HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN"

Transkripsi

1 J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal Jakarta, Agustus 2008 ISSN HIDRO-BIOLOGI LARVA IKAN DALAM PROSES REKRUTMEN Muhammad Husni Amarullah Peneliti Ekologi Reproduksi Ikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Prior understanding of stock dynamics of adult fishes were unable to fully explain observed variability in stock size. It was realized that variable year- class success was most likely determined during early (larval-juvenile stages) in marine fishes. Survival of individuals at any stage of life requires adequate levels of performance against a variety of ecological challenges, such as obtaining food, evading predators and locating and remaining in suitable habitat. Knowledge of processes that strongly affect larval survival would provide early evidence of the abundance of the emerging year class. Key words: fish larval, recruitment, transport mechanism, coastal management 1. PENDAHULUAN Keterkaitan antara rekrutmen atau penambahan stok dengan dinamika populasi ikan pada stadia kehidupan awal ikan (early life stages of fishes) relative belum banyak dipahami, karena selama ini riset dinamika populasi kebayakan terfokus pada ikan-ikan yang telah dewasa. Dalam perjalannya, dinamika stok dan pengetahuan parameter yang biasanya dianggap vital (seperti tingkat pertumbuhan, kematian dan reproduksi) pada ikan dewasa belum cukup memberikan informasi yang memadai terhadap terjadinya perubahan-perubahan stok ikan di alam. Kemampuan untuk memprediksi keberhasilan rekrutmen selama ini masih sangat lemah, sedangkan kepentingan untuk dapat memprediksi rekrutmen dengan tingkat ketepatan yang tinggi masih diperlukan. Pada tahun 1914, Johan Hjort saintis perikanan dari Norwegia berpendapat bahwa variabel keberhasilan kelas tahunan stok ikan (year-class success) dalam proses rekrutmen diantaranya ditentukan pada saat kehidupan awal ikan (1). Pengetahuan proses yang sangat mempengaruhi kelulushidupan (survival) larva ikan akan memberikan petunjuk awal kelimpahan stok ikan yang akan timbul pada kelas tahun (year class) tersebut. Walaupun prediksi rekrutmen masih belum mencapai tingkat akurasi yang tinggi, studi rekrutmen dengan fokus stadia kehidupan awal ikan masih terus berlanjut. Korelasi stadia perkembangan yang berbeda terhadap keberhasilan kelimpahan kelas tahunan stok ikan bersifat relatif dan tampaknya ditentukan dari sejak larva stadia akhir (Gambar 1). Tulisan ini meyajkan hidro-biologi larva ikan dalam proses rekrutmen meliputi stadia awal kehidupan ikan, mekanisme transport larva dari daerah pemijahan (spawning ground) dan keberhasilan prajuvenil mencapai daerah ipukan (nursery ground). 2. STADIA AWAL KEHIDUPAN IKAN Terminologi stadia awal sejarah hidup ikan (early life history stages) banyak dibahas oleh (2,3,4), meskipun demikian secara umum stadia perkembangan yang utama terdiri dari tahapan stadia telur, larva dan juvenil (Gambar 2). Pada ikan laut telur Hidro-Biologi Larva...J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) :

2 Gambar 1. Korelasi relatif stadia siklus hidup yang berbeda terhadap keberhasilan kelimpahan kelas tahunan stok ikan umumnya memiliki kisaran ukuran diameter antara 0,6 4,0 mm dengan moda sekitar 1 mm tergantung pada spesies ikan. Telur akan menetas menjadi larva dengan kantung kuning telur (yolk-sac larvae) yang belum berkembang dan kemudian berenang dengan lemah serta menggantungkan pada persediaan telur sebagai makanan sambil terus mengalami perkembangan sistem sensor, otot dan sistem pencernaan sampai pada stadia dimana larva mampu mengkonsumsi plankton. Pada stadia ini larva mengalami perkembangan karakter sementara (transients larval character) seperti pola pigmen, duri dan sirip di bagian kepala ataupun bagian lainnya yang memang dibutuhkan dalam adaptasinya dengan kondisi di alam. Secara bertahap larva kemudian mengalami perkembangan yang mendekati karakter dewasa terutama karakter meristik. Pada tahap akhir perkembangan larva, ikan akan mengalami perubahan ketika memasuki stadia juvenil, baik secara bertahap ataupun secara tibatiba seperti pada ikan demersal. Stadia juvenil ikan memiliki performan tubuh mendekati bentuk tubuh ikan dewasa meskipun pada demensi yang lebih kecil, 76 Amarullah M.H. 2008

3 seluruh jari-jari sirip dan sisik telah lengkap terbentuk serta tulang sudah hampir seluruhnya mengeras. Meskipun demikian pola stadia awal kehidupan ikan seperti diuraikan tersebut diatas, dapat banyak terjadi variasi. 3. Periode Kritis Perkembangan ikan dari stadia larva menjadi juvenil memiliki konsekuensi ekologis sehingga terjadi hubungan yang kritis terhadap kelulus hidupan (survival) dan pertumbuhan (growth). Konsekuensi ekologis terpenting yang berpengaruh diantaranya adalah yang berkaitan dengan makanan dan pemangsaan (food and feeding), deteksi predator dan kemampuan menghindar (predator detection and escape) serta peralihan habitat (habitat shift) yang pada gilirannya akan sangat berpengaruh terhadap rekrutmen stok ikan di suatu perairan. Teori John Hjort yang dikenal dengan Critical Period Hypothese telah terbukti bahwa larva hanya dapat bertahan hidup dalam waktu yang pendek tanpa adanya makanan sesaat setelah suplai kuning telur dan gelembung minyak (yolk and oil globules) habis sedangkan kelimpahan makanan di alam dapat berubah sesuai waktu dan ruang. Oleh karena itu kelaparan (starvation) merupakan faktor penting terjadinya kematian pada periode stadia larva yang kemudian dapat berpengaruh terhadap kekokohan kelas tahunan (yearclass strength) populasi. Resiko kelaparan akan semakin rendah ketika tubuh berkembang yaitu bukan hanya karena lebih rendahnya metabolisme spesifik bobot tubuh (weight-specific metabolism) dan meningkatnya cadangan energi saja, tetapi juga karena peningkatan perkembangan performan alat sensor dan kemampuan berenang. Larva yang lebih dewasa dengan demikian memiliki kemampuan lebih baik untuk menentukan posisi sumber makanan yang letaknya lebih jauh. Melalui pertumbuhan, memungkinkan larva untuk memilih mangsa yang lebih besar dan kaya energi sambil mempertahankan kemampuan untuk mengkonsumsi mangsa yang lebih kecil tetapi melimpah. Performan kecepatan berenang yang meningkat secara mendadak sejalan dengan perkembangan tubuh atau perubahan ontogenetik (ontogenetic changes) memungkinkan larva secara efektif mampu menghindar dari predator. Beberapa pengamatan terhadap keberhasilan predator menangkap larva sebagai mangsa mengindikasikan adanya kecenderungan hubungan negatif terhadap ukuran larva yang berarti bahwa semakin dewasa dan besar ukuran larva, keberhasilan predator memangsa semakin kecil (5). Keberadaan predator merupakan bencana bagi larva dan juvenil ikan dan kemungkinan merupakan salah satu penyebab kematian yang terbesar. Berbagai organisme baik vertebrata maupun invertebrata merupakan predator bagi larva ikan, diantaranya seperti juvenil atau ikan dewasa, jellyfish, chaetognaths, euphausiids ataupun insekta. 4. Mekanisme Transport Larva Harden Jones dalam teori segi tiga migrasi (migration triangle hypothesis) memisahkan secara tegas antara lokasi pemijahan (spawning area), daerah ipukan (nursery ground) dan daerah ikan dewasa (adult ground). Pemisahan fisik dalam stadia hidup ikan (life-history stages) merupakan suatu strategi dimana ikan melakukan migrasi pemijahan yang kemudian melepaskan telur dan larva pada habitat yang berbeda dengan stadia dewasanya untuk memperoleh kondisi yang menguntungkan yaitu seperti kesesuaian habitat yang dibutuhkan pada tiap stadia, mengurangi terjadinya persaingan antar kelas umur dan mengurangi kanibalisme. Kebanyakan ikan laut, baik yang hidup sebagai ikan pelagis maupun demersal, ikan-ikan yang memiliki sebaran perairan pantai maupun oseanik, ikan-ikan tropis maupun subtropics, mengeluarkan telur (spawn) yang bersifat pelagis yang kemudian dibuahi di luar tubuh (externally fertilized) dan melayang di dekat permukaan air (4). Bagi berbagai jenis ikan laut yang memanfaatkan sistem perairan pantai Hidro-Biologi Larva...J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) :

4 (coastal system) sebagai nursery, migrasi telur, larva dan stadia awal juvenil dari tempat pemijahan (spawning area) dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan meteorologi perairan. Keberhasilan larva dan awal stadia juvenil ikan mencapai nursery area akan sangat menentukan dalam tahapan proses rekrutmen stok ikan di alam. Dari lokasi pemijahan, secara alami larva memiliki naluri untuk mencapai habitat nursery yang sesuai sehingga dapat mendukung kelulushidupan dan pertumbuhannya. Meskipun demikian pada umumnya larva hanya memiliki kemampuan berenang yang terbatas dan tidak cukup untuk mencapai habitat nursery hanya dengan kemampuannya sendiri. Salah satu faktor yang menentukan bagaimana larva dapat menyelesaikan perjalanannya menuju habitat nursery diantaranya dikarenakan kemampuan spawner (induk-induk ikan yang memijah) memilih lokasi pemijahan yang tepat dan secara cerdas memanfaatkan pola arus. Pada dasarnya akumulasi larva di daerah dekat pantai (nearshore zone) merupakan proses yang pasif karena tipikal larva adalah planktonik. Larva bergerak menuju pantai (onshore transport) pada saat periode arus air bergerak menuju ke arah pantai. Disamping itu pergerakan secara vertikal yang mungkin dilakukan oleh larva merupakan suatu mekanisme untuk mengatur agar transportasi ke arah pantai dapat dilakukan secara maksimal. Mekanisme arus eddy (eddies water current) maupun sistem arus memutar (countercurrent) di daerah upwelling juga berperan penting dalam mempertahankan populasi larva di sekitar pulau ataupun di pantai dan tidak bergerak kembali ke arah lepas pantai. Sekali larva mencapai lingkungan perairan pantai, faktor fisika lainnya yaitu aliran arus sepanjang pantai (alongshore drift) sangat berperan terhadap akumulasi larva di habitat nursery di daerah pasang surut (inter tidal zone), surf zone ataupun estuari. Faktor hidrografi di perairan pantai atau habitat nursery yang berpengaruh sebagai stimuli tingkah laku imigrasi larva diantaranya adalah aliran pasang surut (tidal flux) termasuk di dalamnya kecepatan arus, salinitas (terutama untuk perairan estuari), kekeruhan, komposisi substrat dan juga pengaruh siklus bulan. Transportasi larva ikan sebelah (flounder dan plaice) dengan jarak yang jauh menuju ke arah pantai biasanya melalui mekanisme arus pasang perbani (spring tide) (6,7). Cruitzberg (1961) (8) mengamati aktivitas elver ikan sidat (Anguilla anguilla) yang aktif di dalam kolom air pada saat air pasang menuju ke arah estuari (salinitas tinggi) dan pasif di dasar perairan pada saat air surut (salinitas rendah) untuk mempertahankan posisi. Sedangkan bau aroma air yang berasal dari daratan (inland water odor) termasuk juga bahan organik dan bahan terurai dapat 78 Amarullah M.H. 2008

5 berperan dalam pergerakan larva menuju ke arah habitat nursery. Disamping itu melimpahnya makanan di daerah pasang surut (food traps) sebagai mangsa dari post larva atau juvenil ikan juga merupakan salah satu faktor orientasi pergerakan larva. Rekrutmen beberapa jenis ikan termasuk diantaranya ikan walleye pollock sangat ditentukan pada saat stadia awal hidupnya (1,5). Prediksi kekokohan atau lemahnya kelas populasi baru (strong and weak year classes) ikan walleye pollock berdasarkan perubahan perkembangan tubuh yang menghasilkan suatu kemampuan (skill) yang diperlukan untuk mencapai habitat baru. Sedangkan larva ikan sebelah (Japanese flounder) berhasil mencapai nursery di pantai Yanagihama pada saat metamorphosis sepanjang musim dari bulam Maret hingga Juni mengindikasikan proses rekrutmen yang berkelanjutan (9). Keberhasilan rekrutmen stok ikan di alam ditentukan oleh keberhasilan hidup dan tumbuh pada stadia larva maupun juvenil. Pengetahuan tentang proses yang berpengaruh terhadap kelulushidupan (survival) larva dan juvenil setidaknya dapat memberikan penjelasan awal tentang munculnya kelimpahan kelas tahunan stok yang merupakan bagian dari proses rekrutmen. 5. Manajemen Pantai dan Fokus Riset Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perairan pantai apakah itu daerah pasang surut, estuari, mangrove, terumbu karang maupun pantai berpasir merupakan nursery bagi berbagai jenis ikan. Melalui mekanisme hidro-biologi larva ikan yang dilahirkan di daerah lepas pantai akan menuju daerah habitat nursery yang kemudian keberhasilan hidupnya akan berpengaruh terhadap rekrutmen. Selama ini menurunnya stok ikan di suatu perairan seringkali dikaitkan dengan tingginya intensitas penangkapan ikan-ikan dewasa. Padahal, keberadaan ikan pada stadia awal hidupnya juga berperan penting terhadap berhasil atau tidaknya rekrutmen. Oleh karena itu fokus riset perlu ditekankan pada pengetahuan tentang larva dan juvenil ikan yang dewasa ini pesatnya pembangunan terutama di kawasan depan laut (water front) seringkali tidak diikuti dengan kajian dampak lingkungan yang lengkap. Penurunan populasi ikan yang seandainya dikatakan sebagai akibat pembangunan di suatu kawasan belum disertai dengan analisis tentang struktur populasi yang memadai. Pengetahuan untuk mengelola kawasan pantai yang diketahui sebagai habitat nursery ikan sangatlah diperlukan. Oleh karena itu fokus riset perlu ditekankan pada pengetahuan tentang larva dan juvenil ikan yang berkaitan dengan hidro-biologii, proses rekrutmen yang dapat mendukung pengelolaan dan pembangunan suatu kawasan. DAFTAR PUSTAKA 1. Cowan, J.H. and R.F. Shaw Recruitment. Pages in Fuiman, L.A. and R.G. Werner (eds.), Fishery Science. Blackwell Publishing. 326 p. 2. Balon, E.K Reproductive guilds of fishes: a proposal and definition. Journal of the FisheriesBoard of Canada 32: Snyder, D.E Contribution to a guide to the cypriniform fish larvae of the Upper Colorado River System in Colorado. Bureau of Land Management, Biol. Sci. Ser. 3, Colorado. 81 pp 4. Kendall, A.W., Jr., Ahlstrom, E.H. & Moser. H.G Early life history stages of fishes and their characters, In: Ontogeny ang Systematics of Fishes. (Ed. by H.G Moser, W.J. Richards, D.M. Cohen, M.P. Fahay, A.W. Kendall, Jr. & S.L. Richardson), pp Amarican Society of Ichthyologist and Herpectologists, Special Publication 1, Lawrence, Kansas, USA. 5. Fuiman, L.A Special considerations of fish eggs and larvae. Pages 1-32 in Fuiman, L.A. and R.G. Werner (eds.), Fishery science. Blackwell Publishing. 326 p. Hidro-Biologi Larva...J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (2) :

6 6. Imabayashi, H Settling mechanism of larvae of bastard halibut, Paralichthys olivaceus, in the nursery ground, estimated from the size distribution. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish., 46: Veer, H.W. van der and M.J.M. Bergman Development of tidally related behaviour of a newly settled 0-group plaice (Pleuronectes platessa) population in the western Wadden Sea. Mar. Ecol. Prog. Ser., 31: Creutzberg, F The orientation of migrating elvers (Anguilla anguilla Turt.) in a tidal area. Netherlands Journal of Sea Research 1: Amarullah, M.H., Subiyanto, T. Noichi, K. Shigemitsu, Y. Tamamoto and T. Senta Settlement of larval Japanese Flounder (Paralichthys olivaceus) along Yanagihama Beach, Nagasaki Prefecture. Bull. Fac. Fish. Nagasaki Univ. 70: Amarullah M.H. 2008

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP REKRUITMEN LARVA IKAN DI PELAWANGAN TIMUR SEGARA ANAKAN CILACAP

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP REKRUITMEN LARVA IKAN DI PELAWANGAN TIMUR SEGARA ANAKAN CILACAP PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP REKRUITMEN LARVA IKAN DI PELAWANGAN TIMUR SEGARA ANAKAN CILACAP Tidal Effect on Recruitment East Larvae Fish In East Pelawangan Segara Anakan Cilacap Subiyanto 1, Niniek

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 0 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah perairan, perairan tersebut berupa laut, sungai, rawa, dan estuari. Pertemuan antara laut dengan sungai disebut dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS

REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS Oseana, Volume, XXVI, Nomor 2, 2001 :17-24 REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS Oleh Fahmi 1) ABSTRACT REPRODUCTION OF MARINE TROPICAL FISHES. Fishes have many ways to do their reproduction in various environment.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh. 1 MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh Wayan Kantun Melimpahnya dan berkurangnya ikan Lemuru di Selat Bali diprediksi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang kompleks, unik dan indah serta mempunyai fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Dari fungsi-fungsi tersebut,

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN GERONG-GERONG (Hypoatherina sp.) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP MELALUI STUDI OTOLITH

PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN GERONG-GERONG (Hypoatherina sp.) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP MELALUI STUDI OTOLITH PENDUGAAN UMUR LARVA IKAN GERONG-GERONG (Hypoatherina sp.) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP MELALUI STUDI OTOLITH Estimate the Age of Gerong-gerong Fish Larvae (Hypoatherina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang 1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang Estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan,

Lebih terperinci

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin Pengaruh Jurnal Akuakultur Tiroksin Indonesia, terhadap Larva 1(1): Ikan 21 25(2002) Gurami Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 21 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH UMUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang khas dimana dibentuk dari komunitas pasang surut yang terlindung dan berada di kawasan tropis sampai sub tropis.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

Oleh. Firmansyah Gusasi

Oleh. Firmansyah Gusasi ANALISIS FUNGSI EKOLOGI HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Biologi Pada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

RUAYA IKAN Macam-macam Ruaya a. Ruaya Pemijahan

RUAYA IKAN Macam-macam Ruaya a. Ruaya Pemijahan RUAYA IKAN Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Studi mengenai ruaya ikan menurut

Lebih terperinci

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan 5 Tantangan Ke Depan Pemahaman ilmiah kita terhadap ekosistem secara umum, khususnya pada ekosistem laut, mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Informasi tentang pengelolaan ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai keanekaragaman biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung bagi berbagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN LARVA DAN JUVENIL IKAN DI SEKITAR MUARA SUNGAI TULUNG DEMAK. Revika, Pujiono Wahyu Purnomo*), Siti Rudiyanti

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN LARVA DAN JUVENIL IKAN DI SEKITAR MUARA SUNGAI TULUNG DEMAK. Revika, Pujiono Wahyu Purnomo*), Siti Rudiyanti KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN LARVA DAN JUVENIL IKAN DI SEKITAR MUARA SUNGAI TULUNG DEMAK Composition and Abundance Fish of Larvae and Juvenile in around Estuary of Tulung River, Demak Revika, Pujiono Wahyu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 19-23 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

PEPER EKOSISTEM ESTUARI

PEPER EKOSISTEM ESTUARI PEPER EKOSISTEM ESTUARI NAMAA NIM KELAS MK : JONIGIUS DONUATA : 132 385 018 : A : EKOLOGI PERAIRAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

KELIMPAHAN UDANG KARANG BERDURI (Panulirus spp) DI PERAIRAN PANTAI WATUKARUNG PACITAN SKRIPSI

KELIMPAHAN UDANG KARANG BERDURI (Panulirus spp) DI PERAIRAN PANTAI WATUKARUNG PACITAN SKRIPSI KELIMPAHAN UDANG KARANG BERDURI (Panulirus spp) DI PERAIRAN PANTAI WATUKARUNG PACITAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Laksito Nugroho M 0401037 JURUSAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan Ichthyoplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup plantonik, merupakan cabang ilmu ichthyologi yang membahas tentang stadia larva

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan layur (Trichiurus lepturus) (Sumber :

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Ikan layur (Trichiurus lepturus) (Sumber : 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Layur (Tricihurus lepturus) Layur (Trichiurus spp.) merupakan ikan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak perairan dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN PELAGIS DI ESTUARIA PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN PELAGIS DI ESTUARIA PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN PELAGIS DI ESTUARIA PELAWANGAN TIMUR, SEGARA ANAKAN, CILACAP Composition And Distribution Of Fish Pelagic Larvae In East Pelawangan Estuaria, Segara Anakan, Cilacap

Lebih terperinci

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009 32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km 2 yang terletak antara daratan Asia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati

Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati Deskripsi MK DPI Mata kuliah ini menjelaskan tentang posisi DPI dan manfaatnya bagi kegiatan perikanan, serta berbagai hal yang berkaitan dan

Lebih terperinci

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius) PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius) Arli 1, Yuneidi Basri 2, Mas Eriza 2 E-mail : aarnye@ymail.com 1 Mahasiswa Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah beriklim tropis dan merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan. Laut tropis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI IKAN

DINAMIKA POPULASI IKAN DINAMIKA POPULASI IKAN - Stock Assessment - Pemanfaatan SDI - Manajemen SDI berkelanjutan Oleh Tim MK DINPOPKAN Kuliah Dinapopkan FPIK Sem Ganjil 2014/2015 DINAMIKA POPULASI IKAN (DINAPOPKAN) MK PRASARAT:

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jayapura merupakan ibu kota Provinsi Papua dan berada di Teluk Yos Sudarso. Kawasan pesisir Kota Jayapura terbagi atas pesisir bagian barat dan bagian timur. Pesisir

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG. TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh: Fetro Dola Samsu 1, Ramadhan Sumarmin 2, Armein Lusi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teluk Palabuhanratu

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teluk Palabuhanratu 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi dengan posisi geografis 6 o 57-7 o 07 LS dan 106 o 22-106 o 23 BT dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus

1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang tersebar luas di perairan Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan, 6 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara Pantai Timur Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 545 km. Potensi lestari beberapa jenis ikan di Perairan Pantai Timur terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estuari adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut yang bersalinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar yang bersalinitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Kawasan Konservasi Landasan hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Kawasan Konservasi Landasan hukum II. 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) adalah kawasan konservasi laut yang berada dalam wilayah kewenangan pemerintah daerah dan ditetapkan serta

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA Species Composition of Glass Eel (Anguilla spp.) that Migrated to The Estuary of The Progo River, Yogyakarta

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Morotai yang terletak di ujung utara Provinsi Maluku Utara secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 78 % wilayah Indonesia merupakan perairan sehingga laut dan wilayah pesisir merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Di kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Opsi..di Laguna Pulau Pari Kepulauan Seribu (R. Puspasari et al.)

Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Opsi..di Laguna Pulau Pari Kepulauan Seribu (R. Puspasari et al.) Dinamika Larva Ikan Sebagai Dasar Opsi..di Laguna Pulau Pari Kepulauan Seribu (R. Puspasari et al.) DINAMIKA LARVA IKAN SEBAGAI DASAR OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DI LAGUNA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pantai Kawasan pantai (coastal zone) merupakan zona transisi yang berhubungan langsung antara ekosistem laut dan darat (terrestrial). Kawasan pantai dan laut paparan menyediakan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Life Science

Unnes Journal of Life Science Unnes J Life Sci 2 (2) (2013) Unnes Journal of Life Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unnesjlifesci PERKEMBANGAN LARVA IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) : Tahap Pembentukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi 4 2.2. Morfologi Ikan Tambakan (H. temminckii) Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA Tipologi ekosistem laut tropis Mangrove Terumbu Lamun Pencegah erosi Area pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis ikan karang yang berasosiasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru 5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru Perairan Kabupaten Barru terletak di pantai barat pulau Sulawesi dan merupakan bagian dari Selat Makassar. Perairan ini merupakan salah satu pintu masuk

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci