BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 23 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Bahan Pembuatan Media Agar 1. Lactobacillus plantarum a. 7 g nutrien agar sebagai media tumbuhnya mikroba b. 2,5 g KH2PO4 c. Aquades sampai 300 ml. 2. Saccharomyces cereviseae a. 9,7 g PDA sebagai media tumbuhnya mikroba b. 2,5 g KH2PO4 c. 2,5 g roti tawar sebagai pengganti ragi d. Aquades sampai 300 ml 3. Aspergillus oryzae a. 9,7 PDA sebagai media tumbunya mikroba b. 2,5 KH2PO4 c. Aquades sampai 300 ml Bahan Pembuatan Media Inokulum Cair 1. Lactobacillus plantarum a. 20 g tepung jagung b. 5 g NaCl c. 5 g Ca d. Aquades sampai 1000 ml 2. Saccharomyces cereviseae a. 20 g tepung jagung b. 5 g KH2PO4 c. 5 g NaCl d. Aquades sampai 1000 ml

2 24 3. Aspergillus oryzae a. 20 g tepung jagung b. 5 g KH2PO4 c. Aquades sampai 1000 ml Bahan untuk Pembuatan Silase 1. Biomassa jagung yang terdiri atas daun, batang, tongkol, kulit, dan biji jagung sebanyak 200 kg yang berumur ± 60 hari. 2. Bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae, dan Aspergillus oryzae yang diperoleh dari Institut Teknologi Bandung dan dibiakan di laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak. 3. Molases sebanyak 1% dari berat biomassa jagung yang digunakan, sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroba pada proses fermentasi anaerob dalam pembuatan silase Bahan untuk Analisis in vitro 1. Cairan rumen sapi perah, sebagai media percobaan in vitro berasal dari Rumah Potong Hewan di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung. 2. Larutan saliva buatan, sebagai larutan medium buffer. Larutan berfungsi pula sebagai media untuk proses pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen (in vitro). 3. Gas karbondioksida (CO2), untuk mengkondisikan keadaan anaerob pada tabung fermentor tetap dalam keadaan anaerob pada saat memasukkan sampel dan media fermentasi. 4.Bahan kimia berupa larutan HgCl2 jenuh untuk mematikan mikroorganisme Peralatan Pembuatan Inokulum 1. Beaker glass, sebagai wadah pembuatan media inokulum cair dan media agar. 2. Tabung reaksi, sebagai tempat penanaman mikroba.

3 25 3. Autoklave, untuk sterilisasi media agar dan media inokulum cair. 4. Oven, untuk strerilisasi tabung reaksi. 5. Spatula, untuk pengaduk. 6. Ose, untuk mengambil mikroba 7. Kapas, untuk penutup media inokulum cair dan media agar. 8. Kain kasa, sebagai pembungkus kapas untuk penutup media inokulum cair dan media agar. 9. Alumunium foil, untuk membungkus tabung reaksi pada saat strerilisasi Peralatan untuk Pembuatan Silase 1. Silo, berupa tong plastik berukuran ± 10 kg. 2. Choper, untuk memotong biomassa jagung. 3. Timbangan, untuk menimbang biomassa jagung dan molases. 4. Terpal, sebagai alas dalam pencampuran biomassa jagung dengan molases Peralatan untuk Pengambilan Cairan Rumen 1. Termos berisi air hangat dengan suhu C, untuk menyimpan cairan rumen dari RPH ke laboratorium. 2. Kain saring muslin, untuk menyaring cairan rumen. 3. Corong plastik untuk memasukan rumen ke dalam termos Peralatan untuk Pembuatan Saliva Buatan 1. Timbangan analitik untuk menimbang sampel. 2. Beaker glass kapasitas dua liter tempat pembuatan dan penyimpanan saliva buatan. 3. ph meter untuk mengukur ph larutan buffer. 4. Spatula, pengaduk cairan saliva Peralatan Uji in vitro 1. Timbangan analitik untuk menimbang bahan pakan dan residu. 2. Oven untuk mengeringkan residu dan eksikator. 3. Tabung fermentor (tabung in vitro) kapasitas 100 ml, sebagai rumen tiruan dengan tutup karet berpentil.

4 26 4. Waterbath yang telah terisi air dengan suhu C, sebagai tempat merendam tabung fermentor. 5. Termometer untuk mengukur suhu. 6. Rak Tabung untuk menahan tabung fermentor selama proses inkubasi. 7. ph meter untuk mengukur ph. 8. Centrifuge untuk memisahkan supernatan dan residu. 9. Beaker glass sebagai wadah larutan. 10. Spatula, alat untuk mengaduk. 11. Kertas saring Whatman 41 untuk menyaring residu. 12. Pompa vakum untuk mempercepat penyaringan residu. 13. Cawan porselin untuk menyimpan residu selama pengeringan. 14. Tanur listrik untuk membakar residu menjadi abu. 3.2 Metode Penelitian Prosedur Pembuatan Inokulum 1. Mencampurkan semua bahan bahan sesuai dengan kebutuhan masing masing mikroba pada pembuatan pembuatan media inokulum cair. 2. Mensterilisasi media inokulum cair menggunakan autoklave dengan suhu C selama 15 menit. 3. Mencampurkan mikroba dengan inokulum cair dengan cara menambahkan aquades sebanyak 10 ml kedalam tabung reaksi yang berisi mikroba. 4. Menuangkan mikroba yang telah tercampur ke dalam masing masing media inokulum cair. 5. Mikroba siap digunakan untuk dicampurkan dengan molases pada ph tertentu sesuai dengan ph masing masing mikroba Prosedur Pembuatan Silase 1. Mencacah biomassa jagung dengan ukuran ukuran ± 5 cm menggunakan mesin chopper.

5 27 2. Menimbang biomassa jagung sebanyak 10 kg untuk masing-masing perlakuan. 3. Menimbang molases sebanyak 1% dari berat biomassa jagung hasil cacahan 4. Mencampurkan mikroba yang telah dicampurkan pada media inokulum cair sesuai dengan perlakuan penelitian. 5. Menghamparkan terpal plastik sebagai alas untuk mencampurkan biomassa jagung dan molases. 6. Menebarkan cacahan biomassa jagung secara merata di atas terpal plastik kemudian menambahkan campuran molases dan bakteri asam laktat keseluruh tebaran biomassa jagung secara merata. 7. Mengaduk semua bahan tersebut sampai homogen. 8. Memasukan bahan tersebut ke dalam tong plastik secara bertahap dengan melakukan pemadatan menggunakan pompa vakum dan kemudian disimpan dan menutup dengan rapat menggunakan penutupnya untuk mendapatkan kondisi anaerob. 9. Menginkubasi bahan (ensilase) selama 21 hari Pengambilan Cairan Rumen 1. Mengisi thermos dengan air hangat dengan suhu 38-40ºC. 2. Mengeluarkan bagian rumen dari tubuh ternak setelah ternak dipotong dan mengambil cairan rumen sesegera mungkin 3. Membuang isi termos yang berisi air hangat. 4. Menyaring isi rumen dengan menggunakan kain muslin dan dibantu dengan corong. Kemudian memasukkannya ke dalam termos sampai penuh dan menutup rapat agar tercapai kondisi anaerob.

6 28 5. Membawa cairan rumen ke laboratorium untuk dijadikan bahan penelitian sebagai media in vitro Penyediaan Larutan Saliva Buatan Prosedur pembuatan saliva buatan mengacu pada petunjuk McDougall (1948). Proses pembuatannya adalah sebagai berikut : 1. Menimbang bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan saliva buatan sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Bahan Pembuatan Saliva Buatan untuk Pembuatan Satu liter. Bahan Komposisi (g) NaHCO3 9,80 Na2HP4.12H2O 9,30 NaCl 0,47 KCl 0,57 CaCl 0,04 MgCl 0,06 Sumber : Mc.Dougall (1948) 2. Memasukan bahan bahan di atas ke dalam beaker glass kapasitas satu liter. 3. Menambahkan aquades ke dalam beaker glass hingga volume satu liter, kemudian mengocoknya dengan menggunakan stirrer sampai semua bahan larut (homogen). 4. Menghembuskan gas CO 2 ke dalam larutan secara perlahan lahan sampai ph larutan saliva buatan netral (6,8 7,0). 5. Menaikan suhu cairan saliva buatan sebelum digunakan untuk penelitian menjadi C.

7 Pelaksanaan In Vitro 1. Menyediakan tabung fermentor sebanyak 20 buah. Tabung tersebut diberi label seperti perlakuan. 2. Menimbang sampel sebanyak 1 g dengan timbangan analitik dan memasukkan ke dalam tabung fermentor sesuai dengan masing masing perlakuan. 3. Memasukkan cairan rumen yang telah disaring sebanyak 10 ml ke dalam tabung fermentor sebagai inokulan. 4. Menambahkan larutan Mc.Dougall yang bersuhu 39 0 C dan ph 6,8 6,9 sebanyak 40 ml. 5. Menghembuskan gas CO2 agar keadaan tabung fermentor anaerob dan ph mencapai 6,8. 6. Menutup rapat tabung fermentor dengan karet berventilasi. 7. Memasukkan tabung fermentor ke dalam rak yang tersedia di dalam water bath dengan pengaturan suhu C selama 48 jam sambil dilakukan pengocokan setiap tiga jam sekali (in vitro Tahap 1). 8. Setelah diinkubasi selama 48 jam, menambahkan larutan HgCl2 0,2 ml ke setiap tabung. Kemudian mensentrifugasinya selama 10 menit untuk memisahkan supernatan dan residu. 9. Residu yang telah terpisah dengan supernatan tetap berada di dalam tabung fermentor, sedangkan supernatan dibuang. 10. Menambahkan 50 ml larutan pepsin HCl 10%, lalu inkubasi selama 48 jam dalam suasana aerob dan dilakukan pengocokkan setiap enam jam sekali (in vitro Tahap dua). 11. Setelah 48 jam inkubasi (in vitro tahap dua), selanjutnya menyaring dengan kertas saring Whatman no 41 yang telah diketahui beratnya. 12. Membilas dengan menggunakan aquades untuk menghilangkan lendir yang masih tersisa pada residu.

8 Memasukan residu beserta kertas saring ke dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya untuk dikeringkan ke dalam oven dengan suhu C selama 24 jam, lalu memasukan ke dalam eksikator. 14. Menimbang sampel untuk mengetahui berat akhir bahan kering. 15. Membakar residu dalam tanur listrik dan menimbang abu hasil pembakaran untuk mengetahui kandungan bahan organik sisa pencernaan in vitro Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro yang diukur dengan metode Tilley dan Terry (1963). 1. Kecernaan Bahan Kering in vitro Rumus yang digunakan untuk menghitung kecernaan bahan kering in vitro adalah : KCBK = Keterangan : BK asal (BK residu blangko) BK asal x 100% KCBK : kecernaan bahan kering BK asal : berat bahan kering ransum (g) sebelum diinkubasi BK residu : berat bahan kering ransum (g) sesudah diinkubasi BK blangko : cairan rumen + saliva buatan (g) 2. Kecernaan Bahan Organik in vitro Rumus yang digunakan untuk menghitung kecernaan bahan organik in vitro adalah : KCBO = BO asal (BK residu blangko) BO asal x 100% Keterangan : KCBO : kecernaan bahan organik BO asal : berat bahan organik ransum (g) sebelum diinkubasi BO residu : berat bahan organik ransum (g) sesudah diinkubasi BO blangko : cairan rumen + saliva buatan (g)

9 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistika Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali, sehingga didapat dua puluh unit percobaan dan untuk peletakkan setiap perlakuan dilakukan pengacakan. Adapun susunan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: P0 = Biomassa Jagung P1 = Biomassa Jagung + inokulum Lactbacillus plantarum P2 = Biomassa Jagung + inokulum Lactobacillus plantarum + Saccharomyces cereviseae P3 = Biomassa Jagung + inokulum Lactobacillus plantarum + Aspergillus oryzae P4 = Biomassa Jagung + inokulum Lactobacillus plantarum + Saccharomyces cereviseae + Aspergillus oryzae Model matematika rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut: Keterangan : Yij = µ + αi + εij Yij : Respon yang memperoleh perlakuan ke-i, ulangan ke-j. µ : Nilai tengah populasi αi : Pengaruh perlakuan ke-i εij : Pengaruh komponen galat i : Pengaruh ke-i (1,2,3,4) j : Ulangan ke-j (1,2,3,4,5) Asumsi yang digunakan pada analisis ini adalah, nilai εij menyebar normal dan bebas satu sama lain. Nilai harapan E (εij) sama dengan nol.e (ε 2 ij) = σ 2 merupakan ragam dari pengaruh pengacakan adalah σ 2, jadi εij = NID (0, σ 2 ) adalah nilai tengah sama dengan nol dan ragam harapan σ 2. Pengaruh perlakuan bersifat tetap.

10 32 Tabel 2. Daftar Sidik Ragam Sumber keragaman DB JK KT Fhit F tabel0,05 Perlakuan (P) (t-1) = 4 JKP KTP KTP/KTG 3,06 Galat t(r-1) = 15 JKG KTG Total (tr-1) = 19 JKT Hipotesis : H0 : P0 = P1 = P2 = P3 = P4 H1 : P0 P1 P2 P3 P4 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama. Kaidah keputusan : 1. Jika Fhitung F tabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terimah0 dan tolak H1. 2. Jika Fhitung > F tabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant). Tolak H0 dan terima H1. Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan dengan rumus : Keterangan : LSR SSR S X KT galat r S r S y 2 Sx = Standard error r = Ulangan KTG = Kuadrat Tengah Galat LSR = Least significant range test SSR = Studentized significant range Selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR d LSR, maka tidak berbeda nyata, d > LSR, maka berbeda nyata.