DUKUNGAN KELUARGA PADA KARYAWAN YANG MENGALAMI KECEMASAN MENJELANG MASA PENSIUN
|
|
- Glenna Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PSIKOBORNEO, 2016, 4 (4) : ISSN , ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 DUKUNGAN KELUARGA PADA KARYAWAN YANG MENGALAMI KECEMASAN MENJELANG MASA PENSIUN Marcelina Wulandari 1 ABSTRAK Penelitian mengenai dukungan keluarga pada karyawan yang mengalami kecemasan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dapat mempengaruhi kecemasan dalam menjelang masa pensiun. Dukungan keluarga merupakan basis utama dan terakhir ketika seseorang menjalani masa pensiun, sebagai tempat untuk kemudian mengahabiskan kesehariannya setelah keluar dari dunia kerja. Kecemasan menjelang masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan yang timbul pada individu karena khawatir dan takut akan masa depannya. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik studi kasus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara mendalam dengan tiga subjek dan tiga informan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ketiga subjek memiliki dukungan keluarga yang berbeda-beda. Pada subjek B, subjek kurang memiliki dukungan keluarga namun subjek tetap mendapat perhatian dari informan walaupun bukan perhatian penuh karena informan harus mengurus cucu sehingga perhatian informan terbagi dan subjek ingin fokus untuk merenovasi rumah sebelum memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Pada subjek L, mendapatkan dukungan keluarga namun subjek masih merasa cemas dan subjek tidak ingin merasa diremehkan karena istri subjek yang ingin membuka usaha sehingga ingin tetap bekerja sedangkan pada subjek GR, subjek mendapat dukungan keluarga penuh sehingga rasa cemas dapat diatasi dengan baik dan subjek ingin membuka usaha dengan informan untuk membiayai sekolah anak subjek. Kata kunci : dukungan keluarga, kecemassan menjelang masa pensiun PENDAHULUAN Sebuah data dari U.S Health dan pusat kajian peristiwa pensiun (Mo Wang, dkk., 2011), mengungkapkan bahwa selama periode 8 tahun terakhir dalam proses penyesuaian diri terhadap masa pensiun, ditemukan bahwa 70% pensiunan mengalami perubahan kesejahteraan psikologis yang minim, kemudian 25% mengalami perubahan negatif pada kesejahteraan psikologisnya selama masa 1 Mahasiswa Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. marcelina.wulandari@yahoo.com
2 PSIKOBORNEO, Volume 4, Nomor 4, 2016 : transisi tersebut, dan 5% mengalami perubahan positif pada kesejahteraan psikologisnya. Dalam sebuah survey lain, disebutkan bahwa hampir 70% dari pegawai mengemukakan bahwa mereka bekerja untuk uang saja sebelum pensiun, namun seiring berjalannya waktu mereka merasa bahwa bekerja ternyata untuk menikmati pekerjaaan dan ingin tetap aktif dan terlibat dalam aktifitas (Santrock, 2006). Selain itu Holmes dan Rahe (dalam Calhoun dan Acocella, 1995) juga mengungkapkan bahwa pensiun merupakan peringkat 10 dari 37 peristiwa kehidupan dalam urutan tingkat stres. Hal tersebut menjadi sebuah fenomena dalam peristiwa pensiun pada pekerja. Diperkuat dengan pendapat Sutarto dan Cokro (2008) yang juga menyatakan pendapat serupa, bahwa pensiun merupakan stressor paling berat yang dialami pegawai atau karyawan, selain kehilangan orang yang dicintai. Masa pensiun yang dimaksud adalah seseorang dikarenakan usia yang mencapai batas, telah berhenti dari suatu pekerjaan yang biasa dilakukakannya selama puluhan tahun dan seseorang tidak lagi melakukan aktivitas produktif secara rutin dan digaji. Perubahan kondisi demikian akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, memutuskan jaringan sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja dan yang terutama adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama sebagai pegawai atau karyawan. Bahkan akibat yang paling buruk pada pensiun dapat mengakibatkan depresi dan bunuh diri (Hurlock,1980). Sedangkan akibat pensiun secara fisiologis oleh Daradjat (1982) dikatakan bisa menyebabkan masalah. Secara garis besar ada tiga sikap ataupun reaksi yang umumnya dikeluarkan seseorang dalam menjelang masa pensiun, yaitu menerima, terpaksa menerima, dan menolak. Sikap penolakan terhadap masa pensiun umumnya terjadi dikarenakan yang bersangkutan tidak mau mengakui bahwa dirinya sudah harus pensiun (Isnaini, 2009). Ketika seseorang menjelang masa pensiun, hal-hal yang menjadi fokus perhatiannya adalah kebutuhan financial dan kesehatan. Memikirkan akan berhenti pada dunia kerja akan menimbulkan kecemasan pada banyak orang. Kecemasan yang terjadi, muncul karena adanya ketakutan akan ketidak tercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarga baik untuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan mendadak ataupun kebutuhan yang tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit ataupun ketika akan menyelenggarakan resepsi pernikahan putra-putrinya. Pada umumnya mereka beranggapan apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitas-fasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan yang tidak terduga. Saat masa pensiun mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Kuncoro, 2009). Kecemasan yang terjadi dalam masa menjelang pensiun merupakan permasalahan yang tidak main main dan butuh penanganan yang serius. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar-debar, kepala pusing, dan terkadang mengalami gangguan tidur. 658
3 Dukungan Keluarga Pada Karyawan Yang Mengalami Kecemasan... (Marcelina) Sedangkan gejala psikologisnya seperti rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa, gelisah dan khawatir akan suatu hal yang tidak menyenangkan dan tidak jelas. Karena seseorang tidak memiliki pekerjaan tetap lagi, namun belum siap menerima kenyataan tersebut dengan segala akibatnya. Perasaan tidak menyenangkan saat menjelang pensiun tersebut akan membuat seseorang merasa tidak berarti dan kehilangan harga diri sebagai seorang kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga karena merasa tidak mampu lagi memperoleh pendapatan yang cukup. Seseorang yang akan memasuki masa pensiun perlu melakukan penyesuaian psikologis dan sosial (Soegino, 2000). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eva Diana (2006) pada karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (2006) tercatat bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Dimana semakin tinggi dukungan sosial maka kecemasan dalam menghadapi masa pensiun akan semakin rendah. Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun membutuhkan dukungan keluarga untuk membantu mengurangi kecemasan dalam dirinya, dukungan yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan (Garmenzy dan Rutter, 1983). Pendapat ini didukung oleh Conel (1994) menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut didapat diperoleh dari keluarga, teman, dan atasan ( Kuncoro dan Sari 2009). Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino 2006). Keluarga yang memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan bahwa ia adalah individu yang berharga, disayangi dan tidak sendiri akan membuat ia menjadi nyaman. Kerangka Dasar Teori Kecemasan Kecemasan menjelang masa pensiun menurut Wanti (2008) adalah suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan yang timbul pada individu karena khawatir, binngung, tidak pasti akan masa depannya dan belum siap menerima kenyataan akan memasuki masa pensiun dengan segala akibatnya baik secara sosial, psikologis, maupun secara fisiologis. Dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan semua bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga sehingga akan memberikan rasa nyaman secara fisik dan psikologis pada individu yang sedang merasa tertekan atau stress (Taylor, 2006 dalam Yusra, 2011). Metode Pengumpulan Data Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Satori dan Komariah (2014) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa. 659
4 PSIKOBORNEO, Volume 4, Nomor 4, 2016 : Tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian serta objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010) metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Beberapa metode yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, antara lain : wawancara, observasi, analisis karya, analisis dokumen, catatan pribadi, studi kasus, riwayat hidup dan lain sebagainya (Poerwandari, 2007). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif berupa observasi dan wawancara. 1. Observasi Menurut Syaodih (2006) observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Sehingga observasi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Menurut Alwasilah (2002) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu: a. Perilaku resonden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode dan aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri. b. Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi emik para responden. c. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktekkan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi. 2. Wawancara Menurut Bungin (2011) wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, khas dari metode wawancara adalah terlibatnya dalam kehidupan informan. Menurut Berg (2007) menyebutkan tiga jenis wawancara, yaitu : a. Wawancara terstandar (standardized interview) 660
5 Dukungan Keluarga Pada Karyawan Yang Mengalami Kecemasan... (Marcelina) Wawancara terstandar (standardized interview) dalam istilah esterberg disebut dengan wawancara terstruktur (Structured interview) dan istilah patton adalah wawancara baku terbuka. Adalah wawancara dengan mebggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku. b. Wawancara tidak terstandar (unstardardized interview) Wawancara tidak terstandar (unstardardized interview) dalam istilah esterberg disebut dengan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) dan istilah patton adalah wawancara pembicaraan informal atau disebut juga wawancara tak terpimpin. Wawancara tidak terstandar adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstandar atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang diteliti. c. Wawancara semi standar (semistandardized interview) Wawancara semi standar (semistandardized interview) dalam istilah esterberg disebut dengan wawancara semistruktur (semistructured interview) dan istilah patton adalah wawancara bebas terpimpin (controlled interview). Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara yang merupakan kombinasi wawancara terpimpin dan tidak terpimpin yang menggunakan beberapa pokok inti pertanyaan yang akan diajukan yaitu interviewer membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan dalam pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya. Seperti telah dijelaskan terdapat tiga jenis wawancara yang dapat diterapkan dalam sebuah penelitian, dalam hal ini peneliti memilih untuk menggunakan jenis wawancara tidak terstandar (unstardardized interview). Karena peneliti belum tahu jawaban apa yang akan diperoleh dari subjek dan jawabanjawaban dari subjek yang nantinya akan menjadi titik pengembangan pertanyaan yang akan ditindaklanjuti dalam bentuk wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara takterstruktur ialah memperoleh keterangan yang terperinci dalam mendalam mengenai pandangan orang lain. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada peneitian ini peneliti mengangkat judul mengenai dukungan keluarga pada karyawan yang mengalami keccemasan menjelang masa pensiun. Peneliti memiliki tiga subjek yaitu B, L dan GR kriteria yang menjadi subjek penelitian ini adalah seorang karyawan perusahaan yang memiliki kecemasan menjelang masa 661
6 PSIKOBORNEO, Volume 4, Nomor 4, 2016 : pensiunnya. Ketiga subjek tersebut memiliki latar belakang yang sama yaitu karyawan swasta disalah satu perusahaan. Masa pensiun sering menimbulkan perasaan tidak berguna bagi individu yang akan memasukinya, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Ketakutan akan masa depan merupakan pokok dari kecemasan yang terjadi dimasa pensiun. Kecemasan seperti ini menuntut adanya dukungan sosial, terutama keluarga, dalam menyikapi dinamika perubahan dalam pola kehidupan orang tua yang akan menjalani masa pensiun, agar tercipta kehidupan yang tentram dalam rumah tangga. Menurut Wanti (2008) kecemasan menjelang masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan yang timbul pada individu karena khawatir, binngung, tidak pasti akan masa depannya dan belum siap menerima kenyataan akan memasuki masa pensiun dengan segala akibatnya baik secara sosial, psikologis, maupun secara fisiologis. Subjek B mempunyai 1 anak laki- laki dan sudah berkeluarga. Masa pensiun yang semakin dekat membuat subjek dan informan memikirkan bagaimana nantinya uang pensiun tersebut akan dikelola dengan baik. setelah renovasi rumah selesai subjek baru akan memikirkan pekerjaan apalagi yang akan subjek kerjakan setelah pensiun dan subjek juga baru akan memikirkan usaha apa yang sebaiknya dirintis oleh subjek dan informan sebagai pengganti pekerjaan subjek. Subjek memiliki rencana bila terdapat uang yang tersisa dari renovasi rumah. Subjek L mengingat masa pensiun yang semakin dekat, subjek yang tinggal berdua saja dengan informan berusaha untuk membantu informan dalam memenuhi kebutuhan keluarga nya setelah pensiun. Informan sudah memiliki rencana untuk membuka warung makan namun rencana tersebut belum disetujui oleh subjek, subjek mengungkapkan bahwa ia tidak tega jika isterinya harus mengantikan dirinya dalam mencari nafkah untuk keluarga subjek merasa bahwa hal tersebut membuat subjek merasa malu kepada keluarga dan rekan kerja subjek karena subjek merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga lagi. Sehingga subjek memutuskan setelah pensiun nanti subjek akan mencari kerja lagi. Sedangkan subjek GR yang memiliki 2 anak perempuan yang salah satunya masih berada di Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa bingung saat memikirkan anaknya setelah lulus ingin melanjutkan sekolah atau tidak. Biaya sekolah yang semakin tinggi membuat subjek dan informan merasa takut untuk menyekolahkan anaknya kembali, terlebih uang pensiun yang nantinya akan diterima oleh subjek hanya cukup untuk melanjutkan kehidupan mereka saja. Namun subjek dan informan telah memiliki rencana untuk membuka warung sembako didepan rumah mereka nanti. 662
7 Dukungan Keluarga Pada Karyawan Yang Mengalami Kecemasan... (Marcelina) Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada ketiga subjek memiliki dukungan keluarga yang berbeda-beda. Pada subjek pertama B, kurangnya dukungan keluarga yang diberikan kepada subjek membuat subjek lebih mengalami kecemasan menjelang masa pensiunnya. Berbeda dengan subjek kedua yaitu L, Subjek dapat memberikan dukungan keluarga pada subjek dengan membantu memikirkan apa yang akan dilakukan setelah pensiun walaupun rencana yang dimiliki oleh informan tidak disetujui oleh subjek, informan tetap berusaha untuk meyakinkan subjek sehingga kecemasan pada subjek lebih kecil. Subjek ketiga yaitu GR, subjek memiliki dukungan keluarga yang tinggi untuk mengurangi dampak kecemasan menjelang masa pensiun informan, subjek dan informan telah memiliki rencana setelah pensiun tiba. Saran 1. Bagi keluarga karyawan yang memiliki kecemasan menjelang masa pensiun, hendaknya dapat meningkatkan dukungan kepada karyawan yang mengalami kecemasan, karena dukungan keluarga merupakan kunci utama atau lingkungan pertama yang dapat memberikan semangat atau dukungan sosial seorang bapak atau suami untuk bertahan menjalani kehidupan. 2. Bagi teman-teman yang berada didalam lingkungan yang sama hendaknya saling memberi motivasi pada teman yang hendak menghadapi masa pensiun, sehingga diharapkan pada pegawai tersebut akan dapat berfikir positif setelah memperoleh dukungan dari teman-teman sekitar. Daftar Pustaka Bungin, burhan Metodelogi Kualitatif. Jakarta: Kencana Calhoun, JF & Acocella, J.R Psychology of Adjusment and Human Relantionship. New York : Mc Graw Hill, Inc Connel Impact of Social Support, Social Cognitive Variabels and Percevied Threat on Depression Among Adult With Diabetes. Health Psychology. Vol.1. No.3. Pp Daradjat Zakiyah, Kesehatan Mental, Jakarta : Gunung Agung Garmenzy, N., and Rutter, M Stress, Coping and Development In Chilidren. New York : MC Graw Hill. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga Isnaini, N (2009). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Kanwil Departemen Hukum dan HAM di Jawa Timur. [On-line]. Abstrack dari : 663
8 PSIKOBORNEO, Volume 4, Nomor 4, 2016 : ampel.ac.id/gdl.php/mod= browse &op=read&id=hubptain-gdlnoviinisna- 7546&q=Sosial, pada tanggal 30 Mei 2016 Kuncoro, Joko dan Eva Diana, Sari Kecemasan dalam menghadapai masa pensiun ditinjau dari dukungnan sosial PT. semen gresik (persero) Tbk Kuncoro, Mudrajad Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga Poerwandari, E.K Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Santrock, J.W Human Adjustment. UniversityOf Texas at Dallas. Mc Graw Hill Companies. Sarafino, E.P Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons. Soegino, S. V Pensiun yang Bermakna. Tangerang : CV. Gino. Syaodih, N Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Yusra, A Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 664
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya hidup untuk selalu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Seperti kebutuhan fisik untuk pemuas rasa lapar, tempat tinggal, ketergantungan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik secara fisik maupun psikis. Kebutuhan hidup manusia secara fisik antara lain sandang, pangan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan waktu yang paling lama dialami setiap manusia dalam rentang kehidupan. Menurut Hurlock (2012) tugas perkembangan pada masa dewasa yang
Lebih terperinciDEWI KUSUMA WARDHANI F
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Pubertas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring berkembangannya kehidupan, manusia selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perkembangan hidup manusia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan usaha untuk mempertahankan hidup. Usaha untuk mempertahankan hidup untuk semua makhluk hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan berupa uang, jasa maupun untuk pengembangan diri. Dengan
Lebih terperinciJurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN
Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pensiun dikenal sebagai fenomena yang dialami oleh seseorang yang usianya sudah dianggap lanjut sehingga dianggap tidak lagi produktif dan menurut
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : NOVI ARIYANI MUH. BACHTIAR PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nining Sriningsih, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kehidupan seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan bekerja, individu dapat memperoleh kepuasan tersendiri,
Lebih terperinciSTRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL
STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan jiwa yang dikarekteristikkan oleh emosi negatif yang kuat dan mengatasi rasa takut dimasa depan. Biasanya ditandai dengan gejala kecemasan
Lebih terperinciSiswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi
STUDI PENDAHULUAN MENGUJI PERBEDAAN KETEGANGAN OTOT ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, DAN SUBJEK YANG NOR- MAL DENGAN YANG MENGALAMI KELUHAN NYERI KEPALA DAN PUNDAK Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan Fakultas
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial dan individu mencari pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Natasha Ghaida Husna, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan. Menurut Maslow (Atkinson, 2000) kebutuhan manusia secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 kebutuhan yaitu
Lebih terperinciDUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciPENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO
PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO Oleh Tiwi Ambarsari Ridwan Baraba, S.E. M. M iwanba2003@yahoo.com Esti Margiyanti Utami, S. E. M.Si em.utami@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang.
Lebih terperinciSyntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 251-089 e-issn : 258-1398 Vol. 2, No 2 Februari 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA WELAS ASIH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran
Lebih terperinciHubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi 1 Nova Triyani Sidhrotul Muntaha, 2 Suci Nugraha
Lebih terperinciSTRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciPERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN
PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap
Lebih terperinciGAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK
GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada hal yang hendak dicapainya, dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE 1 Mellia Silvy Irdianty, 2 Rita Hadi W 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini kebanyakan definisi lansia lebih didasarkan pada patokan umur semata. Sebenarnya hal itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang bekerja akan mengalami pensiun, seseorang baru memasuki masa pensiun jika berusia 60 tahun bagi guru, 65 tahun bagi hakim di mahkama pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, di mana penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menempuh perguruan tinggi. Masa perguruan tinggi dengan masa SMA sangatlah berbeda, saat duduk dibangku perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya, individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Efi Oktawidiyanti Santosa, Imam Setyawan*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA S K R I P S I
DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA S K R I P S I Oleh : Megawati (08810072) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 i ii iii iv KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika
Lebih terperinciHUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG)
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG) Hubbil Fadhilah_11410101 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Berdasarkan Uraian pada Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat Ditarik Kesimpulan Sebagai Berikut: 1. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial cukup. 2. Sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa
Lebih terperinci134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciRina Setya Utami F
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA MENOPAUSE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk sebagian besar manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk sebagian besar manusia yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bekerja adalah usaha untuk
Lebih terperinciBAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH
BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciSTRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang perempuan yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum perempuan menganggap kehamilan adalah
Lebih terperincirendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain
BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tidak ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA
PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menjelaskan simpulan dan saran yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengalaman
Lebih terperinciPada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan
Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara Di Masa Dewasa Tengah Qotrin Nida Rahmata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan dampak
Lebih terperinciBAB I 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia
BABI PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia seseorang maka kondisi seseorang itu secara fisik maupun secara psikologis akan
Lebih terperinci