghijauan dan rehabilitasi lahan serta konservasi tanah. Hutan Rakyat ini tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang mempunyai lahan kering. Gambaran potensi kayu milik rakyat per kecamatan di Kabupaten Klaten tahun 2009, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.32 Tabel tersebut menunjukkan bahwa potensi hasil hutan rakyat, yang berupa kayu jati dan kayu mahoni, hampir ada di semua kecamatan, dengan hasil secara keseluruhan terus mengalami peningkatan selama tahun Hasil produksi kayu jati yang berumur di atas 10 tahun, meningkat dari batang pada tahun 2007 menjadi batang pada tahun Pada tahun yang sama, hasil kayu mahoni yang berumur lebih dari 5 tahun, juga mengalami peningkatan dari batang, menjadi batang. Kecamatan-kecamatan penghasil produksi kayu, baik kayu jati maupun mahoni dengan kategori yang besar berada di 5 (lima) kecamatan, yaitu: (i) Kecamatan Bayat, (ii) Kecamatan Karangnongko, (iii) Kecamatan Tulung, (iv) Kecamatan Jatinom, dan (v) Kecamatan Kemalang. Tabel 2.31 Potensi Kayu Milik Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan batang) No. Kecamatan Jati (Umur > 10 Tahun) Mahoni (Umur > 5 Tahun) (1) (2) (3) (4) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan - - RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.49

71 15. Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara - - Jumlah Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun Energi dan Sumber Daya Mineral Berdasarkan pengamatan terhadap bahan galian dan pertambangan (sumber daya mineral) yang ada di Kabupaten Klaten, bahan galian tersebut pada umumnya termasuk dalam mineral bukan logam (galian golongan C), sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.32 Potensi Pertambangan di Kabupaten Klaten No Jenis Mineral Lokasi Potensi (m3) Keterangan 1. Andesit Karangdowo Desa Ringin Puiti, Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo Jumlah deposit layak ditambang, belum banyak dimanfaatkan dan dapat digunakan sebagai kontruksi ringan bangunan 2. Batu Gamping Kalkarenit Desa Tegalrejo, Kecamatan Bayat Jumlah deposit layak ditambang dan dapat digunakan sebagai kontruksi ringan 3. Batu Gamping Keras Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Masih dapat ditambang, namun jika terlalu dalam mengakibatkan kecelakaan penambangan 4. Batu gamping Nummulites 5. Batu pasir Tufaan Desa Wiro, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat Desa Kerten, Kecamatan Gantiwarno Jumlah deposit tidak layak ditambang Jumlah deposit tidak layak ditambang RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.50

72 6. Gabro dan Diorite 7. Lempung Aluvial Desa Jerukan, Desa Gampingan, Kecamatan Bayat Desa Mlese, Desa Jabung, Kecamatan Gantiwarno Desa Semenden, Kecamatan Karangnongko Desa Rejoso, Desa Pakahan, Desa Kwaran, Desa Bakung, Kecamatan Jogonalan, Desa Basin, Desa Gondang Kecamatan Kebonarum Jumlah deposit layak ditambang dapat digunbakan kontruksi dan bahan uruk Jumlah deposit layak ditambang dan dapat digunakan sebagai bahan baku batu merah Desa Sumberejo, Desa Jetis, Desa Nglinggi Kecamatan Klaten Selatan 8. Lempung Residual Desa Beluk, Desa Desa Gunung Gajah, Kecamatan Bayat Jumlah deposit layak ditambang dan dapat digunakan sebagai bahan baku keramik, gerabah, genteng dan bata 9. Marmer Desa Bawak, Kecamatan 75 Jumlah deposit tidak layak ditambang, Cawas 10. Pasir Vulkanik & Andesit Vulkaniki Desa Balerante, Desa Sidorejo, Desa Taluh, Desa Panggang Jumlah deposit layak ditambang, kualitas pasir vulkanik sangat baik untuk bahan bangunan 11. Zeolit Desa Nengahan, Kecamatan Bayat 100 Deposit tidak layak ditambang Sumber : Analisis Profil Daerah Kabupaten Klaten Pariwisata Pengembangan pariwisata Kabupaten Klaten dapat dilihat dari produk wisata dan pasar wisata. Aspek produk wisata terdiri dari obyek dan daya tarik wisata, fasilitas pelayanan wisata serta aksesbilitas. Sedangkan pasar wisata adalah wisatawan lokal, regional maupun manca negara. Produk pariwisata di Kabupaten Klaten, dapat diakses dalam situs antara lain mencakup: RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.51

73 a. Jenis Kekayaan Wisata Alam Kabupaten Klaten mempunyai banyak wisata alam maupun wisata buatan, nama dan jenis obyek wisata serta lokasinya di Kabupaten Klaten sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 2.33 Nama dan Jenisi Obyek Wisata serta Lokasinya di Kabupaten Klaten Hingga Semester I Tahun 2009 No. Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Wisata Lokasi (1) (2) (3) (4) 01. Perayaan Padusan Event Tradisional Kec. Tulung Kab.Klaten 02. Perayaan Maleman Event Tradisional Kec. Klaten Utara 03. Perayaan Syawalan Event Tradisional Kec. Bayat dan Kec. Kalikotes 04. Perayaan Yaqowiyu Event Tradisional Kec. Jatinom 05. Deles Indah Wisata Alam Kec. Kemalang 06. Sumber Air Ingas Wisata Alam Kec. Tulung Kab.Klaten 07. Makam Pandanaran Wisata Religius Kec. Bayat 08. Jombor Permai Wisata Alam Kec. Bayat 09. Makam RNB Ronggowarsito Wisata Religius Kec. Trucuk 10. Makam Perwita Wisata Religius Kec. Wonosari 11. Pemandian Jolotundo Wisata Alam Kec. Karanganom 12. Candi Plaosan Wisata Budaya Kec. Prambanan 13. Makam Ki Agen Gribig Wisata Religius Kec. Jatinom 14. Sendang sinongko Wisata Alam Kec. Ceper Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten (2010). Permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Klaten adalah masih perlunya peningkatan pengembangan pemasaran pariwisata, pengembangan destinasi pariwisata serta peningkatan sumber daya manusia yang terkait dengan kepariwisataan. b. Jenis Kekayaan Wisata Budaya Jenis kekayaan wisata budaya di Kabupaten Klaten antara lain : Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi Asu (Sona), Candi Sojiwan, Candi Merak, Candi Karangnongko, Masjid jimbung, Masjid golo, Masjid jawi, Makam Syech Domba, Situs Wonoboyo, Makam Ki Ageng Gribig, Makam Ronggowarsito, Situs Kaliworo. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.52

74 c. Tempat Bersejarah Monumen Juang 45 Klaten, Monumen PARATA MBKD Pos X-I, Museum Gula Jawa Tengah di Gondang Baru Klaten, dan Monumen Patung Kemerdekaan Soekarno. Seperti yang dapat dilihat dari tabel di bawah, Kabupaten Klaten memiliki sejumlah obyek wisata yang sangat beragam dan juga potensi wisata yang tinggi untuk dikembangkan. Minimal terdapat 5 (lima) jenis objek wisata yang selama ini sudah ada dan berkembang, yaitu: (i) Kolam Renang / Pemancingan, (ii) Candi Purbakala, (iii) Makam, (iv) Pemandangan Alam, dan (v) Museum. Objek wisata, jumlah pengunjung dan pendapatannya yang ada di Kabupaten Klaten tahun d. Sarana Perhotelan/Penginapan Perhotelan/penginapan di Kabupaten Klaten masih dikategorikan ke dalam Hotel Melati I, Melati II dan Melati III belum ada yang berkategori bintang. Sebanyak 42 hotel dan masing-masing hotel dikategorikan sebagai berikut : Hotel Melati I : 1. Hotel Perdana Raya 17. Hotel Semar 2. Hotel Puri Jonggrangan 18. Hotel Restu Ibu 1 3. Hotel Arjuna 19. Hotel Sari 4. Hotel Klaten Indah Hotel Shinta 5. Hotel Merak Indah 21. Hotel Sri Rejeki 6. Hotel Merak Hotel Srikandi 1 7. Hotel Agung 23. Hotel Ramayana 8. Hotel Asri 24. Hotel Pramesti 9. Hotel Kenanga Dewi Shinta 10. Hotel Kenanga Hotel Wisnu 11. Hotel Mawar Hotel Popy 12. Hotel Mawar Hotel Victoria 13. Hotel Mawar Hotel Surya Andesa 14. Hotel Merdeka Hotel Ayu 15. Hotel Pratiwi 31. Hotel Jaya Kusuma 16. Hotel Prima 32. Hotel Srikandi Hotel Restu Ibu 2 Hotel Melati II : 1. Hotel Prambanan Indah 5. Hotel Alamanda 2. Hotel Hotel Alami 5. Hotel Botan 3. Hotel Kendedes 6. Hotel Bima 4. Hotel Graha Srikandi Hotel Melati III: 1. Hotel Galuh 2. Hotel Candi View RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.53

75 Jumlah tamu yang menginap pada tahun 2007 sebanyak orang, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak orang (turun 0,97%). Jumlah rata-rata lama tamu menginap pada tahun 2007 selama 1,00 hari dan pada tahun 2008 selama 0,96 hari (turun 0,04%). 5. Kelautan dan Perikanan Melimpahnya air dan sistem pengairan sawah sepanjang tahun, mendorong petani dan masyarakat setempat memanfaatkan potensi air untuk berbudidaya ikan di sawah dan kolam. Hasil budidaya perikanan di Kabupaten Klaten mencakup : (i) kolam, (ii) sawah, (iii) keramba, (iv) waduk, (v) sungai, dan (vi) genangan air. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya perikanan sungai seluas 181,36 Ha. Gambaran luas areal produksi perikanan di Kabupaten Klaten berdasar kecamatan selama tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.34 Luas Lahan untuk Kegiatan Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (Hektar atau Ha) No. Kecamatan Kolam Sawah Keramba Waduk Sungai Genangan Air Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan KlatenTengah Klaten Utara S u m Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.54

76 Hasil produksi perikanan selama kurun waktu tahun terbesar berasal dari kolam, yaitu dari sekitar ,85 kwintal pada tahun 2007, meningkat menjadi sekitar ,90 kwintal pada tahun 2008, dan meningkat lagi menjadi ,00 pada tahun Kecamatan Polanharjo dan Kecamatan Karanganom merupakan penghasil ikan kolam terbesar. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.35 Hasil Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (Kwintal) Genangan No. Kecamatan Kolam Sawah Keramba Waduk Sungai Jumlah Air (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan KlatenTengah Klaten Utara Jumlah Sumber : Klaten Dalam Angka Tahun 2009 Adapun jenis-jenis peredaran ikan konsumsi segar di Kabupaten Klaten yang produktif sebagai berikut : Tabel 2.36 Peredaran ikan konsumsi segar di Kabupaten Klaten tahun 2009 Harga Nilai Produksi Produksi Jenis Ikan rata-rata (Rp). (Kg) (Kg) [1] [2] [3] (4) 01 Tawes Nila Gurameh RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.55

77 04 Lele Belut Wader Katak Ijo Udang Kali Jumlah/Total Sumber : Klaten Dalam Angka Perdagangan Sektor perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mempunyai keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dan diharapkan dapat berfungsi dan mempunyai peranan sebagai penggerak utama perekonomian di daerah, guna mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran dan menurunkan angka kemiskinan. Roda perekonomian melalui perdagangan di Kabupaten Klaten salah satunya digerakkan dari sektor pasar, dan selama 3 (tiga) tahun terakhir jumlah pasar tidak ada perubahan. Secara lebih lengkap perkembangan pasar menurut jenisnya terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.37 Pasar Menurut Jenisnya Di Kabupaten Klaten Tahun Kecamatan [1] [2] [3] [4] 01 Departemen Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Umum Pasar Hewan Pasar Buah Pasar Sepeda Pasar Ikan Lain-lain/ Pasar Burung Jumlah/Total Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Disamping itu perkembangan penanaman modal PMA/PMDN Kabupaten Klaten Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.56

78 Tabel 2.38 Realisasi Penanaman Modal PMA/PMDN Kabupaten Klaten Tahun 2009 Bidang Usaha Jml Usaha Nilai Investasi (dlm Milyard) Jumlah Tenagakerja [1] [2] [3] [4] 01 Perikanan Mesin dan Logam Air minum dalam kemasan Furniture Sarung tangan Olah Raga Pertanian/agro Tekstil Bubur bayi dan susu Jasa rekreasi/entertainer Jasa perdagangan Perdagangan logistic Pendidikan/ketrampilan Penyamakan kulit Industri rokok Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Jumlah/Total Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa jenis komoditas usaha yang memiliki prospek ke depan adalah bidang usaha air minum kemasan, furniture, pertanian agro, bubur bayi dan susu serta jasa perdagangan baik dilihat dari nilai produksi maupun serapan tenaga kerja. 7. Perindustrian Sektor industri merupakan penopang perekonomian suatu daerah yang mampu menyerap tenaga kerja. Sektor industri perlu didorong agar berkembang pesat baik dari sisi produksi maupun daya serap tenaga kerja, sehingga berdampak positif ( multiplier effect) tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Dalam komponen PDRB Kabupaten Klaten, sektor industri manufaktur dibentuk oleh sub sektor industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Sektor industri sebagai sektor andalan memberikan andil yang besar bagi perekonomian di Kabupaten Klaten, yaitu memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 20,52% pada tahun 2008 dan menurun pada tahun 2009 menjadi sebesar 20,05%. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.57

79 Tabel 2.39 Basis ekonomi untuk sektor industri manufaktur berdasarkan sebaran di tingkat kecamatan yang menempati 5 (lima) besar adalah: (1) Kecamatan Ceper; (2) Kecamatan Trucuk; (3) Kecama tan Wedi; (4) Kecamatan Prambanan; dan (5) Kecamatan Jogonalan. Gambaran besaran nilai tambah sektor industri manufaktur berdasar kecamatan di Kabupaten Klaten selama tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun (dalam jutaan rupiah) NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN No Kecamatan Rerata Ran king 01 Prambanan , , , , , , Gantiwarno , , , , , ,, Wedi , , , , , , Bayat , , , , , , Cawas , , , , , , Trucuk , , , ,05 237,229, , Kalikotes , , , , , , Kebonarum , , , , , Jogonalan , , , , , , Manisrenggo , , , , , , Karangnongko , , , , , , Ngawen , , ,78 69,357, , , Ceper ,l , ,54 344, , , Pedan , , , , , Karangdowo , , , , , , Juwiring , , , , , , Wonosari , , , , , , Delanggu , , , , , Polanharjo , , , , , , Karanganom , , , , , , Tulung , , , , , Jatinom , , , , , , Kemalang , , , , , , Klaten Selatan , , , , , , Klaten Tengah , , , , , , Klaten Utara , , , , , ,64 7 PDRB Indstr Pengolahan Sumber : PDRB Kabupaten Klaten 2009 Perusahaan industri besar dan sedang menurut kecamatan di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 meliputi industri: makanan dan minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan furniture, kertas dan percetakan, serta logam dan besi. Industri besar dan sedang. Industri logam dan besi banyak terdapat di Kecamatan Ceper dan Wonosari. Industri kertas dan percetakan terdapat di Kecamatan Klaten Utara dan RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.58

80 Klaten Tengah. Industri kayu dan furniture terdapat di Kecamatan Trucuk, Cawas, Juwiring dan Klaten Utara. Kawasan potensial sentra industri logam terdapat di Kecamatan Ceper, Polanharjo, Karanganom, dan Jatinom. Sentra industri tembakau terdapat Prambanan, Manisrenggo, Kebonarum, Wedi, Klaten Selatan, Ngawen, Gantiwarno, Trucuk, dan.jogonalan. Sentra industri gerabah terdapat di Kecamatan Bayat. Sentra industri mebel terdapat di Kecamatan Klaten Utara, Trucuk, Cawas, Juwiring, dan Ceper. Adapun sentra industri konveksi terdapat di Kecamatan Jogonalan, Wedi, Klaten Selatan, dan Pedan,. Jenis penyebaran industri dan nilai produksi industri yang paling tinggi adalah industri konveksi/pakaian jadi dengan nilai mencapai Rp 361,8 miliar, diikuti oleh industri pengecoran logam dengan nilai industri mencapai Rp 327,2 miliar, dan untuk industri genteng/keramik nilai produksinya mencapai Rp 61,1 miliar, rata-rata industri pengolahan lainnya mencapai di bawah Rp 17,0 miliar. Selengkapnya penyebaran perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Klaten berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.40 Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dlm satuan jml atau unit usaha) No. Kecamatan Makanan & Minuman Tembakau Tekstil Pakaian Jadi Kayu & Furniture Kertas & Percetakan Logam & Besi Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.59

81 23. Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah S u m ber : IPM Kabupaten Klaten Ketransmigrasian. Daerah tujuan transmigrasi selama 4 tahun terakir yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Provinsi Maluku. Realisasi pemberangkatan transmigrasi per kecamatan tercantum dalam tabel berikut : Tabel 2.41 Realisasi Pemberangkatan Transmigrasi masing-masing kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun No. Kecamatan Sumatra KK Sumatra Jiwa Kalimantan KK Kalimantan Jiwa Sulawesi KK Sulawesi Jiwa Maluku KK Maluku Jiwa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.60

82 Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Dari tabel 2.41 di atas terlihat bahwa, jumlah transmigrasi pada Tahun 2007 di Pulau Kalimantan sebanyak 8 KK atau 20 jiwa, tahun 2008 tujuan Pulau Sumatra dan Maluku sebanyak 20 KK atau 70 jiwa, dan pada tahun 2009 tujuan Pulau Sulawesi sebanyak 15 KK atau 59 jiwa. 2.4 Aspek Potensi Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat diukur melalui besarnya pendapatan dan konsumsi/pengeluaran rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula pengeluaran rumah tangga. Hal ini terjadi pada masyarakat modern yang kebutuhan sekunder dan tersiernya sudah terpenuhi. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.42 Persentase Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Golongan Golongan Pengeluaran (1) (2) (3) (4) < ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,42 0,00 0, ,70 0,00 0, ,61 0,12 0, ,27 0,50 6, ,56 2,13 27,1 > ,07 97,25 65,6 Pengeluaran di Tahun (dalam persen) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.61

83 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : IPM Kabupaten Klaten 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat persentase penduduk menurut golongan pengeluaran, pada tahun 2009 terjadi peningkatan pada golongan Rp ,- s.d Rp ,- dimana persentase dari golongan ini meningkat dari tahun 2008 sebesar 2,75% menjadi 34,40% pada tahun 2009, sedangkan pengeluaran di kelompok Rp ke atas mengalami penurunan dari 97,25 % menjadi 65,6 %. Golongan pengeluaran penduduk Rp ,- s.d Rp ,- tahun 2009 meningkat dibanding tahun sebelumnya karena kebutuhan makanan maupun non makanan meningkat, sedangkan golongan pengeluaran di atas Rp ,- mengalami penurunan. Tabel di bawah ini menunjukkan sebagian besar pengeluaran penduduk adalah untuk makanan dibanding untuk non makanan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan makan sebagai kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok dibanding kebutuhan non makan yang sifatnya sekunder. Bila dibanding tahun 2008, pola konsumsi masyarakat pada tahun 2009 untuk pemenuhan kebutuhan makanan cenderung naik dari 50,08% menjadi 56,09%, sebaliknya pola pemenuhan untuk non makanan mengalami penurunan menjadi 43,91%. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.43 Rata-rata Pengeluaran Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Pengeluaran Makanan Dan Non Makanan Tahun (dalam persen) Rata-rata Pengeluaran Penduduk TAHUN RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.62

84 1. Makanan (%) 2. Non Makanan (%) (1) (2) (3) (4) 60,70 39,30 50,08 49,92 56,09 43,91 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : IPM Kabupaten Klaten Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur Sarana prasarana wilayah pada dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu wilayah, karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Sarana wilayah meliputi sarana pendidikan, kesehatan, permukiman, perdagangan, sarana perhubungan darat, serta sarana rekreasi dan olah raga. Prasarana wilayah meliputi prasarana permukiman; prasarana perhubungan; prasarana jaringan, yang terdiri dari jaringan drainase perkotaan, jaringan irigasi, serta jaringan utilitas lainnya; serta prasarana persampahan. 1. Lahan Pertanian Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten setiap tahunnya selalu berubah dan cenderung mengikuti pertambahan jumlah penduduk, aktivitas penduduk dan perluasan kegiatan perekonomian. Lahan sawah dengan kategori pengairan teknis, pengairan 1/2 teknis, pengairan sederhana dan tadah hujan, secara keseluruhan mengalami penurunan selama kurun waktu Lahan sawah dengan sistem/jenis pengairan teknis terdapat di Kecamatan Wonosari, Kecamatan Juwiring, Kecamatan Ceper, dan Kecamatan Trucuk. Lahan sawah dengan sistem pengairan 1/2 teknis terdapat di Kecamatan Tulung, Kecamatan Cawas, Kecamatan Jogonalan, dan Kecamatan Wedi. Kecamatankecamatan dengan luas lahan sawah sistem pengairan sederhana terdapat di Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Gantiwarno, Kecamatan Tulung dan Kecamatan Karangnongko. Lahan sawah dengan sistem tadah hujan terdapat di Kecamatan Trucuk. Gambaran selengkapnya berikut : Tabel 2.44 Kecamatan Bayat, Kecamatan Cawas, dan dapat dilihat pada tabel Luas Lahan Berupa Tanah Sawah Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan Ha) No. Kecamatan Pengairan Pengairan 1/2 Pengairan Tadah Jumlah RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.63

85 S u m b e r : Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Tabel 2.45 Sedangkan gambaran penggunaan lahan tanah kering berdasarkan kecamatan di Kabupaten Klaten tahun Lahan kering pemanfaatannya antara lain untuk bangunan dan halaman; tegal, kebun dan ladang; kolam/rawa; dan hutan negara. Pemanfaatan lahan kering untuk bangunan dan halaman ada di semua kecamatan, 4 (empat) kecamatan yang pemanfaatannya cukup besar terdapat di Kecamatan Kemalang, Bayat, Trucuk, dan Jatinom. Teknis Teknis Sederhana Hujan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara No. Kecamatan Penggunaan Lahan Tanah Kering Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan Ha) Bangunan dan Halaman Tegal, Kebun & Ladang Padang Rumput Kolam/ Rawa Hutan Negara Perkebunan Lainlain Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.64

86 17. Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Penggunaan kawasan pertanian di Kabupaten Klaten tahun 2009 terbagi menjadi 7 (tuj uh) kawasan peruntukan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.46 Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan Ha) No. Jenis Kawasan Peruntukan Luasan (1) (2) (3) 01. Tanaman Pangan , Hortikultura 1.882, Perkebunan 5.849, Peternakan 197, Waduk 180, Perikanan / Kolam 44,65 07 Lain-lain 4.197,00 Sumber : RTRW Kabupaten Klaten 2. Pasar Jumlah ,65 Pasar merupakan pendukung keberhasilan pertumbuhan perekonomian dan tempat pemasaran produk-produk hasil pertainan. Fasilitas pasar di Kabupaten Klaten menurut kepemilikannya, yaitu: (i) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.65

87 milik pemerintah, (ii) milik desa, dan (iii) milik perorangan. Pasar milik pemerintah terdapat di semua kecamatan kecuali di Kecamatan Ceper dan Kecamatan Polanharjo. Pasar desa terdapat di semua kecamatan kecuali di Kecamatan Kebonarum, Karangnongko, Delanggu, Kemalang, Klaten Selatan, Klaten Tengah, dan Klaten Utara, sedangkan pasar perorangan terdapat di Kecamatan Ceper. Pasar di tingkat kecamatan merupakan titik simpul perdagangan yang tersebar merata di setiap kecamatan. Upaya peningkatan kinerja pasar-pasar kecamatan yang ada diperlukan untuk mempertahankan dan mendorong perekonomian masyarakat khususnya sebagai sarana pemasaran produk-produk hasil pertanian. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.47 Fasilitas Pasar Penunjang Kegiatan Sektor Pertanian Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan unit) No. Kecamatan Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Pasar Pemerintah Desa Perorangan Kios (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah Los RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.66

88 3. Jaringan Listrik Jaringan listrik merupakan pendukung kegiatan pembangunan di segala bidang. Jaringan listrik di Kabupaten Klaten sampai dengan tahun 2009 sejumlah pelanggan. Dari jumlah tersebut pelanggan terbesar terdapat di Daerah Pelayanan Klaten, yaitu sebanyak pelanggan atau sekitar 37,37%. Berdasarkan jenis pemakaiannya, pelanggan listrik terbesar adalah kategori rumah tangga, yaitu sebanyak pelanggan atau sekitar 94,24% dari keseluruhan pelanggan. Tabel 2.48 Pelanggan Listrik Menurut Jenis Pemakaian di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan jumlah atau pelanggan) Daerah Pelayanan No. Jenis Pemakaian Jumlah Klaten Tulung Pedan Delanggu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Gedung/Kantor Pemerintahan Rumah Tangga Sosial Usaha dan Hotel Industri Penerangan Jalan Jumlah Sumber: Klaten Dalam Angka Jaringan Air Bersih Produksi air bersih di Kabupaten Klaten selama tahun mengalami peningkatan. Jumlah produksi air bersih tahun 2007 sebesar 7,83 juta m3, pada tahun 2008 menjadi 8,40 juta m3, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 8,72 juta m3. Pada tahun 2007 jumlah produksi yang terjual mencapai 6,52 juta m3, pada tahun 2008 meningkat menjadi 6,58 juta m3, dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 6,56 juta m3. Produksi Yang Hilang mengalami peningkatan selama kurun waktu , yaitu sebesar 1,31 juta m3 pada tahun 2007, meningkat menjadi sebesar 1,81 juta m3 pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 2,16 juta m3. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.49 Kapasitas, Jumlah Produksi, Produksi Terjual di Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan m3) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.67

89 Tahun Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Dilihat dari jumlah sumber air yang ada, baik yang berasal dari sumber mata air dan dari waduk atau rawa-rawa, ada 4 (empat) kecamatan yang mempunyai sumber air dari mata air terbanyak, yaitu: (i) Kecamatan Manisrenggo sebanyak 24 sumber mata air, (ii) Kecamat an Tulung sebanyak 24 sumber mata air, (iii) Kecamatan Karangnongko sebanyak 17 sumber mata air, dan (iv) Kecamatan Ngawen sebanyak 16 sumber mata air. Sementara hanya ada 1 (satu) kecamatan yang mempunyai sumber air dari waduk, yaitu Kecamatan Bayat. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.50 Jumlah Sumber Kapasitas Produksi Jumlah Produksi Produksi Terjual Jumlah Sumber / Mata Air dan Waduk (Rawa-Rawa) di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam satuan jumlah) Produksi Yang Hilang (1) (2) (3) (6) (4) (5) No. Kecamatan Jumlah Mata Air Rawa Rawa (1) (2) (3) (4) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan 5 - RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.68

90 25. Klaten Tengah Klaten Utara 5 - Jumlah No Kecamatan NILAI TAMBAH SEKTOR LISTRIK DAN AIR BERSIH/ MINUM SSumber : KlaSumber : Klaten Dalam Angka 2009 Secara keseluruhan fasilitas penunjang berupa ketersediaan listrik dan air bersih berdasarkan sebaran di tingkat kecamatan yang menempati 5 (lima) besar, berturut -turut adalah: (1) Kec amatan Klaten Tengah; (2) Kec amatan Klaten Utara; (3) Kec amatan Klaten Selatan; (4) Kecamatan Ceper; dan (5) Kec amatan Delanggu. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.51 Fasilitas Penunjang [Sektor Listrik dan Air Bersih/Air Minum] untuk Kegiatan Sektor Industri Manufaktur Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten, Tahun (dalam jutaan rupiah) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.69

91 Rerata Ran king 01 Prambanan 2.893, , , , , , Gantiwarno 1.057, , , , , , Wedi 1.648, , , , , , Bayat 1.800, , , , , , Cawas 1.735, , , , , , Trucuk 2.034, , , , , , Kalikotes 1.482, , , , , , Kebonarum 918,58 979, , , , , Jogonalan 1.763, , , , , , Manisrenggo 1.518, , , , , , Karangnongko 1.993, , , , , , Ngawen 1.343, , , , , , Ceper 5.900, , , , , , Pedan 1.277, , , , , , Karangdowo 1.621, , , , , , Juwiring 2.127, , , , , , Wonosari 1.554, , , , , , Delanggu 5.835, , , , , , Polanharjo 1.835, , , , , , Karanganom 4.142, , , , , , Tulung 1.467, , , , , , Jatinom 1.488, , , , , , Kemalang 1.301, , , , , , Klaten Selatan 7.412, , , , , , Klaten Tengah , , , , , , Klaten Utara 7.754, , , , , ,98 2 PDRB Listrik & Air Bersih , ,22 Sumber : PDRB Kabupaten Klaten , , , ,40 5. Jaringan Transportasi Jaringan transportasi yang berupa panjang jalan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 sepanjang 777 km terdiri dari jalan aspal, jalan kerikil dan jalan tanah. Berdasarkan kondisi jalan yang ada, tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mencapai 22,25% untuk kategori rusak ringan dan 6,73% untuk kategori rusak berat. Perincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.52 Kondisi dan Panjang Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 Keadaan Jalan di Kabupaten Klaten Panjang (km dan %) (1) (2) A. Jenis Permukaan 1. Aspal 731,72 ( 94,17%) 2. Kerikil 1,63 ( 0,21%) 3. Tanah 20,00 ( 2,57%) Jumlah Berdasar Jenis Permukaan 777,00 (100,00%) B. Kondisi Jalan 1. Baik 475,28 ( 61,17%) 2. Sedang 76,56 ( 9,85%) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.70

92 3. Rusak Ringan 172,89 ( 22,25%) 4. Rusak Berat 52,27 ( 6,73%) Jumlah Beradasar Kondisi Jalan 777,00 (100,00%) Sumber : KlaSumber : Klaten Dalam Angka 2009 Panjang jalan berdasarkan jenis jalan menurut kecamatan di Kabupaten Klaten meliputi: (i) Jalan Provinsi, (ii) Jalan Kabupaten, (iii) Jalan Poros Desa, dan (iv) Jalan Lingkungan seperti terlihat pada Tabel Dari tabel tersebut dapat dilihat kecamatan-kecamatan yang dilalui jalan provinsi, yaitu: (i) Kecamatan Cawas km; (ii) Kecamatan Pedan km; (iii) Kecamatan Tulung km; serta (iv) Kecamatan Ceper km. Jenis/kategori jalan kabupaten yang tersebar di seluruh kecamatan adalah (i) Kecamatan Gantiwarno km; (ii) Kecamatan Klaten Tengah km; (iii) Kecamatan Prambanan km; dan (i) Kecamatan Karangnongko km. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.53 Panjang Jalan Berdasar Jenis Jalan Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009 (dalam km) Jalan Jalan Jalan Jalan No. Kecamatan Provinsi Kabupaten Poros Desa Lingkungan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Prambanan - 39,140 78,580 43, Gantiwarno - 47, ,950 27, Wedi - 24,880 88,068 48, Bayat - 25,630 87,815 93, Cawas 8,100 37, ,215 87, Trucuk 0,940 36, ,635 98, Kalikotes - 20,580 84,688 74, Kebonarum - 20,440 42,825 10, Jogonalan - 25,970 81,141 65, Manisrenggo - 28, ,840 51, Karangnongko - 38,320 74,540 37, Ngawen 2,900 25,220 64,460 58, Ceper 5,000 16,370 81,570 77, Pedan 6,100 25,210 64,520 75, Karangdowo - 22, ,315 37, Juwiring - 31, ,645 83, Wonosari - 31,020 54,810 57, Delanggu - 20,920 57,543 57, Polanharjo - 28,610 95,266 56, Karanganom - 26, ,650 81, Tulung 6,000 37, ,330 79, Jatinom 4,400 33,060 83,550 98, Kemalang - 35, ,450 26, Klaten Selatan - 26,700 59,280 30, Klaten Tengah - 42,880 24,850 13,460 RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.71

93 26. Klaten Utara 1,400 29,230 24,500 24,770 JUMLAH 34, , , ,610 No Kecamatan NILAI TAMBAH SEKTOR TRANSPORTASI Sumber : KlatenSumber : Klaten Dalam Angka 2009 Fasilitas penunjang sektor pariwisata berupa ketersediaan sektor transportasi berdasar sebaran di tingkat kecamatan yang menempati 5 (lima) besar Nilai Tambah dari sektor ini adalah: (i) Kecamatan Klaten Tengah; (ii) Kecamatan Klaten Utara; (iii) Kecamatan Delanggu; (iv) Kecamatan Klaten Selatan; dan (v) Kecamatan Jogonalan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.54 Nilai Tambah Sektor Transportasi Sebagai Penunjang Sektor Pariwisata Berdasar Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun (dalam juta rupiah) RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.72

94 Rerata Ran king 01 Prambanan 6.801, , , , , , Gantiwarno 3.277, , , , , , Wedi 4.052, , , , , , Bayat 2.387, , , , , , Cawas 3.312, , , , , Trucuk 4.311, , , , , , Kalikotes 1.776, , , , , , Kebonarum 2.541, , , , , , Jogonalan 9.125, , , , , , Manisrenggo 3.343, , , , , , Karangnongko 3.672, , , , , , Ngawen 6.548, , , , , , Ceper 6.671, , , , , , Pedan 6.797, , , , , , Karangdowo 3.097, , , , , , Juwiring 4.720, , , , , , Wonosari 5.003, , , , , , Delanggu , , , , , , Polanharjo 7.920, , , , , , Karanganom 5.140, , , , , , Tulung 4.141, , , , , , Jatinom 5.175, , , , , , Kemalang 1.565, , , , , , Klaten Selatan , , , , , , Klaten Tengah , , , , , , Klaten Utara , , , , , ,55 2 PDRB Transportasi , , , , , ,35 Sumber: PDRB Kabupaten Klaten Sarana Akomodasi Sarana akomodasi penunjang perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Klaten selain ketersediaan penginapan juga Tour and Travel (biro perjalanan). Di Kabupaten Klaten untuk sarana akomodasi penginapan sebanyak 42 hotel/losmen, meski belum ada yang berbintang, tetapi cukup memadai bagi wisatawan asing maupun domestik. Sedangkan untuk Tour and Travel (biro perjalanan) sudah tersedia sebanyak 20 buah, dengan perincian sebagai berikut : 1. PT Ekapari 11. Persada Indah Tour 2. CV. Dewa Nusantara Tour 12. Sargede Tour and Travel 3. CV. Pulo Mas Tour 13. Pradana Tour 4. PT. Danita Tour Service 14. Selendang Sutera 5. Adi Tour 15. Bintang Timur 6. Giri Sampurna Putra Tour 16. Persada Indah Tour RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.73

95 7. Galihayu Tour and Travel 17. H and R Tour 8. Astuti Pinastika Tour 18. Multi Pratama 9. Graphindo Tour 19. Sargede Tour and Travel 10. Sembilan Buana Tour 20. Kharisma Tour Fokus Iklim Berinvestasi Penanaman Modal atau investasi merupakan mesin penggerak pertumbuhan pembangunan ( engine of growth of development) melalui peningkatan aktivitas sektor-sektor ekonomi pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Klaten. Peningkatan peluang penanaman modal/investasi dan upaya peningkatan fasilitasi untuk pengembangan produk-produk unggulan di Kabupaten Klaten bisa dicanangkan, baik yang mempunyai daya dukung untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal maupun yang mampu dan mempunyai potensi perdagangan luar negeri atau ekspor. Peningkatan peluang investasi dilaksanakan dengan perbaikan pelayanan perijinan, pemberian insentif investasi, penciptaan keamanan dan ketertiban kota, pengembangan penanaman modal dan investasi daerah, meningkatkan promosi dan kerjasama investasi, mendorong tumbuhnya industri kreatif. Upaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Kabupaten Klaten karena menyangkut beberapa peraturan baik di tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan menyikapi perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi. Penyediaan infrastruktur yang cukup dan berkualitas merupakan daya tarik investasi, hal ini merupakan prasyarat untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi. Peningkatan partisipasi swasta melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta ( public-private partnership) diperlukan untuk menjawab tantangan terbatasnya sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama terkait dengan efisiensi pembiayaan investasi. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.74

96 Kondisi perekonomian Kabupaten Klaten diukur dari berbagai variabel makro seperti PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi, tingginya kedua variable tersebut sangat mendukung masuknya investasi baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Gambaran jumlah tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi berdasarkan kelompok industri di Kabupaten Klaten tahun 2009, tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.55 Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Berdasar Kelompok Industri di Kabupaten Klaten Tahun 2009 Kelompok Industri Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Investasi (000 Rp) Nilai Produksi (000 Rp) I. Industri Besar/ Menengah [1] [2] [3] [4] [5] 01 Industri Logam Mesin Kimia Dan Aneka (ILMKA) 02 Industri Hasil Pertanian Dan Kehutanan Jumlah II. Industri Kecil 01 Industri Logam Mesin Kimia Dan Aneka (ILMKA) 02 Industri Hasil Pertanian Dan Kehutanan Jumlah Sumber : Klaten Dalam Angka Tahun Fokus Kualitas Sumber Daya Manusia Konsep Pembangunan Manusia menuntut terjadinya formasi (formation) atas kemampuan manusia yang terlihat melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan serta daya beli sehingga penduduk memperoleh/menemukan manfaatnya terutama dalam hal produktivitas, pemerataan, pemberdayaan dan kesinambungan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, pada tahun 2008 sebesar 72,93 dan pada tahun 2009 menjadi sebesar 73,29. Secara umum IPM Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Klaten menurut standar UNDP berada RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.75

97 pada tingkat menengah atas, dan di Kawasan Subosukawonosraten posisi IPM Kabupaten Klaten pada tahun 2008 menempati urutan ke-3 setelah Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Gambaran selengkapnya dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.56 Perbandingan Komponen Penyusun IPM Kabupaten Klaten dengan Daerah Lain di Kawasan Subosuka Wonosraten Tahun 2008 Kab. / Kota AHH (Tahun) AMH (%) MYS (Tahun) Pengeluaran Per Kapita (Rp. 000) IPM Ranking Provinsi Ranking Nasional (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Surakarta 71,98 96,66 10,15 646,45 77, Boyolali 70,24 85,96 7,10 626,14 69, Sukoharjo 70,11 90,36 8,15 639,00 73, Karanganyar 72,05 84,76 7,05 645,79 72, Wonogiri 72,14 82,03 6,10 639,55 70, Sragen 72,18 81,15 6,50 626,26 69, Klaten 71,15 89,28 7,75 641,86 72, Catatan: - AHH : Angka Harapan Hidup - AMH : Angka Melek Huruf - MYS : Mean Years of Schooling (Rata-rata lama Sekolah) Sumber : IPM Kabupaten Klaten 2009 Masalah pembangunan yang harus diatasi setiap daerah adalah jumlah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Gambaran pencari kerja di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.57 Banyaknya Pencari Kerja menurut pendidikan dan jenis kelamin tahun Tahun SD SMP SMA/SMK Sarjana Muda Sarjana Jumlah Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Jumlah pencari kerja di Kabupaten Klaten selama 3 (tiga) tahun terakhir bersifat fluktuatif. Tahun 2007 jumlah pencari kerja wanita sebanyak orang, meningkat pada tahun 2008 menjadi orang, dan turun pada Tahun 2009 menjadi pencari kerja. Jumlah pencari kerja laki-laki Tahun 2007 sebanyak orang, Tahun 2008 meningkat menjadi orang dan menurun pada Tahun 2009 menjadi orang. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN II.76

98 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisah atau terintegrasi dengan pengelolaan Keuangan Negara, sehingga prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu: Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga Undang Undang ini menjadi dasar dari munculnya Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang kemudian dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Khusus terkait dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga harus memperhatikan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berpedoman ketentuan perundang undangan tersebut di atas, Kabupaten Klaten telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pokok Pokok Pengelolalaan Keuangan Daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka analisis pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Klaten juga dilakukan terhadap pos-pos APBD dan laporan keuangan daerah secara umum. Dalam hubungannya dengan RPJM Daerah, maka kebijakan APBD merupakan komitmen politik penyelenggara pemerintahan daerah untuk mendanai program dan kegiatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, dengan pendekatan prinsif pelaksanaan : 1. Arah belanja APBD Kabupaten Klaten akan digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis jangka menengah. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN III.1

99 2. Untuk menjamin ketersediaan dana, kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan dan meningkatkan berbagai sumber pendapatan yang dapat berlangsung secara berkesinambungan/berkelanjutan (sustainable). 3. Mengingat komponen APBD berbeda, maka kebijakan Keuangan Daerah akan dirinci berdasar pada masing-masing komponen yang meliputi kebijakan pendapatan, kebijakan belanja, dan kebijakan pembiayaan. 3.1 Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Klaten, secara umum meliputi : Pengelolaan Pendapatan Daerah, Pengelolaan Belanja Daerah dan Pengelolaan Pembiayaan Daerah, dan secara lengkap dijelaskan sebagian berikut ini Pengelolaan Pendapatan Daerah Pendapatan daerah merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam struktur APBD, mengingat peranannya dalam membiayai anggaran belanja daerah, penyelenggaraan pelayanan publik, pengendalian anggaran dan meningkatkan kapasitas fiskal daerah. Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kabupaten Klaten bersumberkan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Gambaran pengelolaan Pendapatan Daerah secara rinci adalah sebagian berikut. 1. Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 22 ayat (1), ada 4 (empat) sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Klaten yang memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan daerah yang meliputi : (i) Pajak Daerah; (ii) Retribusi Daerah; (iii) Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan (iv) Lain -lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun kenaikannya masih relatif kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan pendanaan yang diperlukan dalam APBD secara keseluruhan. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN III.2

100 Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun , dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 3.1 Perkembangan PAD dan Proporsinya terhadap Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan Rupiah dan Persen) No. Tahun PAD (Rp) Pendapatan APBD (Rp) Proporsi PAD thd Pendapatan APBD (%) (1) (2) (3) (4) (5) = (3) / (4) ,919,999, ,141,004, ,547,074, ,759,244, ,549,622, ,911,471, ,603,876, ,534,437, *) ,060,169,659, Catatan: *) Un-audit. Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Klaten Tahun Anggaran , yang diambilkan dari data Realisasi Anggaran. 2. Perda tentang APBD Kabupaten Klaten Tahun Angaran Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah dari tahun ke tahun meningkat, tetapi belum menembus besaran hingga 10%. Hal ini menunjukkan, bahwa tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, khususnya terhadap DAU masih sangat besar. Di lain pihak, jika dilihat dari tingkat pertumbuhan PAD dari tahun 2006 hingga 2010 juga mengalami fluktuasi pada kisaran angka 16% - 26%, kecuali untuk tahun Artinya dari sisi daya tumbuh sudah besar, hanya dari kontribusinya ke Pendapatan Daerah masih relatif kecil. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut (10) (20) Kontribusi PAD Pertumbuhan PAD Gambar 3. 1 Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah dan Tingkat Pertumbuhan PAD di Kabupaten Klaten Tahun (dalam persen ) Sumber : Diolah dari Tabel Sebelumnya. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN III.3

101 Di Kabupaten Klaten terdapat 19 instansi pengelola pendapatan daerah sebagai penyokong PAD dengan realisasi pendapatan sebagai berikut : Bagian Umum Bank Pasar Aneka Usaha Perusda PDAM Kehumasan Pengelolaan Keuangan Bag. Perlengkapan Bag. Pembangunan Bag. Perekonomian Bag. Pemerintahan Perindag Pertanian&KP PU Perhubungan Pariwisata Dukcapil Pengelola Pasar Dinkes Din.Pendapt daerah % Gambar 3. 2 Dinas / Instansi Pengelola Pendapatan Daerah dan Realisasinya Tahun 2009 Sumber: Klaten Dalam Angka 2009) Ditinjau dari komponen Pendapatan Daerah, trend Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan tahun 2010 diperkirakan akan terus meningkat, akan tetapi posisi terbesar dalam struktur pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber pendapatan dari Dana Perimbangan, sehingga dalam rangka membentuk landasan yang kuat bagi proses konsolidasi fiskal daerah, khususnya dalam mendorong peningkatan kemandirian daerah, maka Pemerintah Kabupaten Klaten berupaya untuk mengembangkan dan menggali potensi pendapatan yang ada. Gambaran selama kurun waktu kemampuan Pendapatan Daerah sesuai dengan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. RPJM DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN III.4

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Klaten Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten Sumber : http://penataanruangjateng.info/index.php/galeri-kab/25 /11/11/2015 Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Ung-Ung Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala, Sekapur Sirih Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar. Sensus Penduduk 2010 (SP2010) merupakan kegiatan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR...

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR : TANGGAL: 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pencapaian sasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dalam perekonomian nasional merupakan sektor yang cukup baik dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis Indonesia tahun 1997-1998. Pembangunan sektor

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KAB. TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RPJMD KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang Lingkup Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2025 RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2005-2025 I- 1 PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II PERDA APBD TA. Nomor 2016 :...TAHUN 2016 Tanggal : 21 September 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci