ir dipinqqi KRUËHG smcarpfucddaair

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ir dipinqqi KRUËHG smcarpfucddaair"

Transkripsi

1 ir dipinqqi KRUËHG smcarpfucddaair

2 i

3 Dipinggir Kruëng Sampojnit

4 Titel Asli: PENGALAMANKU MASA PERANG ATJEH Tjetakan Pertama : 1 April 1941 Tjetakan Kedua : Oktober 1962 Hak tjipta ditangan pengarang dan diperlindiingi oleh hukum Ditjetak.dan diterbitkan di Indonesia

5 Dipinggir Kruëng SAMPOJNIT Oleh: JOESOEF SOU'YB * Tjetakan ketiga 56» WW ttt >" "'C f Diterbitkan Oleh: CV, PUSTKA AIDA"

6 Rp 50.-

7 1. DJ ADI BURUH ATJEH TRAM Sepasang mata jang tadjam berwarna belau mengukur saja dari udjung rambut sampai keempu kaki, kemudian balik pula keatas lambatlambat sampai tiba tentang mata saja, lalu kedengaran suara jang hebat. "Engkau?!", tanjanja. Saja tetap berdiri dengan berani. "Ja!", sahutku. "Bah!" Mata itu kembali pula mengukur saja. Tiada dapat saja mengatakan arti pandang itu. Akan dikatakan takdjub, tapi serupa ada mengandung kurang pertjaja dalam hatinja, sehingga ia berkata pula : "Sesungguhnja?" Kedjadian itu ialah pada suatu hari didalam bulan April tahun Itulah mula pertama kali saja berhadapan dengan bakal sep saja, namanja van Barkel, berpengawakan gemuk, tegap, pendek, mcndjabat pangkat setasiun sep di Lho' Seumawe. Kemudian hari ia mendjadi sep jang teramat sajang kepada saja. Masa itu perang Atjeh sedang mendjadi-djadi. Banjak korban jang gugur dan banjak orang jang pergi mengantarkan njawanja. Pada hari itu saja datang mendapatkan tuan van Barkel untuk minta kerdja sebagai masinis dalam Atjeh tram. "Tidakkah kau merasa ngeri?" katanja. "Baik saja beri ingat kau lebih dahulu berpahit-pahit kita karena usiamu masih muda bahwa njawamu saban-saban akan terantjam oleh bahaja. Hampir setiap hari Atjeh tram beroleh serangan orang muslimin. Baikpun djalan kereta api jang dibongkarnja, baikpun djembatan jang diruntuhkannja, maupun peluru dan anak-anak panah jang berlajangan dari tumpukan-tumpukan hilalang jang berada disepandjang djalan kereta api. Kalau kau djadi masinis tanggung djawabmu besar. Kau tak merasa ngeri?" "Tidak!" sahutku. "Siapa jang akan merasa ngeri kalau ia didorong oleh kemauan hatinja. Saja tiada ngeri dan tiada takut". Hatiku pekat ketika berkata itu. "Baik! Baik!" djawabnja. "Kepekatan hatimu membesarkan hati saja. Kami memang sedang kekurangan orang. Berpuluh-puluh bahkan beratus orang lagi masih dapat kami terima. Sekarang tjoba buktikan apa kepandaianmu dalam kerdja jang kau pinta". "Tiada sebuah djua". Tuan itu mengeretjengkan matanja memandangi saja, sehingga saja kemalu-maluan. Pandir benar saja! Alangkah bodoh dan sombongnja saja, berani meminta kerdja, jang sedikitpun tiada pengetahuan saja 5

8 dalam hal itu. Tapi saja beranikan djuga hati saja seraja berkata: "Walaupun demikian!" "Walaupun demikian bagaimana?" tanjanja, "Akan kau djerumuskankah Atjeh tram kadalam djurang?" Saja tiada dapat menjahut lagi. 'Nou, kau boleh djadi setoker dulu, Karem!" katanja kemudian, sedang nama saja sebetulnja Abdulkarim. "Nanti kalau radjin dan ada dj asamu, dan pengetahuanmu telah ada pula dalam hal mesin, akan segera engkau diangkat mendjadi masinis. Maukah engkau dengan perdjandjian itu?" "Dengan segala suka hati, tuan". "Bagus!" Saja ketika itu belum berapa bulan datang dari kampungku di Minangkabau akan mengadu nasib dinegeri sebelah utara itu. Banjak perantau pulang dari sana membawa kekajaan tiada terhingga dan sekaliannja tjoga-tjoga kelihatan olehku. Ketjongkakkan mereka itu setiba dikampung menarik hatiku pula akan mengadu nasib dinegeri sebelah utara itu. Esa hilang, kedua terbilang pikir hatiku. Kekatjauan dinegeri sebelah utara jang sedang mendjadi-djadi itu saja pandang sebagai air jang sedang buntjah kena tuba masa ikan berbuntangan dan orang menjauknja dengan mudah. Telah ada dua tiga bulan saja berada disini tapi belum djuga saja beroleh pekerdjaan jang menjenangkan hati. Lebih dahulu perlu saja terangkan bahwa segenap perantau dari Minang pada masa itu tiada suka memburuhkan tenaganja. Tiada sedikit djuga selera mereka kedjurusan itu. Dipandang mendjual diri" kepada Belanda. Terlebihlebih karena pentjaharian dalam lapangan dagang masa itu amat besar, sebentar-sebentar sadja naik daun dan keuntungannja lipatganda. Oleh sebab itu mereka tjoga-tjoga dan sangat meletjehkan perburuhan. Maka gubernemen kekurangan buruh. Baikpun dalam lapangan guru-guru, baikpun dalam pekerdjaan kawat dan talipon, terlebih-lebih untuk pegawai Atjeh tram. Berapa banjaknja anak Padang jang dibudjuk supaja bekerdja dengan gubernemen masa itu, tapi mereka tolak dengan senjum simpul, sambil menggontjangkan sakunja jang berderingan. Mereka lebih tjoga berdagang diluaran. Maka djangan heran djika gadji seorang kuli djalan sadja ketika ' itu seringgit satu hari, sedangkan harga seekor ajam tjuma sepitjis dan harga sekilo beras tjuma sekelip. Guru-guru hanja terambil dari orang-orang jang pandai tulis batja, habis perkara! Dalam Atjeh tram djangan dikata lagi besar-besar gadji pegawainja! Tapi betapa keadaan saja sendiri? Mula tiba saja tjoba djuga berdagang serupa itu. Tapi saja ini dungu, bukan dungu sebenarnja sebab saja tetap tjerdik dan berani, hanja dungu dalam hal berdagang. Dagang apapun djuga jang saja kerdjakan tiada sebuah djuga jang baik djalannja. "Engkau tidak tahu di-lubuknja!" kata teman-teman saja, akan montjela kebodohanku. Kata lubuk itu telah djadi permainan mulut <)

9 bagi mereka, jaitu tempat tersembunji kekajaan jang bisa dikorek, serupa lubuk ikan bagi seorang pendjala. Dan mereka sesungguhnja tahu dilubuknja! Dari pendjual sirih atau pendjaga katjanggoreng, dalam sebentar sadja telah melompat kekedai nasi, dan sebentar lagi.sudah mempunjai sebuah toko kain. Pandai-pandai benar mereka mentjahari lubuknja! Tapi saja tidak. Barangkali karena darah dagang tidak ada dalam tubuh saja. Saja seorang muda jang berdarah perisau. Dari semendjak ketjil sudah demikian tabiatku, suka kepada pengalaman jang gandjilgandjil, walaupun mungkin membahajakan bagi diriku sendiri. Suka benar hati saja kalau saja dapat melakukan suatu pekerdjaan jang dipandang berani oleh orang dan lalu mendjadi buah tutur. Dalam kampung kami ada suatu tempat jang terkenal sangat angker, siapa jang berani melintas disitu tengah hari nistjaja akan mati tegak. Ketika itu saja masih ketjil dan nakal. Benarkah? demikian pikir saja dalam hati. Pada suatu tengah hari tepat, sewaktu-waktu bajang-bajang tengah buntar, sajapun pergi kesitu. Teman-temanku memperhatikan dari djauh, karena tiada seorang djuga jang berani dekat. Saja menari-nari dan bersorak sorai ditempat itu, berdjam-djam lamanja, sampai matahari gelintjir dari tengah. Ketika saja kembali kekampung sampai berapa lamanja kemudian, keadaan saja tetap sehat bugar! "Nasib baik bagi dia tidak kena tegur", kata orang mempertjakapkan keberanian saja. "Kalau kena, wah, nistjaja dia akan mati tegang dan tiada akan beranak lagi induknja!" Saja hanja tersenjum sadja. Sebuah lagi, dalam kampung kami dahulu terkenal benar musim tjindaku. Musim itu setiap bulan Hadji. Kalau sendja sudah turun orang tak berani lagi melangkahi tangga, dan habis magrib, biasanja segala pintu dan djendela telah terkuntji. Anak-anak tidak ada lagi bermain dalam terang bulan sebagai galibnja. Tapi bagaimana dengan saja? Saja ini patut digelari orang sitjengeng masa itu. Saja pergi ketangga sebuah rumah, saja naiki tangga itu pelahan-pelahan dan pintunja lalu saja garuk-garuk. Didalam lalu terdengar bunji djerit dan pekik orang karena kesangatan terkedjut dan ketakutan, sedang diluar kedengaran bunji gelak saja terbahak-bahak. Dengan segera saja tinggalkan rumah itu dan saja pergi pula mengganggu rumah lain. Demikianlah tabiat perisau itu telah saja bawa semendjak ketjil, dan sampai-sampai besar, pun tetap mendjadi seorang perisau djuga Darah penggalas (dagang) tak ada pada saja. Bapa saja jang meninggal sewaktu saja masih ketjil pun bukan seorang penggalas, hanja seorang petani. Begitupun djuga nenek saja. Djadi dari turunan tidak ada sipat itu jang akan saja pusakai. Oleh sebab itulah ketika pikiran saja telah sangat tertumbuk lalu dagangan jang biasa saja djadjakan sepandjang hari itu saja perserakkan dengan gemas. Jang bertaburan itu dipilihi oleh teman-temanku sekediaman. Saja tiada berketjil hati malah saja gelak-gelak dengan suka hati. 7

10 Apa jang mesti saja lakukan? demikian saja bertanja didalam hati dan ada beberapa hari lamanja saja pikirkan. "Djangan kau masuk bekerdja dalam Atjeh tram!" kata temantemanku menasihati, ketika niatku kemudian saja kabarkan kepada mereka. "Engkau hendak tekan-mati? Djangan! Kalau hendak memburuh djuga, lebih baik djadi kuli talipon umpamanja, dan kalau nasibmu baik, engkau boleii mendjadi mandur dan gadjimu tentu akan besar. Tapi akan bekerdja dalam Atjeh tram, djangan!" ' Puan!" sahutku. Kata djangan dari teman-temanku itu membangkitkan darah perisauku kembali. Dengan hati pekat saja pergi mendapatkan sep setasiun Lho' Seumawe, lalu saja minta kerdja kepadanja. Hati saja tetap sudah! "Berapa gadji kau pinta?" "Seringgit sehari, tuan". "Baik!" sahutnja dengan tiada berpikir pandjang sedikit djuga. Waktu kemudian saja keluar dari kantornja, saja amat menjesal didalam hati, kenapa tjüma seringgit saja pinta. Pandir benar saja ini! kata saja didalam hati, sedangkan sesalku itu tak putus hingga sampai-sampai kerumah tempat tumpanganku. Kenapa tidak dua ringgit saja sebutkan ataupun lebih? Berapa sadja pintaku, asal djangan berlebih-lebihan benar, nistjaja akan diperkenankannja. Seringgit! wah, serupa sadja dengan gadji kuli djalan dan kuli rel. Betul bodoh saja tiada terkira, sedang djabatanku sebagai setoker akan lebih besar tanggungannja dari seorang kuli djalan. Tapi akan balik kembali meminta tambah tiada pula saja berani. Berolok-olok namanja itu! Maka saja padakan sadja gadji itu dan keesokan harinja saja mulai bekerdja. Sekaranglah baharu betul-betul sesuai kerdja jang saja djabat dengan tabiatku jang perisau dan suka pengalaman. Berbahagiakah saja dalam djabatanku jang baharu itu? Dengan terus terang saja katakan, dengan tiada bersembunji sedikit djuga, bahagia jang pertama sekali saja terima tampar dan tempeleng! Sampai sekarang masih tergelak saja, setiap saja terkenang akan hal itu. karena sebabnja lain tidak oleh kepandiran dan kebodohan saja djuga. Tuan tentu ingin bertanja dan mengetahui, kenapa djadi demikian? Baik saja tjeritakan! S

11 II. DALAM BAHAJA Telah seminggu saja bekerdja tetapi perkakas dan pesawat dalam lokomotip masih gelap bagiku. Sungguh tumpul otak benar saja ini! Satu kali saja -lagi membersihkannja ketika tiba-tiba tersinggung pcrnja oleh saja. Lokomotip terkedjut dan menggelindjang sebagai orang kena gelitik, mendompak kemuka dan lari dengan ladju. Saja terhempas kedinding belakangnja dan terhenjak disitu dengan muka jang putjat dan persendian jang gemetar. Wadjah saja tiada berdarah setitik djuga lagi. Tukang pompa-air jang lagi mengisikan air terlempar dan terpekik dengan suara bergumam dan menggeletar. Tergilaskah dia? Wallahu a'lam! Antara seratus meter didepan ada sebarisan gerobak dan ideresi jang lagi berhenti. Dalam sekedjap mata lagi akan terdjadi pertubrukan jang sangat dahsjat dan sekaliannja akan hantjur luluh. Hal jang ngeri itu melintas dengan tjepat diruang mata saja tetapi saja tiada berdaja. Saja pedjamkan mata saja menjambut maut jang akan turut itu. Dari segala sudut perosn setasiun menderu ketelinga saja bunji pekik dan djerit orang, njaring bergema-gema laksana lagu kematian tengah diperdengarkan. Ruh saja telah terbang bersama gema djerit dan,pekik. Meskipun demikian masih tampak oleh saja, antara sadar dan tiada, masinis jang terhempas kedinding belakang sebagai saja djuga tjepat tegak dan melompat kemuka membantukan pér itu kembali dan lokomotip terdiri dengan napas terh'engah! Rasa-rasa terdengar oleh saja engahan napas orang diseluruh peron. Rasa-rasa tampak oleh saja sekaliannja menarik napas dengan lega. Tapi bagaimana keadaanku sendiri? Masinis berpaling kepadaku dengan mata terbelalak. Dibantunkannja leher badjuku dan saja lalu ditampar,dan ditempelengnja dengan se-kuat J tulangnja dan dengan segemas-gemas hatinja. Tiada ia berkata sepatah djuga, hanja giginja sadja jang berderak-derik, matanja berapiapi. Sampai sekarang mpsih tampak-tampak oleh saja tangannja turun naik, sedangkan pipi dan pelipis serta rumpun telinga saja mendjadi landasan. Saja tiada melawan sedikit djuga. Bukan sadja karena saja tiada bergaja sebab karena kesangatan putjat dan terkedjut, pun karena saja merasa akan kesalahan dan kealpaanku. Saja biarkan sadja dia bergendang dirumpun telingaku. Karena kedjadian itu pangkat saja turun mendjadi tukang rem. 9

12 Itulah bahagian pertama, baharu sadja seminggu saja bekerdja. Menjesalkah saja? Tidak! Sebab sekarang tahu benar saja kebesaran tanggungandjawab seorang setoker daripada tukang rem. Apalagi gadji saja tiada pula diturunkan. Turun? Dalam dua tiga bulan belum Atjeh tram akan memperoleh seorang buruh, akan ganti saja! Dan tentang tempeleng itu, beberapa hari lamanja masih terasa-rasa olehku sakitnja. Tapi tiada saja berketjil hati kepada masinis. Dia seorang Menado, sipatnja penaik darah dan lekas marah, tapi hatinja sebetulnja sangat baik. Kebaikan hatinja itu ternjata ketika ia datang meminta maaf kepada saja. Saja terpanggil kedalam kantor menghadap sep, dan ketika saja keluar dengan muka jang merah padam, dia telah menjambut saja dimuka pintu sambil mengulurkan tangannja. "Tiada saja sengadja akan menempelengmu sedemikian hebatnja" katanja. "Darah saja ketika itu sedang mendidih dan kebetulan tiada dapat saja tahan. Maaf banjak-banjak saja pinta. Dan pangkatmu diturunkan? Wahai, sedikitpun saja tiada bersengadja supaja pangkatmu turun mendjadi tukang rem, sekali-kali tidak!" Tentu sadja dia segera saja maafkan. Bahkan kemudian ia mendjadi sahabat saja jang sangat karib; dan ketika kemudian ia mengalami nasib jang sangat malang dalam satu kedjadian jang- sangat ngeri sebagai akan saja tjeritakan djuga saja turut mentjutjurkan airmata mengenangkan nasibnja! Dan tentang tukang-pompa itu, berkat doa, tiadalah dia mendapat ketjelakaan jang hebat benar, selain luka-luka ketjil tentang lutut dan tapak tangannja. Telah berapa bulan lamanja saja bekerdja sebagai tukang rem. Kadang menuruti djalan kedjurusan barat menudju Samalanga sampai ke Sigli, kadang ketimur, sampai ke Lho' Sukon. Djalan kereta api sebelah ketimur baharu hingga itu. Pembikinan djalan dan pemasangan rel menudju Idi baharu sadja dimulai, dan kerapkali terhenti dan rusak binasa, karena serangan jang sekonjongkonjong dari barisan muslimin. Demikian biasa dipanggilkan terhadap pasukan kesultanan Atjeh jang melakukan perlawanan terhadap pendjadjahan Belanda masa itu. Mereka itu berani-berani benar. Kagum saja setiap mendengar berita kegagah-beranian mereka. Mereka menjerbu menembusi hudjan peluru karena setiap kerdja itu selalu dilindungi oleh bataljun marsose tjuma bersendjatakan kelewang dan pedang, lalu mengamuk dengan hebat. Konon kabarnja mereka itu kebal-kebal, benar tidaknja, wallahu a'lam I Selama beberapa bulan mendjadi tukang rem ini banjak sudah pengalaman saja dalam berbagai bahaja. Njaris-njaris saja tiada ada didunia ini lagi. Benar kiranja kata teman-temanku, bahwa bekerdja dalam Atjeh tram, sebagai sengadja tekan^mati. Terlebih-lebih bahaja itu sangat hebat kalau lagi berdjalan kedjurusan Sigli. Peperangan sebelah kesana semakin lama semakin keras. Perlawanan terhadap kompeni dipimpin oleh Teuku Panglima Polem. Dahulu jang 10

13 terkenal benar ialah Teuku Umar. Jang belakangan ini biasa dipanggilkan orang Djohan Pahlawan karena gagah beraninja, tetapi ia telah meninggal tahun Jang menggembirakan orang Atjeh benar menjabung njawa masa itu ialah karena Sultan Daud Alamsjah, sultan jang menduduki tahta keradjaan Atjeh, telah meninggalkan keratonnja di Kutaradja dan turut serta mengembara menjusun segala penjerangan. Kompeni sengadja memburu dan mengedjarnja kian kemari tetapi senantiasa tiadalah diperoleh djedjaknja. Dalam pada itu saja makin merasakan betapa sangat ngeri bahaja jang selalu dihadapi oleh seorang masinis. Dia mesti selalu berdiri dipintu lokomotip jang tiada bertutup, dan dari pinggir-pinggir djalan jang ditutupi hilalang tinggi itu kerapkali berdengungan peluru dan anak panah dengan tiada disangka-sangka. Dengus napas lokomotip jang berlari kentjang hilang lenjap oleh deru tembakan jang menghudjan. Kalau saja masih setoker, berdiri dipintunja jars sebelah lagi amboi, ngeri saja mengenangkannja! Mudjur pangkatku telah turun mendjadi tukang rem. Setiap ada serangan saja dapat berlindung kedalam wagon jang biasanja berlapis wadja itu. Oleh sebab itu seleraku untuk mendjadi masinis tak titik lagi. Sekarang jang tampak-tampak diruang mataku ialah pangkat kondektur, wah, alangkah senangnja! Kalau nasib baik boleh naik pula mendjadi spion kondektur, dan kemudian naik lagi mendjadi adjun setasiun sep, sebab djabatan setasiun sep masih tertentu bagi orang kulit putih sadja. Terbajanp;- bajang dalam mimpiku topi pasmen lekat dikepalaku, berpita merah dan berlilit benang emas. Wah, alangkah tampannja lagi. berdjalan mondar-mandir diperon setasiun, memberikan berbagai perintah dengan gagah. Ketika itu ketjemasan akan mendapat serangan se-konjong2 tak ada lagi sebagai jang mesti dialami setiap hari oleh seorang tukang rem sebagai saja. Bilamana angan-angan itu telah menjesak memanaskan kepalaku biasanja berkatalah saja seorang diri untuk menghiburkan hati : "Tak akan Jari gunung dikedjar. Asalkan radjin dan sungguh nistjaja jang ditjita-tjita itu akan tertjapai djuga. Kondektur! Pokoknja asalkan pandai 'menulis dan membatja, habis perkara. Dan saja mudjur ada mempunjai kepandaian itu, dan nistjaja akan segera djuga naik pangkatku, asal ada aku membuat djasa. Baik kunanti!" Maka sebagai sebatang anak air lalu kenang-kenangan jang pandjang itu segera saja empang hingga itu. Dan saja semakin tjermatlah melakukan kerdja jang saja djabat sekarang ini, jaitu tukang rem! Tapi ada sebuah tabiatku jang sekarang timbul sekonjong-konjong. Karena tjita-tjitaku itu sangat tinggi maka keselamatan diriku sekarang sangat saja hematkan. Saja katakan demikian, karena bagi seorang tukang rem tiada kurang pula marabahaja. Tiada selamanja saja dapat meluputkan diri kedalam wagon; karena kalau kewadjiban menghendaki, saja terpaksa berdiri terus diberanda deresi memegang rem dalam 11

14 ^ffsès^s^f&t'. lagi pegangan hatiku ' jait * - dari K Lho'%^n ang v erdjalan dengan ladju P ada suat " ambang petang pun aan kereta tiada lama lagi akan mendekati Sampoj Nit Disebelah sana awan dan kabut b^rak-arek ** keruh * erak - s? ' erk? d J ut «** bunji desir pakaian disisiku dan saja menoleh Seorang diantara djururawat perempuan itu - menurut taksir^m "Sudah lewatkah Sampoj Nit?" "Belum" sahutku. Dalam suaranja dapat saja ketahui ketjemasan bertjampur kuatir dalam hatmja Sebabnja lain tiada karena daerah-daerahxnn smi masih sangat berbahaja. Orang-orang Atjeh sebelah sini belm s'emuanta 12

15 tunduk kepada gubernemen, dan djikapun ada jang tunduk, lianja pada mulut djua. "Tentu engkau telah kerap bolak-balik didjalan ini, bukan?" tanjanja pula. "Telah enam bulan lebih! ja, kira-kira begitulah. Kenapa kau tanjakan?" Ia memandang kepadaku. Dalam sinar matanja tampak olehku, hatinja tertarik memperhatikanku. Dengan terus terang saja katakan, rupa parasku tiadalah djelek. Kata orang termasuk berupa djuga. Sajang sedikit, jang mendjatuhkan merekku pangkatku tukang rem! Karena ia memperhatikan saja maka iapun saja tatap pula. Tapi matanja itu segera dilajangkannja kembali keluar dan berkata : 'Tiada pernahkah kau mengalami bahaja disebelah sini, saja maksud, jang menimpamu?" "Djalan disebelah sini memang berbahaja, nona, hampir tiap-tiap minggu ada-ada sadja bahaja. Kalau tidak penjerangan tentulah pembongkaran rel. Tapi insja Allah, selama ini belum saja beroleh ketjelakaan". "Baik benar untungmu" udjarnja pula sambil madju kemuka dan berdiri disisi terali. Tapi baharu sadja sedjurus ia berdiri disana tiba-tiba mendengung sebuah tembakan dari dalam rimba pinang. Suara panggilan kedengaran dari dalam deresi : "Dina!" 'Darahku tersirap. Gadis itu jang sekarang saja ketahui namanja Dina terlompat dan terpekik, sedang tubuhnja rebah sebagai batang pisang kena tebang, jang segera saja sambut dengan kedua tanganku. Dalam kedjap itu djuga, antara djarak sepuluh meter, bunji tembakan itu terulang kembali beberapa dentam. Sebuah diantaranja tepat mengenai topiku, diterbangkannja keluar lalu dilajangkan angin. Saja segera meniarap. Saja terpikir bahwa tembakan-tembakan itu pasti akan disusuli hudjan peluru. Dalam segenap deresi, jang tiga buah banjaknja itu, terdjadi keributan tiada terkira-kira. Berderam-deram bunji djendela diturunkan orang bertjampur dengan bunji djerit pekik serta suara perintah jang hiruk pikuk. Keadaanku sangat gugup memandangi gadis jang terbaring disisiku. Bunji tembakan itu ada beberapa kaü lagi kedengaran, kemudian sunji senjap, sehingga saja heran, sedang djalan kereta semakin idiperkentjang oleh masinis. Gadis ini dengan tjemas saja periksa kalau-kalau ia kena tembak. Kiranja ia tjuma pingsan karena kesangatan teikedjut. Saja segera bangkit. Ketika tubuhnja saja angkat hendak saja bawa kedalam, tibatiba kereta ternunu kemuka dan kemudian terdorong kembali kebelakang dengan hebat, berderak-derik bunjinja sebagai hendak retak dan rebah, sedang djalannja terhenti. Saja bersama beban jang saja pangku itu terhempas-hempas dan terdegar-degar, lalu terhenjak. Kepalaku terantuk amat keras, ingatanku pusing, pemandanganku berkunang- 13

16 kunang. Dari dalam segenap deresi kedengaran raung dan pekik orang. Suara hingar bingar itu membangunkanku. Ternjata lokomotip tak djalan lagi dan rupanja telah djatuh dari rel. Kemudian hari baharu saja ketahui, bahwa rel telah dibongkar orang tapi sengadja diletakkan nja djuga ditempatnja, supaja djangan lekas tampak oleh setoker atau masiniy. Dari belakang mereka ganggu dengan tembakan-tembakan, agar djalan kereta semakin kentjang kedalam djurang kebinasaan jang telah mereka sediakan. Tuhan djuga jang menolong segenap deresi dan wagon tiada rebah! Tapi dalam ingatanku terlintaslah hal jang lebih ngeri. Nistjaja mereka akan datang menjerang dengan dahsjat. Wahai, soldadu pengiring tiada berapa orang dan kekuatan itu amat ketjil benar untuk melawan serangan jang akan tiba. Tampan akan punah kami semuanja disantap kelewang dan pedang! Persangkaanku itu tiada salah. Selang sekedjap sadja antaranja, dari dalam rimba pinang kiri kanan, kedengaran tempik sorak jang riuh rendah. Disana sini berlompatan berpuluh-puluh orang Atjeh dengan kelewang terhunus. Kedatangan mereka disambut soldadu dari dalam deresi dengan hudjan peluru dan bunji tembakan lalu kedengaran berbalas-balasan. Kegugupanku hilang. Saat sematjam ini saat orang menghiraukan dirinja seorang-seorang sadja. Saja segera bangkit memangku gadis jang masih pingsan itu. Ia tampak membukakan matanja dengan pelahan, kemudian menatap kepadaku dengan terbeliak, demi. mendengarkan suara jang berderam-deram itu, dalam sinar matanja terbajang kengerian didalam hatinja. Wadjahnja jang putjat dan lesu itu ada mempunjai bentuk ketjantikan dan garis-garis kemolekan. Didalam rasa belas kasihan tersimpul suara hatiku jang tertarik kepadanja. Dari sana sini berdengungan djua bunji peluru. "Tolong saja" udjamja dengan suara jang mengojak hatiku. "Lindungi njawa saja". Meskipun tiada dipintanja, dalam hati ketjilku telah terbit djuga keinginan menjelamatkan dirinja, membelanja dengan sepenuh-penuh hati. Saja katakan kepada tuan, tiadalah saja menjesal menolongnja, meskipun saja sendiri hampir menghadapi maut. Akibat dari pertolongan jang saja berikan kepadanja itu akan saja tjeritakan djuga kepada tuan kelak! Pintu deresi telah ditutupkan orang, entah dengan sengadja entah tidak, lalu segera saja kuakkan dengan kakiku dan tubuh gadis itu telah berada didalam. Tiba-tiba kedengaran olehku ada orang jang melompat ketangga beranda. Masih njaring kedengaran olehku sampai sekarang dering dan desir kelewangnja jang terajun hendak memukul punggungku. Akan masuk terus kedalam deresi itu tak sempat lagi. Tubuh Dina saja lepaskan dan saja segera mendjatuhkan diri dan berpaling dengan tjepat, matjam laku seekor kutjing diterkam lawan, sedang kakiku naik menghantamkan musuh jang hendak memadami njawaku itu. Terdjangku itu tepat tentang dadanja. Saja bersjukur akan peladjaran silat jang diberikan guru-tuaku masa dikampung dulu. Ia tunggang balik ditangga, 14

17 terguling-guling kedalam selokan jang dalam dipinggir djalan kereta api, ditumbuhi paku-rensam jang lebat. Sementara itu disana smi telah terdjadi perkelahian jang sangat hebat. Saja belum sempat bangun ketika ditangga sebuah lagi melompat pula seorang dengan garang. Ia bersendjatakan gada dan matanja mengantjam dengan dahsjat. Seakan-akan kilat ia mengajun gadanja. Untung tangannja dapat saja tangkap dan tak saja lepas-lepaskan lagi. Tapi ia sigap benar. Ditundanja saja dan lalu lututnja menerdjangkan dada saja dengan deras, hingga saja terdenguk dan napasku bergasau. Seirin<* dengan itu gadanja tiba dikepalaku. Pusing pemandanganku dan mataku berkunang-kunang. Peganganku lepas dan saja terlempar kebelakang, tunggang balik ditangga, terguling-guling kedalam selokan dalam itu sebagai lawanku tadi, terhempas-hempas sehingga tubuhku memur rasanja. Disana lawanku pertama tadi ah, saja djatuh pingsan! 3 5

18 111. FUH LADJUI Ketika saja siuman saja terbaring disisi lawanku pertama tadi. Saja berasa terbangun dari mimpi. Tapi suara jang berderam-deram dan raung jang berkepandjangan disepandjang djalan kereta api itu menjadarkan saja dari nanar. Saja duduk. Dikepala dan disekelilingku berdjeraitan paku rensam. Saja heran melihat lawanku pertama itu masih belum bergerak. Saja beriingsut mendekatinja. Ia terbaring dengan teréréng dan dari dadanja menjembur-njembur darah, dan tentang luka didadanja itu tersembul udjung kelewang. Ternjata sewaktu ia djatuh terguling-guling dari atas, udjung kelewang jang terlepas dari tangannja telah menusuk punggungnja sendiri dan tembus kedadanja. Tusukan itu tepat tentang djantungnja dan itu jang menghebatkan lukanja. Memandangi keadaannja itu hati saja djatuh kasihan. Saja raba-raba kepalanja dan saja pegang nadi tangannja kalau-kalau ia masih bernjawa. Dengan susah pajah ia membukakan matanja dan memandang kepadaku dengan pandang jang menjajukan. "Air!" udjarnja dengan serak. Ketika itu kami berada dalam bentjah dibawah semak paku rensam. Dibawa oleh hati kasihan saja lalu mentjedok air dengan kedua tapak tanganku dan saja dekapkan kebibirnja. Air itu dihirupnja sedikit demi sedikit. "Terima ka sih.." udjarnja. Pilu hatiku mendengarkan suaranja jang sudah sajup-sajup itu. Ia mengerang. Waktu saja tjoba hendak membersihkan lukanja, ia mengaduh sajup, matanja terkerdjap dengan lambat selaku membantah. Saja raba tangannja dan saja tekan nadinja, tapi tangannja itu makin lama makin dingin, dingin sangat ia telah menghembuskan napas! Saja pandangi ia dengan hati terharu dan pilu, meskipun tadi, hampir ia menewaskan njawaku sendiri. Apa jang akan saja lakukan lagi? Pergi keatas berarti menghantarkan' njawa. Dengan hati-hati saja merajap dibawah paku rensam itu mendekati rimba pinang. Perihal Dina telah saja serahkan sadja keselamatan njawanja kepada Tuhan. Ia telah berada didalam deresi dan setiap deresi tempat orang sakit masa itu seluruhnja dilapisi oleh wadja. D j adi tak perlu saja kuatirkan dia lagi! Saja merajap djuga sampai kepinggir semak. Tapi sekonjong-konjong saja disergap oleh seseorang dengan rentjongnja jang berkilat. Matanja bengis. Ia telah separuh tua tapi hatinja rupanja masih djantan dan garang. 16

19 "Andjing kafféé!" teriaknja. Tangannja menjentap rentjongnja keatas dan hendak mengajunkannja kedada saja. "Astagfirullah! Teuku hendak membunuh seorang Muslim?" uäjarku dengan suara gemetar. Sekudjur persendianku telah lunglai karena kedatangannja sekonjong-konjong sadja sehingga saja tak sempat untuk bersiap menangkis. Hanja dengan muslihat sematjam jang saja utjapkan itu sadja saja mentjoba hendak menghindarkan bahaja. Lama ia menatap saja dengan heran. Akan bergerak saja tak berani pula, karena mungkin merusak-binasakan muslihat jang sedang saja atur. Kalau saja bergerak sedikit sadja, mentjoba bangkit, nistjaja rentjongnja akan bermalam didadaku. Saja terus mendjalankan lakon itu dengan tjerdik. "Kau penipu!" serunja. "Kau tentu kafféé itäm bangsa Ambon membikin dosa besar?" udjarku pula. Ingatlah, darah seorang Muslim haram bagi seorang Muslim!" Bahasa Atjehku fasih dan lantjar karena memang saja telah mahir dalam bahasa itu. Tiba-tiba ia berteriak dengan garang. "La ilaha illa'llah Muhammadur-rasulu'Llah! Teuku hendak atau Menado!" Masa itu dalam tentera gubernemen memang bangsa Ambon dan Menadolah jang terbanjak. Tapi demi mendengar perkataannja itu sajà makin mendapat djalan untuk melepaskan diri. "Saja anak Padang!" sahutku dengan suara bulat dan pasti. "Sebagai teuku djuga sajapun seorang Muslim. Ingatlah! saja seorang Muslim!" Saja tekankan benar suaraku ketika menjebut muslim, karena segenap orang Atjeh jang mengadakan perlawanan masa itu menamakan dirinja barisan muslimin dan perang jang mereka adakan itu ialah perang sabéé (perang sabil). Entah karena pengaruh kataku itu dan entah karena memang bentuk mukaku tiada sedikit djuga mirip dengan orang Ambon atau Menado, tampak olehku pada sinar matanja itu bahwa ia mulai menaruh pertjaja kepadaku. Rentjongnja diturunkannja kembali sambil berkata : "Tjoba engkau mengutjapkan sjahadat sekali lagi!" "Asjhadualla ilaha illa'llah wa asjhaduanna Muhammadar rasulu'llah!" sahutku dengan sefasihat-fasihat suaraku. Girang ia kelihatan, mukanja berseri. Menurut pendapatku, boleh djadi pikirannja ketika itu begini : Kalau saja hanja seorang penipu, a ia telah berpahala besar, karena ia telah memasukkan saja kedalam Islam dengan pengutjapan sjahadat itu! Saja biarkan dia bergirang hati demikian karena kegirangan hati saja sendiri lebih dari dia, sebab dengan mudah djuga saja terluput dari bahaja. Tapi ternjata kegirangan hatiku itu hanja sekedjap, sebab tiba-tiba ketempat itu berlompatan beberapa orang Atjeh sambil berteriak dengan garang dan dahsjat : "Kafféé itäm! Fun lädju!" (Kafir hitam! Bunuh sadja!). Tubuhku menggigil kembali mendengarkan teriak-teriakan jang bagai tagar ditengah hari itu, apalagi demi memandangi sekaliannja menga- '7

20 tjungkan kelewang, pedang dan rentjongnja kepada saja. Sangka saja, disinilah akan tammat riwajat hidup saja! Saja pedjamkan mata saja untuk menjambut maut jang akan memutus kudukku.djika seorang tjuma jang datang, akan dapat rasanja saja pengaruhi; tapi djika sudah sampai enam orang sebagai jang mengelilingi diriku sekarang ini, akan sia-sialah adanja. Mataku terpedjam beberapa saat lamanja, dan baharu kubukakan kembali ketika segenap suara itu tiba-tiba terhenti. Dihadapanku tampak orang tua itu mengangkat tangannja dan dengan sepenuh hatinja berseru : "Tidak!" Dan apa jang kedjadian sesudah itu tiada saja ketahui lagi, karena kepalaku tiba-tiba digada orang. Mendenjut segala urat dikepalaku. Sakitnja bukan alang kepalang karena memur gada jang pertama belum hilang. Saja pusing dan pemandanganku lalu gelap! 1»

21 .IV DALAM TAWANAN Waktu saja sadar kedua kalinja saja terbaring dalam sebuah gubuk buruk. Keadaan didalam gubuk ini senjap dan gelap, hanja diterangi damar ketjil terkelip-kelip. Disebelah luar tjuma kedengaran dengung rimba jang seram dan sunji. Dimanakah saja ini? itulah pertanjaan jang pertama-tama timbul dalam kepalaku. Dimuka gubuk terdengar suara dua orang berbitjara dengan perlahan. "Ia telah bangun!" "Biarkan sadja. Tiada akan dapat ia melarikan diri. Ikatan kaki tangannja tjukup teguh. Hai, Njak Biden, kuapmu telah berapi-api". "Saja telah sangat mengantuk". "Sajapun demikian". "Bagaimana dengan tawanan ini?" "Biarkan sadja. Ia tak akan lari. Tiada jang lebih njaman sekarang ini dalam hawa malam sesedjuk ini selain selimut jang hangat dan berbaring diatas kasur tebal". "Tampaknja kau teringat kerumah! Hai saja heran kenapa tawanan ini tak dibunuh sadja? Kalau ia lepas tentu ia akan mengabarkan tempat persembunjian kita kepada musuh!" N "Pendapat sajapun demikian djuga. Tapi Teuku Tjhie' melarang. Baik saja maupun engkau tentu tiada akan berani melanggar perintahnja". "Tengok teman-teman lain telah mendengkur, tengoklah! Dimana kita akan membaringkan tubuh, Njak Osén?" "Ikutlah saja!" Pertjakapan itu diiringi sunji senjap jang dalam, kemudian terdengar bunji ranting patah dipidjakkan kedua orang jang sedang merajap itu. Tiap-tiap patah pertjakapan itu tiada sebuah djua jang luput dari telinga saja. Njatalah sekarang ini saja sudah mendjadi tawanan. Kaki dan tangan saja sesungguhnja terikat dengan erat, tiada dapat saja gerakkan. Alangkah buruk niat kedua orang itu, hendak membunuh saja! Mudjur sadja pemuka mereka itu, jang dipanggilkannja Teuku Tjhie', mempunjai pertimbangan lain dari pengikut-pengikutnja. Kalau tidak nistjaja lampu njawa saja akan padam. Alangkah mulia hati benar ia! Saja mengutjapkan terimakasih didalam hati kepadanja. Tapi dimanakah saja ini? Akan djawab pertanjaan ini dapatlah saja kira-kirakan didalam ingatanku bahwa saja berada ditempat persembunjian pasukan muslimin pengembara, ditengah-tengah rimbaraja. U

22 Beberapa hari kemudiannja baru saja ketahui bahwa saja djatuh kedalam tangan barisan muslimin jang dikepalai Teuku Tjhie' Tunong, seorang panglima Atjeh jang telah sekian lama ditjari-tjari dan dikedjar tentara Belanda. Namanja mendjadi buahtutur benar dibibir orang karena terkenal sangat gagah berani. Baik saja tjeritakan sedikit tentang dirinja. Nama sebenarnja dari pahlawan ini ialah Teuku Tjut Muhammad. Ia berhak atas tahta keradjaan Keurëuto. Sebuah daerah keradjaan jang makmur terletak disebelah hilir Panton Labu. Keradjaan ini selama ini diperintah oleh seorang radja bernama Po Tjut Asiah, seorang ratu jan-; bidjaksana dan adil dalam pemerintahan. Daerah itu telah lama tunduk kepada Belanda tetapi pada batinnja masih menghormati Sultan Atjeh dan selalu memberikan bantuan dengan diam-diam kepada pasukan muslimin jang berlindung kesitu. Tatkala ratu jang bidjaksana ini mangkat lantas pihak Belanda mengangkat Teuku Tjut Samsirah,.adik Teuku Tjut'Muhammad, naik menggantikan Po Tjut Asiah dengan bergelar Teuku Tjhie' Bintara. Disebabkan suatu perselisihan jang tiada terang, Teuku Tjut Muhammad lalu menghindarkan diri kedalam rimba, menjusun barisan muslimin dan mengatur perlawanan terhadap Belanda. Karena djasa-djasa jang ditundjukkannja didalam peperangan, maka oleh Sultan Atjeh jang masa itu telah mengembara pula mengatur dan memimpin perlawanan, lalu mengangkat dan mengesankan Teuku Tjut Muhammad sebagai Teuku Tjhie' jang berhak atas keradjaan Keurëuto. Tetapi ia tiada dapat menduduki keradjaannja itu karena disitu memerintah seorang radja jang ditanam Belanda. Itulah sebabnja ia beroleh gelaran Teuku Tjhie' Tunong atau Radja jang mengembara digunung, dan pahlawan ini membangkitkan gentar dalam hati soldadu-soldadu Belanda. Ia sering melakukan penjeranganpenjerangan jang sangat berbahaja. Sekarang saja telah djadi tawanannja karena serangan jang dilakukannja sendja tadi. Benar kata pendjaga jang bernama Njak Osen itu bahwa saja tiada akan dapat melarikan diri. Bukan sadja ikatan kaki dan tangnku teguh tetapi pula sekudjur persendian dan tulang belulangku telah letih lunglai. Apalagi ditambah pula oleh lapar jang amat sangat sehingga gelanggelang perutku bernjanji-njanji. Semendjak lohor sampai djauh tengah malam ini belum sebuah djua jang masuk kedalam perutku. "Hai perut! agak diamlah engkau", udjarku menghiburkan. Tapi tiada ia dapat kuhiburkan dengan demikian. Untuk melengah-lengahkannja saja tjoba memalingkan ingatan kepada hal jang lain-lain. Saja terkenang akan nasib teman-temanku, nasib mereka dalam kereta jang kutinggalkan. Masih hidupkah mereka gerangan atau telah djadi korban sekaliannja? Diruang mataku lalu terbajang paras Dina jang lesu dan putjat serta selalu matjam orang kelelahan itu. Sfkapnja dingin sadja, mukanja tenang, tiada ada tampak tanda-tanda hidupnja ada dihiasi gembira. Apakah memang telah demikian sipatnja 20

23 ataukah tjuma'karena ia sedang berada dalam tjemas dan ketakutan? Biarpun ia pendiam demikian tapi raut mukanja itu manis benar tampak oleh saja. Wahai, masih hidupkah dia? Saja tiada berani mengingatkan kematiannja karena menghantjurkan hati saja. Heran saja memikirkan, gandjil benar perasaan saja itu Alangkah tjepatnja saja tertarik oleh gadis tersebut! Kalau ditanjakan' orang kepada saja sebabnja akan saja djawab dengan pasti : Entah!" Kalau benar kata orang bahwa tjinta itu bisu maka kata entah itu sangat mengandung arti. Akan tetapi saja tiada maklum pada saat itu Tjuma sadja, wahai, tiada lama dapat kulengahkan njanjian selanegelang perutku sebab semakin lama semakin keras bunji lagunia Am ^fiv an t fï aku? ', PikirkU dengan takut bertjampur bimbang. Sekalian mereka telah mendengkur dan tidur njenjak dan «ada sebuah djuga lagi suara pertjakapan terdengar didalam malam jang senjap mati itu Tiba-tiba saja mendjerit sekuat-kuat suaraku hingga daalm Unetaingan tempat persembunjian itu terdjadi hiruk pikuk. Hampir sekalian- «Ä ^ " terkedjut. Jang mula-mula melompat kedalam gubukku ialah dua orang.menurut dugaanku, keduanjalah jang benama fer a tid r S benar ngan ^ Bid6n ' ' ^ b l6h ^ "Ada apa?", tanjanja serempak. m " eka toelu s e ^ marah*"" 1 kamu ^ ^ ^ Badjakah saja sam P ai P a &? ". kataku dengan "Demikian perintah kami terima". niph" 1^11^ Ü' SahUtkU dengan lebih keras ' " D adi tiada J teringatkah l ^ f,? ^ pula sembah J^ng dan membajarkan kewadjibanku kepada Tuhan? Karena oleh kamu ini saja telah keluputan waktu magrib! Sekarang akan kamu biarkan pulakah saja kehuangan" waktu 'ïsja? Saja hendak sembahjang!' ^ ^ ^ ^ ijs r 5SS, ÄSi lta keluar dengan hebat - sedang ** * Pasukan-pasukan muslimin itu biasanja keras-keras memegang agama dan tiada ada suatu daja upaja bagiku untuk menaklukkan mereka Ä de " gan dja1^ agama P ula - Meskipun hatiku didalam teramat ketjut, tetapi saja beranikan djuga memperlihatkan gertak Muslihatku itu tampak pula mudjarabnja kemudian, karena demi mendengar perkataanku itu, pendjaga jang tendekat sekali berdir ketempatku kelihatan bimbang. Ia menoleh kepada temannja dan berpandang-pandangan seketika lamanja, seakan-akan hendak taniamenanjakan pendapat masing-masing. Keduanja sama-sama bimbang mas Uk kedaiam, orangtua n i " " f H ^ V ^ jang telah melindungi njawaku sendja tadi. Kemudian hari baharu saja ketahui bahwa o-an«tua itu bukan lam daripada Pang Penggero, seorang panglima jang mendjadi tangankanan benar bagi Teuku Tjhiek Tunong. "Apa jang terdjadi?" tanjanja dengan bengis. Kedua pendjaga itu menjampaikan perkataan saja. Demi mendengar 'Jl

24 itu mukanja jang merah padam sewaktu masuk, sekonjong-konjong berobah lembut. Didekatinja saja dan pundakku lalu ditepuk-tepuknja dengan riang. "Engkau sungguh muslim jang taat kepada Tuhan, kau muslim sedjati " udjamja dan ia tiada berhenti-henti menepuk pundakku. "Kau muslim sedjati! Muslim sedjati mesti berani seperti engkau mesti berani menjangkal segala apa djuga jang akan menghalangi kewadjibannja kepada Tuhan, meskipun ia berada dalam keadaan sebagai engkau sekarang ini. Tahukah engkau, bahwa kau sekarang ini djadi tawanan kami?" "Ja" sahutku. "Nah permintaanmu itu akan dikabulkan. Tapi kalau engkau tjoba memperdayakan kami, njawamu tiada akan kami ampuni. Berdjandjikah engkau?" "Ja" sahutku. "Baiklah". Selang sedjurus ia keluar kembali. Dimuka gubukku terdengar suara hingar bingar. Rupanja sekalian mereka ingin mengetahui apa jang telah terdjadi dan kenapa saja meraung sehebat itu. Sesudah mereka ketahui duduk keadaan jang sebenarnja, lalu kedengaran olehku suara mereka tertawa terbahak-bahak, hiruk pikuk bunjinja. Rupanja mereka merasakan geli mendengarkan. Dalam pada itu ikatan kaki dan tanganku telah dilepaskan oleh Njak Osen dan kepadaku diberikan Njak Biden sebuah perian air untuk mengambil udhuk. Saja katakan dengan terus terang betul selama ini saja tidak pernah meninggal sembahjang setiap waktu tapi sechusjuk sebagai waktu itu belum pernah saja lakukan. Tjis! hendak berdusta pula saja. Lebih betul djika saja katakan bahwa saja berbuat-buat chusjuk, sedang Njak Osen dengan Njak Miden memperhatikanku sadja dari sudut gubuk. Suara hingar bingar diluar telah henti dan diam sebab sekaliannja telah kembali kepembaringannja. Sembahjang itu saja iringi pula dengan sunat-sunat rawatibnja, doa dan zikir. Lama saja tafakur dan lama dahulu maka.saja bangkit dari tikar sembahjang. Entah oleh karena pengaruh perbuatanku itu, pandangan kedua pendjaga itu mendjadi mesra kepada saja. Njak Osen bangun mendapatkan saja dan berkata : "Laparkah engkau?" Put juk ditjinta ulam tiba! tempik hatiku didalam. Memang itu benarlah jang saja inginkan. Tentu bodoh benar saja kalau saja tidakkan. Gebab itu tiada lama antaranja terletaklah makanan dihadapanku. Ah, bantal disorongkan kepada orang mengantuk, nasi dihidangkan kepada orang lapar, bertemu benar ruas dengan buku. Njanji gelanggelang perutku lalu lipur dan hilang oleh keriulian mulutku mengunjah 2«

25 makanan. Didalam hatiku saja mengutjapkan sjukur kepada Tuhan karena ditundjukinja saja suatu muslihat. Amat ia Maha Murah! 23

26 V. DARI RIMBA KERIMBA Setiap pasukan muslimin itu tiadalah mempunjai tempat tetap Senantiasa berpindah-pindah agar musuh djangan dapat membauni djedjaknja. Bersama mereka itu ikut perempuan-perempuan dan anakanak. Perempuan-perempuan mereka itu gagah-gagah berani pula dan kerapkali ikut serta perang. Hal itu saja pandangi sendiri sewaktu saja masih djadi tawanan mereka. Seorang diantaranja hendak saja sebutkan seumpama Tjuk Methia, isteri Teuku Tjhiek Tunong. Hal itu tiada mengherankan saja, karena terlebih dahulu saja sudah mendengar djuga kabar berita jang serupa itu, seperti berita-berita perihal Tjut Njak Dien, isteri marhum Teuku Umar Djohan Pahlawan jang sampai kepada masa saja tertawan itu masih meneruskan perlawanan suaminja disebelah Atjeh Barat. Selama saja djadi tawanan itu saja telah mengembara bersama mereka, melintasi rimba-rimba raja, mendaki gunung-gunung jang tinggi menjeberangi sungai-sungai jang besar jang disebutkan dalam bahasa Atjeh dengan Kruëng. Masuk kesebelah pedalaman sampai-sampai arah ke Leuhong dan Woini dan kemudian balik kembali mendekati tempattempat kompeni jang berada disepandjang djalan Atjeh Tram dan mereka lalu mengadakan penjerangan-penjerangan ketjil untuk meneganggu. 6 Telah hampir tiga minggu lamanja saja berada bersama mereka turut membawakan benda-benda peralatan maupun perbekalan. Akan melepaskan saja rupanja mereka sangat bimbang dan tjuriga, sebab tempat-tempat perdjalanan dan persembunjian mereka telah saja ketahui segenapnja. Akan membunuh saja, dengan tiada sebab karenanja, mereka takut pula akan ditimpa dosa. Sebab itu saja didjaga mereka sadja dengan teliti. Lambat laun saja berteman karib benar dengan Njak Osen sebab saja pandai membuat djenaka dan olok-olok. Bahkan anak-anak mereka bergirang hati benar kalau lagi berada didekat saja. Akan tetapi walaupun demikian tiadalah dapat hati saja merasa aman. Bukan sadja karena tempat jang sebentar-sebentar berpindah itu, tetapi jang terutama benar, hati saja selalu diharu tjemas dan gentar didekat mereka. Walaupun saja ada diperlakukan mereka dengan baik, karena saja patuh sadja kelihatannja, tapi hati saja sebenarnja amat ingin terlepas dari tangan mereka. Tetapi saja belum berani mentjoba melarikan diri karena belum ada kesempatan baik terbuka. Kalau saja tjoba akan sia-sialah djadinja dan njawa djua tantangannja. Keinginan itu saja pendam sadja dahulu didalam hati. 24

27 Pernah saja diadjak mereka supaja masuk sadja dalam pasukan muslimin tapi adjakan itu saja tolak. Ketjuali hal itu saja pikir ketika itu membuang-buang njawa sadja, pun djuga tentu tiada djadi lagi tertjapai keinginanku hendak djadi "kondektur". Pada hari jang keduapuluh satunja saja dalam tawanan, terdjadilah hal jang akan mengubah djalan nasibku. Waktu itu, pagi-pagi benar sewaktu segenap pendjuru rimba masih diselimuti kabut datang dua orang mengiringkan dua orang mengirimkan dua tawanan. Kedua tawanan itu bangsa Atjeh djuga. Jang seorang namanja Pang Mobin tetapi jang seorang lagi tiada teringat lagi namanja oleh saja. Keduanja mata-mata kompeni dan kebetulan tertangkap oleh pasukan muslimin. Keduanja dibawa mendjumpai Teuku Tjhiek Tunong. Ketika ia diantjam hendak dibunuh, maka entah karena takutnja, keduanjapun membukakan rahasia '"impeni, bahwa sekarang ada sepasukan kompeni jang lagi mentjahari dan mengikuti djedjak Teuicu Tjhiek Tunong. Pasukan itu dikejpalai oleh Luitenant Koek dan terdiri atas empatpuluh lima orang dengan persendjataan lengkap. Malam ini mereka akan menjeberangi kruëng jang ada dekat Sampojnit. Ketika itu saja duduk bersama-sama mereka itu didalam sebuah pondok besar. Berita itu disambut mereka dengan terperandjat karena djarak persembunjian kami ketika itu tiada berapa djauh dari Sampojnit. Sunji senjap beberapa djurus lamanja. Kesunjian itu kamudian dipetjahkan oleh suara Teuku Tjhiek Tunong : "Dengar!" katanja dengan suaranja jang menjatakan agung dan hebatnja, perkataannja itu dihadapkannja kepada kedua tangkapan itu. "Kami suka mendjandjikan kemerdekaan dirimu, asal kamu bersetia dan bersumpah, akan ikut bersama kami. Maukah kamu?" Disini perlu saja tjeritakan bahwa sipat orang Atjeh sangat gandjil. Kehormatan mereka kepada Uluëbëluangnja sangat dalam tertanam didalam hati setiap mereka. Seorang dua mungkin terbudjuk oleh kompeni tapi bilamana tengah djauh berada dari kepalanja. Manakala mereka telah berada kembali didepan Uluebeulangnja, sipat keperwlraan dan pengorbanan mereka timbul kembali. Relalah mereka mati asal untuk Radjadja. Demikian pula dengan kedua tawanan ini. Mereka segera bersumpah dan belot mendjadi orang muslimin kembali. Sekalian mereka bersukatjita menjambut kedua teman baru ini. Dalam pada itu mereka lalu bermupakat mentjahari ichtiar untuk memasang perangkap bagi pasukan patruli tersebut. Achirnja putuslah djuga suatu daja upaja, begini djalannja : Pang Mobin bersama temannja itu mesti balik kembali ke Sampojnit. Keduanja tak boleh mengentarakan perobahan pendiriannja. Nanti malam, untuk menjeberangi krueng Sampojnit, pasukan patroli itu tentu akan mempergunakan perahu. Pang Mobin dengan temannja mesti menawarkan dirinja untuk penundjuk djalan beserta menjeberangkannja. Dipinggir seberangnja segenap pasukan muslimin akan menanti dengan alat sendjata jang lengkap. 25

28 n»? * S tengah-tengah sungai besar itu kelak, jang berarus *Z t H u angat, dalam> dan dari pmggir seberan S telah terdengar n L t ^ ï Se L aku al3mat Pang Mobin ' dengan temannja harus membalikkan perahu itu hingga terbenam. Atau kalau tidak, mentjabut ^ l0b l ng airnja Dalam keadaan - J ang san^at ^ balau Uu n muslanhi nec? ÜÏI dal J Pinggir Seberang "t melepaskan hudjan disambut dfsamh M H dengan Jang kelewang S f nggup dlantara dan rentjong serdadu - itu berenang ketepi ai an Demikianlah! * Segenap mereka sangat bersukatjita menjambut buah pikiran jang dipandang tjerdik dan sempurna itu. Tapi sajsa termenung Dib^ikto bermatjam pikiran timbul dalam kepalaku. Kedua bekas tangkapan itu berdjandji dan bersumpah akan ktmbaftihw Maka l"*? lama antaranja ked^nj a Pun dile P paskan1ah kembali. Ketika mereka lenjap sudah dari pemandangan karena kelindungan oleh semak belukar, dalam hatiku timbul pertanjaan : "Dapatkah keduanja akan setia kepada djandjinja?" T ^apaikan Tatkala bimbang hatiku itu,saja katakan kepada Njak Osen ia mendjawab dengan tersenjum : "Keduanja orang Atjeh, sahabat i' Saja biarkan dia dengan kebanggaan hatinja itu, karena kepala saja sendiri sedang penuh pula oleh pikiran akan melepaskan diri! Tapi tjaranja? 26

29 VI. DIPINGGIR KRUENC SAMPOJNIT Sendja berangsur gurun. Bajang-bajang kaju-kaju semakin pandjang, bertambah lama garis-garisnja bertambah kabur, achirnja mendjadi satulah ia dengan gelap jang turun menjelimuti alam. Kami masih dalam perdjalanan ditengah rimba menudju krueng Sampojnit. Sekalian pasukan muslimin itu siap lengkap dengan sendjata. Pada mereka ada beberapa putjuk senapan bekas rampasan dari tangan kompeni. Selain itu mereka tjuma bersendjatakan rentjong, pedang dan kelewang. Pada wadjah mereka tiada terbajang sedikit djuga takut dan gentar. Dalam pada itu tiada saja mengerti apa gunanja saja dibawa mereka. Mulanja saja bersangka saja akan ditinggalkannja dan telah saja rantjangkan suatu djalan untuk meluputkan diri. Kiranja persangkaan saja itu keliru. Ketjewa benar hati saja ketika Njak Osen mengatakan bahwa saja mesti ikut. Rupanja mereka merasakan waswas untuk meninggalkan saja ditempat persembunjian. Selama dalam perdjalanan ditengah rimba ini, kepalaku tunduk Banjak jang membimbangkan dan menjebalkan hatiku. Sia-sia djadinja niat jang telah saja rekakan. Dengan sebal saja ikutkanlah mereka mengarungi rimba raja. Sunji sesunji-sunjinja dan sekaliannja berdjalan sebagai bajangbajang. Ditelinga saja masih mengiang-ngiang fatwa dan pedato Tenungku Ben Dawod untuk menggembirakan dan memberanikan hati pasukan muslimin itu sewaktu akan berangkat. Ia adalah ulama mereka dan sangat mereka perpegangi segala fatwanja. Ia seorang ulama berasal dari Pira' mentua Teuku Tjhiek Tunong jang sedjak dulu tiada mau tunduk kepada gubernemen Belanda dan hanja tetap mengakui kekuasaan Sultan Atjeh. Dalam barisan muslimin ini, ia laksana bara jang selalu menjalakan api semangat mereka, mengobarkannja dengan gembira; sehingga oleh kepandaiannja berpedato, menjusun dan melontarkan kalimat jang berapi-api, lupa sipendengarnja akan harga njawanja. Kepandaiannja itu telah saja dengar dan perhatikan sore tadi sewaktu akan berangkat! Dalam perdjalanan mengarungi onak dan duri ini dengan berdiamkan diri, segenap pidatonja itu masih mendenging-denging ditelinga saja, tapi hanja tinggal sajup-sajup bagai imbauan dari djauh, karena kepalaku sendiri sedang penuh oleh pikiran hendak melepaskan diri. Rantjanganku pertama telah gagal. Sekarang ini kepalaku rasakan berputar mentjahari djalan lain, hingga ia berasa panas. Sekali ranting berduri memukul mataku dengan tiada saja ketahui sehingga saja terdjerit. Ketika itu 27

30 sekaliannja terhenti dan menoleh kepadaku dan dengan serentak terdengar suara mendesis: "Sssstt!" Njak Osen dan orang-orang jang berdiri didekatku membelalakkan matanja kepadaku sehingga saja merasakan takut. Oleh sebab itu saja berdjalan makin hati-hati. Lewat sedikit pukul sembilan malam sampailah kami dipinggir krueng Sampojnit jang didjandjikan. Malam gelap. Tjahaja bintang hanja terkelip-kelip suram pada dataran tjakrawala jang hitam. Desau air mengalir bergema-gema mengiris kesunjian malam. Segenap mereka telah memilih tempat persembunjian masing-masing. Sungai itu besar, berarus deras, mempunjai tebing jang agak ketinggian. Ditebingnja tumbuh pohon-pohonan diselimuti semak-semak jang rapat. Pinggir seberang sana kerendahan dan ditumbuhi oleh pohonpohon bakau. Airnja jang luas itu menghitam kelam. Uang Nenggëro memerintahkan Njak Biden mendjaga saja. Mereka bersembunji dipingglr-pinggir sungai sedang saja bersama Njak Biden berada djauh dibelakang. Mataku saja lajangkan kemuka, melampaui kepala mereka jang tersembul pada semak-semak, akan melihat gerak diseberang. Hatiku berdebar-debar. Dadaku memukul dengan kentjang. Bukan saja sadja rasa hatiku demikian, bahkan pasukan muslimin ini lebih lagi gerangan. Walaupun mereka menanti dengan diam, tapi tampak djuga olehku, bahwa mereka gelisah menunggukan saat jang mendebarkan itu. Degup-degup hati Njak Biden jang berdiri disisiku bagai terdengar rasanja keluar. Sebentar-sebentar ia menarik napas. Matanja seperti mataku djuga, melajang kemuka, tiada berapa ia memperhatikanku. Ia tiada berkata sepatahpun djuga dan sajapun berdiamkan diri sadja. Telah lama kami menanti tetapi tiada sebuah djua gerak diseberang kelihatan. Waswasku timbullah kalau-kalau kedua mata-mata jang belot itu telah balik gagang. Maka djangan-djangan tempat kami menanti sekarang ini jang telah kena kepung! Perasaan serupa itu ada pula pada Njak Biden, dibisikkannja ketelingaku. Akan djawabnja saja hanja menggelengkan kepala dan mataku menoleh dengan tadjam berkeliling. Lakuku itu diturutkan oleh Njak Biden. Sekeliling kami sunji sahadja sehingga hatinja kembali aman dan tenang. "Boleh djadi mereka hendak melarutkan malam dahulu", bisiknja pula. "Maka kita terpaksa menanti berdjam-djam lagi". Benar tidaknja persangkaannja itu wallahu a'lam. Perkataannja itu tiada saja sahuti karena kepala saja tiba-tiba diserang oleh satu niat. Saja perhatikan ia dengan sudut mata dan djalan darahku gemuruh rasanja. Kami hanja berdua sadja disini. Teman-temannja djauh dimuka. Bukankah mudah benar bagiku, selagi ia tiada memperhatikanku, mentjekik batang lehernja dari belakang, merebahkannja seraja menghimpit tubuhnja dengan kuat supaja djangan bersuara sedikit djuapun? Ni itulah sekarang jang terbit dalam hatiku, menggelora dengan tjepat. 28

31 sehingga dadaku berdempung-dempung. Ia saja perhatikan dengan tadjam dengan sanding mata! Tubuhnja kukuh dan tegap, ia lengkap dengan sendjata. Maka timbul pula bimbang hatiku, kalau-kalau sebelum ia sempat kurebahkan ia dapat melepaskan dirinja, atau sebelum lehernja dapat kutjekik erat _ ia dapat bersuara, maka nistjaja saja akan tidak melihat matahari esok hari lagi. Karena itu saja ukur-ukur dan saja amang-amanglah idia lev'h dahulu dalam kira-kiraku. Saja gambarkanlah tjara-tjara akan mengalahkan dan merebahkannja. Tapi tiba-tiba, entah karena ia maklum dan merasa akan niat jang terkandung dalam kalbuku itu, ia menoleh dan mendeham ketjil Saja disuruhnja duduk dan ia berdiri dibelakangku. "Penat kau barangkali berdiri sadja", katanja bagai berbisik. "Silakan kau duduk". Mendengar bunji suaranja ternjata ia tidak maklum akan niatku. Tapi saja terpaksa duduk supaja ia djangan tjuriga. Dalam pada itu hatiku marah bukan kepalang karena kembali niatku gagal. Hasratku tetap sudah bahwa pada malam semalam ini saja mestilah meluputkan diri. Tapi bagaimana djalannja? Maka sajapun mentjoba pula memikirkan muslihat lain. Sebentar lagi, djikalau bersua sebagaimana jang mereka rentjanakan akan terdjadilah hiru-biru, akan terdjadi kalang-kabut jang ngeri. Asap bedil akan bergumpal-gumpal, bunji tembakan akan bertjampur dengan raung dan pekikan. Maka bagaimana saja mesti mempergunakan piluang jang baik itu? Hal itulah jang saja pikirkan selagi duduk termenung diam. Sekonjong-konjong segala semak belukar bergojang demi dari djauh kedengaran desir dajung membelah air. Saja tegak kembali. Segenap mata tertudju kemuka dengan tadjam. Amboi, perahu besar dua buah tampak bergerak madju dari seberang sana dan keduanja penuh bermuatan serdadu! Tali hatiku menggeletar. Tapak tangan dan kakiku basah oleh keringat dingin. Dadaku bergontjang mengingat apa jang akan terdjadi sekedjap lagi! Sahabat! Tiada kuat hatiku akan mentjeriterakan kengerian peristiwa masa itu. Sampai kepada masa'ini peristiwa Sampojnit itu amat tertjatat didalam sedjarah. Masih tampak-tampak olehku, dalam tjahaja bintang jang terkidjap-kidjap dipermukaan air, sungai besar itu merah oleh darah; dan dipinggir sungai, darah berleleran diatas rumput. Djangan dikata pula lagi raung djerit dan pekik jang menjeramkan. Kesingkatan peristiwa itu sadja jang sanggup saja tjeritakan. Benarlah berlaku kadjadian jang rereka rentjanakan sedjak bermula. Kedua perahu itu mendekati tengah. Dua tembakan kedengaran dan kedua perahu itu sekonjong-konjong terbalik. Suara pekik lalu bertjampur dengan djerit gemas dan amarah jang kalang kabut. "Tukang dajung!" "Setan, tangkap ia!" 29

32 "Keduanja lolos " "Buru dan selami lekas!" "Wahai, senapanku!" Kearah tumpak itu sekonjong-konjong menghudjan peluru dari pinggir. Djerit gemas bergantikan djerit sakarat. Mana jang sanggup menjeberang kepinggir disambut pula oleh pedang dan kelewang. Konon kabarnja setelah saja beroleh kabar pasti beberapa hari kemudiannja diantara empatpuluh lima orang serdadu itu ada duapuluh sembilan orang jang mendjadi korban. Seorang diantaranja Luitenant Koek sendiri. Dalam pada itu ada empatpuluh dua senapan jang hilang lenjap Kedjadian itu ialah dalam bulan Nopember 1903! Bagaimana keadaanku sendiri? Sebelum peristiwa itu kedjadian itu sewaktu saja masih duduk termenung, sebenarnja saja telah beroleh suatu akal. Masih djelas terbajang-bajang diruang mataku sekarang, ketika saja tertegak demi mendengar desir dajung djauh diseberang, mata Njak Biden berkilat-kilat dan bertjahaja-tjahaja. Persendiannja menggigil menahan kegembiraan. Tapi dengan tjepat ia berpaling kepadaku dan memperhatikan segala gerakku. Pada sikapnja dapat kuterka, bahwa dia sedia akan menjambut mulutku, djikalau saja mentjoba hendak berteriak memberitahu. Bahkan sedialah dia akan memadami njawaku dengan tiada menaruh belas kasihan! Njawaku! padahal njawa itu benarlah jang sangat perlu bagiku karena saja ingin djadi "kondektur". Masakan saja akan berlaku sependir itu. Tidak! Tjuma dengan tangan gemetar saja lalu meraba tangannja dan saja pinta untuk buang air besar. Ia memandang kepadaku terbeliak, seakanakan tak hendak pertjaja kepada pendengarannja. Lama saja ditatapnja. Entah terasa olehnja tanganku jang dingin itu tiba-tiba iai menaruh kasihan. "Getjarkah engkau?" tanjanja. Tiada saja malu ketika itu mengaku dengan terus terang "Marilah!" katanja. Saja lalu mengirimkannja kepinggir sungai arah kehilir, merajap dengan hati-hati. Setiba disana, tanganku jang sebelah diikatnjalah dengan seutas tali, sedang udjungnja jang sebelah dipegangnja, dan saja dibiarkannja turun kepinggir sungai dan berlindung dibalik sekelompok semak. Demikian tetap dilakukan setiap saja akan buang air besar dalam setiap perdjalanan. Tali itu sebentar-sebentar ditegangi dan saja harus meneganginja pula akan tanda bahwa saja ada. Tapi sekali itu! Saja mengutjapkan sjukur kepada Tuhan "karena sekali itu saja ditundjukinja suatu daja baru. Sebelum -urun kepinggir sungai Njak Biden menasihatiku supaja djangan berteriak dan djangan memberi alamat kepada kedua perahu tersebut. 30

33 '\Kalau engkau lakukan", katanja mengantjam, "Engkau jang akan lebih dahulu mendjadi korban pada malam ini. Akan saja tembak engkau dengan tiada menaruh kasihan". Memang tiada ada terniat olehku akan berlaku demikian. Saja turun dan berlindung kebalik sekelompok semak. Tapi sebenarnja sekali-kali bukan saja hendak buang air besar, hanja dengan amat hati-hati ikatan tali pada tanganku itu saja buka sementara itu bila diteganginja saja tegangi pula lalu saja ikatkan pada sebuah ranting kaju. Dihadapanku terbentanglah alam luas, atau lebih betul, permukaan air jang lebar! Dengan sekali mentjeburkan diri dan menjelam dengan sepandjang-pandjang napasku mudjur saja ada mempunjai kepandaian menjelam karena negeriku di Minangkabau ditepi danau maka akan tibalah saja diseberang, dan saja akan menginjam kebebasan diriku kembali Saja menarik napas dengan lega, menghirup udara dengan selapanglapang dada. Sebelum saja melakukan niat itu, saja pandangi tali pada rantingkaju itu lebih dahulu, seraja tersenjum. Kebetulan ketika itu Njak Biden menegangi tali dan sebaliknja rantingkaju itu lalu menegangnya pula. Saja lalu tersenjum geli. Entah berapa lamanja Njak Biden dengan rantingkaju itu bertegang-tegangan tali sepeninggalku, tiadalah saja ketahui. Dengan perlahan-lahan saja menjelusurkan kepalaku kedalam air, bahuku, pinggangku, kakiku, achirnja hilang lenjaplah sama sekali. Sedjuk dan.dingin sekudjur tubuhku dan saja merangkuh air dengan sekuat-kuat tenagaku. Entah berapa lamanja kemudian baru saja menjembulkan kepala sedikit sadja tiadalah djelas oleh saja. Tjuma diudik tampak olehku kedua perahu itu terbalik, diiringi suara jang hiruk pikuk, kemudian bunji hudjan peluru jang berderam-deram. Dengan tjepat saja membenamkan kepala kembali dan menjelam arah keseberang. Ketika saja sampai dipinggirnja, duduk terengah dirumpun urat pohonbakau, maka dari sanalah saja memandangi segenap peristiwa jang dahsjat itu. Ngeri hatiku tiadalah dapat dikatakan. Belasan orang jang basah kujup mempertahankan dirinja dari serangan pedang dan kelewang jang berkilatan didalam kerdipan tjahaja bintang! Malam itu saja tiada berani masuk keperkampungan Sampojnit. Saja takut akan tertangkap kembali. Maka saja menjelusur sasdja kearah lain dan amat saja djauhi benar kampung-kampung orang Atjeh. Maksud saja, sebelum matahari menjingsing esok pagi, telah djauh saja hendaknja dari Sampojnit. Semalam-malaman itu dengan tiada mengingat letih saja berdjalan sadja. Saja tjemas kalau-kalau perdjalananku ada jang memburu. Dalam lingkungan daerah jang tiada saja kenal benar letak-letaknja ini, nistjaja akan segera saja dapat mereka pegat. Maka tiada ada suatu djalan jang sebaik-baiknja begitu untuk menghindarkan itu, ketjuali meneruskan perdjalanan dengan tiada berhenti-henti semalam-malaman. Perdjalanan itu bukan menuruti djalan, hanja melintasi belukarbelukar dan rimba. Dingin subuh telah mulai masuk kedalam tulang sumsum. 31

34 Ketika tubuhku telah gemeletuk oleh kesangatan sedjuk, sekudjur persendianku menggigil oleh keletihan, saja lalu merebahkan diri diurat Kaju. baja tertidur disana dengan njenjak berselimutkan embun. Saja baru terbangun ketika tjahaja matahari dari tjelah-tjelah daun memanasiku mataku. Matahari telah tinggi dan tengah melepaskan tjahajanja jang sangat terik. «a n b^dt? iten? al }- ten S ah rim^ besar dan pada tumpak manakah S g f tladalal \ sa J a ketal i. Ternjata perdjalananku semalam telah djauh tersesat. Setelah melepaskan laparku dengan umbi-umbi kaju lalu saja angsur pula perdjalanan untuk mentjahari haluan. Beberapa kali saja memandjat pohon kaju jang tinggi-tinggi akan menindjau arah jang harus kutudju tapi sekian kali pula saja harus meluntjur turun dengan ketjewa. Jang tampak olehku hanja putjuk kaju-kajuan belaka. Q J api Saja bukan seoran S jang lekas putus asa. Saja berdjalan djuga meskipun sampa! sendja belum djuga mendekati kampung orang. Malam itu saja. terpaksa pula bermalam kembali ditengah rimba. Djikalau malam kemarin saja tiada menaruh gentar sedikit djuga karena didorong San takut tertan Skap pula, malam ini mulai saja merasa T,,h^ï,! n c a. ^ Ä m diatas r se P hon ka J' u - Pada djipang dahannja. k J n dengan SeUtaS akar supaja w» h, d J' an g an < d J atun - Pada kesuatu S m a m Saja terban^ dan mataku terikat memandang Djauh disebelah barat tampak langit njala kemerah-merahan dan terang benderang tjahajanja. Saja gesek mataku dan saja perhatikan dengan takdjub. Ternjata disana ada kebakaran dan pasti ada sebuah 3 Ja? g tel t h musnah leh api - Kam P g! perkataan itu membangkitkan kegembiraan dalam hatiku. Arah itu saja perhatikan sangat karena sekonjong-konjong saja beroleh pedoman untuk perdjalanan esok hari. Berdjam-djam lamanja langit masih merah bernjala-njala. Kemudian hari baru saja ketahui bahwa kampung itu Blang-Me namanja sengadja dimusnahkan oleh pasukan muslimin oleh karena penduduknja memberikan bantuan kepada patroli Belanda. Kenapa mereka sampai kesana tiada saja ketahui. Boleh djadikah mereka mengedjar dan memburu saja? 32

35 VIII. BALIK DENGAN SELAMAT Ketika saja terdiri sekonjong-konjong didepan sepku ia terkedjut bukan kepalang. Selang seketika air mukanja lalu berseri-seri dan matanja bertjahaja-tjahaja. Ia bangkit dari kerosinja, didjabatnja tanganku, digontjang-gontjangnja dengan kuat,' kemudian ia menepuknepuk pundakku. "Kami sangka engkau akan tidak kembali lagi kedunia ini, Karem!" katanja dengan girang. "Kedatanganmu sekarang ini bagai djatuh dari langit lajaknja, balik hidup sekonjong-konjong. Hampir kusangka bahwa arwahmu tadi jang mendjelma. Ah, mudjur kau balik dengan tiada bertjatjat sedikit djua, meskipun mukamu putjat bagai majat. Selamat datang, Karem!" Tiada terkatakan kegembiraan hatiku sendiri karena sempat berdjumpa kembali dengan sepku jang baik hati itu. Ia peramah dan baik budi. Kepadaku tjuma sekali ia pernah marah sehebat-hebatnja, jaitu ketika lokomotip menggelindjang kena singgung pernja, tatkala saja mula masuk kerdja dahulu itu. Sesudah itu tiada ada lagi. Malah ia mendjadi teramat sajang kepadaku, dan kesajangannja itu kentara benar, sewaktu berdjumpa kembali sekarang ini. Perasaan disajangi oleh sep itu mendjadi satu kebahagiaan benar bagi seorang buruh masa itu. Sepatah kata jang manis atau sebuah tepukan, pundak sudah tjukup untuk memerah-padamkan muka karena kegirangan. Apalagi djika sep memperlihatkan kesajangannja berterangterang sebagai saja terima sekarang ini. Maka tiada heran djika sajapun merasakan amat berbahagia. Dipintanja saja mengisahkan segenap pengalamanku dalam masa hampir sebulan itu, ketika saja telah disilakannja duduk didepannja. Kenapa saja dionjokkannja tempat rokoknja dan dengan tiada malu-malu saja mendjemba sebuah sigaret. Saja lalu bertjerita dan didengarkannja dengan asjik. "Berani! berani sungguh kau ini pekat dan djantan benar hatimu!" katanja sebentar-sebentar memudji. Dan ketika tjerita saja sampai tentang kedjadian dipinggir krueng Sampojnit itu, ia memperbaiki duduknja, dan mendengarkan dengan lebih asjik. "Sabas kau, Karem!" katanja ketika tjerita saja sudah habis dan ia menghela napas pandjang. Entah oleh kepandaian saja bertjerita entah oleh karena jang saja tjeritakan itu memang mendebar-debarkan hati rokok ditangannja telah mendjadi abu dengan tiada diisapnja! Setelah menarik napas sekali lagi ia berkata pula - "Djadi kau melihat sendiri dengan matamu akan kedjadian ditepi sungai Sampojnit itu? 33

36 Wahai, banjak benar pengalamanmu, banjak oenar perasaianmu tapi mudjur kau kembali dengan tiada kurang suatu apa. Giran? haf ku mendengar keberanian dan ketjerdikanmu, Karem!" Ia membakar rokoknja sebuah lagi pengganti jang telah habis dengan tiada diketahuinja itu, kemudian mendjemba gagang telepon. Dengan siapa ia bertjakap-tjakap dan apa gerangan jang dipertjakapkannja, tiada saja ketahui, sebab pertjakapan itu didalam bahasa jang biasa kami sebut kreseh-peseh. Ada beberapa menit kemudian ia berpaling kemba'i kepadaku dan berkata, katanja : "Karem,!" nama itu belum djuga terobah olehnja menjebutnia meskipun telah berbulan-bulan saja bekerdja pada Atjeh Tram sedania senantiasa mendengar teman-temanku memanggilku karim sahadja ' Engkau tentu perlu menjegarkan tuduhmu dahulu, karena putjat benar engkau saja lihat, apalagi sebagai katamu tadi dalam beberapa hari ini kau hanja memakan umbi-umbi kaju. Sebab itu engkau saja izinkan perlop selama limabelas hari". "Tapi bagaimana dengan gadjiku selama sebulan jang lampau ini?" tanjaku dengan tjemas. Sepku itu tertawa. "Tentu sadja tiada dibajar karena engkau tiada bekerdja", sahutnia dengan tersenjum. Oleh karena pada persangkaanku ketika itu ia berkata dengan sesungguhnja, maka saja menatapnja. Ia mengerti rupanja akan arti pandangku itu, sebab itu ia berkata pula : K, i " Z!^\ djangan «emas > Karem! Saja tjuma main-main. Gadjimu bulan Oktober dan Nopember akan kau terima. Dan masa jang sebulan kau dalam tawanan pasukan muslimin itu boleh kau anggap sadja kau dalam perlop'. Sekarang perlopmu itu ditambah limabelas hari lagi Djadi kau boleh masuk kerdja, pada habis bulan sadja". Tiada terperikan girang hatiku. Berkali-kali saja mengutjapkan terimakasih. Tapi sekonjong-konjong keinginan hendak djadi "kondektur" lalu bergerak-gerak dalam kalbuku hendak meluntjur dari mulutku bagai baji dalam kandungan. Selama ini keinginan itu tinggal keinginan dan belum pernah saja sampaikan kepadanja. Pada pikirku sekaranglah kesempatan jang sebaik-baiknja, pada saat hatinja tengah terbuka benar. Maka dengan gugup dan tertegun-tegun saja berkata : "Tapi tuan " "Apa?" "Pekerdjaan tukang rem berbahaja benar, tuan " "Djadi bagaimana? Kenapa tidak bitjara terus terang sadja Aiuh katakanlah apa jang terasa dalam hatimu, Karem!" Demi mengengarkan perkataannja jang achir itu keberaniankupun timbul. Saja sampaikan keinginanku hendak djadi kondektur itu Tibatiba ia gelak terbahak hingga merah padam mukaku kemalu-maluan Ia merasakan geli seorang tukang rem hendak djadi kondektur. Gelaknja kemudian terhenti tetapi ia masih tersenjum-senjum dengan 34

37 "Pandaikah kau menulis dan membatja?" tanjanja. Hatiku sudah panas mendengarkan gelaknja itu. "Masa ketjil dengan nasi dibungkuskan oieh seorangtuaku saja setiap pagi pergi kesekolah jang tiga kilometer djauhnja dari kampungku", sahut saja dengan berani bertjampur mengkal. "Dan untunglah kepandaian itu sampai sekarang masih ada diudjung djariku, tuan 1" "Diudjung djari?" tanjanja, dan ia gelak pula terkakah. "Saja maksud, kepandaian itu masih ada pada saja" sahutku dengan pandak. 'O, begitu?" katanja, ia menampak kemengkalanku. Saja lalu ditatapnja dengan pandangan djenaka. Hati saja berdebardebar menanti apa jang akan dikatakannja. Kemudian dengan ramahtamah ia menghiburkn kegelisahanku, dan tentang permintaanku itu, diberinja saja harapan. "Tapi tentu sadja bukan sekarang" udjarnja. "Tiap-tiap sesuatu mesti berdjendjang naik, begitupun dalam djabatan. Tukang rem melompat djadi kondektur agak aneh. Tapi bersabarlah. Akan datang djuga masanja kau dapat mentjapai segenap jang kau tjitakn itu, asalkan sungguh dan tjakap. Kedua hal itu saja lihat ada padamu. Akan saja usahakan supaja engkau dengan sesegeranja berpindah kelain djabatan. Tunggu dan bersabarlah!" Demikian achirnja harapan tentang keinginanku itu. Walaupun baharu berupa "harapan" belaka tetapi saja telah amat bergirang hati. Telah tampak-tampak olehku topi pasmen berlilitkan benang emas itu terlekat dikepalaku. Pada achirnja saja bertanjakan nasib teman-temanku jang saja tinggalkan dalam kereta sewaktu baharu sadja kena serang. Demi mendengarkan pertanjaanku itu mukanja sekonjong-konjong berobah murung. Pada airmuka sepku itu dapat saja batja nasib jang menimpa mereka. "Beberapa orang diantaranja mendjadi korban" udjar sepku dengan suara perlahan. "Sewaktu serangan itu terdjadi, kebetulan tiada djauh dari situ, ada berhenti pasukan patroli jang hendak menudju ke Geudong. Pasukan itulah jang datang menolong. Sekalian penjerang itu sempat lari meluputkan diri. Pada pihak serdadu dan pegawai Atjeh Tram ada beberapa orang mendjadi korban penjerangan tersebut. Nasib mereka sedih benar, meninggal ditempat itu djuga, diantaranja stoker dan masinis " Perkataannja jang achir itu keluar dengan rawan. Sebagai saja katakaan tadi ia seorang sep jang baik hati serta amat ramah dan sajang kepada segenap pegawainja. Djarang sekali didjumpai sep serupa itu dalam kalangan orangputih jang biasanja bersipat angkuh. Sepku ini mendjadi buah tutur dan buah pudjian betul dalam kalangan pegawai Atjeh Tram. Nasib kedua pegawainja jang malang itu memakan tempat jang sedih benar dalam kalbunja. Kepalaku tunduk sehabis mendengar berita sedih itu, pada pipiku berlmang-linang airmata. Saja terkenang akan masinis bangsa Menado itu, jang meskipun dahulu pernah menempelengku dengan tiada kepalang- 35

38 tanggung, tetapi kemudian ia mendjadi sahabat saja jang sangat akrab. Sekarang ia telah tak ada, telah meninggal dan telah mendjadi korban, dan tak akan berdjumpa lagi selama-lamanja. Demikian nasib dan maut senantiasa mempermainkan manusia dengan tiada terduga. Siapa jang akan menjangka, sore itu kami masih duduk dibopet setasiun Lho Sukon bersenda gurau sambil menghadapi tjangkir kopi, kiranja tiada tjukup dua djam kemudian ia direnggutkan oleh maut. Ia dibawanja pergi, dipisahkannja dari segenap sahabat, handai tolan, kerabat dan anak isterinja. Anak dan isteri! wahai tentu hantjur luluh hati segenap mereka menjambut kabar kemalangan itu! nistjaja meraung bunji ratap dan tangis beberapa lamanja! Demi teringat akan anak isterinja, terasalah olehku kewadjiban jang pertama-tama benar harus saja lakukan, datang menghiburkan mereka. Dan dengan perlahan-lahan terbajanglah pula parasa Dina diruang mataku. Betapa keadaannja? Tentu sadja perihal gadis itu tiada berani saja menanjakannja kepada sepku! Senang hati kalau kita merasa ada mempunjai teman sahabat jang merasa duka atas dukatjita kita dan merasa girang oleh pertemuan muka. Saja dikerumuni oleh sahabat-sahabatku setiba diluar. Masingmasing wadjan, baikpun saja maupun mereka, sama-sama membajangkan perasaan sukatjita. Tiada terperikan hiruk pikuk mereka bertanjakan halku. Tiada terperikan gontjang tangan jang kuderita, sehingga ngilu dan pegal hylu lenganku. Tapi kesakitan itu hilang oleh kegembiraan hati berdjumpa kembali. Hari masih pagi. Tjahaja matahari lembut dan permai berseri-seri. Karena semalam hudjan turun dengan lebatnja maka pagi ini udara bersih. Debur ombak mengempas dipantai djelas sadja kedengaran, karena Lho Seumawe ialah sebuah bandar pelabuhan, sedangkan letak setasiun Atjeh Tram tiada berapa djauh dari pantai. Saja berangkat meninggalkan setasiun dengan dada jang lapang dan perasaan jang lega. Limabelas hari saja diberi perlop! Masa dua minggu itu dapat saja pergunakan untuk beristirahat dan bersenangkan diri. Dan jang pertama sekali teringat olehku, mengisi perut sekenjang-kenjangnja. Saja makan,dikedai nasi kepunjaan orang Padang. Sekalian anak Minang pada masa itu di Atjeh biasa dipanggilkan dengan orang Padang. Disana saja berdjumpa dengan teman-temanku sekediaman dahulu. Mereka tertjengang belaka menjambut kedatanganku, jang mereka sangka telah tak ada didunia ini lagi, ketika mendengar kabar kehilanganku. Diantara mereka itu, jang sama-sama menggalas berkeliling dengan saja dahulu, telah ada jang mempunjai kedai kain sendiri dan telah ada jang tjoga-tjoga. "Bukankah benar kata kami dahulu", kata seorang diantaranja, "Bahwa kau sengadja. pergi teken-mati dengan masuk mendjadi pegawai Atjeh Tram itu. Masih nasib baik kau kali ini kau dapat kembali dengan selamat, Karim". Saja tersenjum selaku sahutan sebab mereka tiada mengetahui apakah arti pengalaman didalam hidup. Bagiku lebih berharga dari segalanja. 36

39 pari kedai nasi itu saja pergi kerumah isteri marhum masinis sahabatku. Ia masih diizinkan tinggal dirumah lama itu dan belum pindah lagi. Pada matanja jang masih balut bekas menangis tergambar betapa hebat badai kesedihan mengamuk dalam hatinja. Kedatanganku disambutnja dengan airmata. Dua orang anaknja jang telah besar saja belaibelai, dan jang masih ketjil sekali saja pangkudengan terharu, karena ketiganja sekarang telah mendjadi anakjatim sekonjong-konjong. Jang ketjil itu belum tahu apakah arti kehilangan bapa. Ia tertawa-tawa dengan girang dalam pangkuanku, mempermain-mainkan kantiing badjuku. Isteri sahabatku itu bangsa Djawa dan telah lebih sepuluh tahun hidup aan bergaul sebagai suami isteri dengan rukun dan damai. Sekarang suami 'w? ditjintainja itu berangkat meninggalkannya. Pohon tjinta itu bila telah berurat berakar, alangkah hebat ia membongkar dan menghantjur-remukkan kalbu. Lama saja disana menghibur hati mereka. Ketika saja berangkat pula dari situ ada saja beroleh kabar sedikit perihal Dina. Rupanja isteri sahabatku itu ada kenal kepada Dina. Gadis itu sekarang berada dalam rumahsakit. Lengannja jang sebelah kiri dilanggar peluru, tapi seskarang telah mulai sembuh. Akan pergikah saja mendjumpainja? Pikiran itu mengatjau kepalaku. Mukaku tunduk selagi berdjalan. Apa akan katanja dan apa jang hendak saja katakan kalau saja pergi mendjumpainja? Tentu ia akan tertjengang-tjengang sadja melihatku, dan sebanjak-banjaknja tentu ia hanja akan mengutjapkan terimakasih. Baik atas pertolongan jang saja berikan maupun atas kedatanganku menjambangnja. Jang lebih dari itu djanganlah saja harapkan! Kenalkah ia kepadaku? tidak! Pernahkah ia berdjumpa dan beramah-ramahan lebih dahulu dengan aku? tidak! Djadi apa benarkah jang akan memautkan hatinja kepadaku? tak sebuah djua! Memautkan hati kepadaku! hm magek-segitu jang tak tahu diuntung saja ini, berani berangan-angan sampai kesitu-! Walaupun wadiah parahnja tak hilang-hilang dari ingatanku selama sebulan ini malam mendjadi mimpi, siang mendjadi angan-angan tetapi adakah ia mengetahui keadaanku itu? tidak! Apa perlunja baginja akan menghiraukanku, hanja seorang tukang rem! Bodoh! Pandir benar saja berangan-angan serupa sipungguk. Saja kikis segala ingatan itu dan saja menegakkan kepala sebagai seseorang jang beroleh kemenangan. Tapi saja terkedjut. Kiranja saja sudah berada dimuka rumahsakit! Saja terdiri heran. Empukaki jang tiada bermata itu telah membawaku kemari. Kemudian saja menoleh kekiri dan kekanan dan dengan tjepat lalu langsung masuk kedalam. Seorang pendjaga membawaku ketempat Dina berbaring-baring. Keputusan dan keinginan hendak melihat gadis itu terbit dengan sekonjong-konjong sahadja dalam hatiku. Ia tersenjum menjambut kedatanganku. Tampak olehku sekilas 37

40 parasnja berseri. Hal itu melegakan alamku, menenangkan debar-debar dadaku jang gemuruh. "Masih hidup kiranja kau!" katanja dengan suara jang lemah lembut, terdengar ditelingaku sedap dan merdu. Ia bangkit menjambut kedatanganku. "Ada saja mendengar kabar perihalmu, konon kabarnja djatuh berguling-guling kedalam parit selagi berkelahi, tapi kemudian hilang lenjap sadja tiada ketahuan. Girang hatiku berdjumpa kembali denganmu, karena dapatlah saja mengutjapkan terimakasihku " Bitjaranja itu keluar sebagai airhilir. Ternjata ia bukan pendiam sebagai kusangka mulanja. Bolehdjadi ia dahulu sedang tjemas, bertjampur ngeri dan ketakutan, ditambah pula oleh lesu dan letih merawat korban-korban pertempuran di Lho Sukon. Lihatlah, alangkah segar dan berseri-seri wadjahnja sekarang! Tapi mendengar perkataannja jang achir itu, hanja sekedar hendak mengutjapkan terimakasih, lesu segenap sudut hatiku. Benar djuga persangkaanku bahwa tiada sebuah djuga jang akan memautkan hatinja kepadaku, hanja seorang tukangrem! Paling tinggi ia tjuma akan mengutjapkan terimakasih, tein tiada! Kelu lidahku. Tiada saja peroleh apakah lagi jang hendak saja bitjarakan. Hanja saja tatap sadja dia, hingga ia keheranan. Lama dahulu baharu lidahku dapat kugerakkan. "Saja dengar kabar engkau dilanggar peluru " "Ja" sahutnja. "Tentu parah " kataku pula dengan kekok, hingga ia tergelak kegelian, sebab bukan demikian harusnja orang berkata-kata dengan seseorang sakit jang disambang. "Tidak parah benar" sahutnja memperbaiki. "Lekas saja ketolongan dan peluru hanja mengojakkan daging lenganku. Sebagai kau lihat, sekarang saja telah mulai sembuh". Kami diam pula. Tiada ada pula lagi jang hasur saja tanjakan. Saja telah berniat hendak berangkat ketika tiba-tiba ia meminta saja supaja mengisahkan halku pula. Sekarang terbuka kembali djalan bagiku akan berdampingan agak sebentar lagi dengan dia. Saja lalu mengisahkan halku, didengarkannja dengan asjik dan gembira, tapi tampak olehku hanja gembira biasa saja. Sebab itulah, sewaktu saja berangkat sudah dari sisinja. dalam hatiku tak ada terniatniat lagi akan berdjumpa dengan dia. Kenangkenangan kepadanja lalu saja pupus habis-habis sebab saja hanja akan sematjam sipungguk merindukan bulan. Pahit benar rasanja memupus kenang-kenangan jang selama ini kita sangka bahagia! 38

41 I VIII. DINA DAN SAJA Embusan angin petang lembut bertiup menggojang anak rambutku. Saja duduk bersandar diatas sebuah kerosi roda dimuka pekarangan hospital Samalanga. Tubuhku masih lemah walaupun saja telah berangsur sembuh. Tahun jang lampau ini, tahun 1904, banjak benar membawa perobafoan.baik bagikeadaan peperangan di Atjeh maupun bagi diriku sendiri. Jang terlebih-lebih benar bagi dirikulah. Sultan Atjeh Alaiddin Muhammad Daud Sjah beserta Teuku Panglima Polem terpaksa menjerah kepada Belanda. Keduanja datang menjerahkan diri ke Lho Seumawe dan disambut dengan baik oleh Kapten Colijn. Ia didjemput dengan satu upatjara kebesaran untuk dibawa kembali ke Kutaradja. Sebab itu sebagian besar peperangan mendjadi terhenti. Tetapi penjerangan disana sini dari pasukan-pasukan jang belum mau menundukkan diri masih belum dapat dipadami segenapnja.* Pada suatu hari selagi dalam perdjalanan arah kebarat menudju kota Sigli kereta mendapat serangan pula. Kedjadian itu baru dua bulan jang lampau. Saja beroleh luka jang sangat parah tentang bahu karena batjokan jang hebat. Masih nasib baik njawaku tiada melajang. Saja hanja sekedar rubuh dan pingsan hingga mereka menjangka bahwa saja mati sudah. Saja tergeletak diantara korban-korban lainja. Darah amat banjak keluar dari lukaku. Untung pertolongan segera datang dari kota Samalanga. Jang mula-mula mendapati saja disitu menjangka bahwa saja siuman sekedjap pada waktu itu dan kemudian djatuh pingsan kembali. Maka bersama orang-orang luka lainnja sajapun diangkut kemari. Djadi telah hampir dua bulan lamanja saja berada pada hospital Samalanga ini. Sebulan jang lampau, bulan Oktober, saja dengar kabar bahwa Teuku Tjhiek Tunong sudah pula menjerahkan diri. Ia dengan balik kembali ke Keureuto dan bersama-sama memerintah dengan saudaranja Teuku Tjhiek Bintara. Dalam pada itu, disini, terdjadi pula suatu pertemuan jang akan merobah darah perisauku selama-lamanja. Tiada saja ketahui bahwa Dina telah lama dipindahkan ke Samalanga dan dialah jang merawat saja. Beberapa hari lamanja saja ditimpa demam panas, konon tiada berhenti-henti mengigau dan meratjau. Dia jang mendjaga dan merawatku dengan hemat. Ketika panas demamku telah susut dan saja telah sadar akan diri, saja pandangi ia dengan heran. 39

42 Ia ketika itu dalam pandanganku seolah-olah malaikat jang sengadja turun kedunia akan merebufkembali njawaku dari tangan maut. Bermula tiada saja pertjaja bahwa ia jang berdiri disisi pembaringanku. Ia tersenjum memandang keherananku dan senjumnja itu sampai sekarang tak hendak luput-luput dari ingatanku. Sepantun serodja mengembang pagihari ia membawakesemerbakan kedalam kalbuku. Pada suatu pagi ia datang pula melajani saja. Ketika itu saja telah berangsur sembuh. Ia meletakkan bubur untuk saja diatas medjaketjil disisiku. "Tjermat betul engkau melajaniku", udjarku. "Besar terimakasihku kepadamu". "Berapa benarlah besarnja" sahutnja berdjenaka. "Kalau sebesar gunung Bartëlong lebih besar lagi utang njawa saja kepadamu". "Oh, masih teringatkah olehmu hal jang lalu itu?" "Kenapa tidak? Seorang jang kurang penerima-kasih benar saja kalau saja lupakan". "Manis budi benar engkau, Dina". Dengan tiada saja sadari saja telah berani memanggilkannja Dina sadja. "Sekarang utang njawamu telah kau bajar dengan piutang budi. Demikian selalu kehidupan didunia ini senantiasa balas membalas". "Hai, hai, agak ahli filsafat pula kau ini!" katanja tersenjum geli. "Tetapi sajang belum lengsai utang njawa saja, sebab njawa dengan budi itu, lebih tinggilah njawa". "Tapi antara budi dengan njawa itu-lebih manislah budi. Tetapi pula, kalau memang menurut pendapatmu utangmu belum lengsai, djadi tetaplah antara kita selamanja terikat oleh beri-memberi dan terima-menerima". Dina tersenjum djenaka sambil diiringi suara gelaknja jang lembut dan merdu. Sedap benar ditelingaku suara gelaknja itu, sepantun bunji seruling perak. "Hendak berdjenakakah engkau?" tanjanja. "Kenapa saja akan berdjenaka?" sahutku dengan berbuat sungguh. "Sekarang ini kau memberi, saja terima; dahulu saja memberi, kau terima. Djadi antara kita tetap terikat oleh beri memberi dan terima menerima. Setudjukah kau keadaan kita tetap demikian selama-lamanja?" "Apa diberikan selandjutnja?" "Hati!" sahutku. Sampai semalam-malamannja dan sampai sekarang ini masih terbajang-bajang diruang mataku keindahan senjum jang kemalu-maluan bermain dibibirnja. Ditjubitnja paha saja dan ia segera berpaling. Itulah awal mula kisah pertjintaan kami terpaut! Belaian angin jang lemah lembut sepetang ini menjegarkan tubuh. Angan-anganku melajang menembusi waktu jang lampau. Mataku lena memandangi sekuntum mawar jang meliuk-liuk ditangkainja. Para djururawat lalu dan melintas melajani orangsakit lainnja. 40

43 Saja duduk dengan diam pada kerosi rodaku. Njaman benar perasaan berangan-angan, apalagi berangan-angankan tjinta. Kita berasa berada dalam mimpi. Tiap sesuatu indah dan permai didalam mimpi. Pangdangilah gunung Seulawah Djantan jang sedang berpesta tjahaja disebelah barat, bertabirkan mega beragak jang beraneka rona. Disebelah timur tampak lembah-lembah dan gunung jang biru, menggambarkan keindahan alam, membisikkan kebesaran Tuhan. Disana, antara tampak dengan tiada, kelihatan dataran tinggi Anëu Galeüeng. Disitu pada beberapa tahun jang silam berketjamuk peperangan hebat antara tentara Belanda dengan tentara Teuku Umar Djohan Pahlawan. Kalau saja kenang-kenangkan kisah orang jang menjaksikan peristiwa itu rasa-rasa tampak olehku Van Heuts berdiri pada tempat jang ketinggian, sedang kékér taklepas dari matanja. Sedangkan pada pendjuru lainnja, Teuku Umar Djohan Pahlawan menjentak pedangnja, mengerahkan pasukannja mara dan menjerbu. ' Bumi Atjeh merah oleh darah perlawanan terhadap pendjadjahan Belanda. Tapi masa itu saja belum mengetahui apa arti pendjadjahan itu. Saja mengalihkan pandang kearah lain. Nun disana, tampak djalan kereta api jang berbelit-belit laksana ular lajaknja, dan sederetan kereta api jang pandjang sedang melintasinja, asapnja jang hitam mengepul keudara. Tiba-tiba saja terkedjut oleh gemitan tangan jang halus dibelakangku. Saja berpaling dan Dina berdiri kesisiku sambil tersenjum.,tengah menerawang langit kau ini" tegurnja. "Kiraku tiada tengah disini ingatanmu. Berseri benar mukamu saja lihat. Mukamu tleah mulai merah dan tiada putjat lagi. Dari sehari kesehari makin tampak djuga sinar hidup pada matamu". "Bagaimana tak akan begitu karena setiap hari saia berdampingan dengan panas jang memberikan zat hidup", sahutku. "Masakan engkau akan berkura-kura.dalam perahu pula". "Kura-kura dalam perahu bagaimana?" "Bagaimana itulah dia!" sahutku. "Aneh benar engkau sepetang ini" katanja tersenjum geli. "Menjerang orang sadja dengan tiada berkira-kira". "Tiada berkira-kira bagaimana?" tanjaku. "Bagaimana itulah dia!" sahutnja pula. Kami sama-sama tersenjum. Ia meletakkan setjangkir teh diatas medja ketjil didekatku. Ia hendak pergi pula ketika saja bertanja : "Dina, lamakah lagi gerangan saja akan sembuh betul dan dapat keluar kembali". "Kenapa engkau bertanjakan demikian?" "Karena telah kangen aku kepada djabatanku. Rasa telah berdiri saja kembali dalam hudjan peluru memegang rem " "Dan?" " kalau saja luka, engkau pula kembali jang akan merawatku. Senang benar perasaanku bila djari-djarimu jang halus itu meraba luka- 41

44 ku. Njaman dan sedjuk benar rasanja. Lebih mudjarab dari obat. Dara kalau saja luka kena peluru lagi, saja berdoa supaja didekat-dekat daerah Samalanga ini, supaja kesini saja dibawa orang". "Ah!" katanja memalis menjatakan djemu hatinja mendengarkan. "Lamakah lagi, Dina?" "Kenapa kau desak saja dengan pertanjaan serupa itu?" katanjai seraja berpaling kembali menghadap kepadaku. "Telah bosan benarkah engkau berada didekatku?" "Bosan?" "Bentji barangkali!" "Bentji Apa katamu kalau saja katakan bahwa saja tjinta kepadamu, Dina?" Itulah pertama kah saja melafadzkan tjinta dihadapannja. Mukanja berobah merah kemalu-maluan. "Saja tjinta kepadamu, Dina. Karena itu saja ingin mendjauhi dikau, karena kau selalu membisu dan tampaknja hendak menguasai selalu suara hatimu". "Hm!" sahutnja. "Terbukti lagi apa jang kukatakan. Perasaan hatiku hanja kau sahuti dengan deham". "Karim!" sahutnja dengan tjepat. "Mesti djugakah selamanja bahwa setiap sesuatu mesti berkubak kulit tampak isi? Tiadakah beroleh djawaban pertanjaanmu itu selama kau berada disini? Tjahari sendirilah djawaban pertanjaanmu itu, tetapi mesti kau ingat, bahwa saja tak pernah melupakan engkau!" Setjepat ia mengatakan jang achir itu setjepat itu pula ia berpaling,dan berlalu. Saja ditinggalkannja kebingungan, tetapi kebingungan jang nikmat. Kedalam kalbuku merajap perlahan-lahan djawaban pertanjaan hatiku! Iapun tjinta kepadaku! Puas hatiku rasanja! i Beberapa bulan kemudian saja telah diangkat kebahagian stébéa. Begitulah panggilan djabatanku masa itu. Saja ditempatkan di Lho Sukon. Dengan demikian safja telah terhindar dari kemungkinan-kemungkinan bahaja jang selalu mentjemaskan. Saja telah diberi djabatan tetap dan tiada hilir mulik lagi sebagai sediakala. Kepada Dina di Samalanga telah saja kirim seputjuk surat meminangnja, sebab orangtuanja sendiri sudah tidak ada lagi. Saja katakan bahwa saja akan datang mendjemputnja pada achir bulan Djnuari ini djuga dan di Lho Sukon akan dilangsungkan perkawinan kami. Surat saja itu beroleh djawaban jang baik dari dia, pilu bertjampur sukatjita hatiku rnembatjanja, sebab njata benar bahwa ia hendak menjerahkan untung nasibnja kepada saja sepenuh-penuhnja. Sebagian ini suratnja itu baik saja petikkan, berbunji : 42

45 " saja ini gadis Djawa dan engkau anak Minangkabau. Saja tiada memikir-mikirkan perlainan sukubangsa, tetapi tjuma sebuah jang saja takutkan, kalau-kalau perdjodohan kita ini kelak tiada disukai oleh adat istiadat negerimu. Saja takut, Karim, kalau engkau membelakangi saja kelak, sedang pergantunganku. hanja engkau seorang bila engkau telah mendjadi sumiku " Walaupun sederhana isi suratnja itu tetapi mentjurahkan segala perasaan jang terkandung dalam kalbunja. Saja balas suratnja itu dan saja hiburkan hatinja dengan perdjandjian jang berat. Tetapi mendjelang achir bulan Djanuari 1905 itu terdjadi peristiwa jang dahsjat dekat Lho Sukon. Ketika itu tanggal 26 Djanuari. Sebuah patroli dikepalai sersan Vollaers, terdiri atas enambelas orang serdadu, membuat bivak dalam meiinasah Meurande Paja terletak sebelah timur Lho Sukon. Pendjagaan diri agak mereka abaikan, sebab negeri telah aman semendjak Teuku Tjhiek Tunong menjerahkan diri; dan semendjak waktu itu keadaan negeri kelihatan tenteram dan damai, tiada ada lagi terdjadi perusuhan sebelah Lho Sukon. Tetapi mereka lupa bahwa dengan membikin meiinasah atau tempat sutji itu mendjadi bivak serdadu, hal itu suatu penghinaan jang tiada terpikul oleh hati orang Atjeh. Mereka biarkan sadja beberapa orang Atjeh jang bersendjata membawa djualannja, jaitu buah-buahan dan ajam, masuk kedalam pagar meiinasah itu. Diantaranja ada jang diizinkan naik keatas, dimana sersan Vollaers berbaring membatja buku. Tiba-tiba seorang diantaranja memberi alamat untuk menjerang; maka dalam sekedjap mata sadja, sekalian pasukan patroli itu lantas musnah sama sekali, ketjuali seorang. fusselier bangsa Djawa jang sempat melarikan dirinja kedalam kampung. Sebelum dia dapat mentjapai salah sebuah garnizun, berita peristiwa itu telah sampai lebih dahulu kepada Komandan Swart di Lho Seumawe. Komandan ini dengan sebuah patroli jang lebih besar djumlahnja segera buru-buru berangkat ke Meurande Paja. Keenambelas majat itu didjumpainja, sedangkan disisi majat sersan Vollaers masih tergeletak buku jang dibatjanja. Sungguh orang Atjeh tak pandai bermain anggar tetapi mereka tjakap benar mempergunakan parang. Pada tubuh majat-majat serdadu itu kedapatan tetakan parang dari leher sebelah kiri melalui dada sebelah kanan, putus sehingga perwatasan perut. Keenambelas majat itu diperintahkan Komandan Swart supaja dikuburkan dengan kehormatan. Penjelidikan segera dilakukan untuk mengetahui siapa jang telah mengepalai penjerangan itu. Sekalian keterangan tertudju kepada Ulëubëulang Tjut dari negeri Blieah. Dalam peristiwa itu tersebut-sebut pula nama Teuku Tjhiek Tunong. Untuk melakukan penjelidikan jang lebih teliti, perkara itu diserahkan kepada Van Vuuren, karena dia terbilang mahir dalam bahasa Atjeh. 45

46 Sewaktu saja berangkat ke Samalanga pada penghabisan bulan Djanuari, perkara itu masih tergantung-gantung. Tuduhan atas kedua orangbesar itu belum beroleh bukti-bukti jang njata. Apalagi pada masa itu, dalam keradjaan Keureuto sendiri, ada orang-orang besar keradjaan jang merasa sakit hati kepada Teuku Tjhiek Tunong. Sebab itu asung fitnah mereka itu tentu sadja tiada dapat dibenarkan kalau tiada dengan bukti. Saja tinggalkan perkara itu masih mendjadi buah bibir orang, sedangkan saja terus djuga berangkat ke Samalanga. Disana Dina telah menantikan saja. Lebih dahulu ia telah minta berhenti dari pekerdjaannja. Bukan alang kepalang kegembiraan hati kami selama dalam perdjalanan pulang kembali ke Lho Sukon. "Disini saja dulu lahir dan disini pula dahulu saja mulai bekerdja" kataanja, beberapa hari kemudian sesudah kami kawin. "Dan dalam perdjalanan dari sini pula dulu saja dapat bahaja, dan kini disini pula sekarang ini saja menginjam bahagia". 'Betulkah engkau merasa berbahagia?" "Kenapa?" "Karena kawin hanja dengan seorang stébéa " Ia tersenjum. "Bahagia itu didalam hati!" sahutnja. Saja genggam tangannja dan ada sekian lamanja tangannja itu berada dalam genggamanku itu. Tiada kuasa mulutku mengutjapkan keberuntungan jang terpateri dalam kalbuku. Hanja mata djua bertemu mata, pandang bertemu pandang, bersinar-sinar menggambarkan kebahagiaan. Pada tanggal lima hari bulan Maret, sewaktu petang hari saja pulang dari kerdja dan Dina berdiri diberanda menjambutku dengan muka. berseri, kepadanja lalu saja kabarkan bahwa Teuku Tjhiek Tunong telah ditangkap Belanda di Lho Seumawe. Ketika pagihari itu ia datang ke Lho Seumawe untuk memenuhi undangan jang disampaikan komandan Swart, ketika itulah sekonjongkonjong ia dipinta Van Vuuren menjerahkan kelewang dan rentjongnja. Dia terkedjut bukan kepalang. Tetapi dia mengerti bahwa dia telah kena djebak dan djikapun ia melawan sudah tidak ada gunanja. "Djadi ia ditahan sekarang?" tanja Dina. "Ja" sahutku. "Pahlawan jang malang!" udjar Dina. "Sedih kita mengenangkan isterinja Tjut Methia jang sekarang konon kabarnja tengah mengandung. Dan, hai, Karim, bila kita akan dianugerahi Tuhan pula seorang anak?"' Saja tersenjum. 44

47 "Dina! Dinaaa!" "Oi!" "Tambah 'ni kopisusu!" IX, PENUTUP Tjerita tuanrumah tammat sudah, sedangkan kopisusu dalam tjangkir beserta kuwe-kuwe dalam piring telah lebih dahulu tammat. Kami duduk diberanda rumah engku Karim menghadapi Djalan Amaliun. Pada djalanraja itu banjak orang hilir mudik menghirup hawa petang. Bagi kota Medan jang panas dan kesak itu maka hawa petang teramat segar. Saja duduk dihadapan tuanrumah. Dia telah separoh baja dan sekarang ini pensiunan dari djabatan setasiun sep. Sipat riang sedjak muda tak hilang dari dia sampai sekarang ini. Sebagaimana ditjeritakan lebih dahulu sedjak dari djabatan jang rendah sekali ia memandjat naik sampai kepada djabatan setasiun sep. Sebab itu banjak ia mengalami peristiwa-peristiwa jang penting selama berada ditanah Atjeh. Teuku Tjhiek Tunong kemudian dihukum tembak. Pang Nenggero putar kembali dan balik memimpin perlawanan menantang pendjadjahan Belanda. Ia mengawini djanda Teuku Tjhiek Tunong dan memelihara putera radjanja itu, bernama Teuku Radja Sabe. Lebih tigabelas tahun lamanja putera radja jang beroleh gelaran Radjawali (D'Adelaar) ini hidup mengembara dihutan rimbaraja bersama pasukan muslimin dan baru pada tahun 1919 ia menjerahkan diri. Ia disambut pihak Belanda dengan segala sukatjita dan disekolahkan ke Kutaradja. Dalam pada itu Sultan Atjeh, jang mulia Sultan Alaiddin Muhammad Daud Sjah, diangkut ke Betawi sebagai tempat pembuangannja. Sedangkan Teuku Panglima Polem balik dengan sedjahtera kedaerah Sigli. Sekalian peristiwa itu dialaminja selama berada disana. Sementara itu dia dengan Dina, isteri jang sangat ditjintainja itu, hidup dengan rukun dan manisnja. Tjuma teramat sajang ia tiada beroleh anak dan inilah jang amat disedihkannja sampai sekarang ini. Tiada lama antaranja njonjarumah keluar menating talam. Baru sadja ia tersembul diberanda iapun tertjengang dan kemudian tergelak. "Amboi, agak pandjang benar rupanja kisah semendjak tadi", katanja tersenjum. "Telah teronggok puntungrokok dalam asbak". Ha, ha, kuwe-kuwe dalam piringpun telah litjin tandas. Amboi, telah diikat-ja rupanja engkau Sou'yb dengan dongengannja!" 45

48 "Mengurah-urah tambo lama!" sahut engkau Karim, dan kemudian sambil berpaling kepada saja ia berkata pula, katanja : "Demikian ringkasan pengalamanku masa perang Atjeh. Seperti kebiasaannja, pengalaman itu meninggalkan pelbagai kesan jang menjedihkan dan menggirangkan. Pengalaman itu serupa guru jang beng ; s tetapi mendatangkan kebadjikan!" Tammat 46

49 Isi Buka. Halaman. 1. Djadi Buruh Atjdh Tram Dalam Bahaja, Fuh Ladju 16!S 4. Dalam Tawanan, ]9_23 5. Dari Rimba Kerimba, Dipinggir Krueng Sampojnit Balik Dengan Selamat Dina dan Saja, Penutup,.':.,

50 Segera terbit; LEMBAH MAUT Diterdjemahkan kedalam bahasa Indonesia jang tersusun rapi dari, The Valley Of Fear", karangan Sir Arthur Conan Doyle. Sebuah roman detektif jang pasti mendebar-debarkan djantung, melukiskan pengalaman Sheiiok Holmes jang terkenal itu. Harga sebelum terbit Rp. 50, Sesudah terbit Rp. 75, Buku ini pasti terbit sebelum 1 Djanuari Selandjutnja, akan menjusul sedjumlah naskah, buah kalam para penulis jang telah mempunjai nama baik semendjak sebelum perang. Diantara buku2 jang akan kami terbitkan dalam waktu adalah : singkat F I E S T A Karangan Ernest Hamingway dengan titel asli The Sun Also Rises", diterdjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Joesoef soe'yb. 4S

51 VILLA DIATAS BUKIT Pengarang : W. Somerset Maungham Penterdjemab : Joesoef Soe'yb ROL PATJAR MERAH Karangan : MATU MONA Tjetakan Ketiga. DETEKTIF RINDU Karangan : MATU MONA Tjetakan Kedua. NJONJA DOKTER Oleh : Tamar Djaja * TERSESAT Oleh : Tamar Djaja * KENAPA HARTINI TERSESAT Oleh : Abbas Hassan * PERINTANG DUDUK Oleh : Abbas Hassan * SPIONASE PERANG DUNIA KEDUA Oleh : Joesoef Soe'yb * 4?

52 LEBURNJA KOTA WARSAWA Oleh : Joesoef Soe'yb Dan puluhan nnskah.2 lainnja jang kini sedang diteliti oleh Redaksi kami. TRT 50

53

54

55 ( t

56 dplutffa

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2 Tesalonika pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Silwanus dan Timotius datang kepada sidang djemaat orang Tesalonika pertama jang didalam Allah, jaitu Bapa kita, dan didalam Tuhan Jesus Keristus. Turunlah

Lebih terperinci

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu Pilipi 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Timotius, hamba-hamba Keristus Jesus, kepada segala orang sutji didalam Keristus Jesus dinegeri Pilipi, serta dengan segala pemimpin dan pembela sidang, 2 turunlah

Lebih terperinci

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan.

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Jakub 1 Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Faedah bertekun didalam kehidupan iman 2 Hai saudara-saudaraku,

Lebih terperinci

Peterus kedua 1 Salam doa Beberapa hal jang menjebabkan rasul memberi nasehat

Peterus kedua 1 Salam doa Beberapa hal jang menjebabkan rasul memberi nasehat Peterus kedua 1 Salam doa 1 Daripada Simon Petrus, hamba dan rasul Jesus Keristus, kepada segala orang jang sudah beroleh iman, jang sama indahnja dengan iman kami oleh karena keadilan Allah, Tuhan kita,

Lebih terperinci

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 7/15/15 Yunus 1 YUNUS Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Pada jaman dahulu, ada seorang nabi di Israel yang bernama Yunus. Ayahnya bernama Amitai. ALLAH memberi

Lebih terperinci

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Yunus 1 YUNUS 1P Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe ada zaman dulu ada seorang nabi di Israel bernama Yunus. Bapak dari Yunus bernama Amitai. ALLAH memberikan

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

Janji YESUS KRISTUS. 2. Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan TUHAN dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Janji YESUS KRISTUS. 2. Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan TUHAN dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Janji YESUS KRISTUS 1. Wahyu 21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu

Lebih terperinci

The Power of the Heart #2 - KEKUATAN HATI #2 A TRUSTING HEART - HATI YANG PERCAYA

The Power of the Heart #2 - KEKUATAN HATI #2 A TRUSTING HEART - HATI YANG PERCAYA The Power of the Heart #2 - KEKUATAN HATI #2 A TRUSTING HEART - HATI YANG PERCAYA PEMBUKAAN: Kita akan melanjutkan seri khotbah The Power of the Heart atau Kekuatan Hati dan pada bagian yang kedua ini,

Lebih terperinci

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja Timotius pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus menurut firman Allah, Djuruselamat kita, dan Jesus Kristus jang mendjadi pengharapan kita, 2 datang kepada Timotius, jang sebenar-benar

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar Peterus pertama 1 Salam doa 1 Daripada Petrus, rasul Jesus Keristus, kepada segala orang pilihan, jaitu musafir jang bertaburan di-pontus dan Galatia dan Kapadokia dan Asia dan Betinia, 2 jang terpilih

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #37 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus Kolose 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah, beserta Timotius saudara kita, 2 kepada segala saudara jang sutji dan beriman didalam Keristus, jang di-kolose, turunlah

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

Timotius kedua 1 Salam doa Utjapan sjukur Nasehat kepada Timotius supaja berusaha Teladan rasul dan Onesiporus

Timotius kedua 1 Salam doa Utjapan sjukur Nasehat kepada Timotius supaja berusaha Teladan rasul dan Onesiporus Timotius kedua 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah memberitakan djandji kehidupan jang ada didalam Keristus Jesus, 2 datang kepada Timotius, anakku jang dikasihi.

Lebih terperinci

KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang

KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang Para Lakon: 1. Bapak :... 2. Sulung :... 3. Peternak :... 4. Bungsu :... Adegan 1. Seorang bapak setengah baya nampak sedang berbincang-bincang

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Hikajat dan Dongeng Djawa Purba

Hikajat dan Dongeng Djawa Purba TIDAK DIPERJUALBELIKAN Proyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara Perpustakaan Nasional, 2011 Hikajat dan Dongeng Djawa Purba DITJERITAKAN OLEH da Kach a Perpustakaan Nasional R e p u b

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

Galatia 1 Salam doa Dari hal jang menjebabkan rasul berkirim suratnja Pemberitaan Paulus asal daripada Allah

Galatia 1 Salam doa Dari hal jang menjebabkan rasul berkirim suratnja Pemberitaan Paulus asal daripada Allah Galatia 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, seorang rasul (bukannja daripada manusia, dan bukan pula dengan djalan seorang manusia, melainkan jang ditetapkan oleh Jesus Keristus serta Allah Bapa, jang telah

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Judul : POLIP KARANG Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam

Judul : POLIP KARANG Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam Renny Yaniar Judul : POLIP KARANG Penulis Cerita : Renny Yaniar Penulis Pengetahuan : Christien Ismuranty Editor Bahasa : Niken suryatmini Desain dan Layout : Imam Eckhow Adrian Ian Ilustrasi dan Warna

Lebih terperinci

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian AKU AKU AKU Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian lantaran ia adalah teladan didunia yang

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Maret 2018

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Maret 2018 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU II PRAPASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Tak Ada Malaikat di Jakarta Tak Ada Malaikat di Jakarta Sen Shaka Aku mencarimu di kota dimana lampu-lampu gemerlap membisu, orang-orang termangu sendiri dalam keriuhan lalu lalang. Mereka terdiam memegang telpon genggam, sibuk bercengkrama

Lebih terperinci

Korintus kedua 1 Pendahuluan: salam doa Rasul bersjukur karena pertolongan Allah didalam sengsaranja Rasul bersjukur karena lepas daripada maut

Korintus kedua 1 Pendahuluan: salam doa Rasul bersjukur karena pertolongan Allah didalam sengsaranja Rasul bersjukur karena lepas daripada maut Korintus kedua 1 Pendahuluan: salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah, dan Timotius saudara kita, kepada sidang djemaat Allah jang ada dinegeri Korintus serta segala orang

Lebih terperinci

Mula Kata, Bismillah

Mula Kata, Bismillah Mula Kata, Bismillah Karena berangkat bukan hanya pergi. Basmalah memilihkan yang tepat dari kebaikan Ada banyak orang pergi ke pasar. Ada yang membeli sayur di pojokan tepat sebelah toko kain. Ada yang

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

KASIH ALLAH TAK BERKESUDAHAN S'LALU BARU SETIAP PAGI RAHMAT-NYA PUN TAK PERNAH BERAKHIR SEUMUR HIDUPKU

KASIH ALLAH TAK BERKESUDAHAN S'LALU BARU SETIAP PAGI RAHMAT-NYA PUN TAK PERNAH BERAKHIR SEUMUR HIDUPKU KAMI BERKUMPUL KAMI BERKUMPUL TUHAN, DIHADAPAN TAHTAMU SUJUD MENYEMBAH DALAM INDAHNYA HADIRATMU KAMI RINDU CURAHAN KUASA ROH KUDUS GENAPI FIRMANMU, JADIKANKU ALAT-MU REFF BIAR BELAS KASIHANMU BAPA PENUHI

Lebih terperinci

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea,

Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, KEBANGKITAN YESUS Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus Kristus, menjalani penderitaan dan kemudian mati disalibkan di bawah pemerintahan gubernur Yudea, Pontius Pilatus, pada tanggal 14 Nisan

Lebih terperinci

Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku tak tahu mengapa ada yang pergi tak kembali Kata Ibu, yang pergi menjadi kenangan

Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku tak tahu mengapa ada yang pergi tak kembali Kata Ibu, yang pergi menjadi kenangan SAJAK USIA Hari berulang, tanggal kembali Tahun berubah, usia bertambah Aku tak tahu ke mana arah langkah Dalam angan-angan semuanya indah Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku

Lebih terperinci

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

SAUDARA BELAJAR BERJALAN SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?

Lebih terperinci

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Xc3 Kunjungan ke Kaisarea Filipi 96 Petrus Mengakui untuk Kedua-kalinya bahwa Yesus adalah Mesias 88 Matius 16:13-20, Mar kus 8:27-30, Lukas 9:18-21 13 Setelah Yesus beserta murid-muridnya berangkat ke

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #3 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #3 DAMAI SEJAHTERA

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #3 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #3 DAMAI SEJAHTERA SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #3 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #3 DAMAI SEJAHTERA PEMBUKAAN: Bulan ini kita ada dalam seri kotbah Spiritual Fruits that Bring Revival atau Buah Roh yang

Lebih terperinci

iarah barat sana, menjusul terdengarlah suara trang-treng beberapa kali, sekaligus pedang Su An ternjata sudah menjerang empat djurus kepada musuh.

iarah barat sana, menjusul terdengarlah suara trang-treng beberapa kali, sekaligus pedang Su An ternjata sudah menjerang empat djurus kepada musuh. iarah barat sana, menjusul terdengarlah suara trang-treng beberapa kali, sekaligus pedang Su An ternjata sudah menjerang empat djurus kepada musuh. Selagi Hui-sian pentang mata dan pasang kuping mengikuti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (3/6)

Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Siapakah Yesus Kristus? (3/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Allah Sejati dan Manusia Sejati Tanpa Dosa Kode Pelajaran : SYK-P03 Pelajaran 03 - YESUS ADALAH ALLAH SEJATI

Lebih terperinci

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu Kisah Satu (Oktra) Mendamba Angin Malam Hidup adalah tentang berkorban, atau bahkan mengorbankan orang lain untuk hidup kita. Hidup memberikan makna-makna tersirat yang harus kita artikan sendiri sebagai

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

8 Lalu kata Boaz kepada Rut: Dengarlah olehmu baik-baik, hai anakku! djanganlah kiranja engkau pergi kebendang lain hendak memungut, dan djangan

8 Lalu kata Boaz kepada Rut: Dengarlah olehmu baik-baik, hai anakku! djanganlah kiranja engkau pergi kebendang lain hendak memungut, dan djangan Rut 1 1 Sebermula, maka pada sekali peristiwa, jaitu pada zaman segala hakim memegang perintah, adalah bala kelaparan dalam negeri itu, maka sebab itu pergilah seorang lakilaki dari Betlehem-Jehuda hendak

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA

Lebih terperinci

Hari Terakhir Yesus di Dunia

Hari Terakhir Yesus di Dunia Hari Terakhir Yesus di Dunia Hari Terakhir Yesus di Dunia Siapakah Yesus? Pernahkah anda bayangkan siapa Yesus? Apakah anda tertarik dengan cerita-cerita-nya: keajaiban-keajaiban- Nya, penyembuhan, dan

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0 Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0 a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (10/10)

Seri Iman Kristen (10/10) Seri Iman Kristen (10/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging Kode Pelajaran : DIK-P10 Pelajaran 10 - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING DAFTAR ISI Teks Ayat

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si penipu

Alkitab untuk Anak-anak. memperkenalkan. Yakub si penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si penipu

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yakub si penipu Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yakub si penipu Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: M. Maillot dan Lazarus Disadur oleh: M. Kerr dan Sarah S. Diterjemahkan

Lebih terperinci

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah SATU Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah sekali. Namaku Reginia, Nia begitu sapaan orang-orang kepadaku. Aku dan suamiku Santoso baru saja pindah rumah. Maklum saja, aku dan Santoso adalah

Lebih terperinci

BROADCASTING TV. (Sinopsis Film Pendek) Di Susun Oleh : : Feraari Andari NIM :

BROADCASTING TV. (Sinopsis Film Pendek) Di Susun Oleh : : Feraari Andari NIM : BROADCASTING TV (Sinopsis Film Pendek) Di Susun Oleh : Nama : Feraari Andari NIM : 08.12.3390 Kelas : S1SI5J SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Written By

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

2. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.  Kolose 4:5. 1. "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus

Lebih terperinci

6 Pesan Untuk Gereja

6 Pesan Untuk Gereja 6 Pesan Untuk Gereja Mujizat Penyembuhan dan Undangan Ilahi ke Surga Oleh Pastor Brani Duyon www.divinerevelations.info/indonesia Pengenalan: Di bulan Mei tahun 2006, seorang pelayan Tuhan dibawa ke surga

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN (Jemaat Berdiri) PANGGILAN

Lebih terperinci

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI!

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF * UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! ersitas Indonesia nkultasssastra a jf Perpustakaamf 7 a :r p u xs t a k a.a n [ j^ J L T A S S A S T R \ jjfcpakxbmen

Lebih terperinci

ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus NARATOR: Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:

ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus NARATOR: Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu: NASKAH DRAMA/FRAGMEN NATAL INILAH KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:

Lebih terperinci

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

Pengetahuan Baik & Jahat. Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan. Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

dimakannja habis akan segala kambing domba dan segala hamba, sehingga hanja hamba seorang djua luput akan memberitahu tuan. 17 Sementara orang ini lag

dimakannja habis akan segala kambing domba dan segala hamba, sehingga hanja hamba seorang djua luput akan memberitahu tuan. 17 Sementara orang ini lag Ajub 1 1 Sebermula, maka dahulu adalah ditanah Uz seorang laki-laki jang bernama Ajub, maka orang itu tulus hatinja dan saleh, lagi takut akan Allah dan didjauhkannja dirinja daripada djahat. 2 Maka diperanakkan

Lebih terperinci

DJALAN JANG TERINDAH. Ellen G. White. Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc.

DJALAN JANG TERINDAH. Ellen G. White. Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc. DJALAN JANG TERINDAH Ellen G. White Copyright 2014 Ellen G. White Estate, Inc. Information about this Book Overview This ebook is provided by the Ellen G. White Estate. It is included in the larger free

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (6/10)

Seri Iman Kristen (6/10) Seri Iman Kristen (6/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Manusia Kedua dari Tuhan Kode Pelajaran : DIK-P06 Pelajaran 06 - MANUSIA KEDUA DARI TUHAN DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci

Lebih terperinci

Surat 2 Yohanes (Bagian 75) Friday, July 15, 2016

Surat 2 Yohanes (Bagian 75) Friday, July 15, 2016 Surat 2 Yohanes (Bagian 75) Friday, July 15, 2016 2 Yoh. 1:7-11 Tidak Mengaku Yesus Kristus 1:7 Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah

Lebih terperinci

20 Jam Terpenting. Timothy Athanasios

20 Jam Terpenting. Timothy Athanasios 20 Jam Terpenting Timothy Athanasios INTRO : YANG TERBAIK PASTI DATANG! Kalimat di atas adalah pernyataan iman tentang masa depan! Sekalipun dalam ketidakpastian, kita percaya bahwa Allah telah menaruh

Lebih terperinci

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA

MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA MEMPERBAHARUI PIKIRAN KITA Pengantar Pernahkah Anda berharap bahwa Tuhan tidak memberi kita kehendak bebas? Bahwa Ia mengendalikan saja pikiran kita? Bahwa kita dapat taat kepada-nya tanpa pergumulan atau

Lebih terperinci

SJA'IR. { t a 4S^ PUTERI HIDJ4JÖ (SUATU TJERITA JANG BEN AR TERDJADI DITANAH DELI) A. RAHMAN. PERPUSTAKAAN PERGURUAN KEM. P. P. dan K.

SJA'IR. { t a 4S^ PUTERI HIDJ4JÖ (SUATU TJERITA JANG BEN AR TERDJADI DITANAH DELI) A. RAHMAN. PERPUSTAKAAN PERGURUAN KEM. P. P. dan K. SJA'IR { t a 4S^ PUTERI HIDJ4JÖ (SUATU TJERITA JANG BEN AR TERDJADI DITANAH DELI) DIKARANG OLEH A. RAHMAN TJETAKAN KETUDJUH PERPUSTAKAAN PERGURUAN KEM. P. P. dan K. DJAKARTA 1955 Gambar kulit dilukis oleh

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto Musim Semi Merah Dyaz Afryanto 2 Dyaz Afryan *** Musim Semi Merah Oleh: Dyaz Afryanto Copyright 2015 by Dyaz Afryanto Penerbit Nulisbuku.com Desain Sampul : Alf Sukatmo ( @Be_Illustrated ) Diterbitkan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12

Written by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:31 - Last Updated Thursday, 27 March 2014 12:12 Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah raja yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan menganiaya, bahkan

Lebih terperinci

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN A.Nggier FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Persahabatan Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi. Dialah

Lebih terperinci

Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu ( 23

Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu ( 23 X.b.5 Mujizad-mujizad yang Dilakukan oleh Tuhan Yesus 74. Menenangkan Badai Markus 4:35-41, Matius 8:18; 23-27, Lukas 8:22-25 35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, 18 ketika Yesus melihat orang banyak

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA

TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : ] TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc. Kisahhorror Fiksi Horror #1: A Midnight Story Penerbit Dark Tales Inc. 2 Fiksi Horror #1: A Midnight Story Penulis: @kisahhorror Copyright 2012 by Kisahhorror Penerbit Dark Tales Inc. @darktales_inc Darktales.inc@gmail.com

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

Rut 2 Rut bertemu dengan Boas

Rut 2 Rut bertemu dengan Boas Rut 1 Rut dan Naomi 1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap

Lebih terperinci

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN Pengantar Apakah Anda berpikir bahwa Tuhan tidak memedulikan Anda sebagai seorang perempuan? Bahwa Ia tidak tertarik pada masalah Anda, harapan Anda, dan mimpi Anda? Bahwa

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci