BAB III LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Automatic Weather Station (AWS) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan suatu badan yang mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofisika sesuai dengan ketentuan yang tertera pada Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun Undang-Undang No. 31 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2012 mengamanatkan agar BMKG melakukan pengelolaan data meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Pada tiap-tiap zona tertentu, BMKG melakukan pemantauan terhadap semua fenomena alam dengan menggunakan alat-alat yang telah dikalibrasi sebelumnya di laboratorium kalibrasi BMKG. Alat-alat pemantau cuaca dan geofisika yang dimiliki BMKG memiliki dua tipe, yaitu manual dan digital. Untuk peralatan manual, petugas BMKG pada saat-saat tertentu setiap harinya melakukan pemeriksaan dan mencatat berapa nilai alat sensor, seperti sensor curah hujan, temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban, dan sebagainya. Data yang telah dicatat dikumpulkan dan dikirimkan ke kantor BMKG pusat. Alat pemantau digital khususnya dibidang cuaca, merupakan kunci dari penyampaian informasi yang cepat dan akurat kepada pengguna, baik berupa peringatan terhadap bencana maupun informasi dan data yang bersifat rutin. AWS atau alat pemantau cuaca digital merupakan alat 10

2 11 pemantau cuaca yang dilengkapi dengan berbagai sensor meteorologi dan peralatan komunikasi serta diciptakan untuk bekerja di lokasi manapun pada kondisi dimana tidak membutuhkan tenaga operator dan tidak bergantung pada sumber listrik perumahan. AWS didefinisikan sebagai stasiun meteorologi di mana pengamatan dibuat dan dikirimkan secara otomatis (World Meteorological Organization (WMO),1992a). Pada sebuah sistem AWS, hasil pengukuran dari instrumen dibaca dan diterima oleh unit data pusat. Data dari alat ukur dikumpulkan dan diproses secara lokal pada AWS atau di tempat lain, misalnya pada prosesor pusat jaringan (WMO, 1989a). AWS dapat dirancang menjadi sebuah konsep terpadu dari kombinasi perangkat pengukuran, penerima data, dan pengolah data unit. Sebagai contoh, sistem gabungan instrumen, interface, pengirim, dan pengolah data yang biasa disebut dengan Automated Weather Observing System (AWOS) atau Automated Surface Observing System (ASOS). Gambar 3.1 Automatic Weather Station (AWS) Tujuan umum penggunaan sistem AWS adalah untuk meningkatkan nilai dan keandalan dalam sebuah pengamatan. Tujuan-tujuan yang lebih rinci antara lain adalah: - Meningkatkan keandalan pengukuran suatu instrumen dengan menggunakan pengukuran secara digital serta menggunakan teknologi canggih dan modern.

3 12 - Memastikan homogenitas suatu jaringan dengan standarisasi teknik pengukuran. - Meningkatkan kepuasan dari suatu pengamatan baru dan suatu kebutuhan. - Mengurangi tingkat kesalahan manusia. - Mengurangi biaya operasional dengan mengurangi jumlah pengamat. - Dapat melakukan pengukuran dan pelaporan data dengan frekuensi tinggi serta terus menerus. Secara umum, sistem AWS diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: - Real-time AWS, yaitu sebuah sistem AWS yang menyediakan data untuk pengguna pengamatan secara real-time, biasanya pada waktu yang telah diprogram, tetapi juga bisa digunakan dalan kondisi darurat atau atas permintaan dari pihak eksternal. Penggunaan real-time pada sistem AWS ini biasanya digunakan untuk peringatan penting seperti peringatan dini banjir, badai, pasang surut air laut, dan sebagainya. - Offline AWS, sebuah sistem dimana pencatatan data dilakukan pada perangkat penyimpanan data internal atau eksternal yang mungkin dikombinasikan dengan tampilan data aktual. Penggunaan sistem offline AWS ini biasanya digunakan pada stasiun klimatologi dan stasiun observasi sederhana. Sebuah AWS dapat terdiri dari AWOS terpadu atau satu set alat ukur terpisah yang terhubung pada unit pengolah dan pengirim data. Bagian-bagian dari AWS secara garis besar adalah sebagai berikut: - Untuk daerah pengamatan standar, sebaiknya tidak lebih kecil dari 25x25 m (WMO, 1989a). Serangkaian sensor otomatis diletakkan pada posisi yang direkomendasikan dan saling terhubung dengan satu atau lebih unit data menggunakan interface. Untuk AWOS, satu set sensor dipasang berdekatan secara gabungan, tidak mempengaruhi satu sama lain, dan langsung terhubung ke Central Processing Unit (CPU) menggunakan kabel terlindung, serat optik, atau link radio. - Sebuah CPU sebagai pengolah data sensor dan perangkat konversi ke dalam format yang dapat dibaca oleh komputer, pengolah data yang

4 13 tepat dengan cara sistem berbasis mikroprosesor sesuai dengan algoritma tertentu, penyimpan sementara proses data, dan pengirim informasi pada pengguna jarak jauh. - Peralatan peripheral seperti power supply yang stabil untuk memberikan daya pada bermacam-macam bagian dari sistem, realtime clock, dan disertai alat uji untuk pengamatan terhadap status otomatis dari suatu sistem. Untuk aplikasi khusus, lokal terminal untuk entry manual dan mengedit data, monitor dan printer, atau perekam dapat ditambahkan pada sistem. - Sarana penunjang, seperti tiang, pagar, dan penangkal petir. Persyaratan untuk sensor yang digunakan pada AWS tidak sangat berbeda dari sensor pada stasiun pengamatan manual. Karena pengukuran AWS dikendalikan jarak jauh (telemetry), sensor ini harus kuat, cukup bebas dalam hal perawatan dan seharusnya tidak memiliki bias yang intrinsic atau ketidakpastian dalam cara dimana mereka mengambil variabel sampel yang akan diukur. Sensor dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: - Sensor analog, yaitu sensor yang umumnya meiliki nilai output sensor berupa tegangan, arus, muatan, resistansi, atau kapasitansi. Pengkondisian sinyal mengkonversi sinyal-sinyal dasar menjadi sinyal tegangan. - Sensor digital, yaitu sensor yang dengan output sinyal digital dengan informasi yang terkandung dalam bentuk bit atau kelompok bit, sensor dengan pulsa, atau dalam bentuk frekuensi. - Intelligent sensor/transduser, yaitu sensor yang sekaligus dilengkapi dengan mikroprosesor untuk penerimaan data dan pengolahan fungsi dasar untuk menyediakan output pada serial dalam bentuk digital atau paralel. Beberapa jenis sensor yang terdapat pada suatu sistem AWS adalah sebagai berikut: - Atmospheric Pressure (Sensor Tekanan Udara) - Temperature (Sensor Suhu)

5 14 - Humidity (Sensor Kelembaban Udara) - Wind Direction/Anemometer (Sensor Arah Angin) - Wind Speed (Sensor Kecepatan Angin) - Precipitation (Sensor Curah Hujan) - Radiation (Sensor Radiasi Matahari) 3.2 Curah Hujan Peranan air dalam kehidupan sangat besar. Kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa adanya cairan yang berupa air. Bagian besar bumi dan makhluk hidup juga terdiri atas air. Air yang berasal dari hujan adalah fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya kehidupan di bumi. Butiran hujan selain membawa molekul air juga membawa banyak materi yang penting bagi kehidupan, seperti material pupuk yang lengkap bagi tumbuhan. Dengan adanya air hujan dapat diperkirakan kurang lebih 150 ton pupuk akan jatuh ke bumi setiap tahunnya. Berbagai sektor membutuhkan peran air dan curah hujan dalam menjalankan siklus kelangsungan hidupnya. Salah satu sektor kehidupan yang membutuhkan variabel curah hujan adalah sektor pertanian. Curah hujan memegang peranan dalam pertumbuhan dan produksi hasil pertanian. Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman jika dibandingkan dengan faktor iklim lainnya. Karena itulah, diperlukan sebuah informasi data akurat berapa banyak curah hujan yang terjadi pada suatu daerah. Berbagai aplikasi klimatologi dan hidrologi pada bidang pertanian, perkebunan, serta industri pertanian sangat bergantung pada hujan. Data curah hujan merupakan input utama untuk model simulasi aliran curah hujan (rainfall-runoff) untuk aplikasi klimatologi dan hidrologi pertanian. Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan adalah peristiwa jatuhnya air dalam bentuk cairan maupun padat yang dicurahkan atmosfer ke permukaan bumi. Hidrometer yang jatuh ke tanah disebut hujan sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono :

6 ). Garis pada peta yang berhubungan dari satu tempat ke tempat lainnya yang memiliki curah hujan sama disebut Isohvet. Hujan yang sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas. Hasil dari pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya menggunakan alat pengukur curah hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan per satuan luas (m²) dengan catatan tidak ada yang menguap, meresap atau mengalir. Jadi, curah hujan sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/m². Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan peresapan ke dalam tanah. Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi: a. Hujan gerimis/drizzle, dengan diameter butiran kurang dari 0,5 mm. b. Hujan salju/snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku (0 C). c. Hujan batu es, adalah curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas awan yang temperaturnya berada di bawah titik beku (0 C). d. Hujan deras/rain, adalah curah hujan yang turun dari awan dengan nilai temperatur di atas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm. 3.3 Penakar Curah Hujan (Rain Gauge) Hujan merupakan peristiwa jatuhnya air dalam bentuk cairan maupun padat yang dicurahkan atmosfer ke permukaan bumi. Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun ke permukaan tanah persatuan luas pada waktu tertentu, disebut Penakar Curah Hujan (Rain Gauge). Penakar curah hujan tersebut mengukur tinggi hujan seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal air hujan, satuan yang dipakai adalah mm. Secara umum alat penakar curah hujan terbagi dalam 3 jenis yaitu:

7 16 1. Jenis penakar hujan biasa tipe Observatorium (Obs) atau konvensional. 2. Jenis penakar hujan mekanik recorder (Jenis Hellman). 3. Jenis penakar hujan otomatis/penakar hujan Tipping Bucket. Secara umum, pengukur curah hujan dibedakan menjadi dua, yaitu pengukur curah hujan manual dan pengukur curah hujan otomatis. Dengan menggunakan pengukur curah hujan yang bekerja secara manual, maka pengambilan data juga dilakukan secara manual. Data yang diperoleh merupakan kumpulan curah hujan selama selang waktu tertentu dan dilakukan secara terus menerus. Pengambilan data dengan cara manual menyebabkan tidak diketahuinya waktu terjadinya hujan pada suatu hari karena data yang didapat merupakan data rata-rata. Gambar 3.2 Penakar curah hujan tipe Obs. Beberapa jenis penakar curah hujan otomatis yang telah dikembangkan diantaranya adalah jenis weighing bucket, kapasitansi, Tipping Bucket (TB), float, optik, dan lain-lain. Namun jenis pengukur curah hujan model Tipping Bucket lebih sering digunakan untuk pengukuran curah hujan karena sederhana dan tahan lama, dapat dipasang di daerah terpencil, dapat dihubungkan dengan berbagai alat pemantau dan pencatat data, serta harganya relatif murah. Lembaga seperti Badan Meteorologi dan Geofisika Amerika, Survei Geologi Amerika, Dinas Kehutanan Amerika, dan lembaga-lembaga lain di dunia menggunakan pengukur curah hujan model Tipping Bucket untuk pengukuran curah hujan berbasis darat.

8 17 Gambar 3.3 Penakar hujan model Tipping Bucket Pada pengukur curah hujan otomatis tipe Tipping Bucket, antara nilai resolusi curah hujan bucket satu dengan bucket yang lain berbeda, serta luas permukaan corong yang dimiliki juga beragam, tergantung dari merk pembuatnya. Nilai-nilai tersebut seperti 0.1 mm, 0.2 mm, 0.5 mm dan lain-lain. Misalkan untuk nilai 0.1 mm, nilai tersebut berarti setiap kali bucket melakukan satu kali ayunan, besar nilainya adalah 0.1 mm tebal hujan. Prinsip penakar hujan menggunakan Tipping Bucket adalah air hujan ditampung pada bejana yang berayun. Bila air mengisi bejana penampung yang setara dengan nilai resolusi, maka bejana akan berayun pada sisi lainnya dan air akan dikeluarkan. Terdapat dua buah bejana yang saling bergantian menampung air hujan. Tiap gerakan bejana berayun secara mekanis tercatat pada pias atau menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan counter dikalikan dengan nilai resolusi yang sesuai dengan sensor Tipping Bucket adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan yang nilainya di bawah nilai tebal hujan tidak akan tercatat pada counter. Pengukur curah hujan tipe Tipping Bucket ini memanfaatkan sensor reed switch untuk memberikan masukan pada mikrokontroler yaitu berupa perubahan tahanan ketika bejana berayun. Pengukur curah hujan tipe Tipping Bucket atau yang biasa disebut dengan Tipping Bucket Rain Gauge (TBRG) produk keluaran Casella CEL merupakan sensor curah hujan dengan tipe transduser yang handal dan kuat, dirancang sebagai sensor yang dapat berdiri sendiri (stand alone) untuk operasi sistem logging yang sudah ada, seperti Casella CEL Automatic

9 18 Weather Station. Body dan corong sensor terbuat dari paduan alumunium dengan cincin septum yang akurat pada sisi atas. Mekanisme Tipping Bucket tersebut dipasang pada bagian dasar di dalam body campuran alumunium serta menjadi satu dengan waterpass yang digunakan untuk memudahkan mencari posisi yang benar. TBRG dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, diantaranya adalah sebagai berikut: Hidrologi Pemantauan curah hujan Distribusi dan intesitas curah hujan Remote Monitoring Pembelajaran Ekologi Agrikultur Pembelajaran Klimatologi Gambar 3.4 Bagian-bagian Tipping Bucket Casella Bagian-bagian dari Tipping Bucket adalah: Tipping mechanism, berfungsi sebagai penghitung counter pada setiap gerakan berayun pada saat terjadi hujan.

10 19 Spirit gauge, berfungsi sebagai waterpass display sensor Tipping Bucket. Connection block, berfungsi sebagai penghubung antara kabel dan sensor. Level adjuster, berfungsi sebagai pengatur posisi Tipping Bucket. Mounting brackets, berfungsi sebagai pengunci antara sensor dengan dudukan sensor. Fitur sensor curah hujan Tipping Bucket produk Casella CEL adalah sebagai berikut: Mekanisme yang digunakan adalah mekanisme bejana berayun Luas daerah penampung adalah 200cm² Resolusi ukur sebesar 0.2 mm tebal hujan Besar akurasi 1% (26 mm/jm) Terdapat sekrup integral leveling dan bulls eye level Tipping Bucket harus diposisikan secara horizontal setidaknya dua kali ukuran ketinggian obstruksi dari stasiun cuaca tripod. Ini adalah metode yang terbukti baik dari suatu pemantauan curah hujan menggunakan divided bucket assembly yang dipasang pada suatu poros. Bejana yang dirakit disesuaikan pada ujung dan akan berayun pada sisi lainnya setiap kali sejumlah air dengan ukuran 0.2 mm ketebalan hujan terpenuhi. Oleh karena itu, setiap kali bejana berayun, sinyal yang proporsional tepatnya 0.2 mm tebal hujan akan dikirim ke data logger. Spesifikasi Sensor Tipping Bucket Transducer : Magnet/Reed switch Aperture : 200 cm² Resolution : 0.2 mm Accuracy : ± 1% at 26 mm/hr Capacity : Unlimited Operating Temp : 1 C to 85 C Supply Voltage : 7-20 V DC Weight : 3.2 kilogram (kg) Output : Contact closure

11 20 Cable : 5 m cable supplied Konfigurasi Channel Sensor Tipping Bucket Deskripsi : Rainfall Satuan : mm Jenis : Counter Informasi : Penghitungan pulsa reset pada saat tengah malam Format Tampilan : ###.# Polinomial : 0, 0.2 Enable : Yes Logged : Yes Batas Minimal : 0.0 Batas Maksimal : 100.0

BAB IV PEMBAHASAN.

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perangkat pengukur curah hujan otomatis pada sistem AWS memiliki spesifikasi dan kemampuan yang cukup andal dalam menangani kemungkinan yang terjadi di lapangan. Berikut

Lebih terperinci

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh (1) Leonard Lalumedja, (2) Derek Missy, (3) Dinna Kartika Pasha Putri, (4) Dinna Kartika Pasha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peranan air dalam kehidupan sangat besar. Mekanisme kompleks kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran cairan berupa air. Bagian besar bumi dan makhluk hidup juga terdiri

Lebih terperinci

MAKALAH KELOMPOK 7 Automatic Weather Observation System (AWOS)

MAKALAH KELOMPOK 7 Automatic Weather Observation System (AWOS) MAKALAH KELOMPOK 7 Automatic Weather Observation System (AWOS) Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Peralatan Meteorologi II Disusun oleh: 1. Nurul Aufa Tri Wahyuni 41.15.0069 41.15.0079 41.15.0081

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Data acquisition system atau DAS adalah teknik yang dilakukan pada sistem pengukuran yang mempunyai prinsip kerja mengukur/mengambil data, menyimpan sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu misalnya bencana

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu misalnya bencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan lembaga yang menangani masalah cuaca dan iklim di Indonesia. Lembaga ini mendirikan stasiun meteorologi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88, 2012 METEOROLOGI. KLIMATOLOGI. GEOFISIKA. Penyelenggaraan. Pengamatan. Pengelolaan Data. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5304)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MEMBUAT ALAT UKUR HUJAN SEDERHANA

MEMBUAT ALAT UKUR HUJAN SEDERHANA MEMBUAT ALAT UKUR HUJAN SEDERHANA Kelompok 2: Tsaniya Nurina Ramadhanty (1610815220024) M. Fazriansyah (1610815210014) Ilmi Fajriati (1610815220010) Elna Rasani (1610815220007) PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK

Lebih terperinci

Sistem Alat Ukur Curah Hujan Otomatis Menggunakan Telemetri Radio Pada Frekuensi 433 MHz

Sistem Alat Ukur Curah Hujan Otomatis Menggunakan Telemetri Radio Pada Frekuensi 433 MHz Sistem Alat Ukur Curah Hujan Otomatis Menggunakan Telemetri Radio Pada Frekuensi 433 MHz Dinda Jaelani Hidayat 1, Faqih Indransyah 2, Muchammad Fadly 3, Nalindera Karismawati 4, Rizky Caturiantono Cahyadi

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT MONITORING CURAH HUJAN, KECEPATAN ANGIN, TEMPERATUR UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT MONITORING CURAH HUJAN, KECEPATAN ANGIN, TEMPERATUR UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) DESAIN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT MONITORING CURAH HUJAN, KECEPATAN ANGIN, TEMPERATUR UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Fitra Panji Trisno¹, Achmad Rizal², M. Ramdhani³

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan

Lebih terperinci

ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN

ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatis. 1. MANUAL (non-recording) Penakar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peranan air dalam kehidupan sangat besar karena air merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. Peranan air dalam kehidupan sangat besar karena air merupakan sumber I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan air dalam kehidupan sangat besar karena air merupakan sumber kehidupan. Kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa adanya air. Air yang berasal dari hujan merupakan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS

MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS276 Valentina Sophia Manullang 1, Drs. Takdir Tamba, M.Eng. Sc 2 1 Mahasiswa Ekstensi Fisika Intrumentasi FMIPA USU Email

Lebih terperinci

Sistem Pemantau Curah. Berbasis Arduino Uno

Sistem Pemantau Curah. Berbasis Arduino Uno Sistem Pemantau Curah Hujan Melalui LCD Dan SMS Berbasis Arduino Uno Nama : Dedi Dermawan NPM : 21112790 Jurusan : Sistem Komputer Pembimbing 1 : Dr. Nur Sultan Salahuddin, SKom., MT. Pembimbing 2 : Jalinas,

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU Andriano Petonengan Jeffry S. F. Sumarauw, Eveline M. Wuisan Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:anopetonengan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Blok Diagram Rangkaian Untuk merealisasikan perancangan dan pembuatan alat sistem pengamatan cuaca berbasis Arduino Mega 2560, perlu adanya LCD agar dapat memonitor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SISTEM DATA LOGGER CURAH HUJAN DENGAN MODEL TIPPING BUCKET BERBASIS MIKROKONTROLLER

SISTEM DATA LOGGER CURAH HUJAN DENGAN MODEL TIPPING BUCKET BERBASIS MIKROKONTROLLER SISTEM DATA LOGGER CURAH HUJAN DENGAN MODEL TIPPING BUCKET BERBASIS MIKROKONTROLLER M. Andang Novianta Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus ISTA Jl. Kalisahak No.

Lebih terperinci

PEMANTAU CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN WEB

PEMANTAU CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN WEB PEMANTAU CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN WEB Nama : Adhika Ramadan Nugraha NIM : 1000849883 E-mail : adhikaramadan@gmail.com Nama : Wicaksono Aji Indrawarman NIM : 1100024922 E-mail : until_the_3nd@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai contoh adalah musim hujan di Indonesia yang kedatangannya selalu

I. PENDAHULUAN. Sebagai contoh adalah musim hujan di Indonesia yang kedatangannya selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim secara global dapat mengakibatkan perubahan musim yang signifikan baik secara lokal maupun regional. Hal ini dapat mengakibatkan sulitnya dalam memprediksi

Lebih terperinci

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI 1. Pengukuran dan analisis data hujan 2. Sebaran curah hujan menurut ruang dan waktu 3. Distribusi curah hujan dan penyebaran awan 4. Fenomena iklim (ENSO dan siklon tropis)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PETUNJUK PEMBACAAN HASIL REKAMAN ALAT KLIMATOLOGI KEPALA BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PETUNJUK PEMBACAAN HASIL REKAMAN ALAT KLIMATOLOGI KEPALA BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR DENGAN MEMANFAATKAN PENGUKURAN CURAH HUJAN Dinna Kartika Pasha Putri ABSTRAK

PERANCANGAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR DENGAN MEMANFAATKAN PENGUKURAN CURAH HUJAN Dinna Kartika Pasha Putri ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR DENGAN MEMANFAATKAN PENGUKURAN CURAH HUJAN Dinna Kartika Pasha Putri Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan E-mail: pashadinna@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM INFORMASI PRAKIRAAN CUACA BMKG PADA BMKG BANDUNG

KAJIAN SISTEM INFORMASI PRAKIRAAN CUACA BMKG PADA BMKG BANDUNG KAJIAN SISTEM INFORMASI PRAKIRAAN CUACA BMKG PADA BMKG BANDUNG Fitri Diani, S.Si.,ST.,MT. 1 Hadi Permana 2, Ibrahim 3, Puteri Sarah N. 4 Jurusan Teknik Komputer dan Informatika, Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Tata Cara Tetap Pelaksanaan Kalibrasi Peralatan Pengamatan Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR

STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR STUDI TENTANG KOMPARASI DATA TEKANAN UDARA PADA BAROMETER DIGITAL DAN AUTOMATIC WEATHER SISTEM (AWOS) DI STASIUN METEOROLOGI HASANUDDIN MAKASSAR Cahya Swastika Populasi 1, Pariabti Palloan 2, Nasrul Ihsan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS276 SKRIPSI VALENTINA SOPHIA MANULLANG

MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS276 SKRIPSI VALENTINA SOPHIA MANULLANG MODIFIKASI PENAKAR HUJAN OTOMATIS TIPE TIPPING BUCKET DENGAN HALL EFFECT SENSOR ATS276 SKRIPSI VALENTINA SOPHIA MANULLANG 110821008 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi

Lebih terperinci

Dzikri Fahmi Rosidi 1, Harianto 2, Pauladie Susanto 3,

Dzikri Fahmi Rosidi 1, Harianto 2, Pauladie Susanto 3, Pemantauan Suhu Dan Kelembapan Secara Otomatis Yang Terintegrasi Datalogging Berbasis Arduino Dzikri Fahmi Rosidi 1, Harianto 2, Pauladie Susanto 3, Jurusan Sistem Komputer Institut Bisnis dan Informatika

Lebih terperinci

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I Hidrometeorologi Pertemuan ke I Pengertian Pengertian HIDROMETEOROLOGI Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur unsur meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan timbal balik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Mesin bending Megobal

BAB II DASAR TEORI Mesin bending Megobal BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan tentang dasar teori dan penjelasan detail mengenai mesin bending dan peralatan yang digunakan dalam skripsi ini. Peralatan yang dibahas adalah Human Machine Interface

Lebih terperinci

Desain dan Realiasasi Alat Ukur Curah Hujan dengan Metode Timbangan Menggunakan Sensor Flexiforce

Desain dan Realiasasi Alat Ukur Curah Hujan dengan Metode Timbangan Menggunakan Sensor Flexiforce JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No., Juli 6 Desain dan Realiasasi Alat Ukur Curah Hujan dengan Metode Timbangan Menggunakan Sensor Flexiforce Afrida Hafizhatul Ulum, Gurum Ahmad Pauzi & Warsito

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL...... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Alat Ukur Curah Hujan Tipping-Bucket Sederhana dan Murah Berbasis Mikrokontroler

Alat Ukur Curah Hujan Tipping-Bucket Sederhana dan Murah Berbasis Mikrokontroler Alat Ukur Curah Hujan Tipping-Bucket Sederhana dan Murah Berbasis Mikrokontroler M. Evita 1, H. Mahfudz 2, Suprijadi 3, M. Djamal 3, dan Khairurrijal 1,# 1, 1 KK Fisika Material Elektronik, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi A. Deskripsi Ruang lingkup materi ini meliputi : pengenalan prinsip dan prosedur peralatan Klimatologi, untuk menunjang keterampilan

Lebih terperinci

Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia

Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN, 25 Mei 2016 ISI Standar Stasiun Meteorologi Dasar Hukum Pelaksanaan

Lebih terperinci

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off.

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off. PRESIPITASI Siklus Air awan awan Hujan/ presipitasi Hujan/ presipitasi awan Hujan/ presipitasi intersepsi Evapotranspirasi Aliran permukaan/ Run off Aliran bawah permukaan/ sub surface flow infiltrasi

Lebih terperinci

Stasiun Klimatologi. Semarang

Stasiun Klimatologi. Semarang Stasiun Klimatologi Semarang Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai

Lebih terperinci

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT) EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT) Desember 2010 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Sistem Pengukuran Ketinggian Air Dengan Metode Sensor Kapasitif Sistem pengukuran ketinggian air pada tugas akhir ini memiliki cara kerja yang sama dengan sensor pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengharuskan pelaku industri mempercepat setiap pekerjaan yang dilakukan. Karena waktu merupakan salah satu aset dunia industri yang paling berharga.

Lebih terperinci

LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN

LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN LAPORAN KLIMATOLOGI KUNJUNGAN STASIUN BMKG KENTEN Oleh: SYNTHA ARISKA 05021381419080 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2015 A.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA I. UMUM Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah

Lebih terperinci

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM User Manual Edisi September 2006 ELKAHFI Design & Embedded System Solution Daftar Isi Pengenalan Elkahfi Telemetry System Pendahuluan 1 Kelengkapan Telemetry System 2 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA METEOROLOGI

BAB 2 DATA METEOROLOGI BAB 2 DATA METEOROLOGI CUACA DAN IKLIM Data Meteorologi sangat penting didalam analisa Hidrologi pada suatu daerah aliran, karena meteorologi erat hubungannya dengan karakteristik daerah aliran. Persoalan

Lebih terperinci

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS MONEV TATA AIR DAS PEMASANGAN SPAS & JENIS ALAT-ALATNYA ALATNYA Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.14 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.14 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN OPERASIONAL STASIUN KLIMATOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Hujan Tropis Hujan hujan tropis adalah daerah yang ditandai oleh tumbuh-tumbuhan subur dan rimbun serta curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun. Hutan hujan tropis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ABSTRAK. Kata kunci : Analisis, Tebal Hujan, Durasi Hujan

PENDAHULUAN ABSTRAK. Kata kunci : Analisis, Tebal Hujan, Durasi Hujan Analisis Hubungan Tebal Hujan dan Durasi Hujan Pada Stasiun Klimatologi Lasiana Kota Kupang Wilhelmus Bunganaen 1) Denik S. Krisnayanti 2) Yacobus A. Klau 3) ABSTRAK Rusaknya alat ukur curah hujan dapat

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK MC909 MODEM CLUSTER VER: 1.242

BUKU PETUNJUK MC909 MODEM CLUSTER VER: 1.242 BUKU PETUNJUK MC909 VER: 1.242 PT NATHAN TELEMETRY NUSANTARA Tel: 021 666 04 919 Fax: 021 666 04 919 www.nathantelemetry.com PT NATHAN TELEMETRY NUSANTARA Tel: 021 666 04 919 Fax: 021 666 04 919 www.nathantelemetry.com

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan dalam pembuatan alat. Penulis membuat rancangan secara blok diagram sebagai pembahasan awal. 3.1 Perencanaan Secara

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 4. Keputusan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP. 03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; Memperhatikan : 1. WMO-N0.8/2010,

Lebih terperinci

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari DATA METEOROLOGI 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari Umum Data meteorology sangat penting didalam analisa hidrologi pada suatu daerah

Lebih terperinci

Rencana Strategis BMKG Tahun

Rencana Strategis BMKG Tahun 2012, No.167 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BMKG NOMOR : KEP.06 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 Rencana Strategis BMKG Tahun 2010-2014 5 2012, No.167 BMKG TUGAS POKOK dan FUNGSINYA Dasar Hukum Fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang.

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN. Berikut ini adalah diagram blok rangkaian secara keseluruhan dari sistem alat ukur curah hujan yang dirancang. BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas tentang skema rangkaian dari sistem alat ukur tingkat curah hujan secara keseluruhan, analisis perangkat keras, pengolahan data di software dan analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan 1. Pengertian Hujan Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya air sampai ke tanah maka disebut hujan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PENAKAR HUJAN TIPE TIPPING BUCKET DENGAN SENSOR PHOTO INTERRUPTER BERBASIS ARDUINO

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PENAKAR HUJAN TIPE TIPPING BUCKET DENGAN SENSOR PHOTO INTERRUPTER BERBASIS ARDUINO Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Volume 04 Nomor 03 Tahun 2015, hal 71-76 PERANCANGAN DAN PENGUJIAN PENAKAR HUJAN TIPE TIPPING BUCKET DENGAN SENSOR PHOTO INTERRUPTER BERBASIS ARDUINO Ryan Galih Permana,

Lebih terperinci

Perancangan Perangkat Keras

Perancangan Perangkat Keras Perancangan Perangkat Keras Mikrokontroler Rangkaian data logger dengan menggunakan IC Atmel 24c128 untuk menyimpan data sementara dan RTC menggunakad DS1307 Perancangan Perangkat Keras Rangkaian Modulator

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11 LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang berwujud cair maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan memerlukan keberadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Politeknik Negeri Sriwijaya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi SCADA SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem yang mengacu pada kombinasi telemetri dan akuisisi data. Ini terdiri

Lebih terperinci

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1 BAB I SISTEM KONTROL Kata kontrol sering kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Kata kontrol disini dapat diartikan "mengatur", dan apabila kita persempit lagi arti penggunaan kata kontrol dalam teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan 42 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian dilakukan untuk mengetahui nilai yang dihasilkan oleh pengukuran sensor yang sudah diolah oleh arduino dan dibandingkan dengan ketinggian air dan suhu air sebenarnya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan 1. Pengertian Hujan Hujan adalah bentuk presipitasi yang berbentuk cairan yang turun sampai ke bumi. Presipitasi adalah proses pengembunan di atmosfer. Jadi, proses terjadinya

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARA UMUM BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. A.Sejarah Singkat Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

BAB II GAMBARA UMUM BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. A.Sejarah Singkat Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BAB II GAMBARA UMUM BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA A.Sejarah Singkat Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Di Indonesia sejak tahun 1785 sudah mulai ada perhatian akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai Desember

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN Oleh Nur Fitriyani, S.Tr Iwan Munandar S.Tr Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Aji

Lebih terperinci

MAKALAH KLIMATOLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM: CURAH HUJAN

MAKALAH KLIMATOLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM: CURAH HUJAN MAKALAH KLIMATOLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM: CURAH HUJAN Diajukan Untuk Mata Kuliah Klimatologi Dosen: Sri Ritawati, S.TP., M.Sc. Disusun Oleh: Kelompok 5 Aida Fitri Handayani (4441141980) Andarini Sarasati

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DATA PADA MARITIM BUOY WEATHER UNTUK MENDUKUNG KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUT

SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DATA PADA MARITIM BUOY WEATHER UNTUK MENDUKUNG KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUT SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DATA PADA MARITIM BUOY WEATHER UNTUK MENDUKUNG KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUT Muhammad Sa ad 2408100106 Dosen Pembimbing Ir. Syamsul Arifin, MT. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20%

I. PENDAHULUAN. Kementrian Pertanian (2013), produk pertanian mampu menyumbang sekitar 20% I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat mendukung nilai pendapatan. Produk hasil pertanian mampu menyumbangkan sebagian besar nilai pendapatan yang dihasilkan

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER

SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER Alhusen Mustarang Stasiun Geofisika Palu Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Email: alhusenmustarang007@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem berikut: Secara umum sistem yang dibangun dijelaskan dalam diagram blok sistem 6 1 Baterai Sensor: - GPS 2 Sensor Suhu dan Kelembapan 4 Mikrokontroler

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung, dari bulan Februari 2014 Oktober 2014. 3.2. Alat dan Bahan Alat

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI

INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI INSTRUKSI KERJA ADMINISTRASI PRAKTIKUM LABORATORIUM HIDROLOGI 1. Mahasiswa yang memprogramkan praktikum mendaftarkan diri ke laboratorium 2. Mahasiswa melihat jadwal dan kelompok praktikum 3. Mahasiswa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA JENIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai, salah satu faktor cuaca yang mempengaruhi debit sungai adalah hujan.

BAB I PENDAHULUAN. sungai, salah satu faktor cuaca yang mempengaruhi debit sungai adalah hujan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengukuran tinggi sungai merupakan salah satu aspek meteorologi yang berkaitan dengan hidrologi debit dan banjir. Dalam kaitannya dengan debit sungai, salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat diatmosfer, titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu

Lebih terperinci

I.148 PEMBANGUNAN STASIUN PEMANTAU CUACA UNTUK MENDUKUNG PUSAT DATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN. Devi Munandar, S.Kom

I.148 PEMBANGUNAN STASIUN PEMANTAU CUACA UNTUK MENDUKUNG PUSAT DATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN. Devi Munandar, S.Kom I.148 PEMBANGUNAN STASIUN PEMANTAU CUACA UNTUK MENDUKUNG PUSAT DATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Devi Munandar, S.Kom Pusat Penelitian Informatilka - LIPI 2012 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan perangkat pendeteksi

Lebih terperinci

Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER

Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Sungai Terpasang di seluruh Kaltim dengan Pusat Monitor di Samarinda menggunakan komunikasi satelit RTU LOGGER Blok diagram Hardware RTU LOGGER Spesifikasi Teknis RTU

Lebih terperinci

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Ozon (O 3 ) mempunyai fungsi melindungi bumi dari radiasi sinar Ultraviolet Ozon sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki intensitas yang berbeda. Faktor penyebabnya dapat terjadi

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi Data Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data yang sedang berjalan, kemudian data tersebut diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci