BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2001).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2001)."

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2001). Kesehatan organ reproduksi dan organ genitalia menjadi bagian yang penting. Kebersihan daerah kewanitaan bagi perempuan sangat penting karena dapat membuat wanita merasa nyaman dan dapat mencegah dari penyakit serta infeksi menular (Taylor, 2000). Sebagian besar perempuan menganggap kebersihan genitalia internal dan eksternal merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dan organ seksual mereka. Berbagai macam cara pun dilakukan untuk menjaga kebersihan daerah feminim tersebut (Taylor, 2000). Salah satu cara perawatan daerah feminim dapat dilakukan dengan douching vagina. Douching vagina merupakan kegiatan mencuci atau membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air atau cairan lain (cuka, baking soda atau larutan douching komersil) ke dalam vagina. Menurut Taylor, dkk (2000) tujuan douching yang sesungguhnya adalah untuk tujuan terapeutik, yaitu untuk membersihkan vagina setelah dilakukan tindakan pembedahan, dan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri setelah diberikan antiseptik. Akan tetapi bagi wanita yang sehat, douching dengan 1

2 2 berbagai bahan dan larutan akan mengubah flora bakterial normal dan keseimbangan kimiawi vagina serta akan mengubah mucus/lender yang alami sehingga menganggu ekologi vagina. Douching vagina meliputi eksternal douching maupun internal douching. Eksternal douching meliputi pembilasan labia dan bagian luar vagina dengan bahanbahan tertentu, sedangkan internal douching meliputi memasukkan bahan atau alat pembersih ke dalam vagina dengan menggunakan jari dan atau dalam bentuk spraying atau liquid. Air atau cairan lain (cuka, baking soda, atau larutan douching komersil) tersebut diletakkan dalam botol kemudian disemprotkan kedalam vagina melalui suatu tabung dan ujung penyemprot (Qomariyah, 2004). Membersihkan daerah genital akan lebih aman bila menggunakan air saja dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan atau bahan-bahan komersil dipasaran karena akan mempengaruhi pertumbuhan flora dalam vagina yang akan meningkatkan resiko infeksi dan meningkatkan resiko terjadinya keputihan (fluor albus) (Qomariyah, 2004). Setiap wanita akan mengalami pengeluaran cairan dari vagina sesudah ia mendapatkan haid yang pertama. Didalam vagina terdapat bakteri laktobasilus yaitu bakteri yang baik yang berfungsi untuk mempertahankan keasaman vagina agar bakteri pathogen mati dan untuk menjaga keseimbangan flora normal vagina. Terganggunya keseimbangan flora normal pada vagina dapat menyebabkan berbagai masalah. Salah satunya adalah terjadinya keputihan (fluor albus) (Sianturi, 2001).

3 3 Penggunaan deodoran dan douching vagina dapat menyebabkan membran mukosa teriritasi dan dapat membunuh flora normal yang ada dalam vagina. Hal tersebut memungkinkan timbulnya serangan keputihan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek douching vagina dapat meningkatkan resiko kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul (PRP) (Yayasan Abdi Asih: 1996, dan Joesoef, dkk: 1993). Penelitian yang dilakukan Joesoef, dkk (1993) pada 599 ibu hamil (19% douching menggunakan air, 63% douching menggunakan air dan sabun, 2% menggunakan produk komersil, dan 8% menggunakan menggunakan daun sirih paling sedikit sekali pada bulan terakhir kehamilan) juga menunjukkan adanya hubungan praktek douching dengan kejadian IMS. Douching dengan air saja setelah berhubungan seksual tidak berhubungan dengan IMS, tetapi resiko IMS akan meningkat 2,6 kali lebih tinggi jika menggunakan air dan sabun, atau dengan daun sirih atau produk komersil. Penggunaan deodoran dan douching vagina menyebabkan membran mukosa teriritasi dan dapat membunuh flora normal yang ada dalam vagina. Hasil observasi yang dilakukan oleh Ayom Nilamsari (2005) di Lokalisasi Sunan Kuning Semarang, didapatkan data bahwa kebanyakan para wanita yang pekerjaannya sebagai penjaja seks sebagian besar dari mereka melakukan douching dengan menyemprotkan sejenis antibiotik yang mereka beli dari toko obat, bahkan ada juga yang memakai pasta gigi, ataupun sabun sirih. Keluhan yang dirasakan

4 4 antara lain panas, perih, alergi, gatal dan bahkan bisa menyebabkan genitalia berwarna hitam. Menurut survei yang dilakukan oleh Yayasan Hotline Surabaya (YHS) tahun 2003 di Kecamatan Krembangan Surabaya terhadap 431 perempuan, douching vagina telah menjadi bagian dari personal hygiene mereka, yang selalu dilakukan secara rutin. Sebagai gambaran Kecamatan Krembangan memiliki karakteristik perempuan yang bervariasi, mulai dari ibu rumah tangga hingga pekerja seks, karena lokasi kecamatan ini berdekatan dengan lokalisasi Bangunsari. Bahan yang biasa digunakan untuk douching, sebagian besar 50,3% menggunakan sabun, 17,4% pembersih vagina cair dengan berbagai produk yang ada, 12,5% menggunakan air, 9,7% menggunakan handuk/kain/tissue, 5,1% menggunakan pasta gigi, 4,9% menggunakan air sirih. Pemakaian cairan pembersih vagina secara rutin dan dalam jangka waktu lama tidak dianjurkan karena dapat mengganggu lingkungan alami vagina. Cairan pembersih vagina dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme yang ada pada vagina- bakteri 'jahat' vs flora normal/'baik'. Sebenarnya, bakteri 'jahat' terdapat di vagina, namun dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan flora normal. Namun bila keseimbangan lingkungan vagina terganggu, maka bakteri 'jahat' tersebut akan meningkat jumlahnya. Keadaan tersebut dapat memudahkan terjadinya infeksi. Mengenai sabun pembersih herbal, sejatinya memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan sabun pembersih vagina yang dijual di pasaran. Sebenarnya,

5 5 membersihkan dengan menggunakan air bersih saja sudah cukup, karena vagina memiliki mekanisme sendiri untuk pembersihan. Anda dapat membersihkan bagian luar vulva yang berambut dengan air dan sabun, namun untuk bagian vagina cukup dengan air bersih saja. Hal ini dilakukan juga untuk mencegah iritasi dan alergi. Berdasarkan suvei awal dan wawancara terhadap lima orang remaja putri di SMA N 1 Keritam, menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka melakukan eksternal douching vagina atau membersihkan vagia dengan menggunakan sabun mandi dan juga ada yang menggunakan produk komersil pembersih kewanitaan seperti air daun sirih. Sebagian dari mereka masih merasakan keputihan dengan bau yang tidak enak dan gatal-gatal di sekitar vagina walaupun sudah menggunakan produk pembersih daerah kewanitaan. Keadaan ini terkait dengan pengetahuan personal hygiene yang kurang dari remaja putrid dan penggunaan pembersih kewanitaan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putri di SMA N 1 Keritam Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putri di SMA N 1 Keritam?

6 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putri di SMA N 1 Keritam Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan personal hygiene dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam. 2. Untuk menganalisis hubungan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putri di SMA N 1 Keritam 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Putri Sebagai bahan informasi upaya meningkatkan pengetahuan remaja tentang personal hygiene, penggunaan pembersih kewanitaan dan infeksi genetalia. 2. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan penyuluhan kepada remaja putri tentang personal hygiene, penggunaan pembersih kewanitaan dan infeksi genetalia.

7 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. 7

8 Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar % dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat

9 9 menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Irmayati (2007) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain:

10 10 1. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang didapatkan. 2. Keterpaparan informasi Informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari serta diteruskan melalui komunikasi interpersonal atau melalui media massa antara lain televisi, radio, koran, majalah, dan internet. 3. Pengalaman Pengalaman merupakan upaya memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang maka pengalaman juga semakin bertambah. Seseorang cenderung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk memecahkan masalah yang dihadapi Konsep Personal Hygiene Pengertian Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004).

11 11 Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H, 2006) Tujuan Personal Hygiene Tujuan dari personal hygiene adalah: a. Meningkatkan derajat kesehatan. b. Memelihara kebersihan diri. c. Memperbaiki personal hygiene. d. Pencegahan penyakit. e. Meningkatkan percaya diri. f. Menciptakan keindahan Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2004) meliputi: a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

12 12 b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial Prinsip-Prinsip Perawatan Personal Higiene Beberapa prinsip perawatan personal hygiene yang harus diperhatikan oleh perawat (Potter & Perry, 2005), meliputi: 1. Perawat menggunakan keterampilan komunikasi terapeutik. 2. Perawat mengintegrasikan strategi perawatan lain (seperti: latihan rentang gerak). 3. Perawat mempertimbangkan keterbatasan fisik klien. 4. Perawat menghormati pilihan budaya, kepercayaan nilai dan kebiasaan klien. 5. Perawat menjaga kemandirian klien. 6. Menjamin privasi klien. 7. Menyampaikan rasa hormat dan mendorong kesehatan fisik klien. 8. Menghormati klien lansia Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: 1. Citra tubuh (Body Image). Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika

13 13 merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawawatan hygienis. Klien yang tampak berantakan atau tidak peduli dengan hygiene atau pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemampuan klien berpartisipasi dalam hygiene harian (Potter & Perry, 2009). Body image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya (Wartonah, 2004). Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang tubuhnya, termasuk penampilan, struktur atau fungsi fisik. Citra tubuh dapat berubah karena operasi, pembedahan, menderita penyakit, atau perubahan status fungsional. Maka perawat harus berusaha ekstra untuk meningkatkan kenyamanan dan penampilan hygiene klien (Potter & Perry, 2009). Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005). 2. Praktik Sosial. Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene mulut. Pada masa remaja, hygiene pribadi dipengruhi oleh teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa

14 14 dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia beberapa praktikhygieneberubah karena kondisi hidupnya dan sumber yang tersedia (Potter & Perry, 2009). Menurut Wartonah, 2004 Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status sosial ekonomi. Status ekonomi akan mempengaruh jenis dan sejauh mana praktik hygiene dilakukan. Perawat harus sensitif terhadap status ekonomi klien dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemeliharaan hygiene klien tersebut. Jika klien mengalami masalah ekonomi, klien akan sulit berpartisipasi dalam akifitas promosi kesehatan seperti hygiene dasar. Jika barang perawatan dasar tidak dapat dipenuhi pasien, maka perawat harus berusaha mencari alternatifnya. Pelajari juga apakah penggunaan produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok sosial klien. Contonya, tidak semua klien menggunakan deodorant atau kosmetik (Potter & Perry, 2009). Selain itu, menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008), pendapatan dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana dan prasarana yang

15 15 memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo, dan lain-lain). 4. Pengetahuan dan motivasi kesehatan. Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus termotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegahdari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008). Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene, namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting pelaksanaan hygiene. Kesulitan internal yang mempengaruhi akses praktik hygiene adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Atasi hal ini dengan memeriksa kebutuhan klien dan memberikan informasi yang tepat. Berikan materi yang mendiskusikan kesehatan sesuaidengan prilaku yang ingin dicapai, termasuk konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi klien. Klien berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya karena perawatan diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan masyarkat kita. Banyak keputusan pribadi yang dibuat tiap hari membentuk gaya hidup dan lingkungan sosial dan fisik (Pender, Murdaugh, dan Parsons, 2002 dalam Potter & Perry, 2009). Penting untuk mengetahui apakah klien merasa dirinya memiliki risiko.

16 16 Contohnya: apakah klien merasa berisiko menderita penyakit gigi, penyakit gigi bersifat serius, dan apakah menyikat gigi dan menggunakan benang gigi dapat mengurangi risiko ini. Jika klien mengetahui risiko dan dapat bertindak tanpa konsekuesi negatif, mereka lebih cenderung untuk menerima koneling oleh perawat (Potter & Perry, 2009). 5. Variabel Budaya Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya (Potter & Perry, 2005). Beberapa budaya tidak menganggap sebagai hal penting (Galanti, 2004 dalam Potter & Perry, 2009). Perawat tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki praktik hygiene yang berbeda dari dirinya. Di Amrika Utara, kebiasaan mandi adalah setiap hari sedangkan pada budaya lain hal ini hanya dilakukan satu kali seminggu (Potter & Perry, 2009). 6. Kebiasaan atau Pilihan pribadi. Setiap pasien memiliki keinginanin dividu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Pemilihan produk didasarkan

17 17 pada selera pribadi, kebutuhan dan dana. Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu perawatan yang terindividualisai. Selain itu, bantu klien untuk membagun praktik hygiene baru jika ada penyakit. Contohnya, perawat harus mengajarkan perawatan hygiene kaki pada penderita diabetes (Potter & Perry, 2009). 7. Kondisi Fisik Seseorang. Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya: pada klien dengan traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi ketangkasan dan rentang gerak. Klien di bawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit kronis (jantung, kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan klien. Genggaman yang melemah akibat artritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien untuk menggunakan sikat gigi, handuk basah, atau sisir (Potter & Perry, 2009) Jenis-Jenis Personal Hygiene Jenis-jenis perawatan personal hygiene menurut Perry & Potter (2005) dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Berdasarkan Waktu a. Perawatan dini hari Perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur seperti perapian dalam pemeriksaan, mempersiapkan pasien melakukan sarapan dan lain-lain.

18 18 b. Perawatan pagi hari Perawatan pagi hari merupakan perawatan yang dilakukan setelah melakukan pertolongan dalam memnuhi kebutuhan eliminasi mandi sampai merapikan tempat tidur pasien. c. Perawatan siang hari Perawatan siang hari merupakan perawatan yang dilakukan setelah melakukan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain mencuci mukan dan tangan, mebersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pembersihan lingkungan pasien. d. Perawatan menjelang tidur Perawatan menjelang tidur merupakan perawatan yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur beristirahat dengan tenang. Seperti mencuci tangan dan muka membersihkan mulut, dan memijat dareah punggung 2. Berdasarkan Tempat a. Perwatan diri pada kulit Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau tarauma sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Fungsi kulit: 1. Proteksi tubuh

19 19 2. Pengaturan temperatur tubuh 3. Pengeluaran pembuangan air 4. Sensasi dari stimulus lingkungan 5. Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit 6. Memproduksi dan mengabsorsi vitamin D Faktor yang mempengaruhi perubahan dan kebutuhan pada kulit: 1. Umur 2. Jaringan kulit 3. Kondisi atau keadaan lingkungan. b. Mandi Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat, dan sel yang mati serta merangasang sirkulasi darah dan membuat rasa nyaman c. Perawatan Diri pada Kaki dan Kuku Perawatan kaki dan kuku untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan cedera jaringan lunak. Integritas kaki dan kuku ibu jari penting untuk mempertahankan fungsi normal kaki sehingga orang dapat berdiri atau berjalan dengan nyaman. d. Perawatan Rambut Perawatan ini bermanfaat mencegah infeksi daerah kepala.

20 20 e. Perawatan Gigi Dan Mulut Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya. Sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. f. Perawatan Perineal Wanita Perawatan perineal wanita meliputi genitalia eksternal. Prosedur biasanya dilakukan selama mandi. Perawatan perineal mencegah dan mengontrol penyebaran infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan kebersihan. g. Perawatan Perineal Pria Klien pria memerlukan perhatian khusus selama perawatn perinel, khususnya bila ia tidak di sirkumsisi. Foreskin menyebakan sekresi mengumul dengan mudah di sekitar mahkota penis dekat meatus uretral. Kanker penis terjadi lebih sering pada pria yang tidak disirkumsisi dan diyakini berkaitan kebersihan. h. Kebutuhan kebersihan lingkungan pasien Yang dimaksud disini adalah kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur diharapakan pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa ganguan selama tidur sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

21 Penggunaan Pembersih Kewanitaan Pengertian Penggunaan pembersih kewanitaan adalah membersihkan vagina dengan menggunakan sejenis pembersih berupa obat-ibatan untuk membersihkan alat kelamin wanita. Membersihkan vagina dengan obat-obatan antiseptik, kini semakin sering dilakukan kaum perempuan. Alasannya beragam. Entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, meski dijual bebas di pasaran, sebenarnya tidak semua wanita dengan bebas bisa menggunakan obat ini. Pasalnya, obat-obat antiseptik ini, tetap mengandung zat kimia. Sebelum memutuskan membeli sebaiknya periksa dulu kondisi vagina. Tak semua wanita bisa menggunakan obat pencuci vagina. Contohnya, wanita yang punya kecenderungan alergi terhadap zat kimia. Kalau memakai obat cuci, justru berisiko membuat luka pada dinding vagina. Zat-zat kimia ini akan menyebabkan iritasi bila bersentuhan dengan serviks atau dinding vagina sebelah dalam. Akibatnya, bukannya bersih, malah menimbulkan luka baru. Luka yang terbuka ini bisa berisiko memancing infeksi. Kalau tidak segera ditangani, infeksi bisa menimbulkan kemandulan atau bahkan kanker.

22 Bahan Untuk Membersihkan Kewanitaan 1. Pakai air hangat Namun demikian, bukan berarti obat pencuci vagina tak layak digunakan. Fungsinya sebagai desinfektan tentu bermanfaat. Ada baiknya ibu-ibu seksama mempelajari penggunaannya sebelum memakai. Untuk vagina yang masih sakit, ada infeksi, atau sedang mengalami keputihan akibat patologis, penggunaannya sama sekali tidak dianjurkan. Kalau memang organ intim tidak mengalami hal-hal seperti disebut di atas, obat pencuci vagina boleh-boleh saja digunakan. Tapi tetap saja harus bijaksana menggunakannya. Artinya tidak boleh terlalu sering dan jangan dipakai dalam jangka waktu yang lama. Bila keputihan yang diderita menunjukkan tidak akut, dokter akan menyarankan untuk mencuci daerah vagina dengan obat antiseptik. Sayangnya seringkali setelah tahu obatnya, pasien malah mengganggap obat pencuci itu bisa dipakai terus setiap kali dia mengalami keputihan. Padahal obat pencuci bukanlah penyembuh keputihan. Salah-salah, keputihan malah akan bertambah parah. Pasalnya, suasana asam di vagina terganggu menjadi basa. Dikhawatirkan malah menyebabkan bakteri sifatnya membantu, yaitu yang melembabkan dan menjadi pembersih vagina atau lebih dikenal dengan bakteri doderlein, mati. Akibatnya, vagina berubah menjadi basa. Sebab, sebenarnya bakteri inilah yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan ph vagina antara 3,5 hingga 4,5. Bila ph tidak seimbang, maka kuman lain seperti jamur dan bakteri, malah

23 23 punya kesempatan hidup di tempat tersebut. Sehingga muncullah penyakit lain. Yang tadinya keputihan biasa, misalnya, menjadi infeksi. Selain itu, jika dipakai terlalu sering, zat-zat kimianya lama-lama akan menggerus mukosa vagina. Kalau mukosa menipis lalu timbul luka, kuman akan gampang masuk. Ini malah lebih fatal lagi, apa pun mereknya obat pencuci vagina tidak dipakai setiap hari. Untuk desinfektan, cukup seminggu sekali. Kecuali bila ada indikasi, misalnya infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia, itu pun harus atas saran dokter. Padahal ada cara yang lebih murah dan aman. Cuci dengan air hangat dan sabun yang kadar sodanya tak terlalu tinggi. Ini justru lebih aman, terlebih bila dilakukan dengan benar. Artinya, yang dibersihkan cukup mulut vagina di bagian luar. Lain halnya jika tengah bepergian dan tak yakin dengan kondisi air setempat, penggunaan disinfektan diperbolehkan, dengan catatan tidak dalam jangka waktu lama. Dan kalau ragu dengan kondisi air, gunakan air kemasan yang bersih untuk mencuci daerah intim. 2. Daun Sirih Lebih Aman Ramuan tradisional, juga kerap digunakan kaum ibu untuk membersihkan daerah intim. Ada yang berbentuk akar-akaran, bubuk, maupun krim yang dioles. Kalau sifatnya dimasukkan atau ditempelkan langsung ke vagina sebaiknya dihindari. Sebab akar-akaran, bubuk, atau krim, risikonya tetap besar. Bisa saja tidak steril, akhirnya malah menimbulkan luka di dinding vagina, lalu jadi infeksi.

24 24 Bila ingin menggunakan pembersih tradisional, pilih daun sirih. Caranya, ambil beberapa lembar daun sirih, cuci bersih, lalu direbus. Air hangat rebusan digunakan sebagai air untuk cebok. Resep tradisional ini terbukti secara turuntemurun merupakan obat desinfektan yang mujarab. Bahkan air hangat rebusan daun sirih bisa lebih sering digunakan karena tidak mengandung zat kimia Tips Memilih Produk Pembersih Vagina Yang Aman Banyak wanita menggunakan berbagai produk perawatan untuk organ intim agar organ kewanitaan selalu tampak bersih, sehat dan alami. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan produk organ kewanitaan salah satunya produk pembersih vagina. hal yang peru diperhatikan dalam pemilihan pembersih vagina adalah : 1. Tips memilih produk pembersih vagina yang aman adalah dengan mengecek dahulu merk produk pembersih vagina yang akan dibeli 2. Kemudian cek komposisi yang terkandung dalam produk pembersih vagina 3. Gunakan produk pembersih vagina yang mengandung bahan-bahan alami tradisional yang diperoleh dari bahan rempah pilihan 4. Jangan gunakan produk pembersih vagina yang mengandung bahan kimia berbahaya 5. Gunakan produk pembersih vagina yang sudah terdaftar dalam badan pengawasan obat dan makanan

25 25 6. Bila perlu gunakan produk pembersih vagina yang direkomendasikan langsung oleh dokter ahli atau pakar seksolog 7. Jangan gunakan pembersih vagian secara berlebihan 8. Tips memilih produk pembersih vagina yang aman adalah dengan memilih produk pembersih vagina yang berbentuk sabun dibanding dengan obat oral (obat yang diminum) Infeksi Genitalia Infeksi genitalia interna adalah peradangan akibat mikroorganisme pada vagina dalam. Akibatnya akan muncul gejala keputihan atau fluor albus. Cairan kuning kental dan sangat banyak akan keluar dari vagina. Sekitar vagina akan terasa panas, gatal, nyeri tekan. Vagina juga akan mengalami nyeri saat berhubungan, nyeri saat berkemih, dan lain-lain. Bila infeksi menyebar ke rahim dan saluran telur maka dapat terjadi demam disertai gejala nyeri perut bagian bawah kanan/kiri dan disebut penyakit radang panggul (pelvic inflamatory disease). Keluarnya cairan keputihan ini dapat terjadi karena kelebihan hormon, infeksi kuman seperti n. gonorrhoeae, candida albicans, infeksi protozoa atau trichomonas, dan lain-lain. Untuk memastikan penyebab maka penting dilakukan pemeriksaan mikrobiologis cairan keputihan dengan mikroskop atau dilakukan pembiakan (kultur) kuman. Bila penyebabnya mikroorganisme umumnya akan mendapat obat antibiotik injeksi (suntikan) dapat diulang atau diteruskan menggunakan obat minum. Kepatuhan meminum obat sangat diperlukan untuk mencegah perluasan penyakit.

26 26 Selama kurun waktu tertentu selama masa pengobatan sebaiknya hubungan intim dihindari. Berapa lamanya tergantung berat ringannya penyakit dan kuman penyebab karena dapat menular kepada suami. Jika suami mengalami keluhan kencing bernanah, nyeri, panas saat berkemih, kemungkinan telah tertular infeksi genitalia interna ini. Untuk itu saluran kemih harus diperiksakan ke dokter. Air seni akan diperiksa secara mikrobiologis pula dan diberi terapi sesuai kuman penyebab Macam-Macam Infeksi Alat Genetalia Serviksitis a. Pengertian Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan infeksi post baortus atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stapilokokus dan lain-lain. b. Tanda gejala Serviks merah dan membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen c. Penanganan Pengobatan dilakukan agar penyakit benar-benar teratasi tidak menjadi servisitis kronika. Servisitis kronika (Servisitis yang menahun menjadi kronis). Beberapa gambaran patologis dapat dikemukakan. Serviks kelihatan normal, tidak menimbulkan gejala kecuali sekret yang agak putih kuning. Pada portio di daerah orifisium eksternum tampak kemerahan. Sobekan pada serviks lebih luas dan

27 27 mmukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar. Jika terjadi terus menerus serviks bisa hipertrofi dan mengeras d. Pengobatan Kauterisasi radial. Jaringan yang meradang dalam dua mingguan diganti dengan jaringan sehat. Jika laserasi serviks agak luas perlu dilakukan trakhelorania. Pinggir sobekan dan endoserviks diangkat, lalu luka baru dijahit. Jika robekan dan infeksi sangat luas perlu dilakukan amputasi serviks Salvingitis a. Pengertian Peradangan pada tuba fallopii b. Tanda dan gejala 1. Ibu mengeluh/merasa 2. Nyeri perut bagian bawah 3. Perdarahan pervaginam diantara waktu menstuasi 4. Keputihan 5. Gejala penyerta seperti, demam/menggigil, anoreksia, nausea, vomitus, disuria, poliuria 6. Menstruasi meningkat jumlah dan lamanya 7. Ada riwayat kontasepsi AKDR c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum

28 28 1. Suhu biasanya meningkat 2. Tekanan darah normal 3. Denyut nadi cepat Pemeriksaan abdomen 1. Nyeri perut bawah 2. Nyeri lepas 3. Rigiditas otot 4. Bising usus menurun 5. Distensi abdomen Pemeriksaan inspekulo 1. Tampak sekret purulen di ostium serviks Pemeriksaan laboratorium 1. Leukosit cenderung meningkat d. Penanganan Berobat jalan 1. Jika keadaan umum baik, tidak demam 2. Berikan antibiotic 3. Cefotaksitim 2 gr IM atau 4. Amoksisilin 3 gr peroral atau 5. Ampisilin 3,5 per os atau 6. Prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat

29 29 7. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os Diikuti dengan : 1. Dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama hari 2. Tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil) 3. Tirah baring 4. Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk 5. Rawat inap 6. Jika terdapat keadaan-keadaan ynag mengancam jiwa ibu Velviksitis a. Pengertian Peradangan pada organ-organ pelvis b. Penyebaran 1. Dari serviks melalui rongga endometrium ke dalam endosalping 2. Alur vena dan saluran getah bening dari ligamentum Inveksi pelvis dibagi dalam tiga kategori 1. Terjadi setelah kuretase, post abortus dan postpartum 2. Post operasi 3. Inveksi pelvis pada pasien tidak hamil diawali PMS

30 30 c. Tanda gejala Gejala muncul setelah siklus menstruasi penderita mengeluh nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai mual muntah. Gejala lain adalah : 1. Keputihan berwarna dan berbau tidak normal 2. Demam lebih dari 37 0 C 3. Spotting 4. Dismenore 5. Dispareunia adalah nyeri saat berhubungan seksual 6. Postcoital bleeding 7. Nyeri punggung bagian bawah 8. Kelelahan 9. Nafsu makan berkurang 10. Poliuria 11. Disuria d. Diagnosa Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan e. Pemeriksaan darah lengkap 1. Pemeriksaan cairan dari serviks

31 31 2. Kuldosintesi 3. Laparaskopi 4. USG panggul f. Penanganan 1. Pelviksitis tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi/ penyebaran infeksi maka penderita harus dirawat di RS. 2. Jika tidak ada respon terhadap pemberian obat antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan penderita juga sebaiknya menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual pasangan penserita sebainya menggunakan kondom Parametritis a. Pengertian Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam liglatum. Radang ini biasanya unilatelar. b. Tanda dan gejala 1. Suhu tinggi dengan demam tinggi 2. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah c. Penyebab 1. Per continuitatum : endometritis metritis parametitis

32 32 2. Lymphogen 3. Haematogen : phlebitis periphlebitis parametritis 4. Dari robekan serviks 5. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD ) d. Terapi Antibiotika-resorptif 1. Infuse larutan glukosa/nacl 2. Antibiotik golongan amphicillin atau galongan kloramphenikol 3. Bila ada abses cavum douglasi 4. Peritonitis pelvix (Pelveoperitonitis/ Perimetritis) Miometritis a. Definisi Miometritis Miometritis atau metritis adalah radang miometrium. Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala-gejala dan terapinya seperti endometritis. b. Klasifikasi 1. Metritis akuta Metritis akuta biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum penyakit ini tidak berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa

33 33 pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan linfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. 2. Metritis Kronik Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi : a. Abses pelvik b. Peritonitis c. Syok septik d. Dispareunia e. Trombosis vena yang dalam f. Emboli pulmonal g. Infeksi pelvik yang menahun h. Penyumbatan tuba dan infertilitas c. Penyebab 1. Infeksi abortus dan partus 2. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

34 34 3. Imfeksipost curettage miometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus, retensia sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, dan kelahiran distosia. d. Patofisiologi Pada postpartum sering terdapat luka pada serviks uteri, luka dinding uterus bekas tempat plasenta, bagi kuman-kuman patogen. Selain itu, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus tidak steril dapat membawa kuman kedalam uterus. e. Gejala-gejala Gejala metritis dan pengobatanya sama dengan gejala dan penanganan endometritis yaitu: 1. Demam 2. Keluar lochea berbau 3. Sakit pinggang 4. Nyeri abdomen f. Komplikasi Dapat tererjadi penyebaran kejaringan sekitarnya seperti : 1. Parametritis 2. Salpingitis 3. Ooforitis 4. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.

35 35 g. Penatalaksanaan Terapi miometritis : 1. Antibiotika spektrum luas 2. Ampisilin 2 g iv / 6 jam 3. Gentamisin 5 mg kgbb 4. Metrodinasol 500 mg iv / 8 jam 5. Profilaksi antitetanus 6. Evakuasi sisa hasil konsepsi Adneksitis a. Pengertian Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan (Sarwono, 1999). Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium ( si Kuke.htm.2008) b. Penyebab Peradangan pada adneksa rahim hampir 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Organisme ini naik ke rahim, tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD (alat

36 36 KB), aborsi, kerokan, laparatomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan infeksi atau radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena adnexitis antara lain: 1. Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom 2. Ganti-ganti pasangan seks 3. Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing nanah) 4. Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease 5. Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara lain. c. Tanda dan gejala 1. Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid (bukan pre menstrual syndrome) 2. Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina 3. Nyeri saat berhubungan intim 4. Demam 5. Nyeri punggung

37 37 6. Keluhan saat buang air kecil 2.5. Kerangka Konsep Pengetahuan Personal Hygiene Kejadian Infeksi Genitalia Penggunaan Pembersih Kewanitaan Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 2.6. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan pengetahuan personal hygiene dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putrid di SMA N 1 Keritam. 2. Ada hubungan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putrid di SMA N 1 Keritam

38 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat explanatory research, penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetali pada remaja putri di SMA N 1 Keritam. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, karena wawancara dan observasi dilakukan sesaat dan pada waktu yang bersamaan, serta bermaksud untuk mencari hubungan antara suatu keadaan dengan keadaan lain dalam populasi yang sama (Azwar dan Joldo, 1987, Murti, 1997) Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Keritam Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri Kelas X SMA N 1 Keritam yang berjumlah 106 orang. 38

39 Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel yaitu sebesar 106 orang Metode Pengumpulan Data Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data demografi dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari SMA N 1 Keritam Variabel dan Definisi Operasional Variabel Bebas 1. Pengetahuan personal hygiene adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri SMA N 1 Keritam tentang personal hygene kewanitaan yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden. Kategori Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja putri SMA N 1 Keritam tentang personal hygene kewanitaan disusun sebanyak 6 pertanyaan dengan jawaban pilihan Sangat Setuju (bobot 5) setuju (bobot 4), kurang setuju (bobot nilai 3),

40 40 tidak setuju (bobot nilai 2) dan jawaban sangat tidak setuju (bobot nilai 1), maka total skor untuk variabel pengetahuan adalah 30, jadi : 0. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor 76% dari 30 = Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 30 = 0-22 (Nursalam, 2011). 2. Penggunaan pembersih kewanitaan adalah segala sesuatu jenis pembersih kewanitaan yang dipakai remaja untuk membersihkan vagina yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden. Kategori Penggunaan pembersih kewanitaan: 0. Tidak Menggunakan 1. Menggunakan Varibel Terikat Kepatuhan Kejadian infeksi genetalia adalah segala sesuatu yang terjadi akibat pemakaian pembersih kewanitaan pada vagina remaja yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden. Kategori Kejadian Infeksi Genetalia : 0. Tidak Infeksi, jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah vagina 1. Infeksi, jika terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah vagina

41 Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Cara dan Alat Ukur Variabel Bebas 1. Pengetahuan Wawancara 2. Penggunaan Pembersih Variabel Terikat Kejadian Infeksi Genitalia (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal Hasil Ukur 0. Baik 1. Buruk 0. Tidak Menggunakan 1. Menggunakan 0. Tidak Infeksi 1. Infeksi 3.7. Metode Analisis Data Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen yaitu pengetahuan, penggunaan pembersih dan kejadian infeksi genitalia Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

42 42 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA N 1 Keritam terletak di Provinsi Riau. SMA N 1 Keritam berdiri pada tahun Saat ini SMA N 1 Keritam adalah Akredisi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Tanah sekolah sepenuhnya milik pemerintah. Luas areal seluruhnya m 2 dan luas bangunan 806 m 2. Visi dan Misi SMA N 1 Keritam adalah sebagai berikut : a. Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendidik para siswa untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b. Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar. 42

43 Pengetahuan Personal Hygiene Pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam Untuk melihat pengetahuan personal hygiene pada remaja putri di SMA N 1 Keritam dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Personal Hygiene Pada Remaja Putri Di SMA N 1 Keritam No Pengetahuan f % 1 Baik 26 24,5 2 Buruk 80 75,5 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan personal hygiene pada remaja putri di SMA N 1 Keritam lebih banyak dengan pengetahuan baik sebanyak 80 orang (75,5%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan buruk sebanyak 26 orang (24,5%) Penggunaan Pembersih Kewanitaan Pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam Untuk melihat penggunaan pembersih kewanitaan pada remaja putri di SMA N 1 Keritam dapat dilihat pada Tabel 4.2: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penggunaan Pembersih Kewanitaan Pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam No Penggunaan Pembersih Kewanitaan f % 1 Tidak Menggunakan 29 27,4 2 Menggunakan 77 72,6 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan pembersih kewanitaan pada remaja putri di SMA N 1 Keritam lebih banyak dengan

44 44 menggunakan pembersih kewanitaan sebanyak 77 orang (72,6%) dan lebih sedikit dengan tidak menggunakan pembersih kewanitaan sebanyak 29 orang (27,4%) Kejadian Infeksi Genetalia pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam Untuk melihat kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Genetalia pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam No Kejadian Infeksi Genetalia f % 1 Tidak Infeksi 70 66,0 2 Infeksi 36 34,0 Jumlah ,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam lebih banyak dengan tidak mengalami infeksi sebanyak 36 orang (34,0%) dan lebih sedikit dengan mengalami infeksi sebanyak 36 orang (34,0%) Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

45 45 Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene dan Penggunaan Pembersih Kewanitaan dengan Kejadian Infeksi Genitalia pada Remaja Putri di SMA N 1 Keritam Kejadian Infeksi Genitalia P No Variabel Tidak Infeksi Infeksi Total value n % n % n % 1 Pengetahuan Baik 23 88,5 3 11, ,011 Buruk 47 58, , Penggunaan Pembersih Tidak Menggunakan 25 86,2 4 13, ,014 Menggunakan 45 58, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan personal hygiene dan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam adalah sebagai berikut : a. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian infeksi genitalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam diperoleh bahwa dari 26 orang dengan pengetahuan baik terdapat tidak mengalami infeksi genitalia sebanyak 23 dari 26 orang (88,5%) dan mengalami infeksi genitalia sebanyak 3 orang (11,5%). Sedangkan dari 80 orang dengan pengetahuan buruk terdapat tidak mengalami infeksi genitalia sebanyak 47 orang (58,5%) dan mengalami infeksi genitalia sebanyak 33 orang (41,2%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,011 maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan personal hygiene dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam.

46 46 b. Hasil analisis hubungan antara penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genitalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam diperoleh bahwa dari 29 orang dengan tidak menggunakan pembersih kewanitaan terdapat tidak mengalami infeksi genitalia sebanyak 25 orang (86,2%) dan mengalami infeksi genitalia sebanyak 4 orang (13,8%). Sedangkan dari 77 orang dengan menggunakan pembersih genitalia terdapat tidak mengalami infeksi genitalia sebanyak 45 orang (58,4%) dan mengalami infeksi genitalia sebanyak 32 orang (41,6%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,014 maka dapat disimpulkan ada hubungan penggunaan pembersih kewanitaan dengan kejadian infeksi genetalia pada remaja putri di SMA N 1 Keritam.

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai GelarSarjanaSains

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut BAB XXI Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah Nyeri perut hebat yang mendadak Jenis nyeri perut Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut 460 Bab ini membahas berbagai jenis nyeri di perut bawah (di bawah

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

6

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemenuhan Personal Hygiene 1. Pengertian Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wanita rentan dengan gangguan reproduksi karena organ reproduksi wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, rongga ruang rahim, saluran telur

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi METODE KONTRASEPSI BARIER Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi Klasifikasi Kondom Diafragma Spermisida Efektivitas

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perawat 1. Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran: Informed Consent dan Kuesioner Penelitian LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Ibu Yth, Saya dr.juliandi Harahap dari Fakultas Kedokteran USU akan melakukan penelitian dengan judul:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.

Lebih terperinci

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah - Kelamin sakit dan kencing bercampur nanah bisa terjadi karena infeksi bakteri gonore. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan pada khususnya, karena tidak akan dapat diselesaikan dengan jalan kuratif saja, namun

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI Mimatun Nasihah* dan Sofia Nihayati** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama (Sarwono, 2012). Pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

Oleh Ni Ketut Alit Armini

Oleh Ni Ketut Alit Armini dengan KOMPLIKASI POST PARTUM Oleh Ni Ketut Alit Armini PSIK FK UNAIR SURABAYA Hemoragik Post Partum (HPP) Perdarahan yang melebihi 500 cc segera setelah lahir Perubahan kondisi ibu, tanda- tanda vital,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran fisiologis Vagina Selama periode reproduksi pada wanita dengan tingkat estrogen yang mencukupi, lactobacillus merupakan flora normal yang paling dominan(>95%) hidup

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN RAHMAD GURUSINGA Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang kurang

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian SMK Tarunatama merupakan sekolah dengan status swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sion Salatiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara

Lebih terperinci