PERBANDINGAN SKOR DISFUNGSI SEKSUAL ANTARA PENGGUNAAN AMITRIPTILIN DAN FLUOXETINE TERHADAP PENDERITA DEPRESI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN SKOR DISFUNGSI SEKSUAL ANTARA PENGGUNAAN AMITRIPTILIN DAN FLUOXETINE TERHADAP PENDERITA DEPRESI"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN SKOR DISFUNGSI SEKSUAL ANTARA PENGGUNAAN AMITRIPTILIN DAN FLUOXETINE TERHADAP PENDERITA DEPRESI THE COMPARISON OF THE SEXUAL DISFUNCTION SCORES BETWEEN THE USE OF AMITRIPTILINE AND FLUOXETINE BY THE PATIENTS WITH DEPRESSION Andi Irmawaty, Sonny T. Lisal, Wempy Thioritz Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Andi Irmawaty Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, Hp : ( irmawatyysr@yahoo.com)

2 Abstrak Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dewasa ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya perbedaan antara skor disfungsi seksual (Arizona Sexual Experience Scale) pada penderita depresi yang mendapatkan terapi amitriptilin atau fluoxetine setelah pengobatan selama sebulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi longitudinal dengan desain penelitian studi prospektif kohort. Penelitian dilakukan di Poliklinik Psikiatri RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya. Penderita depresi yang memenuhi kriteria inklusi akan diberikan skala ASEX untuk menilai skor disfungsi seksual sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan amitriptilin atau fluoxetine selama sebulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara skor disfungsi seksual (ASEX) setelah terapi amitriptilin atau fluoxetine selama sebulan. Kata kunci :depresi, ASEX, antidepressan Abstract Depression is a major public health problem today. This research aimed to investigate the difference between the sexual dysfunction scores (Arizona Sexual Experience Scale) in the depression patients undergoing the Amitriptiline therapy and Fluoxetine therapy after the one-month treatment. The research was a longitudinal study approach with the cohort prospective study design. The research was conducted in the Psychiatry Polyclinic of Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital and its affiliations The depression patients who met the inclusion criteria were treated with ASEX scale in order to assess the sexual dysfunction score before and after the one-month treatments with Amitriptiline and Fluoxetine. The research result revealed that there was a significant difference between the sexual dysfunction (ASEX) scores after the Amitripti line treatment and Fluoxetine treatment for one month. Key words: depression, ASEX, anti-depression. 1

3 PENDAHULUAN Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena produktifitas penderita depresi akan menurun sehingga amat buruk akibatnya bagi suatu bangsa yang sedang membangun. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi (Amir 2005; Hawari, 2008; Maramis, 2005) Prevalensi depresi di Indonesia cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan lifetime prevalence bisa mencapai 2x lipatnya. Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi beban global penyakit ke-2 di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Menurut hasil survei di 14 negara tahun 1990 menunjukkan depresi merupakan masalah kesehatan dengan urutan ke- 4 terbesar di dunia yang mengakibatkan beban sosial. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak bahagia, kepercayaan diri turun, pesimis dan rasa putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari, nafsu makan berkurang, dan gairah seksual berkurang (Amir, 2005; Sadock, 2007). Sebagian besar penderita depresi membutuhkan obat antidepresan, sekitar 70%-80% pasien berespon baik dengan antidepresan. Cukup banyak obat yang dipakai untuk terapi depresi saat ini. Obat antidepresan golongan trisiklik, salah satunya adalah amitriptilin, merupakan antidepresan yang luas digunakan, dan 70% pasien memberikan respon yang baik dengan golongan trisiklik. Efek samping yang timbul cukup sering, seperti hipotensi, sedasi, kebingungan, konstipasi, mata kabur, retensi urin, dan disfungsi seksual. Disfungsi seksual dapat menyebabkan distress atau kesulitan dalam hubungan interpersonal, dan gejala ini dapat terjadi dalam satu bulan pemakaian obat (Amir 2005; Zvi et al., 2008). Fluoxetine bekerja menghambat ambilan kembali (reuptake) neur otransmiter serotonin. Obat-obat yang menghambat ambilan kembali serotonin mempunyai selektivitas yang bervariasi. Kemampuan menghambat histaminergik dan adrenergik sangat minimal. Fluoxetine tidak terikat dengan reseptor muskarinik, sehingga efek sampingnya sangat ringan bila dibandingkan dengan trisiklik. Efek merugikan yang paling sering dari Fluoxetine melibatkan sistem saraf pusat dan sistem gastrointestinal. Efek pada sistem saraf pusat yang paling sering adalah nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk dan kecemasan. Keluhan gastrointestinal yang paling sering muncul adalah mual, diare, anoreksia dan dispepsia. Efek 2

4 yang lain adalah pada disfungsi seksual berupa anorgasmia, ejakulasi terlambat dan impotensi, mempengaruhi sekitar 5 % dari semua penderita yang diobati. Obat antidepresan golongan SSRI bekerja meningkatkan serotonin sehingga akan terjadi stimulasi sentral reseptor 5HT 2A dan akan menurunkan aktivitas dopamin di pusat rasa senang (di mesolimbik) sehingga akan terjadi penurunan dorongan seksual (Kusumawardhani et al., 2013). Fungsi seksual yang normal merupakan salah satu komponen paling penting yang menentukan kualitas hidup dan mempertahankan hubungan intim yang memuaskan. Gangguan seksual merupakan fenomena yang umum terjadi pada masyarakat, kurang lebih 43% wanita dan 31% pria di Amerika. Gangguan yang sering terjadi pada wanita adalah menurunnya dorongan seksual, dan gangguan yang tersering pada pria adalah gangguan ereksi dan ejakulasi prematur. Prevalensi gangguan seksual lebih tinggi pada pasien gangguan mental terutama pada pasien yang diterapi dengan obat-obat psikotropik, yaitu 30 60% pada pasien skizofrenia yang diterapi dengan obat antipsikotik, lebih 78% pada pasien depresi yang diterapi dengan obat antidepresan, dan lebih 80% pada pasien gangguan anxietas (Richard, 2006; Zvi et al., 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan skor disfungsi seksual (Arizona Sexual Experience Scale) antara penderita depresi yang mendapatkan Amitriptilin dan Fluoxetine. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Psikiatri RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya mulai bulan Februari 2015 sampai Agustus Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pendekatan studi longitudinal dengan desain kohort prospektif. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua penderita depresi yang didiagnosa Episode Depresi Sedang Tanpa Gejala Psikotik dan Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik dan mendapatkan terapi Amitriptilin atau Fluoxetine. Populasi terjangkau penelitian ini adalah penderita depresi yang berobat pertama kali di Poliklinik Psikiatri RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya mulai bulan Februari

5 Metode Pengumpulan Sampel pada penelitian ini adalah semua penderita depresi sebanyak dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang yang mendapat terapi Amitiptilin dan 30 orang yang mendapat terapi Fluoxetine. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Analisis Data Data diperoleh dengan anamnesa serta rekam medis, kemudian dilakukan pemeriksaan Skor ASEX sebanyak dua kali yaitu sebelum terapi Amitriptilin atau Fluoxetine dan sesudah terapi Amitriptilin atau Fluoxetine selama sebulan. Analisa data untuk membandingkan Skor ASEX pada penderita depresi yang mendapat terapi Amitriptilin atau Fluoxetine. HASIL Telah dilakukan penelitian dengan pendekatan studi longitudinal dengan desain kohort prospektif untuk mengetahui adanya perbedaan skor disfungsi seksual ( Arizona Sexual Experience Scale) antara penderita depresi yang mendapatkan Amitriptilin dan Fluoxetine. di Poliklinik Psikiatri RS. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya mulai bulan Februari 2015 sampai Agustus Selama kurun waktu tersebut didapatkan 60 orang penderita depresi yang didiagnosis berdasarkan PPDGJ III dan DSM IV, yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebagai syarat untuk menjadi responden. Dari kelompok Amitriptilin dan Fluoxetine, didapatkan jumlah responden masing-masing sebanyak 30 rang. Karakteristik demografis sampel berdasarkan variabel. Berdasarkan variabel umur, jumlah sampel terbanyak pada usia tahun yaitu sebanyak 35 orang (58,3%). Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan lebih banyak pada sampel perempuan, yaitu sebanyak 35 orang (58,3%). Berdasarkan pekerjaan, ditemukan lebih banyak pada sampel yang Non PNS, sebanyak 43 orang (71, 7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, terbanyak pada sampel dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 21 orang sampel (35,0%). Berdasarkan diagnosis episode depresi, terbanyak pada sampel yang didiagnosis Episode Depresi Sedang, sebanyak 58 orang (96,7%) Distribusi Frekuensi Disfungsi Seksual berdasarkan Skor ASEX Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan signifikansi < 0.05 sehingga dapat disimpulkan kalau data yang didapatkan tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji beda dengan menggunakan Wilcoxon dan Mann Whitney U Test. Distribusi frekuensi disfungsi seksual, berdasarkan Skor ASEX sebelum dan sesudah terapi 4

6 selama sebulan antara kelompok terapi Amitriptilin dan Fluoxetine. Pada kelompok terapi Amitriptilin Skor ASEX sebelum terapi didapatkan nilai mean sebesar (SD 2.74), nilai median (minimum - maximum ). Skor ASEX setelah terapi Amitriptilin selama sebulan didapatkan nilai mean sebesar (SD 4.03), nilai median (minimum - maximum ). Pada kelompok terapi Fluoxetine Skor ASEX sebelum terapi didapatkan nilai mean sebesar (SD 2.63), nilai median (minimum - maximum ). Skor ASEX setelah terapi Fluoxetine selama sebulan didapatkan nilai mean sebesar (SD 3.44), nilai median (minimum - maximum ) (lampiran, Tabel 1). Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Amitriptilin Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan p=0.000 (p<0,001) berarti ada hubungan yang bermakna antara Skor ASEX sebelum terapi Amitriptilin dengan Skor ASEX sesudah terapi Amitriptilin (lampiran, Tabel 2). Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Fluoxetine Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan p=0.000 (p<0,001) berarti ada hubungan yang bermakna antara Skor ASEX sebelum terapi Fluoxetine dengan Skor ASEX sesudah terapi Fluoxetine (lampiran, Tabel 3). Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Amitriptilin dan Fluoxetine. Berdasarkan uji Mann Whitney didapatkan hasil bahwa sebelum terapi tidak ada perbedaan Skor ASEX antara penderita depresi yang mendapatkan Amitriptilin dengan penderita depresi yang mendapatkan Fluoxetine, hal ini dapat dilihat dari nilai p=0.287 (p>0,001). Tidak ada hubungan antara pemberian Amitriptilin dan Fluoxetine sebelum terapi dengan Skor ASEX (lampiran, Tabel 4). Setelah diberikan terapi selama sebulan ada perbedaan Skor ASEX antara penderita depresi yang mendapatkan Amitriptilin dengan penderita depresi yang mendapatkan Fluoxetine, hal ini dapat dilihat dari nilai p=0.000 (p<0.001). Ada hubungan antara pemberian Amitriptilin dan Fluoxetine dengan Skor ASEX. Ada perbedaan antara Skor ASEX pada penderita depresi setelah terapi Amitriptilin dan Fluoxetine selama sebulan, didapatkan hasil obat antidepresan yang kurang menyebabkan disfungsi seksual adalah Fluoxetine, hal ini dapat dilihat bahwa selisih mean Fluoxetine (11.16) lebih rendah dibanding mean Amitriptilin (19.23). 5

7 Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sesudah Terapi Amitriptilin dan Fluoxetine Tabel X 2 menggunakan uji Chi-Squre didapatkan hasil ada hubungan antara pemberian Amitriptilin dan Fluoxetine terhadap perbaikan Skor ASEX, dengan nilai p=0.000 (p<0.001) (lampiran, Tabel 5). PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor disfungsi seksual (ASEX) setelah terapi Amitriptilin ata u Fluoxetine selama sebulan. Prevalensi pasti dari Antidepressant Induced Sexual Dysfunction (AISD) tidak jelas. Disfungsi seksual adalah suatu kondisi disaat respon psikoseksual yang normal hilang, dihambat atau berlebihan, sehingga mengganggu proses seksual yang berlangsung (Adikusumo, 2010). Ditemukan bahwa frekuensi disfungsi seksual sebanyak 71% pada pasien yang diterapi dengan antidepresan, sebanyak 65% pada pasien depresi yang tidak ditangani. AISD merupakan masalah yang sering terjadi, prevalensinya lebih besar pada perempuan (38,7%) dibandingkan pada laki-laki (24,9%). Pada penelitian ini juga ditemukan hasil yang sama, yaitu berdasarkan jenis kelamin, ditemukan lebih banyak pada sampel perempuan, sebanyak 35 orang (58,3%) dibandingkan dengan sampel laki-laki, sebanyak 25 orang (41,7%). Berdasarkan hasil penelitian terlihat pada kelompok Amitriptilin lebih banyak yang mengalami disfungsi seksual dibanding kelompok Fluoxetine setelah mendapatkan terapi selama sebulan, pada kelompok terapi Amitriptilin ada sebanyak 23 orang (76.7%) yang mengalami disfungsi seksual, sedangkan pada kelompok Fluoxetine jumlah yang mengalami disfungsi seksual sebanyak 3 orang (10,0%). Hal ini diakibatkan karena Amitriptilin bekerja meningkatkan kadar serotonin dan mempunyai efek antikolinergik sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan seksual. Serotonin yang berlebih dapat menyebabkan menurunnya dorongan seksual, gangguan ereksi, ejakulasi tertunda dan nyeri ejakulasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan review yang berjudul Antidepressant induced sexual dysfunction Part 1: epidemiology and clinical presentation yang memperkirakan prevalensi dari kejadian gangguan seksual akibat penggunaan antidepresan trisiklik adalah 30% (Jespersen, 2006). Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan tentang Perbandingan efek Venlafaxine dan Amitriptilin terhadap Derajat Depresi, Tekanan Darah dan Gangguan Seksual pada Pasien Depresi Rawat Jalan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan efek dari Venlafaxine dan Amitriptilin terhadap gangguan seksual, dimana Venlafaxine mempunyai kecendrungan 6

8 memperbaiki gangguan seksual sedangkan Amitriptilin mempunyai kecendrungan memperberat gangguan seksual (Japari, 2009). Kelompok responden yang mendapatkan terapi Amitriptilin lebih banyak yang mengalami disfungsi seksual. Antidepresan dapat mempengaruhi fungsi seksual melalui beberapa mekanisme. Amitriptilin mempengaruhi fungsi seksual melalui lima mekanisme, yaitu: efek non spesifik pada SSP, efek spesifik pada SSP, efek perifer dari neurotransmitter, efek hormonal dan efek enzimatik. Fluoxetine mempengaruhi fungsi seksual melalui tiga mekanisme, yaitu melalui efek spesifik pada SSP, efek perifer dari neurotransmitter dan efek hormonal. KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat ada perbedaan yang bermakna antara Skor ASEX sesudah terapi Amitriptilin atau Fluoxetine selama sebulan. Skor disfungsi seksual lebih kurang pada kelompok yang mendapatkan terapi antidepresan golongan SSRI yaitu Fluoxetine dibandingkan dengan kelompok yang mendapat terapi antidepresan golongan Trisiklik yaitu Amitriptilin. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kontrol antidepresan yang lebih beragam, dengan menggunakan instrumen penilaian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Adikusumo. ( 2010). Gangguan Psikoseksual dalam Buku Ajar Psikiatri. Edisi 1. EGC. Jakarta. Amir. (2005). Depresi Aspek Neurobiologi, Diagnosis dan Tatalaksana. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hawari. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Ed-2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Kusumawardhani et al. (2013). Panduan Gangguan Depresi Mayor. PP PDSKJI. Jakarta Maramis. ( 2005). Gangguan Mood. Dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya. Japari. ( 2009). Perbandingan efek Venlafaxine dan Amitriptilin terhadap Derajat Depresi, Tekanan Darah dan Gangguan Seksual pada Pasien Depresi Rawat Jalan. Makassar. Jespersen. (2006). Antidepressant induced seksual dysfunction Part 1: epidemiology and clinical presentation, Department of Psychiatry. University of Melbourne. Melbourne. Victoria. Australia. S Afr Psychiatry Rev. Richard. (2006.) Associated Sexual Dysfunction. Am J Psychiatry. Sadock. ( 2007). Mood Disorders in Kaplan & Sadock Sinopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia. Zvi et al The Impact of Mental Illness on seksual Dysfunction Geha Mental Health Center. Petah-Tikva and Sackler Faculty of Medicine. Tel-Aviv University. Tel Aviv. Israel. 7

9 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Disfungsi Seksual Berdasarkan Skor ASEX antara Kelompok Terapi Amitriptilin dan Fluoxetine Skor ASEX Sebelum Terapi TERAPI n Mean Median (SD) (Minimum - Maximum) Amitriptilin ( 2.74 ) ( ) Fluoxetine ( 2.63 ) ( ) Sumber : Data Primer, 2015 Skor ASEX Sesudah Terapi Mean Median (SD) (Minimum Maximum) ( 4.03 ) ( ) ( 3.44 ) ( ) Tabel 2. Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Amitriptilin TERAPI AMITRIPTILIN Skor ASEX (n=30) Sebelum Terapi Sesudah Terapi Mean (SD) (2.74) (4.03) Median Minimum Maximum Wilcoxon, Sumber : Data Primer, 2015 p Tabel 3. Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Fluoxetine Skor ASEX TERAPI FLUOXETINE (n=30) Sebelum Terapi Sesudah Terapi Mean (SD) (2.63) (3.44) Median Minimum Maximum Wilcoxon, Sumber : Data Primer, 2015 p Tabel 4. Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi Amitriptilin dan Fluoxetine Skor ASEX Kelompok n Mean p Sebelum Terapi Amitriptilin Fluoxetine Sesudah Terapi Amitriptilin Fluoxetine Mann Whitney, Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 5. Analisis Perbandingan Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Penderita Depresi Sesudah Terapi Amitriptilin dan Fluoxetine Skor Disfungsi Seksual (ASEX) Terapi Disfungsi Tidak Disfungsi % Seksual Seksual % Amitriptilin Fluoxetine TOTAL X 2, Sumber : Data Primer, 2015 p

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN 2009-2010 SKRIPSI Diajukan oleh : ANDI PRADANA PUTRA J 500 050 055 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini: 57 LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Bersedia ikut menjadi responden untuk penelitian

Lebih terperinci

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Pemahaman tentang depresi telah ada sejak zaman Hippocrates (460-377 SM). Depresi pada saat itu disebut melankoli, yang digambarkan sebagai kemurungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi warga lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah setiap tahun, hal tersebut karena keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Dalam

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia, depresi unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia, 1998). Skizofrenia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

SKRIPSI NIKO PRASETYO K Oleh:

SKRIPSI NIKO PRASETYO K Oleh: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS (ADR) PENGGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN PADA PASIEN DEPRESI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PERIODE AGUSTUS TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: NIKO PRASETYO K 100120130

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP. PROF. Dr. R. D.

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP. PROF. Dr. R. D. Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor, Januari-April 05 HUBUNGAN ANTARA LAMA MENJALANI HEMODIALISIS DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP. PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO Elizabeth

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode 2011-2013 Nyoman Ari Yoga Wirawan Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN DEPRESI MAYOR DI RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG DENGAN MENGGUNAKAN REPETITIVE TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION (rtms)

PENATALAKSANAAN PASIEN DEPRESI MAYOR DI RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG DENGAN MENGGUNAKAN REPETITIVE TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION (rtms) ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 03 NOMOR 01 Mei 2018] PENATALAKSANAAN PASIEN DEPRESI MAYOR DI RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG DENGAN MENGGUNAKAN REPETITIVE TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION (rtms) Anang Widyanta,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang termasuk ke dalam kelompok mood disorder. Pada sebagian besar survey, major depressive disorder memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Keperawatan KIKI SUSILOWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Populasi lanjut usia (lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

F. ANFASHA E. PRIMASTARI F. RUNTULALO G.A. IRDAM G. PRIYONUGROHO W. HASTININGSIH J.M.S. ADJIE* C. WAWOLUMAYA**

F. ANFASHA E. PRIMASTARI F. RUNTULALO G.A. IRDAM G. PRIYONUGROHO W. HASTININGSIH J.M.S. ADJIE* C. WAWOLUMAYA** Vol 32, No 3 Juli 2008 Uji tapis depresi menggunakan mini ICD-10 167 Uji tapis depresi menggunakan mini ICD-10 dan faktor-faktor yang berhubungan pada pasien dengan keganasan ginekologi di Rumah Sakit

Lebih terperinci

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA Lilis Murtutik,Harini Wigatiningsih Latar belakang: Depresi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas

Lebih terperinci

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH

INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH INSOMNIA DAN DIAGNOSIS PSIKIATRI PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RSUP SANGLAH *Alfa Matrika Sapta Dewanti, **Ni Ketut Sri Diniari *Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Depresi Depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi, ditandai dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : 193 200 ISSN 2252-5416 HUBUNGAN KEJANG PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA YANG DIRAWAT DI PERAWATAN INTENSIF ANAK Relationship Between the Seizure

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi BAB I PENDAHULUAN Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat

Lebih terperinci

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara

BAB I PENDAHULUAN. epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan metode dalam pengambilan kesimpulan serta dasar epistemologi dan perbedaan status ontologi sekaligus basis aksiologis antara ilmu sains dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA DERAJAT LOWER URINARY TRACT SYMPTOMS (LUTS) DENGAN DERAJAT DISFUNGSI EREKSI PADA PASIEN BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) DI RSUD MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang

Lebih terperinci

Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause

Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause OPEN ACCESS E-ISSN : 2549-6581 Artikel Hasil Penelitian Diterima : 2 April 2017 Direview : 5 April 2017 Dimuat : April Juli 2017 Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup.dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TERATAI DUSUN NGRENAK KIDUL 10 SIDOMOYO GODEAN SLEMAN Latifah Fitriani, Mamnuah Disusun Oleh : LATIFAH FITRIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sering dijumpai dan termasuk gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia juga merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah Eksperimen Kuasi Pretest-Posttest Design. 2. Rancangan Penelitian Kriteria Inklusi Populasi Subyek

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK GUSRINI RUBIYANTI NIM I31112011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

RESUME JURNAL HUBUNGAN ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA LATAR BELAKANG

RESUME JURNAL HUBUNGAN ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA LATAR BELAKANG RESUME JURNAL HUBUNGAN ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA LATAR BELAKANG Penelitian sosiologis pada tahun 2002 mengungkapkan bahwa sebagian besar lansia mengaku

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci