Pengaruh Dosis dan Waktu Fermentasi Kulit Kopi... Riki Saumi Nuryana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Dosis dan Waktu Fermentasi Kulit Kopi... Riki Saumi Nuryana"

Transkripsi

1 PENGARUH DOSIS DAN WAKTU FERMENTASI KULIT KOPI (Coffea arabica) MENGGUNAKAN Rhizopus oryzae DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR THE INFLUENCE OF INOCULUMS DOSAGE AND TIME OF FERMENTATION OF COFFEE WASTE (Coffea arabica) USE Rhizopus oryzae AND Saccharomyces cerevisiae ON CRUDE PROTEIN AND CRUDE FIBRE CONTENTS Riki Saumi Nuryana*, Rachmat Wiradimadja**,Denny Rusmana** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad risau31@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dosis inokulum campuran Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cereviasiae dan waktu dalam dosis fermentasi kulit kopi (Coffea arabica) yang paling baik terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang.terdapat 3 taraf dosis (D1=0,2%; D2=0,3%; D3=0,4%) dan 3 waktu fermentasi (W1=24 jam; W2=48 jam; W3=72 jam), setiap perlakuan diulang tiga kali. Data hasil penelitian diuji menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi kulit kopi dengan dosis penentuan inokulum berpengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar. Penggunaan dosis inokulum 0,3% difermentasi selama 48 jam memberikan hasil paling baik yaitu kandungan protein kasar sebesar 16,99% dan kandungan serat kasar sebesar 16,28%. Kata Kunci : Kulit kopi, fermentasi, Rhizopus oryzae, Saccharomyces cerevisiae, protein kasar, serat kasar. ABSTRACT This aims of there search was to know differences the effect of inoculums dosage and fermentation time coffee waste (Coffea arabica) on crude protein and crude fibre contents. The research used experimental method with a completely randomized design (CRD) nested design. There are three dosages degree of Rhizopus oryzae and Saccharomyces cerevisiae (D1 = 0,2%; D2 = 0,3%; D3 = 0,4%) and 3 fermentation time (W1 = 24 hours; W2 = 48 hours; W3 = 72 hours), each treatment was reapeated three times. Results were analyzed of by analysis varian and Duncan's Multiple Range Test. The results of reasearch fermentation coffee waste with inoculums significantly effect on crude protein and crude fibre contents. Used of 0,3% dosage inoculums for 48 hours gave the highest of crude protein 16,99% and the lowest of crude fibre 16,28%. Keywords: Coffee waste, fermentation, Rhizopus oryzae, Saccharomyces cerevisiae, crude protein, crude fibre.

2 PENDAHULUAN Upaya pemanfaatan limbah perkebunan sebagai pakan merupakan kajian penting yang harus diperbaiki kualitas dari kandungan nutrien tersebut dari waktu ke waktu. Hal berkaitan erat dengan tata cara pengolahan limbah perkebunan agar kandungan nutriennya meningkat. Salah satu limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan adalah limbah perkebunan kopi. Pengolahan limbah perkebunan kopi arabika (Coffea arabica) yang banyak tersebar di wilayah pulau Jawa merupakan salah satu sumber yang dapat dijadikan bahan pakan alternatif. Penggunaan limbah kopi dengan kulit kopi ini dapat dipakai sebagai campuran konsentrat pakan ruminansia kecil seperti domba dan kambing serta campuran ransum unggas. Pemberian dengan batasan yang sesuai akan memberikan manfaat seperti menekan biaya pakan dan menunjang laju pertumbuhan ternak. Limbah kopi atau sering disebut juga kulit kopi terdiri atas kulit dan daging buah yang memiliki proporsi 48% dari berat total buah kopi. Apabila ditinjau dari kandungannya, nutrien yang dimiliki limbah kopi tidak menunjang dalam asupan pakan berkualitas baik, karena kandungan proteinnya yang rendah. Upaya untuk meningkatkan kualitas nutrien kulit kopi dapat dilakukan dengan cara pengolahan, yaitu dengan cara fermentasi menggunakan jasa mikroba sehingga dapat meningkatkan kandungan protein kasar, menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan kecernaan bahan pakan. Pengolahan bahan pakan secara fermentasi dapat tercapai dengan bantuan aktifitas mikroorganisme dapat menghasilkan enzim untuk merombak bahan-bahan organik kompleks menjadi sederhana. Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan untuk fermentasi adalah Rhizopus oryzae ini memiliki karakteristik proteolitik dan selulotik yang dapat meningkatkan kandungan protein kasar serta menurunkan kandungan serat kasar dengan enzim protease dan selulase yang diproduksinya. Rhizopus oryzae dalam aktifitasnya dapat mengurangi atau menghilangkan zat anti nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan didukung oleh pengolahan secara fisik seperti dikeringkan untuk mengurangi kadar air bahan. Selain kapang Rhizopus oryzae, dalam proses fermentasi kulit kopi ini juga di khamir Saccharomyces cerevisiae yang dapat menghidrolisa ikatan selulosa menjadi glukosa dan secara tidak langsung dapat menurunkan kandungan serat kasar melalui aktifitas sekunder khamir tersebut.

3 BAHAN DAN METODE Materi Penelitian Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kopi (Coffea arabica) dengan keadaan kering sebanyak 5 kg. Kulit kopi ini diperoleh dari Desa Mekarwangi Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Inokulum yang digunakan untuk fermentasi kulit kopi yaitu Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae. Pembuatan media PDA (Potato Dekstro Agar) dengan mendidihkan kentang 500 gr ditambah aquades sebanyak 1000 ml lalu mengambil ekstrak kentang berwarna kuning bening kemudian tambahkan aquades sampai diperoleh larutan sebanyak 1000 ml masukkan kedalam labu Erlenmeyer. Setelah itu, diambil 3 ml media PDA masukkan kedalam tabung reaksi tutup mulut tabung menggunakan kapas dan kassa steril lalu media dimiringkan untuk selanjutnya digunakan sebagai media perbanyakan kapang Rhizopus oryzae. Perbanyakan kapang Rhizopus oryzae dilakukan dengan menggoreskan biakan murni menggunakan jarum ose steril ke media PDA yang telah dibuat pada tabung reaksi selanjutnya diinkubasi pada suhu o C selama 72 jam. Pembuatan inokulum menggunakan campuran beras sebanyak 90 gram yang ditambahkan 10 gram tepung kulit kopi dan 1000 ml aquades selanjutnya disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C selama 15 menit dalam tekanan 1 atm. Setelah ditiriskan sampai hangat campurkan biakan murni kapang Rhizopus oryzae yang telah ditambahkan 10 ml aquades aduk hingga homogen, kemudian inkubasi selama 72 jam pada suhu o C. Panen substrat keringkan hingga berat konstan lalu giling halus untuk selanjutnya dilakukan uji aktifitas inokulum menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Hasil yang diperoleh yaitu 35x10 7 CFU/gram maka media substrat dapat digunakan menjadi inokulum untuk fermentasi. Pembuatan media ETA (Ekstrak Toge Agar) dengan mendidihkan toge 250 gr ditambah aquades sebanyak 1000 ml lalu mengambil ekstrak toge berwarna bening kemudian tambahkan aquades sampai diperoleh larutan sebanyak 1000 ml masukkan kedalam labu Erlenmeyer. Setelah itu, diambil 3 ml media ETA masukkan kedalam tabung reaksi tutup mulut tabung menggunakan kapas dan kassa steril lalu media dimiringkan untuk selanjutnya digunakan sebagai media perbanyakan khamir Saccharomyces cerevisiae.

4 Perbanyakan kapang Saccharomyces cerevisiae dilakukan dengan menggoreskan biakan murni menggunakan jarum ose steril ke media ETA yang telah dibuat pada tabung reaksi selanjutnya diinkubasi pada suhu o C selama 48 jam. Pembuatan inokulum menggunakan campuran beras sebanyak 300 gram yang ditambahkan 200 gram tepung kulit kopi dan 500 ml aquades selanjutnya disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C selama 15 menit dalam tekanan 1 atm. Setelah ditiriskan sampai hangat campurkan biakan murni khamir Saccharomyces cerevisiae yang telah ditambahkan 10 ml aquades aduk hingga homogen, kemudian inkubasi selama 48 jam pada suhu o C. Panen substrat keringkan hingga berat konstan lalu giling halus untuk selanjutnya dilakukan uji aktifitas inokulum menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Hasil yang diperoleh yaitu 21x10 7 CFU/gram maka media substrat dapat digunakan menjadi inokulum untuk fermentasi. Kulit kopi disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121 o C selama 15 menit dalam tekanan 1 atm. Tiriskan sampai hangat (suhu o C), lalu hitung kandungan bahan kering substrat. Campurkan substrat dengan inokulum pada dosis masing-masing perlakuan yakni 0,2%, 0,3% dan 0,4% dari berat bahan kering. Substrat yang telah homogen dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diberi label lalu masukkan kedalam lemari fermentor yang telah steril untuk difermentasi oleh mikroba dengan waktu yang berbeda-beda yakni 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Setelah dipanen lakukan uji TPC lalu keringkan hingga berat konstan pada suhu o C selanjutnya lakukan analisis kandungan protein kasar dan serat kasar pada produk fermentasi kulit kopi. Metodelogi Penelitian Percobaan dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang. Perlakuan terdiri atas tiga tingkat dosis inokulum (D1= 0,2%, D2=0,3%, dan D3=0,4%) dan tiga tingkat waktu fermentasi (W1=24 jam, W2=48 jam dan W3=72 jam) masing-masing diulang sebanyak tiga kali, sehingga menghasilkan keterangan sebagai berikut : D1W1 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,2% dan waktu fermentasi 24 jam, D1W2 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,2% dan waktu fermentasi 48 jam, D1W3 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,2% dan waktu fermentasi 72 jam, D2W1 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis

5 inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 24 jam, D2W2 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam, D2W3= Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 72 jam, D3W1 = Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,4% dan waktu fermentasi 24 jam, D3W2= Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,4% dan waktu fermentasi 48 jam, D3W3= Kulit kopi difermentasi dengan dosis inokulum 0,4% dan waktu fermentasi 72 jam. Percobaan ini terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga secara keseluruhan dihasilkan 27 unit percobaan. Data percobaan yang diperoleh selanjutnya dianalisis statistik menggunakan Analisis Ragam. Model matematik rancangan acak lengkap pola tersarang berdasarkan Montgomerry (1991) sebagai berikut : Y (i)jk = µ + α (i) + β j(i) + є (i)jk keterangan: Y (i)jk : Pengamatan dosis taraf ke-i, waktu dalam dosis taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : Rataan Umum α (i) : Pengaruh dosis pada taraf ke-i β j(i) : Pengaruh waktu dalam dosis pada taraf ke-j pada α i є (i)jk : Pengaruh galat dosis taraf ke-i, waktu dalam dosis taraf ke-j dan ulangan ke-k i : Banyaknya perlakuan ke-i (i=1,2,3) j : Banyaknya perlakuan ke-j (j=1,2,3) k : Ulangan (1, 2, 3) Peubah Yang Diamati Protein Kasar (Metode Kjedahl) 1. Destruksi Satu gram sampel dimasukkan dalam labu kjedahl, tambahkan 2-2,5 gr selenium mixture dan asam sulfat pekat (15 ml), kemudian dipanaskan pada api kecil dalam ruang asam sampai tidak berubah. Pemanasan dilanjutkan sampai cairan dalam labu berwarna jernih kemudian dinginkan. 2. Destilasi Pindahkan larutan dari labu kjedahl kedalam labu didih dan gunakan aquadest sebagai pembilas, sehingga larutan pada labu kjedahl tidak tersisa. Pemasangan labu didih berisi larutan pada alat destilasi, dalam Erlenmeyer ditambahkan asam borat 5%.

6 Destilasi dianggap selesai bila dua per tiga larutan dalam labu sudah menguap dan tertampung dalam Erlenmeyer. 3. Titrasi Labu erlenmeyer yang berisi supernatant dititrasi dengan HCl 1N, kandungan protein kasar dapat dihitung dengan rumus. Perhitungannya sebagai berikut: Protein Kasar (%) =,, x 100% Serat Kasar (Metode Wendee) 1. Kertas saring berdiameter 4,5 cm dan cawan porselen dimasukkan ke dalam oven, dan dikeringkan pada suhu 105 o C. 2. Satu gram sampel (A) ditimbang dan simasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan H 2 SO 4 1,25%, lalu dipanaskan ke beaker glass semula. 3. Setelah pemanasan dilakukan penyaringan sampel dengan menggunakan corong bucher yang telah dipasang kertas saring. 4. Sebanyak 50 ml NaOH 1,25% ditambahkan dan dipanaskan selama 30 menit. Kertas yang telah kering ditimbang (D). 5. Kertas saring dipasang pada corong bucher, kemudian disaring menggunakan pompa vakum, lalu dicuci berturut-turut dengan 50 ml air panas, 100 ml H 2 SO 4 1,25% kemudian dicuci kembali dengan 100 ml aquadest dan terakhir dengan 25% aceton. 6. Kertas saring dan isinya (residu) dimasukkan ke dalam cawan porselen kemudian dikeringkan dalam oven 105 o C selama 1 jam, didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang beratnya (B). 7. Kemudian dibakar pada hot plate sampai tidak berasap lalu dimasukkan dalam tanur listrik sampai abunya berwarna putih dan ditimbang (C). Perhitungannya sebagai berikut: Serat Kasar (%) = x 100%

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Protein Kasar Hasil penelitian mengenai pengaruh dosis inokulum dan waktu dalam dosis fermentasi kulit kopi (Coffea arabica) terhadap kandungan protein kasar disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Protein Kasar Dosis (D1) 0,2% (D2) 0,3% (D3) 0,4% Lama Ulangan Fermentasi Jumlah Rataan Rataan (jam)...%... (W1)24 13,30 13,10 12,90 39,30 13,10 (W2)48 13,85 13,65 14,05 41,55 13,85 13,67 (W3)72 14,00 14,05 14,10 42,15 14,05 (W1)24 14,92 15,00 14,84 44,76 14,92 (W2)48 16,99 17,05 16,93 50,97 16,99 16,13 (W3)72 16,49 16,50 16,48 49,47 16,49 (W1)24 15,06 15,10 15,02 45,18 15,06 (W2)48 15,00 15,01 15,08 45,09 15,03 14,86 (W3)72 14,49 14,50 14,48 43,47 14,49 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat kandungan protein kasar hasil penelitian menunjukkan rataan antara 13,10% sampai dengan 16,99%. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian dosis inokulum Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae dan waktu fermentasi kulit kopi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan protein kasar antara perlakuan dosis inokulum dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan, yang hasilnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Dosis Inokulum pada Kandungan Protein Kasar Rataan Protein Perlakuan Signifikasi Kasar D3 13,67 a D1 14,86 b D2 c 16,13 Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata (p<0,05)

8 Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 3) menunjukkan adanya perbedaan perlakuan terhadap kandungan protein kasar. Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% (D2) nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding dosis 0,2% (D1) dan dosis 0,4% (D3). Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,2% (D1) nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding dosis 0,4% (D3). Pemberian dosis inokulum yang paling baik adalah perlakuan 0,3% (D2) dan apabila dosis inokulum yang diberikan kurang dari 0,3% maka akan terjadi penurunan kandungan protein kasar. Hal ini terjadi karena kandungan tannin yang terdapat pada kulit kopi belum sepenuhnya terhidrolisis serta apabila pemberian dosis inokulum melebihi dari 0,3% maka kandungan protein kasar kembali menurun yang diakibatkan tidak optimalnya perombakan yang terjadi oleh mikroba. Sejalan dengan hasil penelitian Guntoro, dkk (2004), bahwa kandungan protein kasar limbah kopi setelah fermentasi mengalami peningkatan. Adanya pengaruh perbedaan dosis inokulum pada fermentasi kulit kopi mengakibatkan kandungan tannin berkurang sehingga meningkatkan kandungan asam amino bebas menjadi nitrogen bebas sebagai asupan protein kasar substrat sejalan dengan pendapat Steinkraus (1983) bahwa pertumbuhan kapang khususnya Rhizopus oryzae dapat menghasilkan enzim proteolitik yang akan mengurai protein menjadi asam-asam amino sehingga nitrogen terlarutnya mengalami peningkatan. Selama fermentasi akan terjadi peningkatan jumlah N larut air dan padatan larut air. Peningkatan N larut air ini disebabkan adanya aktifitas enzim protease yang menguraikan protein menjadi fragmen yang lebih mudah larut air. Fragmen yang lebih mudah larut air selanjutnya akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya sehingga massa mikroba meningkat dan memberi sumbangan protein sel tunggal sehingga terjadi peningkatan kandungan protein kasar pada substrat. Reed dan Nagodhawithana (1988) menyatakan bahwa peningkatan protein substrat akan terjadi oleh dua hal, yaitu meningkatnya biomassa khamir (MBP) dan meningkatnya sel khamir yang berfungsi sebagai agensia protein sel tunggal (PST). Hal ini terjadi karena komposisi kimia Saccharomyces cerevisiae terdiri atas protein kasar 50-52%, karbohidrat 30-37%, lemak 4-5% dan mineral 8-17%. Menurut Afrianti (2008) fermentasi juga dapat meningkatkan nilai gizi karena dapat memecah senyawa kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dicerna.

9 Untuk mengetahui perbedaan rataan protein kasar pengaruh lama fermentasi dalam dosis inokulum dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Jarak Duncan Pengaruh Lama Waktu Fermentasi dalam Dosis Inokulum pada Kandungan Protein Kasar Perlakuan Rataan Protein Kasar Signifikasi W1D2 W3D2 W2D2 14,92 a 16,49 b 16,99 c Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata (p<0,05) Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 4) menunjukkan adanya perbedaan perlakuan terhadap kandungan protein kasar. Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam (W2D2) berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dengan dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 24 jam (W1D2) serta dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 72 jam (W3D2). Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 72 jam (W3D2) berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dari dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 24 jam (W1D2). Perlakuan terbaik yang menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi adalah perlakuan pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam (W2D2) sebesar 16,99%. Waktu fermentasi yang paling baik adalah perlakuan dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam. Waktu fermentasi kurang dari 48 jam akan terjadi penurunan kandungan protein kasar akibat kandungan tannin yang terdapat pada kulit kopi belum sepenuhnya terhidrolisis secara sempurna. Apabila waktu fermentasi lebih lama dari 48 jam yakni 72 jam maka kandungan protein kasar kembali menurun yang diakibatkan aktifitas mikroba yang tidak optimal dalam merombak ikatan kompleks yang berikatan dengan protein. Penurunan protein kasar selain disebabkan karena tidak optimalnya dalam merombak ikatan kompleks yang berikatan dengan protein, dapat juga disebabkan oleh hilangnya asam amino bebas yang dirombak oleh mikroba menjadi gugus amin dan tidak termanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Sejalan dengan pendapat Steinkraus (1983) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah nitrogen larut air disebabkan oleh peningkatan jumlah asam amino bebas selama fermentasi.

10 Menurut Gandjar (1977) pada lingkungan tertentu, konsentrasi inokulum yang digunakan memerlukan panjang dan pendeknya waktu fermentasi untuk mendapatkan hasil fermentasi yang baik. Inokulum ini mengandung spora-spora yang pada pertumbuhannya mengahasilkan enzim yang dapat menguraikan substrat menjadi komponen yang lebih sederhana. Tanuwidjaja (1975) mengungkapkan bahwa jumlah spora yang terlalu sedikit mengakibatkan lambatnya laju pertumbuhan. Hal ini berakibat pada mikroba lain akan mampu bersaing dengan mikroorganisme yang ada. Jumlah mikroba yang terlalu banyak menyebabkan sporulasi yang terlalu cepat, sebagian energi tidak digunakan untuk memperbanyak sel. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Serat Kasar Hasil penelitian mengenai pengaruh dosis inokulum dan waktu dalam dosis fermentasi kulit kopi (Coffea arabica) terhadap kandungan serat kasar disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan Serat Kasar Dosis (D1) 0,2% (D2) 0,3% (D3) 0,4% Lama Ulangan Fermentasi Jumlah Rataan Rataan (jam)...%... (W1)24 20,98 21,02 20,94 62,94 20,98 (W2)48 20,33 20,51 20,15 60,99 20,33 20,47 (W3)72 19,43 20,89 19,98 60,30 20,10 (W1)24 17,84 18,09 18,04 53,97 17,99 (W2)48 16,39 16,24 16,21 48,84 16,28 16,99 (W3)72 16,75 16,72 16,66 50,13 16,71 (W1)24 17,41 17,47 17,38 52,26 17,42 (W2)48 17,61 17,45 17,68 52,74 17,58 17,52 (W3)72 17,62 17,45 17,58 52,65 17,55 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat kandungan serat kasar hasil penelitian menunjukkan rataan antara 16,28% sampai dengan 20,98%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam (Lampiran 6), menunjukkan bahwa pemberian dosis inokulum dan lama waktu fermentasi kulit kopi berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar. Hasil kandungan serat kasar pada perlakuan W2D2 pemberian dosis masing-masing inokulum 0,3% dan waktu

11 fermentasi 48 jam yaitu 16,28%, hasil tersebut lebih kecil nilainya dibanding penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui perbedaan kandungan serat kasar antara perlakuan digunakan Uji lanjut, yaitu Uji Jarak Berganda Duncan, yang hasilnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Jarak Duncan Pengaruh Pemberian Dosis Inokulum pada Kandungan Serat Kasar Perlakuan Rataan Serat Kasar Signifikasi D2 16,99 a D3 17,52 b D1 20,47 c Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata (p<0,05) Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 6) menunjukkan bahwa kandungan serat kasar pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% (D2) berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding dosis 0,2% (D1) dan dosis 0,4% (D3). Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,4% (D3) nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding dosis 0,2% (D1). Pemberian dosis inokulum yang paling baik adalah perlakuan dosis inokulum 0,3% (D2). Apabila dosis inokulum yang diberikan kurang dari 0,3% akan menghasilkan kandungan serat kasar yang lebih tinggi. Apabila pemberian dosis inokulum melebihi dari 0,3% maka kandungan serat kasar kembali naik karena serat kasar tidak terdegradasi secara optimal oleh mikroba. Jumlah mikroba yang terlalu banyak tidak efektif dalam beraktifitas merombak senyawa kompleks substrat, sesuai hasil penelitian Guntoro, dkk (2004), bahwa kandungan serat kasar limbah kopi setelah fermentasi mengalami penurunan dari 24,20% menjadi 17,45%. Perubahan ini akibat aktifitas kapang Rhizopus oryzae yang dapat menghasilkan enzim selulase dan bantuan aktifitas sekunder khamir Saccharomyces cerevisiae yang juga dapat menghasilkan enzim selulase sebagai perombak senyawa kompleks lignin menjadi lebih sederhana (selulosa). Adanya pengaruh perbedaan dosis inokulum dan lama waktu fermentasi pada kulit kopi dapat mengakibatkan kandungan lignin yang berikatan dengan selulosa terhidrolisis oleh mikroba sehingga dapat merombak zat makanan terutama lignin untuk didegradasi menjadi selulosa selanjutnya selulosa yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa oleh khamir.

12 Menurut Poedjiadi (1994) Saccharomyces cerevisiae memanfaatkan lemak pada substrat sebagai sumber energi untuk metabolisme dalam sel dan penurunan kandungan serat kasar dalam bahan diakibatkan oleh aktifitas enzim selulase yang dihasilkan oleh khamir dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa dengan demikian akan menurunkan kandungan serat kasar. Untuk mengetahui perbedaan rataan serat kasar pengaruh lama fermentasi dan dosis inokulum dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Uji Jarak Duncan Pengaruh Lama Waktu Fermnetasi dalam Dosis Inokulum pada Kandungan Serat Kasar Perlakuan Rataan Serat Kasar Signifikasi W2D2 16,28 a W3D2 16,71 a W1D2 17,99 b Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata (p<0,05) Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 7) menunjukkan adanya perbedaan perlakuan terhadap kandungan serat kasar. Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam (W2D2) tidak nyata (P>0,05) lebih rendah dibanding dosis 0,3% dan waktu fermentasi 72 jam (W3D2) serta dosis 0,3% dan waktu fermentasi 24 jam (W1D2). Pengaruh pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 72 jam (W3D2) nyata (P<0,05) lebih rendah dibanding dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 24 jam (W1D2). Perlakuan terbaik yang menghasilkan kandungan serat kasar terendah adalah pada perlakuan pemberian dosis inokulum 0,3% dan waktu fermentasi 48 jam (W2D2) yaitu 16,28%. Apabila waktu fermentasi kulit kopi kurang dari 48 jam maka kandungan serat kasar masih tinggi, karena aktifitas mikroba yang belum optimal, dan apabila waktu fermentasi melebihi dari 48 jam yakni 72 jam maka kandungan serat kasar kembali naik yang diakibatkan aktifitas mikroba yang menurun karena nutrisi pada substrat untuk kelangsungan hidup mikroba semakin lama semakin sedikit. Menurut Setiyatwan (2007) lama inkubasi berkaitan erat dengan waktu yang dapat digunakan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak kandungan zat

13 makanan substrat yang digunakan khamir untuk hidup sehingga kandungan zat makanan yang tersisa semakin sedikit. Dinyatakan oleh Winarno dkk (1980) bahwa serat kasar merupakan komponen utama yang banyak mengandung energi bagi kapang sehingga sebagian fraksi serat kasar digunakan sebagai sumber energi pertumbuhan kapang, akibatnya terjadi penurunan kandungan serat kasar pada substrat. Kandungan serat kasar media fermentasi akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh perubahan enzim tertentu terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. KESIMPULAN Dosis inokulum Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae 0,3% dan waktu dalam dosis 48 jam pada fermentasi kulit kopi (Coffea arabica) yang menghasilkan kandungan protein kasar dan kandungan serat kasar terbaik, yaitu 16,99% dan 16,28%. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Dr. Ir. Rachmat Wiradimadja, MS., dan kepada dosen pembimbing anggota Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M.Si., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, saran, serta bimbingan dalam langkah penulisan dan penyelesaian penyusunan artikel ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Afrianti, L Teknologi Pegawetan Pangan. Alfabeta: Bandung. Gandjar, I Protein Sel Tunggal Sebagai Sumber Protein Non Ruminansia dan Prospek Pengembangannya. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Jakarta. Guntoro, S., I. M. R. Yasa, Rubiyo dan I. N. Suyasa Optimasi Integrasi Usaha Tani Kambing dengan Tanaman Kopi. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak, Denpasar, Juli 2004, Haryanto, B.; Mathius I.W.; Prawiradiputra B.R.; Lubis D.; A. Priyanti & A. Djajanegara (eds.). Puslitbangnak, Bogor, p Poedjiadi A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta. Reed, G. dan Nagodhawithana, T.W. (1988). Technology of Yeast Usagein Winemaking. American Journal Enology Viticology 39: Setiyatwan, H Peningkatan Kualitas Nutrisi Duckweed Melalui Fermentasi Menggunakan Trichoderma harzianum. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 7 No. 2:

14 Steinkraus, KH Handbook of Indegenous Fermented Foods. Marcel Dekker, Inc, New York. Tanuwidjaja Single Cell Protein. Laporan Ceramah Ilmiah. LKNLIPI: Bandung. Winarno, F.G., S. Fardiaz., dan D. Fardiaz Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia: Jakarta.

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto AZI MINGGUSTI LUNAR 1, HERY SUPRATMAN 2, dan ABUN 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari April sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae 25 IV PEMBAHASAN 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae Rata-rata kandungan protein produk limbah udang hasil fermentasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR AANG. R 1, ABUN 2, dan TJITJAH. A 3 Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan 20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1) Kulit Pisang Nangka Kulit pisang nangka berfungsi sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum domba. Kulit pisang yang digunakan berasal dari pisang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis Proksimat 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat sebagai A gram. 2. Menyiapkan cawan porselen

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei Marthen Lie 1, Marie Najoan 2, Fenny R. Wolayan 2 1 Pascasarjana Unsrat Manado

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea terhadap ketersediaan NH3, volatile fatty acids dan protein total secara in vitro dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan

III. MATERI DAN METODE. Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces. 43 Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian Limbah Udang Pengecilan Ukuran Sterilisasi suhu 121 c, tekanan 1 atm Dianalisis kadar air dan bahan keringnya Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum 9 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Materi Penelitian.. Bahan Penelitian a. Biji Sorgum (Sorghum bicolor) Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum sebanyak 5 kg dengan umur panen yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu (Metroxylon sp.) yang diperoleh dari industri pati sagu rakyat di daerah Cimahpar, Bogor. Khamir yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April 2015. Pelaksanaan penelitian pembuatan pelet calf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah tongkol jagung manis kering yang diperoleh dari daerah Leuwiliang, Bogor. Kapang yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di rumah kaca Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pengujian secara

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Kampar yang merupakan salah satu daerah tumbuhnya tanaman sagu di Provinsi

III. MATERI DAN METODE. Kampar yang merupakan salah satu daerah tumbuhnya tanaman sagu di Provinsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan di Desa Air Tiris Kabupaten Kampar yang merupakan salah satu daerah tumbuhnya tanaman sagu di Provinsi Riau.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) dan Laboratorium Kimia, Universitas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat 10 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan. Bahan penelitian berupa hasil samping produksi karagenan diperoleh dari PT. Araminta Sidhakarya, Tangerang. Fermentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK Uji Karakteristik Kandungan VFA Dan ph Hasil Fermentasi Aaerob (Ensilase) Batang Pisang (Musa paradisiaca Val.) Dengan Penambahan Molases Sebagai Bahan Aditif Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim,

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN KASAR (PK) DAN SERAT KASAR KOMBINASI RUMPUT GAJAH (PANNISETUM PURPUREUM) DAN TUMPI JAGUNG YANG TERFERMENTASI

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN KASAR (PK) DAN SERAT KASAR KOMBINASI RUMPUT GAJAH (PANNISETUM PURPUREUM) DAN TUMPI JAGUNG YANG TERFERMENTASI Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn. 201-207 ISSN 2302-4178 ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN KASAR (PK) DAN SERAT KASAR KOMBINASI RUMPUT GAJAH (PANNISETUM PURPUREUM) DAN TUMPI JAGUNG YANG TERFERMENTASI

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April September 2014 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk menurunkan serat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan Penelitian.. Bahan Pakan Biji Sorgum Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum (Sorghum bicolor) dengan tipe grain sorghum sebanyak 5 kg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi dilaksanakan. Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.

BAB III METODOLOGI. Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi dilaksanakan. Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Waktu dan Lokasi penelitian masing masing tahap adalah : Tahap 1 : Penelitian mengenai konsentrat terfermentasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram) LAMPIRAN 50 51 Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) Kandungan protein kasar di ukur dengan menggunakan analisis Kjeldahl. Larutan yang digunakan adalah asam sulfat pekat, asam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan

Lebih terperinci

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger) Edhy Mirwandhono, Irawati Bachari, dan Darwanto Situmorang: Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian 25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan pendidikan kimia dan laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Proses fermentasi dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan 20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pemanfaatan Susu Sapi,Susu Kerbau Dan Kombinasinya Untuk Optimalisasi Kadar Air, Kadar Lemak Dan Tekstur Keju Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 362 366 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES

Lebih terperinci

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA 1. Pembuatan sodium Sitrat (C 6 H 5 Na 3 O 7 2H 2 O) 0,1 M 1. Mengambil dan menimbang sodium sitrat seberat 29.4 gr. 2. Melarutkan dengan aquades hingga volume 1000

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember 13 BAB III MATERI DAN METODE Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman di rumah kaca (green house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember 2014. Penanaman kedelai dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. 26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 23 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Bahan Pembuatan Media Agar 1. Lactobacillus plantarum a. 7 g nutrien agar sebagai media tumbuhnya mikroba b. 2,5 g KH2PO4 c. Aquades sampai

Lebih terperinci