KONTEKSTUALISASI KITAB KUNING: UPAYA MEMBANGUN INDONESIA YANG MULTIKULTUR
|
|
- Siska Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ProceedingPESAT (Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil) KONTEKSTUALISASI KITAB KUNING: UPAYA MEMBANGUN INDONESIA YANG MULTIKULTUR Dr. Nuriyati Samata" Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi, yakni penelitian yang mengungkap fakta dalam suatu rentang waktu tertentu berdasarkan pandangan sekelompok orang atau seseorang yang dianggap representatif. Penulisan dilakukan dengan deskriptif eksploratif, dan analisis dilakukan secara kualitatif. Pengumpulan data selain dilakukan melalui studi pustaka, penelitian juga dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan penelitian melalui situs web. Temuan dalam penelitian ini adalah pertama adanya dinamika pemikiran kalangan Muda Nahdlatul Ulama bergerak secara radikal bila diukur dari akar budaya pemikiran pendahulunya, dari Tradisionalisme Konservatif menjadi Tradisionalisme Radikal. Kedua, gerakan kalangan Muda Nahdlatul Ulama dilakukan melalui proses dekonstruksi bagi rekonstruksi. Basil pembacaan realitas menghasilkan rekonstruksi pemikiran agama, diaplikasikan dalam gerakan bagi penguatan masyarakat sipil, atau Mabady Khaira Ummah dalam konsep Nahdlatul Ulama. Ketiga, Kitab Kuning yang selama ini menjadi landasan Ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah, dalam gerakan dan pemikiran kalangan Muda Nahdlatul Ulama, posisi Kitab Kuning mengalami proses desakralisasi dan kontekstualisasi, untuk menjadikan warga Nahdliyyin toleran terhadap perbedaan pemikiran, agama dan budaya. Keempat, konflik-konflik internal yang terjadi antar etnis, antar agama dan antar golongan bersumber dari landasan ideologi yang intoleran. Kontekstualisasi Kitab Kuning merupakan salah satu jalan untuk memberikan landasan ideologi yang lebih terbuka, toleran dan ramah, bagi terciptanya kondisi Indonesia yang lebih damai dalam keragaman. Kata Kunci: Kontekstualisasi, Kitab Kuning, Multikultur, Kalangan Muda Nahdlatul U/ama, Ideologi. PENDAHULUAN Kitab Kuning, merujuk kepada Kitab yang ditulis di Abad Pertengahan oleh para ulama dan telah menjadi kurikulum pesantren, khususnya Pondok Pesantren Tradisional, sejak Abad XVIII. Jumlahnya lebih dari lima ratus judul yang berbeda, dan memuat berbagai pembahasan, antaranya tentang hukum, akidah, tata Bahasa Arab, Hadis, Tasawuf, Akhlak. Kitab Kuning kebanyakan terbit dalam Bahasa Arab (sekitar 55 %), 22 % telah diteijemahkan ke dalam Bahasa Melayu, 13 % dalam Bahasa Jawa, dan selebihnya dalam Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Aceh dan Bahasa Indonesia. Kitab Kuning yang merupakan pemikiran para ulama ini, dalam perkembangan selanjutnya menjadi rujukan utama di pondok-pondok pesantren, bahkan menjadi bagian dari "Kitab Suci" yang kebenarannya tidak dapat diganggu gugat. Ahlussunnah Wal Jamaah yang menjadi ideologi Nahdlatul Ulama, kemudian menjadi ideologi yang tertutup, tidak berkembang, menyebabkan kalangan ini dikenal sebagai kalangan Tradisional Konservatif. Perubahan paradigma dimulai sejak Abdurrahman Wahid menjadi Ketua Tanfiziyah pada tahun Jejak pembaruan pemikiran di kalangan Nahdlatul Ulama ini kemudian diikuti oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama, generasi sesudah Abdurrahman Wahid. Gerakan yang kebanyakan dilakukan melalui Lembaga Sosial Masyarakat ini, melakukan "pembacaan ulang" terhadap Kitab Kuning yang selama beberapa dekade telah disakralkan. Desakralisasi yang dilakukan dalam pemikiran dan gerakan sosial ini, dimaksudkan untuk menjadikan Ahlussunah Wal Jamaah menjadi ideologi terbuka, yang toleran dengan berbagai perbedaan, bagi S- 39
2 UniversitasGunadarma - Depok18-19Oktober2011 keagamaan dan kemasyarakatan yang lebih damai. MET ODE PENELITIAN Penelitian ini mengunakan pendekan fenomenologi. Pendekatan yang menjelaskan arti atau pengalaman kehidupan dalam beberapa individu tentang konsep atau fenomena (Cresswell, 1997: 51). Fenomen yang menjadi obyek penelitian ini adalah pemikiran dan gerakan kalangan Muda Nahdlatul Ulama. Penelitian dilakukan melalui sumber-sumber dokumenter, termasuk kepustakaan dan studi lapang. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk secara tepat sifat-sifat, keadaan, gejala individu ataupun kelompok tertentu (Tan, dalam Koentjaraningrat, 1997: 29). Penelitian deskriptif menampilkan gambaran spesifik serta detail sebuah situasi tertentu, setting sosial, atau hubungan sosial tertentu. Hasil dari penelitian deskriptif, adalah gambaran detail dari subyek (Newmann, 2002: 20). Penentuan sumber data dilakukan secara purpossive. Informan ditetapkan berdasarkan kekhasan dan kerepresentatifan dari latar individu, heterogenitas populasi, dan untuk mencari perbandinganperbandingan guna memecahkan alas analasan perbedaan latar, kejadian dan individu (Maxwell, 1996, dalam Alwasilah, 2002: ). Penjaringan data lapang dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Pencatatan dalam penelitian ini dilakukan secara sistematis dalam catatan harian peneliti ataufield workjournal (Garna, 1999: 67). Validasi data dilakukan dengan teknik Trianggulasi (Alwasilah, 2002: 175), yakni pengumpulan data dari individu atau kelompok dengan menggunakan berbagai metode. Analisis data dilakukan dengan cara kategorisasi data, display data, kesimpulan dan verifikasi. Sementara teknik penulisan dilakukan dengan deskripsi dan eksposisi. PEMBAHASAN Latarbelakang Kalangan Muda Nahdlatul Ulama Gerakan dan pemikiran kalangan Muda Nahdlatul Ulama, saat penelitian ini dilakukan telah menjangkau hampir seluruh Indonesia, terutama di kota-kota dengan masyarakat tradisional yang masih kental. Kalangan Muda Nahdlatul Ulama dalam pertumbuhannya, memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan kalangan muda lainnya. Pondok pesantren dan ngaji merupakan bagian proses pertumbuhan yang mereka lalui (Feillard, 1999: 3-6). Penelitian ini juga memperkuat temuan Feillard, bahwa kalangan Muda Nahdlatul Ulama, melalui masa-masa awal pertumbuhan mereka di desa-desa melalui pondok-pondok pesantren, atau minimal ngaji di pondok-pondok pesantren tertentu atau pada kiai tertentu. Penelitian ini juga menemukan, bahwa kalangan Muda Nahdlatul Ulama tidak hanya ngaji pada saat mereka masih berada di desa tempat mereka dibesarkan, tetapi kegiatan ngaji juga dilakukan ketika mereka menjadi mahasiswa disejumlah perguruan tinggi, terutama di Jawa. Kegiatan ngaji tetap berlangsung sebagai bagian dari rutinitas mereka sebagai mahasiswa. Kalangan Muda Nahdlatul Ulama yang menjadi subyek penelitian, adalah mereka yang diasumsikan berasal dari gerakan yang dilakukan Gus Dur saat menjadi Ketua Tanfiziyah Nahdlatul Ulama, saat Muktamar ke-27 di Situbondo (Feillard, 1999). Penelitian ini juga menemukan, bahwa mereka yang saat ini berada dijalur kultural dan melakukan pemberdayaan di kalangan akar rumput, mayoritas adalah "non Gus". Penelitian yang dilakukan dibeberapa kota besar sebagai sentra kegiatan kalangan Muda Nahdlatul Ulama: Yogyakarta, Surabaya, Solo, Makassar, Bandung, Jakarta, Cirebon, Mataram dan beberapa kotakecil di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, kalangan Muda Nahdlatul Ulama ini mayoritas tidak berasar dari keturunan kiai atau dari keturunan "darah biru" menurut statifikasi kalangan Tradisionalis ini (stratifikasi "darah biru" Nahdlatul Ulama, diulas dalam Bruinessen, 1999). Karakteristik Gerakan Kalangan Muda Nahdlatul Ulama Penelitian ini menemukan lima (5) karakter dalam gerakan kalangan Muda Nahdlatul Ulama, yakni: Pertama, Radikal, Kedua, kritis, Ketiga, berada di luar struktur, Keempat, Resisten, Kelima, terbuka. S- 40
3 Pertama, radikal. Radikalisme kalanganmuda Nahdlatul Ulama ini teijadi pada pemikiran dan gerakan. Di bidang pemikiran, radikalismeteijadi saatkalangan Muda Nahdlatul Ulama ini menggeserposisi Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai ideologi (Bruinessen, 1999) menjadi "identitas", dari korpus tertutup menjadi korpus terbuka dan layak untuk diperdebatkan. Karakter kedua dari gerakan kalangan Muda Nahdlatul Ulama adalah kritis. Pemikiran kritis kalangan Muda Nahdlatul Ulama tidak hanya ditujukan terhadap fenomena di luar Nahdlatul Ulama, tetapi juga kritis terhadap kondisi obyektif Nahdlatul Ulama, atau otokritik. Kritik yang banyak dilakukan oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama adalah kritik wacana, terutama mengkritisi kemapanan berpikir dikalangan ulama maupun kalangan Nahdliyyin. Kritik wacana ini juga dilakukan oleh Agiel Siradj (saat ini menjabat sebagai Ketua Tanfiziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Pada 1994, Siradj menawarkan defmisi Aswaja sebagai "metode berpikir keagamaan yang mengusung prinsip keseimbangan, jalan tengah, netral dalam akidah, kehidupan sosial kemasyarakatan, serta keadilan dan toleransi dalam politik (Siradj, dalam Majalah Aula, No.3, Maret 1997). Ketiga, berada di luar struktur. Tidak seperti pendahulunya Abdurrahman Wahid yang melakukan gerakan dari dalam struktur Nahdlatul Ulama, kalangan Muda Tradisionalis ini melakukan sebaliknya, berada di luar struktur. Beberapa alasan yang membuat mereka berada di luar struktur antaranya adalah struktur Nahdlatul Ulama yang dianggap kalangan Muda Nahdlatul Ulama telah memiliki pola tertentu yang mapan, dan tidak sejalan dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama. Karakter keempati adalah resisten. Resistensi tidak hanya dilakukan kalangan Muda Nahdlatul Ulama terhadap internal Nahdlatul Ulama, yang berarti kadang mereka harus berhadapan dengan kiai mereka sendiri, dan juga resisten terhadap Negara. Salah satu gerakan yang resisten terhadap negara dilakukan oleh Syarikat, salah satu LSM yang melakukan rekonstruksi kembali peristiwa 1965, dan berupaya melakukan pemulihan terhadap hak-hak masyarakat sipil yang terampas oleh kebijakan negara. Karakter kelima adalah terbuka. Keterbukaan pemikiran dan gerakan kalangan Muda Nahdlatul Ulama ini ditunjukkan lewat dialog dan akomodasi pemikiran. Dialog terbuka dilakukan baik antar-agama, antaretnis, dan antar-ideologi. Sementara, akomodasi pemikiran dilakukan terhadapa khazanah intelektual lokal, pemikiran Timur Kontemporer, dan pemikiran Barat Kritis. Akomodasi pemikiran terhadap khazanah lokal dilakukan baik terhadap pemikiran tradisional Nahdlatul Ulama, maupun khazanah lokal dari masyarakat tradisi Indonesia. Dekonstruksi bagi Rekonstruksi Dekonstruksi dilakukan melalui logika yang dikemukakan Deridda (2002), melalui logika dekonstruksi. Bahwa segala yang menjadi produk dan seluruh kebijakan, hams ditelusuri, untuk memahami kekuatan yang berada di balik terbentuknya sebuah aturan. Oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama, logika dekonstruksi ini kemudian diterapkan dalam memahami secara kritis Kitab Kuning, yang selama ini menjadi "buku suci" kalangan Tradisionalis ini. Dekonstruksi dilakukan dalam upaya membangun kembali pemikiran dan gerakan berdasarkan lokalitas dan produk yang dihasilkan negara. Proses dialogis ini diharapkan akan Islam Indonesia. melahirkan kultur bam Proses dialogis yang dilakukan melalui proses dekonstruksi bagi rekonstruksi, dibangun oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama ini melalui realitas berdasarkan kajian pada core peradaban Islam yakni Teks Suci. Proses re-interpretasi Teks Suci hams dimulai dari proses pemilahan antara Teks Suci, Pemikiran Agama dan Budaya Arab. Proses pemilahan dilakukan melalui proses dekonstruksi pemikiran agama. Pembacaan bam terhadap tiga komponen ini dilakukan melalui paradigma baru, dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran Timur Kontemporer dan teori-teori Barat Kritis, terutama upaya memberi jarak teks dengan inti ajaran, dalam hal ini menggunakan ilmu-ilmu alat, antara lain: Semiotik, Hermeneutik dan paradigma Arkeologi. Di sisi lain, agar agama tidak - S-41
4 Pro Uni teralienasidari budaya dan sebaliknya agar budaya tidak teralienasi dari agama, perlu adanya relasi dan proses saling menetjemahkan antara ajaran agama perlu ada upaya untuk saling menetj emahkan antara Teks Suci dan budaya. Di satu sisi, proses ini juga dihadapkan secara langsung dengan kebijakan Negara Indonesia, tennasuk seluruh produk (terutama produk hukum) yang dihasilkan oleh negara. Menuju Indonesia Barn Indonesia yang multikultur merupakan sebuah keniscayaan. Dhakidae (2003), mencatat lebih dari 300 etnis dan bahasa yang terdapat di Indonesia, yang saat di bawah Pemerintahan Orde Barn, etnis dan bahasa ini kemudian terpinggirkan, dan saat ini banyak yang lenyap, karena tidak dikembangkan dan tidak digunakan lagi oleh kelompok etnis tertentu. Salah satu upaya yang dilakukan kalangan Muda Nahdlatul Ulama adalah: Pertama, upaya internal; Kedua, upaya eksternal. Pertama, upaya internal. Secara internal, kalangan Muda Nahdlatul Ulama melakukan gerakan "Dekonstruksi" sekaligus "Rekonstruksi" ideologi Aswaja. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melakukan pembacaan ulang terhadap Kitab Kuning yang merupakan sumber ideologi aswaja. Keberadaan Kitab Kuning, selama ini menjadi "buku suci" bagi kalangan Nahdliyyin yang tidak pernah diganggu gugat. Gerakan pembacaan kembali terhadap Kitab Kuning yang merupakan gerakan otokritik, melahirkan re-posisi terhadap Aswaja. Aswaja kemudian diposisikan menjadi salah satu psrsdigma berpikir, dan dengan demikian menjadikan Aswaja yang sebagian besar besar dari Kitab Kuning menjadi korpus terbuka untuk diperdebatkan. Kedua, secara eksternal, kalangan Muda Nahdlatul Ulama yang umumnya melakukan lewat. Lembaga Swadaya Masyarakat, melakukan pendampingan pemberdayaan, dan advokasi terhadap komunitas dan masyarakat marginal. Baik yang tennarginalisasi oleh kebijakan pemerintah seperti keturunan Tapol dan Napol yang hingga saat ini masih mengalarni stigmatisasi dan marginalisasi, maupun yang tennarginalisasikan karena perbedaan pemahaman, kepercayaan, maupun karena berada dalam posisi minoritas. Muara yang diharapkan dari gerakan saat ini, telah masuk ke berbagai lini dan kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat akar rumput adalah mejadikan wajah Indonesia bam dalam konteks multikultur, dan bersama dalam keragaman. PENUTUP Seluruh upaya yang dilakukan oleh kalangan Muda Nahdlatul Ulama, terutama melakukan dekonstroksi bagi rekonsruksi pemikiran Nahdlatul Ulama melalui pembacaan ulang terhadap Kitab Kuning dan kemudian memosisikan Aswaja sebagai korpus terbuka. Hasil yang ingin dicapai adalah agar pemeluk agarna Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia, menjadi masyarakat yang toleran, dapat menjalin interaksi harmonis dengan kelompok yang berbeda, baik perbedaan ras, perbedaan etnis, perbedaan ideologi, menuju masyarakat Indonesia yang damai dalam konteks yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Khaidar Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan StudiPenelitian Kualitatif. Cet. I; Jakarta, PT. Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi Sunda, Bruinessen, Martin van NU: Tradisi, Relasi Kuasa dan Pencarian Wacana Baru. Ditetjemahkan dari "Traditionalisme Mulims in A Modernizing World The Nahdlatul U/ama and Indonesia's New Order, Politics, Factional Conflict and The Search for a New Disclosure". Cet. III; Yogyakarta, LKiS. Deridda, Jacques Dekosntruksi Spiritual: Merayakan Ragam Wajah Spiritual. Ditetjemahkan dari buku asli: "Off Spirit Heidegger and The Question". Cet, I; Yogyakarta, Jalasutra. Dhakidae, Daniel Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Cet. I; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Fea Fei RUJ S- 42 Sa
5 ProceedingPESAT (Psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil) Fealy, Greg jtihad Politik Ulama: Sejarah NU DiteIjemahkan dari Ulama and Politics in Indonesia an History of Nahdlatul Ulama Cet. I; Yogyakarta, LKiS. Feillard, Andree NUvis a vis Negara: Pencarian Ide, Bentuk dan Makna. Diterjemahkan dari "Islam er Armee L 'Indonesie Contemporaime Les Pionneiers de la Traditions". Cet. I; Yogyakarta, LKiS keijasama dengan The Asia Fundation. Rumadi Tradisionalisme Islam: Wacana Intelektualisme dalam Komunitas NU Cet. I; Cirebon, Fahmina Institute. Neumann, Lawrence. W Social Research Method: Qualititatif and Quantitatif Approach, Thrid Edition. Wincounsin, Allyn and Bacon, Aviacom Company. Tan, Melly G Masalah Perencanaan Peneltian. Dalam Koentjaraningrat "Metode-Metode Penelitian Masyarakat". Edisi Ketiga, Cet. XIV; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Sarnatan,Kontekstualisasi KitabKuning... S-43
RINGKASAN DAN SUMMARY
RINGKASAN DAN SUMMARY Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengungkap fakta-fakta ilmiah (scientific finding) berkaitan dengan peran sosio-kultural perempuan Nahdlatul Ulama, melalui studi Komunikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting
Lebih terperinciWassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012
satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL
ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL Chairman The Institute, Jakarta Islam adalah salah satua agama besar di dunia, dimana saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam kurun waktu yang lama sehingga kitab
Lebih terperinciyang mungkin selama ini belum banyak yang membaca pertarungan wacana semacam ini sebagai sebuah fenomena politis. Kontribusi Teoritik
119 BAB 5 Kesimpulan Nahdlatul Ulama sebuah organisasi keagamaan yang selama ini kental dengan kesan tradisional dan konservatif dengan atsmosfer keagamaan yang cenderung tenang dan statis ternyata memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi
Lebih terperinciBAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY
BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY A. Peluang NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society Dilihat Secara analisis obyektif, Peluang NU dalam pemberdayaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan
Lebih terperinciPLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan
338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan
Lebih terperinciNU: jamaah konservatif yang melahirkan gerakan progresif
Martin van Bruinessen, "NU: Jamaah konservatif yang melahirkan gerakan progresif", Kata pengantar pada: Laode Ida, NU Muda: Kaum progresif dan sekularisme baru. Jakarta: Erlangga, 2004, hal. xii-xvii.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hidup sekarang merupakan sebuah rumah makan dengan jumlah pilihan tak terbatas.mau hobi, liburan, gaya hidup, pandangan-dunia atau agama, selalu ada sesuatu bagi setiap
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. A. Pendahuluan
BAB V. Kesimpulan A. Pendahuluan Kebijakan nation building yang diterapkan di Malaysia saat ini (dengan basis identitas etnis Melayu sebagai kelompok etnis yang dominan) tidak berjalan seperti yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB VII RAGAM SIMPUL
BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,
Lebih terperinciPENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian
PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan budaya lokal, telah menampilkan budaya yang lebih elegan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam sebagai agama merupakan suatu fenomena global yang telah memberikan perubahan yang signifikan dalam peradaban dunia. Satu abad saja dari kemunculannya
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan:
Lebih terperinciPolemik di balik istiiah 'Islam Nusantara'
Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara' Heyder AffanWartawan BBC Indonesia 15 Juni 2015 Pemunculan istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam
BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri
198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Kualitatif Penelitian ini akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Mengacu pada pendapat Newman (2003:16), Pendekatan ini dipandang tepat karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan fenomenologi untuk dapat menggambarkan sifat-sifat
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Sumber Arsip Statuten Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama, 1926
DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip Statuten Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama, 1926 Sumber Artikel Dan Surat Kabar Bendera Islam,14 Oktober 1924 22 Januari 1925. Bintang Timoer, No.215, 24 September 1927. Dunia
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta
MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul
BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul Sejauh ini peneliti telah memberikan ulasan terinci mengenai tema penelitian ini. Ada beberapa simpul yang dapat ditarik dari uraian tersebut, khususnya dalam menjawab terhadap
Lebih terperinciDinamika Otoritas Keagamaan di Indonesia
Dinamika Otoritas Keagamaan di Indonesia Haula Noor Peneliti Institute of Advanced Studies (IAS) Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta lola_tgr@yahoo.com Judul Buku :Varieties of Religious Authority: Changes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan hidup dan berkembangnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai
146 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hal-hal yang dapat penulis simpulkan setelah melakukan penelitian tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1. Format kurikulum fiqih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi, sensitivitas terhadap perbedaan budaya dan perubahan demografis, memberi implikasi pada semakin pentingnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Politik Identitas Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas tentunya menjadi sesuatu yang sering kita dengar. Terlebih lagi, ini merupakan konsep
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi
147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Model integrasi MTs pendidikan Fattah Hasyim dalam sistem pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi tiga elektoral, yaitu : 1. integrasi kelembagaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mempermudah memahami objek pada penulisan skripsi, diantaranya adalah: A. Pendekatan
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses analisis tanda dalam film telah dilakukan untuk mengetahui representasi multikulturalisme dalam film Cheng Cheng Po. Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh, film
Lebih terperinciPEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY
DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam perkembangan dakwah Islam, pondok pesantren merupakan. lembaga pendidikan Islam yang mempunyai peran dalam mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dakwah adalah suatu istilah yang sangat dikenal dalam dunia Islam. Dakwah dan Islam merupakan dua bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya, karena Islam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi kepentingan hidup manusia, bukan hanya untuk kepentingan hidup pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
Lebih terperincibarakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep barakah dimaknai oleh para peziarah di makam KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidaklah tunggal. Artinya, latar belakang peziarah turut mempengaruhi makna barakah sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Latar belakang Sejarah pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Tarakan berawal dari lingkungan pulau terpencil yang tidak memiliki peran penting bagi Belanda hingga
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As
BAB V PEMBAHASAN 1. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Aswaja/Ke-NU-an di MTs As Syafi iyah Pogalan, Trenggalek Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para Ulama dengan tujuan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil dan pembahasan kajian kritis tentang media sosial, pola komunikasi politik dan relasi kuasa dalam masyarakat kesukuan Flores dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kemunculan suatu gerakan, termasuk gerakan yang dilakukan organisasi SMI memang tidak bisa terlepas dari ketidakpuasan yang terjadi di sekitarnya. Latarbelakang hadirnya SMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia adalah salah satu negara multikltural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecenderungan penurunan tingkat toleransi di Indonesia, salah satu segmen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir muncul beberapa studi yang menunjukkan kecenderungan penurunan tingkat toleransi di Indonesia, salah satu segmen masyarakat yang menjadi perhatian
Lebih terperinciabout:reader?url=https://majalah.tempo.co/konten/ of 5 Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
about:reader?url=https://majalah.tempo.co/konten/20... 1 of 5 majalah.tempo.co Buku Senin, 28 Desember 2015 Meneguhkan Identitas, Memburu Kenikmatan Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin
150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam kehidupan manusia, mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk kepribadian seseorang. Ia diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Berkaitan dengan hal ini Lexy. J Meleong menjelaskan bahwa penelitian
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan
Lebih terperinciB A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen
44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen
Lebih terperinciPERAN SOSIAL POLITIK KIAI DI INDONESIA Miftah Faridl ** Abstrak
PERAN SOSIAL POLITIK KIAI DI INDONESIA Miftah Faridl ** Abstrak Kiai merupakan suatu elit yang mempunyai kedudukan sangat terhormat dan berpengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat Islam. Kiai menjadi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
Arab. 2 Menurut Prof. Dr. Denys Lombard, menjelang tahun 1880 aksara Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan Arab pegon di Nusantara sangat erat kaitannya dengan syi ar Agama Islam, diduga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai suku atau etnis yang berkembang dan tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Metode pehamanan hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis ada beberapa sisi persamaan dan perbedaan. Secara garis besar antara Muhammadiyah dan NU menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan
Lebih terperinciTeori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)
Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab
BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya
Lebih terperinciULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH E-mail : melkimanggoa@gmail.com; mmelkiasantonius@yahoo.co.id Website : http://timoramabi.blogspot.com ; http://aldorian0507.wordpress.com
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, karena data-data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran
50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena data-data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran
Lebih terperinci