Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua"

Transkripsi

1 Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua Laporan Komisi Independen Disponsori oleh Council on Foreign Relations Center for Preventive Action Dennis C. Blair, Ketua David L. Phillips, Direktur Proyek

2 The Council on Foreign Relations (CFR) adalah badan yang didedikasikan untuk meningkatkan pemahaman terhadap isu-isu dunia dan memberikan kontribusi kepada kebijakan luar negeri A.S. Badan ini telah membuat prestasi dengan mempromosikan debat dan diskusi yang konstruktif, mengklarifikasikan isu yang melanda dunia, dan mempublikasikan Foreign Affairs, jurnal terdepan mengenai isu-isu global. Badan ini berusaha merangkum berbagai macam pandangan seluas mungkin, tetapi bukan meyakini salah satunya, walaupun peneliti dan kelompok kerja independen yang dibentuk menggunakan posisi kebijakan tertentu. BADAN INI TIDAK MENGAMBIL POSISI KEBIJAKAN INSTITUSI DALAM HAL KEBIJAKAN DAN TIDAK ADA AFILIASI DENGAN PEMERINTAH A.S. SEMUA PEMBERIAN FAKTA DAN EKSPRESI DARI OPINI YANG TERKANDUNG DALAM SELURUH PUBLIKASINYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB DARI PARA PENULIS ATAU PENGGAGAS. Badan ini akan mensponsori Komisi Independen apabila (1) terdapat isu masa kini dan mempunyai kepentingan yang besar terhadap kebijakan luar negeri A.S., dan (2) sepertinya kelompok dengan latar belakang dan perspektif yang beraneka ragam, seringkali, dapat mencapai konsensus yang sangat berguna melalui pertimbangan pribadi dan non-partisan. Biasanya, Badan ini mengadakan pertemuan rutin sebanyak dua atau lima kali untuk waktu yang tidak lama dalam memastikan relevansi hasil kerjanya. Sebelum membuat kesimpulan, komisi akan menerbitkan laporan, dan CFR akan menerbitkan teksnya serta dtempatkan pada website millik CFR. Laporan dari CFR dapat terdiri dari tiga bentuk: (1) konsensus kebijakan yang tegas dan sangat berarti manfaat, dengan para anggota dari CFR yang mendorong kebijakan yang tepat dan penilaian-penilaian yang terjangkau oleh kelompok, walaupun tidak harus mengungkapkan seluruh temuan fakta dan rekomendasi; (2) Laporan menyajikan berbagai macam posisi kebijakan, yang sangat berbeda dan ditampilkan seadil mungkin; atau (3) Laporan Ketua, dimana anggota komisi yang mempunyai pendapat sama dengan sang ketua dapat diasosiasikan dengan posisi tersebut, bagi mereka yang tidak setuju dapat memuat pernyataan ketidaksetujuannya dalam laporan. Sebelum membuat kesimpulan, komisi dapat meminta individu-individu yang bukan merupakan anggota komisi untuk mengasosiasikan diri pada laporan komisi demi memperluas dampak laporan. Seluruh laporan komisi mengukur/ membandingkan temuan mereka dengan pemerintahan yang berkuasa saat ini agar dapat terlihat dengan jelas bidang dimana terdapat kesamaan atau perbedaan pemahaman. Komisi bertanggungjawab penuh terhadap isi laporan. CFR tidak mengambil posisi institusional. Untuk informasi lebih lanjut mengenai CFR atau komisi ini, dapat mengirim surat kepada Council on Foreign Relations, 58 East 68 th Street, New York, NY 10021, atau dapat menghubungi melalui telephone kepada Direktur Komunikasi di (212) Untuk melihat website kami di Hak 2003 oleh The Council on Foreign Relations, Inc Segala Hak dilindungi oleh Undang-Undang. Di cetak di Amerika Serikat Laporan ini tidak dapat di produksi ulang secara keseluruhan atau sebagian, dalam berbagai bentuk (diluar penggandaan yang diperbolehkan oleh pasal 107 dan 108 dari Undang-Undang Hak Cipta A.S. dan cuplikan untuk resensi pada publikasi pers), tanpa ijin tertulis dari penerbit. Untuk informasi selanjutnya, dapat menulis surat kepada Kantor Bagian Publikasi, Council on Foreign Relations, 58 East 68 th Street, New York, NY

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif 01 Peta Indonesia 15 Laporan Pengantar 17 Pihak-pihak Internasional Yang Terkait 24 Penadbiran 34 Bidang Ekonomi 39 Kemanan 48 Perkembangan Sosial 58 Keadilan dan Rekonsiliasi 66 Dorongan dan Tindakan dari Pihak-pihak Berkepentingan 70 Lampiran 75 Pernyataan Misi CPA 94 Komite Penasehat CPA 96

4

5 KATA PENGANTAR Setelah peristiwa 11 September dan pemboman klub malam di Bali, otoritas Indonesia telah memiliki tenaga baru dalam menangani berbagai masalah negerinya di bidang keamanan, ekonomi, dan politik. Presiden Indonesia, Megawati Sukarnoputri, tengah berupaya memecahkan berbagai kesulitan yang diwarisi dari masa lalu. Ekonomi telah bangkit kembali dari titik terendah selama krisis keuangan Asia dari tahun 1997 hingga Pemerintah telah mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat para pejabatnya lebih bertanggung jawab dan mendesentralisasikan kekuasaannya. Selain itu, Indonesia telah menangkap aktor gerakan Islam garis keras yang terlibat dalam teror tersebut. Terlepas adanya beberapa kemajuan, negara ini masih menghadapi berbagai macam persoalan besar dalam hal konflik berbau etnis dan agama. Kekerasan separatis timbul dari Aceh, propinsi yang terletak di paling ujung pulau Sumatra, sampai yang paling timur di Papua (sebelumnya dikenal dengan Irian Jaya), dimana kelompok separatis telah melakukan perlawanan senjata dalam waktu yang lama menentang Pemerintah Pusat. Pusat Tindak Pencegahan Konflik (Center for Preventive Action, CPA) yang berada di bawah naungan Council on Foreign Relations bekerja dengan mengembangkan dan mempromosikan rekomendasi-rekomendasi praktis yang nyata, untuk menghindari kekerasan yang mematikan. Komisi independen untuk Indonesia yang merupakan bagian dari CPA mempercayai bahwa hanya satu untuk menghindari konflik berkelanjutan di Papua yaitu dengan memberikan hak yang lebih besar untuk memerintah dan kepemilikan terhadap pembangunan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah di propinsi tersebut. Komisi meyakini bahwa pencapaian perdamaian yang berkelanjutan di Papua akan membangun momentum untuk menyelesaikan konflik lainnya di wilayah Indonesia, dan Papua dapat dijadikan sebuah model bagi pencegahan konflik yang lebih luas. Komisi berkesimpulan bahwa kunci bagi perdamaian dan kemajuan di Papua adalah penerapan secepatnya Undang-Undang Otonomi Khusus, yang ditetapkan oleh otoritas Indonesia tahun 2001, tetapi tidak pernah dilaksanakan.laporan Komisi menawarkan langkah konkrit yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak internasional terkait untuk mendorong pelaksanaan secara penuh dan efektif dari Otonomi Khusus. Komisi meyakini bahwa pembagian kekuasaaan menggambarkan kemenangan bagi semua pihak dengan memperbolehkan rakyat Papua untuk melaksanakan hak-hak demokratik secara penuh dalam kerangka negara kesatuan Indonesia. Kegagalan untuk menghentikan konflik di Papua akan menimbulkan lingkaran kekerasan mematikan yang membuat Indonesia menjadi tidak stabil. Tidak seorangpun menginginkan eskalasi konflik di Papua melahirkan sebuah tindakan keras militer dan tuntutan-tuntutan untuk intervensi kemanusiaan internasional. Untuk meningkatkan insentif bagi Pemerintah Pusat dan Papua, Komisi menekankan sejarah dari kerjasama yang erat antara organisasi internasional dengan otoritas Indonesia. Komisi mengusulkan agar Program Pembangunan PBB (United Nation

6 Development Programme, UNDP) meluncurkan Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik (Preventive Development Program). Hibah baru bagi aktifitas yang menghubungkan pembangunan tradisional dengan pencegahan konflik dapat diangkat melalui forum Bank Dunia (World Bank) yakni Consultative Group on Indonesia (CGI). Pemerintah pusat dapat mengangkat seorang Koordinator Papua (Papua Coordinator) untuk bekerja bersama para tenaga para ahli nasional dan spesialis internasional berpartisipasi dalam sebuah Tim Penasehat untuk Otonomi Khusus (Advisory Group for Special Autonomy) dan Kelompok Profesional Papua (Papua Professional Corps) guna membangun kapasitas lokal bagi pemerintahan mandiri yang efektif, transparan dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, tanggungjawab untuk pencegahan konflik terletak pada pemimpin Indonesia dan otritas Papua. Kami berharap bahwa keterlibatan Komisi menghasilkan ide baru dalam memajukan tujuan dan minat bersama. Terdapat banyak pihak yang patut menerima ucapan terima kasih. Komisi telah dipimpin secara baik oleh ketuanya, Laksamana Dennis C. Blair. Kepemimpinannya yang bijaksana dan pengetahuannya yang mendalam mengenai Asia Tenggara telah membantu Komisi merajut benang dalam menentukan rekomendasi-rekomendasi konstruktif bagi kepentingan kita bersama. Kami sangat menghargai Jenderal John W. Vessey, yang keterlibatan panjangnya selama beberapa dekade dalam CPA, telah berarti penting bagi kesuksesan ini. Sebuah kredit yang amat besar dari Komisi perlu diberikan kepada David Phillips, yang kerja kerasnya tidak dapat tergantikan. Sebagai Wakil Direktur CPA, David membawa antusiasme dan energi bagi semua usaha-usaha CPA. Kami juga sangat bersyukur kepada Yayasan Hewlett (Hewlett Foundation) atas dukungannya yang berlimpah. Leslie H. Gelb Presiden Council on Foreign Relations

7 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan ini, Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua, memusatkan perhatiannya pada Papua sebuah daerah terpencil, kaya akan sumber daya alam, namun merupakan daerah Indonesia yang miskin. Sampai penduduk Papua terpenuhi kemandirian dalam memerintah dan lebih memperoleh keuntungan hasil pengelolaan sumber daya alam, konflik yang terus berlanjut dapat menimbulkan sebuah lingkaran kekerasan di Papua. Selain itu juga dapat menimbulkan pengaruh ketidakstabilan daerah lainnya di Indonesia dengan mendorong kekerasan etnis, agama dan separatis di sepanjang kepulauan. Penerapan penuh dari Undang-Undang Otonomi Khusus untuk Papua akan merefleksikan kemenangan bagi semua pihak. Supaya terwujudnya hal ini, penduduk Papua akan melihat Otonomi Khusus sebagai sebuah demokratisasi, daripada sebuah mekanisme untuk menghalangi konsep mereka mengenai merdeka. 1 Sedangkan Pemerintah Indonesia akan melihat Otonomi Khusus dalam rangka mewujudkan kebutuhan dan kepentingan dari penduduk asli Papua, daripada sebuah langkah menuju kemerdekaan politik. Pihak Internasional dapat memberikan bantuan melalui pendekatan yang lebih fokus dan aktif, membangun kemampuan penduduk lokal untuk menerapkan Undang-Undang Otonomi Khusus. Mewujudkan keuntungan yang nyata bagi penduduk Papua juga akan meminggirkan mereka yang menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan politiknya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Papua sebagai salah satu prioritas utama untuk tahun Perbaikan situasi di Papua membutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah Indonesia, Otoritas Papua dan penduduk dari Papua. Walaupun pencegahan konflik merupakan tanggung jawab dari dari pihak yang terlibat konflik, Komisi ini juga menekankan peranan pihak internasional dalam pemeliharaan kerjasama tersebut. LATAR BELAKANG Perkembangan Indonesia akhir-akhir ini menuju masyarakat yang lebih terbuka menyediakan sebuah kesempatan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di masa lalu. Kontroversi yang pernah ada di mulai sejak pemerintah Belanda melepaskan daerah jajahannya kepada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949 sembari mempertahankan Papua. Dua puluh tahun kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1969, delegasi Papua memberikan suara secara aklamasi untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Namun demikian, beberapa pengamat independen dan sebagian besar penduduk asli Papua menganggap bahwa proses tersebut banyak kelemahannya dan legitimasinya kurang. 1 Merdeka adalah istilah Indonesia yang biasanya di asosiasikan dengan gerakan politik separatisme. Tetapi istilah ini mempunyai makna yang penting dan unik di Papua. Bagi kebanyakan penduduk asli Papua, merdeka ada hubungannya dengan visi utopia untuk emansipasi yang tidak hanya bermakna secara politik. Merupakan Teologi Pembebasan/Liberation Teologi yang artinya termasuk berakhirnya penindasan. 1

8 Pada bulan Juni 2000, 25,000 penduduk asli Papua dari 253 suku memilih anggota dan membentuk Presidium Dewan Papua (PDP) untuk mewakili aspirasi non-kekerasan mereka untuk kemerdekaan. Setelah jatuhnya Presiden Suharto, Pemerintah Pusat menjalankan reformasi politik yang mencakup desentralisasi di seluruh pelosok Indonesia. Sebagai upaya lebih jauh untuk memfasilitasi keinginan rakyat Papua, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mensyahkan Undang-Undang Otonomi Khusus untuk Papua (22 Oktober 2001). Apabila diimplementasikan, Undang-Undang Otonomi Khusus akan mengembalikan 80 persen dari royalti atas hasil pertambangan, kehutanan, dan perikanan, serta 70 persen atas hasil minyak dan gas kepada propinsi tersebut. Pada saat ini, meskipun Papua kaya akan sumber daya mineral, energi dan kehutanan, penduduknya tetap sebagai salah satu yang termiskin di seluruh Indonesia. Ketidakpuasan penduduk lokal, ditimbulkan oleh penundaan implementasi Undang- Undang Otonomi Khusus, tindakan keras oleh aparat keamanan, dan rasa frustasi dari penduduk asli Papua. Dalam rangka kemudahan administrasi dan pelayanan sosial yang lebih terjangkau di wilayah pedesaan, pada tanggal 27 Januari 2003, Presiden Megawati Sukarnoputri menerbitkan Instruksi Presiden (INPRES) yang membagi daerah Papua menjadi tiga propinsi. Pemimpin-pemimpin Papua telah menunjukkan reaksinya secara kritis. Mereka berpendapat INPRES tersebut sebagai usaha untuk memecah belah rakyat Papua dan melupakan reformasi yang dijanjikan oleh pemerintah melalui penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus. Usulan pemisahan Papua menjadi tiga propinsi menimbulkan ketegangan dan meningkatkan prospek akan terjadinya konflik. Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan sejak tahun Namun demikian Negara ini tetap menghadapi tantangan yang berat. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, Komisi merekomendasikan untuk mengintensifkan demokratisasi, desentralisasi dan, dalam kasus Papua, penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus. Komisi menghendaki adanya praktek penegakan keamanan yang lebih berhati-hati dan berttanggungjawab, peningkatan porsi dan pemerataan hasil kekayaan alam propinsi Papua kepada penduduk asli, serta proses penegakkan keadilan dan rekonsiliasi. Komisi mengusulkan mekanisme untuk mengawasi perkembangan serta strategi untuk donor dan koordinasi kebijakannya. Rekomendasi-rekomendasi yang diberikan memusatkan perhatiannya pada peranan Amerika Serikat dan pihak internasional lainnya dalam mendorong dan membantu penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus secara penuh. Walaupun banyak pihak dari dunia internasional terkait, Komisi dapat memahami adanya sejarah yang unik dari hubungan khusus antara Amerika Serikat dengan Indonesia. Amerika Serikat ingin mendukung usaha Indonesia dalam rangka mengkonsolidasikan reformasi politik dan peningkatan stabilitas keamanan nasional. Selain itu juga ingin melindungi kepentingan komersil dari perusahaan Amerika yang telah melakukan investasi dengan total nilai dua puluh lima miliar dollar AS (US$25 billion) dan, pada tahun 2001, mengekspor barang dan jasa ke Indonesia senilai tiga miliar dollar AS (US$3 billion). Keamanan mendapat perhatian yang khusus dari kedua Negara semenjak peristiwa 11 September, serta peledakan klub malam di Bali yang mengakibatkan perluasan kerjasama internasional dalam rangka perang terhadap teroris. 2

9 Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat berada pada tahap yang sulit di awal bulan 2003 ini. Sampai diterbitkannya laporan ini, permintaan komisi untuk mengunjungi Indonesia, termasuk Papua, belum mendapat persetujuan. PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN KOMISI Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua adalah inisiatif dari Pusat study Tindakan Pencegahan Konflik (Center for Preventive Action, CPA) dibawah naungan Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relations). Komisi ini adalah sebuah organisasi yang berorientasi pada hasil akhir memberikan temuan dan rekomendasi untuk mencegah konflik yang menimbulkan korban jiwa. Meskipun tanggung jawab utama dari pencegahan konflik ada pada pemerintah Indonesia dan pimpinan di Papua, Komisi mengusulkan untuk mendukung dan memperkuat tindakan dari pihak internasional pemerintah, organisasi internasional, perusahaan dan Organisasi Non Pemerintah (Ornop). Pencegahan konflik yang efektif dan tepat waktu membutuhkan kerjasama dan kepemimpinan dari Pemerintah Pusat. Indonesia adalah sebuah bangsa yang dibanggakan. Secara tegas menolak keterlibatan pihak luar dalam urusan internal. Walaupun pada tanggal 9 Desember 2002, perjanjian antara pihak Indonesia dan pihak separatis dari Aceh dipandang oleh masyarakat internasional sebagai langkah positif penyelesaian konflik yang berkepanjangan ini, bagi sebagian pihak Indonesia perjanjian menunjukkan bagaimana pihak separatis dapat meningkatkan posisinya ketika pihak luar dilibatkan. Hal yang sama dipersoalkan dalam kasus Papua. Pada tanggal 5 Februari 2003, Menteri Koodinator untuk masalah Politik, Sosial dan keamanan, Bambang Yudhoyono menekankan keinginan pemerintah untuk mencegah dukungan dari pihak luar kepada gerakan separatis di Papua. Titik tolak dari pendekatan yang digunakan oleh CPA adalah penggunaan imbalan dan hukuman oleh pihak internasional terkait untuk mendorong pelaksanaan reformasi oleh pemerintah dalam rangka implementasi dari Undang-Undang Otonomi Khusus. Komisi memahami kekhawatiran pemerintah. Oleh karena itu akan menekankan pada pemberian bantuan luar negeri yang bermanfaat sebagai insentif yang disediakan oleh pihak internasional. Dalam rangka penggunaan sumber daya pembangunan yang langka, Komisi memiliki keyakinan bahwa bantuan pembangunan dapat lebih tepat sasaran dengan menghubungkan tujuan pencegahan konflik dengan program sosial ekonomi ( Pembangunan Yang Mencegah Konflik ). Hal ini akan memungkinkan bagi pihak internasional terkait untuk berkoordinasi secara lebih baik dan bekerja lebih efektif dengan pemerintah Indonesia dan Pimpinan Papua. Laporan ini menggambarkan organisasi-organisasi yang ada dan mekanisme-mekanisme untuk bantuan resmi pembangunan (Official Development Assistance, ODA). HASIL TEMUAN DAN REKOMENDASI Dengan tujuan utama meningkatkan keuntungan dari penerapan Otonomi Khusus, Komisi memusatkan perhatian pada (a) Penadbiran, (b) ekonomi, (c) keamanan, (d) pembangunan sosial, dan (e) keadilan dan rekonsiliasi. Rekomendasi pada tiap-tiap 3

10 kategori ditujukan untuk memaksimalkan manfaat bagi Indonesia dan rakyat Papua dari hasil demokratisasi, desentralisasi dan pembangunan ekonomi. Rekomendasi juga berusaha memberikan sebuah konteks bagipenerapan secara penuh dan efektif dari Undang-Undang Otonomi Khusus. Penadbiran Penyelenggaran Pemerintah pada masa Presiden Suharto diwarnai dengan praktis berkuasanya satu partai politik, keberadaan aparat keamanan yang kuat dan menjangkau seluruh daerah, serta pemusatan kekuasaan dan kekayaan. Pelayanan dasar sosial, terutama di wilayah pedesaan Papua, telah meningkat kualitasnya akan tetapi tertinggal dibandingkan dengan perbaikan di daerah lain di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya kebanyakan penduduk Papua mengandalkan pada sistim organisasi lokal yang ada hubungannya dengan gereja serta berdasarkan pada adat (bentuk tradisional dari suku dan marga politik). Pada tahun 1999, Presiden B.J. Habibie melakukan inisiatif dalam melaksanakan rencana desentralisasi untuk membagi otoritas dan pendapatan negara yang lebih besar kepada pemerintah daerah. Sebagai langkah lanjutan dalam rangka kepemilikan lokal atas sumber daya alam Papua, Otonomi Khusus untuk Papua diterapkan pada masa pemerintahan pengganti Habibie, pemerintahan Abdurrahman Wahid. Melalui Undang- Undang ini Papua dapat memperoleh sampai 80 persen dari pendapatan yang dihasilkan oleh industri di dalam propinsi tersebut. Pelaksanaan Otonomi Khusus dihalangi oleh berbagai kepentingan di Pemerintah Pusat, yang bersumber dari rasa saling tidak percaya, serta akibat kurang pengalaman dan keterampilan, kapasitas yang tidak cukup di Papua untuk menangani tanggung jawab yang meningkat. Instruksi presiden yang membagi Papua menjadi tiga propinsi dikeluarkan tanpa sepengetahuan Majelis Rakyat Papua (MRP). Badan ini, yang disediakan dalam kaitannya dengan Undang-Undang Otonomi Khusus, belum dibentuk. Komisi berkeyakinan bahwa penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus secara efektif sangat penting peranannnya untuk mengurangi ketegangan di Papua. Untuk menjawab kekhawatiran Pemerintah Pusat akan stabilitas dan memungkinkan penadbiran mandiri bagi Papua melalui penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus, Komisi merekomendasikan - Pemerintah Indonesia menunda segala rencana untuk memisahkan Papua menjadi tiga propinsi dan sebaliknya mempercepat penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus secara penuh. Segala tindakan untuk mereorganisasi propinsi diharapkan melalui konsultasi dengan MRP, yang selanjutnya akan dibentuk dan dipilih anggotanya. - Pemerintah Indonesia mengangkat tokoh Indonesia yang berpengalaman dan dihormati secara luas sebagai Koordinator Papua (Papua Coordinator) Dibantu oleh tenaga ahli baik nasional maupun internasional sebagai bagian dari Tim Penasehat Otonomi Khusus (Advisory Group for Special Autonomy), Koordinator Papua (Papua Coordinator) akan bekerja sama dengan otoritas 4

11 Propinsi untuk membuat draft Undang-Undang dan peraturan yang dibutuhkan untuk penerapan Otonomi Khusus. - Program Pembangunan PBB (United Nations Development Program, UNDP), berkoordinasi dengan Kelompok Konsultasi untuk Indonesia (Consultative Group on Indonesia, CGI), dibawah naungan Bank Dunia (World Bank), mendirikan Kelompok Profesional Papua (Papua Professional Corps) yang terdiri dari tenaga ahli nasional dan internasional yang disponsori oleh Negara donor, perusahaan international dan organisasi non pemerintah untuk membantu proyek pembangunan ekonomi dan sosial dan juga berpartisipasi pada Tim Penasehat Khusus Otonomi (Special Autonomy Advisory Group). - Kelompok Konsultasi untuk Indonesia (Consultative Group on Indonesia, CGI) bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan pejabat Papua tingkat propinsi, untuk menilai dan meningkatkan kemampuan lokal untuk memperbaiki penadbiran termasuk manajemen, anggaran dan administrasi. - U.S. Agency for International Development (USAID) dan donor dari lembaga donor lain mendukung program pendidikan publik yang memusatkan perhatiannya fokus pada demokratisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan untuk Otonomi Khusus. Bidang Ekonomi Terlepas adanya perkembangan sejak krisis keuangan pada tahun , perekonomian Indonesia masih terpengaruh oleh tingginya tingkat hutang luar negeri dan Pinjaman domestik yang tak tertagih. Pemboman di Bali, yang memakan biaya lebih dari satu miliar dollar AS (US$1 billion) pada pendapatan yang hilang, telah lebih jauh melemahkan Investasi Langsung dari luar negeri (Foreign Direct Investment, FDI). Beban peraturan pada tingkat nasional dan propinsi juga mengganggu FDI. Untuk memecahkan masalah defisit anggaran dan membayar hutang, Kelompok Konsultasi untuk Indonesia (Consultative Group on Indonesia, CGI) menyetujui untuk memberikan pinjaman tambahan senilai dua koma tujuh miliar dollar AS US$2,7 billion (20 Januari 2003). Dana Keuangan Internasional (International Monetary Fund, IMF) sedang mendorong langkah-langkah hukum yang memberantas korupsi, serta perlindungan terhadap dunia usaha dari pengaruh politik untuk menggairahkan investasi, termasuk FDI. Penambangan Sumber daya Alam Papua secara berkala menciptakan keuntungan dan pendapatan pajak. Di Papua, Freeport-McMoRan Cooper and Gold Inc. (sering disebut Freeport) mengoperasikan pertambangan emas dan tembaga terbesar di dunia. Selain itu merupakan pembayar pajak terbesar di Indonesia dan juga perusahaan terbesar di Papua. Masyarakat asli Papua saat ini merupakan 26 persen dari pegawai Freeport di Papua. Penebangan kayu di Papua menghasilkan sekitar US$100 juta per tahun untuk Pemerintah Pusat. Sejak tahun 1997, BP (sebelumnya dikenal dengan nama British Petroleum) dan Badan Pelaksana Migas (BPMIGAS), pengatur sumber daya minyak pemerintah, telah membangun pertambangan gas-alam Tangguh. Ketika pertambangan 5

12 ini sudah berjalan di tahun 2007, Gas Alam Cair (LNG) Tanggguh akan di ekspor ke propinsi Fujian di Cina. Papua mempunyai sumber daya alam yang berlimpah. Namun demikian, wilayahnya tidak bertumbuh dan aktivitas ekonomi yang dihasilkan belum memberikan kontribusi besar pada pembangunan ekonomi yang menguntungkan penduduk asli Papua. Terlepas dari semua perbaikan pelayanan sosial sejak tahun 1960, sebagian besar penduduk asli Papua masih terlibat dalam aktivitas-aktifitas pencarian nafkah primitif termasuk berburu, memancing dan bertani. Perekonomian di wilayah perkotaan Papua hampir seluruhnya dimiliki oleh pendatang yang bukan penduduk asli Papua. Dalam Indeks Kesejahteraan Manusia (Human Development Index) tahun 2001, Papua tercantum sebagai propinsi kedua termiskin, setelah Nusa Tenggara Barat. Komisi meyakini bahwa pembangunan ekonomi akan meningkatkan lapangan pekerjaan dengan gaji yang lebih memadai di Papua yang dengan sendirinya meningkatkan kesejahteraan dan melunakkan ketidakpuasan penduduk. Komisi merekomendasikan bahwa - Otoritas tingkat nasional dan propinsi, termasuk gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), agar mempersiapkan suatu rencana induk (master plan) untuk pembangunan sumber daya yang berkelanjutan (sustainable resource development). Tenaga ahli dapat diperoleh melalui pihak pemerintah, perusahaan internasional dan Ornop. - Pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang Investasi Luar negeri yang lebih bersaing pada tingkat nasional dan propinsi, terutama pada industri pertambangan, kehutanan dan perminyakan. - Otoritas tingkat pusat dan tingkat propinsi membentuk dana yang diperoleh dari sistem bagi-hasil sepeti yang dipersyaratkan oleh penerapan otonomi daerah untuk mendukung pelatihan bisnis, kredit usaha kecil, koperasi tingkat desa dan proyek lainnya yang menghasilkan manfaat secara cepat serta menghasilkan lapangan pekerjaan bagi penduduk asli Papua. - Otoritas tingkat pusat dan tingkat propinsi membuat suatu kampanye anti korupsi secara terus menerus, termasuk membentuk Komisi Anti Korupsi di Papua, serta donor juga membantu Kamar Dagang Papua untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai etika bisnis dan anti korupsi. - Otoritas tingkat pusat dan tingkat propinsi, melalui konsultasi dengan Kelompok Konsultasi untuk Indonesia (Consultative Group on Indonesia, CGI), mendirikan sebuah Kelompok Profesional Papua (Papua Professional Corps) untuk membantu proyek pembangunan ekonomi dan sosial serta bekerja di departemen pemerintah propinsi. - Perusahaan Internasional, berkerjasama dengan pemerintah Indonesia dan Tim Penasehat Khusus Otonomi, berinisiatif membentuk suatu prosedur yang memungkinkan adanya transparansi yang lebih baik dari pengalihan pendapatan 6

13 antara perusahaan dengan pemerintahan tingkat pusat, propinsi serta kabupaten seperti inisiatif organisasi non pemerintah, Publikasikan Yang Anda Bayar (Publish What You Pay), yaitu meminta perusahaan secara penuh melaporkan kepada publik pembayaran pajak dan royalti yang mereka lakukan. - Perusahaan nasional dan internasional mempertahankan dan memperbaiki pelatihan serta penerimaan terhadap penduduk asli Papua. Keamanan Tentara Nasional Indonesia (TNI), terutama Angkatan Darat dan Polisi Republik Indonesia (POLRI) mempunyai pengaruh yang besar di Papua dan Propinsi lain dimana terdapat kekerasan atau gerakan separatis. TNI hanya memperoleh dana sebesar persen dari anggaran nasional. Sedangkan sisanya diperoleh melalui aktivitas legal dan ilegal. Walaupun tidak terdapat ancaman langsung dari luar terhadap Papua, Undang- Undang Indonesia menuntut TNI untuk mengamankan aset-aset nasional. Oleh karena itu TNI memberikan keamanan untuk operasional pertambangan dan energi di Papua. Pembayaran untuk keamanan oleh perusahaan internasional berkontribusi terhadap korupsi yang dilakukan oleh personel TNI yang digaji kecil dan kurang disiplin. Reformasi pada tingkat nasional untuk memperbaiki pelatihan dan mengawasi TNI secara penuh belum sepenuhnya berpengaruh pada tingkat lokal. Di daerah tertentu seperti Papua, Pemerintah Pusat belum dapat memonitor secara penuh aktivitas keamanan tingkat lokal. Pelatihan terhadap pegawai dan prajurit/tentara kurang merata aplikasinya dan prajurit/tentara tidak dituntut pertanggung jawabannya atas pembunuhan atau mencederai penduduk Papua, atau untuk merusak harta benda/property penduduk. Terdapat beberapa kemajuan yang menggembirakan. Pada tanggal 21 April 2003, tujuh prajurit Kopassus TNI (Komando Pasukan Khusus) dinyatakan bersalah atas pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua (PDP), Theys Eluay dan dihukum penjara selama 42 bulan. TNI dan POLRI sedang bekerja sama dengan U.S. (Federal Bureau of Investigation, FBI) menyelidiki pembunuhan dua warga negara Amerika Serikat dan satu warga negara Indonesia yang bekerja untuk Freeport (31 Agustus 2002). TNI juga telah mengumumkan rencana-rencananya untuk menindak penebangan hutan yang ilegal di Papua. Komisi yakin bahwa pasukan keamanan yang memperoleh pelatihan memadai, di gaji dengan layak dan lebih bertanggung jawab sangat penting untuk penegakkan hukum, ketertiban dan kemanan sekaligus menurunkan rasa sakit hati, dalam hal ini sentimen untuk separatisme. Komisi merekomendasikan - Pemerintah Indonesia dan TNI mengawasi secara ketat aktivitas dari pasukan khusus TNI (KOPASSUS) dan secara bertahap menarik pasukan KOPASSUS dari Papua. - POLRI terus melaksanakan tanggung jawabnya untuk menegakkan hukum dan ketertiban. Dalam konteks ini, POLRI mereformulasi mandat dan misi dari BRIMOB di Papua untuk hanya terlibat dalam tugas kepolisian sehari-hari. 7

14 - Program-program bantuan donor untuk kepolisian dan militer mengembangkan suatu perencanaan, melalui kerjasama dengan TNI dan kepolisian tingkat propinsi (POLDA), untuk berkonsentrasi pada kegiatan konsultasi dan pelatihan pada unitunit di Papua, dan memusatkan perhatian pada prosedur-prosedur keamanan yang efektif yang menghormati hak warga negara dan menitikberatkan pada kebijakan yang berorientasi rakyat. - TNI dan POLDA menindaklanjuti kesuksesannya menumpas penebangan hutan liar dengan lebih jauh mengurangi keterlibatan personil mereka dalam aktivitas yang tidak legal. - Pemerintah Indonesia memperbaiki undang-undang tentang perlindungan aset nasional untuk mengakhiri persyaratan bahwa perusahaan harus menggunakan TNI untuk kontrak pengamanan, sehingga organisasi keamanan lokal dapat dikembangkan. - Perusahaan internasional yang beroperasi di Papua secara bertahap menghentikan kontrak jasa pengamanan dengan TNI, dengan adanya perubahan dalam undangundang, dan melaporkan bahwa mereka telah memenuhi standard Prinsip-Prinsip Sukarela Keamanan dan HAM (Voluntary Principles on Security and Human Rights). Perkembangan Sosial Perubahan demografi dan pola pembangunan ekonomi telah menyisihkan nilai-nilai dan lembaga-lembaga di propinsi tersebut. Populasi Papua yang berjumlah 2.1 juta jiwa termasuk sekitar 800,000 imigran dari bagian lain Indonesia yang mendominasi pegawai negeri dan menguasai bisnis lokal. Pelayanan sosial bagi kebanyakan penduduk asli Papua disediakan oleh lembaga-lembaga adat tradisional dan organisasi informal yang ada hubungannya dengan gereja Katolik dan Protestan. Kebanyakan penduduk asli Papua tidak bersekolah dan sektor kesehatan Papua kurang terawat karena tidak di perhatikan dan dukungan dana yang tidak layak. Komisi berkeyakinan bahwa perbaikan yang signifikan dalam pelayanan sosial akan menolong rakyat Papua memperoleh kebutuhan dasarnya dan pemberian jasa yang lebih baik akan meningkatkan kepercayaan terhadap sektor publik. Komisi merekomendasikan - Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah Papua meggunakan dana berasal dari donor untuk meningkatkan pendidikan dan program kesehatan di Papua, termasuk pelatihan, agar dapat memperoleh standard kehidupan yang sama dengan daerah lainnya di Indonesia. - Pihak-pihak yang terkait dalam organisasi yang memberikan bantuan/sumbangan sosial untuk pemerintah di Indonesia diharapkan memperluas dan mengkoordinasikan program mereka di Papua, dengan menekankan pada pelayanan terhadap penduduk yang berada di wilayah terpencil. 8

15 Keadilan dan Rekonsiliasi Presiden Megawati telah meminta maaf untuk kesalahan-kesalahan kebijakan masa lalu serta tindak kekerasan militer yang dilakukan sepanjang perayaan Hari Kemerdekaan di tahun Namun demikian, masih banyak yang harus dikerjakan, dalam menguatkan penegakkan hukum, membawa yang melanggar HAM ke pengadilan, melindungi aktivis HAM dan tidak mengulangi sejarah ketidakadilan. Beberapa pengamat independen dan kebanyakan masyarakat Papua melihat keputusan untuk bebas memilih tahun 1969, dimana Papua masuk dalam otoritas pemerintah Indonesia, penuh dengan kelemahan dan tidak memperoleh legitimasi. Aktivis-aktifis separatispun menuntut pelurusan sejarah dan merdeka. Komisi meyakini bahwa diperlukan suatu pertanggung jawaban dan sebuah proses untuk mengungkap sejarah kekerasan di Papua dan mempromosikan hubungan harmonis antar kelompok. Komisi merekomendasikan - Pemerintah Pusat dan otoritas di Papua memastikan bahwa pelaku pelanggaran HAM dituntut di pengadilan yang tidak memihak, yang diisi oleh hakim dan jaksa penuntut yang independen. - Pemerintah Indonesia, melalui konsultasi dengan pimpinan Papua seperti Gubernur, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan masyarakat madani serta pimpinan agama, merancang Kelompok Rekonsiliasi (Reconciliation Group) dipimpin oleh tokoh yang terkemuka, untuk berkonsultasi dengan rakyat Papua, pengamat nasional dan tenaga ahli internasional untuk membuat kembali Dialog Nasional (National Dialogue) dan membentuk proses kebenaran, keadilan dan rekonsiliasi yang patut untuk Papua seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang Otonomi Khusus. - Para donor, organisasi internasional dan perusahaan yang beroperasi di Papua menyediakan bantuan tambahan kepada organisasi-organisasi lokal yang terlibat dalam bidang pendidikan dan pemantauan Hak Asasi Manusia. - Organisasi yang berbasis agama, etnik dan suku terus menerus melaksanakan dialog untuk memecahkan masalah pertikaian secara damai, dan sumber daya donor digunakan untuk melembagakan dialog tersebut melalui penguatan sebuah badan pemerintah tetap (seperti, Komisi Perdamaian Papua). Koordinasi Kebijakan Papua menjadi perhatian dunia internasional ketika terjadi insiden kekerasan, seperti pembunuhan terhadap warga negara asing atau seorang tokoh Papua, atau pada saat pertemuan internasional dimana pertanyaan mengenai pemisahan Papua dari Indonesia diangkat. Dalam situasi seperti itu, Pemerintah Indonesia senantiasa bersikap defensif. Komisi mendorong agar pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk melibatkan pihak-pihak yang terkait secara positif, seperti contoh, mencoba menggalang dukungan untuk penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus. Selain itu Komisi menganjurkan 9

16 - Pemerintah Indonesia menugaskan Koordinator Papua (Papua Coordinator) untuk bertanggung jawab mengangkat isu Papua di Pemerintah Pusat, memperkuat komunikasi antar departemen, menciptakan dialog secara terus menerus antar pejabat Indonesia dengan pimpinan Papua, dan secara konstruktif melibatkan pihak-pihak internasional. - Para donor mendukung Badan Pemantauan Papua (Papua Monitoring Group) yang terdiri dari tenaga ahli di Jakarta dan Papua untuk memonitor keadaan, memberi masukan akan kebijakan dan meningkatkan kesadaran internasional akan masalah yang mendesak di Papua. - Pemerintah dalam dan luar negeri yang terkait, meningkatkan perhatiannya kepada Papua melalui kunjungan secara berkala oleh para Duta Besar dan pejabat lainnya, dan juga dengan memasukkan Papua pada agenda dialog tingkat bilateral dan multilateral. Koordinasi Antar Pihak-Pihak Yang Tekait Untuk meningkatkan koordinasi antar para donor dan penggunaan sumber daya pembangunan yang amat langka secara lebih bijaksana, Komisi merekomendasikan - Komisi Eropa (The European Commission, EC), mengajukan dan memastikan dukungan untuk mengadopsi Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik (Preventive Development Program) pada pertemuan Kelompok Konsultasi untuk Indonesia mendatang. - Program Pembangunan PBB (United Nations Development Program, UNDP) dan Negara donor dapat melaksanakan Penilaian terhadap Pembangunan Yang Mencegah Konflik (Preventive Development Assesment) untuk mengawasi aktivitas pencegahan konflik yang sedang berlangsung, mengidentifikasi kelemahan program dan membangun strategi untuk Papua. - Kelompok Konsultasi untuk Indonesia mendorong anggotanya untuk mendirikan Komite Papua (Papua Committee) dengan kelompok-kelompok kerabat donor (Donor Affinity Groups, DAG) untuk membantu mengkoordinir para donor dan mengumpulkan dana baru untuk kegiatan yang diselenggarakan sebagai bagian dari Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik. - Negara donor, seperti Jepang, menyelanggarakan konferensi untuk meluncurkan Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik. Uni Eropa (EU) merupakan organisasi yang tepat untuk mengusulkan Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik sebagai tindak lanjut dari Misi Pengawasan Pencegahan Konflik di Indonesia tahun 2001 (2001 Conflict Prevention Assessment Mission to Indonesia), yang disambut baik oleh Pemerintah Indonesia. 10

17 Kelompok Konsultasi untuk Indonesia dibawah naungan Bank Dunia mengkoordinir pembiayaan yang diberikan oleh tiga puluh anggotanya (agen multilateral dan negara donor). Untuk menolong Indonesia bangkit dari krisis keuangan Asia ( ), Bank Dunia menyediakan empat setengah miliar dolar AS (US$ 4.5 billion) sebagai bagian dari sebuah program bantuan yang dipimpin oleh Dana Keuangan Internasional (International Monetary Fund, IMF) sejak tahun Pada konferensi yang baru saja diselenggarakan oleh Bank Dunia (20 Januari 2003), para donor menyetujui untuk memberikan paket bantuan senilai dua koma tujuh miliar dolar AS (US$2.7 billion). Program Pembangunan PBB bekerja sama dengan badan-badan khusus PBB menghubungkan program pembangunanekonomi dan sosial dengan pencegahan konflik. Ditambah lagi, lembaga yang didukung Program Pembangunan PBB, Mitra untuk Reformasi Penadbiran (Partnership for Governance Reform) mendukung desentralisasi dan Otonomi Khusus. PBB telah mengalami kemajuan dalam menjalin hubungan baik dan konstruktif dengan pemerintah Indonesia, setelah sebelumnya terganggu dengan peran PBB dalam pemisahan Timor Timur dari Indonesia. Negara Jepang diajukan sebagai penyelenggara konferensi para donor untuk meluncurkan Program Pembangunan Yang Mencegah Konflik. Di kawasan Asia Pasifik, Jepang telah membuktikan ketertarikannya pada Pembangunan untuk Perdamaian. (development for peace) Sebagai negara donor terbesar untuk Indonesia, Jepang memberikan kontribusi senilai rata-rata satu koma sembilan miliar dolar AS (US$1.9 billion) pada tahun 90-an. Kelompok kelompok donor kerabat akan mengumpulkan para negara dan organisasiorganisasi donor untuk secara lebih jauh mengkoordinasikan asistensi dan memfokuskan bantuan untuk pencegahan konflik. U.S. Agency for International Development (USAID) telah mengintegrasikan pencegahan konflik pada seluruh strategi untuk memberi bantuan kepada negara melalui kantor dari Pencegahan Konflik dan Reaksinya (Office of Conflict Prevention and Response, OCPR) yang berkedudukan di Indonesia. Negara Belanda mempunyai perhatian khusus pada Papua karena hubungan sejarah dengan propinsi tersebut. Kementerian Belanda untuk Pembangunan dan Kerjasama Internasional (The Dutch Ministry for International Cooperations and Development) serta Badan Pembangunan Internasional Kanada (Canadian International Development Agency, CIDA) mendukung penadbiran dengan penekanan pada desentralisasi. Sejak peristiwa peledakan bom di Bali, Australia telah melakukan langkah untuk memperkuat kerjasama dengan Indonesia. Badan Australia untuk Pembangunan Internasional (The Australian Agency for International Development, AusAID) memfokuskan diri pada bantuan untuk Indonesia bagian timur, termasuk Papua. Donor lain, seperti Departemen Kerajaan Inggris untuk Pembangunan Internasional (United Kingdom s Department for International Development, DFID) dan Bank untuk Rekonstruksi dan Pembangunan milik negara Jerman (KfW) mendukung Biro untuk Pencegahan Konflik dan Pemulihan (Bureau for Crisis Prevention and Recovery, BCPR) yang merupakan bagian dari Program Pembangunan PBB. Negara-negara tetangga dan asosiasi tingkat regional dapat memiliki peranan penting untuk meredam radikalisasi di dalam diri rakyat Papua. Negara Papua New Guinea (PNG) memahami bahaya dari gerakan militan bersenjata, karena telah mengalami 11

18 perang dengan Angkatan Bersenjata revolusi Bougainville. Negara Timor Timur yang baru berdiri mendukung desentralisasi untuk menjamin hak politik dan budaya rakyat Papua. Negara Vanuatu, Nauru dan Kepulauan Solomon telah membina hubungan dengan pimpinan di Papua dan dapat berperan sebagai peredam radikalisasi. Forum Kepulauan Pasifik (Sebelumnya Forum Pasifik Selatan), yang mengadopsi resolusi pada bulan Agustus 2002 menyatakan bahwa Papua adalah bagian integral dari Indonesia, sehingga forum ini juga dapat berperan. Perusahaan Internasional dapat lebih jauh mendukung pelunakkan dengan memperkenalkan proyek yang menguntungkan rakyat Papua. Aktivitas tersebut sedang berjalan dan harus lebih ditingkatkan. Freeport membentuk suatu Dana Abadi Kepemilikan Lahan Secara Sukarela (Voluntary Land Rights Trust Fund) pada tahun Dana tersebut menghasilkan bunga sebesar delapan belas juta dolar AS (US$18 million) per tahun untuk membiayai pendidikan, kesehatan, usaha kecil dan infrastruktur di Papua. BP bekerja sama dengan USAID dan wakil dari perwakilan pemerintah lokal melaksanakan sebuah diversifikasi strategi pertumbuhan dengan menyalurkan investasi kepada desa-desa; BP juga mengembangkan inovasi dalam perencanaan keamanan berbasis rakyat. Organisasi internasional juga dapat berperan. Transparansi Internasional, misalnya, yang menyediakan bantuan teknis dalam usaha memberantas korupsi, sangat aktif melaksanakan kegiatannya di Indonesia. Inisiatif Publikasikan Yang Anda Bayar (Publish What You Pay) oleh organisasi Open Society Institute mendorong perusahaan multinasional untuk mengumumkan secara terbuka laporan keuangan mereka. Organisasi InterNews mendukung beberapa stasiun radio dan surat kabar di Papua, dan membuat program yang dinamakan Laporan Untuk Perdamaian (Reporting for Peace). Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua mengusulkan untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat Indonesia dan pimpinan Papua dengan tujuan mendiskusikan temuan dan rekomendasi yang diberikan. Laporan ini dapat dijadikan sebagai titik awal untuk membentuk kepercayaan dan meningkatkan pencegahan konflik. Komisi, dalam hal ini, tidak akan bertindak sebagai mediator. 12

19 Koordinasi Kebijakan Inisiatif dan Struktur Yang Diusulkan Struktur Badan Pelaksana Fungsi Koordinator Papua (Papua Coordinator) Tim Pemantau Papua (Papua Monitoring Group) Koordinasi Pihak-pihak Yang Terkait Komite Papua (Papua Committee)/ Kelompok Donor Yang Terkait Penadbiran Tim Penasehat Otonomi Khusus (Advisory Group for Special Autonomy) Pemerintah Indonesia Center for Strategic and International Studies, Jakarta Kelompok Konsultasi untuk Indonesia (Consultative Group on Indonesia, CGI) Pemerintah Indonesia/ Otoritas di Papua Mengangkat isu Papua di Pemerintah Pusat. Meningkatkan komunikasi antar badan-badanyang terlibat. Mewujudkan dialog antara Pejabat Indonesia dan Pimpinan Papua, serta melibatkan pihak-pihak internasional yang terkait. Bekerja sama dengan Tim Penasehat Otonomi Khusus (Advisory Group for Special Autonomy) untuk membuat draf undangundang dan peraturan yang diperlukan untuk penerapan Otonomi Khusus. Memonitor dan melaporkan perkembangan dan masalah akan kondisi yang menyebabkan konflik. Membantu dalam hal koordinasi antar para donor dan mengumpulkan dana-dana baru. Membantu membuat draft undang-undang dan peraturan yang dibutuhkan untuk penerapan Otonomi Khusus. 13

20 Kelompok Profesional Papua (Papua Professional Corps) Program Pembangunan PBB (UNDP)/ Kelompok Konsultasi untuk Indonesia Membantu proyek pembangunan ekonomi dan sosial yang disponsori oleh donor. Bekerja di dalam departemen pemerintah tingkat propinsi Berpartisispasi dalam Tim Penasehat Otonomi Khusus (Advisory Group for Special Autonomy). Biro Pengawasan DPRD Memastikan terdapatnya partisipasi yang adil dan setara bagi penduduk asli Papua dalam perangkat pemerintahan. Ekonomi Komisi Anti Korupsi Keadilan dan Rekonsiliasi Pemerintah Indonesia/ DPRD Membangkitkan kesadaran dan melawan korupsi. Mengadakan pelatihan anti korupsi. Kelompok Rekonsiliasi (Reconciliation Group) Pemerintah Indonesia/ pimpinan-pimpinan di Papua Berkonsultasi dengan tenaga ahli nasional maupun internasional untuk proses penegakkan kebenaran, keadilan dan rekonsiliasi di Papua. Inspektur Jenderal TNI cabang Papua TNI Meningkatkan kesadaran dan melawan korupsi. Tanggungjawab profesional POLRI POLRI/POLDA Meningkatkan kesadaran dan memberantas korupsi. cabang Papua 14

Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan

Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan Kolaborasi Masyarakat Sipil dan Lembaga ODA di Asia Tenggara Oleh David Winder dan Rustam Ibrahim Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan

Lebih terperinci

PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH

PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Crisis Management Initiative PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Laporan Akhir Crisis Management Initiative 1 PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Laporan Akhir Laporan ini diterbitkan dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso

Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso Juni 2011 Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue The Centre for Humanitarian

Lebih terperinci

MIGRASI TENAGA KERJA DARI INDONESIA

MIGRASI TENAGA KERJA DARI INDONESIA MIGRASI TENAGA KERJA DARI INDONESIA Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mempunyai komitmen terhadap tegaknya prinsip migrasi secara manusiawi dan tertib yang mendatangkan kesejahteraan bagi komunitas

Lebih terperinci

Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia

Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA MELALUI PEMANFAATAN PERSPEKTIF AGAMA DAN TOKOH MASYARAKAT: Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia Oleh: Mashadi Said Disunting oleh: Nancy

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik September 2012 Ucapan Terima Kasih Laporan ini disusun oleh Pusat Hukum dan Demokrasi (Centre for Law

Lebih terperinci

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 I. KONTEKS 7. I.1 Kinerja Makroekonomi dan Tantangan Perdagangan 7

Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 I. KONTEKS 7. I.1 Kinerja Makroekonomi dan Tantangan Perdagangan 7 Daftar Isi Daftar isi KATA PENGANTAR 1 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 I. KONTEKS 7 I.1 Kinerja Makroekonomi dan Tantangan Perdagangan 7 I.2. Regulasi Teknis Luar Negeri dan Akses Pasar Ekspor 8 I.3. Standar Internasional

Lebih terperinci

HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK

HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK 1 2 Bab 1 HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK Apakah perlindungan anak itu? Istilah perlindungan anak (child protection) digunakan dengan secara berbeda oleh organisasi yang berbeda di dalam situasi yang berbeda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Y.M. Sam Kahamba Kutesa

Y.M. Sam Kahamba Kutesa Presiden sesi ke-69 dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Y.M. Sam Kahamba Kutesa Sam Kahamba Kutesa terpilih menjadi Presiden sesi ke-69 Majelis Umum PBB pada tanggal 11 Juni 2014. Pada saat yang

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia International Labour Organization Jakarta Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang Sukses Pedoman pelatihan untuk manajer dan pekerja Modul EMPAT SC RE Kesinambungan Daya Saing dan

Lebih terperinci

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses Buruh Migran Terhadap

Lebih terperinci

Mendayai Masa Depan. Studi Kasus. Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru. Ringkasan. Oleh Bramantyo Prijosusilo.

Mendayai Masa Depan. Studi Kasus. Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru. Ringkasan. Oleh Bramantyo Prijosusilo. Mendayai Masa Depan Rencana Indonesia untuk Kekayaan Minyaknya yang Baru Oleh Bramantyo Prijosusilo Februari 2012 Ringkasan Setelah terjadi ledakan besar desentralisasi Indonesia pada tahun 2001, pemerintah

Lebih terperinci

Standar Transparansi APEC untuk Pengadaan di Indonesia. Dalam Tahap Pengerjaan

Standar Transparansi APEC untuk Pengadaan di Indonesia. Dalam Tahap Pengerjaan Standar Transparansi APEC untuk Pengadaan di Indonesia Dalam Tahap Pengerjaan Transparency International-USA dan Center for International Private Enterprise. Semua Hak Cipta Dilindungi. 2011 Peneliti utama:

Lebih terperinci

TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS 2011-2015

TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS 2011-2015 TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS 2011-2015 mewujudkan Operasi Yang BertanggungJawab & Berkelanjutan dicetak di atas kertas daur ulang Daftar Isi Daftar Gambar...7 Daftar Tabel...9 Akronim...11 Rangkuman

Lebih terperinci

Indonesia Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi

Indonesia Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi 1 Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi Manual untuk Peserta 2 Bagaimana Pemohon Bisa Memanfaatkan Hak atas Informasi Manual Peserta : Bagaimana Pemohon Bisa MemanfaatkanHak Atas Informasi

Lebih terperinci

International Labour Organization. Hak Atas Pekerjaan yang Layak. bagi Penyandang. Disabilitas

International Labour Organization. Hak Atas Pekerjaan yang Layak. bagi Penyandang. Disabilitas International Labour Organization Hak Atas Pekerjaan yang Layak bagi Penyandang Disabilitas International Labour Organization Hak Atas Pekerjaan yang Layak bagi Penyandang Disabilitas Hak Pekerjaan yang

Lebih terperinci

Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara

Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Shelley Marshall Samantha Balaton-Chrimes Omar Pidani Proyek Mekanisme Non-Yudisial Yang Mengatur

Lebih terperinci

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia Luca Tacconi Krystof Obidzinski Ferdinandus Agung Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi

Lebih terperinci

Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta

Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta September 2006 Volume 18 No. 10(C) Ringkasan Laporan Human Rights Watch, Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta Versi lengkap laporan ini terdapat dalam Bahasa Inggris. Ringkasan... 1 Standar

Lebih terperinci

PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION

PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION OFFICIAL TRANSLATION PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT DIWAKILI OLEH THE MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION PERJANJIAN MILLENIUM CHALLENGE DAFTAR ISI Halaman Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG

Lebih terperinci

Piagam Sumber Daya Alam. Edisi Kedua

Piagam Sumber Daya Alam. Edisi Kedua Piagam Sumber Daya Alam Edisi Kedua Piagam Sumber Daya Alam Edisi Kedua Rantai keputusan piagam sumber daya alam LANDASAN DOMESTIK UNTUK TATA KELOLA SUMBER DAYA Penemuan dan keputusan untuk mengekstraksi

Lebih terperinci

Mewujudkan Tata Pemerintahan Lokal yang Baik (Local Good Governance) dalam Era Otonomi Daerah 1

Mewujudkan Tata Pemerintahan Lokal yang Baik (Local Good Governance) dalam Era Otonomi Daerah 1 Mewujudkan Tata Pemerintahan Lokal yang Baik (Local Good Governance) dalam Era Otonomi Daerah 1 oleh: Max H. Pohan Kepala Biro Peningkatan Kapasitas Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berperikehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, bersatu,

Lebih terperinci

Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan

Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan Menanggulangi Pekerja Anak: Panduan untuk Pengawas Ketenagakerjaan International national Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC) In Focus Programme on Safety and Health at Work ork and the

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 25 TAHUN 2000 (25/2000) Tanggal: 20 NOVEMBER 2000 (JAKARTA) Sumber: LN 2000/206 Tentang: 2000-2004 PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS)

Lebih terperinci