SkOR RISIkO kredit, ANALISIS DISkRIMINAN DAN kelayakan kredit MODAL kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SkOR RISIkO kredit, ANALISIS DISkRIMINAN DAN kelayakan kredit MODAL kerja"

Transkripsi

1 SkOR RISIkO kredit, ANALISIS DISkRIMINAN DAN kelayakan kredit MODAL kerja Hari Sukarno Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember Elok Faiqotul Himmah Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember Abstract This research aims to analyze and know the indicators of credit risk scoring which can distinguish the debtor been accepted or rejected to obtain working capital loans from bank. Credit risk scoring indicators include: repayment capacity against instalment, confidence level, historical relationships with banks, personal life behaviour, housing ownership, length of trying and marketing. This type of study is testing the hypothesis. Sampling method used was accidental sampling, meaning that the sample size used in this study depending on the number of borrowers working capital loans (accepted, rejected) permitted or provided by bank for examination. The results in this study were of the seven indicators of credit risk scoring six indicators that there is a discriminator. The six indicators include: repayment capacity against instalment, confidence level, history of bank relationships, personal life behaviour, housing ownership, and marketing, while the length of trying not to be used as a differentiator for working capital loans accepted or rejected. Keywords: credit risks scoring, discriminant analysis,bank I. PENDAHuLuAN Bank, menurut UU No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dengan demikian, bank memainkan peran penting dalam menyediakan dan meyelenggarakan prasarana aliran dana masyarakat. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank pada dasarnya merupakan dana yang tidak/belum dikonsumsi oleh masyarakat sehingga dianggap belum produktif. Selanjutnya dana tersebut ditransformasikan oleh bank melalui berbagai jasa bank sehingga menjadi dana yang produktif. Misalnya, deposit (simpanan masyarakat) di sisi penghimpunan dana, kemudian ditransformasikan menjadi kredit di sisi penyaluran dana. Khusus tentang penyaluran kredit, dengan belajar dari pengalaman krisis perbankan pada tahun 1998, saat ini Bank Indonesia kembali menekankan pentingnya untuk disiplin menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) bagi industri perbankan. Pada masa itu, pemicu krisis adalah melemahnya nilai tukar rupiah sehingga membawa dampak banyaknya kredit bermasalah (non performing loan-npl). Nilai tukar rupiah yang 511

2 melemah pada umumnya diantisipasi dengan tingginya suku bunga kredit, sehingga menyebabkan sektor riil tidak mampu membayar kewajibannya. Selanjutnya, kegagalan pembayaran kewajiban ini berdampak pada banyaknya bank yang mengalami kerugian, khususnya kerugian dari aktivitas perkreditan. Padahal pendapatan bank dari kegiatan penyaluran kredit ini merupakan kontributor terbesar bagi pendapatan operasional bank. Meskipun pemicu kredit bermasalah banyak bersumber dari kredit korporasi, keberadaan skim kredit retail juga tidak bisa diabaikan. Jika potensi risiko kredit retail tidak diperhatikan, bukan mustahil akan menjadi masalah bagi bank di kemudian hari. Perhatian terhadap kredit retail akan makin serius khususnya bagi bank yang mengkonsentrasikan operasionalnya melayani nasabah retail. Pada kredit retail, bank perlu mengidentifikasi operasional kreditnya guna menentukan indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan calon debitur. Analisis terhadap profil debitur sangat diperlukan karena hal ini bisa menjadi sumber pemicu kredit bermasalah. Pemantauan secara rutin profil debitur dapat menjadi early warning system atas kredit yang berisiko tinggi. Pada umumnya, bank membedakan kredit retail menjadi tiga kelompok, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif. Kredit modal kerja ditujukan untuk membantu penguatan modal kerja debitur sehingga terjamin kelancaran operasional bisnisnya. Kredit investasi ditujukan untuk membantu pengembangan usaha debitur, seperti pembelian mesin baru, perluasan pabrik, dan lain-lain. Adapun kredit konsumtif ditujukan bagi debitur perseorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya, seperti pembelian sepeda motor/mobil, renovasi rumah, dan lain-lain. Penggunaan modal kerja yang menguntungkan adalah penggunaan modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas perusahaan. Bila perusahaan mengajukan kredit di bank berarti mereka berani mengambil risiko, karena jika perusahaan melakukan kesalahan dalam mengelola usaha maka akan terjadi kemacetan usaha, atau kesulitan keuangan. Padahal angsuran kredit modal kerja (pokok pinjaman + bunga) harus tetap dibayar. Oleh karena itu, bank berkewajiban untuk menerapkan prinsip-prinsip prudential banking dengan disiplin. Bank harus meneliti, mengkaji, menilai dan menyeleksi seluruh permohonan kredit modal kerja yang diajukan oleh masyarakat bisnis. Apakah permohonan kredit tersebut layak untuk dikabulkan/disetujui atau tidak. Hal ini sesuai dengan tujuan bank, yaitu selain mencari keuntungan juga membantu pengusaha dalam mengembangkan usahanya. Beberapa bank telah memiliki instrumen yang lazim digunakan untuk menilai risiko kredit calon debitur. Instrumen dimaksud disebut Credit Risk Scoring, dimana risiko kredit dipresentasikan oleh nilai skor setiap kriteria dari kategori finansial dan kategori nonfinansial. Secara rinci seluruh kriteria kedua kategori tersebut meliputi: (1) perbandingan repayment capacity terhadap angsuran, (2) tingkat kepercayaan, (3) riwayat hubungan dengan bank, (4) perilaku kehidupan pribadi, (5) kepemilikan tempat tinggal, (6) lama usaha, (7) pemasaran. Setiap kriteria credit risk dinilai dengan skor antara 0 (nol, berarti sangat baik ) sampai dengan 3 (tiga, berarti tidak baik ). Tabel 1 menyajikan tujuh kriteria dalam skor risiko kredit. Berdasarkan formulir isian Credit Risk Scoring yang memuat analisis berbasis laporan keuangan, catatan karakter, dan prospek bisnis calon debitur maka pihak bank dapat menentukan skor risiko kredit calon debitur yang bersangkutan. Masalahnya, kriteria credit risk scoring manakah yang mampu membedakan antara calon debitur yang dinyatakan diterima dan ditolak untuk mendapatkan kredit modal kerja dari sebuah bank? Studi tentang risiko kredit dan risiko keuangan yang dihadapi bank telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Hand & Henley (1997), Thomas (2000), dan 512

3 Tania (2010). Selain itu, alat analisis yang digunakan pada umumnya adalah analisis diskriminan. Tabel 1: Credit Risk Scoring (Skor Kredit Risk): Analisis Kredit PT. Bank X. a. kategori FINANSIAL (46%) kriteria Sangat Cukup Tidak Hasil Baik baik baik baik Penilaian Perbandingan Repayment capacity terhadap angsuran Total Hasil Penilaian (THP) Sub Total Score Financial (I) THP dikali 12 b. kategori NON-FINANSIAL (54%) a. Karakter (27%) (1) Tingkat kepercayaan (2) Riwayat hubungan dengan bank (3) Perilaku kehidupan pribadi Total Hasil Penilaian (THP) - Sub Total Score Karakter (II) THP dibagi 3 dikali 7 - b. Kondisi & Stabilitas (27%) (1) Kepemilikan tempat tinggal (2) Lamanya berusaha (3) Pemasaran Total Hasil Penilaian (THP) - Sub total Score Kondisi & Stabilitas (III) THP dibagi 3 dikali 7 - TOTAL CREDIT SCORING (I)+(II)+(III) - SCORING AGUNAN tanah atau tanah dan bangunan (SA) - TOTAL SCORING (TCS SA) - Sumber: Bank X Analisis diskriminan merupakan satu tehnik yang akurat untuk memprediksi sesuatu termasuk dalam kategori mana, dengan catatan data-data yang dilibatkan terjamin akurasinya (Supranto, 2004:84). Tujuannya adalah: 1) untuk menentukan apakah ada perbedaan signifikan secara statistik antara profil skor rata-rata pada seperangkat variabel untuk dua (atau lebih) kelompok yang telah didefinisikan, 2) untuk menentukan variabel bebas mana yang diperhitungkan paling membedakan profil skor rata-rata dari dua kelompok atau lebih, 3) untuk menetapkan prosedur klasifikasi obyek kedalam kelompokkelompok berdasarkan skor pada seperangkat variabel independen, 4) menetapkan jumlah dan komposisi dimensi diskriminan antara dua kelompok yang dibentuk dari seperangkat variabel bebas. Untuk dapat mengetahui arah penelitian ini maka dipandang perlu adanya kerangka konseptual sehingga dapat mempermudah mengetahui isi dari penelitian. Gambar 1 menyajikan kerangka konsep yang mendasari ide penelitian ini. II. STuDI / RISET TERkAIT Beberapa riset terkait mengenai risiko kredit maupun risiko keuangan yang dapat dikemukakan adalah studi yang dilakukan oleh Hand & Henley (1997), Thomas (2000), 513

4 dan Tania (2010). Risiko kredit yang dimaksud adalah risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka pelaksanaan peran intermediasinya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit atau berbagai skim pinjaman. PT. Bank X Kredit Modal Kerja Keputusan Analis Kredit Calon debitur Penilaian Bank (Credit Risk Scoring) Calon debitur diterima Calon debitur ditolak Gambar 1: Kerangka Konsep Diskriminator kelayakan Penelitian Hand & Henley (1997) bertujuan mengklasifikasi debitur yang berisiko good (baik) dan berisiko bad (buruk) berdasarkan risiko kreditnya. Risiko kredit dinyatakan dalam scoring kredit. Data historis berupa kinerja debitur diaplikasikan pada tiga teknik statistik, yaitu model logit, probit dan analisis diskriminan. Berdasarkan hasil ketiga model tersebut, kemudian digunakan untuk mengestimasi kemungkin gagal bayar (probability of default) dari suatu kredit. Model yang dihasilkan selanjutnya diaplikasikan untuk menilai kelayakan calon debitur baru. Penelitian lainnya dilakukan oleh Thomas (2000). Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah meramalkan risiko keuangan suatu bank di Inggris dan Amerika Serikat, khususnya risiko yang bersumber dari kredit konsumtif debitur. Dasar peramalan yang digunakan juga menggunakan scoring dalam rangka memeringkat debitur. Hasil peramalan yang diperoleh berdasarkan riset Thomas (2000) ini cukup akurat untuk mengukur risiko kredit konsumtif. Thomas (2000) menyarankan untuk menggunakan scoring yang sistematis dalam mengevaluasi dan memantau kredit konsumtif, dibandingkan dengan jika dilakukan berdasarkan human judgement dalam mengukur risiko kredit. Saran ini didasarkan pada kecenderungan meningkatnya permintaan kredit konsumtif serta semakin canggihnya teknologi komputer. Sedikit berbeda dengan dua studi sebelumnya, riset yang dilakukan Tania (2010) justru memfokuskan diri pada risiko keuangan yang ditanggung oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Adapun tujuan yang dicapai adalah melakukan analisis komparatif antara tingkat risiko keuangan pada BPR Konvensional dan pada BPR Syariah. Sampel dari 514

5 penelitian ini adalah dua BPR Konvensional dan dua BPR Syariah. Model analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan (Z-Score). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua sampel BPR Konvensional ada yang masuk dalam katagori gray area, sedangkan dari dua sampel BPR Syariah, semuanya masuk dalam katagori sehat dengan nilai Z-Score diatas 2,6. Secara keseluruhan tingkat risiko BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko BPR Konvensional. Berdasarkan paparan studi/riset terkait maka diduga indikator credit risk scoring merupakan diskriminator calon debitur diterima dan ditolak untuk mendapatkan kredit modal kerja dari PT. Bank X. Yang dimaksud kriteria penentu credit risk scoring meliputi: perbandingan repayment capacity terhadap anggsuran, tinggkat kepercayaan, riwayat hubungan dengan bank, perilaku kehidupan pribadi, kepemilikan tempat tinggal, lamanya berusaha, dan pemasaran III. METODE RISET Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hypothesis testing yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan menguji suatu hipotesis riset Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan adalah calon debitur yang mengajukan permohonan kredit modal kerja ke PT. Bank X periode pengajuan tahun 2010 sampai dengan Juli Calon debitur tersebut terdiri atas calon debitur yang diterima maupun yang ditolak usulannya untuk mendapatkan kredit modal kerja. Sebagaimana diketahui bahwa seluruh informasi tentang banyaknya anggota (ukuran) populasi beserta identitasnya, laporan keuangan, dan keputusan diterima-ditolaknya pengajuan kredit adalah milik pihak PT. Bank X. Dengan kata lain informasi atau data anggota populasi tersebut tidak mudah diperoleh oleh peneliti eksternal dan sangat tergantung dari kebijakan PT. Bank X. Oleh karena itu analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sampel. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Artinya, ukuran sampel yang yang digunakan dalam penelitian ini tergantung dari banyaknya informasi calon debitur kredit modal kerja (diterima dan ditolak) yang diijinkan/diberikan oleh PT. Bank X untuk diteliti Jenis dan Sumber Data. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa hasil analisis kredit dan keputusan diterima-ditolaknya usulan pengajuan kredit modal kerja calon debitur. Seluruh data tersebut diperoleh dari PT. Bank X Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel serta Skala Pengukurannya. Penelitian ini menggunakan variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan adalah Status Kredit dengan notasi Z, sedangkan sebagai variabel bebasnya adalah Kriteria Skor Risiko Kredit dengan notasi X. Sebagaimana telah disinggung dalam bagian Pendahuluan dan Tabel 1, bahwa Kriteria Skor Risiko Kredit terdiri atas: Perbandingan repayment capacity terhadap angsuran (X 1 ), Tingkat kepercayaan (X 2 ), Riwayat hubungan dengan bank (X 3 ), Perilaku kehidupan pribadi (X 4 ), Kepemilikan tempat tinggal (X 5 ), Lamanya berusaha (X 6 ), dan Pemasaran (X 7 ). Dengan demikian, variabel bebas yang digunakan berjumlah tujuh variabel. Status Kredit calon debitur adalah keputusan diterima-tidaknya pengajuan kredit yang ditetapkan oleh PT. Bank X. Calon debitur dinyatakan berstatus diterima apabila hasil analisis kredit menunjukkan repayment capacity (RPC) lebih besar daripada jumlah anggsuran. Sebaliknya, calon debitur dinyatakan berstatus ditolak apabila hasil analisis 515

6 516 dari PT. Bank X menunjukkan repayment capacity lebih kecil dari jumlah angsuran. Variabel Status Kredit memiliki skala nominal. Perbandingan repayment capacity terhadap angsuran (X 1 ), merupakan peringkat hasil penilaian analis kredit bank yang menunjukkan tingkat kemampuan nasabah membayar angsuran. Debitur dinyatakan mampu membayar apabila jumlah repayment capacity lebih besar dari jumlah angsuran. Yang dimaksud dengan Tingkat kepercayaan (X 2 ) adalah peringkat hasil penilaian analis kredit bank yang mencerminkan kepercayaan bank terhadap kesesuaian informasi tentang kondisi yang disampaikan calon debitur. Riwayat hubungan dengan bank (X 3 ), merupakan peringkat hasil penilaian analis kredit bank terhadap calon debitur yang pernah mendapatkan kredit dari PT. Bank X (debitur lama). Riwayat yang dimaksud terutama menyangkut riwayat tentang 2-3 kali pinjaman bank yang terakhir diterima oleh debitur dan memiliki kolektibilitas bagus atau tidak pernah menunggak. Perilaku kehidupan pribadi (X 4 ), yaitu merupakan peringkat hasil penilaian analis kredit bank yang menunjukkan bahwa calon debitur tidak memiliki catatan hitam pada PT. Bank X dan juga pada bank-bank lain. Dalam hal ini pihak analis kredit dapat melihat dalam BI cheking secara online. Selanjutnya, yang dimaksud dengan Kepemilikan tempat tinggal (X 5 ). adalah peringkat hasil penilaian analis kredit bank terhadap status rumah atau tempat usaha yang dimiliki calon debitur, apakah milik sendiri, sewa, ataukah milik orang tua. Lamanya berusaha (X 6 ), yaitu peringkat hasil penilaian analis kredit bank yang mencerminkan lama usaha yang dimiliki oleh calon debitur. Menurut hasil analisis PT. Bank X lama berusaha yang baik adalah lebih dari satu tahun. Adapun definisi Pemasaran (X 7 ) dalam penelitian ini adalah peringkat hasil penilaian analis kredit bank terhadap usaha calon debitur apakah telah memiliki pelanggan tetap dan kegiatan usahanya berpotensi untuk dikembangkan. Seluruh variabel bebas dalam kelompok variabel Kriteria Skor Risiko Kredit (X 1,..., X 7 ) menggunakan pengukuran skala ordinal Alat Analisis. Kemudian, untuk menentukan nilai masing-masing variabel penelitian digunakan formula berdasarkan skala data ordinal sebagai berikut: 1) Variabel Status Kredit (Z), berskala data nominal: Apabila calon debitur dinyatakan diterima maka Z = 1 Ababila calon debitur dinyatakan ditolak maka Z = 0 2) Variabel Repayment Capacity terhadap angsuran (X 1 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 1 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 1 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 1 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 1 = 3 3) Variabel Tingkat Kepercayaan (X 2 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 2 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 2 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 2 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 2 = 3 4) Variabel Riwayat Hubungan Dengan Bank (X 3 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 3 = 0

7 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 3 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 3 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 3 = 3 5) Variabel Perilaku Kehidupan Pribadi (X 4 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 4 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 4 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 4 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 4 = 3 6) Variabel Kepemilikan Tempat Tinggal (X 5 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 5 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 5 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 5 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 5 = 3 7) Variabel Lamanya Berusaha (X 6 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 6 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 6 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 6 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 6 = 3 8) Variabel Pemasaran (X 7 ), berskala ata ordinal: Apabila calon debitur dinyatakan sangat baik maka X 7 = 0 Apabila calon debitur dinyatakan baik maka X 7 = 1 Apabila calon debitur dinyatakan cukup baik maka X 7 = 2 Apabila calon debitur dinyatakan tidak baik maka X 7 = Pengembangan Model Diskriminan Setelah masing-masing variabel penelitian ditentukan nilainya, maka untuk menjawab masalah penelitian ini digunakan pendekatan Analisis Diskriminan. Model diskriminan dibangun berdasarkan rumus umum berikut: Z = a 0 + a 1 X 1 + a 2 X a 7 X 7 (1) Keterangan: Z = status kredit a 0 = konstanta a i = koefisien diskriminan X i = skor kriteria risiko kredit (dimana i = 1,..., 7) Koefisiensi diskriminan (a i ) dihitung berdasarkan persamaan dengan formulasi sebagai berikut: a i = S 1 (X i0. X i1 ) (2) 517

8 518 Keterangan: a i = koefisien diskriminan, dimana i = 1,2,3.7 X i1 = perbandingan repayment capacity terhadap angsuran X i2 = skor tingkat kepercayaan X i3 = skor riwayat hubungan dengan bank X i4 = skor perilaku kehidupan pribadi X i5 = skor kepemilikan tempat tinggal X i6 = skor lamanya berusaha X i7 = skor pemasaran 3.6. Pengujian Hipotesis Menguji kelayakan penggunaan model (1) dilakukan dengan uji Chi-Square. Hipotesis statistik yang digunakan adalah: H 0 : model (1) tidak dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. H a : model (1) dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. Apabila Sig.< maka H 0 ditolak, sedangkan apabila Sig.> maka H 0 diterima Untuk menguji signifikansi koefisien diskriminan pada model (1) dilakukan dengan uji Wilk s Lambda. Adapun hipotesis statistik yang digunakan adalah: H 0 : a i = 0, artinya variabel X i tidak dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. H a : a i 0, artinya variabel X i dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. Dimana i = 1,2,3.7. Apabila Sig.< maka H 0 ditolak, sedangkan apabila Sig.> maka H 0 diterima Validasi analisis diskriminan menggunakan matrik akurasi. Matrik akurasi adalah matrik yang menunjukkan tingkat kemampuan model (1) dalam mengklasifikasikan dengan benar (tingkat akurasi). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa metode sampling yang digunakan adalah metode accidental sampling. Sampel yang diijinkan dan diberikan oleh pihak PT. Bank X sebanyak 60 calon debitur. Data jumlah calon debitur yang diterima permohonan kreditnya pada tahun 2010 sampai dengan Juli 2011 sebanyak 41 orang, sedangkan jumlah calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya sebanyak 19 orang. Hasil eksekusi statistik terhadap data 60 calon debitur dan didasarkan pada formulasi model (1), sehingga diperoleh persamaan diskriminan, atau model (3) berikut: Z = 3,80 +1,91 X 1 + 0,62 X 2 + 0,75 X 3 + 0,47 X 4 + 0,06 X 5 + 0,29 X 6 + 0,28 X 7 (3) Keterangan:

9 Z = status kredit X 1 = perbandingan repayment capacity terhadap angsuran X 2 = tingkat kepercayaan X 3 = riwayat hubungan dengan bank X 4 = perilaku kehidupan pribadi X 5 = kepemilikan tempat tinggal X 6 = lamanya berusaha X 7 = pemasaran Pengujian signifikansi persamaan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square terhadap model (3), sedangkan untuk menguji keofisien diskriminan dilakukan dengan uji Wilk s Lambda. Tabel 2 menyajikan hasil eksekusi statistik pengujian terhadap kelayakan model (3), sedangkan Tabel 3 menyajikan hasil eksekusi statistik pengujian koefisien diskriminan. Tabel 2: Wilk s Lambda, pengujian terhadap kelayakan Model (3). Tes of Function (s) Wilk s Lambda Chi-Square df Sig. 1 0, , ,000 * * signifikan pada = 0,01 Sumber: data diolah Dengan menggunakan = 1%, maka hasil eksekusi dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa H 0 ditolak dengan nilai Chi-Square sebesar 123,947. Artinya, hipotesis yang menyatakan bahwa model (3) tidak dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya, adalah ditolak. Dengan kata lain, model (3) dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan yang ditolak permohonan kreditnya. Tabel 3: Pengujian terhadap Koefisien Diskriminan pada Model (3) Variabel Wilk s Lambda f df 2 df 1 Sig. X 1 ; RPC terhadap angsuran 0, , ,000 ** X 2 ; Tingkat kepercayaan 0,900 6, ,014 * X 3 ; Riwayat hubungan dengan bank 0,691 25, ,000 ** X 4 ; Perilaku kehidupan pribadi 0,926 4, ,035 * X 5 ; Kepemilikan tempat tinggal 0,826 12, ,001 ** X6; Lamanya berusaha 0,996 0, ,653 X 7 ; Pemasaran 0,927 4, ,037 * * signifikan pada = 0,05 ** signifikan pada = 0,01 Sumber: data diolah Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa terdapat enam nilai signifikasi lebih kecil daripada (1% dan 5%). Hal ini berarti H 0 yang menyatakan bahwa variabel X 1,..., X 5 dan X 7 tidak dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya, adalah ditolak. Dengan kata lain, keenam variable, X 1,..., X 5 dan X 7, dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. Keenam variabel tersebut 519

10 520 antara lain kriteria RPC terhadap angsuran, tingkat kepercayaan, riwayat hubungan dengan bank, perilaku kehidupan pribadi, kepemilikan tempat tinggal, dan pemsaran. Hasil tersebut sedikit berbeda untuk variabel X 6 (lamanya berusaha). Variabel lamanya berusaha memiliki nilai signifikansi 0,653. Oleh karena nilai signifikansi ini lebih besar daripada (= 5%) maka H 0 diterima. Artinya variabel lamanya berusaha tidak dapat digunakan untuk membedakan antara calon debitur yang diterima dan calon debitur yang ditolak permohonan kreditnya. Validasi analisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan matrik klasifikasi (lihat Tabel 4). Pada kolom vertikal merupakan data aktual dari objek yang diteliti dan pada kolom horisontal merupakan hasil prediksi berdasarkan model (3). Kemudian dari Tabel 4 dapat diketahui kesalahan klasifikasi dan tingkat akurasi untuk dua kelompok (kelompok calon debitur diterima dan kelompok calon debitur ditolak untuk mendapatkan kredit modal kerja). Tabel 4: Matrik Hasil Klasifikasi Calon Debitur berdasarkan Model (3). Predicted Group Membership Total Original Count Status Kredit Ditolak Diterima Ditolak Diterima % Ditolak 100,0 0,0 100,0 Diterima 4,9 95,1 100,0 96,67% of original grouped cases correctly classified Sumber: data diolah Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa calon debitur terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan status kreditnya, satu kelompok merupakan calon debitur yang status kreditnya diterima yaitu sebesar 41 orang dan kelompok yang lain merupakan calon debitur dengan status kredit ditolak sebanyak 19 orang. Jumlah tersebut (19 dan 41) merupakan data realita (original) di lapangan. Perbandingan antara kondisi di lapangan dan hasil prediksi berdasarkan model (3) ternyata untuk calon debitur yang status kreditnya ditolak, yaitu 19 orang pada kondisi realita, sesuai dengan hasil penaksiran berdasarkan tujuh variabel diskrimintor tersebut. Adapun untuk calon debitur yang status kreditnya diterima pada kondisi realita, tidak sesuai dengan prediksi dengan tujuh diskriminator penaksir, yakni hanya terdapat 39 calon debitur yang status kreditnya diterima, sedangkan 2 calon debitur status kreditnya ditolak. Berdasarkan analisis tersebut terdapat ketidakakurasian sebanyak 2 calon debitur. Hasil matriks klasifikasi (Tabel 4) menunjukkan bahwa dari sampel 60 calon debitur, sebanyak 58 (= ) calon debitur telah diklasifikasikan dengan benar, dan hanya 2 calon debitur yang diklasifikasikan salah. Jadi ketepatan klasifikasi dari model (3) adalah sebesar 58/60, atau 96,67% Repayment Capacity terhadap Angsuran sebagai diskriminator penentuan diterimaditolaknya permohonan kredit. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel perbandingan repayment capacity terhadap angsuran merupakan diskriminator diterima atau ditolaknya permohonan kredit para calon debitur. Menurut PT. Bank X variabel tersebut merupakan variabel yang memiliki peran dominan dibandingkan variabel indikator credit risk scoring yang lainnya. Apabila jumlah repayment capacity belum mencukupi untuk membayar angsuran yang telah dikalkulasi oleh PT. Bank X maka biasanya permohonan kredit ditolak. Namun demikian jika variabel indikator credit risk scoring yang lainnya memenuhi kriteria untuk

11 diterima maka pihak bank mencoba untuk menegosiasikan kepada calon debitur tentang kemungkinan penghasilan lain yang belum diperhitungkan atau menurunkan plafon kredit yang diminta. Upaya ini semata-mata demi tercapainya misi bank untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kegiatan usaha UKMK yang akan dibiayai Tingkat Kepercayaan sebagai diskriminator Penentuan Diterima-Ditolaknya Permohonan Kredit Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel tingkat kepercayaan dapat dijadikan sebagai diskriminator. Informasi yang diberikan calon debitur kepada PT. Bank X harus sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Yang dimaksud sesuai tentu akan dikaitkan dengan keamanan dana yang akan disalurkan kepada debitur sehingga pimpinan bank bisa mengantisipasi untuk meminimumkan risiko kreditnya. PT. Bank X tidak semata-mata langsung menerima informasi dari para calon debitur, melainkan masih melakukan survei secara langsung kepada calon debitur dan investigasi tidak langsung melalui analisis lingkungan calon debitur. Oleh karena itu peningkatan tingkat keperayaan yang dibangun oleh calon debitur sangat dibutuhkan oleh pihak PT. Bank X Riwayat Hubungan dengan Bank sebagai diskriminator Penentuan Diterima- Ditolaknya Permohonan Kredit. Menurut Tabel 4 diketahui bahwa variabel riwayat hubungan dengan bank merupakan diskriminator dalam menentukan permohonan kredit calon debitur diterimaditolak. Variabel tersebut memberikan informasi kepada PT. Bank X mengenai status pinjaman kredit calon debitur, apakah kolektibilitasnya bagus, tidak pernah menunggak atau justru sebaliknya. Apabila calon debitur memiliki catatan tidak bagus pada saat berinteraksi dengan PT. Bank X, maka pimpinan PT. Bank X cenderung untuk menolak usulan kreditnya. Sebaliknya apabila calon debitur memiliki riwayat yang baik dalam berinteraksi dengan PT. Bank X maka usulannya cenderung dikabulkan. Oleh karena itu variabel ini dapat menentukan diterima-ditolaknya permohonan kredit calon debitur Perilaku Kehidupan Pribadi sebagai diskriminator Penentuan Diterima-Ditolaknya Permohonan Kredit Variabel perilaku kehidupan pribadi berperan penting dalam analisis kredit, karena variabel ini dapat membantu PT. Bank X untuk mengetahui apakah calon debitur memiliki rekam jejak (track record) kepada bank-bank lain. PT. Bank X dapat memperoleh informasi tersebut melalui system BI Cheking. Rekam jejak juga meliputi daftar pinjaman dari bank lain yang sedang dinikmati oleh calon debitur PT. Bank X, sehingga apabila permohonan kredit modal kerjanya disetujui dikhawatirkan calon debitur yang bersangkutan tidak bisa memenuhi kewajiban membayar angsuran di masa mendatang. 521

12 4.5. Kepemilikan Tempat Tinggal sebagai diskriminator Penentuan Diterima-Ditolaknya Permohonan Kredit Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ini dapat dijadikan sebagai pembeda diterima-ditolaknya permohonan kredit calon debitur. Variabel kepemilikan tempat tinggal dapat memberikan informasi kepada PT. Bank X tentang status dari tempat usaha calon debitur. Apakah tempat usaha tersebut milik sendiri, sewa, atau milik orangtua. Status kepemilikan itu akan memberikan penilaian tersendiri dari sudut pandang PT. Bank X. Status milik sendiri tentu dapat mengurangi keraguan tentang nilai agunan yang digunakan untuk menjamin kredit modal kerja sehingga risiko kredit bank diharapkan tidak tinggi Lamanya Berusaha sebagai diskriminator Penentuan Diterima-Ditolaknya Permohonan Kredit Dalam Tabel 4 ternyata lamanya berusaha calon debitur tidak digunakan sebagai pertimbangan utama bagi PT. Bank X. Lama tidaknya usia bisnis calon debitur tidak menjamin diterima-ditolaknya usulan kredit, walaupun tetap dipertimbangkan sebagai informasi tambahan. Tampaknya usia bisnis tidak berkaitan langsung dengan prestasi bisnisnya. Usia bisnis yang panjang tidak selalu diwarnai oleh makin berkembangknya skala ekonomi bisnis yang sedang dijalankan. Meski tidak menurun tetapi kondisi yang begitu-begitu saja (stagnan) justru dapat meningkatkan risiko kreditnya Pemasaran sebagai diskriminator Penentuan Diterima-Ditolaknya Permohonan Kredit Variabel pemasaran juga merupakan variabel pembeda diterima atau ditolaknya permohonan kredit, seperti yang telah ditunjukkan dalam Tabel 4. Variabel pemasaran dikatakan sebagai diskriminator karena variabel ini dapat memberikan informasi kepada pihak bank tentang perkembangan usaha calon debitur yang mengajukan permohonan kredit modal kerja. Informasi yang dimaksud adalah apakah usaha yang dimiliki calon debitur berpotensi untuk dikembangkan atau tidak. Apabila berpotensi untuk dikembangkan maka pihak PT. Bank X cenderung akan mengabulkan usulan kreditnya. Sebaliknya apabila kegiatan usaha calon debitur tidak berpotensi untuk dikembangkan maka PT. Bank X akan menilainya sebagai kegiatan bisnis yang berisiko. Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa keenam kriteria credit risk scoring, yaitu Repayment Capacity Terhadap Angsuran, Tingkat Kepercayaan, Riwayat Hubungan Dengan Bank, Perilaku Kehidupan Pribadi, Kepemilikan Tempat Tinggal, dan Pemasaran adalah sebagai diskriminator diterima atau ditolaknya permohonan kredit calon debitur yang mengajukan permohonan ke PT. Bank X. Hanya kriteria Lamanya Berusaha yang tidak dapat digunakan sebagai pembeda diterima atau ditolaknya permohonan kredit. Hasil empirik ini mendukung riset Hand & Henley (1997) dan Thomas (2000). Terbukti bahwa pendekatan scoring dapat digunakan untuk mengukur risiko kredit yang dihadapi bank dengan tingkat akurasi 96,67%. Demikian pula dengan penggunaan teknik statistik analisis diskriminan. Bahkan Thomas (2000) menyarankan untuk menggunakan scoring dalam mengukur risiko kredit. Namun tidak sepenuhnya mendukung, riset Thomas (2000) memfokuskan pada kredit konsumsi sementara hasil penelitian ini memfokuskan pada kredit modal kerja untuk UKMK. Selanjutnya, bila dikomparasikan hasil penelitian ini ternyata juga memperkuat temuan riset Tania (2000). Yaitu tentang penggunaan risiko keuangan sebagai aspek yang memang seharusnya dipertimbangkan dalam menilai kinerja bank. Demikian pula halnya dengan penggunaan teknik statistik analisis diskriminan. 522

13 V. PENuTuP Pada bagian penutup ini diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan uraian yg telah dijelaskan tentang kriteria credit risk scoring PT. Bank X, maka dapat disimpulkan bahwa dari tujuh kriteria credit risk scoring, hanya enam kriteria yang menjadi diskriminator diterima atau ditolaknya permohonan kredit modal kerja para calon debitur. Keenam indikator tersebut meliputi: repayment capacity terhadap angsuran, tingkat kepercayaan, riwayat hubungan dengan bank, perilaku kehidupan pribadi, kepemilikan tempat tinggal dan pemasaran. Adapun kriteria lamanya berusaha tidak dapat digunakan sebagai pembeda diterima atau ditolaknya permohonan kredit Saran Memperhatikan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1) Bagi Calon Debitur Sebaiknya para calon debitur memperhatikan prosedur-prosedur kredit yang telah ditetapkan oleh pihak bank, terutama persyaratan dan kriteria-kriteria seperti yang telah dijelaskan dalam credit risk scoring dalam penelitian ini. 2) Bagi PT. Bank X Lebih meningkatkan kualitas pelayanan terutama dalam bidang perkreditan agar penyaluran kredit modal kerja dapat tepat sasaran. 3) Bagi Akademisi Data dalam penelitian ini tidak mudah didapatkan dari pihak bank, terutama data keuangan dan data calon debitur. Inilah kelemahan dalam penelitian ini, sehingga bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dapat menciptakan dan membina hubungan baik dengan pihak bank yang akan dijadikan obyek dalam penelitian. DAFTAR PuSTAkA Hand, DJ., and Henley, WE., (1997), Statistical Classification Methods in Consumer Credit Scoring, Journal of the Royal Statistical Society, Series A (Statistics in Society), Vol. 160, No. 3, pp Supranto, J., (2004), Analisis Multivariat, Arti dan Interpretasi, Rinek Cipta, Jakarta. Tania, Renny., (2010), Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Jakarta. Thomas, Lyn C., (2000), A survey of credit and behavioural scoring: forecasting financial risk of lending to consumers, International Journal of Forecasting, 16, pp UU No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN Penulis : 1. Ana Mufidah, SE.,MM 2. Ferisa Ayu Prameswari, SE Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009 SUPLEMEN 3 ANALISIS KETERKAITAN KENAIKAN NON PERFORMING LOAN DENGAN KARAKTERISTIK BANK UMUM SEBAGAI DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL STUDI KASUS PERBANKAN SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG Krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah memberdayakan peranan jasa perbankan. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian data dari 40 sampel

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian data dari 40 sampel BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan pengujian data dari 40 sampel perusahaan debitur Bank BRI Cabang Medan Putri Hijau dalam memprediksi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan nampaknya lebih mendapat perhatian dari pelaku ekonomi. Kompleksitas masalah merupakan tantangan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok pokok perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Dengan melihat permasalahan yang terjadi pada Bank X, maka perlu adanya cara untuk menganalisa variabel-variabel apa saja yang akan menentukan kredit macet atau lancar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah (Data Bank Indonesia) Perkembangan dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kinerja bisnis perbankan bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian negara,

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP TINGKAT RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Oleh: YAYU RAODATUL JANNAH 103403073 Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga financial intermediary mempunyai fungsi utama, yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III DATA & METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA & METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III DATA & METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh perubahan inflasi terhadap perubahan NPL adalah inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) DAFI ARMAHEDI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang E-mail: dafiarmahedi@gmail.com ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan Bank Indonesia mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di Indonesia. Standar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan mempunyai karakteristik tersendiri sehingga dalam pengelolaannya harus disesuaikan dengan karakteristik perusahaan yang bersangkutan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

Statistika Industri II TIP - FTP UB

Statistika Industri II TIP - FTP UB Statistika Industri II TIP - FTP UB Mirip regresi linier berganda Metode dependen Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data berskala interval atau rasio. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini berisikan uraian langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian seperti yang dinyatakan dalam bab I yaitu membangun model analisa kredit pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan kredit merupakan hal yang tidak asing. Menyadari bahwa kegiatan kredit pada masyarakat umum semakin meningkat, maka perlu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Objek

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Objek BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu objek penelitian dan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah pembiayaan kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Risiko bisnis, bencana alam, perampokan, pencurian, serta kebangkrutan menjadi risiko yang sering terjadi pada banyak perusahaan, khususnya perbankan. Masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan jantung perekonomian suatu negara dan saat ini menjadi salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam sektor perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini, BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa total pembiayaan keseluruhan perbankan syariah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh membagi satu angka dengan angka lainnya. Jadi, rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran Bank

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisa data pembiayaan bank syari ah akan digunakan pendekatan dengan model CreditRisk+, metode yang telah diakui bisa digunakan dalam menghitung risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN FISHER DAN NAIVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI RISIKO KREDIT

PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN FISHER DAN NAIVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI RISIKO KREDIT PERBANDINGAN ANALISIS DISKRIMINAN FISHER DAN NAIVE BAYES UNTUK KLASIFIKASI RISIKO KREDIT (Studi Kasus Debitur di Koperasi Jateng Amanah Mandiri Cabang Sukorejo Kendal) SKRIPSI Disusun Oleh: ABDUR ROFIQ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang menarik di bidang ekonomi saat ini adalah di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya penting untuk perekonomian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN IV.

METODE PENELITIAN IV. IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1 a. Perkembangan penerimaan pembiayaan musyarakah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Kebutuhan Primer, Kebutuhan Sekunder, dan Kebutuhan Tersier. Kebutuhan Primer merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan memiliki peran yang cukup penting bagi perkembangan ekonomi di suatu negara, hal itu terbukti karena perbankan memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat membutuhkan pendanaan yang baik. Peran bank cukup penting untuk dapat menyediakan dana yang mencukupi bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perbankan syariah. Berikut adalah pembahasan hasil penelitian:

BAB V PEMBAHASAN. perbankan syariah. Berikut adalah pembahasan hasil penelitian: BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Suku Bunga BI terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Timur Penetapan suku bunga BI oleh Bank Indonesia kepada seluruh sektor perbankan yang ada di Indonesia tidak akan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2 Suwandi, Sularso, Suroso, Pengaruh Kualitas Layanan... ISSN : 1412-5366 e-issn : 2459-9816 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Yudiana Febrita Putri 1 Isti Fadah 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bank Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam hal penyediaan dana. Bank dalam bahasa itali adalah banca yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam hal penyediaan dana. Bank dalam bahasa itali adalah banca yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak kehadirannya pada abad ke-14, lembaga keuangan melahirkan pengaruh positif bagi perekonomian di suatu Negara tidak terkecuali bagi Indonesia, semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perekonomian yang global pada saat sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri, perdagangan, maupun jasa dituntut

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sampai saat ini perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat, dilihat dari meningkatnya jumlah bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bank Secara Umum Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Bank sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan suatu usaha, sebab kebanyakan kasus kebangkrutan suatu usaha bermula dari adanya financial distress

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penellitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar

BAB III. Metode Penellitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar BAB III Metode Penellitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar variabel independent dengan variabel dependentnya dengan menggunakan data time-series,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu di dalamnya adalah usaha memberikan kredit.perkreditan. merupakan usaha utama perbankan (financial depening) yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

*) Dosen STIE Dharmaputra Semarang 1

*) Dosen STIE Dharmaputra Semarang 1 PENGARUH ROA TERHADAP KREDIT DENGAN KURS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia) Batista Sufa Kefi & Sutono *) Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh ROA terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 memberikan pembelajaran yang serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal terkuras, kualitas aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci