Menghilangnya Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Tugas Akhir Kuliah Pendidikan Pancasila

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menghilangnya Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Tugas Akhir Kuliah Pendidikan Pancasila"

Transkripsi

1 Menghilangnya Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari Tugas Akhir Kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Agus Ardiantoro NIM : Kelompok Jurusan Dosen : Nusa : SI Sistem Informasi : Mohammad Idris. P, DRS, MM 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era globalisasi sekarang ini banyak terjadi masalah tentang perbedaan pemahaman dan cara pandang antar agama yang satu dan lainnya, masing-masing agama beranggapan ajaran mereka yang paling benar, karena mulai menitipisnya rasa toleransi sesama umat beragama. Hal ini didasari oleh kurangnya pemahaman masyarakat akan nilai-nilai dasar Pancasila. Akibatnya antara agama satu dan lainnya terjadi konflik yang salah satunya merupakan peristiwa yang sering terjadi pada beberapa tahun belakangan ini berupa terorisme yang merajalela. Oleh karena itu saya akan membahas masalah terorisme yang menghantui Indonesia dengan kurangnya pemahaman tentang Pancasila. B. RUMUSAN MASALAH Dengan adanya beberapa kejadian yang saya himpun atau saya terima mengenai teroris yang ada di Indonesia, sehingga didapat beberapa masalah pertanyaan yang timbul di benak saya diantaranya: 1. Apa motif yang melatarbelakangi keberadaan terorisme tersebut? 2. Bagaimana peran Pancasila dalam mengatasi terorisme? C. PENDEKATAN a. Historis Berikut ini adalah pengeboman yang dilakukan terorisme di Indonesia sejak tahun 1984 sampai tahun 2009 : 4 Oktober 1984 : Lokasi: Bank Central Asia di Jl. Gajah Mada, Bank Central Asia di Jl. Pacenongan, serta jembatan Glodok Jakarta Korban: 2 tewas dan 7 luka. 2

3 14 Mei 1986 Lokasi: Wisma Metropolitan di Jl. Sudirman, Hotel President di Jl. Thamrin, Pekan Raya Jakarta Korban: Tak ada laporan Organisasi Brigade Anti Imperialis Internasional di Jepang mengaku bertanggungjawab. 18 Januari 1998 Lokasi: Rumah Susun Tanah Tinggi Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Agus Priyono Jenis bom: rakitan 11 Desember 1998 Lokasi: Plaza Atrium Senen Jakarta Tidak laporan korban 19 April 1999 Lokasi: Masjid Istiqlal Jakarta Korban: 2 luka-luka Pelaku: Surya Setiawan Jenis bom: potasium klorat, TNT 20 Oktober 1999 Lokasi: Depan Balai Sidang Senayan Jakarta Bundaran Hotel Indonesia Korban: seorang pendukung PDI Perjuangan tewas dan 15 luka-luka Jenis bom: rakitan 28 Mei 2000, bom di GKPI Medan 4 Juli 2000 Lokasi: Gedung Bundar Kejaksaan Agung Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Said Adnan (buron) Jenis bom: rakitan dari nitrat, minyak tanah, dan TNT 3

4 22 Juli 2000, bom Gereja Santa Anna Jakarta. 1 Agustus 2000 Lokasi: kediaman Dubes Filipina Leonides T. Caday, Jl. Imam Bonjol, Menteng Jakarta Korban: 2 tewas, 21 luka-luka Jenis bom: TNT 20 Agustus 2000, bom di depan gereja GKRI Medan 20 Agustus 2000, bom di depan GKII Medan 27 Agustus 2000 Lokasi: halaman Kedubes Malaysia, Jl. Rasuna Said, Kuningan Jakarta Tidak ada korban Pelaku: Iwan Setiawan alias Husen (penjara 6 tahun 4 bulan) dan Saifan Nurdin (penjara 6 tahun 4 bulan), M. Mudin (8 tahun), dan Praka Ibrahim Hasan (seumur hidup) Jenis bom: granat tangan 27 Agustus 2000, bom di rumah pendeta Sitorus Medan 13 September 2000 Lokasi: lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta, Jl. Sudirman Jakarta Korban: 10 tewas, 90 luka-luka Kerugian: 161 mobil rusak berat dan ringan, sarana gedung rusak Pelaku: Tengku Ismuhadi (penjara seumur hidup), Iwan Setiawan (8 tahun), Saifan Nurdin (8 tahun), dan M. Mudin (8 tahun), Praka Ibrahim Hasan (seumur hidup), Irwan bin Ilyas (seumur hidup), Ibrahim Abdul Wahab Jenis bom: TNT (5 kilogram) 14 Oktober 2000, bom di perusahaan tambang PT New Month, Sumbawa 12 November 2000, bom di gedung ISTP Dharma Agung Medan 24 Desember 2000, tercatat 24 kasus pengeboman mulai dari Medan sampai Mataram, kecuali Jawa Tengah dan DIY yang tersebar dalam 15 kota, antara lain Medan, Batam, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, Sukabumi, Pangandaran, Mojokerto, Jawa Timur, dan NTB. 4

5 Rangkaian ledakan bom pada malam Natal di Jakarta dan berbagai tempat lain yang menyebabkan 17 tewas dan sekitar 100 orang cidera. Khusus Bom Natal Jakarta : Pukul : Gereja Koinonia, Jl Matraman Raya, Jakarta Timur; 3 luka Pukul : Gereja Anglikan, Jl Arif Rahman Hakim, Jakarta Pusat Pukul : Gereja Oikumene, Halim PK, Jakarta Timur Pukul : Gereja Katedral, Jakarta Pusat; 5 luka Pukul : Gereja Santo Yosef Jl Matraman Raya, Jakarta Timur; 3 meninggal, 8 luka Pukul : Jl Menteng Raya,dekat Gereja Kanisius, Jakarta Pusat 25 Desember 2000, bom di rumah pendeta L I Manson, Medan 13 Maret 2001 Lokasi: RS Saint Carolus, Jakarta Pusat Keterangan: Dalam penyelidikan polisi 17 Maret 2001 Lokasi: Jembatan kereta api Cisadane, Serpong, Tangerang 18 April 2001 Lokasi: Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat 10 Mei 2001 Lokasi: Asrama Mahasiswa Aceh Yayasan Kesejahteraan Mahasiswa Iskandar Muda, Jl. Perahu 1, Manggarai Jakarta Korban: 3 tewas, 18 luka-luka Pelaku: Muslihuddin Muarif (4 tahun penjara), Taufik Abdullah (1 tahun), Mushalli (2 tahun) Jenis bom: rakitan 19 Juni 2001 Lokasi: rumah kos Jl. Cikoko, Pengadegan, Pancoran Jakarta Korban: 5 orang luka Tersangka: Edi Susilo (buron) Jenis bom: rakitan potasium klorat, belerang, amonium nitrat 5

6 22 Juli 2001 Lokasi: Gereja HKBP Duren Sawit, Jakarta Timur Keterangan: granat tangan 5 luka-luka 22 Juli 2001 Lokasi: Gereja Santa Anna, Pondok Bambu, Jakarta Timur Keterangan: 64 luka-luka, 1 Agustus 2001: Lokasi : Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat Korban: enam luka-luka 23 September 2001 Lokasi: Plaza Atrium, Senen Jakarta Tersangka: Ramli dkk. (dalam proses pemeriksaan) Jenis bom: rakitan 9 November 2001 Lokasi: Gereja Petra, Jl. Cilincing Raya, Koja Jakarta Tersangka: Ujang Haris, Wahyu Handoko Jenis bom: rakitan dari belerang dengan gotri dan paku 2 Desember 2001, dua kali pengeboman di GKP Pangkalan Kerinci Pekanbaru 1 Januari 2002 Lokasi: Rumah Makan Ayam Bulungan, Kebayoran Baru Jakarta Korban: satu pelaku tewas Tersangka: Hasballah (tewas terkena granat), Tarmizi Jenis bom: granat manggis (K75 buatan Korea) 9 Juni 2002 Lokasi: tempat parkir Hotel Jayakarta, Diskotek Eksotis, Jakarta Korban: 4 orang luka berat Tersangka: Dodi Prayoko alias Buyung Jenis bom: rakitan low explosives 6

7 1 Juli 2002 Lokasi: Mal Graha Cijantung Jakarta Korban: 7 orang luka-luka Tersangka: Ramli, M. Nur, Mudawali, Muhamad Hasan Irsyadi bin Daud alias Bambang Setiawan, Syahrul, Mudawali, dan Hasan Jenis bom: mercon besar dari belerang, potasium 12 Oktober 2002: Ledakan di Bali menewaskan 202 orang, sebagian besar wisatawan asing, 88 orang berasal dari Australia. 5 Desember 2002: Ledakan di restoran McDonald di Makassar menewaskan 3 orang. 27 April 2003: Lokasi : Terminal F2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng Jakarta Korban: 10 luka-luka 5 Agustus 2003: Lokasi : depan lobi Hotel JW Marriott di Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasi : 12 orang tewas dan mencederai 152 orang lainnya 10 Januari 2004: 4 Orang tewas akibat ledakan bom di kafe karaoke di Palopo, Sulawesi. 9 September 2004: Lokasi :Kantor Kedutaan Besar Australia Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan Korban: 6 tewas dan 161 luka-luka. 13 November 2004: Ledakan di dekat kantor polisi di Poso, Sulawesi menewaskan 5 orang. 28 Mei 2005: 2 Bom meledak di Pasar Sentral di Tentena, Poso, menewaskan 22 orang. 2 Oktober 2005: 3 Bom bunuh diri di Bali menewaskan 20 orang termasuk beberapa wisatawan asing. 17 Juli 2009 : Ledakan bom di JW Marriott dan Ritz Charlton Jakarta, Pihak kepolisian merilis jumlah korban ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Jumlah korban tewas sebanyak 9 orang, sedangkan korban luka 53 orang. 7

8 Seperti dikutip dari TMC Polda Metro Jaya, Sabtu (18/7/2009), dari 53 korban luka, 16 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Sedangkan 37 lainnya warga negara Indonesia (WNI). Untuk WNA, rinciannya adalah 16 warga Amerika, 1 Australia, 2 Belanda, 2 Kanada, 1 India, 2 Korea Selatan, 1 New Zealand, dan 1 Norwegia. b. Sosiologis Di mata sosiolog, terorisme tumbuh subur ditengah kemiskinan yang kian merajalela. Peran pemerintah menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat perlu ditingkatkan. Akar persoalannya adalah kemiskinan menjadi sumber masalah yang terbesar. Kesenjangan yang makin mencolok perlu diperketat agar kaum kelas bawah tidak terpuruk. Kalangan bawah yang makin terpuruk mudah disisipi ideologi dan gampang diprovokasi.kekecewaan masyarakat kepada institusi penegak hukum juga makin nyata. Karena itu, penting sekali peran pemerintah dalam pemberantasan terorisme secara persuasif. Dengan menjamin kesejahteraan rakyat dan menjamin keadilan bagi rakyat, pemerintah telah menutup simpul jaringan teroris berikutnya. Artinya adalah refleksi publik yang luar biasa dimana keadilan masyarakat sangat jauh. Tidak ada upaya lain selain melakukan tindakan radikal. Harus diperhatikan akar masyarakat orang mengambil cara radikal. Harus dibenahi posisi keadilan bagi masyarakat harus dikedepankan," tuturnya. Belakangan ini marak terjadi tindak kekerasan dan perilaku individu maupun kelompok yang menyimpang dari norma sosial. Isu kekerasan menjadi salah satu persoalan yang banyak dibahas oleh berbagai kalangan. Ada hubungan korelatif antara tingginya intensitas kekerasan dengan perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Terbukti, kekerasan yang terjadi di kota-kota besar lebih banyak dibandingkan dengan di desa-desa. Bahkan, di negara-negara maju, maraknya kerkerasan merupakan bentuk reaksi terhadap perubahan sosial yang terjadi dan kondisi yang ada. Menurut para sosiolog, kekerasan merupakan bagian atau efek dari dominasi dan subordinasi dalam pola relasi sosial. Sedangkan Sigmund Freud ( ) berpendapat, tindak kekerasan merupakan wujud rasa frustasi. Ada dua dimensi akar kekerasan menurut Ali Shariati: pertama, dimensi kemasyarakatan; kedua, dimensi ideologi kebudayaan modern yang mendominasi dunia. Persoalan sosial ini berasal dari materialisme di masyarakat dan alam pikiran yang mengeliminasi humanisme dan ketuhanan. 8

9 Sementara itu, Alfin Tofler dalam Future Shock (1970) melihat bahwa manusia sekarang ini mengalami disorientasi mental dengan ciri adanya kecenderungan munculnya penyakit mental di dalam struktur kepribadiannya. Manusia mengalami ketegangan psikologis, di mana ia kemudian mudah stres dan depresi dalam menghadapi realitas kehidupan. Selain itu, relasi sosial dan solidaritas dalam masyarakat yang saat ini semakin renggang juga ikut berpengaruh. Hubungan individu yang semula berdasarkan pada paguyuban yang erat, murni, toleran dan penuh tenggang rasa bergeser ke arah patembayan yang dividualistik, organis, tidak langsung, dan selalu berdasarkan atas kepentingan. c. Yuridis Undang-Undang Nomor 15 dan Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 dan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme terdapat sejumlah kelemahan di dalam pasal-pasalnya. Dalam penelitian ini, yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui secara mendalam Undang-Undang Nomor 15 dan Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 dan Nomor 2 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dalam mengatur kejahatan terorisme dan untuk mengetahui upaya penanggulangan kejahatan Terorisme. Berdasarkan hal tersebut, metode pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode yuridis normatif atau doktrinal, yaitu penelitian hukum yang mendasarkan hukum sebagai norma. Bentuk penelitian adalah Legal Opinion, dengan melakukan pendekatan kajian pustaka. Adapun bahan kajian yang digunakan berupa bahan-bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier Berdasarkan ulasan dari bab II dan bab III, menunjukkan adanya kelemahan di dalam Undang-Undang Nomor 15 dan Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 dan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, seperti bentuk peraturan perundang-undangan, batasan mengenai terorisme itu sendiri, klasifikasi tindak pidana, ruang lingkup keberlakuan, kaitannya dengan peraturan perundang-undangan yang lain termasuk alat bukti dan proses hukum. Maka dari itu, yang harus dilakukan adalah menyempurnakan berbagai kelemahan dalam rangka menyelesaikan persoalan terorisme dan harus selalu berpegang pada prinsip, antara lain; perlindungan kebebasan sipil, penghargaan dan perlindungan hak-hak individu, pembatasan dan pencegahan penyalahgunaan kekuasaan oleh negara. 9

10 Penggunaan sistem peradilan pidana merupakan suatu respon penanggulangan dan penanganan kejahatan. Seperti yang dikemukakan oleh Muladi bahwa penegakan hukum pidana melalui bekerjanya sistem peradilan pidana merupakan prioritas utama yang keberhasilannya tetap diharapkan, lagi pula pada bidang penegakan ini pulalah dipertaruhkan makna negara berdasarkan atas hukum. Penyidikan merupakan bagian awal dari berjalannya sistem peradilan pidana, bilamana penyidikan yang dilakukan berjalan dengan semestinya sesuai dengan peraturan bukan tidak mungkin akan menjamin terwujudnya keadilan terhadap setiap pihak baik itu terhadap tersangka, aparat sebagai alat negara, dan korban kejahatan.menghadapi kejahatan terorisme yang memiliki karakteristik berbeda dengan kejahatan pada umumnya dan menyadari dampak yang diakibatkan dari kejahatan tersebut sangat besar maka dalam penanganan kejahatan terorisme diberikan aturan-aturan bersifat khusus yang tentunya menyimpang dari aturan umum yang semestinya digunakan baik itu secara materiil ataupun secara formil. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi mengenai prosedur penyidikan terhadap kejahatan terorisme dan beberapa hal yang terkait dengan penyidikan kejahatan terorisme seperti halnya peraturan yang menjadi pedoman aparat dalam rangka melaksanakan penegakkan hukum terhadap kejahatan ini serta kendala yang dihadapi aparat (kepolisian) dalam melaksanakan penyidikan kejahatan terorisme ini. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian untuk menyusun penulisan hukum ini adalah dengan menggunakan metode yuridis normatif. Metode ini merupakan pendekatan yang mengkhususkan diri pada kaidah-kaidah hukum (pendekatan secara yuridis) dengan mengacu pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebagai aturan khusus dalam menghadapi kejahatan terorisme baik yang bersifat substansial maupun yang bersifat formal. Namun demikian aturan yang berlaku secara umum KUHP dan KUHAP masih berperan signifikan mengingat hal yang diatur dalam aturan khusus tersebut hanyalah yang bersifat penting sebagai respon dari karakteristik yang dimiliki kejahatan terorisme. Kata kunci: Tindak pidana terorisme dan Penyidikan tindak pidana terorisme. 10

11 BAB II PEMBAHASAN MASALAH Defini Terorisme Menurut Black s Law Dictionary Terorisme adalah kegiatan yang melibatkanunsur kekerasan atau menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melibatkan unsur kekerasan atau menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana, yang jelas dimaksudkan untuk : a. Mengintimidasi penduduk sipil b. Mempengaruhi kebijakan pemerintah c. Mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan. Menurut Webster s New World College Dictionary (1996) Terorisme adalah the use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate. Doktrin membedakan Terorisme kedalam dua macam definisi, yaitu definisi tindakan teroris (terrorism act) dan pelaku terorisme (terrorism actor). Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen : 1. kekerasan 2. tujuan politik 3. teror/intended audience. Menurut Terrorism Act 2000, UK Terorisme mengandung arti sebagai penggunaan atau ancaman tindakan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. aksi yang melibatkan kekerasan serius terhadap seseorang, kerugian berat pada harta benda, membahayakan kehidupan seseorang, bukan kehidupan orang yang melakukan tindakan, menciptakan risiko serius bagi kesehatan atau keselamatan 11

12 publik atau bagian tertentu dari publik atau didesain secara serius untuk campur tangan atau mengganggu sistem elektronik. 2. penggunaan atau ancaman didesain untuk memengaruhi pemerintah atau untuk mengintimidasi publik atau bagian tertentu publik. 3. penggunaan atau ancaman dibuat dengan tujuan mencapai tujuan politik, agama atau ideologi. 4. penggunaan atau ancaman yang masuk dalam subseksi 1) yang melibatkan penggunaan senjata api atau bahan peledak. Menurut Muhammad Mustofa Terorisme adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang ditujukan kepada sasaran secara acak (tidak ada hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan, kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal. LATAR BELAKANG TERORISME DI INDONESIA Latar belakang terorisme di Indonesia dipengaruhi banyak faktor, yaitu : 1. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan salah satu faktor penyebab tindakan terorisme di Indonesia. Hal ini didasari ketika penguasa pemeritahan mengeluarkan kebijakan yang justru tidak memihak kepada masyarakat miskin. 2. Diskriminasi antar Suku atau Etnis Aksi teror muncul karena adanya diskriminasi antar etnis atau kelompok dalam masyarakat. Ini terjadi saat ada satu suku diperlakukan tidak sama hanya karena warna kulit, agama, atau lainnya.etnis yang direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan diperlakukan sama dengan yang lain.sehingga menimbulkan teror di daerah yang terjadi konflik antar etnis atau suku. Menebar teror digunakan sebagai satu alat untuk mencapai tujuan etnis. Sasarannya jelas, yaitu etnis yang sedang diperangi. Bom-bom yang dipasang di keramaian atau tempat umum lain menjadi contoh paling sering. Aksi teror semacam ini bersifat acak, korban yang jatuh pun bisa siapa saja. 12

13 Kurangnya toleransi antar suku dan etnis menjadi hal utama penyebab perang antar suku. Padahal jelas kita dipersatukan oleh Pancasila yang bersemboyan bhineka tunggal ika, walaupun kita berbeda-beda suku, etnis dan agama tapi tetap satu. Tetapi perbedaan ini lah yang menjadi penyebab pecahnya rasa persatuan Indonesia, sehingga menyebabkan kemanusiaan yang tidak adil dan tidak beradab. 3. Radikalisme Agama Radikalisasi agama bukan merupakan hal baru penyebab terorisme di Indonesia. Para teroris menjalankan aksi terornya dengan mengatasnamakan agama. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh perbedaan cara pandang para penganutnya. Kepala Desk Antiteror Kementrian Politik, Hukum, dan Keagamaan Ansyaad Mbai mengatakan, bahwa motif teroris di Indonesia masih sama yaitu untuk mendirikan negara Islam. Mereka menyerang siapapun yang dianggap menghambat motif dan cita-cita mereka. Ansyaad mengatakan, motif para terorisme mendirikan negara Islam akan tetap mereka lancarkan dan siapa pun yang menentang akan dijadikan target penyerangan. Padahal Islam dan terorisme merupakan satu hal yang berbeda. Islam merupakan agama monoteis ketiga dan yang terakhir menuntut kepatuhan total kepada Tuhan. Islam adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang terdiri atas tiga konsonan, S-L-M, yang berarti kedamaian (salam), kebaikan, dan keselamatan. Dengan kata lain, Islam memberi seseorang kedamaian jiwa dan kebaikan hidup serta keselamatan dari balasan Tuhan dalam kehidupan sesudah mati.sedangkan terorisme, meski memiliki banyak definisi, merupakan tindakan kekerasan terencana dan bermotivasi politik yang dilakukan terhadap orang-orang tak bersenjata atau penduduk sipil. Dengan kata lain Islam tidak mengenal kata teroris,semua itu hanya sebuah rekayasa yang bertujuan untuk mempecah belah agama Allah yakni agama Islam yang cinta akan kedamaian, tidak mengenal kekerasan atau tindakan biadab seperti yang mereka lakukan. Terorisme di Indonesia merupakan terorisme di Indonesia yang dilakukan oleh grup teror Jemaah Islamiyah yang berhubungan dengan al-qaeda. Sejak tahun 1984, beberapa "target negara Barat" telah diserang. Korban yang jatuh adalah turis Barat dan juga penduduk Indonesia. Terorisme di Indonesia dimulai tahun 1984 dengan terjadinya Bom Bursa Efek Jakarta, diikuti dengan empat serangan besar lainnya. 13

14 BAB III PERAN PANCASILA DALAM MENGATASI TERORISME Secara umum terorisme sama dengan kejahatan dan bila kita pahami lebih dalam, kejahatan secara umum adalah ulah manusia yang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk memuaskan nafsunya sehingga sering lalai serta sama sekali tidak peduli dengan kepentingan orang lain. ( Dikutip dari buku teori kriminologi Drs Moh Kemal Dermawan, M.Si. ) Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia memenuhi hawa nafsunya tanpa mempedulikan orang lain. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah teror bom tersebut wujud dari kepercayaan yang dianutnya yang dilakukan demi langkah Jihad sehingga memunculkan pertikaan antaragama. Permasalahan ini berbanding terbalik dengan isi butir-butir pancasila seperti: Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Terorisme di Indonesia muncul saat yang sama dengan saat masyarakat mulai melupakan Pancasila. Pancasila tidak pernah benar dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono menyebutkan bahwa terorisme adalah suatu fenomena sosial yang sulit untuk dimengerti, bahkan oleh para teroris sendiri. Tanpa pendidikan yang memadai pun, sesorang dapat melakukan aksi terorisme yang menggetarkan dunia dan berimplikasi sangat luas. Taktik dan teknik teroris terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan 14

15 teknologi, sedangkan strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas ideologi atau filsafat yang menjadi motifnya. Para teroris menggunakan pembenaran epistemologis sendiri dan menafsirkan ideologi-ideologi serta ungkapan kebenaran dengan cara melakukan manipulasi makna. Sekarang Pancasila mulai diacuhkan oleh generasi muda. Jika Pancasila tidak diimplementasikan, sikap acuh tersebut membahayakan bagi negara. Kehadiran terorisme seakan menggerus ideologi Pancasila yang selama ini dijadikan landasan hidup bagi masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Terorisme merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila harus diperkuat. Dalam beberapa literatur, sejumlah pakar mengatakan bahwa tidak satupun ajaran agama yang mengajarkan terorisme atau tindakan kekerasan untuk mencapai tujuan politik. Diakui bahwa terjadinya tindakan kekerasan dalam bentuk gerakan terorisme dan radikalisme agama adalah karena pelaku membajak ajaran agama dan menginterpretasikan beberapa ayat-ayat dalam kitab Suci AlQuran berdasarkan keinginan para kelompok terorist itu sendiri. Sebagian juga para pengamat berpendapat bahwa Terorisme itu sendiri timbul akibat adanya ketidak adilan dan perlakuan kebijakan standar ganda yang dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara dunia ketiga termasuk negara-negara Muslim. Yang jelas ada lebih banyak jumlah umat Muslim di seluruh dunia yang menentang gerakan terorisme. Namun, patut disesali tindakan terorisme terus merusak citra Islam dan masyarakat Muslim sering menjadi korban sosial akibat tindakan terorisme yang juga telah menjadikan stigma terhadap ajaran Islam yang sangat mulia dan dihormati penganutnya dan bahkan juga oleh agama di luar Islam itu sendiri. Dalam dekade terakhir ini, Indonesia mengalami ketegangan dan polemik tentang ideologi. Kehadiran paham radikalisme dan gerakan terorisme telah menyita perhatian semua lapisan masyarakat dan bahkan juga perhatian dunia. Maraknya aksi ledakan Bom telah mempengaruhi dan sempat mengancam stabilitas ekonomi politik dan keamanan. Isu terorisme dan dan Negara Islam Indonesia (NII) yang semakin gencar diberitakan oleh media akhir-akhir ini juga membuat masyarakat dan pemerintah semakin prihatin. Mungkin kita bisa berspekulasi bahwa gejala krisis ideologi kelihatan bisa mengancam 15

16 Indonesia sehingga pemerintah mengusahakan kebijakan untuk menggiatkan kembali dan menghidupkan ajaran Pancasila yang pernah menyatukan bangsa yang majemuk ini. Pancasila sebagai ideologi bangsa, saat ini di hadapkan pada masalah Terorisme yang dapat merusak harmonisasi kehidupan masyarakat ber-pancasila. Terorisme sebagai bahaya laten dapat dihadapi bersama dengan Pancasila sebagai benteng karakter bangsa. Terorisme dapat berkembang disebabkan kurangnya penguatan pemahaman Pancasila sebagai ideologi bangsa, pasca reformasi, memang keberadaan Pancasila di hadapkan pada berbagai masalah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, namun tidak ada pilihan lain Pancasila adalah tetap ideologi Negara Aksi terorisme di Indonesia dipicu oleh pemahaman terhadap agama yang sempit. Hal ini sangat berbahaya karena menanamkan keyakinan bahwa golongannya sendiri yang benar sedangkan orang di luar golongannya dianggap sebagai musuh. Akar terorisme dan radikalisme adalah pikiran-pikiran yang bermula dari intoleransi dan kemudian berkembang menjadi suatu gerakan yang merupakan ancaman bagi Pancasila. Pemerintah kurang melakukan doktrinisasi Pancasila, cara-cara untuk melakukan doktrin Pancasila yang dijalankan saat ini terkesan membosankan sehingga perlu dilakukan revitalisasi pemahaman Pancasila. Indonesia memiliki empat pilar yang menjadi tonggak dasar negara yaitu Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Kita harus mempelajari dan mengamalkan empat pilar ini sesuai dengan ajaran agama yang kita anut, sehingga pemahaman sempit terhadap agama yang berujung pada perpecahan dapat dihilangkan. Empat pilar kebangsaan ini seharusnya dilakukan oleh politisi maupun tokoh-tokoh partai, namun kepercayaan masyarakat terhadap politisi saat ini mulai luntur karena tindakan mereka yang tidak mencerminkan jiwa Pancasila. Pancasila juga perlu ajarkan di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, karena Pancasila itu sangat penting sehingga perlu diaktualisasikan dengan perbuatan. Pentingnya keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi masuknya berbagai ideologi dari luar. Dengan aspek pendidikan yang memadai terhadap Pancasila yang akan melahirkan jati diri bangsa, cinta tanah air, dan semangat nasionalisme kebangsaan, maka masyarakat akan cermat dan tidak mudah dipengaruhi paham-paham ekstrimis dan radikalis. Pemahaman Pancasila yang benar, bisa membuat generasi lebih memahami arti bernegara. Juga, mehamami kehidupan yang saling toleransi dalam kemajemukan 16

17 berbangsa, membuat warga negara taat kepada Tuhan, Implikasinya semangat kemanusiaan dan persatuan. Selain itu perlu adanya respon yang baik dari pemerintah dan DPR serta masyarakat untuk melembagakan kembali nilai-nilai Pancasila secara sungguhsungguh ditengah masyarakat. Untuk mencegah kekerasan kita harus mengembangkan sikap persaudaraan di antara kita, dan melihat persamaan ajaran agama yaitu cinta kasih. Kekerasan dapat dibatasi dengan cara melemahkan sumber konflik sosial, perbedaan kepentingan, ketidakmerataan distribusi manfaat sosial, dan hakikat keadilan sosial. Kekerasan dapat dibendung dengan memanfaatkan nilai-nilai agama sehingga menekankan nilai-nilai universal, misalnya cinta kasih dan persaudaraan. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintahan RI tentang terorisme, maka pemerintah RI membentuk suatu ketentuan undang-undang yang dinamakan Undangundang Republik Indonesia Nomor.15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang nomor.1 Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme menjadi undang-undang. Terlebih Pemerintahan RI membentuk suatu kesatuan khusus yang dinamakan Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. 17

18 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Terorisme di Indonesia di latar belekangi karena beberapa faktor yaitu kemiskinan dan kesenjangan sosial, diskriminasi antar suku atau etnis, radikalisme agama. Kemiskinan dan kesenjangan sosial menyebabkan tindakan terorisme karena pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak memihak pada rakyat miskin. Perbedaan warna kulit, pendapat, dan agama menjadikan diskriminasi antar suku atau etnis yang merupakan salah satu faktor terorisme di Indonesia. Radikalisme agama merupakan penyebab terorisme karena pemahaman tentang agama yang sempit sehingga mudah didoktrinasi oleh ajaran redikalisme. Pancasila sebagai ideologi bangsa yang seharusnya kita pelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan aspek pendidikan yang memadai terhadap Pancasila yang akan melahirkan jati diri bangsa, cinta tanah air, dan semangat nasionalisme kebangsaan, maka masyarakat akan cermat dan tidak mudah dipengaruhi paham-paham ekstrimis dan radikalis. Merevitalisasi pancasila sebagai dasar negara menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, seluruh lapisan masyarakat harus menyadari bahwa tanpa suatu platform dari format dasar negara atau ideologi maka mustahil bagi suatu bangsa untuk mempertahankan negaranya dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman seperti teroris tersebut. 18

19 DAFTAR PUSTAKA isu teroris pembuka pidato agung di dpr inilah penyebab aksi teroris menurut sby terorisme indonesia berkali kali diserang teroris sebab terorisme.html ada 5 biang penyebab terjadinya terrorism/ kuasa pancasila 19

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme menjadi tema utama dalam wacana global selain demokrasi dan perekonomian dunia. Sehingga menimbulkan berbagai pernyataan variatif dari berbagai elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme Nasionalisme adalah rasa kesadaran untuk berbangsa dan bernegara sendiri secara berdaulat. Menurut Dr. Hertz, nasionalisme mengandung empat unsur yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia dewasa ini. Bukan sekedar aksi teror semata, namun pada kenyataannya tindak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against

I. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity), serta merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara karena terorisme sudah merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, memuat tentang penjelasan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi ; Jenis penelitian, Sifat penelitian. Metode dan Prosedur pengumpulan data, Metode

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara Hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan ketiga. Hal ini berarti bahwa di dalam negara Republik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh masyarakat yang ada di dunia ini sebenarnya mendambakan dan membutuhkan kedamaian, kecukupan dan kemakmuran. Namun, seringkali yang diperoleh adalah sebaliknya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahanya itu dilihat dari fakta

BAB III PENUTUP. kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahanya itu dilihat dari fakta 49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahanya itu dilihat dari fakta penerapan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta Nama Lengkap : Tasyrifah Santi R NIM : 11.02.8030 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan Dosen : Manajemen Informatika : M Khalis Purwanto,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : yatno subagyo NIM : 11.12.5804 Kelompok : Hak Asasi Program Studi : Pancasila Jurusan : S1-SI Dosen : Drs.

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.790, 2014 BNPT. Perkaran Tindak Pidana Terorisme. Perlindungan. Saksi. Penyidik. Penuntut Umum. Hakim dan Keluarganya. Pedoman PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat dari aksi-aksi teror yang terjadi dewasa ini seolah-olah memberi gambaran bahwa kejahatan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat berpindah dengan cepat dari satu tempat ketempat lain dan dari kemajuan zaman tersebut dapat mempengaruhi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak pidana yang sangat serius ditangani oleh pemerintah,bahkan oleh dunia internasional. Aksi terorisme yang terjadi selalu menimbulkan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI NAMA KELAS : FRANSISCUS ASISI KRISNA DESTANATA : S1SI13 NIM : 11.12.6283 DOSEN KELOMPOK : JUNAIDI IDRUS, S.AG., M.HUM : J LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme adalah kata dengan beragam interpretasi yang paling banyak diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme sampai saat

Lebih terperinci

PANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07

PANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07 PANCASILA & AGAMA Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Reza Oktavianto Nim : 11.12.5818 Kelas : 11-S1SI-07 Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI KEL. : NUSANTARA DOSEN : Drs.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan mengenai terorisme tidak terlepas dari peristiwa pada tanggal 11 September 2001, masyarakat dunia dibuat gempar oleh berita mengenai ditabraknya gedung WTC

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini peredaran narkotika semakin merajalela dikarenakan Indonesia bukan lagi tempat transit, tetapi menjadi sasaran pemasaran, dan bahkan tempat produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi sosial masyarakat yang memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com NEO KHAWARIJ, MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME,

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME Aksi teror yang melanda belahan bumi Indonesia telah terjadi sejak era orde lama, orde baru, dan bahkan semakin meningkat pada era reformasi. Melihat pola,

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Modul ke: 03 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Sejarah Lahirnya Pancasila B. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia C. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan

Lebih terperinci

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia tidak terlepas dengan hukum yang mengaturnya, karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya sebuah hukum. Manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah agama, agama adalah salah satu kebutuhan vital manusia, dengan alasan itulah maka hak kebebasan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cita-cita Negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS ( STUDI KASUS SIYONO )

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS ( STUDI KASUS SIYONO ) PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS ( STUDI KASUS SIYONO ) JURNAL SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal semakin banyak mendapat perhatian, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal semakin banyak mendapat perhatian, baik BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, pasar modal semakin banyak mendapat perhatian, baik dari kalangan investor, emiten, maupun pemerintah, karena perannya yang sangat mendukung bagi perekonomian.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : Doni Saputra.P 11.11.5553 F S1/Teknik Informatika Abidarin Rosidi,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA Modul ke: 12Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA : Sila Ketiga Mengutamakan Kepentingan Nasional (Kewarganegaraan Indonesia bagi warga Asing) Dr. Achmad Jamil M.Si Program

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB 2 PENINGKATAN RASA PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB 2 PENINGKATAN RASA PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT BAB 2 PENINGKATAN RASA PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT Pada tahun 2009 ini, kita boleh bangga mengatakan bahwa keharmonisan dan kepercayaan antarkelompok di Indonesia berada pada titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati, Sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia H.M. Jusuf Kalla Pada International Meeting on Counter-Terrorism dan The 2nd Counter-Terrorism Financing Summit NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS 2016 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa disusun oleh : EVI LISTYANINGRUM 11.02.7998 KELOMPOK A PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme I. PARA PEMOHON 1. Umar Abduh; 2. Haris Rusly; 3. John Helmi Mempi; 4. Hartsa Mashirul

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA A. KONDISI UMUM Penghormatan, Pengakuan, dan Penegakan atas Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam tahun 2005 mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu hangat untuk diperbincangkan dari masa ke masa, hal ini disebabkan karakteristik dan formulasinya terus

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25 tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep 2010 18:25 NAMA : AULIA ADANTI HAMDAN KELAS : X-3 NIS : 101085 Menurut saya bentuk akomodasi yang sesuai

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA 1 Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni 2013 Tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kasus kriminalitas di Indonesia semakin meningkat, bahkan pelaku kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat ini menjadi pelaku

Lebih terperinci

JARINGAN TERORIS SOLO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAMANAN WILAYAH SERTA STRATEGI PENANGGULANGANNYA

JARINGAN TERORIS SOLO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAMANAN WILAYAH SERTA STRATEGI PENANGGULANGANNYA JARINGAN TERORIS SOLO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAMANAN WILAYAH SERTA STRATEGI PENANGGULANGANNYA (STUDI DI WILAYAH SOLO, JAWA TENGAH) I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Ada kesulitan tersendiri untuk memahami

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK KELOMPOK 8 MUH. IDRUS AZHARIL RIDAWAN FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci