TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS 2011-2015"

Transkripsi

1 TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS mewujudkan Operasi Yang BertanggungJawab & Berkelanjutan

2 dicetak di atas kertas daur ulang

3 Daftar Isi Daftar Gambar...7 Daftar Tabel...9 Akronim...11 Rangkuman Eksekutif...15 I Pengantar...17 II Konteks Eksternal dan Internal...25 Standar Eksternal yang Relevan dan Praktik Terbaik...25 Konteks Proyek...25 Masyarakat Asli...30 Keadaan Daerah...32 Kemajuan & Pencapaian...33 Mendorong Pembangunan Berbasis Aset Masyarakat...37 III Tujuan Umum...39 IV Komponen Strategi...41 Asumsi Utama...41 Pengaruh Isu-Isu Lokal pada Strategi ISP Pendekatan Strategis...44 Karakteristik Utama...48 Strategi Dasar...50 Arsitektur Strategi...52 Ikhtisar Program Strategis...53 V Implementasi Strategi...65 Kerangka Kerja Implementasi...65 Monitoring & Evaluasi...70 Kompetensi Utama dan Organisasi...72 Komposisi Anggaran...75 Lampiran

4 Daftar Gambar 1 Lokasi Proyek Cadangan Gas Tangguh Pabrik LNG dan Fasilitas Pendukungnya Mata Pencaharian di RAV (2009) Transfer Dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah di Papua Kerangka Kerja Rencana Aksi Masyarakat (CAP) Arsitektur Strategi ISP Rantai Hasil Program Proses Implementasi Struktur Organisasi Komposisi Anggaran Komposisi Anggaran

5 Daftar Tabel 1 Tujuan Program Isu-isu yang Mengemuka di DAV Ringkasan Proses Konsultansi Dampak Fase Operasional yang Signifikan Isu dan Mitigasi yang Berhubungan dengan Masyarakat Asli Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Provinsi Papua Barat Kampung dan Kecamatan Tempat ISP Dilaksanakan Peningkatan Pendapatan Keluarga Berdasarkan Kampung Jenis Intervensi Pembangunan Kerangka Kerja Pelaksanaan ISP Monitoring dan Evaluasi ISP Kompetensi untuk ISP Kegiatan Operasi dan Dampaknya Seperti Dinyatakan dalam AMDAL Gambaran dan Indikator Kinerja Utama untuk Program Tata Kelola Gambaran dan Indikator Kinerja Utama untuk Program Komunikasi & Urusan eksternal Gambaran dan Indikator Kinerja Utama untuk Program Kesehatan Masyarakat Gambaran dan Indikator Kinerja Utama untuk Program Pendidikan & Pelatihan Gambaran dan Indikator Kinerja Utama untuk Program Mata Pencaharian Format Perencanaan Tahunan Anggaran Kegiatan Tahunan Formulir Monitoring Program Tata Kelola untuk Tahun Program Komunikasi & Urusan Eksternal untuk Tahun Program Mata Pencaharian untuk Tahun Program Kesehatan Publik untuk Tahun Program Pendidikan & Pelatihan untuk Tahun

6 Akronim ABCD Asset Based Community Development, Pembangunan Masyarakat Berbasis Aset ADB Asian Development Bank, Bank Pembangunan Asia ADK Alokasi Dana Kampung, Village Fund Allocation AMDAL Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Social and Environmental Impact Analysis CAP Community Action Planning, Rencana Aksi Masyarakat CBO Community Based Organizations, Organisasi Berbasis Masyarakat CEPPS Consultation, Empowerment, Partnership, Participation, and Sustainability, Konsultasi, Pemberdayaan, Kemitraan, Partisipasi dan Keberlanjutan CLTS Community Led Total Sanitation, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat CSO Civil Society Organization, Organisasi Masyarakat Sipil CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun, Soap Hand Washing DAK Dana Alokasi Khusus, Special Allocation Fund DAU Dana Alokasi Umum, General Allocation Fund DAV Directly Affected Villages, Kampung yang Terkena Dampak Langsung Proyek DBH Dana Bagi Hasil, Income Sharing Fund DDUB Dana Daerah untuk Urusan Bersama, Local Fund for Public Affairs DGS Diversified Growth Strategy, Strategi Pertumbuhan yang Menyebar dan Merata EMIS Education Management Information System, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan GDP Group Defined Practices, Praktik yang Ditetapkan Grup GRP Group Recommended Practices, Praktik yang Direkomendasikan Grup HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome, Virus Penurunan Kekebalan Tubuh/ Sindrom Menurunnya Kekebalan Tubuh ICBS Integrated Community Based Security, Keamanan Berbasis Masyarakat Terpadu IPDP Indigenous People Development Plan, Rencana Pembangunan Masyarakat Adat ISP Integrated Social Program, Program Sosial Terpadu LARAP Land Acquisition and Resettlement Action Plan, Rencana Aksi Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali LNG Liquefied Natural Gas, Gas Alam Cair MDG Millennium Development Goals, Tujuan Pembangunan Milenium Musrenbang Musyawarah Perencanaan Pembangunan, Development Planning Meeting NGO Non Governmental Organizations, Organisasi Non Pemerintah PEG Poverty, Environment, and Gender, Kemiskinan, Lingkungan dan Jender PEME Plan, Execute, Monitor, Evaluate, Rencana, Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi PIC Person in Charge, Penanggung Jawab PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, National Program for Community Empowerment Posbumil Pos Pelayanan Ibu Hamil, Pregnant Women Service Post Posyandu Pos Pelayanan Terpadu, Children under Five Integrated Service Post Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat, Community Health Centre PRA Participatory Rural Appraisal, Penilaian Kampung Partisipatif 11

7 RAV Respek SOP YPTB Resettlement Affected Villages, Kampung yang Terkena Dampak Pemukiman Kembali Rencana Strategis Pengembangan Kampung, Village Development Strategic Plan Standard Operating Procedure, Prosedur Operasi Standar Yayasan Pengembangan Teluk Bintuni, Teluk Bintuni Development Foundation 12

8 Rangkuman Eksekutif 1. Sebagai bagian dari komitmen AMDAL, LNG Tangguh akan melanjutkan program penunjang operasi dalam bentuk investasi komunitas untuk lima tahun kedepan, Program Investasi Komunitas (Community Investment Program, CIP) juga disebut sebagai is Indigenous People Development Plan (IPDP) dan lebih dikenal dengan nama Program Sosial Terpadu (Integrated Social Program, ISP). Untuk lima tahun kedepan, Program Investasi Komunitas atau periode kedua ISP memiliki beberapa persamaan dengan ISP periode pertama (ISP-1), misalnya: menggunakan AMDAL sebagai dokumen referensi, menekankan partisipasi lokal, memastikan bahwa manfaat dapat dinikmati oleh masyarakat setempat, yang lebih dari 70%-nya adalah masyarakat asli. Tetapi juga terdapat beberapa perbedaan: Dokumen ISP-2 dimaksudkan sebagai Panduan Pelaksanaan ISP. ISP-2 memiliki tujuan umum dan tujuan menyeluruh dalam seluruh programnya. Program ISP-2 akan dirampingkan, difokuskan, dan dikelompokkan menjadi lima program utama. ISP-2 dibuat untuk memitigasi risiko fase operasi LNG Tangguh 2. Kabupaten Teluk Bintuni di Provinsi Papua Barat yang merupakan tempat di mana LNG Tangguh beroperasi telah mengalami beberapa perubahan. Anggaran pemerintah daerah meningkat pesat, pemekaran kampung dan kecamatan telah dilaksanakan, dan banyak kegiatan investasi dan ekonomi yang dilakukan dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. Meskipun demikian LNG Tangguh masih berkontribusi bagi pembangunan daerah, khususnya melalui penerimaan tenaga kerja lokal dan program sosialnya. Penerima manfaat program sosial ini adalah masyarakat setempat, khususnya masyarakat asli dan kelompok yang rentan, yaitu perempuan dan anak-anak. 3. Pendekatan untuk melaksanakan program sosial ISP-2 terdiri dari: Pembangunan oleh masyarakat yang mendorong kepemilikan lokal dan pengambilan inisiatif pembangunan, Tata kelola pemerintahan daerah berbasis kapasitas yang akan memperkuat kapasitas pelaku lokal untuk meningkatkan efektivitas pembangunan, Pembangunan wilayah terpilih dengan membangun wilayah tertentu sebagai praktik terbaik sehingga dapat diterapkan di wilayah lain, Pembangunan sektor-sektor kunci yang akan difokuskan pada sektor tertentu untuk menghasilkan efek penggandaan yang luas sehingga meningkatkan dampaknya, dan Pengarus-utamaan isu kemiskinan, lingkungan dan jender untuk memastikan bahwa semua program berkontribusi pada isu strategis. 4. Tujuan umum dari ISP-2 adalah mendukung upaya lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat melalui praktik pembangunan daerah yang partisipatif dan akuntabel serta berkontribusi pada keberlanjutan operasi LNG Tangguh. Tujuan umum ini dibuat dengan mengakui 15

9 peran LNG Tangguh sebagai salah satu dari sekian banyak pemangku kepentingan pembangunan lokal dan kegiatannya akan dipengaruhi oleh partisipasi dan kerja sama dengan pihak lain. Wilayah fokus ISP-2 tak hanya terbatas pada Kabupaten Teluk Bintuni, tetapi juga mencakup Kabupaten Fakfak, keduanya berada di Provinsi Papua Barat. 5. Dokumen ISP-2 dikembangkan sebagai panduan yang mengelompokkan berbagai program dalam kategori tata kelola, komunikasi & urusan eksternal, kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan, serta mata pencaharian. Dokumen ini akan dievaluasi lebih lanjut setiap tahun dan akan didasarkan pada partisipasi Program Tata Kelola Komunikasi & Urusan eksternal Kesehatan Masyarakat Pendidikan & Pelatihan Mata pencaharian Tabel 1: Tujuan Program (Perencanaan), Executing (Pelaksanaan), Monitoring (Monitoring) dan Evaluation (Evaluasi) sebagai siklus pembelajaran. Partisipasi masyarakat setempat dalam kerangka kerja ini dibutuhkan dan diharapkan. 7. Pihak internal dan eksternal akan melakukan monitoring dan evaluasi ISP dengan menggunakan pendekatan berbasis hasil. Monitoring dimaksudkan untuk memberikan umpan balik yang meningkatkan efektivitas kegiatan ISP-2 dan akan dilakukan setiap bulan dan setiap kuartal. Evaluasi akan terdiri dari evaluasi tahunan, evaluasi tengah periode pada tahun 2013 dan evaluasi akhir pada tahun Evaluasi tahunan akan berfokus pada kinerja setiap program. Rumusan Tujuan Berkontribusi pada peningkatan tata kelola pemerintah dan masyarakat sipil sesuai dengan prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Mendorong sikap saling menghargai dan hubungan yang konstruktif antara LNG Tangguh dan pemangku kepentingan setempat di Papua. Mendukung pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan. Mendukung upaya pemerintah daerah dan masyarakat lokal untuk mencapai penduduk setempat yang berpendidikan dan terampil. Meningkatkan kapasitas keluarga dalam masyarakat setempat untuk menciptakan sumber penghasilan yang beragam dan berkelanjutan, dan memberdayakan kontraktor asli Papua agar memiliki daya saing. masyarakat. Tujuannya dijabarkan dalam tujuan (objective), hasil yang diharapkan (desired outcome) dan luaran utama (key output) program. Tujuan setiap program disampaikan dalam tabel berikut. 6. Pelaksanaan ISP didasarkan pada kerangka kerja yang disebut PEME, yang terdiri dari empat komponen, yaitu Planning Evaluasi tengah periode akan memberikan kesempatan untuk mengkaji dan merevisi keseluruhan program sosial berdasarkan konteks politik, sosial dan ekonomi. Evaluasi akhir akan mengukur kinerja dan dampak pelaksanaan ISP secara menyeluruh. 8. Untuk memastikan manfaat optimal ISP dan juga untuk memastikan efektivitas dukungan manajemen dalam konteks dinamis, ISP-2 memberikan tekanan lebih besar pada pentingnya penguasaan kompetensi utama. Kompetensi ini dapat dikelompokkan menjadi kompetensi yang berhubungan dengan program dan kompetensi lintas bidang. Kompetensi ini akan memandu pengembangan organisasi dan personel dari tim pelaksana ISP Fase konstruksi proyek LNG Tangguh telah selesai dan kegiatan ekspor sudah dimulai. Perubahan fase dalam siklus proyek ini juga mendapat perhatian dalam program sosial LNG Tangguh. Program Sosial Terpadu (ISP) yang pertama akan dilanjutkan dan dikembangkan menjadi ISP-2, yang memiliki beberapa perubahan dalam konteks, pendekatan dan rancangan program. 10. Fase operasi Proyek LNG Tangguh memiliki beberapa karakteristik, seperti Lalu lintas laut yang ramai di Teluk Bintuni Diperlukan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih sedikit dalam lokasi proyek karena banyak kegiatan konstruksi yang telah selesai. Meskipun kegiatan ekspor sedang I. Pengantar berkembang, distribusi pendapatan ke pemerintah daerah baru akan terlaksana dalam waktu beberapa tahun ke depan. 11. Terdapat lebih banyak kampung dan kecamatan yang berkembang dalam lima tahun terakhir ini. Pemerintah daerah menyediakan lebih banyak layanan publik, kegiatan investasi meningkat, dan pembangunan ekonomi telah dipercepat, khususnya pertanian dan perdagangan. Meskipun migrasi di kecamatan secara bertahap telah meningkat, masyarakat asli atau yang juga disebut sebagai masyarakat adat di daerah yang terkena dampak langsung proyek LNG Tangguh (DAV) masih berjumlah lebih dari 70% dari penduduk setempat. Masyarakat asli juga masih merupakan penerima manfaat ISP yang utama. 12. Berdasarkan pengalaman selama lima tahun dalam melaksanakan ISP, maka Proyek LNG Tangguh meneruskan kebijakannya untuk mengintegrasikan Kerangka Pembangunan Masyarakat Asli (IPDF) ke dalam ISP dengan memperhatikan hal-hal berikut: Meskipun mayoritas penduduk di daerah yang terkena dampak proyek adalah masyarakat asli, terdapat 16 17

10 integrasi yang erat antara masyarakat, keluarga dan individu dari masyarakat asli dengan yang bukan masyarakat asli. Baik masyarakat dan keluarga dari masyarakat asli maupun yang bukan masyarakat asli menghadapi tantangan kemiskinan, lingkungan dan sosial dan ekonomi. Sangat penting bahwa implementasi kerangka kerja investasi sosial yang inklusif, terpadu dan efektif bagi wilayah itu harus mempertimbangkan kondisi masyarakat asli dan ketegangan sosial pada masyarakat setempat. 13. Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) untuk mengelola pemukiman kembali masyarakat telah memasuki tahap akhir dimana kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan, dan alih kelola fasilitas publik khususnya fasilitas listrik dan air ke koperasi lokal sudah berjalan. Komitmen LNG Tangguh terhadap resetlement affected villages (RAV) sesuai yang tertulis dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL telah dilaksanakan dan akan dilanjutkan bersama dengan directly affected villages (DAV) pada program sosial terpadu (ISP) berikutnya. 14. Dalam lima tahun terakhir, , Proyek LNG Tangguh telah menjalankan beberapa program sosial sebagai komitmennya dalam melaksanakan AMDAL. Selain memenuhi persyaratan AMDAL, Proyek LNG Tangguh juga memiliki komitmen untuk mengikuti pedoman internasional dan praktik terbaik mengenai masyarakat asli dan pemukiman kembali tidak dengan suka rela (involuntary resettlement). Seluruh komitmen itu tertuang dalam bentuk Program Sosial Terpadu (ISP) yang terdiri dari 14 program, yaitu: 1. Tata kelola pemerintahan dan manajemen pendapatan 2. Penguatan masyarakat sipil 3. Pemberdayaan usaha di daerah Kepala Burung 4. Manajemen rekrutmen tenaga kerja dan perindustrian 5. Mitigasi migrasi masuk dan dampak negatif yang ditimbulkan 6. Pemerintah dan masyarakat sipil di Kabupaten Teluk Bintuni 7. Keamanan Berbasis Masyarakat Terpadu (ICBS) 8. Kesehatan 9. Pendidikan dasar 10. Pelatihan kejuruan 11. Pemberdayaan perempuan 12. Pengembangan keuangan mikro dan usaha mikro 13. Pembangunan masyarakat Rencana Aksi Masyarakat (CAP) 14. Rencana Aksi Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali (LARAP) 15. Pelaksanaan ISP-1 ditandai dengan pencapaian yang dirangkum dalam beberapa laporan kajian. 1 Laporan-laporan tersebut menyebutkan: banyak peningkatan dalam status kesehatan dan pendidikan masyarakat setempat; banyak kemajuan dalam infrastruktur publik di kampung; peran perempuan yang lebih besar dalam keluarga dan masyarakat; pemerintah daerah yang berfungsi lebih baik dan lebih tertata, dan terbangunnya kepercayaan di antara pemangku kepentingan utama. Pencapaian ISP-1 juga banyak berkontribusi pada selesainya konstruksi Proyek LNG Tangguh dan kegiatan ekspor awal LNG. 16. Untuk lima tahun berikutnya, , LNG Tangguh mengenali konteks, harapan dan tujuan yang berbeda untuk ISP-2. Peraturan-peraturan baru di tingkat nasional terkait dengan kesejahteraan sosial, layanan publik dan tanggung jawab sosial dan lingkungan telah disahkan dan akan segera diberlakukan; alokasi anggaran dan belanja daerah yang lebih besar menciptakan peluang dan tantangan bagi pembangunan daerah. 1 Sensus Penduduk dan Kondisi Sosial dan Ekonomi di Daerah Teluk Bintuni (UGM, 2009), Laporan UGM dan IPGI Pemerintahan Kampung (2010). 18

11 17. Di lain pihak, pengalaman dalam pelaksanaan ISP-1 menunjukkan pentingnya fleksibilitas, inovasi, dan adaptasi untuk memastikan efektivitas program dan pencapaian key output dan hasil yang dikehendaki. Jadi, dokumen ISP-2 memiliki beberapa gambaran/ fitur utama: ISP-2 dibuat sebagai dokumen panduan bagi pelaksanaan ISP. Dokumen ini berisi koridor bagi pelaksanaan program dan juga memberikan ruang bagi partisipasi dan adaptasi. ISP-2 memiliki tujuan umum untuk seluruh programnya. Tujuan umum akan memastikan adanya hubungan dan sinergi di antara program-program. Program ISP-2 akan dirampingkan, difokuskan, dan dikelompokkan menjadi lima program utama, yaitu tata kelola, komunikasi dan urusan eksternal, kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan, serta mata pencaharian. ISP-2 dibuat untuk mengurangi risiko fase operasi LNG Tangguh dan mengantisipasi rencana bisnis lebih jauh yang memiliki peluang dan tantangan yang berbeda. Tabel 2: Isu-Isu yang Mengemuka di DAV 18. Dokumen ISP-2 dibuat antara Oktober 2009 dan September 2010 melalui proses bertahap dan terbuka sesuai IPDF yang terdiri dari empat langkah, yaitu: Melaksanakan review tengah periode Berkonsultasi dengan beragam pemangku kepentingan Mempersiapkan draft ISP yang baru Menginformasikan secara terbuka ISP yang sudah disetujui. 19. Seperti dinyatakan dalam IPDF dan sebagai bagian dari mekanisme partisipatif dalam program sosial Tangguh, terdapat tiga kegiatan partisipatif reguler yang dilaksanakan oleh unit pelaksanan ISP, kegiatan tersebut adalah Papua Stakeholder Review Meeting (PSRM), Non Governmental Organization (NGO) Forum, dan Community Action Planning (CAP). Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memastikan program merefleksikan pembelajaran, prioritas, kebutuhan, dan pengalaman berbagai pemangku kepentingan. Hal-hal ini merupakan sumber formulasi ISP-2. DAvs Tanggal Partisipan Isu yang Mengemuka Taroy Weriagar Mogotira Oktober Januari Januari Pembangunan infrastruktur Kesehatan ibu dan anak Beasiswa untuk pelajar 46 Kesehatan ibu dan anak Air dan sanitasi Pembangunan jalan 41 Pembangunan jalan Insentif untuk pelajar Pelatihan kejuruan Penyediaan makanan tambahan Perlengkapan untuk puskesmas Irarutu III 13 Februari Mata pencaharian untuk perempuan Penyediaan makanan tambahan Pembangunan infrastruktur Tomage 5 Mei Pembangunan infrastruktur Onar Baru Onar Lama 22 September September Pengembangan perikanan dan pertanian Penyediaan makanan tambahan Insentif untuk pelajar dan guru 37 Perlengkapan perikanan Pengembangan peternakan Penyediaan makanan tambahan Pelatihan kejuruan Saengga 4-6 Oktober Pengembangan seni dan budaya lokal Pelatihan kejuruan Penyediaan input pertanian Peningkatan kapasitas untuk pemerintah kampung Insentif untuk pelajar dan guru Tanah Merah 11 Oktober Perlengkapan perikanan Input pertanian Penyediaan makanan tambahan Pelatihan kejuruan Insentif dan dukungan untuk pendidikan Otoweri 27 Oktober Dukungan untuk pelayanan kesehatan dan penyediaan peralatan Air dan sanitasi Insentif untuk pendidikan Perlengkapan dan peralatan mata pencaharian Pembangunan infrastruktur Tomu Ekam Tofoi Sebyar Rejosari 9 Nopember Nopember Nopember Insentif untuk pelajar dan guru Pelatihan kejuruan dan penyediaan peralatan Pembangunan infrastruktur 36 Insentif untuk pelajar dan guru Kesehatan ibu dan anak Input pertanian Perlengkapan perikanan 67 Perlengkapan perikanan Insentif untuk pelajar Air dan sanitasi Pembangunan infrastruktur 11 Mei Pelatihan kejuruan dan penyediaan peralatan Kelas literasi Air dan sanitasi 20 21

12 20. Review tengah periode telah dilaksanakan dan disampaikan kepada lender pada Bulan Mei 2009, diikuti oleh sensus dan rangkaian studi tentang LARAP, program tata kelola, keamanan pangan, kondisi demografis dan mata pencaharian. Konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan telah dilaksanakan tiga kali, Januari, 8 Februari 8 Maret, dan Mei Maksud dari konsultasi adalah mencari masukan yang akan membantu merumuskan cakupan, isi, dan arah ISP sesuai dengan konteks yang Tanggal 20 Januari Januar Maret Maret Maret 2010 Lokasi Kampung Arandai Kampung Tanah Merah Baru (TMB) Tabel 3: Ringkasan Proses Konsultansi Pemangku Kepentingan Kepala sekolah, guru-guru, murid SMP dan SMA Pengurus koperasi local dan penduduk kampung Isu yang Mengemuka Strategi untuk mencapai standard nasional Kekurangan guru Hukuman fisik dan budaya lokal Keterbatasan listrik Organisasi lokal masih butuh dukungan lebih lanjut Lebih banyak pelatihan kejuruan dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan. Bintuni Tim PSKK UGM Kapasitas yang terbatas dari pemerintah daerah mempengaruhi efektivitas program pemerintah. Banyak standar dan peraturan nasional tidak diimplementasikan. Bintuni Bintuni Tim IPB dan Bappeda Sekretaris Daerah dan Wakil Bupati berkembang. Metode yang digunakan dalam konsultansi adalah wawancara mendalam dengan narasumber kunci, diskusi dengan pemangku kepentingan lokal khususnya mitra pelaksana, pemerintah daerah, dan tokoh-tokoh lokal. Serangkaian wawancara dan diskusi dengan staf lapangan yang bertanggung jawab pada 14 program telah mengidentifikasi dampak dan tumpang tindih antar program. Beberapa diskusi dengan pemangku kepentingan lokal diringkas dalam tabel berikut. Konsistensi kebijakan dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja pertanian. Infrastructur yang sudah dikembangkan membutuhkan perawatan yang baik. Kapasitas yang terbatas dari pegawai pemerintah daerah Kebutuhan untuk membuat pemerintah daerah berfungsi secara independen. 4 Maret 2010 Bintuni 22 Mei 2010 Kampung Tanah Merah Baru (TMB) dan Kampung Weriagar Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perikanan & Kelautan, Bappeda, Sekretariat Dewan Petani dan penduduk kampung di TMB Kepala kampung dan tokoh masyarakat adat Sebagai kabupaten baru, beberapa kompetensi perlu diperkuat. Terdapat beberapa kebijakan lokal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kolaborasi lebih jauh antara BP dan pemerintah daerah perlu diformulasikan dan diperkuat. Rumah tangga di TMB telah mengembangkan mata pencaharian baru untuk meningkatkan pendapatan. Terdapat kepedulian tentang komitmen pemda untuk memelihara instalasi listrik dan air bersih di TMB. Pemekaran kampung menyebabkan lebih banyak kebutuhan peningkatan kapasitas. Kampung Weriagar mampu menghasilkan beberapa peraturan yang direplikasi di kampung lain. 23 Mei 2010 Bintuni Tim British Council Masalah pendidikan adalah kurangnya sumber daya manusia, keterbatasan transportasi, kelembagaan yang lemah. Pemerintah telah mengadopsi kebijakan pendidikan gratis. 21. Dokumen ISP menjawab isu-isu kunci yang mengemuka dalam konsultansi. Sebagai tambahan, berbagai data/informasi dari rencana bisnis Tangguh, laporan studi dan kajian, peraturan serta rencana/prioritas pemerintah pusat dan daerah (termasuk AMDAL), perubahan konteks politik dan sosial, dan pembelajaran dari yang lalu menjadi pertimbangan. Pengembangan dokumen ISP-2 dilakukan melalui diskusi dan konsultansi terhadap rancangan dokumen dengan melibatkan ahli dari kantor pusat BP yang membawa praktik terbaik dan pembelajaran dari operasi BP di belahan dunia lain

13 II. Konteks Eksternal 22. Pembuatan ISP-2, seperti halnya ISP- 1, berpedoman pada standar global maupun praktik terbaik, termasuk isu-isu masyarakat asli dan lingkungan hidup, dan berbagai peraturan dan persyaratan nasional. Dokumen-dokumen berikut ini menentukan sebagian standar dan praktik yang menjadi dasar kegiatan LNG Tangguh: Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) LNG Tangguh dan Internal Standar Eksternal yang Relevan dan Praktik Terbaik Konteks Proyek Praktik yang Ditetapkan dan Direkomendasikan Kelompok BP untuk proyek yang baru (GDP dan GRP ) Kebijakan Bank Pembangunan Asia (ADB) mengenai Pemukiman Kembali Tidak Secara Sukarela Kebijakan ADB mengenai Masyarakat Asli 23. LNG Tangguh adalah fasilitas yang baru dibangun untuk memproduksi dan mengekspor LNG. Pabrik LNG berlokasi di pantai selatan Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni seperti terlihat di Gambar 1. Sumber gas untuk LNG Tangguh adalah enam lapangan gas: Vorwata, Wiriagar Deep, Ofaweri, Roabiba, Ubadari, dan Wos seperti terlihat pada Gambar 2. Pengembangan saat ini mencakup semua fasilitas untuk produksi, pengumpulan, dan transmisi gas alam dan cairan ikutan dari wilayah Vorwata. Gas dihasilkan dari lokasi lepas pantai dan dikirim melalui jaringan pipa ke pabrik LNG di pantai untuk dimurnikan dan dicairkan menjadi LNG yang kemudian dikirim melalui laut dengan menggunakan tanker. 25

14 Gambar 1. Lokasi Proyek Gambar 2. Cadangan Gas Tangguh 24. LNG Tangguh sebagaimana tercakup dalam AMDAL terpadu yang disetujui terdiri dari 6 (enam) kegiatan proyek utama sebagai berikut: Pengembangan fasilitas eksploitasi gas (pengeboran dan anjungan); Pengembangan jaringan pipa transmisi gas; Pengembangan pabrik LNG (dan fasilitas pendukungnya); Pengembangan fasilitas kelautan (konstruksi dermaga, dermaga LNG, dermaga multi fungsi, dan Pengapalan); Pengembangan lapangan udara (awalnya direncanakan dibangun di dalam lokasi Tangguh tetapi berdasar pertimbangan lebih jauh, rencana tersebut ditunda untuk dilihat kembali di masa mendatang); dan Pemukiman kembali Kampung Tanah Merah yang sudah ada sebelumnya. 25. Cadangan gas alam yang tidak diproses akan dikirimkan dari 48 sumur produksi berlokasi di tiga lapangan gas alam -- Vorwata, Wiriagar Deep, dan Roabiba ke fasilitas pengolahan. Tiga lapangan yang lain -- Ofaweri, Ubadari, and Wos terus diupayakan dan akhirnya ditampung. 26. Pengembangan awal mencakup dua anjungan lepas pantai di air dengan kedalaman 50m sampai 60m berlokasi di lapangan Vorwata yang diperuntukkan bagi VR-A dan VR-B. Lima belas sumur produksi telah dibor dari kedua anjungan. Sembilan sumur telah digali dari anjungan VR-B, meski demikian, satu sumur sementara dibiarkan karena alasan teknis. Enam sumur telah siap untuk berproduksi di VR- A. Kedalaman sumur sekitar 4600m. 27. Gas dikirimkan dari anjungan VR-A dan VR-B oleh dua jaringan pipa bawah laut berukuran 61 cm dengan panjang kurang lebih 20.5 km dan 19.3 km ke fasilitas penerimaan (Onshore Receiving Facilities, ORF) di pabrik LNG Tangguh yang kemudian memprosesnya menjadi LNG. 28. Pabrik LNG awalnya terdiri dari dua unit produksi dengan kapasitas produksi tahunan 7,6 juta ton untuk setiap unit. Setiap unit produksi LNG terdiri dari peralatan yang memurnikan dan mencairkan gas alam. Gambar 3. Pabrik LNG dan Fasilitas Pendukungnya 26 27

15 29. Fasilitas kelautan terdiri dari: (a) dermaga sepanjang 1.6 km menuju dok pemuatan LNG, (b) dermaga terpisah sepanjang 1.2 km menuju dermaga multi guna digunakan untuk mendukung pengiriman perlengkapan dan bahan-bahan ke fasilitas darat, operasi pengeboran, transportasi laut untuk personil dan kargo, dan pemuatan kondensat selama operasi. 30. Sejak semester kedua 2009, LNG Tangguh telah memasuki tahap operasi, dan hal ini telah membawa beberapa dampak dan perubahan komponen. Dokumen AMDAL telah mengidentifikasi dampak sosial, ekonomi, budaya, kesehatan publik dan keamanan dari tahap operasi LNG Tangguh. 31. Beberapa dampak negatif dan positif yang signifikan dan potensial seperti yang diperlihatkan dalam AMDAL dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 4: Dampak Fase Operasional yang Signifikan Dampak Negatif yang Signifikan o Kesulitan kerja sama, berkembangnya konflik, dan kesulitan penyesuaian dalam masyarakat setempat dan di antara masyarakat setempat dan proyek. o Berkurangnya daerah pencarian ikan o Terganggunya rute pelayaran masyarakat o Ketimpangan distribusi pendapatan o Kesenjangan status sosial pendidikan o Berkembangnya sikap dan persepsi publik terhadap proyek untuk kelompok tertentu yang negatif o Pertambahan dan kepadatan penduduk yang tidak terkontrol o Arus migrasi yang tidak terkontrol o Tingkat dan pola pendapatan keluarga untuk kelompok tertentu seperti nelayan bisa berkurang o Warisan budaya di daerah tertentu dapat terancam o Potensi gangguan keamanan terhadap proyek o Potensi gangguan ketertiban umum o Kesenjangan fasilitas umum dan sosial o Kepemilikan sumber daya komunal dapat berganti. o Penyakit yang menyebar, untuk penyakit tertentu, dapat memburuk o Potensi konflik dengan pemegang hak pengusahaan hutan o Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan o Nilai tanah menurun o Hambatan proses asimilasi dan integrasi Sumber: ANDAL (5-168, 920-eia-401 Rev 0C), dimodifikasi Dampak Positif yang Signifikan Nasional o Pembayaran pajak meningkat Provinsi dan Kabupaten o Pembayaran pajak meningkat o Produk domestik bruto meningkat o Nilai ekspor meningkat o Pendapatan valuta asing meningkat o Pusat-pusat pengembangan ekonomi bertambah Lokal o Tingkat pengangguran berkurang o Tingkat dan pola pendapatan keluarga untuk kelompok tertentu dapat membaik o Peluang ketenagakerjaan dan usaha o Distribusi pendapatan membaik o Fasilitas publik dan sosial semakin banyak dan baik o Status sosial pendidikan & pekerjaan meningkat o Sikap dan persepsi publik terhadap proyek untuk kelompok tertentu bisa positif o Kesehatan masyarakat meningkat o Penyakit yang menyebar, untuk penyakit tertentu, dapat diatasi Lain-lain o Warisan budaya di daerah tertentu dapat dilindungi o Nilai tanah meningkat o Pendidikan semakin terbuka akses dan meningkat kualitasnya 28

16 32. Secara umum, fase operasi diharapkan untuk memberikan lebih banyak dampak positif secara langsung atau tidak langsung khususnya terhadap ekonomi dan keadaan keuangan baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Di lain pihak, dampak yang paling diantisipasi dari fase operasi ini adalah meningkatnya harapan dari para pemangku kepentingan lokal bahwa LNG Tangguh akan memberikan lebih banyak bantuan dan manfaat dari sebelumnya. ISP-2 diharapkan mengatasi harapan yang berlebihan ini. 34. ADB mendefinisikan masyarakat asli atau masyarakat adat sebagai masyarakat yang memiliki identitas sosial dan budaya yang berbeda dari masyarakat yang dominan atau masyarakat pada umumnya. Bank Dunia mengakui bahwa identitas dan budaya masyarakat adat terkait erat dengan tanah di mana mereka tinggal dan sumber daya alam yang menjadi tumpuan hidup mereka. 35. UU No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua mendefinisikan masyarakat adat sebagai masyarakat yang berasal dari kelompok etnis Melanesia dan/atau mereka yang diterima dan diakui sebagai masyarakat asli oleh komunitas adat Papua setempat. 36. Di Teluk Bintuni, latar belakang penduduknya heterogen dan terdiri dari 38 kelompok etnis. Di antara kelompok etnis ini, terdapat tujuh kelompok yang dianggap asli; yaitu Wamesa, Irarutu, Soub, Sebyar, Kuri, Moskona, dan Simuri. Mereka tersebar di berbagai kampung di wilayah sekeliling Teluk Bintuni. Pada daerah yang terkena dampak proyek, terdapat dua kelompok etnis yang dikenal, yaitu Sebyar dan Simuri. Berdasarkan sensus terakhir (2009), 70% penduduk lokal di wilayah tempat ISP dilaksanakan adalah masyarakat Masyarakat Asli 33. Terdapat beberapa dampak negatif dari fase operasi. Yang paling nyata adalah jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan fase konstruksi, dan dampak lalu lintas laut yang lebih sibuk terhadap mata pencaharian. Tenaga kerja dalam fase operasi tidak hanya lebih sedikit, tetapi juga harus lebih terampil dan berpengalaman. Selain tantangan untuk mengembangkan mata pencaharian yang lebih beragam dan berkelanjutan, isu tenaga kerja banyak menentukan arah dan muatan ISP-2. asli sehingga pemanfaat program ISP Tangguh sebagian besar masyarakat asli. 37. Secara umum, kelompok etnis terdiri dari beberapa suku, yang kemudian membentuk beberapa keluarga besar. Biasanya, setiap suku dipimpin oleh kepala suku. Ada juga kepala bagi setiap kelompok etnis. Orang itu bertindak sebagai wakil dari kelompok etnis sedangkan kepala suku berurusan dengan pihak luar. 38. Rencana Pembangunan Masyarakat Asli (IPDP) sebagaimana dinyatakan dalam AMDAL telah mengidentifikasi beberapa isu dan komitmen terkait dengan masyarakat asli yang perlu ditangani. Hal itu sudah dimasukkan juga dalam ISP-1 dan akan tetap dimasukkan dalam ISP-2 dengan melihat kebutuhan yang berkembang dari masyarakat asli dan dengan memastikan bahwa perspektif mereka dipertimbangkan dalam semua program. Isu dan komitmen yang sudah dimasukkan dalam program ISP- 1 dan sudah selesai termasuk perumahan, mata pencaharian, kepemilikan tanah, dan layanan kesehatan dan pendidikan. Tantangan di masa depan untuk program yang terkait dengan masyarakat asli adalah bagaimana mengelola pengetahuan tradisional dan menggunakannya sebagai dasar untuk pembangunan lokal. ISP-2 akan menjawab masalah ini Bagian IPDP Tabel 5: Isu & Mitigasi yang Berhubungan dengan Masyarakat Adat ISU ATAU DAMPAK 10.1 Perubahan Akses terhadap Sumber Daya Kelautan 10.2 Hak Tradisional dan Pengakuannya TUJUAN MITIGASI ATAU KEGIATAN Memastikan adanya akses terhadap protein yang sama atau penggantinya dan sumber pendapatan o Memaksimalkan keselarasan budaya dalam Proyek LNG Tangguh dan di sekitarnya. o Meminimalkan atau mencegah peminggiran masyarakat adat di kampung yang terkena dampak proyek (DAV) o Berkontribusi pada rasa kebanggan diri dan kebanggaan budaya di DAV 10.3 Kesempatan Kerja o Memaksimalkan partisipasi warga di DAV dan warga Papua lainnya dalam tenaga kerja proyek. o Meningkatkan keselarasan di antara tenaga kerja yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan antara proyek dan DAV 10.4 Kesehatan Menjaga atau meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan bekerja sama dalam kemitraan dengan otoritas kesehatan dan organisasi lainnya Kohesi Sosial dan Penyesuaian o Membangun kepercayaan dan komunikasi di dalam dan di antara masyarakat di DAV. o Mencairkan komunikasi untuk dapat mengetahui dengan cepat isu-isu yang potensial dan menyelesaikannya 10.6 Keamanan dan HAM o Melindungi aset manusia dan material proyek o Meningkatkan keamanan di sekitar DAV dan keberadaan DAV yang damai 10.7 Tata Ruang dan Perubahan Zona 10.8 Forum untuk Dialog Pembangunan Bekerja dengan pemerintah bagi pengembangan program strategis untuk membagikan manfaat proyek, untuk meningkatkan pusat pertumbuhan regional dan mencegah pertumbuhan yang tidak berkelanjutan di DAV. Memungkinkan komunikasi yang kerap dan efektif di dalam dan di antara pemangku kepentingan proyek dan mereka yang mendukung/ mempromosikan proyek Situs Warisan Budaya Menghindarkan sedapat mungkin gangguan di situs, dan memastikan pengelolaan yang tepat atas situs apabila gangguan tidak dapat dihindarkan. Sumber: RKL Appendiks F (F-37 F-41), dimodifikasi 30 31

17 39. Papua dan Papua Barat merupakan sebagian dari provinsi di Indonesia yang mendapatkan transfer dana paling banyak dari pemerintah pusat di Jakarta. Tahun 2002 provinsi itu menerima sekitar Rp 1,7 juta per kapita (kedua terbesar setelah Kalimantan Timur). Tahun 2009 Papua dan Papua Barat (dengan 36 kabupaten/kota di dalamnya) masing-masing menerima sekitar Rp 7,5 dan Rp 8,9 juta per kapita, lebih besar dari provinsi mana pun. Menteri Keuangan (2010) melaporkan bahwa Kabupaten Teluk Bintuni memiliki indeks kapasitas fiskal dan kemiskinan lokal 2 yang tinggi (5,683). Hal ini membuat pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB 3 ) yang lebih besar. Keadaan Daerah 41. LNG Tangguh sampai sekarang ini masih merupakan investasi terbesar di provinsi Papua Barat. Proyek ini merupakan kegiatan pembangunan rintisan di daerah Teluk Bintuni. Daerah di mana ISP dilaksanakan mencakup lima kecamatan di Kabupaten Teluk Bintuni dan satu kecamatan di Kabupaten Fakfak. Kecamatan di Kabupaten Teluk Bintuni terletak di pesisir selatan dan utara. Daftar kecamatan itu dapat dilihat dalam tabel 7: 42. Menyusul kemajuan yang dibuat oleh LNG Tangguh, berbagai inisiatif dalam eksplorasi minyak dan gas serta investasi lain mulai berkembang. Berbagai perusahaan dengan berbagai pendekatan melakukan kegiatan ini. Terdapat beberapa Tabel 6: Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di Provinsi Papua Barat HDI Peringkat Sayangnya tambahan keuangan itu belum diterjemahkan ke dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) yang signifikan. Provinsi ini mengalami peningkatan yang stabil dalam HDI, tetapi peringkatnya dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia tidak bergerak dari peringkat ke-30 karena adanya peningkatan serupa di provinsi lain. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam kapasitas, kelembagaan, dan tata kelola yang menghambat efektivitas kegiatan pembangunan. konsekuensi yang mungkin terjadi karena kecenderungan ini: Migrasi dapat menjadi sangat dinamis, terutama karena diakibatkan oleh mobilisasi dan demobilisasi pekerja industri minyak dan gas, dan ini akan diikuti dengan migrasi sekunder, yang terdiri dari masyarakat yang ingin mengembangkan kegiatan ekonomi non-minyak dan gas. Pendekatan yang berbeda untuk menangani migrasi yang diterapkan oleh perusahaan yang berbeda dapat mengakibatkan ketegangan sosial dan konflik yang dapat mengarah pada 2 Indeks kapasitas fiskal dan kemiskinan lokal memperlihatkan keterkaitan kemampuan fiskal lokal dengan persentase penduduk miskin di daerah tersebut 3 DDUB adalah alokasi budget lokal untuk penanggulangan kemiskinan Tabel 7: Kampung dan Kecamatan (Distrik) Tempat ISP Dilaksanakan Kecamatan Kampung/Kampung Lokasi Weriagar Weriagar Mogotira Pantai utara, Teluk Bintuni Arandai Taroi Pantai utara, Teluk Bintuni Tomu Tomu Ekam Sebyar Rejosari Pantai utara, Teluk Bintuni Babo Irarutu III Pantai selatan, Teluk Bintuni Sumuri Bomberai Onar Lama Onar Baru Tofoi Saengga Tanah Merah Baru Tomage Otoweri tantangan hubungan masyarakat dan keamanan bagi Tangguh. Pendekatan yang berbeda, khususnya terhadap keamanan, tenaga kerja, dan program sosial atau praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) juga berpotensi menyebabkan timbulnya Pantai selatan, Teluk Bintuni Pantai selatan, Fak-Fak masalah dan tantangan yang tumpang tindih. Faktor-faktor ini menjadi pertimbangan dalam perencanaan ISP-2 dan akan mempengaruhi rumusan program. Kemajuan dan Pencapaian 43. ISP-1 terdiri dari 14 program yang bertujuan untuk meletakkan dasar baik bagi dukungan maupun percepatan pembangunan masyarakat setempat termasuk masyarakat asli dan juga dalam membangun keberlanjutan operasional LNG Tangguh. Terdapat tiga kegiatan umum: a. Melakukan investasi sosial, kegiatan ini mencakup: Pemenuhan kebutuhan dasar: ketahanan pangan, kesehatan, pendidikan dan perumahan. Mobilisasi sosial dengan kelompok sasaran seperti nelayan, petani, tokoh adat, dan perempuan. Sejalan dengan kegiatan yang dilaksanakan, LNG Tangguh memfasilitasi pengembangan yayasan komunitas, yaitu Yayasan Dimaga dan Yayasan Pembangunan Teluk Bintuni (YPTB). Yayasan Dimaga mengelola dana perwalian (endowment fund) yang dipergunakan bagi pendidikan dan pengembangan mata pencaharian tiga kelompok etnis utama. YPTB dimaksudkan untuk menjadi organisasi lokal berorientasi pembangunan yang menyediakan dukungan bagi kegiatan pembangunan di wilayah Teluk Bintuni, pada beberapa tahun terakhir perhatian lebih diberikan pada kampung-kampung di pantai utara

18 b. Memfasilitasi keterkaitan ekonomi, terdapat beberapa kegiatan: Pengembangan keterampilan mata pencaharian dan peralatan seperti keterampilan serta peralatan perikanan dan pertanian. Perempuan lebih aktif di kegiatan mata pencaharian yang terkait dengan pertanian Akses terhadap keuangan dilakukan melalui koperasi lokal dan keuangan mikro. Perempuan terbukti merupakan kunci untuk memastikan efektivitas organisasi. Peningkatan akses terhadap pasar khususnya melalui pusat penyediaan produk (stocking point); misalnya layanan katering LNG Tangguh membeli ikan dan produk pertanian lokal dari pusat penyediaan produk lokal. c. Mendukung efektivitas tata kelola meliputi kegiatan untuk pejabat pemerintah lokal dan pembuat keputusan lokal termasuk anggota parlemen lokal mengenai pengelolaan pendapatan dan tata kelola pemerintahan yang baik. 44. Untuk mengukur dampak kegiatan ISP, BP melakukan beberapa kajian mengenai aspek ekonomi dan sosial masyarakat setempat, termasuk sensus kependudukan dan mata pencaharian di DAV dan evaluasi enam tahun Program Pemukiman Kembali (LARAP) pada tahun Maksud kajian itu adalah untuk mengenali dan menunjukkan dampak ISP. Beberapa temuan disampaikan di bawah ini. Penduduk di kampung yang terkena dampak proyek didominasi oleh anak-anak dan populasi usia kerja. Keberhasilan program kesehatan turut berkontribusi pada penurunan angka kematian ibu dan meningkatkan harapan hidup anak. Kesejahteraan masyarakat setempat di mana program ISP dijalankan menunjukkan peningkatan. Tahun 2007 indeks kesejahteraan adalah 59,27 dan meningkat menjadi 65,89 pada tahun Peningkatan dalam kesejahteraan juga ditunjukkan dengan peningkatan dalam pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga di semua kampung mengalami peningkatan seperti yang terlihat dalam tabel berikut. Tabel 8: Peningkatan Pendapatan Keluarga Berdasarkan Kampung Kampung Pendapatan Keluarga (Rp/bulan) % Weriagar ,86 Mogotira ,84 Tomu ,03 Ekam ,28 Taroy ,99 Sebyar Rejosari NA Irarutu 3 NA Tofoi ,33 Tanah Merah ,41 Saengga ,43 Onar ,12 Otoweri ,74 Tomage NA NA: Tak diketahui (kampung tidak disurvei pada tahun 2003) 4 Warga Tanah Merah yang disurvei pada tahun 2003 belakangan pindah ke Kampung Tanah Merah Baru and Onar. Data pendapatan keluarga di kedua kampung itu untuk tahun 2003 sama 35

19 Meskipun hampir semua keluarga di RAV dan DAV mengalami peningkatan dalam pendapatannya, sekitar 20% keluarga masih hidup di bawah garis kemiskinan. Seperti yang terlihat pada kampung yang terkena dampak pemukiman kembali (RAV), pendapatan karyawan LNG 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Kualitas kesehatan masyarakat meningkat; angka prevalensi malaria secara signifikan menurun dari 9,2% di Tahun 2006 ke 1,2% di Tahun Angka kematian karena diare turun dari 22% di Tahun 2003 menjadi 0,6% di Tahun Peningkatan infrastruktur layanan kesehatan dan distribusinya melalui kerja sama antara pemerintah daerah dan LNG Tangguh telah berkontribusi pada kemajuan kesehatan masyarakat Dalam bidang pendidikan, beberapa program pendidikan dasar, penyediaan Tangguh, pegawai negeri dan karyawan swasta paling banyak berkontribusi pada pendapatan keluarga. Di RAV, mata pencaharian kedua yang banyak berkontribusi pada pendapatan keluarga adalah perdagangan dan usaha kecil. Mata pencaharian ini kebanyakan dilakukan oleh pendatang. Gambar 4: Matapencaharian di RAV, 2009 (ribu per tahun, Rupiah) 30,955 32,350 Karyawan Tangguh LNG 11,143 17,410 17,347 15,043 Pegawai Negeri / Karyawan Swasta 29,712 Perdagangan dan Usaha Kecil 25,000 23,600 21,748 Perikanan 19,925 12,053 10,341 Pertanian 5,972 guru, peningkatan kapasitas kepala sekolah, pejabat pemerintah terkait, guru dan orang tua telah berkontribusi dalam peningkatan tingkat bersekolah, tingkat kelulusan, rasio guru-murid, dan peningkatan melek huruf di masyarakat setempat (85%). Mata pencaharian sebagian besar masyarakat setempat adalah pekerjaan yang terkait dengan perikanan dan pertanian. Membuat kerupuk ikan dan ikan asin, dan menangkap kepiting adalah sebagian mata pencaharian yang berhubungan dengan perikanan. Hortikultura dan menokok sagu adalah bagian dari mata pencaharian yang berkaitan dengan pertanian. Semakin banyak perempuan saat ini terlibat dalam pengembangan pertanian dan menjual produk mereka pada pasar lain dan titik pengumpulan (stocking point). Ini adalah bagian dari pengembangan mata pencaharian yang terkait pertanian. Mendorong Pembangunan Berbasis Aset Masyarakat 45. ISP-2 dibuat menyusul pencapaian ISP-1, khususnya pembangunan dan akumulasi aset masyarakat setempat maupun pemerintah daerah. Aset ini sudah dimanfaatkan oleh penduduk setempat guna meningkatkan kehidupan mereka. ISP-2 akan memperkuat dan memperkaya aset ini supaya masyarakat setempat dapat mandiri dan swadaya. Sumber daya alam: Kebijakan LNG Tangguh atas mobilisasi dan demobilisasi, migrasi masuk, dan mata pencaharian, dan juga pengelolaan dampak lingkungan langsung dari proyek Tangguh, telah mengurangi dampak terhadap sumber daya alam. Dengan demikian penduduk di daerah Teluk Bintuni dan khususnya di kampung yang terkena dampak proyek tidak mengalami banyak perubahan sebagai akibat perubahan lingkungan alam. Kegiatan mata pencaharian yang didorong di kampung-kampung itu juga berbasis pada sumber daya alam dan menggunakan bahan organik. Kegiatan perlindungan lingkungan di teluk telah berkontribusi pada produksi ikan, udang dan kepiting yang berkelanjutan, yang tetap menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak nelayan di daerah itu. Sumber daya manusia: ISP-1 banyak melakukan investasi aset manusia dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kompetensi bagi banyak pemangku kepentingan seperti pejabat pemerintah dan anggota DPRD dalam program tata kelola; nelayan, perempuan, dan pemuda dalam program mata pencaharian; guru, kepala sekolah, orang tua, dan pejabat pemerintah dalam program pendidikan; dan dokter, perawat, pekerja medis, dalam program kesehatan. Kegiatan ini berhasil membuat sekolah menjadi lebih baik, meningkatkan keterampilan nelayan dan petani, mengembangkan usaha kecil dan pemilik kios, membuat perempuan lebih terlibat dan aktif, mendorong pembuatan kebijakan publik yang berorientasi pada masyarakat, dan berkontribusi pada layanan publik. Dengan kata lain, aset manusia di Teluk Bintuni mengalami perbaikan. Organisasi berbasis masyarakat dan perencanaan partisipatif: Pelaksanaan ISP-1 juga berkontribusi pada pengembangan banyak organisasi berbasis masyarakat dan mekanisme partisipatif di kampungkampung. Beberapa koperasi, kelompok swadaya, asosiasi produsen, dan kelompok perempuan hadir dan melayani warga kampung. Perencanaan partisipatif seperti yang dipraktikkan dalam Perencanaan Aksi Masyarakat (CAP) banyak diakui dan dilakukan oleh warga kampung dan perangkat kampung. Pengembangan organisasi yang dikelola masyarakat dan keterampilan partisipatif adalah kontributor utama bagi aset sosial yang lebih kuat di daerah itu

20 Peningkatan infrastruktur: Banyak pembangunan di daerah yang dilakukan oleh LNG Tangguh khususnya melalui CAP, telah memenuhi tak hanya kebutuhan jangka pendek masyarakat tetapi juga meningkatkan mata pencaharian mereka. Infrastruktur dan fasilitas umum, perumahan, sekolah dan pos kesehatan adalah bentuk utama pembangunan fisik. Dermaga dan balai pelatihan adalah contoh pembangunan fisik yang berkaitan dengan mata pencaharian. Pembangunan ini meningkatkan aset fisik di tingkat daerah dan memungkinkan akses yang lebih baik untuk masyarakat setempat. 46. Ekonomi di daerah Teluk Bintuni didominasi oleh kegiatan subsisten dan banyak tergantung pada alam. Keberadaan LNG Tangguh dan pelaksanaan ISP mempercepat pembangunan ekonomi di daerah itu melalui peningkatan kapasitas, penguatan kelembagaan, pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan akses terhadap sumber ekonomi seperti pasar, ketrampilan teknis, keuangan dan informasi. 47. Dalam lima tahun terakhir, terdapat beberapa jenis manfaat yang dinikmati bersama oleh masyarakat setempat; yaitu pengenalan pekerjaan alternatif, perbaikan akses pendidikan dan kesehatan, peningkatan pendapatan keluarga, peningkatan peran perempuan dalam ekonomi daerah, dan pengaruh yang lebih besar dari masyarakat asli dalam pembangunan daerah. Meskipun demikian kemiskinan di tingkat masyarakat setempat, khususnya di antara masyarakat asli dan kelompok yang rentan seperti perempuan, anak-anak, dan revitalisasi budaya tetap merupakan tantangan lebih lanjut bagi ISP. Berdasarkan rekomendasi panel eksternal, ISP-2 akan fokus pada nilai-nilai budaya masyarakat asli daripada kelembagaan. III. Tujuan Umum 48. Tujuan umum ISP-2 didefinisikan sebagai mendukung usaha lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat melalui praktik pembangunan daerah yang partisipatif dan akuntabel serta berkontribusi terhadap keberlanjutan operasi LNG Tangguh. 49. ISP mendefinisikan kualitas hidup sebagai dua aspek yang saling menguatkan, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat, dan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat setempat untuk mengarahkan proses pembangunan mereka sendiri. Kesejahteraan masyarakat setempat mengacu pada Tujuan Pembangunan Milenium (MDG). LNG Tangguh berupaya untuk mencapai tujuan itu melalui ISP dan dengan melakukan itu turut berkontribusi pada pencapaian MDG. Tujuan Pembangunan Milenium 1. Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai pendidikan dasar bagi semua 3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan permpuan 4. Mengurangi tingkat kematian anak 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya 7. Memastikan keberlanjutan lingkungan 8. Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan 38 39

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Oleh: Nugrahana Fitria Ruhyana, SP., ME. (Perencana Muda - Bappeda Kab. Sumedang) I. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 seiring berakhirnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018 PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN 8 Mei 2018 TENTANG KOMPAK KOMPAK Akronim dari KOlaborasi Masyarakat dan P elaya nan untuk Kesejahteraan KOMPAK merupakan program

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini

I. PENDAHULUAN. yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua Barat merupakan provinsi pemekaran dari Provinsi Papua yang sebelumnya lebih dikenal dengan Provinsi Irian Jaya. Provinsi ini dimekarkan berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG 1 Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

perempuan di wilayah Babo lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang ditunjukkan dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 103,4.

perempuan di wilayah Babo lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang ditunjukkan dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 103,4. Executive Summary Masalah tingkat kesejahteraan masyarakat dan faktor penyebabnya di sekitar perusahaan BP menjadi isu yang krusial. Keberadaan BP Indonesia di Kawasan Teluk Bintuni selama satu dekade

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2 PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk 883.282 Luas Wilayah 1.233 km 2 Skor IGI I. 4,02 Anggaran pendidikan per siswa II. 408.885 rupiah per tahun III. Kota Yogyakarta KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci