PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND"

Transkripsi

1 PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PERENDAMAN AIR DINGIN ACHMAD RIZZAL DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 SUMMARY Achmad Rizzal. The Effect of MDI Adhesive Levels and Strand Combinations of Oriented Strand Board Mechanical Physical Properties of Three Types of Bamboo with Cold Water Immersion Pretreatment. Supervised by Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS Forestry industry is currently experiencing a high slump. This evidenced by the number of industries that shortages supply of raw materials to meet production. Demands of solid wood raw material has been very difficult to find. Therefore, Many of the forestry industry ultimately close out of business. Nowadays, introduced a new innovation of materials and technology of composite product, OSB (Oriented Strand Board). OSB is a structural composite board product produced from the strand-shaped particles and waterproof thermosetting adhesive. OSB is very effective in overcoming the problems of the forestry industry because the raw material criteria is acquired easely, that is using low density wood and small diameter logs. However, the context of natural resources fin efficiency of wood, bamboo have lignoselulosa compound is one of the potential resources that can be used as a raw material substitute for wood in the manufacture of OSB. The variables this study consisted of combination three types of bamboo and levels MDI adhesive. Bamboo that used are Andong, Betung, and Ampel which the code of each row are A, B, and C. OSB board combination consist of two types of bamboo which one kind bamboo as face and back layers, and another one kind as core layer the racio of face, core and back raw is 1:2:1. OSB board made by nine combinations of AAA, ABA, ACA, BBB, BAB, BCB, CCC, CAC and CBC with adhesive consists of concentration levels of 3%, 4% and 5%. Physical properties and mechanical parameters observed included density, moisture content, water absorption, thickness swelling, Modulus Of Elasticity (MOE), Modulus Of Rupture (MOR), adhesion strength (internal bond) and screw holding power. After the OSB boards are sorted in the importance of value, the results of a combination of CBC (Ampel, Betung, Ampel) at 5% adhesive content is the lowest OSB value that is recommended as OSB board with the best quality when compared with the characteristic of OSB properties to other combination of strands and adhesive concentration. But in the efficiency of production cost, the right alternative combination is the combination of CAC (Ampel, Andong, Ampel) with adhesive levels of 3%. Keywords: Concentration adhesive, MDI, a combination of strands of bamboo, OSB

3 Achmad Rizzal. E Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS RINGKASAN Industri kehutanan sekarang ini sedang mengalami kemerosotan yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri yang kekurangan pasokan bahan baku dalam memenuhi produksinya. Tuntutan permintaan bahan baku kayu solid sudah sangat sulit dipenuhi dari kayu yang berasal dari hutan alam. Itu semua disebabkan karena kemampuan hutan indonesia bahkan dunia dalam menghasilkan kayu solid tidak sebanding dengan kebutuhan industri kehutanan yang tinggi. Dampaknya, banyak industri kehutanan yang akhirnya memilih gulung tikar. Dewasa ini dikenalkan salah satu inovasi baru terhadap bahan dan teknologi dari produk komposit yaitu OSB (Oriented Strand Board). OSB adalah produk papan komposit struktural yang diproduksi dari partikel berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air(waterproof). OSB ini sangat efektif dalam mengatasi permasalahan industri kehutanan karena kriteria bahan baku yang dipakai mudah didapatkan yaitu dapat menggunakan kayu yang memiliki kerapatan dan berat jenis yang rendah serta kayu yang berdiameter kecil. Bambu sebagai salah satu bahan berlignoselulosa merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengganti kayu dalam pembuatan OSB. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat Isocyanate dan kombinasi strand terhadap sifat fisis mekanis OSB tiga jenis bambu. Sebelum digunakan sebagai bahan baku OSB, strand bambu terlebih dahulu diberi perlakuan perendaman dingin selama 24 jam. Diharapkan dalam penelitian ini akan diketahui penggunaan kadar perekat isocyanate yang optimum dan kombinasi yang tepat dalam pembuatan OSB. Adapun pengujian sifat fisis mekanis papan merujuk pada standar JIS A 5908 (2003) tentang papan partikel dan standar CSA (Grade O-2)b tentang OSB. Variabel penelitian ini terdiri dari kombinasi tiga jenis bambu yaitu bambu Andong, Betung, dan Ampel dengan kode masing-masing berturut-turut adalah A, B, dan C. Kombinasi yang dibuat dalam satu papan OSB terdiri dari dua jenis Bambu yaitu satu jenis bambu untuk lapisan face dan back serta satu jenis bambu lagi untuk lapisan core dengan perbandingan face, core, dan back berturutturut 1:2:1. Papan OSB dibuat dengan sembilan kombinasi yaitu AAA, ABA, ACA, BBB, BAB, BCB, CCC, CAC dan CBC. Kadar perekat terdiri atas konsentrasi 3%, 4%, dan 5%. Parameter sifat fisis dan mekanis yang diamati meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, modulus lentur (MOE), modulus patah (MOR), kekuatan rekat (internal bond) dan kuat pegang sekrup. Hasil pengujian sifat fisis papan OSB di dapatkan nilai rata-rata untuk kerapatan OSB berkisar antara g/cm 3, kadar air OSB berkisar antara 4,31-8,41%, daya serap air 2 jam OSB berkisar antara 6,39-10,04% dan 24 jam berkisar antara 20,34-33,63%, serta pengembangan tebal 2 jam OSB penelitian

4 berkisar antara 3,04-6,32% dan 24 jam berkisar antara 11,74-16,93%. Sedangkan untuk pengujian sifat mekanis papan OSB di dapatkan nilai rata-rata untuk MOE kering sejajar serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOE kering tegak lurus serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOE basah sejajar serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOE basah tegak lurus OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOR kering sejajar serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOR kering tegak lurus serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOR basah sejajar serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, MOR basah tegak lurus serat OSB berkisar antara kgf/cm 2, Kekuatan Rekat OSB berkisar antara 2,53-8,64 kgf/cm 2, serta Kuat Pegang Skrup OSB berkisar antara 46,28-93,06 kgf. Sifat fisis dan mekanis OSB dapat dipengaruhi oleh kadar perekat dan kombinasi strand. Setelah papan OSB tersebut diurutkan nilainya maka didapat hasil kombinasi CBC (Ampel, Betung, Ampel) pada kadar perekat 5% merupakan OSB dengan nilai terendah sehingga direkomendasikan sebagai papan OSB dengan kualitas terbaik bila dibandingkan dengan karakteristik sifat OSB dari kombinasi strand dan kadar perekat lain. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi yang tepat adalah kombinasi CAC (Ampel, Andong, Ampel) dengan kadar perekat 3 %. Kata kunci: Kadar perekat, MDI, kombinasi strand bambu, OSB

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2011 Achmad Rizzal NRP : E

6 PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PERENDAMAN AIR DINGIN Karya Ilmiah Sebagai salah satu syarat memperroleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Oleh : ACHMAD RIZZAL E DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP : Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin : Achmad Rizzal : E Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB (Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc) NIP Tanggal Lulus :

8 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikan-nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari Agustus 2010 adalah Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin. Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa laboratorium Biokomposit, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Fakultas Kehutanan, serta Laboratorium Pengerjaan kayu, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan membandingkan kualitas OSB kombinasi dari 3 jenis bambu dengan macam aplikasi perekat yang berbeda dilihat dari sifat fisis dan mekanisnya. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengolahan bahan baku bambu sebagai salah satu alternatif untuk mensubstitusi bahan baku kayu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kayu serta upaya penggunaan jenis bambu guna terwujud pemanfaatan yang lestari. Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya. Bogor, Januari 2011 Penulis

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 26 Maret 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah Fauzan dan Ibu Siti Muryati. Pada tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cisauk dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis mengambil jurusan Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan sebagai bagian Major dan mengambil Supporting Course sebagai kuliah penunjang. Pada tahun 2009 penulis memilih Bio-Komposit sebagai bidang keahlian. Selama kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain :Anggota Komisi A (internal) Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB ( ), Anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB ( ), dan Anggota Bidang Peningkatan Mutu HIMASILTAN IPB ( ), penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan internal kampus. Pada tahun 2008 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kawasan Cagar Alam Leuweung Sancang Kamojang, Garut. Pada tahun 2009 penulis juga melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, dilanjutkan dengan Praktek Kerja Lapang di PGT Sindangwangi Perum Perhutani Unit III Provinsi Bandung pada tahun Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Bio-komposit dengan judul Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS.

10 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Pengaruh Kadar Perekat MDI dan Kombinasi Strand terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board dari Tiga Jenis Bambu dengan Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS. Selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. 2. Ayah dan Ibu tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta do a yang selalu mengalir tanpa henti kepada penulis. 3. Adikku tercinta Ananda Fildza, dan M Fais Amali atas kasih sayang yang diberikan. 4. Seluruh Laboran dan Staf Departemen Hasil Hutan yang banyak memberikan dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. 5. Teman-teman progam hasil hutan angkatan 43 dan semua mahasiswa THH yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. 6. Teman-teman di Lab Biokomposit: Poppy Aisyah, Indra Agus S, Sulis Mardiana dan teman-teman di Depertemen Hasil Hutan angkatan 43 yang tidak bisa disebutkan, atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

11 Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Januari 2011 Penulis

12 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oriented Strand Board (OSB) Jenis Bambu yang Digunakan Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) Perlakuan Pendahuluan Perendaman Air Dingin Perekat Methylene di-phenil di-isocyanate (MDI) dan Bahan Aditif BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Urutan Kerja Penelitian Metode Penelitian Pembuatan OSB Pengujian Sifat Fisis Mekanis Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) Kerapatan Kadar Air Daya Serap Air... 25

13 ii Pengembangan Tebal Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) Modulus Lentur (Modulus of Elasticity) Modulus Lentur Kering Modulus Lentur Basah Modulus Patah (Modulus of Rupture) Modulus Patah Kering Modulus Patah Basah Kekuatan Rekat Kuat Pegang Sekrup Kekuatan Retensi Penentuan OSB Terbaik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55

14 iii DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dan OSB Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio Kombinasi Strand Pembentuk OSB Analisis keragaman (ANOVA)... 21

15 iv DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Urutan Kerja Penelitian Bentuk Oriented Strand Board Pola Penentuan Contoh Uji Histogram Kerapatan OSB Histogram Kadar Air OSB Histogram Daya Serap Air 2 Jam OSB Histogram Daya Serap Air 24 Jam OSB Histogram Pengembangan Tebal 2 Jam OSB Histogram Pengembangan Tebal 24 Jam OSB Histogram MOE Kering Sejajar Serat OSB Histogram MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB Histogram MOE Basah Sejajar Serat OSB Histogram MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB Histogram MOR Kering Sejajar Serat OSB Histogram MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB Histogram MOR Basah Sejajar Serat OSB Histogram MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB Histogram Kekuatan Rekat OSB Histogram Kuat Pegang Sekrup OSB Histogram Retensi Kekuatan MOE Sejajar Serat OSB Histogram Retensi Kekuatan MOE Tegak Lurus Serat OSB Histogram Retensi Kekuatan MOR Sejajar Serat OSB Histogram Retensi Kekuatan MOR Tegak Lurus Serat OSB... 49

16 v DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Perhitungan Bahan Baku Nilai Kerapatan Bambu Data Pengukuran Aspect Ratio dan Slenderness Ratio Strand Bambu Data Pengukuran Kerapatan OSB (g/cm 3 ) Data Pengukuran Kadar Air OSB (%) Data Pengukuran Daya Serap Air 2 Jam (%) Data Pengukuran Daya Serap Air 24 Jam (%) Data Pengukuran Pengembangan Tebal 2 Jam (%) Data Pengukuran Pengembangan Tebal 24 Jam (%) Data Pengukuran MOE Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOE Basah Sejajar Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOR Kering Sejajar Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOR Basah Sejajar Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran Internal Bond OSB (kgf/cm 2 ) Data Pengukuran Kuat Pegang Sekrup OSB (kgf) Data Pengukuran Retensi Kekuatan OSB (%) Tabel ANOVA Sifat Fisis OSB Tabel ANOVA Sifat Mekanis OSB Rekapitulasi Penilaian OSB Terbaik Berdasarkan Sifat Fisis dan Mekanis Hasil Uji Lanjut Duncan Sifat Fisis OSB Hasis Uji Lanjut Duncan Sifat Mekanis OSB... 94

17 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kehutanan sekarang ini sedang mengalami kemerosotan yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya industri yang kekurangan pasokan bahan baku dalam memenuhi produksinya. Tuntutan permintaan bahan baku kayu solid sudah sangat sulit dipenuhi dari kayu yang berasal dari hutan alam. Itu semua disebabkan karena kemampuan hutan indonesia bahkan dunia dalam menghasilkan kayu solid tidak sebanding dengan kebutuhan industri kehutanan yang tinggi. Dampaknya, banyak industri kehutanan yang akhirnya memilih gulung tikar. Kayu yang bersumber dari hutan biasanya digunakan untuk pembuatan berbagai produk seperti produk furniture, bahan kayu konstruksi, atau produk produk lain yang menggunakan kayu. Salah satu produk kayu yang digunakan adalah papan. Papan yang biasa digunakan adalah kayu solid dengan ukuran ketebalannya 1 3 cm serta panjang yang dapat disesuaikan dengan panjang produknya dan lebar yang cukup besar. Namun saat ini syarat syarat kayu yang dibutuhkan untuk pembuatan papan tersebut yaitu dengan menggunakan bahan baku log kayu diameter besar sudah sangat ditemukan. Dewasa ini dikenalkan salah satu inovasi baru terhadap bahan dan teknologi dari produk komposit yaitu OSB (oriented strand Board). OSB adalah produk papan komposit struktural yang diproduksi dari partikel berbentuk strand dan perekat thermosetting tahan air(waterproof). OSB ini sangat efektif dalam mengatasi permasalahan industri kehutanan karena kriteria bahan baku yang dipakai mudah didapatkan yaitu dapat menggunakan kayu yang memiliki kerapatan dan berat jenis yang rendah serta kayu yang berdiameter kecil. Namun dalam rangka efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam kayu, bambu sebagai salah satu bahan berlignoselulosa merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengganti kayu dalam pembuatan OSB.

18 2 Bambu tergolong hasil hutan non kayu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bambu sebagai tanaman serbaguna. Karena peranannya sebagai tumbuhan serbaguna. Bambu dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu. Dengan mengganti bambu diharapkan penggunaan kayu menjadi berkurang yang akhirnya dapat mengurangi penebangan hutan (Departemen Kehutanan 1996). Pulau jawa memiliki 60 jenis bambu yang sudah dikenal secara ilmiah dan merupakan salah satu pusat penggunaan bambu di Indonesia (LIPI 2001). Namun dari sekian banyak jenis bambu di Indonesia, pemanfaatannya sebagai bahan bangunan saat ini masih terbatas didaerah pedesaan saja serta potensinya belum dapat diketahui dengan pasti. Pembuatan OSB ini mengacu kepada penelitian Syahroni (2008) yang menggunakan satu jenis bambu yaitu bambu betung sebagai bahan baku pembuatan OSB. Papan OSB yang dihasilkan dari penelitian tersebut memiliki kualitas yang baik dan telah memenuhi standar yang ditentukan. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan bahan strand dari 3 jenis bambu yang sangat umum digunakan oleh masyarakat sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya. Agar dihasilkan kualitas papan yang lebih baik dan lebih optimum dalam pengunaannya, maka setiap papan dilakukan kombinasi dari dua jenis bambu dan menggunakan perekat Isocyanat yang berbahan dasar methylene di-phenil di-isocyanate. Adapun kadar perekat yang dipakai sebanyak 3%, 4%, dan 5%. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat Isosianat dan kombinasi strand terhadap sifat fisis mekanis OSB tiga jenis bambu. Sebelum digunakan sebagai bahan baku OSB, Strand bambu terlebih dahulu diberi perlakuan perendaman dingin selama 24 jam. Diharapkan dalam penelitian ini akan diketahui penggunaan kadar perekat Isocyanate yang optimum dan kombinasi yang tepat dalam pembuatan OSB.

19 3 1.3 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk OSB berkualitas serta dapat menjadi informasi rujukan berkaitan dengan penggunaan campuran bambu pada pembuatan OSB dan menemukan penggunaan kadar perekat MDI yang optimum untuk pengembangan dalam memenuhi kebutuhan kayu struktural.

20 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oriented Strand Board (OSB) Menurut SBA (2004), OSB adalah panel struktural yang cocok untuk konstruksi. Lembaran panilnya terdiri dari sayatan strand dari kayu berdiameter kecil atau kayu jenis cepat tumbuh dan diikat dengan perekat tipe eksterior melalui proses pengempaan panas. Kekuatan OSB berasal dari strand yang diorientasikan pada lembaran. Pada bagian permukaan lapisan, strand diorientasikan pada arah memanjang panil. Menurut SBA (2004) dan Forest Product Laboratory (1999), OSB merupakan panil kayu untuk penggunaan structural. OSB dipergunakan untuk konstruksi rumah, pallet, display, furniture, I-joist web. OSB digunakan untuk pelapis atap, dinding, lantai perumahan dan konstruksi komersial. Menurut SBA (2005), OSB dapat dipergunakan untuk dinding, panel atap, sub lantai, pelapis lantai, lantai, panel penyekat dan I-Joist. OSB didesain sebagai panel structural untuk menggantikan kayu lapis yang diaplikasikan sebagai dinding, sub pelapis lantai, balok web, dan pelapis lantai tunggal. Menurut Tambunan (2000) diacu di dalam Samosir (2008) kayu yang memiliki berat jenis (BJ) 0,35-0,65 lebih disukai dan disarankan sebagai bahan baku OSB. Dalam pembuatan OSB, strand-strand yang dihasilkan disarankan untuk memiliki nilai aspect ratio (perbandingan panjang dan lebar) strand paling sedikit 3 agar dapat menghasilkan produk papan yang memiliki kekuatan lentur (bending) dan kekakuan yang lebih besar (Youngquist, 1999 diacu dalam Zaini, 2009). Nishimura (2004) meyatakan bahwa strand dengan luasan lebih besar akan memiliki aspect ratio lebih rendah dibandingkan strand dengan luasan yang kecil. Spesifikasi sifat fisis dan mekanis dari OSB (Base Particleboard Type 24-10) menurut standar JIS A 5908 (2003) dan CSA (Grade O-2) tentang papan partikel disajikan dalam Tabel 1.

21 5 Tabel 1 Sifat fisis dan mekanis papan partikel dan OSB Sifat Papan JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2)* Sifat Fisis 1. Kerapatan 0,4-0,9-2. Kadar Air (%) Pengembangan Tebal (%) Daya Serap Air (%) - - Sifat Mekanis 1. MOE // Serat (Kg/cm 2 ) ,39 2. MOE Serat (Kg/cm 2 ) ,74 3. MOR // Serat (Kg/cm 2 ) ,72 4. MOR Serat (Kg/cm 2 ) Internal Bond (Kg/cm 2 ) 3,06 3,52 6. Kuat Pegang Sekrup (Kg) 51 *Structural Board Asociation (2005) OSB sebagai produk yang diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan kayu struktural, memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan OSB diantaranya (Nelson dan Kelly, 1998 diacu dalam Nuryawan dan Massijaya, 2006): 1. Jalinan strand pada tiap lapisannya memperbaiki sifat kuat pegang sekrup dan kuat pegang paku. 2. OSB dengan lapisan tipis dapat digunakan sebagai inti (core) kayu lapis atau dapat dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) untuk meningkatkan penampilan produk. 3. Biaya yang rendah dalam produksi dan dimensi yang bervariasi sangat ideal sebagai bahan furnitur. 4. OSB lebih fleksibel dalam dimensi dan sifat struktural untuk penggunaan spesifik dibandingkan kayu lapis. 5. Biaya bahan baku pada OSB untuk skala besar atau kecil sama, sementara pada kayu lapis semakin besar log sebagai bahan baku maka akan meningkatkan kelangkaan dan meningkatkan biaya. 6. OSB memiliki sifat fisik yang lebih konsisten dibandingkan kayu solid, hal ini dikarenakan kayu solid memiliki sifat anisotropis.

22 6 7. Penggunaan strand sebagai komponen penyusun OSB mengurangi kehadiran cacat kayu (mata kayu, berlubang, dan lain-lain). 8. Pemberian bahan pelapis pada OSB akan meningkatkan sifat mekanis hingga 10-15%, sementara pemberian cat (bahan plinkut) akan mengurangi pengembangan dan pecahnya flake. Selain keunggulan tersebut, terdapat beberapa kelemahan OSB yaitu (Nelson dan Kelly, 1998 dan Nuryawan dan Massijaya, 2006) : 1. Secara umum OSB tidak dapat dibuat molding, karena semua sisinya relatif kasar dan biasanya terdapat lapisan plikut (bahan penolak air). 2. Faktor pembatas dimensi OSB adalah peralatan proses, sementara pada kayu lapis adalah ukuran vinir. 3. Pengalaman di USA dan Kanada, sifat-sifat struktural OSB kurang stabil pada temperatur dan kelembapan yang bervariasi. 4. Industrinya menghasilkan limbah padat berupa partikel halus dan sisa penggergajian sisi (trimming) Pada penelitian yang dilakukan oleh Syahroni (2008), OSB yang terbuat dari bambu dengan panjang strand 70 mm kualitasnya lebih unggul dibandingkan OSB yang terbuat dari kayu. Variasi panjang strand yang terdiri dari 70 mm, 60 mm, dan 50 mm mempengaruhi nilai MOE sejajar serat, tegak lurus serat dan MOR tegak lurus serat. Semakin panjang strand, nilai-nilai tersebut cenderung semakin tinggi. 2.2 Jenis Bambu Yang Digunakan Bambu merupakan tanaman berumpun dan dimasukkan kedalam famili Gramineae. Di dunia diketahui ada 1250 jenis bambu berasal dari 75 marga (Sharma 1980) dalam (Dephut 1996). Menurut Sahroni (2008) pemanfaatan Bambu sebagai bahan bangunan saat ini masih terbatas didaerah-daerah pedesaan, sementara diderah perkotaan bambu hanya digunakan sebagai komponen konstruksi atau sebagai bahan penyangga dalam pembuatan rumah dan gedung gedung bertingkat.

23 Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) Bambu betung dapat tumbuh baik pada tempat-tempat mulai dari dataran rendah sampai daerah ketinggian 2000 mdpl. Bambu ini mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat dengan tinggi pembuluh sampai 20 m dan bergaris tengah sampai 20 cm. Buku-bukunya sering mempunyai akar pendek yang bergerombol. Panjang ruas cm dengan dinding buluh yang cukup tebal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syafi i (1984) diacu dalam Prasojo (2005), bambu betung mempunyai sifat fisis dan mekanis yang lebih baik dari jenis bambu lain. Menurut penelitian yang dilakukan Dransfield dan Widjaya (1995) yang diacu dalam Kusumah (2006) perkiraan dimensi serat dari batang adalah panjang 3,78 mm, diameter 19 μm, lebar lumen 7 μm, tebal dinding 6 μm. Rata-rata kadar air dari batang bambu segar adalah 55 % (76 % bagian bawah dan 36 % bagian atas) dan kadar air kering udara 15 % (15-17 % bagian tengah bawah dan % bagian atas). Berat jenis sekitar 0,7. Pada pengeringan, penyusutan radial sekitar 5-7 %, penyusutan tangensial 3,5-5 %. Pada batang dalam keadaan basah ( kadar air 55 %) dan kering udara ( kadar air 15%) modulus patah (MOR) adalah 81,6 N/mm 2 dan 103 N/mm 2. Keteguhan tekan sejajar serat adalah 22,8 N/mm 2 dan 31,4 N/mm 2 dan keteguhan belah 6,96 N/mm 2 dan 7,25 N/mm 2. Perkiraan komposisi kimia dari batang; holoselulosa 53 %, pentosan 19 %, lignin 25 %, abu 3 %, kelarutan dalam air dingin 4,5 %, dalam air panas 6 %, di alkohol-benzene 1 %, di 1 % NaOH 22 %. Perbandingan dari bagian rebung yang bisa dikonsumsi sekitar 34 %, berat rata-rata sebelum dikupas 5,4 kg dan 1,8 kg setelah dikupas. Bagi orang Sunda dan orang Jawa rebung bambu betung biasanya digunakan untuk sayur. Buluh digunakan untuk pilar konstruksi bangunan, mebel, industri sumpit, tusuk gigi dan kertas. Selain itu juga digunakan untuk membuat alat musik bambu tradisional seperti bas (LIPI 2001).

24 Bambu Andong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) Menurut Dransfield dan Widjaja (1995) dalam Triasnani (2004) Bambu andong berbentuk simpodial dengan tinggi batang 7-30 m, diameter 5-13 cm dan ketebalan dinding mencapai 2 cm. Dimensi serat bambu andong adalah panjang 2,75-3,25 mm, diameter 24,55-37,97 μm, jumlah serat bertambah sekitar 10 % dari pangkal ke ujung batang. Penyebarannya secara luas di Jawa, Bali, Sumatra, Pulau mentawai). Bambu andong hidup pada daerah dengan ketinggian mdpl yang beriklim kering. Berat jenis 0,5-0,7 (antar ruas) dan 0,6-0,8 (ruas). MOE 19,440-28,594 N/mm 2. Keteguhan tarik N/mm 2. Bambu andong biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, dan alat musik tradisional. Perusahaan bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit (LIPI 2001) Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) Menurut Kusumaningsih (1997) yang diacu Manuhuwa M dan Laiwatu M (2006), jumlah pati bambu ampel (Bambusa vulgaris) tertinggi dibandingkan dengan bambu petung (Dendrocalamus asper), bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea) dan bambu apus (Gigantochloa apus), sehingga bambu tersebut mengalami kerusakan yang lebih banyak oleh serangan kumbang bubuk. kadar alfa-selulosa bambu ampel (Bambusa vulgaris) yaitu 40,39%, ekstraktif larut alkohol benzene sebesar 3,20 %. dikandung bambu sangat menentukan keawetan bamboo (Munawar 2001) yang diacu dalam (Manuhuwa dan Laiwatu 2006). Menurut Febriyani (2008) bambu ampel terdiri atas dua varietes yaitu varietes hijau yang digunakan sebagai pagar, bangunan dan juga industri mebel. Sedangkan varietes yang kuning umumnya digunakan sebagai tanaman hias.

25 9 2.3 Perlakuan Pendahuluan Perendaman air Dingin Perlakuan pendahuluan merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat papan partikel melalui pemberian perlakuan tertentu terhadap selumbar sebelum diberi perlakuan lebih lanjut. Perlakuan pendahuluan menyebabkan sifat papan partikel kayunya berubah, misalnya kesamaannya berubah, zat ekstraktifnya berkurang, atau partikel lainnya lebih stabil terhadap pengaruh air. Dengan adanya perubahan sifat partikel kayu tersebut, maka papan partikel yang dihasilkan memiliki sifat-sifat tertentu yang lebih baik (Hadi 1991). Fengel dan Wegener (1984) menyatakan bahwa komponen utama dari bagian kayu yang larut dalam air terdiri atas karbohidrat, protein, dan garamgaram anorganik. Perendaman selumbar dengan air dingin menyebabkan sebagian zat ekstraktif kayu terlarut. Dengan berkurangnya kandungan zat ekstraktif tersebut maka dimungkinkan terbentuknya garis perekatan yang lebih baik atau kontak antar selumbar dengan perekatnya lebih sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat proses perekatan jumlahnya berkurang (Hadi 1991). Hadi (1991) mengemukakan bahwa perendaman selumbar dengan air dingin tidak mempengaruhi kerapatan dan kadar air papan partikel, tetapi sangat mempengaruhi penyerapan air dan pengembangan tebal papan partikel pada pengujian 24 jam. Apabila ditelaah lebih lanjut ternyata semakin lama selumbar direndam, penyerapan air dan pengembangan tebal papannya semakin kecil. Namu demikian perendaman selumbar selama dua, tiga, dan empat hari tidak menunjukkan penurunan yang besar terhadap penyerapan air dan pengembangan tebal papan.

26 Perekat Methylene di-phenil di-isocyanate (MDI) dan Bahan Aditif Perekat (adhesive) adalah suatu substansi yang dapat menyatukan dua buah benda atau lebih melalui ikatan permukaan. (Pizzi 1983). Isocynate termasuk kedalam perekat thermosetting. Perekat Isocyanate berbahan dasar MDI telah dikembangkan sebagai bahan penguat ikatan. Hal ini dikembangkan juga untuk mengurangi atau mengeliminir emisi formaldehid dan meningkatkan sifat-sifat papan (Holfinger 1990). Perekat MDI pertama kali digunakan untuk produk komersil seperti waferboard pada tahun Sejak saat itu, penggunaan MDI terus berkembang sehingga saat ini sekitar 15-20% pasar OSB dan waferboard menggunakannya. Menurut Marra (1992) diacu dalam Sahroni (2008), keuntungan menggunakan perekat isocynate dibandingkan dengan perekat berbahan dasar resin adalah 1. Dibutuhkan dalam jumlah sedikit untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama. 2. Dapat menggunakan suhu kempa yang lebih rendah. 3. Memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat. 4. Lebih toleran pada partikel berkadar air tinggi. 5. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan. 6. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil. 7. Tidak ada emisi formaldehida. Menurut Iswanto (2008), bahan aditif yang biasanya ditambahkan pada saat pembuatan OSB adalah lilin/parafin. Biasanya lilin/parafin ini ditambahkan dalam jumlah yang sedikit (besarnya kurang dari 1,5 % berdasarkan berat). MDI juga berpotensi memaksimalkan sifat fisis penampilan panel OSB, mengefisienkan proses, menguntungkan karena lebih cepat matang (curing) dan terikat kuat (bonding) yang berimplikasi pada biaya produksi (energi) lebih rendah, penampilan fisik papan bersih dan tidak ada emisi formaldehyda (Wikimedia 2006 diacu dalam Nuryawan dan Massijaya 2006).

27 11 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari Agustus Penelitian Oriented Strand Board (OSB) dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Pembuatan contoh uji di bagian pengerjaan kayu Laboratorium Kayu Solid dan pengujian sifat mekanis OSB dilaksanakan di laboratorium Rekayasa Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan Dan Alat Dalam penelitian ini dipergunakan bahan bahan yang terdiri dari 3 jenis bambu seperti bambu betung (Dendrocalamus asper (Schulter.f) Backer ex Heyne), bambu andong (Gigantochloa verticillata (Wild) Munro), bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl) yang berasal dari desa Cikereteg kabupaten Bogor, masing-masing berumur 2 sampai 3 tahun, perekat MDI (Methylene di-phenil di-isocyanate) tipe H3M dari PT. Polychemie Asia Pasific Prima, wax (parafin) dan air. Peralatan yang dipergunakan terdiri dari kantong plastik, fan, waterbath, oven, desikator, gelas ukur, gelas piala, timbangan digital,rotary blender, spray gun, cetakan berukuran 30 cm x 30 cm, aluminium foil, hot press, gergaji, caliper, bak plastik, dan alat uji sifat mekanis ( Universal Testing Machine merk Instron).

28 Urutan Kerja Penelitian Urutan Kerja Penelitian disajikan dalam Gambar 1. Persiapan Bahan Perlakuan Pendahuluan Strand Pengeringan Strand Pencampuran Strand, Perekat dan serbuk Parafin Pembuatan OSB Pengkondisian Pengujian Sifat Fisis Pengujian Sifat Mekanis Analisis Data Gambar 1. Urutan Kerja Penelitian 3.4 Metode Penelitian Pembuatan OSB 1) Pembuatan Strand Strand dibuat dari 3 jenis bambu yaitu ampel, betung, dan andong. masing masing berukuran panjang 70 mm, lebar 20 mm, serta ketebalannya 0,05 0,20 mm. Sampel diambil secara acak sebanyak 100 strand dari masing masing jenis bambu, kemudian diukur panjang dan lebar strand untuk menentukan nilai aspect ratio strand (perbandingan panjang dan lebar strand) dan nilai slenderness ratio. Hasil pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio secara lengkap disajikan Di lampiran 2, sedangkan nilai rata ratanya disajikan pada Tabel 2

29 13 Tabel 2. Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand dan perhitungan nilai aspect ratio strand dan nilai slenderness ratio Variasi Jenis Betung Ampel Andong Parameter Rata- Rata Minimum Maksimum Panjang (cm) 6,92 6,51 7,19 Lebar (cm) 2,01 1,70 2,27 Tebal (cm) 0,09 0,01 0,11 Aspect Ratio 3,46 3 4,07 Slenderness Ratio 114,07 64, Panjang (cm) 6,79 6,35 7,16 Lebar (cm) 1,98 1,65 2,25 Tebal (cm) 0, ,1 Aspect Ratio 3,45 3 4,13 Slenderness Ratio 91,05 67,2 143,2 Panjang (cm) 7,03 6,65 7,31 Lebar (cm) 2,07 1,68 3,08 Tebal (cm) 0,07 0,04 0,11 Aspect Ratio 3,4 2,24 4,17 Slenderness Ratio 98,13 63, ) Perlakuan Pendahuluan Strand Perlakuan pendahuluan terhadap strand dilakukan dengan cara perendaman dengan air dingin selama 24 jam kemudian dikering udarakan dan dikeringkan dalam oven hingga mencapai kadar air kurang dari 10%. 3) Persiapan perekat Perekat yang digunakan adalah MDI (Methylene di-phenil di- Isocyanate). Konsentrasi perekat yang akan dipakai adalah 3%, 4%, dan 5% (lampiran 1).

30 14 4) Pencampuran strand dan perekat Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu menaburkan parafin serbuk sebanyak 1 % ke strand yang telah ditimbang. Kemudian pencampuran strand dan perekat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat rotary blender, sedangkan untuk memasukkan perekat kedalam rotary blender menggunakan sprayer. Pembuatan lapik (mats) OSB berukuran (30 x 30 x 1) cm dengan kerapatan target ± 0.7 gr/cm 3 dan kadar perekat 3%, 4% dan 5% berat kering tanur strand yang dibutuhkan terdapat dalam Lampiran 1. Tebal lapisan inti (core) ditargetkan setengah dari tebal papan. 5) Pembentukan lapik (mats) OSB Lapik yang dibuat terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan muka, belakang, dan inti. Masing masing dikombinasikan dari 3 jenis bambu tersebut. Arah strand lapisan muka dan belakang disusun sejajar menurut arah memanjang panel, untuk meningkatkan dimensi panel yang dibentuk. Gambar 2. Bentuk Oriented Strand Board

31 15 Tabel 3. Kombinasi strand pembentuk OSB Kombinasi Face Core Back AAA Andong Andong Andong ABA Andong Betung Andong ACA Andong Ampel Andong BBB Betung Betung Betung BAB Betung Andong Betung BCB Betung Ampel Betung CCC Ampel Ampel Ampel CAC Ampel Andong Ampel CBC Ampel Betung Ampel 6) Pengempaan Pengempaan lapik menggunakan kempa panas, bertujuan membentuk lapik strand dalam ikatan panil yang padat dan keras serta untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan yaitu 1 cm. Tekanan kempa yang digunakan sebesar 25 kg/cm 2, dengan waktu kempa 7 menit, dan suhu C. 7) pengkondisian Setelah proses pengempaan, lembaran lembaran OSB diberi perlakuan conditining dengan cara penumpukan rapat (solid files ) selama kurang lebih 14 hari agar perekat mengeras dan kadar air berada pada kondisi kesetimbangan sebelum dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanisnya Pengujian Sifat Fisis Mekanis Sifat fisis dan mekanis OSB yang diuji terdiri atas : kadar air, kerapatan, daya serap air selama 2 jam dan 24 jam, pengembangan tebal selama 2 jam dan 24 jam, keteguhan lentur ( modulus of elasticiity, MOE) sejajar dan tegak lurus serat, keteguhan patah (modulus of rupture, MOR) sejajar dan tegak lurus serat, dan keteguhan rekat internal ( internal bond, IB).

32 16 1 Gambar 3. Pola penentuan contoh uji Gambar 3. Pola penentuan 3 contoh uji Gambar 3. Pola penentuan contoh uji Keterangan Gambar 3: 1. MOE dan MOR // serat pengujian basah 2. MOE dan MOR serat pengujian basah 3. MOE dan MOR // serat pengujian kering 4. MOE dan MOR serat pengujian kering 5. Kerapatan dan kadar air 6. Pengembangan tebal, penyerapan air 7. Internal Bond 8. Cadangan 1) Pengujian sifat fisik mekanis a. Kerapatan (KR) Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contoh uji berukuran 10 x 10 x 1 cm berdasarkan

33 17 standar JIS A 5908 (2003) ditimbang beratnya (m1). Lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan contoh uji (v). Nilai kerapatan dihitung dengan persamaan : b. Kadar Air (KA) KR g cm 3 = m1 v Contoh uji berukuran 10 x 10 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air OSB di hitung berdasarkan berat awal (m1) dan berat kering oven (m2) selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 0 C. Nilai KA dihitung dengan persamaan : KA % = m1 m2 m1 100 c. Daya Serap Air (DSA) Contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) ditimbang berat awalnya (m1). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 dan 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya (m2). Nilai DSA dihitung dengan persamaan : DSA % = m2 m1 m1 100 d. Pengembangan Tebal (PT) Contoh uji pengembangan tebal berukuran 5 x 5 x 1 cm sama dengan contoh uji daya serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum (tl) yang diukur pada keempat sisi dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman (t2) dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Nilai PT dihitung dengan persamaan : PT % = t2 t1 t1 100

34 18 2) Pengujian Sifat Mekanis OSB a. Modulus Lentur ( Modulus Of Elasticity = MOE) Pengujian MOE dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine merk Instron dengan menggunakan lebar bentang ( jarak penyangga) 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm. Contoh uji yang digunakan berukuran 5 x 20 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yaitu pada arah longitudinal (searah dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB) an pada arah transversal (tegak lurus dengan orientasi strand pada lapisan permukaan OSB). Pembebanan contoh uji diberikan dengan kecepatan 10 mm/menit. Nilai MOE dihitung dengan persamaan : Keterangan : MOE MOE : modulus of elasticity (kgf/cm 2 ) ΔP L ΔY b t kgf cm 2 = ΔPL3 4ΔYbt 3 : beban dibawah batas proporsi (kgf) : jarak sangga (cm) : defleksi pada beban P (cm) : lebar contoh uji (cm) : tebal contoh uji (cm) b. Modulus Patah (modulus of Rupture = MOR) Pengujian MOR dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOE dengan memakai contoh uji yang sama. Pada pengujian ini, pembebanan pada pengujian MOE dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan (patah). Nilai MOR dihitung dengan persamaan : Keterangan : MOR MOR : modulus of rupture (kgf/cm 2 ) P L : beban maksimum (kgf) : jarak sangga (cm) kgf cm 2 = 3PL 2bt 2

35 19 b t : lebar contoh uji (cm) : tebal contoh uji (cm) c. Internal Bond (IB) Contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) direkatkan pada dua buah blok aluminium dengan perekat dan dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua blok ditarik tegak lurus permukaan contoh uji dengan kecepatan 2 mm/menit sampai beban maksimum. Nilai IB dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Keterangan : IB kgf cm 2 = P bl IB : internal bond strength (kgf/cm 2 ) P b L : beban maksimum (kgf) : lebar contoh uji (cm) : panjang contoh uji (cm) d. Kuat Pegang Sekrup (Screw Holding Power) Contoh uji berukuran (5 x 10) cm berdasarkan standar JIS A 5908 (2003). Sekrup yang digunakan berdiameter 2.7 mm, panjang 16 mm dimasukkan hingga mencapai kedalaman 8 mm. Nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam kilogram. 3.5 Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2 faktor dengan faktor A adalah variasi jumlah perekat dan faktor B adalah kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga disebut percobaan 9 x 3 x 3 Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = μ + A i + B j + (AB) ij + ε ijk

36 20 Keterangan : Yijk : nilai respon pada taraf ke-i faktor variasi jumlah perekat dan taraf ke-j faktor kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core. μ : nilai rata-rata pengamatan A i Bj : pengaruh sebenarnya faktor variasi jumlah perekat : pengaruh sebenarnya faktor kombinasi susunan masingmasing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j i : variasi jumlah perekat 3 %, 4 %, 5 % j : kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core k : ulangan (1,2,3,4) (AB)ij : pengaruh interaksi faktor variasi jumlah perekat pada taraf ke-i dan faktor kombinasi susunan masing-masing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j. εijk : kesalahan (galat) percobaan pada faktor variasi jumlah perekat pada taraf ke-i dan faktor kombinasi susunan masingmasing jenis bambu pada bagian face, back serta core pada taraf ke-j. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut : Pengaruh utama faktor kombinasi susunan jenis bambu pada lapisan OSB (faktor A): H 0 : α 1 =.= αa = 0 (faktor A tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu i dimana α i 0 Pengaruh utama faktor variasi kadar perekat (faktor B): H 0 : β 1 =.= βb = 0 (faktor B tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu i dimana β i 0 Pengaruh sederhana (interaksi) faktor A dengan faktor B: H 0 : (αβ) 1 1 =.= (αβ)ab = 0 (faktor A faktor B tidak berpengaruh) H 1 : paling sedikit ada satu ij dimana (αβ) ij 0

37 21 Untuk melihat adanya pengaruh perlakuan terhadap respon maka dilakukan analisis keragaman dengan menggunakan uji F pada tingkat kepercayaan 95% Tabel 4. Analisis keragaman (ANOVA) Sumber Keragaman Db JK KT F hitung A A-1 JKA JKA/A-1 KTA/KTS B B-1 JKB JKB/B-1 KTB/KTS A*B JKAB (A-1)(B- JKAB/(A-1)(B- KTAB/KTS Sisa 1) JKS 1) Total AB(n-1) JKT JKS/AB(n-1) ABn-1 Sedangkan kriteria ujinya yang digunakan adalah jika F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka perlakuan tidak berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka perlakuan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan tertentu. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda Duncan. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan progam komputer SAS 9.1.

38 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) Kerapatan Kerapatan merupakan sifat fisis yang sangat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis OSB. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kerapatan merupakan suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung kepada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama pembuatan lembaran. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya (Kelley 1997) dalam (Yusfiandrita 1998). Menurut Nuryawan et al. (2008) bahwa strand dengan berat jenis rendah cenderung memiliki tegangan kompresi lebih tinggi ketika diberi tekanan kempa yang sama dibandingkan strand dengan berat jenis tinggi. Hasil pengujian kerapatan OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 4, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 4. 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Kerapatan (g/cm3) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 4. Histogram kerapatan OSB JIS A 5908 (2003)

39 23 Dari gambar di atas maka dapat diketahui nilai rata-rata kerapatan OSB hasil penelitian berkisar antara 0,63-0,74 g/cm 3. Nilai rata-rata kerapatan terendah (0,63 g/cm 3 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BCB dengan kadar perekat 5%. Sedangkan nilai rata-rata kerapatan tertinggi (0,74 g/cm 3 ) terdapat pada OSB kombinasi strand ACA, BCB, dan CBC dengan kadar perekat 5%. Pada hasil penelitian ini, perbedaan jenis bambu pada satu papan mempengaruhi kerapatan yang dihasilkan. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan interaksi antara bambu dengan perekat berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan OSB, terlihat dari p- value < 0,01. Sedangkan faktor perekat memiliki pengaruh tidak nyata terhadap kerapatan OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kerapatan OSB gr/cm 3, nilai kerapatan OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Sedangkan untuk Standar CSA (Grade O-2) tidak menetapkan nilai kerapatan OSB Kadar Air Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukkan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembapan udara. Hasil pengujiian kadar air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 5, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 5.

40 24 Kadar air (%) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 5. Histogram Kadar Air OSB JIS A 5908 (2003) Dari data pada Gambar 5 diketahui bahwa nilai rata-rata kadar air OSB hasil penelitian berkisar antara 4,31-8,41%. Nilai rata-rata kadar air terendah (4,31%) terdapat pada papan OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan 4%. Sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi (8.41%) terdapat pada papan OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan 3%. Adanya kadar air tertinggi pada kombinasi strand CCC, salah satunya dipengaruhi oleh sifat bambu Ampel yang cenderung mudah menyerap air dibandingkan dengan bambu Betung dan Andong. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat diketahui bahwa faktor kombinasi jenis strand berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.01 jauh dari taraf nyata 5%. Sedangkan untuk kadar perekat serta interaksi antara bambu dengan kadar perekat tidak berengaruh nyata terhadap kadar air OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda nyata dan sangat nyata terhadap kadar air OSB digunakan uji lanjut perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand kayu mempunyai 3 grup yaitu CCC dalam satu grup, BBB, ACA, AAA, ABA, BAB, BCB dan CBC dalam grup dan CAC dalam satu grup,

41 25 dimana ketiga grup tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kadar air OSB. Kadar perekat 4%, dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar air OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kadar air OSB 5-13%, nilai kadar air OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Standar CSA (Grade O-2) tidak menetapkan nilai kadar air OSB Daya Serap Air Daya serap air merupakan kemampuan papan dalam menyerap air yang diuji dengan cara perendaman dalam air 2 jam dan 24 jam. Pengujian tersebut perlu dilakukan karena ciri papan komposit yang mudah menyerap air sehingga daya serap air merupakan masalah pada OSB (Bowyer et al. 2003). Nilai rata-rata daya serap air 2 jam OSB hasil penelitian berkisar antara 6,39-10,04%, sedangkan untuk daya serap air 24 jam berkisar antara 20,34-33,63%. Nilai rata-rata daya serap air 2 jam terendah (6,39%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 5% dan tertinggi (10,04%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CBC kadar perkat 3%. Nilai rata-rata daya serap air 24 jam terendah (20,34%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 4% dan tertinggi (33,63%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CBC kadar perekat 4%. Hasil pengujian daya serap air OSB selama 2 jam dan 24 jam secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, sedangkan nilainya tertera pada Gambar 2 dan Gambar 3. Hasil pengujiian daya serap air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan 7, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 6 dan 7.

42 26 DSA 2 jam (%) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 6. Histogram Daya Serap Air 2 Jam OSB DSA 24 jam (%) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 7. Histogram Daya Serap Air 24 Jam OSB Pada penelitian ini, rata-rata nilai daya serap air 2 jam tertinggi ada pada kombinasi bambu yang salah satunya terdapat bambu ampel. Hal ini terjadi karena sifat bambu ampel yang lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan bambu lain. Selain itu kadar perekat yang digunakan adalah pada konsentrasi terendah yaitu 3% sehingga papan akan lebih mudah menyerap air dibandingkan dengan kadar perekat dengan konsentrasi 4% dan 5%. Sedangkan untuk daya serap yang 24 jam OSB tertinggi ada pada papan OSB dengan kombinasi yang sama namun kadar perekat yang berbeda yaitu 4%. Adanya perbedaan ini dimungkinkan terjadinya pendistribusian perekat yang tidak merata sehingga dibagian yang tidak rata itu akan mudah menyerap air.

43 27 Menurut penelitian Syahroni (2008) mengatakan bahwa pemberian perlakuan pendahuluan terhadap strand dapat menurunkan daya serap air OSB dibandingkan dengan OSB kontrol. Perendaman strand dalam air panas dan air dingin akan menurunkan kadar ekstraktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan perekat dalam menembus dinding sel, akibatnya proses perekatan berlangsung dengan baik sehingga penyerapan airnya dapat berkurang. Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat diketahui bahwa faktor kombinasi jenis strand dan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap daya serap air 2 jam OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0,05. Sedangkan untuk interaksi antara strand dan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air 2 jam OSB yang terlihat dari p-value yang lebih dari 0,05. kemudian untuk daya serap air 24 jam yang memiliki pengaruh nyata adalah faktor kombinasi jenis strand dan kadar perekat. Sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air 24 jam. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda nyata dan sangat nyata kadar air OSB digunakan uji lanjut perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand kayu hampir seluruhnya memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap daya serap air 2 dan 24 jam OSB. Kadar perekat 4%, dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar air OSB. Sedangkan kadar perekat 5% mempunyai pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 3% dan 4% terhadap kadar air OSB. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai daya serap air OSB.

44 Pengembangan Tebal Pengembangan tebal merupakan perubahan dimensi papan ditandai dengan bertambahnya ketebalan dari papan tersebut. Setelah direndam dengan air pada periode waktu tertentu, nilai rata-rata pengembangan tebal 2 jam OSB hasil penelitian berkisar antara 3,04-6,32%, sedangkan untuk pengembangan tebal 24 jam berkisar antara 11,74-16,93%. Nilai rata-rata pengembangan tebal 2 jam terendah (3,04%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand BAB kadar perekat 4% dan tertinggi (6,32%) pada OSB dari kombinasi strand AAA kadar perekat 3%. Nilai rata-rata pengembangan tebal 24 jam terendah (11,74%) terdapat pada OSB dari kombinasi strand ACA kadar perekat 5% dan tertinggi (16,93%) pada OSB dari kombinasi strand BCB kadar perekat 3%. Hasil pengujiian pengembangan tebal OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 8 dan 9, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 8 dan 9. PT 2 jam (%) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 8. Histogram Pengembangan Tebal 2 Jam OSB

45 29 PT 24 jam (%) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 9. Histogram Pengembangan Tebal 24 Jam OSB Berdasarkan tabel anova Lampiran 21, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat dan interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat masingmasing tidak berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal 2 jam OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari Sedangkan untuk pengembangan tebal 24 jam OSB pada faktor kadar perekat berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal 24 jam OSB. Pengembangan tebal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: penyusunan strand, kerapatan kayu asal, kerapatan OSB, distribusi perekat. pengembangan tebal terjadi akibat adanya internal stress yang ditimbulkan setelah melalui pengempaan (Nuryawan et al 2007). Menurut Munawar (2008) dalam Prasetiyo et al ( 2008), kerusakan dari jaringan ikatan perekat (kekuatan ikatan antara partikel atau tekanan pada ikatan perekat) Penyusunan strand yang tidak teratur juga akan mengakibatkan timbulnya rongga sehingga akan memudahkan air masuk ke dalam celah-celah antar strand. Perlakuan pendahuluan perendaman air dingin terhadap strand kemungkinan membuat OSB lebih bersifat hidrofobik sehingga mengurangi kecenderungan strand dalam menyerap air. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar pengembangan tebal OSB <25%, nilai pengembangan

46 30 tebal OSB hasil penelitian ini seluruhnya memenuhi standar. Sedangkan berdasarkann standar CSA (Grade O-2) pengembangan tebal OSB <15%, nilai pengembangan tebal OSB hasil penelitian ini hampir semuanya memenuhi standar, kecuali OSB kombinasi strand BAB dan BCB dengan kadar perekat 3%. 4.2 Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) Modulus Lentur (Modulus of Elasticity) Modulus Lentur Kering Nilai MOE (modulus of elasticity) merupakan nilai ketahanan papan terhadap kelenturan yaitu berhubungan langsung dengan kekuatan papan. Menurut Bowyer et al (2003) MOE merupakan pengujian untuk pengendalian kualitas karena menunjukkan kemampuan blending, pembentukan lembaran dan pengempaan. Pengujiannya dibagi menjadi pengujian sejajar serat dan pengujian tegak lurus serat. Menurut Nuryawan et al. (2008), nilai sejajar serat menghasilkan nilai MOE yang lebih tinggi dibandingkan nilai tegak lurus serat, karena pada pengujian MOE sejajar serat, beban seolah-olah memotong serat sedangkan MOE tegak lurus serat beban seolah-olah membelah serat dan memotong serat lebih sulit dilakukan dibandingkan membelah serat. Nilai rata-rata MOE sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai rata-rata MOE sejajar serat terendah (46427kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 3%. Nilai MOE sejajar serat tertinggi (99940 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 5%. Hasil pengujian MOE sejajar serat OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 10, sedangkan nilainya tertera pada Gambar 10.

47 31 MOE // kering (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 10. Histogram MOE Kering Sejajar Serat OSB Nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat (Maloney, 1993). Perbedaan kadar resin perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap sifat-sifat mekanik bahan yang direkat. Haygreen dan Bowyer (1989) menyatakan bahwa selain kerapatan dan kadar perekat, geometri partikel atau strand merupakan ciri utama yang menentukan sifat-sifat papan yang dihasilkan. Aspek terpenting dari geometri strand adalah perbandingan panjang strand dengan ketebalan strand (slenderness ratio). Peningkatan rasio panjang terhadap tebal strand pada lapisan permukaan akan meningkatkan nilai MOE dari OSB yang dihasilkan. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat masing-masing berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat yang

48 32 berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan interaksi antara faktor kombinasi strand dengan faktor kadar perekat memiliki pengaruh tidak nyata terhadap MOE sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOE sejajar serat OSB. Kadar perekat 3% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 4% dan 5% terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 4% dan 5% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan standar MOE sejajar serat minimal kgf/cm 2, nilai MOE sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar. selain itu Standar CSA (Grade O-2) mensyaratkan nilai MOE sejajar serat minimal kgf/cm 2. Untuk standar CSA (Grade O-2),Hampir semua papan OSB untuk MOE sejajar serat juga memenuhi standar, Hanya pada papam OSB kombinasi strand BCB kadar perekat 3% dan 5% serta kombinasi strand CAC kadar perekat 3% yang tidak memenuhi standar. Nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai rata-rata MOE tegaklurus serat terendah (17148 kgf/cm 2 ) pada OSB dari kombinasi strand ACA kadar perekat 3%. Nilai MOE kering tegak lurus serat tertinggi (39047 kgf/cm 2 ) pada OSB dari kombinasi strand CAC kadar perekat 4%. Hasil pengujian MOE kering tegak lurus serat OSB secara

49 33 lengkap disajikan pada Lampiran 11 sedangkan nilainya tertera pada Gambar 11. MOE kering (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Gambar 11. Histogram MOE Kering Tegak Lurus Serat OSB Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu berpengaruh nyata terhadap MOE kering tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu yang berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Sedangkan, faktor kadar perekat serta interaksi antara strand bambu dan perekat tidak berpengaruh nyata terhadap MOE kering tegak lurus serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Standar JIS A 5908 (2003) mensyaratkan standar MOE tegaklurus serat minimal kgf/cm 2, dari hasil penelitian pada pengujian MOE tegaklurus seluruhnya telah memenuhi standar. Selain itu, Standar CSA (Grade O- 2) mensyaratkan standar MOE tegaklurus serat minimal

50 kgf/cm 2. Pada standar ini, seluruh hasil penelitian pengujian tegaklurus serat OSB juga memenuhi standar. Nilai MOE tegak lurus serat OSB lebih rendah dari nilai MOE sejajar serat OSB, dikarenakan strand yang menyusun OSB orientasinya tidak sama. OSB disusun atas 3 lapis yaitu lapisan face, core,dan back. Lapisan face dan back orientasinya disusun sejajar arah memanjang OSB, sedangkan lapisan core tegak lurus terhadap arah strand lapisan face dan back. Pada pengujian MOE, beban maksimum terjadi pada kedua lapisan atas dan bawah (face dan back). Pada lapisan bawah terjadi beban tarik dan pada lapisan atas terjadi beban tekan, maka pada arah sejajar serat elemen panjang akan mempunyai nilai MOE yang lebih tinggi daripada elemen yang pendek. Hal ini menyebabkan nilai MOE sejajar serat OSB lebih tinggi daripada nilai MOE tegak lurus serat OSB (Syahroni 2008) Modulus Lentur Basah Papan OSB ini akhirnya nanti akan digunakan sebagai produk eksterior, oleh karena itu perlu juga dilakukan pengujian modulus lentur basah papan OSB. Hasil pengujiian modulus lentur basah papan OSB sejajar serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 12, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 12.

51 35 MOE// basah (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand kadar perekat 3% kadar perekat 4 % kadar perekat 5% Gambar 12. Histogram MOE Basah Sejajar Serat OSB Nilai rata-rata MOE basah sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai ratarata MOE basah sejajar serat terendah (2742 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai ratarata MOE basah sejajar serat tertinggi (49192 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CBC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0,01. Jadi, paling sedikit ada satu taraf dari faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya yang berpengaruh nyata terhadap MOE kering sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOE sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.

52 36 Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Kadar perekat 5% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 3% dan 4% terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 3% dan 4% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Hasil pengujiian modulus lentur basah papan OSB tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 13, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 13. MOE basah (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 13. Histogram MOE Basah Tegak Lurus Serat OSB Nilai rata-rata MOE basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai ratarata MOE basah tegak lurus serat terendah (12383 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai ratarata MOE basah tegak lurus serat tertinggi (25324 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan

53 37 bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap MOE basah tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari Penggunaan papan komposit pada lingkungan yang kemungkinan kontak dengan air tinggi perlu dilakukan pengujian lanjutan. Pada pengujian basah, contoh uji yang direndam akan meningkatkan kadar air papan. Menurut Tsoumist (1991) menyatakan kadar air akan mempengaruhi kekuatan papan, karena kelembaban akan menurunkan kekuatan papan. Papan komposit memiliki kekurangan yakni stabilitas dimensi yang rendah sehingga daya serap terhadap air dan pengembangan tebal yang tinggi. Untuk meningkatkan stabilitas dimensi biasanya menggunakan perekat yang tahan air (waterproof). Peningkatan kadar perekat cenderung menambah kekuatan lentur OSB, karena kemungkinan terdistribusinya perekat ke strand semakin tinggi. Ikatan strand dengan isosianat disamping terjadi adhesi mekanis juga ada ikatan kimia dimana isosianat bereaksi dengan grup hidroksil yang terdapat dalam strand bambu kemudian membentuk lem poliurea yang berikatan mekanis dengan strand bambu. (Nuryawan et al. 2008). Selain itu faktor kerapatan, jenis bahan baku dan geometri strand juga dapat mempengaruhi kekuatan lentur OSB. Perlakuan pendahuluan steam yang diberikan kepada strand bambu juga dapat meningkatkan stabilitas OSB. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai Modulus Lentur Basah OSB.

54 Modulus Patah (Modulus of Rupture) Modulus Patah Kering Modulus patah (Modulus of Rupture) merupakan kemampuan papan menahan beban hingga batas maksimum (keteguhan patah). Hasil pengujiian modulus patah kering OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 14 dan 15, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 14 dan 15. MOR// kering (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 14. Histogram MOR Kering Sejajar Serat OSB Berdasarkan histogram diatas, nilai rata-rata MOR kering sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai rata-rata MOR kering sejajar serat terendah (250 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai rata-rata MOR kering sejajar serat tertinggi (656 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CBC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar

55 39 perekat masing-masing sangat berpengaruh nyata terhadap MOR kering sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari sedangkan faktor interaksi antara kombinasi jenis strand bambu dengan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap MOR kering sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR kering sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan Kadar perekat 3% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dari kadar perekat 4% dan 5% terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Sedangkan kadar perekat 4% dan 5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOE basah sejajar serat OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan standar MOR sejajar serat minimal 245 kgf/cm 2, nilai MOR sejajar serat OSB hasil penelitian seluruhnya telah memenuhi standar kecuali kombinasi. Sedangkan untuk standar CSA (Grade O-2) mensyaratkan standar MOR sejajar serat minimal 296 kgf/cm 2, nilai MOR sejajar serat OSB hasil penelitian juga seluruhnya hampir memenuhi standar, hanya pada OSB kombinasi ACA, BCB, dan CAC dengan kadar perekat 3% yang tidak memenuhi standar tersebut.

56 40 MOR kering (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 15. Histogram MOR Kering Tegak Lurus Serat OSB Nilai rata-rata MOR kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai ratarata MOR kering tegak lurus serat terendah (149 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BCB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Sedangkan nilai ratarata MOR kering tegak lurus serat tertinggi (461 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand CAC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu sangat berpengaruh nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB, sedangkan faktor kadar perekat berpengaruh nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB, kemudian untuk interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap MOR kering tegak lurus serat OSB. Untuk mengetahui taraftaraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR kering lurus serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.

57 41 Jika dilihat dari kombinasinya, umumnya OSB dengan kombinasi yang terdapat jenis bambu ampel pada bagian tengah papan OSB menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan OSB lain dengan kombinasi yang terdapat jenis bambu betung dan bambu andong pada tengah papan OSB. Hasil penelitian yang dilakukan Fatriasari dan Hermiati (2008) menurut mereka berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian sifat morfologi serat dan sifat fisiskimia enam jenis bambu yang, bambu betung memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan bambu andong sedangkan bambu ampel berada pada urutan terakhir. Menurut Gollob dan Wellons, (1990) dalam Ruhendi et al. (2007) mengatakan bahwa jika dilihat dari faktor kadar perekat, hasil yang ditunjukkan bervariasi. Peningkatan kadar perekat tidak selalu menghasilkan nilai yang lebih tinggi karena untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi perekat harus masuk ke dalam kayu (penetrates) dan membahasi permukaan kayu. Selain itu Ruhendi menambahkan bahwa selain masuk namun serat kayu tidak boleh rusak. Standar JIS A 5908 (2003) mensyaratkan standar MOR tegaklurus serat minimal 102 kgf/cm 2, maka nilai MOR kering tegaklurus serat OSB hasil penelitian seluruhnya memenuhi standar. Standar CSA (Grade O-2) mensyaratkan nilai MOR tegaklurus serat minimal 126 kgf/cm 2, nilai MOR kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian juga seluruhnya memenuhi standar Modulus Patah Basah Hasil pengujiian modulus patah basah OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 16 dan 17, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 16 dan 17.

58 42 MOR // basah Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 16. Histogram MOR Basah Sejajar Serat OSB Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat terendah (50 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah sejajar serat tertinggi (359 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand ABA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan interaksi antara kombinasi jenis strand dengan kadar perekat masingmasing berpengaruh sangat nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari sedangkan untuk faktor kadar perekat memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR basah sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan.

59 43 Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat terbagi atas beberapa grup memberikan perngaruh yang berbeda dengan kombinasi strand yang lain terhadap MOR basah sejajar serat OSB. MOR basah Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 17. Histogram MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara kgf/cm 2. Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat terendah (102 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat tertinggi (300 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand AAA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing

60 44 berpengaruh tidak nyata terhadap MOR basah tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari Berdasarkan data pada nilai MOR basah baik sejajar ataupun tegak lurus maka terlihat nilainya yang cukup jauh berbeda dibandingkan dengan nilai MOR papan OSB kering baik sejajar ataupun tegak lurus.keadaan ini diperkuat dengan pendapat Tsoumis (1991) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar air akan mengurangi kekuatan. Selain itu kombinasi bambu juga mempengaruhi nilai MOR yang di hasilkan. Jika dilihat dari faktor perekat, umumnya peningkatan kadar perekat menghasilkan nilai yang lebih tinggi karena perekat yang terdistribusi dengan baik ke seluruh permukaan strand akan mengurangi penyerapan terhadap air. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 (2003) dan standar CSA (Grade O-2) karena keduanya tidak menetapkan nilai Modulus Patah Basah OSB Kekuatan Rekat (Internal Bond) Internal Bond merupakan keteguhan tarik tegak lurus permukaan papan. Sifat ini merupakan ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukan kekuatan ikatan antar partikel. Sifat keteguhan rekat internal akan semakin sempurna dengan bertambahnya jumlah perekat yang digunakan dalam proses pembuatan papan partikel (Haygreen dan Bowyer 1989). Hasil pengujiian kekuatan rekat OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 18, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 18.

61 45 Internal Bond (Kgf/cm²) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand JIS A 5908 (2003) CSA (Grade O-2) Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% Gambar 18. Histogram Kekuatan Rekat OSB Berdasarkan data pada Gambar 18 diketahui bahwa nilai ratarata kekuatan rekat OSB hasil penelitian berkisar antara 2,53-8,64 kgf/cm 2. Nilai rata-rata kekuatan rekat terendah (2.53 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand BBB dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Sedangkan nilai rata-rata kekuatan rekat tertinggi (8,64 kgf/cm 2 ) terdapat pada OSB kombinasi strand ABA dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 4%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor interaksi kombinasi strand dengan kadar perekat masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap kekuatan rekat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari sedangkan untuk faktor kadar perekat memiliki pengaruh yang nyata terhadap kekuatan rekat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap kekuatan rekat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kekuatan rekat OSB paling rendah sebesar 3,06 kgf/cm 2, nilai kekuatan rekat OSB hasil penelitian ini hampir seluruhnya memenuhi standar kecuali OSB dengan kombinasi strand BBB pada kadar perekat 3%. Standar CSA (Grade O-2)

62 46 mensyaratkan bahwa standar kekuatan rekat OSB paling rendah sebesar 3,52 kgf/cm 2. dan pada standar ini juga hampir seluruhnya memenuhi standar kecuali OSB dengan kombinasi strand BBB dan CCC kadar perekat 3% Kuat Pegang Sekrup Salah satu aplikasi produk papan OSB ini adalah untuk bahan pelapis dinding. Karena fungsinya sebagai bahan pelapis dinding, maka biasanya dinding tersebut akan dihiasi oleh foto bingkai atau hiasan lainnya yang penempatannya memerlukan sekrup. Oleh karena itu diperlukan pengujian mengenai kuat pegang sekrup untuk mendapatkan nilai kuat pegang sekrup itu pada papan OSB. Hasil pengujiian kuat pegang sekrup OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 19, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 19. Kuat Pegang Sekrup (Kgf) AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kombinasi Strand Kadar perekat 3% Kadar perekat 4% Kadar perekat 5% JIS A 5908 (2003) Gambar 19. Histogram Kuat Pegang Sekrup OSB Berdasarkan data pada Gambar 19 diketahui bahwa nilai ratarata kuat pegang sekrup OSB hasil penelitian berkisar antara 46,28-93,06 kgf. Nilai rata-rata kuat pegang sekrup terendah (46,28 kgf) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 5%. Sedangkan nilai rata-rata kuat pegang

63 47 sekrup tertinggi (93,06 kgf) terdapat pada OSB kombinasi strand CCC dengan aplikasi perekat menggunakan konsentrasi 3%. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan menggunakan taraf nyata (alpha) 5% dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan faktor kadar perekat masing-masing berpengaruh tidak nyata terhadap kuat pegang skrup OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari sedangkan untuk faktor interaksi kombinasi strand dengan kadar perekat memiliki pengaruh yang nyata terhadap kuat pegang skrup OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang pengaruhnya berbeda atau sama terhadap kuat pegang skrup OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan berganda Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan Interaksi antara faktor kombinasi jenis strand kayu dengan faktor kadar perekat terbagi atas beberapa grup memberikan perngaruh yang berbeda dengan kombinasi strand yang lain terhadap kuat pegang skrup OSB. Berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yang mensyaratkan bahwa standar kuat pegang skrup OSB paling rendah sebesar 51 kgf, nilai kadar air OSB hasil penelitian ini hampir seluruhnya memenuhi standar. Hanya OSB pada kombinasi strand CCC kadar perekat 5% yang tidak memenuhi standar. Sedangkan standar CSA (Grade O-2) tidak menetapkan batasan kuat pegang sekrup Kekuatan Retensi Hasil pengujiian kekuatan retensi MOE dan MOR sejajar serat maupun tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada Lampiran 20, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 20, 21, 22, 23.

64 48 Strength Retention (%) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% MOE Sejajar Serat Batasan Eksterior AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kadar Perekat 3 % Kadar Perekat 4 % Kadar Perekat 5 % A= Andong B= Betung C= Ampel Gambar 20. Histogram Retensi Kekuatan MOE Sejajar Serat OSB 120% MOE Tegak Lurus Serat Strength Retention (%) 100% 80% 60% 40% 20% 0% AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kadar Perekat 3 % Kadar Perekat 4 % Kadar Perekat 5 % A= Andong B= Betung C= Ampel Batasan Eksterior Gambar 21. Histogram Retensi Kekuatan MOE Tegak Lurus Serat OSB Strength Retention (%) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% MOR Sejajar Serat Batasan Eksterior 0% AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kadar Perekat 3 % Kadar Perekat 4 % Kadar Perekat 5 % A= Andong B= Betung C= Ampel Gambar 22. Histogram Retensi Kekuatan MOR Sejajar Serat OSB

65 49 Strength Retention (%) 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% MOR Tegak Lurus Serat Batasan Eksterior 0% AAA ABA ACA BBB BAB BCB CCC CAC CBC Kadar Perekat 3 % Kadar Perekat 4 % Kadar Perekat 5 % A= Andong B= Betung C= Ampel Gambar 23. Histogram Retensi Kekuatan MOR Tegak Lurus Serat OSB Pengujian ini dimaksudkan untuk menilai apakah OSB yang dibuat dapat digunakan untuk keperluan eksterior atau tidak. Menurut Massijaya (1997) dalam Nuryawan et al. (2008) Perbandingan nilai antara pengujian basah dan kering pada MOE dan MOR menghasilkan besaran yang disebut retensi kekuatan (strength retention). jika nilai retensi kekuatan MOE dan MOR lebih dari 50% dapat diartikan bahwa produk tersebut dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan tahan akan kondisi cuaca yang ekstrim (Nuryawan dan Massijaya 2004 dalam Nuryawan et al 2008). Berdasarkan perhitungan nilai rentensi untuk semua Kombinasi OSB maka hampir semua kombinasi untuk arah tegak lurus MOE dan MOR telah lebih dari 50%. Sedangkan untuk arah sejajar serat baik MOE ataupun MOR hanya beberapa kombinasi saja yang yang nilai retensinya lebih dari 50% Penentuan OSB Terbaik OSB terbaik didapatkan dengan cara menentukan urutan sifatsifat OSB dari yang paling unggul hingga terendah pada masingmasing pengujian baik dari sifat mekanis ataupun fisis. Nilai yang diberikan atas keunggulan sifat dari 27 kombinasi strand dan kadar

66 50 perekat OSB mulai dari kualitas tertinggi hingga terendah diberikan poin 1 sampai 27. Hasil penentuan urutan disajikan pada Lampiran 24. Nilai terendah merupakan OSB dengan kualitas terbaik dan sebaliknya. Berdasarkan lampiran 25, penentuan papan OSB terbaik dapat ditinjau dari nilai yang dihasilkan dari sifat fisis dan mekanis OSB yang menunjukkan bahwa OSB dengan kombinasi CBC (Ampel, Betung, Ampel) pada kadar perekat 5% merupakan OSB dengan nilai terendah sehingga direkomendasikan sebagai papan OSB dengan kualitas terbaik bila dibandingkan dengan karakteristik sifat OSB dari kombinasi strand dan kadar perekat lain. Hal ini diduga karena kualitas OSB dipengaruhi oleh kualitas bahan baku OSB yang digunakan serta kombinasi yang digunakan. Kadar perekat 5% juga memberikan respon yang positif terhadap proses perekatan yang menghasilkan kualitas OSB lebih bagus. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi yang tepat adalah kombinasi CAC (Ampel, Andong, Ampel) dengan kadar perekat 3 %. Kombinasi tersebut ditunjuk dari nilai terendah pada semua kombinasi dengan kadar perekat 3%. Sehingga dapat direkomendasikan sebagai kombinasi terbaik pada kadar perekat 3%.

67 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. OSB dengan kombinasi strand CBC (Ampel, Betung, Ampel) dengan kadar perekat 5% menghasilkan kualitas papan OSB yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi strand yang lain. Namun dalam upaya efisiensi biaya produksi maka kombinasi CAC ( Ampel, Amdong, Ampel) dengan kadar perekat 3 % merupakan kombinasi yang tepat untuk dijadikan alternatif kombinasi lain dalam pembuatan OSB. 2. Pemberian perlakuan kombinasi strand bambu ternyata menghasilkan OSB dengan kualitas yang baik, OSB kombinasi yang dihasilkan pada penelitian ini pada umumnya memenuhi JIS A 5908 (2003) dan CSA (Grade O-2). 5.2 Saran Perlu dilakukan pengujian terhadap parameter lainnya seperti ketahanan terhadap rayap.

68 52 DAFTAR PUSTAKA Bowyer JL, Haygreen JG Forest Product and Wood Science. IOWA: The Iowa State University Press. Departemen Kehutanan Teknik Budidaya Tanaman Bambu.Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Dan Konservasi Alam. Bogor. Dransfield S, Widjaya EA Plant Resources of South-East Asia No7: Bamboos. Yayasan PROSEA. Bogor. Febriyani Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich dari Tiga Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Fengel D, G Wegener Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Hardjono S, penerjemah; Soenardi P, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Fitriasari W, Hermiati E Analisis Morfologi Serat dan Sifat Fisis-Mekanis Pada Enam Jenis Bambu Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(2):67-72 Forest Product Laboratory Wood Hand Book: Wood as an Engineering Material. Agrick Handbook 72. Washington DC. US department. Hadi YS Pengaruh Perendaman Dingin Selumbar Terhadap Sifat Fisis Papan Partikel Meranti Merah. Teknologi Buletin Jurusan Teknologi Hasil hutan 4 (1): Holfinger MS Difurfuryl Diisocyanate Adhesives From Renewable Resources : Preliminary Result. Winconsin : USDA Forest Fervice Forest Product Laboratory anf The Forest Products Research Society. Haygreen JG, Bowyer JL Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar Hadikusumo SA, penerjemah; Prawiro H, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Wood science : An Introduction. Iswanto AH Sifat Dasar Kayu Sentang (Melia excelsa Jack) dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Baku Oriented Strand Board. [Tesis]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kusumah AP Sifat Fisis Mekanis Papan Komposit dari Limbah Kayu dan Anyaman Tiga Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Kusumaningsih KR Pengaruh Perendaman Empat Jenis Bambu Dalam Air Terhadap Sifat Fisika, Sifat Mekanika dan Ketahanannya Terhadap Kumbang Bubuk. [Thesis] UGM. Tidak Dipublikasikan. LIPI Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Jawa.Pusat Penelitian Botani Herbarium Bogoriense. Bogor. Maloney TM Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. California: Miller Freeman Inc

69 Manuhuwa M dan Laiwatu M Komponen Kimia dan Anatomi Tiga Jenis Bambu. [26 Agustus 2009] Marra AA Technology of Wood Bonding : Principles in Practice. New York: Van Nostrand Reinhold. Massijaya MY Development of Boards Made from Waste Newspaper [disertasi]. Tokyo University, Japan. Munawar SS Preferensi Makan Rayap Kayu Kering (Cryprotermes cynocephalus Light) Pada Empat Jenis Bambu. [Thesis] UGM. Tidak dipublikasikan. Nishimura T, Amin J, Ansell MP Image Analysis and Bending Properties of Model OSB Panels as A Function of Strand Distibution, Shape, and Size. Journal of Wood Science and Technology 38 (4-5): Nuryawan A, Massijaya MY, Hadi YS Sifat Fisis dan Mekanis OSB dari Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh. Makalah dipresentasikan di Mapeki X, Pontianak. Nuryawan A, Massijaya MY, Hadi YS Sifat Fisis dan Mekanis Oriented Strand Board (OSB) dari Akasia, Ekaliptus dan Gmelina Berdiamter Kecil: Pengaruh Jenis Kayu dan Macam Aplikasi Perekat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (2): Pizzi A Wood Adhesive : Chemistry and Technology. New York and Basel: Marcel Dekker Inc. Prasetiyo et al Pengaruh Perlakuan Mild Steam Terhadap Sifat Fisis- Mekanis Komposit Serat Sisal-Perekat Thermosetting. Makalah dipresentasikan di Mapeki XI, Palangkaraya Prasojo W Karakteristik Balok Komposit dengan Pelaminasi Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne). [Skripsi]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Ruhendi S et al Analisis Perekatan Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sahroni Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dan Variasi Panjang Strand Terhadap Sifat Oriented Strand Board (OSB) dari Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne). [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Samosir TP Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Pada Strand Terhadap Sifat Fisis Mekanis Oriented Strand Board Campuran Tiga Jenis Kayu Cepat Tumbuh. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Structural Board Association OSB Design Manual: Construction Sheating And Design Rated Oriented Strand Board. Canada OSB in Wood Frame Construction. USA. 53

70 OSB Performance by Design: Oriented Strand Board in Wood Frame Construction. TM422. Canada Binders and Waxes in OSB. Technical Bulletin No. TM114. Canada. Syafi I LI Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Contoh Kecil Bebas Cacat Beberapa Jenis Bambu. [Skripsi]. Bogor : Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tambunan B Oriented Strand Board. Laboratorium Biokomposit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Triasnani F Pemanfaatan Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae (Steudel) Widjaja) untuk Pembuatan Bambu Lapis Pola Jahitan. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tsoumist G Science and Technology of Wood (Structure, Properties, Utilization). New York:Van Nostrand Reinhold. Yongquist JA Wood-Based Composites and Panel Product. Di dalam : Wood Handbook Wood as an Engineering Material. Madison, WI : USDA Forest Service FPL Geberal Technical Report FPL-GTR-113. Yusfriandita Pengaruh Pengukusan Strand terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Oriented Strand Board (OSB) dari Jenis Kayu Terap (Artocarpus elasticus Reinw) dan Kayu Weru (Albizia procera Benth) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Zaini LH Analisis Kualitas Beberapa Jenis Papan Komposit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 54

71 LAMPIRAN 55

72 56 Lampiran 1. Perhitungan Bahan Baku Bahan baku : Strand dari bambu betung (Dendrocalamus asper (Schulter.f) Backer ex Heyne), bambu andong (Gigantochloa verticillata (Wild) Munro), bambu ampel (Bambusa vulgaris Schrad. Ex Wendl). Ukuran Papan : 30 x 30 x 1 cm 3 Kerapatan Target : 0,70 gr/cm 3 Persen perekat : 3%, 4%, 5% Persen paraffin : 1 % Kebutuhan Strand : Kebutuhan Perekat : Kebutuhan Parafin : x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 605,8 gr (BKT) x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 600 gr (BKT) x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 594,3 gr (BKT) x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 18,2 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 24 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 29,7 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 6,1 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 6 gr x (30 x 30 x 1) x 0,70 = 5,9 gr

73 57

74 58 Lampiran 3. Data Pengukuran Aspect Ratio (AR) dan Slenderness Ratio (SR) Strand Bambu

75 Lanjutan: 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2012 Juli 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa Departemen Hasil Hutan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pembuatan Oriented Strand Board (OSB) Persiapan Bahan 3.3.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pembuatan Oriented Strand Board (OSB) Persiapan Bahan 3.3. 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2012 sampai Juli 2012, Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu, Laboratorium Bio Komposit Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2012 Agustus 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan partikel yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal. Sifat mekanis papan partikel yang diuji meliputi Modulus of Elasticity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 23 MATERI DAN METODE Materi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di aboratorium Biokomposit, aboratorium Keteknikan Kayu dan aboratorium Kayu Solid, Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 2: 75-79 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG HASIL PENELITIAN Oleh: Satria Muharis 071203013/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult. PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult. Kurz) SKRIPSI Oleh: RICKY HALOMOAN GEA 111201132/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DONY HABSORO

PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DONY HABSORO PENGARUH KADAR PEREKAT MDI DAN KOMBINASI STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DONY HABSORO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN 1 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor dan UPT Biomaterial LIPI - Cibinong Science Centre. Penelitian

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT HASIL PENELITIAN Oleh: Desi Haryani Tambunan 061203010/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Bagian

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu. 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SKRIPSI MARIA YUNITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg. PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.) SUKMA SURYA KUSUMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton dilaksanakan di Lab Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE)

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) SKRIPSI Oleh: Reymon Fernando Cibro 071203026/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 17 3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 3.1 Pendahuluan Perbedaan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan papan komposit akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Serat Sisal (Agave sisalana Perr.) Serat sisal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari serat sisal kontrol dan serat sisal yang mendapatkan perlakuan mekanis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian di laksanakan bulan September - November 2016. Penelitian ini akan dilakukan di Work Shop (WS) dan Laboratorium Teknonologi Hasil Hutan (THH) Program Studi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni Kadar perekat urea formaldehida (UF) = 12% Ukuran sampel = 25 x

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2009, bertempat di Laboratorium Produk Majemuk dan Laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) SKRIPSI Oleh: Irvan Panogari Sibarani 071203007/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL 2.1.1 Definisi dan Pengertian Papan partikel adalah suatu produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT DASAR PAPAN COMPLY YANG MENGGUNAKAN PEREKAT POLIURETAN DAN MELAMINE FORMALDEHIDA TRY ANGGRAHINI KARANGAN

SIFAT SIFAT DASAR PAPAN COMPLY YANG MENGGUNAKAN PEREKAT POLIURETAN DAN MELAMINE FORMALDEHIDA TRY ANGGRAHINI KARANGAN SIFAT SIFAT DASAR PAPAN COMPLY YANG MENGGUNAKAN PEREKAT POLIURETAN DAN MELAMINE FORMALDEHIDA TRY ANGGRAHINI KARANGAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SIFAT SIFAT

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Dasar dan Keawetan Alami Kayu Sentang A.1. Anatomi kayu Struktur anatomi kayu mencirikan macam sel penyusun kayu berikut bentuk dan ukurannya. Sebagaimana jenis kayu daun

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN SKRIPSI Oleh: MARIAH ULFA 101201035 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Lapis Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa, kayu lapis (plywood) adalah sebuah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir atau merekatkan lembaran

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN Oleh: Yunida Syafriani Lubis 111201033 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 - April 2012 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENDAHULUAN PADA STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH

PENGARUH PERLAKUAN PENDAHULUAN PADA STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH PENGARUH PERLAKUAN PENDAHULUAN PADA STRAND TERHADAP SIFAT FISIS MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD CAMPURAN TIGA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH TUMPAL PARULIAN SAMOSIR DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar

Lebih terperinci

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI 1 VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI SKRIPSI ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan. Penelitian sifat dasar dilaksanakan di Laboratorium Kayu Solid dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, pembuatan

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG 6 KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG The Quality of Composite Board Made From Sengon Wood Wastes and Recycled Carton Suhasman, Muh. Yusram Massijaya, Yusuf

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 21 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium UPT BPP Biomaterial LIPI Cibinong dan Laboratorium Laboratorium Bahan, Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang PU, Bandung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oriented Strand Board (OSB) OSB merupakan produk panel kayu struktural yang diproduksi dari perekat thermosetting tahan air biasanya direkat dengan PF (fenol formaldehida),

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI

KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI KUALITAS PAPAN PARTIKEL TANDAN KOSONG SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGGUNAKAN PEREKAT LIKUIDA DENGAN PENAMBAHAN RESORSINOL YULIANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL SKRIPSI Oleh: RIZQI PUTRI WINANTI 111201013 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT UREA FORMALDEHIDA DAN BAHAN PENGISI STYROFOAM TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT SKRIPSI

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT UREA FORMALDEHIDA DAN BAHAN PENGISI STYROFOAM TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT UREA FORMALDEHIDA DAN BAHAN PENGISI STYROFOAM TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT SKRIPSI Oleh : ZAINAL ABIDIN SYAH POLEM 071203032 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN NaOH Quality of Composite Board Made from Coconut Fiber and Waste Plastic with Bamboo

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Andi Aulia Iswari Syam un 1, Muhammad Agung 2 Endang Ariyanti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract 21 KARAKTERISTIK FISIS PAPAN KOMPOSIT DARI SERAT BATANG PISANG (MUSA. SP) DENGAN PERLAKUAN ALKALI (PHYSICAL PROPERTIES OF COMPOSITE BOARD MADE FROM BANANA FIBER (MUSA SP.) WITH ALKALI TREATMENT) Luthfi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN : SINTESIS DAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN SABUT KELAPA Erwan 1), Irfana Diah Faryuni 1)*, Dwiria Wahyuni 1) 1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL

PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL i PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL SKRIPSI OLEH : RIZKY FEBRIANA BR LUBIS 121201126 Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oriented Strand Board Menurut SBA (2004) menyatakan bahwa OSB adalah panel struktural yang cocok untuk konstruksi. Lembaran panilnya terdiri dari sayatan strand dari kayu

Lebih terperinci